BAB V. KERANGKA STRATEGIS PEMBIAYAAN INSFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA - DOCRPIJM df21d190e4 BAB VBAB 5 KERANGKA STRATEGIS PEMBIAYAAN

Laporan Final
RPIJM KABUPATEN INHIL (2015-2019)

BAB V. KERANGKA STRATEGIS PEMBIAYAAN
INSFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA

5.1

POTENSI PENDANAAN APBD

Kebijakan umum belanja daerah Kabupaten Indragiri Hilir selama tahun anggaran 20092013 adalah sebagai berikut:
1.

Belanja daerah diprioritaskan dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan Kabupaten yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan yang
ditetapkan berdasarkan ketentuan perundang-undangan.

2.

Belanja dalam rangka penyelenggaraan urusan wajib digunakan untuk melindungi dan
meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah

yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan,
fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan
social.

3.

Belanja daerah disusun berdasarkan pendekatan prestasi kerja yang berorientasi pada
pencapaian hasil dari input yang direncanakan. Hal tersebut bertujuan untuk
meningkatkan akuntabilitas perencanaan anggaran serta memperjelas efektivitas dan
efisiensi penggunaan anggaran.

4.

Penyusunan belanja daerah diprioritaskan untuk menunjang efektivitas pelaksanaan tugas
dan fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam rangka melaksanakan urusan
pemerintahan daerah yang menjadi tanggung jawabnya. Peningkatan alokasi anggaran
belanja yang direncanakan oleh setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah harus terukur
yang diikuti dengan peningkatan kinerja pelayanan dan peningkatan kesejahteraan
masyarakat.


5.

Penggunaan dana perimbangan diprioritaskan untuk kebutuhan sebagai berikut :
a.

Penerimaan dana bagi hasil pajak diprioritaskan untuk mendanai perbaikan
lingkungan pemukiman diperkotaan dan diperdesaan, pembangunan irigasi, jaringan
jalan dan jembatan;

b.

Penerimaan dana bagi hasil sumber daya alam diutamakan pengalokasiannya untuk
mendanai pelestarian lingkungan areal pertambangan, perbaikan dan penyediaan
fasilitas umum dan fasilitas sosial, fasilitas pelayanan kesehatan dan pendidikan

Rencana Terpadu Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2019

271 | P a g e


Laporan Final
RPIJM KABUPATEN INHIL (2015-2019)
untuk tercapainya standar pelayanan minimal yang ditetapkan peraturan
perundangundangan;
c.

Dana alokasi umum diprioritaskan penggunaannya untuk mendanai gaji dan
tunjangan pegawai, kesejahteraan pegawai, kegiatan operasi dan pemeliharaan
serta pembangunan fisik sarana dan prasarana dalam rangka peningkatan
pelayanan dasar dan pelayanan umum yang dibutuhkan masyarakat;

d.

Dana alokasi khusus digunakan berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh
pemerintah.

6.

Belanja Tidak Langsung.
Belanja tidak langsung merupakan belanja yang tidak terkait langsung dengan

pelaksanaan program dan kegiatan. Belanja tidak langsung meliputi :
a.

Belanja Pegawai.
1)

Untuk mengantisipasi adanya kenaikan gaji berkala, tunjangan keluarga,
mutasi dan penambahan PNSD, diperhitungkan acress yang besarnya dibatasi
maksimum 2,5% dari jumlah belanja pegawai (gaji pokok dan tunjangan);

2)

Besarnya penganggaran gaji pokok dan tujangan PNSD disesuaikan
dengan hasil rekonsiliasi jumlah pegawai dan belanja pegawai serta
memperhitungkan rencana kenaikan gaji pokok dan tunjangan PNSD yang
ditetapkan pemerintah;

3)

Dalam upaya meningkatkan kinerja aparatur, daerah memberikan tambahan

penghasilan bagi PNSD/CPNSD sesuai dengan kemampuan keuangan
daerah, yang didasarkan pada pertimbangan beban kerja, prestasi kerja,
kondisi kerja, tempat bertugas dan kelangkaan profesi yang dapat dilakukan
secara bertahap dan berkesinambungan;

4)

Pemberian biaya Pemungutan Pajak dan Retribusi Daerah dalam bentuk
pemberian insentif sejalan dengan kinerja organisasi dalam pencapaian target
yang ditetapkan. Insentif diberikan atas dasar kebutuhan rill bagi aparat yang
terkait dengan proses pemungutan pajak daerah, yang besaran insentifnya
didasarkan pada pertimbangan asas kepatutan dan kewajaran yang dikaitkan
dengan bobot tanggung jawab, peran, beban kerja, prestasi dan lokasi kerja

Rencana Terpadu Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2019

272 | P a g e

Laporan Final

RPIJM KABUPATEN INHIL (2015-2019)
serta tidak melebihi 5 % dari target penerimaan pajak daerah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
5)

Penyediaan anggaran untuk penyelenggaraan asuransi kesehatan bagi
PNSD berpedoman pada peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2003 tentang
Subsidi dan Iuran Pemerintah dalam Penyelenggaraan Asuransi Kesehatan
bagi Pegawai Negeri Sipil dan Penerima Pensiun serta Peraturan Bersama
Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri Nomor 138/MENKES/PB/II/2009
tentang Pedoman Tarif Pelayanan Kesehatan bagi peserta PT.Askes (Persero)
dan anggota keluarganya di Puskesmas, Balai Kesehatan Masyarakat dan
Rumah Sakit Daerah;

6)

Penganggaran penghasilan dan penerimaan lain Pimpinan dan Anggota
DPRD serta belanja penunjang kegiatan didasarkan pada :
a)


Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang kedudukan
Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2007;

b)

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2007 tentang
Pengelompokan Kemampuan Keuangan Daerah, Penganggaran dan
Pertanggung jawaban Penggunaan Belanja Penunjang Operasional
Pimpinan DPRD serta Tata Cara Pengembalian Tunjangan Komunikasi
Intensif dan Dana Operasional.

7)

Belanja Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.
Penganggaran belanja Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
didasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2000 tentang
Kedudukan Keuangan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.


8)

Belanja Bunga.
Belanja Bunga dianggarkan untuk pembayaran bunga atas pinjaman
daerah, baik jangka pendek, jangka menengah, maupun jangka panjang yang
dianggarkan didalam APBD sesuai dengan hasil rekonsiliasi yang dilakukan.

Rencana Terpadu Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2019

273 | P a g e

Laporan Final
RPIJM KABUPATEN INHIL (2015-2019)
9)

Belanja Subsidi.
Belanja Subsidi hanya diberikan kepada perusahaan/lembaga
tertentu agar harga produksinya terjangkau oleh masyarakat yang daya
belinya terbatas. Produk yang diberi subsidi merupakan kebutuhan dasar dan

menyangkut hajat hidup orang banyak serta terlebih dahulu dilakukan
pengkajian agar tepat sasaran dan tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan.

