NILAI-NILAI SOSIAL DALAM TAFSIR SURAT AT-TAUBAH AYAT 71 DAN RELEVANSINYA TERHADAP PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Kewajiban dan Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  

NILAI-NILAI SOSIAL

DALAM TAFSIR SURAT AT-TAUBAH AYAT 71

DAN RELEVANSINYA

TERHADAP PENDIDIKAN ISLAM

SKRIPSI

  

Diajukan Guna Memenuhi Kewajiban dan Syarat untuk

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

ZULFA ADZKIA ZAHIDAH WISKHA

  

NIM: 111-13-141

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2017

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

  Lamp. : - Hal : Naskah Skripsi

  Saudari Zulfa Adzkia Zahidah Wiskha Kepada Yth. Dekan FTIK IAIN Salatiga Di Tempat Assalamu’alaikum Wr. Wb.

  Setelah meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi saudari : Nama : Zulfa Adzkia Zahidah Wiskha NIM : 111 13 141 Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan : Pendidikan Agama Islam Judul : NILAI-NILAI SOSIAL DALAM TAFSIR SURAT AT-

  TAUBAH AYAT 71 DAN RELEVANSINYA TERHADAP PENDIDIKAN ISLAM

  Dengan ini kami mohon kepada Bapak Dekan FTIK IAIN Salatiga agar skripsi saudari tersebut di atas segera dimunaqosahkan. Demikian agar menjadi perhatian.

  Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

  Salatiga, 19 Juni 2017 Pembimbing

  Dra. Ulfah Susilawati, M.SI

  NIP: 19660407 199403 2001

  MOTTO ا نع ساَّنلل ْمُهُعَفْ نا ساَّنلاُرْ يَخ ملس و ويلع للها ىلص للها لوسر لاق رمع نب

  

“Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat untuk manusia lain”

(H.R. Thabrani) (Al-Hawainy, Juz 1:135)

  

PERSEMBAHAN

  Skripsi ini saya persembahkan untuk: 1.

  Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Baidlowi dan Ibu Umi Shobihah yang selalu ada dalam keadaan apapun, membantu dan mencurahkan semua usaha dan kasih sayang serta doa untukku, memberikan segalanya untukku, terimakasih ibu, bapak, tanpa dukungan ibu bapak saya tidak akan pernah sampai detik ini. Sayang dan hormat serta doaku selalu untuk ibu bapak.

  2. Adik-adikku yang saya sayangi, Alfina Wiqoyati Wiskha dan Salwa Kamila Wiskha, semoga kalian selalu bisa menjadi kebanggaan ibu bapak.

  3. Keluarga besarku yang telah memberikan banyak dorongan sehingga saya terus berusaha menjadi lebih baik.

  4. Sahabat-sahabatku yang saya sayangi, yang kami sering menyebutnya grup “Wanita Karier”, semoga nama itu tidak hanya menjadi nama grup semata, melainkan doa semoga kita semua menjadi wanita karir yang sholihah dan berwibawa. Terimakasih atas semua dukungan dan motovasi dari sahabat-sahabat.

  5. Teman-teman PAI angkatan 2013 yang telah menjadi teman seperjuangan dalam menuntut ilmu selama kurang lebih empat tahun ini.

KATA PENGANTAR

  Bismillahirrahmanirrohim

  Puji syukur

  alhamdulillahi robbil‟alamin, penulis panjatkan kepada Allah

  Swt yang selalu memberikan nikmat, kaunia, taufik, serta hidayah-Nya kepada penulis sehinggap penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Nilai- Nilai Pendidikan Sosial dalam Tafsir Surat at-Taubah ayat 71 dan Relevansinya terhadap Pendidikan Islam.

  Tidak lupa shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada nabi agung Muhammad Saw, kepada keluarga, sahabat, serta para pengikutnya yang selalu setia dan menjadikannya suri tauladan yang mana beliaulah satu- satunya umat manusia yang dapat mereformasi umat manusia dari zaman kegelapan menuju zaman terang benerang yakni dengan ajarannya agama Islam.

  Penulisan skripsi ini pun tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

  Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada: 1.

  Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga 2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam sekaligus juga sebagai dosen pembimbing akademik.

  4. Dra. Ulfah Susilawati, M.SI, selaku pembimbing skripsi yang telah membimbing dengan ikhlas, mengarahkan, dan meluangkan waktunya untuk penulis sehingga skripsi ini terselesaikan.

  

ABSTRAK

  Wiskha, Zulfa Adzkia Zahidah. 2017. Nilai-Nilai Sosial dalam Tafsir Surat at-

  Taubah ayat 71 dan Relevansinya terhadap Pendidikan Islam. Skripsi,

  Salatiga: Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

  Kata Kunci: Sosial, Surat at-Taubah ayat 71 dan Pendidikan Islam

  Sosial merupakan hal yang begitu penting bagi setiap individu. Hubungan Sosial dibutuhkan dalam tata cara hidup bermasyarakat. Manusia di muka bumi tidak bisa hidup dengan sendiri, melainkan membutuhkan orang lain, untuk berinteraksi, saling tolong menolong, saling mengingatkan antar sesama.

  Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mengetahui nilai-nilai sosial dalam tafsir surat at-Taubah ayat 71. 2) Mengetahui relevansi nilai sosial dalam tafsir at- Taubah ayat 71 terhadap pendidikan Islam.

  Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan rancangan fenomenologis. Pendekatan ini digunakan untuk menggunakan data sebanyak- banyaknya tentang sosial, data-data yang berkaitan dengan masalah yang dibahas dan dilakukan dengan jalan Library Research (penelitian kepustakaan), dengan sumber tafsir para mufassirin yang menjelaskan tafsir tentang surat at-Taubah ayat 71, pengumpulan data dengan menggunakan metode dokumentasi yaitu mencari data-data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catan-catan, transkip, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat, agenda, yang membahas tentang sosial dalam pendidikan Islam. Metode yang digunakan antara lain

  Mudlu‟i, deduktif, dan induktif.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan sosial sangat berkaitan erat dengan pendidikan Islam. 1.) Nilai Sosial dalam Tafsir Surat At-Taubah ayat 71: tolong menolong terhadap sesama mukmin, baik mukmin laki-laki maupun mukmin perempuan

  , amar Ma‟ruf Nahi Munkar adalah mengajak kepada kebaikan dan mencegah setiap perbuatan munkar, mendirikan sholat sesuai dengan perintah Allah yang merupakan kewajiban muslim laki-laki maupun perempuan baik dilakukan secara individual maupun berjamaah, membayar zakat yang merupakan kewajiban bagi setiap muslim. 2.) Relefansi Nilai Sosial dalam Surat at-Taubah ayat 71 terhadap Pendidikan Islam. Pendidikan sosial merupakan pendidikan kemasyarakatan. Pendidikan Islam mengatur cara bersosial kepada sesama makhluk Allah dengan cara yang baik.

DAFTAR ISI

  HALAMAN SAMPUL i

  HALAMAN BERLOGO ii

  PERSETUJUAN PEMBIMBING iii PENGESAHAN KELULUSAN iv DEKLARASI v

  MOTTO vi

  PERSEMBAHAN vii

  KATA PENGANTAR viii

  ABSTRAKSI x

  DAFTAR ISI xi

  BAB I: PENDAHULUAN A.

  1 Latar Belakang B.

  6 Rumusan Masalah C.

  6 Tujuan Penelitian D.

  6 Kegunaan Penelitian E.

  7 Metode Penelitian F.

  11 Penegasan Istilah G.

  15 Sistematika Penulisan

BAB II: LANDASAN TEORI A. Sosial 1.

  17 Pengertian Sosial 2.

  19 Tujuan Sosial

  20 B. Nilai Sosial dalam Pendidikan Islam 1.

3. Fungsi Pendidikan Sosial

  21 2. Pengertian Pendidikan Islam

  44 2. Tafsir Ibnu Katsir

  60

  Qur‟an

  Munasabah Surat at-Taubah ayat 71 dengan ayat Sebelum dan Sesudahnya 56 2. Keterkaitan Surat at-Taubah Ayat 71 dengan Ayat Lain dalam al-

  54 B. Munasabah 1.

  53 5. Tafsir Al-Qur‟anul Majid

  49 4. Tafsir Muyassar

  48 3. Tafsir Al-Mishbah

  Tafsir Al-Maraghi

  22 3. Landasan Pendidikan Islam

  Nilai-Nilai Sosial

  40 BAB III: TAFSIR SURAT AT-TAUBAH AYAT 71 A.

  38 3. Kompilasi Ayat

  35 2. Maksud dan Tujuan Surat At-Taubah

  Asbabun Nuzul Surat At-Taubah

  32 C. Al-Qur‟an Surat At-Taubah 1.

  26 5. Bentuk Nilai Sosial dalam Pendidikan Islam

  25 4. Tujuan Pendidikan Islam

  Pendapat Mufassirin tentang Surat At-Taubah ayat 71 1.

BAB IV: RELEVANSI PENDIDIKAN SOSIAL DALAM TAFSIR SURAT AT-TAUBAH AYAT 71 TERHADAP PENDIDIKAN ISLAM A. Nilai-Nilai Sosial dalam Tafsir Surat at-Taubah ayat 71 1. Makna Sosial dalam Tafsir Surat at-Taubah ayat 71

  66 2. Nilai-nilai Sosial dalam Tafsir Surat at-Taubah ayat 71 67 B. Relevansi Nilai Sosial dalam Tafsir Surat at-Taubah ayat 71 terhadap Pendidikan Islam

1. Sosial dan Ruang Lingkupnya dalam Pendidikan Islam 79 2.

  Hubungan Pendidikan Islam dengan Sosial dalam Tafsir Surat at-Taubah ayat 71

  82 3. Bentuk Relevansi Nilai Sosial dalam Tafsir Surat at-Taubah ayat 71 terhadap Pendidikan Islam

  84 BAB V: PENUTUP A.

  Kesimpulan

  97 B. Saran

  98 C. Penutup

  99 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah untuk umat

  manusia dengan tuntunan hidup yang serba sempurna, agar dapat dijadikan pedoman hidup bagi umat manusia supaya mereka dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Untuk itu ikuti tuntunan Allah dan Rosul-Nya dalam al-

  Qur‟an dan as-Sunnah yang mengajarkan bagaimana cara bertoleransi kepada semua golongan guna menjamin adanya perdamaian sesama umat (Yunus Ali Al Muhdar, 1986: 3-4).

  Agama Islam memiliki banyak aturan yang mengatur segala seluk beluk manusia di muka bumi ini, baik itu dari hal yang terkecil hingga hal yang sangat penting, mengenai hubungan manusia dengan sesama manusia, hubungan manusia dengan makhluk ciptaan Allah yang lain seperti hewan dan tumbuhan, maupun hubungan manusia dengan Dzat Pencipta.

  Kehidupan manusia adalah suatu dinamika. Dinamika ini tidak pernah berhenti, melainkan tetap terus aktif. Dinamika manusia inilah yang memadukan manusia dengan sesamanya dan dengan dunia lingkungannya. Dinamika manusia merupakan ungkapan hakikat jiwa manusia sebagai makhluk yang berakal dan sebagai makhluk sosial (Nursid Sumaatmadja, 1986: 19).

  Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna. Akan tetapi dengan kesempurnaannya, tidak akan pernah bisa manusia hidup di muka bumi ini dengan sendiri ataupun tanpa membutuhkan bantuan orang lain. Manusia adalah makhluk sosial yang perlu berinteraksi, kerja sama, dan bantuan orang lain. Dewasa ini sering dijumpai disekitar kita minimnya rasa sosial diantara manusia, minimnya moral yang disebabkan kurang terjalinnya hubungan sosial yang baik diantara masyarakat. Masyarakat yang hidup pada zaman saat ini banyak menyampingkan hubungan sosial diantara masyarakat, mereka lebih banyak memilih hidup individulisme, dan lebih mementingkan kelompok sendiri.

  Anak manusia lahir dalam keadaan lemah. Ia belum dapat beradaptasi sendiri dengan lingkungan sekitarnya, baik fisik maupun sosial. Namun, kelemahan itu memberi indikasi sosial pedagogis. Kelemahan itu menjadi dasar untuk mempersiapkan dan membentuk kepentingan masyarakat, disamping melakukan transformasi dari fase individualitas-biologis kepada fase personalitas-humanis-sosial. Proses transformasi inilah yang disebut proses pendidikan. Jadi, pendidikan dalam arti ini merupakan “proses kultural dan jalan bagi anak manusia yang baru lahir itu untuk menjadi anggota yang sempurna di dalam masyarakat insani” (Hery Noer Aly, 2003: 175).

  Pendidikan merupakan suatu tombak utama yang menjelaskan secara rinci tata aturan hidup bermasyarakat dengan baik sehingga dapat mewujudkan hakekat kehidupan yang sesuai dengan tujuan. Melalui pendidikan seseorang dapat mampu memperoleh memberikan pengetahuan, dimana pengetahuan tersebut seseorang mendapatkan informasi.

  Pendidikan merupakan media dalam menyiapkan generasi muda muslim yang bertaqwa kepada Allah, hidup dengan aqidahnya, melakukan syiar agamanya, bergaul dengan sesama dengan cara yang lurus, mengaplikasikan perintah agama dan menjauhi larangannya dalam seluruh aspek kehidupan individu, keluarga, sosial kemasyarakatan, masyarakat lokal atau internasional. Dan di sisi lain, pendidikan sebagai media untuk mengaplikasikan Islam, sebagai aqidah, syariat, pedoman kehidupan dalam seluruh aspek pemikiran, sosial kemasyarakatan, ekonomi dan politik merupakan sesuatu yang penting pula (Hafidz, 2009: 1)

  Berbagai ranah pendidikan yang di pelajari seseorang dalam kehidupannya. Diantaranya pendidikan sosial dimana pendidikan sosial tersebut banyak memberikan pelajaran berharga dalam kehidupan bermasyarakat, bagaimana hidup bersosial dengan baik, saling tolong menolong, serta menjaga kerukunan antar sesama manusia.

  Pendidikan sosial merupakan suatu hal yang krusial dalam kehidupan manusia, yaitu hubungan manusia dengan manusia lain.

  Manusia berinteraksi dengan manusia lain tidak hanya sebagai bentuk kebahagiaan semata. Ketika sekelompok orang berkumpul dan memberikan banyak kontribusi positif antara satu dengan yang lainnya, maka itulah perkumpulan yang baik karena membawa dampak positif bagi orang yang berkumpul. Manusia diharapkan saling tolong menolong antar sesama, dan saling mengingatkan dalam hal kebaikan, serta mencegah pada perbuatan yang dilarang syariat Islam.

  Dengan berbagai masalah yang muncul dalam negeri ini, kurangnya rasa toleransi dan solidaritas yang menyebabkan Indonesia krisis akan moral dan spiritual, maka untuk membentuk Negara yang berjiwa toleransi tinggi, saling tolong menolong, dan menghargai sesama, diharapkan masyarakat dapat memberikan kontribusi penuh kepada generasi penerus bangsa dengan pendidikan sosial yang baik agar mereka hidup dengan penuh kedamaian dan saling tolong menolong.

  Dalam Islam yang memiliki kitab suci al- Qur‟an yang banyak menjelaskan tata cara manusia hidup di muka bumi maupun hukum- hukum yang mengikat kepada manusia. Al-

  Qur‟an memberikan banyak pengetahuan serta menjelaskan tentang pendidikan secara baik kepada seluruh manusia. Di dalam al-

  Qur‟an terdapat surat at-Taubah ayat 71, dimana dalam ayat tersebut banyak menjelaskan mengenai nilai pendidikan salah satunya pendidikan sosial.

  

       

       

           

  Artinya:

  “Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma‟ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan sholat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rosul-Nys. Mereka itu akan diberi rahamat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (Q.S. at-Taubah: 71).

  Melalui ayat al- Qur‟an dalam surat at-Taubah, yang menjelaskan didalamnya untuk saling tolong menolong antar sesama manusia dan menyeru kepada yang ma‟ruf serta mencegah pada yang munkar, peneliti akan meneliti lebih dalam makna surat at-Taubah ayat 71, kandungan serta nilai-nilai pendidikan sosial yang terdapat dalam ayat tersebut, serta meneliti bagaimana relevansinya terhadap pendidikan Islam. Maka dalam penelitian ini penulis memberi judul: NILAI-NILAI SOSIAL DALAM TAFSIR SURAT AT-TAUBAH AYAT 71 DAN RELEVANSINYA TERHADAP PENDIDIKAN ISLAM. Penulis akan berusaha mengulas nilai-nilai pendidikan sosial dalam surat at-Taubah ayat 71 serta relevansinya terhadap pendidikan Islam. Diharapkan nantinya dapat dijadikan referensi dalam pembimbingan sosial para pelajar dan juga masyarakat umum.

