ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QURAN SURAT AN NAHL AYAT 90-91 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

  

ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK

DALAM AL-QURAN SURAT AN NAHL AYAT 90-91

SKRIPSI

  

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh

  

MAULIA RAHMAWATI

NIM 11112112

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

  

MOTTO

َ أ

  

اًقُلُخَْمُهُن س ْح أَاًنا مْيِإَ نْيِنِمْؤُملْاَُل مْك

“ Orang mukmin yang sempurna imannya adalah yang paling

baik akhlaknya” (HR. ImamTirmidzi no. 1187)

  

PERSEMBAHAN

  Skripsi ini penulis persembahkan untuk: 1.

  Kedua orang tuaku tersayang Bapak Mubasir & Ibu Sriwati yang telah membesarkan ku dengan penuh cinta dan kesabaran serta selalu menjadi motivasi dalam setiap langkah hidupku.

  2. Adikku Yusuf Dwi Arifianto, yang selalu menghibur dikala sedang sedih dan sakit, terimakasih atas dukungannya dan motivasinya. Semoga kita bisa membahagiakan bapak dan ibu.

  3. Kepada sahabat-sahabatku yang selalu memberi semangat, Aminah & Ni‟mah yang selalu nebengi saat pulang pergi kuliah, juga kepada selvi yang selalu memerikan motivasi.

  4. Kepada adik sepupuku Devia Herdiani yang selalu menjadi tempat curhat, semoga bisa wisuda tahun depan.

  5. Kepada seluruh keluargaku terimakasih atas dorongan dan semangatnya.

  6. Kepada teman-teman seperjuangan angkatan 2012 khususnya kelas PAI D yang telah memberi motivasi dan semangat belajar.

  7. Kepada teman-teman PPL, Aminah, Hayu, Mbak Elfa, Mbak Wardati, Mbak Siwi, Mbak Badariah, pak Tri Hartono, pak Wildan, pak Sholikin, pak Bayu, dan pak Sokhi, terimakasih atas motivasi dan semangatnya.

  8. Kepada teman-teman KKN 2016 posko 10, Desi, Fitri, Afi, Mbak Nanda, Mbak Dian, Yudhi dan Hakim yang gokil-gokil dan selalu bikin kangen, terimakasih atas semangat dan kebersamaannya.

  9. Kepada calon partnerku yang kelak akan menjadi imamku.

KATA PENGANTAR

  Segala Puji bagi Allah SWT atas karunia-Nya sehingga penulis dapat meyelesaikan skripsi yang berjudul

  “ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL- QUR’AN SURAT AN NAHL AYAT 90-91”

  walaupun jauh dari kata sempurna. Sholawat dan salam semoga senantiasa selalu tercurah kepada Nabiullah Muhammad SAW Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, dan masih banyak kekurangan baik dalam metode penulisan maupun dalam pembahasan materi. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan kemampuan yang dimiliki penulis. Terselesaikannya skripsi ini berkat motivasi, bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati dan penuh rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya bagi semua pihak yang telah memberikan bantuan baik langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini. Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada: 1.

  Bapak Dr. Rahmat Haryadi, M. Ag., sebagai Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M. Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyyah.

  3. Ibu Hj. Siti Rukhayati, M. Ag., selaku Kepala Jurusan Pendidikan Agama Islam.

  4. Bapak Dr. M. Gufron, M. Ag., selaku Dosen Pembimbing yang bersedia meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan.

  5. Ibu Peni Susapti, M.Si., selaku dosen pembimbing akademik 6.

  Kepada bapak dan ibu dosen yang telah mendidik dan memberikan ilmu dan pengalaman dengan penuh kesabaran, serta bagian akademik IAIN Salatiga yang telah memberikan layanan dan bantuannya kepada penulis.

  7. Bapak dan ibu tercinta yang telah memberikan segala kebutuhan lahiriyyah maupun batiniyyah.

  8. Kepada adikku yang selalu menghibur dan menyemangati disaat susah dan penat dalam mengerjakan skripsi ini.

  9. Seluruh keluarga dan teman-temanku yang telah memberi motivasi, semangat dan bantuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

  10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

  Salatiga, 28 Agustus 2016 Penulis

  

ABSTRAK

  Rahmawati, Maulia. 2016. Analisis Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Al-

  Qur’an Surat An Nahl ayat 90-91. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan

  Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. M. Gufron, M.Ag.