10)

Belanja Hibah.
Pemberian Hibah berdasarkan Peraturan Mentri Dalam Negri Nomor
32 Tahun 2011 tentang pedoman pemberian hibah dan bantuan sosial yang
bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang bertujuan
untuk mendukung fungsi penyelenggaraan pemerintah, pemerintah daerah
lainnya, perusahaan daerah, masyarakat dan organisasi kemasyarakatan yang
secara spesifik dan selektif dengan pempertimbangkan kemampuan keuangan
daerah.

11)

Bantuan Sosial.
Penganggaran pemberian bantuan sosial diperuntukkan kepada
individu, keluarga dan atau masyarakat yang mengalami keadaan yang tidak

stabil sebagai akibat dari krisis sosial, ekonomi, politik bencana atau fenomena
alam agar dapat memenuhi kebutuhan hidup minimum seta lembaga non
pemerintahan, bidang pendidikan, keagamaan, dan bidang lainnya yang
berperan untuk melindungi individu kelompok dan atau masyarakat dari
kemungkinan terjadinya resiko sosial yang dilakukan secara selektif, tidak
terus menerus/tidak mengikat serta memiliki kejelasan penggunaannya;

12)

Belanja Bantuan Keuangan.
Pemberian bantuan keuangan dapat bersifat umum maupun bersifat
khusus. Pemerintah Kabupaten Indragiri Hilir pada Tahun 2010-2013
mengalokasikan bantuan keuangan kepada pemerintah desa dalam rangka
menunjang fungsi-fungsi penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan
desa untuk percepatan/akselerasi pembangunan desa dalam bentuk Program

Rencana Terpadu Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2019

274 | P a g e


Laporan Final
RPIJM KABUPATEN INHIL (2015-2019)
Desa Mandiri, selain itu juga adanya belanja bantuan kepada partai politik
yang dilakukan sesuai peroleh suara pada Pemilu Legislatif yang disyahkan
oleh KPU (PP No. 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan pada Partai
Politik).
13)

Belanja Tidak Terduga.
Penganggaran belanja tidak terduga dipergunakan untuk kegiatan
yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan berulang (penanggulangan
bencana alam, bencana sosial), serta termasuk pengembalian atas kelebihan
penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya yang telah ditutup yaitu adanya
pengembalian Dana Percepatan Pembangunan Infrastruktur Daerah (DPPID)
yang tidak terserap pada tahun anggaran 2012.

7.

Belanja Langsung.
Kebijaksanaan pengeluaran belanja langsung, antara lain untuk meningkatkan
pelayanan

kepada

masyarakat,

memelihara

hasil-hasil

pembangunan,

serta

mengakomodir aspirasi masyarakat melalui RKPD sesuai skala prioritas dan ketersediaan
dana dan melakukan penghematan dan efisiensi pengeluaran belanja langsung dengan
catatan dan tidak akan mengganggu kelancaran tugas satuan/unit kerja daerah.
Sementara itu kebijaksanaan di bidang pembangunan pada prinsipnya masih
diarahkan untuk meningkatkan perekonomian daerah, menstimulir sektor swasta,
memperluas lapangan kerja, mendorong peningkatan produksi dalam negeri baik untuk
penggunaan dalam negeri maupun eksport. Penganggaran belanja langsung dalam
rangka melaksanakan program dan kegiatan Pemerintah Daerah Tahun Anggaran 2009 2013, telah memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a.

Dalam merencanakan alokasi belanja untuk setiap kegiatan, dilakukan analisis
beban kerja dan kewajaran biaya yang dikaitkan dengan output yang dihasilkan dari
satu kegiatan, untuk menghindari adanya pemborosan;

Rencana Terpadu Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2019

275 | P a g e

Laporan Final
RPIJM KABUPATEN INHIL (2015-2019)
b.

Terhadap kegiatan pembangunan fisik, diupayakan proporsi belanja modal lebih
besar dibanding dengan belanja pegawai atau belanja barang dan jasa.
Selanjutnya dalam pengelolaan belanja langsung telah dilakukan berbagai

kebijakan, yang meliputi :
a.

Belanja Pegawai.
1)

Penganggaran honorarium bagi PNSD supaya dibatasi sesuai dengan tingkat
kewajaran dan beban tugas. Dasar penghitungan besaran honorarium
disesuaikan dengan standar yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala
Daerah;

2)

Penganggaran honorarium Non PNSD hanya dapat disediakan bagi pegawai
tidak tetap yang benar-benar memiliki peranan dan kontribusi serta yang terkait
langsung dengan kelancaran pelaksanaan kegiatan di masing-masing SKPD,
termasuk narasumber/tenaga ahli di luar Instansi Pemerintah.

b.

Belanja Barang dan Jasa.
Penganggaran Belanja Barang dan Jasa digunakan untuk penyediaan
barang dan jasa kebutuhan kantor serta pihak ketiga/masyarakat yang meliputi :
1)

Belanja barang pakai habis, belanja sewa (rumah/gedung/tempat, sarana
mobilitas, perlengkapan dan peralatan kantor) yang disesuaikan dengan
kebutuhan riil dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi SKPD, dengan
mempertimbangkan jumlah pegawai dan volume pekerjaan;

2)

Penganggaran belanja perjalanan dinas daerah, baik perjalanan dinas dalam
daerah maupun perjalanan dinas luar daerah diupayakan untuk selektif
dengan frekuensi dan jumlah hari yang dibatasi;

3)

Untuk perjalanan dinas dalam rangka kunjungan kerja, studi banding
penyelenggaraan rapat-rapat yang dilaksanakan di luar kantor, workshop,
seminar, lokakarya dan pelatihan juga dibatasi dengan melakukan seleksi
terhadap pelaksanaan kegiatan yang benar-benar relevan dengan tupoksi
SKPD sejalan dengan substansi kebijakan yang telah dirumuskan;

Rencana Terpadu Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2019

276 | P a g e

Laporan Final
RPIJM KABUPATEN INHIL (2015-2019)
4)

Upah tenaga kerja dan tenaga lainnya yang terkait dengan jasa
pemeliharaan atau jasa konsultasi baik yang dilakukan secara swakelola
maupun dengan pihak ketiga;

5)

Selanjutnya belanja barang jasa berupa barang yang akan diserahkan
kepada masyarakat mulai tahun anggaran 2013 dianggarkan melalui belanja
barang jasa dan tidak dicatat sebagai aset pemerintah.

c.

Belanja Modal.
Dalam menetapkan anggaran belanja modal untuk pengadaan barang
inventaris agar dilakukan secara selektif sesuai kebutuhan masing-masing SKPD,
untuk itu dalam merencanakan anggaran terlebih dahulu dilakukan evaluasi dan
pengkajian terhadap pengadaan barang-barang inventaris dimaksud, baik dari
segi kondisi maupun umur ekonomisnya.

