PENGEMBANGAN DAN UJI VALIDASI METODE ANALISIS KADAR PARASETAMOL DAN KAFEIN DENGAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI.

(1)

PENGEMBANGAN DAN UJI VALIDASI METODE ANALISIS KADAR PARASETAMOL DAN KAFEIN DENGAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA

TINGGI

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Dalam Bidang Kimia

Oleh KRISWANTO

0607497

PROGRAM KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

PENGEMBANGAN DAN UJI VALIDASI METODE ANALISIS KADAR PARASETAMOL DAN KAFEIN DENGAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA

TINGGI

Oleh KRISWANTO

0607497

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Kriswanto 2013

Universitas Pendidikan Indonesia Januari 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

PENGEMBANGAN DAN UJI VALIDASI METODE ANALISIS KADAR PARASETAMOL DAN KAFEIN DENGAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA

TINGGI

Oleh KRISWANTO

0607497

Disetujui dan Disahkan oleh: Pembimbing I

Prof. Dr. Anna Permanasari, M.Si NIP 195807121983032002

Pembimbing II

Soja Siti Fatimah, M.Si NIP 196802161994022001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI

Dr. rer. nat. Ahmad Mudzakir, M.Si. NIP 196611211991031002


(4)

“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya Jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)

nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.”

(QS. Ath-Thalaaq 2-3)

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (QS. Al Insyirah 5)


(5)

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengembangan dan Uji Validasi Metode

Analisis Kadar Parasetamol dan Kafein dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi” ini sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada bagian di dalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang.

Bandung, 31 Januari 2013 Yang membuat pernyataan,

(Kriswanto) NIM. 0607497


(6)

ABSTRAK

Pada penelitian ini telah dilakukan pengembangan metode penentuan kadar parasetamol dan kafein dalam obat dengan KCKT menggunakan fasa gerak KH2PO4--metanol-asetonitril-isopropil alkohol (42 : 2: 3: 3), laju alir 1 mL/menit, detektor UV panjang gelombang 215 nm dan kolom C18, yang dilakukan secara simultan. Uji validasi metode analisis kadar parasetamol dan kafein dalam tablet obat dengan KCKT dilakukan untuk memperoleh data validasi metode sehingga metode tersebut diketahui kelayakannya. Parameter-parameter validasi yang diuji meliputi linearitas, limit deteksi, limit kuantitasi, presisi, dan akurasi. Hasil yang diperoleh memiliki nilai waktu retensi lebih cepat daripada teknik simultan sebelumnya dengan menggunakan kolom C8. Semua parameter yang diuji memenuhi kriteria penerimaan yang telah ditetapkan oleh Association of Official Analytical Chemists. Untuk parasetamol mempunyai nilai koefisien korelasi (r) = 0,9997, limit deteksi 17,5867 mg/L, limit kuantitasi 53,2932 mg/L, presisi luas area 0,96% serta presisi konsentrasi analit 1,03% dan akurasi dengan persen perolehan kembali berkisar 100,22-102,36%.Sedangkan kafein mempunyai nilai koefisien korelasi (r) = 0,9999, limit deteksi 0,7567 mg/L, limit kuantitasi 2,2932 mg/L, presisi luas area 0,99% serta presisi konsentrasi analit 1,01% dan akurasi dengan persen perolehan kembali berkisar 90,03-92,98%.


(7)

ABSTRACT

This research has been developing methods for simultaneous determination of paracetamol and caffeine in drugs by HPLC, the mobile phase composition was KH2PO4-- methanol-acetonitrile-isopropyl alcohol (42: 2: 3: 3), flow rate 1 mL / min, wavelength of the UV detector was 215 nm and C18 columns. Method Validation analysis of paracetamol and caffeine in tablets by HPLC conducted to obtaining data of validation method so that the method is known to feasibility. The Parameters of Validation tested include linearity, limit of detection, limit of quantitation, precision, and accuracy. The results obtained have time retention faster than the previous technique of simultaneously using C8 column. All Parameters are tested according the acceptance criteria established by the Association of Official Analytical Chemists. For paracetamol has a correlation coefficient (r) = 0.9997, limit of detection was 17.5867 mg / L, limit of quantitation was 53.2932 mg / L, precision of peak area was 0.96% and precision of concentration analyte was 1.03% and accuracy with %RSD ranged from 100.22 to 102.36%. While caffeine has a correlation coefficient (r) = 0.9999, limit of detection was 0.7567 mg / L, limit of quantitation was 2.2932 mg / L, precision of peak area was 0,99% and precision of concentration analyte was 1,01% and accuracy with %RSD ranged from 190,03-92,98%.