  B.

  Rumusan Masalah Mengacu pada latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan pokok-pokok masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana nilai-nilai sosial dalam tafsir surat at-Taubah ayat 71?

  2. Apa relevansi nilai sosial dalam tafsir surat at-Taubah ayat 71 terhadap pendidikan Islam? C.

  Tujuan Penelitian Sebagai konsekuensi dari permasalahan pokok, maka tujuan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

  1. Untuk mengetahui nilai sosial dalam tafsir surat at-Taubah ayat 71.

  2. Untuk mengetahui relevansi nilai sosial dalam tafsir surat at-Taubah ayat 71 terhadap pendidikan Islam.

  D.

  Kegunan Penelitian Kegunaan dari penelitian ini dapat dikemukakan menjadi dua bagian, yaitu:

  1. Kegunaan Teoritis a.

  Memberikan sumbangan pemikiran ilmu pada umumnya dan pendidikan sosial pada khususnya, terutama mengenai nilai-nilai pendidikan sosial dalam surat at-Taubah ayat 71.

  b.

  Penelitian ini semoga dapat memberikan kontribusi positif bagi orang tua, pendidik, masyarakat, khususnya penulis untuk mengetahui dan mendalami serta mengamalkan nilai-nilai pendidikan sosial dalam surat at-Taubah ayat 71.

  2. Kegunaan Praktis Memberikan kontribusi positif untuk dijadikan pertimbangan berfikir dan bertindak. Secara khusus penelitian ini dapat dipergunakan sebagai berikut: a.

  Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih pemikiran terhadap masyarakat dalam memahami nilai-nilai pendidikan sosial yang sebenarnya.

  b.

  Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan bahan acuan khususnya orang tua, pendidik, dan masyarakat agar dapat mengaplikasikan pendidikan sosial dalam kehidupan sehari-hari.

  E.

  Metode Penelitian Metode merupakan jalan yang berkaitan dengan cara kerja dalam mencapai sasaran yang diperlukan bagi penggunanya sehingga dapat mencapai objek atau tujuan permasalahan. Sedangkan metode penelitian adalah cara ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan data yang objektif, valid dan reliable agar dapat diperoleh, dibuktikan dan dikembangkan suatu pengetahuan guna memecahkan masalah-masalah yang dihadapi (Moleong, 2002: 4).

1. Jenis Penelitian

  Jenis penelitian ini tergolong penelitian pustaka (library research), karena semua yang digali adalah bersumber dari pustaka (Hadi, 1981: 3). Penelitian pustaka yaitu penelitian yang difokuskan pada penelusuran dan telaan literatur serta bahan pustaka lainnya. Literratur juga merupakan cara untuk menyelesaikan persoalan dengan menelusuri sumber-sumber tulisan yang pernah dibuat sebelumnya.

  Penelitian kepustakaan adalah penelitian dengan mencari dan mengumpulkan kepustakaan atau bahan-bahan bacaan untuk mencari dan membandingkan naskah atau pendapat para ahli tafsir dan ahli pendidikan tentang metode pendidikan sosial, kemudian dianalisis untuk mencapai tujuan penelitian. Penelitian kepustakaan menghasilkan suatu kesimpulan tentang gaya bahasa buku, kecenderungan isi buku, tata tulis, lay-out, ilustrasi dan sebagainya (Arikunto, 1993: 11).

  2. Pendekatan Penelitian Dalam pendekatan ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan fenomenologis. Pendekatan ini digunakan untuk menggunakan data sebanyak-banyaknya tentang sosial.

  3. Sumber Data Pada skripsi ini yang menjadi sumber penelitian adalah penafsiran Surat at-Taubah ayat 71.

  a.

  Sumber Data Primer Sumber yang diperoleh langsung dari sumbernya, surat at-

  Taubah dan kitab-kitab tafsir antara lain: 1.)

  Tafsir al-Mishbah jilid 5 karya M. Quraish Shihab 2.)

  Tafsir Ibnu Katsir jilid 2 karya Muhammad Nasib ar-Rifa‟i 3.)

  Tafsir al-Qur‟anul Majid an-Nuur karya Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy.

  4.) Tafsir al-Maraghi karya Ahmad Mustafa al-Maraghi. 5.)

  Tafsir Nurul Qur‟an jilid 6 karya Allamah Kamal Faqih Imani b.

  Sumber Data Sekunder Data sekunder dalam penelitian ini adalah karya-karya penulis lain yang membahas tentang pendidikan sosial, baik dalam bentuk buku, jurnal, artikel, maupun karya ilmiah lainnya. Buku- buku bacaan literatur yang ada hubungannya dengan penelitian ini, diluar sumber primer.

4. Teknik Pengumpulan Data

  Penulisan penelitian ini, data-data yang berkaitan dengan masalah yang dibahas dan dilakukan dengan jalan Library Research (penelitian kepustakaan) yaitu serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka (Zed, 2004: 3).

  Untuk memperoleh data dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan metode dokumentasi. Metode dokumentasi yaitu mencari data-data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catan- catan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, ledger, agenda, dan sebagainya.

  Metode ini penulis gunakan untuk mencari data dengan cara membaca, menelaah, dan mengkaji buku-buku tafsir al- Qur‟an dan hadits serta buku-buku yang berkaitan dengan pembahasan. Kemudian hasil data yang telah didapat dianalisis untuk mendapatkan kandungan makna al-

  Qur‟an surat at-Taubah ayat 71 tentang nilai-nilai pendidikan sosial.

5. Metode Analisis Data

  Metode yang digunakan penulis antara lain: a.