5.1

3.2.3. Proporsi Realisasi Belanja Daerah

Berdasarkan data laporan keterangan pertanggungjawaban kepala daerah tahun 20092013, dapat diketahui bahwa realisasi belanja daerah berkisar antara 83.26 persen sampai
dengan 93.65 persen atau rata-rata realisasi tahunan mencapai sebesar 88.95 persen.
Pada kelompok belanja tidak langsung terlihat adanya realisasi belanja yang tinggi pada
tahun 2010 yaitu sebesar 95.07 persen yang selanjutnya mulai mengalami penurunan hingga
angka 80,66 persen pada tahun 2013. Sedangkan untuk kelompok belanja langsung realisasi
belanja paling tinggi terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar 92.79 persen untuk selanjutnya
berfluktuasi hingga angka 85.57 persen pada tahun 2013.
Pada kelompok belanja tidak langsung diketahui bahwa realisasi belanja bantuan
keuangan mencapai angka yang cukup tinggi yaitu berkisar pada 98.42 persen hingga 100 persen
atau rata-rata 99.40 persen. Hal tersebut berarti serapan pada jenis belanja bantuan keuangan
sangat tinggi dan hal tersebut diharapkan hasilnya dapat tepat sasaran. Sedangkan pada
kelompok belanja langsung diperoleh bahwa jenis belanja pegawai juga memiliki serapan yang
cukup tinggi yaitu berkisar pada 91.96 persen hingga 96.57 persen atau secara rata-rata sebesar
94.85 persen.

Rencana Terpadu Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2019

277 | P a g e

Laporan Final
RPIJM KABUPATEN INHIL (2015-2019)

5.1.1

Tabel 3.15 Proporsi Belanja Daerah Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2009-

2013
010

011

012

Belanja

009
93.65

90.20

89.36

88.29

2
013
83.26

Belanja Tidak langsung

94.54

95.07

92.29

88.58

80.66

Belanja Pegawai
Belanja Bunga
Belanja Subsidi

94.02
-

36.86
100.00
98.66

92.35
13.84
100.00

88.67
34.27
100.00

80.47
3.12
0

Belanja Hibah
Belanja Bantuan Sosial
Belanja Bantuan Keuangan
kepada Provinsi / Kabupaten
/ Kota dan Pemerintahan
Desa
Belanja Tidak Terduga
Belanja Langsung

95.38
89.48
99.00

92.98
95.07
100.00

91.90
79.92
99.70

67.05
42.05
99.87

54.23
67.08
98.42

59.91
92.79

0.00
83.91

0.00
86.60

29.04
88.04

0
85.57

17.79

Belanja Pegawai
Belanja Barang dan Jasa
Belanja Modal

95.36
97.80
94.42

96.57
93.06
72.45

95.76
85.36
86.16

94.58
88.70
86.68

91.96
83.79
86.24

94.85
89.74
85.19

Uraian

o

2

2

2

2

.1.

.2.

R
erata
88.95
90.10

78.47
30.25
59.73
80.31
74.72
99.40

87.38

Sumber data: Laporan Realisasi Anggaran Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2009-2013, Diolah

.1.

Gambar 3.2 Grafik Alokasi Anggaran dan Realisasi Belanja Daerah

Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2009-2013

Rencana Terpadu Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2019

278 | P a g e

Laporan Final
RPIJM KABUPATEN INHIL (2015-2019)
2,000,000,000,000.00
1,800,000,000,000.00
1,600,000,000,000.00

1,524,026,718,777.13

1,830,484,723,559.30

1,410,072,710,454.23

1,229,299,099,171.29

200,000,000,000.00

1,375,648,384,545.57

400,000,000,000.00

943,901,201,458.04

600,000,000,000.00

1,046,489,759,608.06

800,000,000,000.00

969,535,236,560.66

1,000,000,000,000.00

1,035,232,615,629.51

1,200,000,000,000.00

1,597,160,164,316.55

1,400,000,000,000.00

Tahun 2009

Realisasi
Tahun Anggaran
2010 Tahun
2011

Tahun 2012

Tahun 2013

Sumber data: Laporan Realisasi Anggaran Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2009-2013, Diolah

5.2

. POTENSI PEMBIAYAAN APBN

Pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya perlu memperhatikan arahan dalam
peraturan dan perundangan terkait, antara lain:
1. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah: Pemerintah daerah
diberikan hak otonomi daerah, yaitu hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat sesuai dengan peraturan perundangundangan. Dalam hal ini, Pemerintah
Daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali
urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah Pusat yaitu politik luar negeri,
pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, serta agama.
2. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah
Pusat dan Daerah: untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah, pemerintah
daerah didukung sumber-sumber pendanaan meliputi Pendapatan Asli Daerah, Dana
Perimbangan, Pendapatan Lain yang Sah, serta Penerimaan Pembiayaan. Penerimaan
daerah ini akan digunakan untuk mendanai pengeluaran daerah yang dituangkan dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang ditetapkan melalui Peraturan
Daerah.
3. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah yang memberikan

Rencana Terpadu Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2019

279 | P a g e

Laporan Final
RPIJM KABUPATEN INHIL (2015-2019)
4. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan: Dana
Perimbangan terdiri dari Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi Khusus.
Pembagian DAU dan DBH ditentukan melalui rumus yang ditentukan Kementerian
Keuangan. Sedangkan DAK digunakan untuk mendanai kegiatankhusus yang ditentukan
Pemerintah atas dasar prioritas nasional. Penentuan lokasi dan besaran DAK dilakukan
berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis.
5. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota: Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah,
terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib yang menjadi kewenangan
pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala
kabupaten/kota meliputi 26 urusan, termasuk bidang pekerjaan umum. Penyelenggaraan
urusan pemerintahan yang bersifat wajib yang berpedoman pada standar pelayanan
minimal dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh Pemerintah. Urusan wajib
pemerintahan yang merupakan urusan bersama diserahkan kepada daerah disertai
dengan sumber pendanaan, pengalihan sarana dan prasarana, serta kepegawaian sesuai
dengan urusan yang didesentralisasikan.
6. Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah: Sumber pinjaman
daerah meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah Lainnya, Lembaga Keuangan Bank dan
Non-Bank, serta Masyarakat. Pemerintah Daerah tidak dapat melakukan pinjaman
langsung kepada pihak luar negeri, tetapi diteruskan melalui pemerintah pusat. Dalam
melakukan pinjaman daerah Pemda wajib memenuhi persyaratan:
a. total jumlah pinjaman pemerintah daerah tidak lebih dari 75% penerimaan APBD
tahun sebelumnya;
b. memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan
pinjaman yang ditetapkan pemerintah paling sedikit 2,5;
c. persyaratan lain yang ditetapkan calon pemberi pinjaman;
d. tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari
pemerintah;
e. pinjaman jangka menengah dan jangka panjang wajib mendapatkan persetujuan
DPRD.