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 4

1.3. Batasan Masalah ... 4

1.4. Tujuan Penelitian ... 4

1.5. Manfaat Penelitian ... 5

1.6. Tempat dan Waktu Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Parasetamol ... 6

2.2. Kafein ... 9

2.3. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) ... 11

2.3.1. Komponen Kromatografi Cair Kinerja Tinggi ... 13

2.3.2. Fasa Gerak ... 17

2.4. Validasi Metode ... 19

2.4.1. Linearitas ... 19

2.4.2. Limit Deteksi dan Limit Kuantitasi ... 20

2.4.3. Presisi ... 21

2.4.4. Akurasi ... 22 Halaman


(9)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian ... 23

3.2. Alat dan Bahan ... 23

3.2.1. Alat ... 23

3.2.2. Bahan ... 23

3.3. Metode Penelitian ... 24

3.4. Bagan Alir Penelitian ... 24

3.5. Prosedur Kerja ... 25

3.5.1. Pembuatan Fasa Gerak ... 25

3.5.2. Pembuatan Larutan Standar ... 26

3.5.3. Pembuatan Kurva Kalibrasi Standar ... 26

3.5.4. Preparasi Sampel ... 27

3.5.5. Penentuan Parameter Kinerja Validasi Metode ... 27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengembangan Metode Analisis Kadar Parasetamol dan Kafein ... 30

4.2. Uji Validasi Metode ... 32

4.2.1. Linearitas ... 33

4.2.2. Limit Deteksi dan Limit Kuantitasi ... 37

4.2.3. Presisi ... 38

4.2.4. Akurasi ... 39

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 41

5.2. Saran ... 41

DAFTAR PUSTAKA ... 42

LAMPIRAN ... 44


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Sifat Fisika dan Sifat Kimia Parasetamol ... 6

Tabel 2. Sifat Fisika dan Sifat Kimia Kafein ... 9

Tabel 3. Waktu Retensi ... 32

Tabel 4. Nilai Kriteria Validasi Berdasarkan AOAC ... 33

Tabel 5. Parameter Statistika Kurva Standar Parasetamol ... 35

Tabel 6. Parameter Statistika Kurva Standar Kafein ... 37

Tabel 7. Hasil Uji Limit deteksi dan kuantitasi ... 37

Tabel 8. Hasil Uji Presisi ... 39


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Mekanisme Reaksi Sintesis Parasetamol ... 8

Gambar 2. Mekanisme Reaksi Sintesis Kafein ... 8

Gambar 3. Bagan Alat KCKT ... 13

Gambar 4. Tipe Injektor Katup Putaran ... 15

Gambar 5. Bagan Alir Penelitian ... 25

Gambar 6. Kromatogram Hasil Analisis Campuran Parasetamol dan Kafein ... 30

Gambar 7. Kromatogram Sampel Panadol (PT. Sterling Products Indonesia) ... 31

Gambar 8. Kurva Kalibrasi Standar Parasetamol ... 34


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kromatogram Kurva Kalibrasi Standar Campuran Parasetamol

dan Kafein ... 44

Lampiran 2 Kurva Kalibrasi Standar Parasetamol ... 47

Lampiran 3 Perhitungan Persamaan Regresi Kurva Kalibrasi Standar Parasetamol ... 48

Lampiran 4 Perhitungan Parameter Statistika Kurva Kalibrasi Standar Parasetamol ... 49

Lampiran 5 Kurva Kalibrasi Standar Kafein ... 51

Lampiran 6 Perhitungan Persamaan Regresi Kurva Kalibrasi Standar Kafein ... 52

Lampiran 7 Perhitungan Parameter Statistika Kurva Kalibrasi Standar Parasetamol ... 53

Lampiran 8 Perhitungan Limit Deteksi dan Limit Kuantitasi ... 54

Lampiran 9 Kromatogram Uji Presisi ... 56

Lampiran 10 Perhitungan Uji Presisi ... 60

Lampiran 11 Kromatogram Sampel Bodrex ... 63

Lampiran 12 Kromatogram Sampel Oskadon ... 65

Lampiran 13 Kromatogram Sampel Panadol ... 67

Lampiran 14 Rekapitulasi Pengolahan Data Tablet Bodrex ... 69

Lampiran 15 Rekapitulasi Pengolahan Data Tablet Oskadon ... 70

Lampiran 16 Rekapitulasi Pengolahan Data Tablet Panadol ... 71


(13)