  Kata Kunci: Analisis Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak

  Penulis meneliti tentang “Analisis Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak dalam al- Qur‟an Surat an Nahl ayat 90-91” yang mana peneliti akan membahas mengenai pesan pendidikan yang terkandung dalam Surat an

  Nahl ayat 90-91. Pertanyaan yang akan dijawab oleh peneliti adalah: 1. Bagaimana nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam surat an Nahl ayat 90-91. 2. Bagaimana implementasi nilai-nilai pendidikan akhlak yang ada dalam surat an Nahl ayat 90-91. Untuk menjawab dari pertanyaan tersebut maka kajian ini menggunakan penelitian library

  research. Sumbernya data yang digunakan berasal dari Kitab Tafsir Al

  Misbah, Kitab Tafsir Ibnu Katsir, Kitab Tafsir Al Maraghi, Alqur‟an dan buku-buku yang ada relevansinya dengan pembahasan serta sumber lain yang mendukung tentang pendidikan akhlak yang terkandung dalam Al- Qur‟an surat an Nahl ayat 90-91. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisisi isi yaitu teks yang dianalisis sesuai dengan isinya atau pesan yang terkandung dalam teks tersebut.

  Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai-nilai pendidikan akhlak dalam surat an Nahl ayat 90-91 terdapat akhlak yang baik dan buruk, diantaranya: keadilan, berbuat ihsan, memberi bantuan kepada kaum kerabat, tidak berbuat keji, mungkar dan permusuhan, menepati

  kehidupan dan selalu menyadari perbuatan yang kita lakukan akan dimintai pertanggungjawaban sehingga perbuatan buruk dapat kita hindari.

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN .................................................... iv MOTTO ........................................................................................................... v PERSEMBAHAN ............................................................................................ vi KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii ABSTRAK ....................................................................................................... ix DAFTAR ISI .................................................................................................... x BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................

  1

  B.

  Rumusan Masalah .............................................................................. 7 C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 7 D. Kegunaan Penelitian .......................................................................... 7 E. Metode Penelitian .............................................................................. 8 F. Penegasan Istilah ................................................................................ 11 G.

  Sistematika Penulisan ........................................................................ 13 BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................

  15 A. Pengertian Pendidikan Akhlak ........................................................... 15 B. Materi Pendidikan Akhlak ................................................................. 17 C. Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak ................................................... 20 D. Tujuan Pendidikan Akhlak ................................................................ 26 BAB III DESKRIPSI SURAT AN NAHL AYAT 90-91 .............................

  28 A. Surat an Nahl dan Terjemahannya ..................................................... 28 B. Penafsiran Surat an Nahl ayat 90-91 Menurut Para Mufassir........... 35 BAB IV ANALISIS DAN PENERAPAN SURAT AN NAHL 90-91 .........

  42 A. Analisis Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak ............................................ 42 B. Penerapan dalam Kehidupan Sehari-hari ........................................... 55 BAB V PENUTUP ..........................................................................................

  63 A. KESIMPULAN .................................................................................. 63 B.

  SARAN-SARAN ............................................................................... 67

  C. PENUTUP.......................................................................................... 68 DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang sempurna. Islam banyak membimbing

  umat manusia dengan berbagai amalan, dari amalan hati seperti aqidah hingga amalan fisik seperti ibadah. Semua amalan itu merupakan sarana pembentuk kepribadian manusia beriman. Sasaran umat dari seluruh perintah Allah di dunia ini adalah dalam rangka membentuk karakter manusia beriman agar bertutur kata, berpikir, dan berperilaku yang islami. Maka secara jelas Rasulullah SAW mengatakan bahwa misi yang beliau emban dalam berjuang di dunia ini adalah membentuk akhlak mulia umatnya (Ahmadi, 2004: 29).

  Seluruh ajaran dalam Islam bersumber dari wahyu Ilahi yang tidak bisa berubah-ubah sampai kapanpun. Allah SWT telah memberi aturan- Nya dapat terselesaikan. Aturan-aturan tersebut telah dijelaskan di dalam al Qur‟an dan as Sunnah.