Rencana Terpadu Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2019

280 | P a g e

Laporan Final
RPIJM KABUPATEN INHIL (2015-2019)
7. Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan
Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur (dengan perubahan Perpres 13/2010 & Perpres
56/2010): Menteri atau Kepala Daerah dapat bekerjasama dengan badan usaha dalam
penyediaan infrastruktur. Jenis infrastruktur permukiman yang dapat dikerjasamakan
dengan badan usaha adalah infrastruktur air minum, infrastruktur air limbah permukiman
dan prasarana persampahan.
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah (dengan perubahan Permendagri 59/2007 dan Permendagri 21/2011):
Struktur APBD terdiri dari:
a. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan
Pendapatan Lain yang Sah.
b. Belanja Daerah meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung.
c. Pembiayaan Daerah

meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan

Pembiayaan

Pengeluaran.
9. Peraturan Menteri PU No. 15 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana
Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur: Kementerian PU menyalurkan DAK untuk
pencapaian sasaran nasional bidang Cipta Karya, Adapun ruang lingkup dan kriteria
teknis DAK bidang Cipta Karya adalah sebagai berikut:
a. Bidang Infrastruktur Air Minum
DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan air
minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan
di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan. Adapun kriteria
teknis alokasi DAK diutamakan untuk program percepatan pengentasan kemiskinan
dan memenuhi sasaran/ target Millenium Development Goals (MDGs) yang
mempertimbangkan:

-

Jumlah masyarakat berpenghasilan rendah;

-

Tingkat kerawanan air minum.

b. Bidang Infrastruktur Sanitasi
DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah,
persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat
berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggara-kan melalui proses
pemberdayaan masyarakat. DAK Sanitasi diutamakan untuk program peningkatan
Rencana Terpadu Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2019

281 | P a g e

Laporan Final
RPIJM KABUPATEN INHIL (2015-2019)
derajat kesehatan masyarakat dan memenuhi sasaran/target MDGs yang dengan
kriteria teknis:

-

kerawanan sanitasi;

-

cakupan pelayanan sanitasi.

10.Peraturan Menteri PU No. 14 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan
Kementerian Pekerjaan Umum yang Merupakan Kewenanangan Pemerintah dan
Dilaksanakan Sendiri: Dalam menyelenggarakan kegiatan yang dibiayai dana APBN,
Kementerian PU membentuk satuan kerja berupa Satker Tetap Pusat, Satker Unit
Pelaksana Teknis Pusat, dan Satuan Non Vertikal Tertentu. Rencana program dan usulan
kegiatan yang diselenggarakan Satuan Kerja harus mengacu pada RPIJM bidang
infrastruktur ke-PU-an yang telah disepakati. Gubernur sebagai wakil Pemerintah
mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan kementerian yang dilaksanakan di daerah
dalam rangka keterpaduan pembangunan wilayah dan pengembangan lintas sektor.
Berdasarkan peraturan perundangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa lingkup sumber
dana kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya yang dibahas dalam RPIJM bidanG Cipta Karya
meliputi:
1. Dana APBN, meliputi dana yang dilimpahkan Ditjen Cipta Karya kepada Satuan Kerja di
tingkat provinsi (dana sektoral di daerah) serta Dana Alokasi Khusus bidang Air Minum
dan Sanitasi.
2. Dana APBD Provinsi, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana
lainnya yang dibelanjakan pemerintah provinsi untuk pembangunan infrastruktur
permukiman dengan skala provinsi/regional.
3. Dana APBD Kabupaten/Kota, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan
dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah kabupaten untuk pembangunan infrastruktur
permukiman dengan skala kabupaten/kota.
4. Dana Swasta meliputi dana yang berasal dari skema kerjasama pemerintah dan swasta
(KPS), maupun skema Corporate Social Responsibility (CSR).
5. Dana Masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat.
6. Dana Pinjaman, meliputi pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri.

Rencana Terpadu Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2019

282 | P a g e

Laporan Final
RPIJM KABUPATEN INHIL (2015-2019)
Dana-dana tersebut digunakan untuk belanja pembangunan, pengoperasian dan
pemeliharaan prasarana yang telah terbangun, serta rehabilitasi dan peningkatan prasarana yang
telah ada. Oleh karena itu, dana-dana tersebut perlu dikelola dan direncanakan secara terpadu
sehingga optimal dan memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan pelayanan
bidang Cipta Karya.
5.3. ALTERNATIF SUMBER PENDANAAN

Perusahaan daerah yang dibentuk pemerintah daerah memiliki dua fungsi,
yaitu untuk menyediakan pelayanan umum bagi kesejahteraan sosial (social
oriented) sekaligus untuk menghasilkan laba bagi perusahaan maupun sebagai
sumber pendapatan pemerintah daerah (profit oriented). Ada beberapa perusahaan
daerah yang bergerak dalam bidang pelayanan bidang Cipta Karya, seperti di sektor
air minum, persampahan dan air limbah.Kinerja keuangan dan investasi perusahaan
daerah perlu dipahami untuk melihat kemampuan perusahaan daerah dalam
meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan secara berkelanjutan.Pembiayaan
dari perusahaan daerah dapat menjadi salah satu alternatif dalam mengembangkan
infrastruktur Cipta Karya.
Dalam bagian ini disajikan kinerja perusahaan daerah yang bergerak di
bidang Cipta Karya berdasarkan aspek keuangan, aspek pelayanan, aspek operasi
dan aspek sumber daya manusia.Khusus untuk PDAM, indikator tersebut telah
ditetapkan BPP-SPAM untuk diketahui apakah perusahaan daerah memiliki status
sehat, kurang sehat atau sakit.
PDAM Tirta Indragiri milik Kabupaten Indragiri Hilir dinyatakan kurang
sehat berdasarkan hasil audit dari BPP-SPAM tahun 2014.