   Maudlu‟i

  Metode

  Maudlu‟i menurut istilah menafsirkan ayat-ayat al-

  Qur‟an dengan menghimpun ayat-ayat al-Qur‟an yang mempunyai maksud yang sama dalam arti sama-sama membicarakan suatu topik dan menyusunnya berdasarkan kronologi, dan sebab turunnya ayat tersebut (Budihardjo, 2012: 50). Dengan menggunakan berbagai referensi penulis berusaha menjelaskan isi pokok surat at- Taubah sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

  b.

  Deduktif Metode deduktif adalah “berangkat dari pengetahuan yang secara umum, dan bertitik tolak pada pengetahuan yang umum itu kita hendak menilai suatu kejadian khusus” (Hadi, 1981: 36).

  Penerapan metode ini misalnya penulis gunakan untuk mencari fakta-fakta yang bersifat umum, kemudian akan ditarik kesimpulan agar bisa lebih memahami permasalahan yang ada. Teknik ini digambarkan sebagai pengambilan kesimpulan dari suatu yang umum menjadi khusus, berdasarkan data yang telah diperoleh, penulis menganalisis nilai-nilai pendidikan sosial secara umum, kemudian menggolongkannya secara khusus sesuai surat at-Taubah ayat 71. c.

  Induktif Cara berfikir dengan berlandaskan pada fakta yang khusus dan kemudian ditarik menjadi pemecahan yang bersifat umum

  (Hadi, 1981: 42). Teknik ini digambarkan sebagai pengambilan kesimpulan dari khusus menjadi umum. Dan hasil analisis surat at- Taubah, kemudian ditarik kesimpulan dari surat tersebut dan keterkaitannya dengan nilai-nilai pendidikan sosial secara umum.

  F.

  Penegasan Istilah Untuk menghindari penafsiran dan kesalahan pemahaman, maka penulis kemukakan pengertian dan penegasan judul skripsi ini sebagai berikut: 1.

  Nilai-nilai Nilai-nilai adalah suatu kualitas yang dibedakan menurut kemampuan untuk berlipat ganda atau bertambah meskipun sering dibedakan kepada orang lain dan kenyataan atau hubungan bahwa makin banyak nilai diberikan kepada orang lain, makin banyak pula nilai serupa yang dikembalikan dan diterima oleh orang lain (Abdul Majid, 2013: 42).

  Richard mengelompokkan nilai-nilai universal ke dalam dua kategori, yaitu: nilai nurani dan nilai memberi. Nilai nurani adalah nilai yang ada dalam diri manusia kemudian berkembang menjadi perilaku serta cara kita memperlakukan orang lain, nilai-nilai nurani kejujuran, keberanian, cinta damai, potensi, kesucian. Sedangkan nilai memberi adalah nilai yang perlu dipraktikkan atau diberikan yang kemudian akan diterima sebanyak yang diberikan, nilai-nilai memberi seperti: setia, dapat dipercaya, hormat, sopan, cinta, kasih saying, peka, dan lain-lain.

2. Sosial

  Ilmu sosial merupakan disiplin ilmu yang bersahabat dengan disiplin ilmu lainnya. Dasar ilmu sosial adalah pengaruh dan efek samping satu komunitas dan komunitas lainnya (Wardi Bachtiar, 2006: 27).

  Ilmu-ilmu sosial dapat diartikan sebagai semua bidang ilmu pengetahuan mengenai manusia dalam konteks sosialnya atau sebagai anggota masyarakat. Jadi dengan demikian, tiap ilmu pengetahuan yang mempelajari dengan mengkaji aspek kehidupan manusia di masyarakat, termasuk bagian dari ilmu-ilmu sosial (Nursid Sumaatraja, 1986: 22). Ilmu-ilmu sosial dipergunakan dalam pendekatan, sekaligus sebagai sarana jalan keluar untuk mencari pemecahan masalah- masalah sosial yang berkembang dalam kehidupan masyarakat (Abu Ahmadi, 1991: 3).

  Pendidikan sosial adalah bimbingan orang dewasa terhadap anak dengan memberikan pelatihan untuk pertumbuhan kehidupan sosial dan memberikan macam-macam pendidikan mengenai perilaku sosial dari sejak dini, agar hal itu menjadi elemen penting dalam pembentukan sosial yang sehat.

3. Surat at-Taubah

  Surat at-Taubah merupakan surah terakhir yang diterima Nabi SAW. Ia turun di Madinah sesudah turunnya surat al-Fath (Surat ke 110 dalam perurutan Mushaf). Jumlah ayatnya 129 ayat. Dalam urutannya surat at-Taubah berurutan pada juz 10 dan 11.

  Selain at-Tau bah dan Baro‟ah yang merupakan nama popular, surah ini dikenal juga beberapa nama lain, seperti al-Muqasyqisyah, yakni yang menyembuhkan atau membersihkan dari kemusyrikan dan kemunafikan, juga dinamai al-Fadhihah atau pembuka rahasia. Ada lagi yang menamainya Surah al-Munaqqirahatau yang melobangi hati orang-orang munafik. Sehingga penipuan dan niat busuk yang terpendam dihati mereka terbongkar dan muncul ke permukaan.

  Surat ini tidak dimulai dengan Basmalah. Berbeda-beda pendapat ulama tentang mengapa demikian. Ada yang berpendapat bahwa ini mengikuti kebiasaan masyarakat Arab yang tidak menyebut Basmalah bila membatalkan perjanjian. Ada juga yang berpendapat bahwa itu karena Basmalah mangandung curahan rahmat dan limpahan kebajikan, sedangkan surat ini berbicara tentang pemutusan hubungan Allah dan Rosul-Nya terhadap kaum musyrik sehingga mereka tidak wajar mendapat rahmat khusus dan kebajikan. Ada lagi yang menilai bahwa surat ini adalah bagian dari surah yang lalu sehingga tidak perlu diberi pemisah dalam bentuk Basmalah (Quraish Shihab, 2012: 543- 544).