  Al- Qur‟an senantiasa memberi petunjuk, bimbingan, isyarat, arahan dan didikan bagi setiap manusia dalam menjalankan kehidupannya termasuk bidang pendidikan dalam mengusahakan terwujudnya kehidupan manusia yang sesuai dengan eksistensi dirinya dalam kehidupan. Al- Qur‟an memiliki gagasan mendasar yang amat luas dalam berbagai bidang kehidupan manusia yang kesemuanya dapat dan harus dijadikan landasan dasar utama dalam pengembangan pendidikan Islam (Abdullah, 2001: 68).

  Dalam mengembangkan akhlak pada seseorang, tentunya tidak terlepas dari proses pendidikan. Baik pendidikan dalam keluarga maupun sekolah. Akhlak mulia seseorang adalah sifat-sifat manusia yang terdidik. Jadi, jika seseorang memiliki sifat yang buruk berarti mereka tidak mendapatkan pendidikan dalam mengembangkan akhlak nya.

  Seseorang dikatakan baik jika perilaku atau sifat-sifatnya juga baik. Bagaimana perilaku atau sikapnya kepada orang-orang di sekitar merupakan cerminan dari akhlak dari orang tersebut. seperti yang dijelaskan dalam hadits:

  ) ٔ١ٔٓ :نلسه ( اًقَلاْخ َأ ٌَ ْنُك ِساَحَأ ْنُك اَيِخ ْيِه َّىِإ ِر

  “Sebaik-baiknya orang diantara kalian ialah orang yang akhlaknya baik.” (HR. Muslim no. 232, tth: 1810 ).

  Jika diperhatikan akhir-akhir ini banyak orang yang telah mengabaikan pembinaan akhlak anak. Akhlak anak merupakan dasar dan akhlak akan menjadikan hidup manusia bermanfaat baik di rumah, sekolah maupun masyarakat.

  Banyak dijumpai orang-orang Muslim yang memegang teguh aturan ibadah yang sangat kuat, namun sering kali akhlaknya kurang diperhatikan dan kurang diamalkan secara baik. Akhirnya masyarakat Islam yang ada sering tidak mencerminkan masyarakat yang terbimbing dengan nilai-nilai luhur akhlakul karimah.

  Manusia telah banyak yang kehilangan pegangan hidup, hawa nafsu dan ambisi duniawi telah berpengaruh besar terhadap sikap hidup manusia, arahan akhlak Islam sangat perlu disebarluaskan untuk membentuk masyarakat yang maju dalam bidang apapun.

  Pada kenyataan lapangan, usaha-usaha pembinaan akhlak melalui berbagai lembaga pendidikan dan melalui berbagai macam metode terus dikembangkan. Ini menunjukkan bahwa akhlak memang perlu dibina, dan pembinaan ini ternyata membawa hasil berupa terbentuknya pribadi- pribadi Muslim yang berakhlak mulia, taat kepada Allah dan Rasul-Nya, hormat kepada ibu bapak, sayang kepada sesama makhluk Tuhan dan seterusnya. Keadaan sebaliknya menunjukkan bahwa anak-anak yang tidak dibina akhlaknya atau dibiarkan tanpa bimbingan, arahan dan pendidikan ternyata menjadi anak yang nakal, mengganggu masyarakat, melakukan berbagai perbuatan tercela dan seterusnya (Nata, 2002: 155).

  Seiring dengan perkembangan zaman, terutama kemajuan dalam bagi anak-anak karena peristiwa baik dan buruk dengan mudah dapat dilihat melalui teknologi seperti sekarang ini. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa akhlak perlu dibina sejak dini pada anak-anak agar mereka dapat memilah-milah mana perbuatan baik yang dapat dijadikan pelajaran dan mana perbuatan buruk yang harus ditinggalkan.

  Manusia memiliki potensi untuk menjadi bermoral, yaitu hidup dengan tatanan nilai dan norma. Potensi ini dapat dikembangkan melalui bantuan orang tua atau orang dewasa dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. Dengan kata lain, perlu adanya pendidikan moral. Ketika lahir manusia dalam keadaan fitrah, suci, bagaikan kertas putih yang belum terrnodai oleh tinta. Pada akhirnya dia terkontaminasi dan terbentuk oleh lingkungan dan keluarga, terutama orang-orang terdekat. Setiap orang sebaiknya berperan serta dalam proses pendidikan moral dan memperbaiki moral masyarakat. Karena itu, bahwa pendidikan akhlak dapat membentuk watak seseorang. Ia bisa berkembang secara sistematis dan harmonis sesuai dengan perkembangan hidupnya (Damanhuri, 2014: 47).