Sehubungan dengan terbatasnya kemampuan pendanaan yang dimiliki
pemerintah, maka dunia usaha perlu dilibatkan secara aktif dalam pembangunan
infrastruktur Cipta Karya melalui skema Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS)
untuk kegiatan yang berpotensi costrecovery atau Corporate Social Responsibility
(CSR) untuk kegiatan non-cost recovery. Dasar hukum pembiayaan dengan skema
KPS adalah Perpres No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah Dengan
Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur serta PermenPPN No. 3 Tahun 2012
Rencana Terpadu Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2019

283 | P a g e

Laporan Final
RPIJM KABUPATEN INHIL (2015-2019)
Tentang Panduan Umum Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha
dalam Penyediaan Infrastruktur. Sedangkan landasan hukum untuk pelaksanaan
CSR tercantum dalam UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT) dan
UU No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

Tabel 9.8 Perkembangan KPS Bidang CK dalam 5 Tahun Terakhir
Kegiatan

(1)

T
ahun

Kom
ponen KPS

(

S
atuan
Volume

(3)

2)

N
S
ilai
kema
(Rp)
KPS

(
4)

(
5)

K
et

(
6)

(
7)

AM

-

-

-

-

-

-

PBL

-

-

-

-

-

-

Bangkim

-

-

-

-

-

-

PLP

-

-

-

-

-

-

Tidak terdapat KPS di Kabupaten Indragiri Hilir dalam 5 tahun terakhir.

5.4 STRATEGIS PENNGKATAN INVESTASI BIDANG
CIPTA KARYA

Untuk melihat kemampuan keuangan daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang
Cipta Karya dalam lima tahun ke depan (sesuai jangka waktu RPIJM) maka dibutuhkan analisis
proyeksi perkembangan APBD, rencana investasi perusahaan daerah, dan rencana kerjasama
pemerintah dan swasta.
5.1.2

Proyeksi APBD 5 tahun ke depan

Proyeksi APBD dalam lima tahun ke depan dilakukan dengan melakukan perhitungan
regresi terhadap kecenderungan APBD dalam lima tahun terakhir menggunakan asumsi atas
dasar trend historis. Setelah diketahui pendapatan dan belanja maka diperkirakan alokasi APBD
terhadap bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan dengan asumsi proporsinya sama
dengan rata-rata proporsi tahun-tahun sebelumnya.
Rencana Terpadu Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2019

284 | P a g e

Laporan Final
RPIJM KABUPATEN INHIL (2015-2019)

5.1.1

Tabel 3.21 Proyeksi Pendapatan Daerah Kabupaten Indragiri Hilir Tahun

2014 -2018
Uraian

o.

.1.
.2.

.3.

.4.

.1.
.2.
.3.

.1.

.2.

.3.

.4.

PENDAPA
TAN ASLI DAERAH
Pajak
Daerah
Retribusi
Daerah
Hasil
Pengelolaan
Kekayaan Daerah
yang Dipisahkan
Lain-lain
Pendapatan Asli
Daerah yang Sah
DANA
PERIMBANGAN
Dana Bagi
Hasil Pajak/Bagi Hasil
Bukan Pajak
Dana
Alokasi Umum
Dana
Alokasi Khusus
LAIN-LAIN
PENDAPATAN
DAERAH YANG SAH
Dana Bagi
Hasil Pajak dari
Provinsi dan
Pemerintah Daerah
Lainnya
Dana
Penyesuaian dan
Otonomi Khusus
Bantuan
Keuangan dari
Provinsi atau
Pemerintah Daerah
Lainnya
Lain-lain
Penerimaan Yang
Sah
JUMLAH
PENDAPATAN

5.1.1

Proyeksi (Rp. Juta)
201
201
6
7
117,
142,
559.71
287.28
25,6
24,4
26.27
87.08
18,2
19,1
83.65
97.83

Real
isasi 2013 (Rp.
Juta)
80,5
12.22
14,1
31.08
11,3
06.81

14

15

10
7,879.12
19,
509.89
17,
324.36

10
1,423.76
22,
802.37
17,
413.00

6,88
4.91

9,1
94.30

7,3
56.79

7,96
3.22

9,57
7.36

10,
238.84

48,1
89.42

61,
850.57

53,
851.60

65,6
86.57

89,0
25.01

93,
843.25

1,32
3,840.26

1,4
89,921.59

1,5
42,405.43

1,60
6,232.52

1,75
3,634.69

1,9
12,342.75

501,
186.49

57
5,505.41

58
2,268.44

598,
088.68

644,
676.47

69
2,488.70

773,
041.10
49,6
12.67

84
7,860.75
66,
555.43

89
0,253.79
69,
883.20

934,
766.48
73,3
77.36

1,02
8,243.12
80,7
15.10

1,1
31,067.44
88,
786.61

141,
121.20

19
2,326.27

23
0,127.26

257,
423.88

292,
451.40

31
6,281.35

51,2
03.03

87,
203.82

12
3,207.78

132,
263.43

147,
746.78

15
1,594.77

82,2
03.26

88,
926.44

10
6,919.48

125,
160.45

144,
704.62

16
4,686.58

7,71
4.90

14,196.00

0

0

0

0

20

20

20
18

15
2,610.55
28,
370.74
20,
157.72

0.00

20
00

0

0

0

0

1,54
5,473.69

1,7
90,126.98

1,8
73,956.45

1,98
1,216.11

2,18
8,373.37

2,3
81,234.64

Tabel 3.22 Proyeksi Pengeluaran Periodik, Wajib dan Mengikat Pemerintah

Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2013 -2018 (Rp. Ribu)
o

Uraian

2013

201
4

201
5

201
6

Rencana Terpadu Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2019

201
7

285 | P a g e

2018

Laporan Final
RPIJM KABUPATEN INHIL (2015-2019)
Belanja Tidak
Langsung

417,

460
,548,248.76
456
,453,128.76

508
,299,442.15
504
,204,322.15

561
,046,058.56
556
,950,938.56

619
,310,687.06
615
,215,567.06

663,
670,586.61
679,
575,466.61

4,0
95,120

4,0
95,120

4,0
95,120

4,0
95,120

4,09
5,120

0

0

0

0

0

0
55,
920,054.09

0
64,
868,026.97

0
75,
262,191.67

0
87,
337,452.29

0
101,
366,971.06

0

0

0

0

0

479
,010.00

502
,960.50

528
,108.52

554
,513.95

582,
239.64

53,
233,139.49

61,
936,371.41

72,
062,518.58

83,
844,217.32

97,5
52,138.28

0

0

0

0

0

2,007,186.00

2,2
07,904.60

2,4
28,695.06

2,6
71,564.56

2,9
38,721.02

3,23
2,593.12

6,641,843.94

6,9
73,936.14

7,3
22,632.95

7,6
88,764.59

8,0
73,202.82

8,47
6,862.96

322,500.25

Belanja Gaji dan
Tunjangan

413,
224,261.68

Belanja Penerimaan
Anggota dan Pimpinan DPRD
serta Operasional KDH/WKDH

4,095,120

Belanja Bunga

3,118.57
0

Belanja Bagi Hasil
Belanja Langsung

Belanja Honorarium
PNS khusus untuk guru dan
tenaga medis
Belanja Beasiswa
Pendidikan PNS
Belanja Jasa Kantor
(khusus tagihan bulanan kantor
seperti listrik, air, telepon dan
sejenisnya)
Belanja sewa
gedung kantor (yang telah ada
kontrak jangka panjang)
Belanja sewa
perlengkapan dan peralatan
kantor (yang telah ada kontrak
jangka panjang)
Pembiayaan
Pengeluaran
Pembentukan Dana
Cadangan
Penyertaan Modal /
Investasi
Pembayaran Pokok
Hutang
TOTAL

5.1.1

48,216,262.30

0

456,200.00

45,752,876.30

0

-

0

0

0

0

0

6,9
73,936.14

7,3
22,632.95

7,6
88,764.59

8,0
73,202.82

8,47
6,862.96

0

0

0

0

0

523
,442,238.99

580
,490,102.07

643
,997,014.84

714
,721,342.19

793,
514,420.64

6,641,843,946
472,180,606.50

Tabel 3.24 Proyeksi tentang Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Daerah

Kabupaten Indragiri Hilir untuk Pendanaan Pembangunan Daerah Tahun 2014 - 2018

o.