(Panadol) ... 72

Lampiran 18 Kromatogram Uji Akurasi ... 76

Lampiran 19 Data Hasil Perolehan Kembali Parasetamol dan Kafein dengan


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Obat adalah suatu zat yang digunakan untuk diagnosa, pengobatan,

melunakkan, penyembuhan atau pencegahan penyakit pada manusia atau pada

hewan. Jenis-jenis obat yang digunakan untuk penyembuhan penyakit pada

manusia digolongkan pada jenis analgetik, antipiretik, antibiotik, antihistamin,

dan lain-lain.

Di negara tropik termasuk Indonesia umumnya banyak digunakan obat

analgetik dan antipiretik disamping jenis obat lainnya. Jenis obat tersebut banyak

ragam dan bentuk dengan berbagai nama dagang dan beredar secara luas di pasar

bebas, apotek, rumah sakit dan pusat kesehatan masyarakat. Diantara obat

analgetik dan antipiretik yang beredar dimasyarakat umumnya mengandung

campuran parasetamol dan kafein, Campuran parasetamol dan kafein banyak

ditemukan dalam kombinasi obat sakit kepala.

Parasetamol merupakan salah satu obat Non-Steroidal Anti-Inflammatory

Drugs (NSAIDs) yang secara luas digunakan dalam pengobatan demam dan mengurangi rasa sakit. Kafein merupakan stimulan sistem saraf pusat. Kafein

sering dikombinasikan dengan parasetamol untuk memperkuat efek analgetisnya

(Tjay dan Rahardja, 2002).


(15)

2

diproduksi oleh suatu pabrik obat memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Obat

yang dikonsumsi akan memberikan efek terapi yang menyembuhkan di dalam

tubuh jika kadarnya berada di rentang persyaratan yang ditetapkan. Apabila kadar

obat berada di atas rentang persyaratan maka obat tersebut akan memberikan efek

toksik terhadap konsumen. Sedangkan bila berada di bawah rentang persyaratan,

maka obat tersebut tidak akan memberikan efek terapi.

Metode yang terstandar menurut Ditjen POM (1995), penentuan kadar

parasetamol dan kafein dilakukan secara individual menggunakan teknik yang

sama dengan kondosi yang berbeda. Untuk parasetamol ditentukan kadarnya

menggunakan KCKT dengan fasa gerak air-metanol (3 : 1), kolom L1, laju alir

1,5 mL/menit dan detektor UV 243 nm. Sedangkan untuk kafein ditentukan

kadarnya menggunakan KCKT dengan fasa gerak air-metanol-asam asetat glasial

(69 : 28 : 3), kolom L1, laju alir 1,0 mL/menit dan detektor UV 275 nm. Metode

tersebut tidak efisien untuk penentuan kadar campuran parasetamol dan kafein,

karena dilakukan secara individual. Selain itu, penggunaan asam asetat glasial

sangat dihindarkan jika menggunakan kolom C18 karena akan merusak kolom. Dalam Altun (2001) telah ditemukan teknik analisis penentuan kadar parasetamol

dan kafein yang dapat dilakukan secara simultan menggunakan KCKT dengan

fasa gerak 0,01 M KH2PO4--Metanol-Asetonitril-Isopropil alkohol (420 : 20 : 30 : 30), kolom C8, laju alir 1 mL/menit dan detektor UV 215 nm. Tetapi di Laboratorium Kimia Instrumen Kimia UPI hanya memiliki kolom C18. Oleh karena itu, penelitian ini mengembangkan teknik simultan ini pada kondisi


(16)

3

Suatu metode analisis baru dapat dipakai atau digunakan bila telah

dilakukan validasi yang kondisinya disesuaikan dengan laboratorium dan

peralatan yang tersedia, meskipun metode yang akan dipakai tersebut telah

dipublikasikan pada jurnal, buku teks atau buku resmi seperti Farmakope. Hal ini

dikarenakan adanya perbedaan dan keterbatasan alat, bahan kimia atau kondisi

lain yang menyebabkan metode tersebut tidak dapat diterapkan secara

keseluruhan. Sehingga sering dilakukan modifikasi, penyederhanaan maupun

perbaikan metode, akibatnya metode tersebut harus divalidasi dengan cara yang

benar. Apabila metode ini dapat dipertanggungjawabkan secara umum (linearitas,

presisi, akurasi, batas deteksi dan batas kuantitasi) tidak menyimpang dan diakui

oleh pihak yang berkompeten, maka metode yang dikembangkan ini dianggap

valid dan dapat digunakan untuk analisis rutin.