4. Pendidikan Islam

  Secara etimologi pendidikan berasal dari kata didik; mendidik, yang berarti memelihara dan memberi latihan (ajaran, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan. Pendidikan adalah perbuatan (hal, cara dsb) mendidik (Poerwadarminta, 2006: 291).

  Secara terminologi, dalam kamus besar bahasa Indonesia (2007: 263) ialah mengubah sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

  Islam adalah agama yang diajarkan Nabi Muhammad yang berpedoman pada kitab suci al- Qur‟an yang diturunkan ke dunia melalui wahyu Allah SWT.

  Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengertian pendidikan Islam adalah segala usaha untuk memelihara dan mengembangkan fitrah manusia dan sumber daya insani untuk membentuk manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma Islam.

  Pendidikan Islam adalah sebagai usaha untuk memelihara dan mengembangkan fitrah manusia serta sumber daya insani yang ada padanya menuju manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma Islam (Achmadi, 1992: 20). G.

  Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab dengan sistematika sebagai berikut:

  BAB 1 : PENDAHULUAN Pada bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, metode penelitian, penegasan istilah, dan sistematika penulisan.

  BAB 11 : LANDASAN TEORI Pada bab ini dikemukakan tentang pendidikan sosial yang meliputi pengertian pendidikan sosial, tujuan pendidikan sosial, dan fungsi pendidikan sosial. Nilai pendidikan sosial dalam pendidikan Islam yang meliputi nilai nilai pendidikan sosial, pengertian pendidikan Islam, landasan pendidikan Islam, tujuan pendidikan Islam, bentuk nilai sosial dalam pendidikan Islam. Asbabun Nuzul surat at- Taubah, isi surat at-Taubah, maksud dan tujuan Surat at- Taubah, serta kompilasi ayat.

  BAB 111 : TAFSIR SURAT AT-TAUBAH AYAT 71 Membahas tentang tafsir surat at-Taubah ayat 71 menurut beberapa mufasirin serta munasabah surat at-Taubah ayat

  71. BAB IV : RELEVANSI PENDIDIKAN SOSIAL DALAM SURAT AT-TAUBAH AYAT 71 TERHADAP PENDIDIKAN ISLAM Menganalisis tentang pendidikan sosial dalam al- Qur‟an surat a-Taubah ayat 71, yang berisi nilai pendidikan sosial dalam Surat at-Taubah ayat 71 serta relevansi pendidikan sosial surat a-Taubah ayat 71 terhadap pendidikan Islam.

  BAB V : PENUTUP Penutup menguraikan tentang kesimpulan, saran dan penutup.

BAB II LANDASAN TEORI A. Sosial 1. Pengertian Sosial Ilmu sosial adalah ilmu yang bertujuan untuk mengembangkan

  kepribadian manusia sebagai makhluk sosial yang berwawasan luas dan kritis serta dapat menyelesaikan sebuah masalah dengan baik, memahami konsep-konsep dasar tentang manusia sebagai makhluk sosial.

  Sosial merupakan hal yang begitu penting dalam kehidupan manusia, dengan adanya hubungan sosial seseorang akan lebih banyak memiliki jangkauan terhadap orang lain, oleh karenanya begitu penting hubungan sosial masyarakat satu dengan yan lainnya.

  Hubungan-hubungan itu pada awalnya merupakan proses penyesuaian nilai-nilai sosial dalam kehidupan masyarakat.

  Perkembangan inilah yang merupakan dinamika yang tumbuh dari pola-pola perikelakuan manusia yang berbeda menurut situasi dan kepentingannya masing-masing, yang diwujudkan dalam proses hubungan sosial. Terjadinya intraksi sosial sebagaimana dimaksud, karena adanya saling mengerti tentang maksud dan tujuan masing- masing pihak dalam suatu hubungan sosial. (Abdul Syani, 2002: 151)

  Dalam kamus sosiologi dan kependudukan mendefinisikan sosial adalah hubungan seorang individu dengan lainnya dari jenis yang sama atau pada sejumlah individu untuk membentuk lebih banyak atau lebih sedikit, kelompok yang terorganisir, juga tentang kecenderungan- kecenderungan dan implus-implus yang berhubungan dengan lainnya.

  Kata sosial dihubungkan dengan pengertian hiburan atau sesuatu yang menyenangkan. Sebagai contoh, bila dikaitkan dengan kehidupan seseorang dalam memenuhi kebutuhan untuk lebih meningkatkan kegiatan sosial dalam suatu lingkungan tertentu terutama komunitas.

  Kata sosial mempunyai kecenderungan kearah pengertian kelompok orang, yang berkonotasi „masyarakat‟ dan „warga‟ (Diana Convers, 1991: 10).

  Dasar yuridis tentang Hak Asasi Manusia pada BAB XA (Perubahan K edua) pasal 28A yang berbunyi “setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya. Sedangkan landasan yuridis yang membicarakan tentang kesejahteraan sosial yaitu pada BAB XIV pasal 34 (Perubahan Keempat) yang berbunyi (1) Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh Negara. (2) Negara mengembangkan system jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan. (3) Negara bertanggungjawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak (Undang-Undang Dasar, 2016: 153,166).

  Manusia sebagai makhluk sosial artinya manusia sebagai individu tidak mampu hidup sendiri dan berkembang sempurna tanpa hidup bersama dengan individu manusia lainnya. Manusia harus hidup bermasyarakat saling berhubungan dan berinteraksi satu sama lain dalam kelompoknya dan juga dengan individu di luar kelompoknya guna memperjuangkan dan memenuhi kepentingan (Lies Sudibyo, 2013: 5).