1,79
0,127
440,
248
2,23

1,873
,956
500,0
00
2,373

Proyeksi
201
6
(Rp
.juta)
1,9
81,216
400,
000
2,3

0,375

,956

523,
442

2014

Uraian

2015

(Rp.j
uta)

Pendapatan
.
.

.

Sisa Lebih Riil
Perhitungan Anggaran
Total
penerimaan
Dikurangi:
Belanja
dan
Pengeluaran Pembiayaan
yang Wajib dan Mengikat
serta Prioritas Utama

(Rp.j
uta)

201
7

201
8

(Rp.
juta)

(Rp.
juta)

2,18
8,373
270,
000
2,45

2,38
1,235
160,
000
2,54

81,216

8,373

1,235

580,4

643

714,

793,

90

,997

721

514

Rencana Terpadu Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2019

286 | P a g e

Laporan Final
RPIJM KABUPATEN INHIL (2015-2019)
Kapasitas
riil
kemampuan keuangan

1,70

1,793

1,7

1,74

1,74

6,933

,466

37,219

3,652

7,720

Sumber data: Laporan Realisasi Anggaran Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2009-2013, Diolah

Rencana Terpadu Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2019

287 | P a g e

Laporan Final
RPIJM KABUPATEN INHIL (2015-2019)

Arahan Kebijakan Kelembagaan Bidang Cipta Karya

Beberapa kebijakan berikut merupakan landasan hukum dalam pengembangan dan
peningkatan kapasitas kelembagaan bidang Cipta Karya pada pemerintahan kabupaten/kota.
1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Dalam UU 32/2004 disebutkan bahwa Pemerintah Daerah mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintahan dan menjalankan otonomi seluas-luasnya, dengan tujuan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah. Untuk membantu
Kepala Daerah dalam melaksanakan otonomi, maka dibentuklah organisasi perangkat daerah
yang ditetapkan melalui Pemerintah Daerah.
Dasar utama penyusunan perangkat daerah dalam bentuk suatu organisasi adalah adanya
urusan pemerintahan harus dibentuk ke dalam organisasi tersendiri. Besaran organisasi
perangkat daerah sekurang-kurangnya mempertimbangkan faktor kemampuan keuangan,
kebutuhan daerah, cakupan tugas yang meliputi sasaran tugas yang harus diwujudkan, jenis
dan banyaknya tugas, luas wilayah kerja dan kondisi geografis, jumlah dan kepadatan
penduduk, potensi daerah yang bertalian dengan urusan yang akan ditangani, dan sarana dan
prasarana penunjang tugas. Oleh karena itu, kebutuhan akan organisasi perangkat daerah
bagi masing-masing daerah tidak senantiasa sama atau seragam.
2. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan

PP tersebut mencantumkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib yang
menjadi urusan pemerintah daerah, dan pemerintah berkewajiban untuk melakukan
pembinaan terhadap pemerintah kabupaten/kota.
PP 38/2007 ini juga memberikan kewenangan yang lebih besar kepada Pemerintah
Kabupaten/Kota untuk melaksanakan pembangunan di Bidang Cipta Karya. Hal ini dapat
dilihat dari Pasal 7 Bab III, yang berbunyi: “(1) Urusan wajib sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 6 ayat (2) adalah urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintahan
daerah provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/kota, berkaitan dengan pelayanan dasar.
(2) Urusan wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: antara lainnya adalah bidang
pekerjaan umum”.
Rencana Terpadu Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2019

285 | P a g e

Laporan Final
RPIJM KABUPATEN INHIL (2015-2019)
Dari pasal tersebut, ditetapkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib yang
menjadi urusan pemerintah daerah, sehingga penyusunan RPIJM bidang Cipta Karya sebagai
salah satu perangkat pembangunan daerah perlu melibatkan Pemerintah, pemerintah provinsi
dan pemerintah kabupaten/kota.
3. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi Daerah

Gambar 0-1. Keorganisasian Pemerintah Kabupaten/Kota

Berdasarkan PP 41 tahun 2007, bidang PU meliputi bidang Bina Marga, Pengairan, Cipta
Karya dan Penataan Ruang. Bidang PU merupakan perumpunan urusan yang diwadahi dalam
bentuk dinas. Dinas ditetapkan terdiri dari 1 sekretariat dan paling banyak 4 bidang, dengan
sekretariat terdiri dari 3 sub-bagian dan masingmasing bidang terdiri dari paling banyak 3
seksi.
4. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang RPJMN 2010-2014

Dalam Buku II Bab VIII Perpres ini dijabarkan tentang upaya untuk meningkatkan kapasitas
dan akuntabilitas kinerja birokrasi diperlukan adanya upaya penataan kelembagaan dan
ketalalaksanaan, peningkatan kualitas sumber daya manusia aparatur, pemanfaatan teknologi
informasi dan komunikasi, penyempurnaan sistem perencanaan dan penganggaran, serta
pengembangan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dan aparaturnya.
Untuk mendukung penataan kelembagaan, secara beriringan telah ditempuh upaya untuk
memperkuat aspek ketatalaksanaan di lingkungan instansi pemerintah, seperti perbaikan
standar operasi dan prosedur (SOP) dan penerapan e-government di berbagai instansi.
Sejalan dengan pengembangan manajemen kinerja di lingkungan instansi pemerintah, seluruh
instansi pusat dan daerah diharapkan secara bertahap dalam memperbaiki system
Rencana Terpadu Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2019

286 | P a g e

Laporan Final
RPIJM KABUPATEN INHIL (2015-2019)
ketatalaksanaan dengan menyiapkan perangkat SOP, mekanisme kerja yang lebih efisien dan
efektif, dan mendukung upaya peningkatan akuntabilitas kinerja.
5. Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 Tentang Grand Design Reformasi Birokrasi
2010-2025