  Agar manusia memiliki moral yang baik maka pembinaan akhlak diajarkan dengan melatih jiwa dengan tingkah laku yang mulia. Akhlak berkaitan dengan baik dan buruk. Sesuatu yang baik harus diamalkan dan sesuatu yang buruk harus ditinggakan atau dihindari. Sesuatu yang mempunyai nilai kebenaran pasti akan mendatangkan kebaikan pada diri seseorang. Sesuatu yang baik juga akan memberikan kesenangan dan mengharapkan memiliki sifat yang jujur, adil amanah atau akhlak mulia lainnya, maka usaha yang harus dilakukan adalah melatih jiwa untuk membiasakan perilaku tersebut dalam kehidupan.

  Dalam pendidikan, tanggung jawabnya yaitu diselenggarakan dengan kewajiban mendidik. Secara umum mendidik ialah membantu anak didik di dalam perkembangan dari daya-dayanya dan di dalam penetapan nilai-nilai. Bantuan atau bimbingan itu dilakukan dalam pergaulan antara pendidik dan anak didik dalam situasi pendidikan yang terdapat dalam lingkungan rumah tangga, sekolah maupun masyarakat (Drajat, 1996: 34).

  Akhlak dapat dibentuk melalui pembinaan dan pendidikan. Dengan pendidikan, seseorang akan mengetahui akhlak-akhlak yang perlu diterapkan dalam kehidupannya. Pendidikan memiliki fugsi yang sangat besar dalam kehidupan manusia yaitu memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada mereka terhadap suatu hal.

  Menurut Abdul Kadir dkk, (2013: 81), pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak, kepribadian serta peradaban yang bermartabat dalam hidup dan kehidupan atau dengan kata lain pendidikan berfungsi memanusiakan manusia agar menjadi manusia yang benar sesuai dengan norma yang dijadikan landasannya.

  Pembinaan akhlak yang sesuai dengan tuntunan al- Qur‟an dan menurut syariat Islam, yang pertama adalah pembinaan pada diri sendiri, kedua pembinaan pada lingkungan keluarga dan yang terakhir pembinaan maka semua anggota keluarga menjadi bagian yang harus diperhatikan pembinaan akhlaknya dalam bentuk hak serta tanggung jawab masing- masing anggota keluarga.

  Akhlak merupakan masalah penting yang tidak bisa diabaikan manusia dalam kehidupannya baik sebagai individu, anggota masyarakat dan sebagai bangsa, sebab jatuh bangunnya, jaya hancurnya, sejahtera rusaknya suatu bangsa dan masyarakat adalah tergantung bagaimana akhlaknya suatu bangsa atau masyarakat tersebut.

  Akhlak merupakan pondasi atau dasar karakter pada diri manusia. Akhlak juga yang membedakan karakter manusia dengan makhluk lainnya. Manusia yang tidak memiliki akhlak akan kehilangan derajat sebagai hamba Allah yang paling terhormat. Dalam kehidupan, sebab utama yang menyebabkan kemerosotan atau kemunduran umat Islam adalah hilangnya akhlakul karimah (akhlak terpuji) dalam diri manusia.

  Dalam lingkungan keluarga, orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karena dari merekalah anak-anak mula-mula menerima pendidikan. Dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga (Drajat, 1996: 35).

  Orang tua memiliki kewajiban memberikan pendidikan pada anak-anaknya yaitu dengan membina atau memberi bimbingan dan petunjuk yang benar agar anak-anak terbiasa dengan adat dan kebiasaan yang baik.

  Berkaitan dengan hal tersebut, di dalam al- Qur‟an surat an Nahl ayat 90-91 terdapat nilai-nilai akhlak yang harus diterapkan dalam diri manusia sebagai bekal hidupnya.

  Berdasarkan fenomena di atas maka penulis ingin melakukan penelitian dengan mengambil judul

  “ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL- QUR’AN SURAT AN NAHL AYAT 90- 91”.