Beberapa parameter atau tahapan yang dapat dijadikan pedoman dalam

validasi metode diantaranya linearitas, limit deteksi, limit kuantitasi, akurasi,

presisi, ketangguhan, homogenitas dan lain-lain. Pada penelitian ini dilakukan

validasi metode analisis campuran parasetamol dan kafein dengan parameter

utama yang akan diuji meliputi linearitas, limit deteksi, limit kuantitasi, presisi


(17)

4

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, rumusan masalah

penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah hasil pemisahan parasetamol dan kafein secara

kromatografi cair kinerja tinggi menggunakan kolom C18 ?

2. Bagaimanakah hasil uji validasi metode analisis kadar parasetamol dan

kafein secara kromatografi cair kinerja tinggi menggunakan kolom C18 ?

1.3. Batasan Masalah

Untuk analisis rutin, validasi metode hanya perlu dilakukan terhadap 5

parameter utama. Oleh karena itu dalam penelitian ini validasi dilakukan untuk

parameter- parameter linearitas, limit deteksi, limit kuantitasi, presisi dan akurasi.

1.4. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh hasil pemisahan kafein dan

parasetamol dari pengembangan metode ini serta memperoleh data validasi

metode sehingga metode tersebut diketahui kelayakan penggunaannya


(18)

5

1.5. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat diperoleh suatu metode yang valid

dan handal sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam proses analisis

campuran parasetamol dan kafein dalam tablet obat secara kromatografi cair

kinerja tinggi menggunakan kolom C18.

1.6. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Instrumen Kimia UPI.


(19)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan

Pendidikan Kimia, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Universitas Pendidikan Indonesia.

3.2. Alat dan Bahan

3.2.1. Alat

Peralatan yang digunakan adalah neraca analitik, alat-alat gelas dasar,

spatula, botol vial, lumpang alu, kertas saring membran selulosa nitrat, kertas

saring membran PTFE, ultrasonik Batch, alat suntik (syringe), dan seperangkat

HPLC merk Hitachi D-7000.

3.2.2. Bahan

Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini meliputi KH2PO 4-p.a, metanol 4-p.a, asetonitril 4-p.a, isopropil alkohol 4-p.a, aquabides, standar

parasetamol p.a, standar kafein p.a, tablet Bodrex (PT. Tempo Scan Pacifik),

tablet Panadol Extra (PT. Sterling Products Indonesia), tablet Oskadon (PT. Supra


(20)

24

3.3. Metode Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini diperlukan metode untuk mengarahkan

dan memudahkan pelaksanaan pekerjaan. Berdasarkan rumusan masalah dan

tujuan yang ingin dicapai seperti yang dirumuskan pada bagian pendahuluan maka

disusun metodelogi penelitian dengan tahapan yang saling terkait sebagai berikut:

a. Preparasi fasa gerak yang meliputi penimbangan, pelarutan, pengocokan, dan

penyaringan.

b. Preparasi larutan standar, sampel (contoh) yang meliputi penimbangan,

pelarutan, pengocokan, pengenceran, dan penyaringan.

c. Penentuan parameter kerja metode (validasi metode) pada kondisi optimum

menggunakan larutan standar parasetamol, larutan standar kafein, dan larutan

sampel campuran parasetamol dan kafein. Dari langkah penelitian ini akan

diperoleh data yang selanjutnya diolah secara statistik untuk memperoleh

nilai linearitas, limit deteksi, limit kuantitasi, presisi (kecermatan), dan

akurasi (ketepatan).

d. Penentuan kelayakan metode berdasarkan nilai validasi yang dihasilkan.

3.4. Bagan Alir Penelitian

Secara umum, penelitian yang akan dilakukan dapat digambarkan melalui


(21)

25

Gambar 5. Bagan Alir Penelitian.