  Jadi, sosial adalah humanisasi yang dipengaruh kondisi dan situasi dimana hubungan seorang individu dengan lainnya dari jenis yang sama atau pada sejumlah individu untuk membentuk lebih banyak atau lebih sedikit, kelompok yang terorganisir, juga tentang kecenderungan- kecenderungan dan implus-implus yang berhubungan dengan lainnya.

2. Tujuan Sosial

  Banyak sekali masalah sosial yang timbul di permukaan dari berbagai keadaan. Bahkan kadang-kadang berupa potensi yang belum digarap dengan seksama. Suatu potensi yang terkadang dalam satu masyarakat tentu perlu peggarapan agar dapat dimanfaatkan dalam kehidupannya. Begitu juga masalah yang timbul diupayakan tidak menjadi hambatan dan kendala bagi perkembangan kehidupannya.

  Tujuan dari sosial antara lain: a.

  Memahami dan menyadari adanya kenyataan-kenyataan sosial dan masalah-masalah sosial yang ada dalam masyarakat.

  b.

  Peka terhadap masalah sosial dan tanggap untuk ikut serta dalam usaha menanggulanginya.

  c.

  Menyadari bahwa setiap masalah sosial yang timbul dalam masyarakat selalu bersifat kompleks dan hanya dapat mendekatinya (Mahfudh Shalahuddin, 1991: 5) 3. Fungsi Pendidikan Sosial

  Tugas pendidikan dimulai dari keluarga yang berkewajiban mentransfer pengalaman kepada anak untuk selanjutnya dapat membuka jalan hidupnya sendiri. Namun, pengalaman itu kemudian berakumulasi, dan kebudayaan yang hendak ditransfer sangat banyak dan kompleks akibat berinteraksinya keluarga-keluarga dalam bentuk masyarakat dengan segala wataknya yang khas.

  Pendidikan Mempunyai Dua Fungsi: a.

  Memilih warisan budaya yang relevan bagi zaman ketika pendidikan itu berlangsung, sehingga bentuk dan kepribadian masyarakat dapat terpelihara.

  b.

  Memperhitungkan semangat zaman dalam melakukan perubahan dan pembaharuan yang terus-menerus, serta mempersiapkan generasi sesuai dengan prinsip “Yang ada bukanlah tetap yang terus-menerus, melainkan perubahan yang terus- menerus” (Herry Noer Aly, Munzier, 2003: 196).

  Fungsi pendidikan sosial adalah kegunaan sesuatu yang berhubungan dengan masyarakat yaitu memberikan pemahaman terhadap masyarakat akan pentingnya hubungan sosial dengan sesama, saling membantu, gotong royong, serta peka terhadap lingkungan sekitar, dan mengajak banyak orang untuk melakukan suatu kebaikan serta mencegah kemunkaran.

  B.

  Nilai-Nilai Sosial dalam Pendidikan Islam 1.

  Nilai-nilai Sosial Nilai adalah gambaran dari apa yang diinginkan, yang pantas, dan yang berharga serta yang mempengaruhi tingkah laku seseorang.

  Dengan kata lain, nilai-nilai adalah standard-sandard di mana pendukung-pendukung suatu kebudayaan mendefinisikan apa yang diinginkan dan tidak diinginkan, apa yang baik dan tidak baik, apa yang indah dan jelek. Karena itu, nilai-nilai adalah semacam evaluasi atau pertimbangan tentang apa yang boleh dan yang tidak boleh menurut kebudayaan tertentu. Prinsip-prinsip ini tercemin di dalam setiap aspek kehidupan manusia.

  Nilai merupakan konstruksi masyarakat yang tercipta melalui interaksi di antara para anggota masyarakat. Nilai tercipta secara sosial bukan secara biologis atau bawaan sejak lahir (Abdul Syani, 2002: 50).

  Istilah “Sosial” (social) pada ilmu-ilmu sosial mempunyai arti yang berbeda dengan misalnya istilah sosialisme atau istilah sosial pada Departemen Sosial. Apabila istilah “sosial” pada ilmu-ilmu sosial menunjukkan pada objeknya, yaitu masyarakat, sosialisme adalah ideologi yang berpokok pada prinsip pemilikan umum (atas alat-alat produksi dan jasa-jasa dalam bidang ekonomi. Sedangkan istilah “sosial pada Departemen sosial, menunjukkan pada kegiatan-kegiatan di lapangan sosial, artinya kegiatan-kegiatan yang ditujukan untuk mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapi oleh masyarakat dalam bidang kesejahteraan, seperti misalnya tuna karya, tuna susila, orang jompo, yatim piatu dan lain sebagainya, yang ruang lingkupnya adalah pekerjaan ataupun kesejahteraan sosial (Soerjono Soekanto, 1986: 11).

  Nilai-nilai sosial antara lain: a.

  Stratifikasi sosial: perbedaan (diferensasi) yang berhubungan dengan pengertian perbedaan tingkat, dimana anggota masyarakat berada di dalamnya (Abdul Syani, 2002: 83).

  b.

  Demokratis: cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

  c.

  Bersahabat dan komunikatif: sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk membangun suasana persaudaraan dan relasi dengan orang-orang lain.

  d.

  Cinta damai: sikap dan tindakan yang mendorong untuk tidak menggunakan kekerasan dalam menyelesaikan persoalan-persoalan tetapi melalui dialog.

  e.

  Peduli lingkungan: sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya umtuk memperbaiki kerusakan yang sudah terjadi.

  f.

  Peduli sosial: sikap dan tindakan yang selalu memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan (Bernard Raho, 2016: 132-133).

  g.