  B. Rumusan Masalah

  Mengacu dari uraian di atas, maka selanjutnya penulis merumuskan pokok permasalahan yang akan dibahas lebih lanjut. Hal tersebut antara lain: 1.

  Bagaiman nilai-nilai pendidikan akhlak yang ada dalam surat an-Nahl ayat 90 dan 91?

  2. Bagaimana implementasi nilai-nilai pendidikan akhlak yang ada dalam surat an-Nahl ayat 90 dan 91dalam kehidupan sehari-hari?

  C. Tujuan Penelitian 1.

  Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan akhlak yang ada dalam surat an-Nahl ayat 90 dan 91.

  2. Untuk mengetahui bagaimana implementasi nilai-nilai pendidikan akhlak yang ada dalam surat an-Nahl ayat 90 dan 91dalam kehidupan sehari-hari? D.

   Kegunaan Penelitian

  1. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat secara teoritis, dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran dalam dunia pendidikan khususnya pendidikan Islam.

  2. Manfaat praktis a.

  Bagi Penulis Menambah wawasan penulis mengenai nilia-nilai pendidikan akhlak anak yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam bersikap dan berperilaku. Dapat juga dijadikan sebagai bekal untuk menerapkan nilai-nilai pendidikan akhlak tersebut kepada anak didiknya.

  b.

  Bagi Pembaca Memberikan pengetahuan mengenai betapa pentingnya nilai-nilai pendidikan akhlak yang harus diterapkan dalam kehidupannya.

E. Metode Penelitian

  Dalam penulisan skripsi ini, digunakan beberapa teknik untuk sampai pada tujuan penelitian. Teknik tersebut meliputi:

1. Jenis Penelitian

  Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian kepustakaan (library research), karena semua yang digali adalah bersumber dari pustaka (Hadi, 1981: 3).

  Dimana data-data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah berbagai tulisan yang temanya sama dengan judul yang penulis angkat.

  Adapun sumber data yang digunakan penulis adalah: a.

  Sumber data primer Sumber data primer merupakan sumber data yang berkaitan langsung dengan penelitian yaitu al Qur‟an suat an Nahl ayat 90-

  91beserta tafsirannya menurut para Ulama‟ diantaranya Tafsir al- Misbah karya Quraisy Shihab, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir karya Muhammad Nasib ar-

  Rifa‟i dan Tafsir Al Maraghi karya Ahmad Mustafa Al Maraghi.

  b.

  Sumber data skunder atau studi dokumen Studi dokumen adalah pengumpulan data yang dicari di dalam dokumen atau sumber pustaka. Data tersebut adalah data skunder yang telah tertulis atau diolah oleh orang lain (Wirartha, 2006: 36). Data skunder merupakan sumber data yang mengandung dan melengkapi sumber-sumber data primer. Sumber buku, internet dan informasi lainnya yang berkaitan dengan judul skripsi.

  2. Pendekatan penelitian Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan hermeneutics, yaitu pendekatan untuk menganalisis dan menginterpretasikan data yang berpusat pada makna data kualitatif khususnya data teks (Sarosa, 2012: 77).

  Hermeneutika bertugas untuk menjembatani distansi antara penulis dan pembaca yang antara keduanya dihubungkan dengan teks, agar sebuah statemen tidak menyesatkan pembaca (Kuswaya, 2011: 41)

  Pendekatan ini digunakan penulis untuk menganalisis nilai- nilai pendidikan akhlak yang ada dalam surat an Nahl 90-91 sesuai dengan teks yang ada.

  3. Teknik pengumpulan data Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik dokumentasi, yaitu mencari data-data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, ledger, agenda dan sebagainya (Arikunto, 2010: 274)

  Teknik ini penulis gunakan untuk mencari data dengan cara membaca, menelaah, mengkaji buku-buku tafsir al- Qur‟an dan Hadist terkumpul kemudian dilakukan analisis data. Analisis data adalah cara- cara analisis dengan memanfaatkan data yang telah terkumpul untuk digunakan dalam memecahkan masalah penelitian (Wirartha, 2006: 42).

  Berkaitan dengan tema yang penulis angkat, maka setelah data kemudian dianalisis untuk mendapatkan kandungan al Qur‟an surat an Nahl mengenai nilai-nilai pendidikan akhlak yang ada dalam surat an- Nahl ayat 90-91.