3.5. Prosedur Kerja

3.5.1. Pembuatan Fasa Gerak

Sebanyak 420 mL KH2PO4- 0,01 M, ditambahkan metanol 20 mL, ditambahkan asetonitril 30 mL, ditambahkan isopropil alkohol 30 mL, disaring

menggunakan membran whatman filter PTFE 0,2 μm, disonikasi selama 30 menit. Preparasi Larutan Standar

Pembuatan Kurva Standar Penetapan Kadar Sampel

Validasi Metode

Uji Presisi Uji LD dan LK

Preparasi Sampel

Uji Akurasi Preparasi Fasa Gerak

Uji Linearitas


(22)

26

3.5.2. Pembuatan Larutan Standar

Ditimbang seksama sejumlah 125 mg Parasetamol p.a dimasukkan

kedalam labu 50 mL. Ditimbang seksama sejumlah 12,5 mg kafein p.a,

dimasukkan kedalam labu 50 mL. Masing-masing kemudian ditambahkan pelarut

sebanyak 20 mL, disonikasi selama 15 menit, diencerkan dengan pelarut hingga

garis tanda sehingga diperoleh larutan standar campuran parasetamol 2500 ppm

dan kafein 250 ppm, disaring. Filtratnya digunakan sebagai larutan induk.

3.5.3. Pembuatan Kurva Kalibrasi Standar (Campuran Parasetamol dan Kafein)

Dipipet larutan standar parasetamol 2500 ppm sebanyak 0,4 ; 0,8 ; 1,2 ; 1,6

; 2 mL, masing-masing dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL. Dipipet larutan

standar kafein 250 ppm sebanyak 0,4 ; 0,8 ; 1,2 ; 1,6 ; 2 mL, masing-masing

dimasukkan ke dalam labu ukur yang telah terisi larutan standar parasetamol.

Ditambahkan pelarut hingga garis tanda, dikocok, sehingga diperoleh konsentrasi

100, 200, 300, 400, 500 ppm Parasetamol dan 10, 20, 30, 40, 50 ppm Kafein.

Kemudian masing-masing konsentrasi disaring dengan membran whatman PTFE

0,2 μm, disonikasi selama 20 menit. Kemudian filtrat masing-masing konsentrasi diinjeksikan ke sistem HPLC dengan volume penyuntikan 10 μl diukur pada panjang gelombang 215 nm. Selanjutnya dibuat kurva kalibrasi


(23)

27

3.5.4. Preparasi sampel

Ditimbang 20 tablet, kemudian digerus, sejumlah serbuk ditimbang 125

mg, dimasukkan kedalam labu ukur 25 mL, ditambahkan 15 mL pelarut,

disonikasi selama 30 menit, diencerkan dengan pelarut hingga garis tanda

sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 5000 ppm, dikocok lalu disaring,

dibuang 5 mL filtrat pertama dan ditampung filtrat selanjutnya. Filtrat yang jernih

digunakan sebagai larutan uji. Kemudian dari larutan ini dipipet 1 mL ke dalam

labu ukur 10 mL dan ditambahkan pelarut hingga garis tanda sehingga diperoleh

larutan dengan konsentrasi 500 ppm. Kemudian larutan disaring dengan membran

whatman filter PTFE 0,2 μm atau yang lebih halus, lalu disonikasi selama 20 menit. Dinjeksikan filtrat sebanyak 10 µL ke dalam HPLC, dideteksi pada

panjang gelombang 215 nm, laju alir 1 mL/menit kemudian dihitung kadarnya.

3.5.5. Penentuan Parameter Kinerja Validasi Metode

a. Uji Linearitas

Dibuat larutan standar campuran parasetamol dan kafein dengan

konsentrasi 100, 200, 300, 400, 500 ppm parasetamol dan 10, 20, 30, 40, 50 ppm

kafein. Kemudian masing-masing larutan disuntikkan ke alat KCKT pada kondisi

yang telah ditentukan. Dari data pengukuran dibuat kurva kalibrasi dengan

menggunakan persamaan garis regresi linear (y = a + bx) dimana a menyatakan

intersep dan b adalah kemiringan garis dari deret larutan standar yang diukur.

Liniearitas kurva kalibrasi dilihat dari nilai koefisien korelasi (r).


(24)

28

b. Uji Limit Deteksi dan Limit Kuantitasi

Persamaan linear yang diperoleh pada uji linearitas selanjutnya digunakan

untuk menghitung limit deteksi dan kuantifikasi (LD dan LK). LD dan LK

dihitung dari rerata kemiringan garis dan simpangan baku intersep kurva standar

yang diperoleh dengan rumus:

Dengan

LD = Limit Deteksi (mg/L)

LK = Limit Kuantifikasi (mg/L)

SD = Standar Deviasi

b = slope (b pada persamaan garis y = a + bx)

c. Uji Presisi

Dibuat larutan standar campuran parasetamol dan kafein dengan

konsentrasi 500 ppm parasetamol dan 50 ppm kafein. Kemudian diukur dengan

menggunakan KCKT sebanyak 6 kali ulangan di hari yang sama. Presisi

dinyatakan dalam Residual Standar Deviasi (RSD%) dengan menggunakan

rumus:

SD = √∑ ̅ RSD (%) =

̅

Dengan


(25)

29

̅ = rerata kadar

d. Uji Akurasi

Akurasi diuji dengan metode penambahan standar. Disiapkan larutan

sampel dengan konsentrasi 500 ppm yang telah diukur dan diketahui kadarnya.