  Norma sosial: kekuatan dari serangkaian peraturan umum, baik tertulis maupun tidak tertulis, mengenai tingkah laku atau perbuatan manusia yang menurut penilaian anggota kelompok masyarakatnya sebagai sesuatu yang baik atau buruk, pantas atau tidak pantas (Abdul Syani, 2002: 55).

2. Pengertian Pendidikan Islam

  Kata pendidikan dalam bahasa Arab tarbiyah dengan kata kerja rabba. Kata pengaj aran dalam bahasa Arabnya adalah “ta‟lim” dengan kata kerjanya “ ‟allama”. Pendidikan dan pengajaran dalam bahasa

  Arabnya “tarbiyah wa ta‟lim” sedangkan “pendidikan Islam” dalam bahasa Arabnya “Tarbiyah Islamiyah”.

  Kata kerja rabba (mendidik) sudah digunakan pada zaman Nabi Muhammad SAW seperti terlihat dalam ayat al-

  Qur‟an dan Hadits Nabi. Dalam ayat al-

  Qur‟an kata ini digunakan dalam susunan sebagai berikut:

  

          

 

  “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil". (Q.S. al-

  Isra‟: 24). Dalam bentuk kata benda, kata “rabba” ini digunakan juga untuk

  “Tuhan”, mungkin karena Tuhan juga bersifat mendidik, mengasuh, memelihara, malah mencipta.

  Kata lain yang mengandung arti pendidikan ialah seperti

  َبَّدَا

  sabda Rasul:

  ونع وّللا يضر سنأ نعو( لاق دقو فيك )ًاقلخ سانلا نسحأ وّللا لوسر ناك :لاق » بييدأت نسحأف بير نيبدأ «

  حيحص هانعمو فيعض هدنس بييدأت نسحأف بير نيبدأ Dari Anas r.a berkata: Rosulullah SAW bersabda: “Tuhan telah mendidikku, maka Ia sempurnakan pendidikanku”

  (Muhammad bin Darways bin Muhammad, Juz 1 : 35) Kata

  “ta‟lim” dengan kata kerjanya “ „allama” juga sudah

  digunakan pada zaman Nabi. Baik dalam al- Qur‟an, Hadits atau pemakaiannya sehari-hari, kata ini lebih banyak digunakan dari pada kata “tarbiyah” tadi (Zakiah Daradjat, 2011: 25-26).

  Jadi, pendidikan Islam menurut istilah adalah system pendidikan yang dapat memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupan sesuai dengan cita-cita Islam, karena nilai-nilai Islam telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadiannya.

3. Landasan Pendidikan Islam

  Menurut Zakiah Daradjat, landasan pendidikan Islam terdiri dari al- Qur‟an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW yang dapat dikembangkan dengan ijtihad, al-maslahah al mursalah, istihsan,

  qiyas , dan sebagainya.

  a.

  Al-Qur‟an Al-

  Qur‟an adalah firman Allah berupa wahyu yang disampaikan oleh Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Di dalamnya terkandung ajaran pokok yang dapat dikembangkan untuk keperluan seluruh aspek kehidupan melalui ijtihad. Ajaran yang terkandung dalam al-

  Qur‟an itu terdiri dari dua prinsip besar, yaitu berhubungan dengan masalah keimanan yang disebut aqidah, dan yang berhubungan dengan amal yang disebut syariat (Zakiah Daradjat, 2011: 19).

  b.

  As-Sunnah As-Sunnah adalah perkataan, perbuatan, maupun pengakuan Rosulullah SAW. Yang dimaksud dengan pengakuan itu ialah kejadian atau perbuatan orang lain yang diketahui Rosulullah dan beliau membiarkan saja kejadian atau perbuatan itu berjalan. Sunnah merupakan sumber ajaran kedua setelah al- Qur‟an. Seperti al-Qur‟an Sunnah juga berisi aqidah dan syariat. Sunnah berisi petunjuk (pedoman) untuk kemaslahatan hidup manusia dalam segala aspeknya, untuk membina umat menjadi manusia seutuhnya dan muslim yang bertaqwa (Zakiah Daradjat, 2011: 20).

  c.

  Ijtihad Ijtihad adalah istilah para fuqaha, yaitu berpikir dengan menggunakan seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmuan syariat Islam untuk menetapakan/menentukan suatu hukum syariat Islam dalam hal-hal yang ternyata belum ditegaskan hukumnya oleh al-

  Qur‟an dan as-Sunnah. Ijtihad dalam hal ini dapat saja meliputi seluruh aspek kehidupan termasuk aspek pendidikan, tetapi tetap berpedoman pada al-

  Qur‟an dan as-Sunnah. Namun demikian, ijtihad harus mengikuti kaidah-kaidah yang diatur oleh para mujtahid tidak boleh bertentangan dengan isi al-

  Qur‟an dan as- Sunnah tersebut (Zakiah Daradjat. 2011: 21).

4. Tujuan Pendidikan Islam

  Pendidikan Islam berhubungan erat dengan agama Islam itu sendiri, lengkap dengan aqidah, syariat dan sistem pendidikannya.

  Keduanya ibarat dua kendaraan yang berjalan diatas dua jalur seimbang, baik dari segi tujuan maupun rambu-rambunya yang disyariatkan kepada hamba Allah yang membekali diri dengan takwa, ilmu, hidayah, serta akhlak untuk menempuh perjalanan hidup.

  a.

  Tujuan Umum

  Tujuan pendidikan Islam sinkron dengan tujuan agama Islam, yaitu berusaha mendidik individu mukmin agar tunduk, bertakwa, dan beribadah dengan baik kepada Allah, sehingga memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Untuk merealisasi tujuan tersebut, Allah mengutus para Rasul untuk menjadi guru dan pendidik serta menurunkan kitab samawi.