4. Metode Analisis

  Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode analisis isi (content analysis). Menurut Sumadi Suryabrata (2010: 85), metode analisi isi adalah data deskriptif atau textular yang sering dianalisis menurut isinya atau pesan yang terkandung dalam teks tersebut.

  Metode ini digunakan penulis untuk mendeskripsikan isi atau kandungan yang ada dalam al- Qur‟an surat an Nahl ayat 90-91 mengenai nilai-nilai akhlak apa saja yang terkandung dalam ayat tersebut.

F. Penegasan Istilah 1.

  Nilai Pendidikan Akhlak Nilai berasal dari bahasa latin

  Vale’re yang artinya berguna,

  mampu akan, berdaya, berlaku, sehingga nilai diartikan sebagai keyakinan seseorang atau sekelompok orang. Menurut Steeman (Eka Darmaputera, 1987: 65) nilai adalah sesuatu yang memberi makna pada hidup, yang memberi acuan, titik tolak dan tujuan hidup. Nilai adalah sesuatu yang dijunjung tinggi, yang dapat mewarnai dan menjiwai tindakan seseorang. Nilai itu lebih dari sekedar keyakinan, nilai selalu menyangkut pola pikir dan tindakan, sehingga ada hubungan yang amat erat antara nilai dan etika (Adisusilo, J.R., 2012: 56)

  Pendidikan berasal dari kata bahasa arab yaitu Tarbiyah. Kata tersebut memiliki arti yang berbeda-beda yang mengacu pada arti pengembangan, peningkatan, ketinggian, kelebihan serta perbaikan. Bengan demikian kata Tarbiyah itu mempunyai arti yang sangat luas dan bermacam-macam dalam penggunaannya, dan dapat diartikan menjadi makna “pendidikan, pemeliharaan, perbaikan, peningkatan, pengembangan, penciptaan dan keagungan yang kesemuanya itu menuju dalam rangka kesempurnaan sesuatu sesuai dengan kedudukannya”(Abdullah, 2001: 28-29).

  Dilihat dari sudut bahasa (etimologi), perkataan akhlak (bahasa Arab) adalah bentuk jamak dari Khulk. Khulk di dalam kamus Al-

  

Munjid berati budi pekerti, perangai tingkah laku atau tabiat. Dari

  pengertian tersebut dapat diketahui bahwa akhlak ialah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu

  Akhlak merupakan suatu sistem yang lengkap terdiri dari karakteristik-karakteristik akal atau tingkah laku yang membuat seseorang menjadi istimewa. Karakteristik-karakteristik ini membentuk kerangka psikologi seseorang dan membuatnya berlaku sesuai dengan dirinya dan nilai yang cocok dengan dirinya dalam kondisi yang berbeda-beda (Mahmud, 2004: 27).

  Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa nilai pendidikan akhlak adalah sesuatu yang dijunjung tinggi oleh masyarakat maupun bangsa yang dilakukan untuk mengetahui, mengembangkan dan menciptakan sifat atau tingah laku pada seseorang untuk berlaku sesuai dengan nilai dan norma yang ada.

2. Surat an Nahl

  Surat an-Nahl terdiri atas 128 ayat, termasuk golongan surat makiyyah. Surat ini dinamakan “An Nahl” yang berarti “Lebah” karena di dalamnya terdapat firman Allah SWT ayat 68 yang artinya “ Dan Tuhanmu yang mewahyukan kepda lebah”(Departemen Agama RI, 1967: 1)

  Penulis membatasi telaah surat An-Nahl beberapa ayat. Dalam hal ini yang dimaksud adalah ayat 90 dan 91, karena ayat tersebut ada kaitannya dengan pendidikan akhlak.

G. Sistematika Penulisan

  Sistematika penulisan skripsi merupakan penjabaran tentang hal- menghasilkan kerangka skripsi yang sistematis dan mudah dipahami. Sistematika yang akan ditulis oleh penulis akan dijelaskan sebagai berikut:

  Pada halaman pembuka mencakup halaman judul, halaman nota pembimbing, halaman pengesahan, halaman pernyataan keaslian tulisan, halaman motto, halaman persembahan, kata pengantar, abstrak dan daftar isi.

  BAB I : Pendahuluan, pada bab ini berisi: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, metode penelitian, penegasan istilah dan sistematika penulisan.