Tindak lanjut dari Peraturan Presiden ini, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara telah
mengeluarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 30 Tahun 2012
tentang Pedoman Pengusulan, Penetapan, dan Pembinaan Reformasi Birokrasi pada
Pemerintah Daerah. Berdasarkan peraturan menteri ini, reformasi birokrasi pada pemerintah
daerah dilaksanakan mulai tahun 2012, dengan dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan
sesuai dengan kemampuan pemerintah daerah. Permen ini memberikan panduan dan
kejelasan mengenai mekanisme serta prosedur dalam rangka pengusulan, penetapan, dan
pembinaan pelaksanaan reformasi birokrasi pemerintah daerah.
Upaya pembenahan birokrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya telah dimulai
sejak tahun 2005. Pembenahan yang dilakukan adalah menyangkut 3 (tiga) pilar birokrasi,
yaitu kelembagaan, ketatalaksanaan, dan Sumber Daya Manusia (SDM).
Untuk mendukung tercapainya good governance, maka perlu dilanjutkan dan disesuaikan
dengan program reformasi birokrasi pemerintah, yang terdiri dari sembilan program, yaitu :
1. Program Manajemen Perubahan, meliputi: penyusunan strategi manajemen perubahan
dan strategi komunikasi K/L dan Pemda, sosialisasi dan internalisasi manajemen
perubahan dalam rangka reformasi birokrasi;
2. Program Penataan Peraturan Perundang-undangan, meliputi: penataan berbagai
peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan/diterbitkan oleh K/L dan Pemda;
3. Program Penguatan dan Penataan Organisasi, meliputi: restrukturisasi tugas dan fungsi
unit kerja, serta penguatan unit kerja yang menangani organisasi, tata laksana, pelayanan
publik, kepagawaian dan diklat;
4. Penataan Tatalaksana, meliputi: penyusunan SOP penyelenggaraan tugas dan fungsi,
serta pembangunan dan pengembangan e-government;
5. Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur, meliputi: penataan sistem rekrutmen
pegawai, analisis dan evaluasi jabatan, penyusunan standar kompetensi jabatan,
asesmen individiu berdasarkan kompetensi;
Rencana Terpadu Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2019

287 | P a g e

Laporan Final
RPIJM KABUPATEN INHIL (2015-2019)
6. Penguatan Pengawasan, meliputi: penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
(SPIP) dan Peningkatan peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP);
7. Penguatan Akuntabilitas, meliputi: penguatan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah,
pengembangan system manajemen kinerja organisasi dan penyusunan Indikator Kinerja
Utama (IKU);
8. Penguatan Pelayanan Publik, meliputi: penerapan standar pelayanan pada unit kerja
masing-masing, penerapan SPM pada Kab/Kota.
9. Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan.
Pola pikir Reformasi Birokrasi di Kementerian Pekerjaan Umum dapat dilihat pada gambar
12.2 berikut ini.

Gambar 0-2. Pola Pikir Penyusunan Reformasi Birokrasi PU 2010-2014 Cipta Karya

6. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam
Pembangunan Nasional
Rencana Terpadu Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2019

288 | P a g e

Laporan Final
RPIJM KABUPATEN INHIL (2015-2019)
Di dalam Inpres ini dinyatakan bahwa pengarusutamaan gender ke dalam seluruh proses
pembangunan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan fungsional semua
instansi dan lembaga pemerintah di tingkat Pusat dan Daerah. Presiden menginstruksikan
untuk melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan,
penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan
nasional yang berperspektif gender sesuai dengan bidang tugas dan fungsi, serta
kewenangan masingmasing.
Terkait PUG, Kementerian PU dan Ditjen Cipta Karya pada umumnya telah mulai menerapkan
PUG dalam tiap program/kegiatan Cipta Karya. Untuk itu perlu diperhatikan dalam
pengembangan kelembagaan bidang Cipta Karya untuk memasukkan prinsip-prinsip PUG,
demikian pula di dalam pengelolaan RPIJM Bidang Cipta Karya.
7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang Standar Pelayanan
Minimum

Peraturan Menteri PU ini menekankan tentang target pelayanan dasar bidang PU yang
menjadi tanggungjawab pemerintah kabupaten/kota. Target pelayanan dasar yang ditetapkan
dalam Permen ini yaitu pada Pasal 5 ayat 2, dapat dilihat sebagai bagian dari beban dan
tanggungjawab kelembagaan yang menangani bidang ke- PU-an, khususnya untuk sub
bidang Cipta Karya yang dituangkan di dalam dokumen RPIJM.
Dalam Permen ini juga disebutkan bahwa Gubernur bertanggung jawab dalam koordinasi
penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU, sedangkan Bupati/Walikota bertanggung jawab
dalam penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU. Koordinasi dan penyelenggaraan
pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang dilaksanakan oleh instansi
yang bertanggung jawab di Bidang PU dan Penataan Ruang baik provinsi maupun
kabupaten/kota.
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis
Penataan Organisasi Perangkat Daerah

Peraturan menteri ini menjadi landasan petunjuk teknis dalam penataan perangkat daerah.
Berdasarkan Permen ini dasar hokum penetapan perangkat daerah adalah Peraturan Daerah
(Perda). Penjabaran tupoksi masing-masing SKPD Provinsi ditetapkan dengan Pergub, dan
SKPD Kab/Kota dengan Perbup/Perwali.
Rencana Terpadu Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2019

289 | P a g e

Laporan Final
RPIJM KABUPATEN INHIL (2015-2019)
9. Permendagri Nomor 57 tahun 2010 tentang Pedoman Standar Pelayanan Perkotaan

Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi pemerintah daerah sebagai dasar untuk
memberikan pelayanan perkotaan bagi masyarakat. SPP adalah standar pelayanan minimal
kawasan perkotaan, yang sesuai dengan fungsi kawasan perkotaan merupakan tempat
permukiman perkotaan, termasuk di dalamnya jenis pelayanan bidang Cipta Karya, seperti
perumahan, air minum, drainase, prasarana jalan lingkungan, persampahan, dan air limbah.
10. Kepmen PAN Nomor 75 tahun 2004 tentang Pedoman Perhitungan Kebutuhan Pegawai
Berdasarkan Beban Kerja

Dalam Rangka Penyusunan Formasi Pegawai Negeri Sipil Pedoman ini dimaksudkan sebagai
acuan bagi setiap instansi pemerintah dalam menghitung kebutuhan pegawai berdasarkan
beban kerja dalam rangka penyusunan formasi PNS. Dalam perhitungan kebutuhan pegawai,
aspek pokok yang harus diperhatikan adalah: beban kerja, standar kemampuan rata-rata, dan
waktu kerja. Dalam keputusan ini, Gubernur melakukan pembinaan dan pengendalian
pelayanan perkotaan, sedangkan Bupati/Walikota melaksanakan dan memfasilitasi
penyediaan pelayanan perkotaan.
Berdasarkan peraturan-peraturan di atas, maka dimungkinkan untuk mengeluarkan peraturan
daerah untuk pemantapan dan pengembangan perangkat daerah, khususnya untuk urusan
pemerintahan bidang pekerjaan umum dan lebih khusus lagi tentang urusan pemerintahan
pada sub bidang Cipta Karya. Dengan adanya suatu kelembagaan yang definitif untuk
menangani urusan pemerintah pada bidang Cipta Karya maka diharapkan dapat
meningkatkan kinerja pelayanan kelembagaan.
5.1