Serta dibuat larutan standar larutan standar campuran parasetamol dan kafein

dengan konsentrasi 500 ppm parasetamol dan 50 ppm kafein. Sebanyak 5 mL

larutan standar campuran parasetamol dan kafein dimasukkan ke dalam labu takar

10 mL. Kemudian ditambahkan dengan larutan sampel dengan konsentrasi 500

ppm, lalu diukur sebanyak 5 kali ulangan. Persen perolehan kembali dihitung

dengan rumus:

Persen perolehan kembali = Keterangan :

A = konsentrasi contoh + konsentrasi standar yang terukur

B = konsentrasi contoh


(26)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Hasil pemisahan parasetamol dan kafein secara KCKT menggunakan

kolom C18 lebih baik daripada menggunakan kolom C8. Hal ini didasarkan atas waktu retensi pemisahan parasetamol dan kafein dengan menggunakan kolom C18 lebih cepat yaitu 2,51 menit dan 3,85 menit. Sedangkan dengan menggunakan

kolom C8 lebih lambat yaitu 4,88 menit dan 5,85 menit.

Metode yang dikembangkan telah tervalidasi menurut 5 parameter metode

ini. Untuk parasetamol mempunyai linearitas yang baik dengan r = 0,9997; Limit

deteksi dan kuantitasi berturut-turut adalah 17,5867 mg/L dan 53,2932 mg/L;

Presisi yang baik dengan nilai RSD% dari luas area dan konsentrasi analit secara

berurutan sebesar 0,96% dan 1,03%; dan akurasi yang baik dengan nilai persen

perolehan kembali berkisar 100,22-102,36%. Sedangkan untuk kafein mempunyai

linearitas yang baik dengan r = 0,9999; Limit deteksi dan kuantitasi berturut-turut

adalah 0,7567 mg/L dan 2,2932 mg/L; Presisi yang baik dengan nilai RSD% dari

luas area dan konsentrasi analit secara berurutan sebesar 0,99% dan 1,01%; dan

akurasi yang baik dengan nilai persen perolehan kembali berkisar 90,03-92,98%.

5.2. Saran

Perlu dilakukan uji terhadap parameter validasi yang lain, diantaranya


(27)

DAFTAR PUSTAKA

[AOAC] Association of Official Analytical Chemists. 2002. AOAC International

methods committee guidelines for validation of qualitative and

quantitative food microbiological official methods of analysis. J AOAC

Int. 85: 1–5. [2 Feb 2007].

Altun, M Levent. (2001). HPLC Method for the Analysis of Paracetamol,

Caffeine and Dipyrone. Turk J Chem 26 (2002) , 521 - 528.

Anief, Moh. (1995). Prinsip Umum dan Dasar Farmakologi. Yogyakarta:

Universitas Gadjah Mada Press.

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Dep Kes RI

Farmakologi Fakultas Kedokteran UI. (2002). Farmakologi dan Terapi. Edisi

ke-4. Gaya Baru. Depok: Farmakologi Fakultas Kedokteran UI

Ganiswara, S. (1995). Farmakologi dan Terapi. Edisi IV. Depok: Farmakologi

Fakultas Kedokteran UI

Harmita. (2004). Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara

Perhitungannya. Departemen Farmasi FMIPA UI. Hal. 117-132.

Harmita. (2006). Analisis Fisikokimia. Depok: Departemen Farmasi FMIPA UI

Hendayana, Sumar. (2006). Kimia Pemisahan Metode Kromatografi dan


(28)

43

Ibrahim, Slamet. (2007). Makalah Pengembangan dan Validasi Metode Analisis.

Bandung : Sekolah Farmasi ITB

Kuschinsky, G. and H. Lullman. (1973). Textbook of Pharmacology. London:

Academic Press New York.