Kondisi Kelembagaan Saat Ini

Bagian ini menguraikan secara sistematis tentang kondisi eksisting kelembagaan
Pemerintah kabupaten/kota yang menangani bidang Cipta Karya.
5.1.2

Kondisi Keorganisasian Bidang Cipta Karya

Penataan dan penguatan organisasi merupakan Program ke-3 dari Sembilan Program
Reformasi Birokrasi. Keorganisasian yang dimaksud dalam pedoman ini adalah struktur, tugas,
dan fungsi pemerintah daerah yang menangani bidang Cipta Karya.
5.1.2

Kondisi Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya

Rencana Terpadu Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2019

290 | P a g e

Laporan Final
RPIJM KABUPATEN INHIL (2015-2019)
Sebagaimana ditetapkan dalam Program RB, penataan tata laksana merupakan salah
satu prioritas program untuk peningkatan kapasitas kelembagaan. Tata laksana organisasi yang
perlu dikembangkan adalah menciptakan hubungan kerja antar perangkat daerah dengan
menumbuhkembangkan rasa kebersamaan dan kemitraan dalam melaksanakan beban kerja dan
tanggung jawab bagi peningkatan produktifitas dan kinerja.
Secara internal, Cipta Karyakeorganisasian urusan pemerintah bidang Cipta Karya, perlu
mengembangkan hubungan fungsional sesuai dengan kompetensi dan kemandirian dalam
melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang untuk masing-masing bidang/seksi. Selanjutnya juga
perlu dikembangkan hubungan kerja yang koordinatif baik antar bidang/seksi di dalam
keorganisasian urusan Cipta Karya, maupun untuk hubungan kerja lintas dinas/bidang dalam
rangka menghindari tumpang tindih atau duplikasi program dan kegiatan secara substansial dan
menjamin keselarasan program dan kegiatan antar perangkat daerah.
Prinsip-prinsip hubungan kerja yang diuraikan di atas perlu dituangkan di dalam Peraturan
Daerah tentang keorganisasian Pemerintah Kabupaten/kota, khususnya menyangkut tupoksi dari
masing-masing instansi pemerintah bidang Cipta Karya. Selain itu, guna memperjelas
pelaksanaan tugas pada setiap satuan kerja, perlu dilengkapi dengan tatalaksana dan tata
hubungan kerja antar satuan kerja, serta Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk setiap
pelaksanaan tugas, yang dapat dijadikan pedoman bagi pegawai dalam melakukan tugasnya.
Tabel 10-1 Hubungan Kerja Instansi Bidang Cipta Karya
No

Instansi

Peran Instansi dalam Pembangunan
Bidang CK

Unit/Bagian yang menangnani
Pembangunan Bidang CK

(1)

(2)

(3)

(4)

1

Bappeda

Bidang Perencanaan

Bidang Fisik dan infrastruktur, Bidang tata
ruang

2

Dinas PU

Bangkim, PBL, PLP, Randal

Bangkim, PBL, PLP, Randal

5.1

Analisis Kelembagaan

Dengan mengacu pada kondisi eksisting kelembagaan perangkat daerah, bagian ini
menguraikan analisis permasalahan kelembagaan Pemerintah kabupaten/kota yang menangani
bidang Cipta Karya.
5.1.2

Analisis Keorganisasian Bidang Cipta Karya

Rencana Terpadu Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2019

291 | P a g e

Laporan Final
RPIJM KABUPATEN INHIL (2015-2019)
Tujuan analisis keorganisasian adalah untuk mengetahui permasalahan keorganisasian
bidang cipta karya yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran produk RPIJM
Bidang Cipta Karya.
Analisis deskriptif dapat mengacu pada pertanyaan di bawah ini:
1. Apakah struktur organisasi perangkat kerja daerah sudah sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku?
2. Apakah tugas dan fungsi organisasi bidang Cipta Karya sudah sesuai dengan tugas dan
fungsi masing-masing instansi?
3. Apa saja faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi struktur organisasi?
4. Apa saja permasalahan yang ditemui dalam organisasi perangkat kerja daerah khususnya
yang terkait dengan bidang cipta karya?
Salah satu cara yang dapat dipergunakan untuk melakukan analisis ini adalah dengan
melakukan diskusi antar anggota Tim RPIJM.
5.1.2

Analisis Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya

Tujuan analisis permasalahan ketatalaksanaan kelembagaan bidang cipta karya adalah
untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran
produk RPIJM Bidang Cipta Karya. Dalam proses analisis ini beberapa pertanyaan kunci yang
perlu mendapat jawaban adalah sebagai berikut:
1. Apakah Perda penetapan Organisasi Pemerintah Daerah telah menguraikan tupoksi masingmasing dinas/unit kerja yang ada?
2. Bagaimana mekanisme hubungan kerja didalam dan antar instansi terkait bidang cipta karya
yang terjadi selama ini?
3. Apakah keorganisasian bidang cipta karya yang ada sudah mengikuti ketentuan dalam PP 41
tahun 2007? Juga perlu dicermati apakah semua sektor bidang cipta karya yaitu bidang air
minum, pengembangan permukiman, penyehatan lingkungan permukiman, dan penataan
bangunan dan lingkungan sudah tercantum dalam keorganisasian yang dibentuk?
4. Apa saja permasalahan yang ditemui dalam ketatalaksanaan perangkat kerja daerah yang
terkait dengan bidang Cipta Karya?
5. Apa saja faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi ketatalaksanaan perangkat kerja daerah
khususnya yang terkait dengan bidang cipta karya?
5.1.2

Analisis Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya

Rencana Terpadu Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2019

292 | P a g e

Laporan Final
RPIJM KABUPATEN INHIL (2015-2019)
Tujuan analisis Sumber Daya Manusia adalah untuk mengetahui permasalahan SDM
bidang cipta karya yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran produk RPIJM
Bidang Cipta Karya.
Dalam proses analisis SDM, beberapa pertanyaan kunci yang dapat dijawab adalah
sebagai berikut :
1. Apakah SDM yang tersedia sudah memenuhi kebutuhan baik dari segi jumlah maupun
kualitas dalam perangkat daerah, khususnya di bidang Cipta Karya?
2. Apa saja permasalahan ya