Nurhayati, Tutik. (2008). Uji Efek Sediaan Serbuk Instan Rimpang Kencur

(Kaempferia Galanga L.) sebagai Tonikum Terhadap Mencit Jantan Galur Swiss Webster. Skripsi S1 Fakultas Farmasi UMS: tidak

diterbitkan

Sudaryo. (2001). Pengantar Kromatografi. Surabaya : BPOM Surabaya

Tjay & Rahardja. (2002). Obat-Obat Penting. Edisi kelima. Jakarta: PT. Elex

Media Komputindo.

Underwood, A.L, dan Day, R.A. (2001). Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi ke-6.

Jakarta : Erlangga

Widodo, U, Bircher, J, dkk. (1993). Kumpulan Data Klinik Farmakologi.


(1)

27

Kriswanto, 2013

Pengembangan Dan Uji Validasi Metode Analisis Kadar Parasetamol Dan Kafein Dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

3.5.4. Preparasi sampel

Ditimbang 20 tablet, kemudian digerus, sejumlah serbuk ditimbang 125 mg, dimasukkan kedalam labu ukur 25 mL, ditambahkan 15 mL pelarut, disonikasi selama 30 menit, diencerkan dengan pelarut hingga garis tanda sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 5000 ppm, dikocok lalu disaring, dibuang 5 mL filtrat pertama dan ditampung filtrat selanjutnya. Filtrat yang jernih digunakan sebagai larutan uji. Kemudian dari larutan ini dipipet 1 mL ke dalam labu ukur 10 mL dan ditambahkan pelarut hingga garis tanda sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 500 ppm. Kemudian larutan disaring dengan membran whatman filter PTFE 0,2 μm atau yang lebih halus, lalu disonikasi selama 20 menit. Dinjeksikan filtrat sebanyak 10 µL ke dalam HPLC, dideteksi pada panjang gelombang 215 nm, laju alir 1 mL/menit kemudian dihitung kadarnya.

3.5.5. Penentuan Parameter Kinerja Validasi Metode a. Uji Linearitas

Dibuat larutan standar campuran parasetamol dan kafein dengan konsentrasi 100, 200, 300, 400, 500 ppm parasetamol dan 10, 20, 30, 40, 50 ppm kafein. Kemudian masing-masing larutan disuntikkan ke alat KCKT pada kondisi yang telah ditentukan. Dari data pengukuran dibuat kurva kalibrasi dengan menggunakan persamaan garis regresi linear (y = a + bx) dimana a menyatakan intersep dan b adalah kemiringan garis dari deret larutan standar yang diukur. Liniearitas kurva kalibrasi dilihat dari nilai koefisien korelasi (r).


(2)

28

Kriswanto, 2013

Pengembangan Dan Uji Validasi Metode Analisis Kadar Parasetamol Dan Kafein Dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

b. Uji Limit Deteksi dan Limit Kuantitasi

Persamaan linear yang diperoleh pada uji linearitas selanjutnya digunakan untuk menghitung limit deteksi dan kuantifikasi (LD dan LK). LD dan LK dihitung dari rerata kemiringan garis dan simpangan baku intersep kurva standar yang diperoleh dengan rumus:

Dengan

LD = Limit Deteksi (mg/L) LK = Limit Kuantifikasi (mg/L) SD = Standar Deviasi

b = slope (b pada persamaan garis y = a + bx)

c. Uji Presisi

Dibuat larutan standar campuran parasetamol dan kafein dengan konsentrasi 500 ppm parasetamol dan 50 ppm kafein. Kemudian diukur dengan menggunakan KCKT sebanyak 6 kali ulangan di hari yang sama. Presisi dinyatakan dalam Residual Standar Deviasi (RSD%) dengan menggunakan rumus:

SD = √∑ ̅ RSD (%) =

̅

Dengan

SD = Standar Deviasi


(3)

29

Kriswanto, 2013

Pengembangan Dan Uji Validasi Metode Analisis Kadar Parasetamol Dan Kafein Dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

̅ = rerata kadar

d. Uji Akurasi

Akurasi diuji dengan metode penambahan standar. Disiapkan larutan sampel dengan konsentrasi 500 ppm yang telah diukur dan diketahui kadarnya. Serta dibuat larutan standar larutan standar campuran parasetamol dan kafein dengan konsentrasi 500 ppm parasetamol dan 50 ppm kafein. Sebanyak 5 mL larutan standar campuran parasetamol dan kafein dimasukkan ke dalam labu takar 10 mL. Kemudian ditambahkan dengan larutan sampel dengan konsentrasi 500 ppm, lalu diukur sebanyak 5 kali ulangan. Persen perolehan kembali dihitung dengan rumus:

Persen perolehan kembali = Keterangan :

A = konsentrasi contoh + konsentrasi standar yang terukur B = konsentrasi contoh


(4)

Kriswanto, 2013

Pengembangan Dan Uji Validasi Metode Analisis Kadar Parasetamol Dan Kafein Dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Hasil pemisahan parasetamol dan kafein secara KCKT menggunakan kolom C18 lebih baik daripada menggunakan kolom C8. Hal ini didasarkan atas waktu retensi pemisahan parasetamol dan kafein dengan menggunakan kolom C18 lebih cepat yaitu 2,51 menit dan 3,85 menit. Sedangkan dengan menggunakan kolom C8 lebih lambat yaitu 4,88 menit dan 5,85 menit.

Metode yang dikembangkan telah tervalidasi menurut 5 parameter metode ini. Untuk parasetamol mempunyai linearitas yang baik dengan r = 0,9997; Limit deteksi dan kuantitasi berturut-turut adalah 17,5867 mg/L dan 53,2932 mg/L; Presisi yang baik dengan nilai RSD% dari luas area dan konsentrasi analit secara berurutan sebesar 0,96% dan 1,03%; dan akurasi yang baik dengan nilai persen perolehan kembali berkisar 100,22-102,36%. Sedangkan untuk kafein mempunyai linearitas yang baik dengan r = 0,9999; Limit deteksi dan kuantitasi berturut-turut adalah 0,7567 mg/L dan 2,2932 mg/L; Presisi yang baik dengan nilai RSD% dari luas area dan konsentrasi analit secara berurutan sebesar 0,99% dan 1,01%; dan akurasi yang baik dengan nilai persen perolehan kembali berkisar 90,03-92,98%.

5.2. Saran

Perlu dilakukan uji terhadap parameter validasi yang lain, diantaranya selektivitas, sensitivitas, ketangguhan metode (ruggednes), kekuatan (robustness) dan homogenitas serta melakukan optimasi dengan fasa gerak yang berbeda.


(5)

Kriswanto, 2013

Pengembangan Dan Uji Validasi Metode Analisis Kadar Parasetamol Dan Kafein Dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

[AOAC] Association of Official Analytical Chemists. 2002. AOAC International methods committee guidelines for validation of qualitative and quantitative food microbiological official methods of analysis. J AOAC Int. 85: 1–5. [2 Feb 2007].

Altun, M Levent. (2001). HPLC Method for the Analysis of Paracetamol, Caffeine and Dipyrone. Turk J Chem 26 (2002) , 521 - 528.

Anief, Moh. (1995). Prinsip Umum dan Dasar Farmakologi. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press.

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Dep Kes RI

Farmakologi Fakultas Kedokteran UI. (2002). Farmakologi dan Terapi. Edisi ke-4. Gaya Baru. Depok: Farmakologi Fakultas Kedokteran UI

Ganiswara, S. (1995). Farmakologi dan Terapi. Edisi IV. Depok: Farmakologi Fakultas Kedokteran UI

Harmita. (2004). Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungannya. Departemen Farmasi FMIPA UI. Hal. 117-132.

Harmita. (2006). Analisis Fisikokimia. Depok: Departemen Farmasi FMIPA UI Hendayana, Sumar. (2006). Kimia Pemisahan Metode Kromatografi dan


(6)

43

Kriswanto, 2013

Pengembangan Dan Uji Validasi Metode Analisis Kadar Parasetamol Dan Kafein Dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Ibrahim, Slamet. (2007). Makalah Pengembangan dan Validasi Metode Analisis. Bandung : Sekolah Farmasi ITB

Kuschinsky, G. and H. Lullman. (1973). Textbook of Pharmacology. London: Academic Press New York.

Nurhayati, Tutik. (2008). Uji Efek Sediaan Serbuk Instan Rimpang Kencur (Kaempferia Galanga L.) sebagai Tonikum Terhadap Mencit Jantan Galur Swiss Webster. Skripsi S1 Fakultas Farmasi UMS: tidak diterbitkan

Sudaryo. (2001). Pengantar Kromatografi. Surabaya : BPOM Surabaya

Tjay & Rahardja. (2002). Obat-Obat Penting. Edisi kelima. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Underwood, A.L, dan Day, R.A. (2001). Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi ke-6. Jakarta : Erlangga

Widodo, U, Bircher, J, dkk. (1993). Kumpulan Data Klinik Farmakologi. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press