  BAB II : Landasan teori, yang meliputi: pengertian pendidikan akhlak, materi pendidikan akhlak, ruang lingkup pendidikan akhlak dan tujuan pendidikan akhlak,.

  BAB III : Membahas tentang tafsir surat an-Nahl secara umum dan tafsir surat an-Nahl ayat 90 dan 91 menurut beberapa mufassirin.

  BAB IV : Menganalisis tentang Pendidikan Akhlak dalam al- Qur‟an surat an-Nahl ayat 90-91 yang mencakup: analisis nilai-nilai pendidikan Akhlak yang terdapat dalam surat an-Nahl ayat 90-91dan

  BAB V : Penutup menguraikan tentang kesimpulan dan saran.

BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Pendidikan Akhlak Menurut Marimba (1989: 19) yang dikutip oleh Ahmad Tafsir

  (2008: 24), mengatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama

  Pendidikan merupkan hal terpenting dalam kehidupan. Tanpa pendidikan nasib suatu bangsa dan negara akan hancur karena dibodohi oleh negara lain yang berkuasa melalui pengetahuan dan pendidikan yang mereka miliki. Selain pendidikan, akhlak suatu bangsa juga perlu ditingkatkan, karena akhlak merupakan kunci dari kejayaan atau kehancurannya bangsa tersebut.

  Menurut Asmaran As. (2002: 1), Akhlak merupakan sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya. Namun akhlak yang ada pada seseorang belum sempurna dan perlu dilakukan penbinaan untuk membentuk akhlak yang mulia.

  Akhlak dapat tumbuh melalui pengetahuan jika dapat memahaminya, selanjutnya dengan pembiasaan sebab ilmu dapat diperoleh melalui belajar dan akhlak juga dapat diperoleh melalui pembiasaan.

  Dalam al- Qur‟an dijelaskan bahwa Islam telah menjadikan orang muslim kita wajib meneladaninya, sebagaimana firman Allah surat Al Ahzab ayat 21:

  

           

     

  Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah (Al Qur‟an dan Terjemahannya, 2010: 420).

  Ayat di atas merupakan suatu penegasan bahwa Rasulullah SAW adalah contoh yang harus kita ikuti, sebab dengan mengikuti dan mencontoh jejak dan perilaku beliau kita akan memperoleh keridlaan Allah dan Allah menjamin kebahagian hidup kita di hari kemudian.

  Menurut Abuddin Nata (2013: 29) pendidikan akhlak atau pendidikan akhlak mulia adalah proses internalisasi nilai-nilai akhlak mulia ke dalam diri sesorang atau peserta didik, sehingga nilai-nilai tersebut tertanam kuat dalam pola pikir, ucapan dan perbuatannya serta dalam interaksinya dengan Tuhan, manusia serta lingkungan alam jagad raya.

  Pendidikan akhlak dalam Islam terangkum dalam berpegang atas kebajikan dan kebaikan, menjauhkan diri dari kejelekan dan kemungkaran (Hafidz & Kastolani, 2009: 110).

  Pendidikan akhlak dalam Islam mencakup jiwa manusia melalui kemampuan individu dan potensi-potensinya serta menanamkan dalam jiwanya. Seruan untuk berakhlak yang mulia dalam kehidupan merupakan keharusan atau belajar melalui kehidupan nyata. Keistimewaan pendidikan akhlak dalam Islam bahwasanya akhlak itu merupakan pendidikan praktis, siap untuk diaplikasikan dalam kehidupan bagi individu dan manusia seluruhnya walaupun berbeda bahasa, warna, tempat dan waktu (Hafidz dan Kastolani, 2009: 119-120).

  Sudah jelas bahwa pendidikan akhlak merupakan suatu pendidikan wajib bagi setiap manusia dan diaplikasikannya dalam kehidupan agar dapat berinteraksi dengan baik terhadap lingkungan sekitarnya.

  Pendidikan akhlak terkait dengan perubahan perilaku, maka dalam penerapannya dilakukan dengan cara pemberian contoh, latihan dan pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari lingkungan keluarga hingga ke lingkungan yang lebih luas, sehingga pelaksanaan akhlak tersebut terasa ringan untuk dilakukan. Jika akhlak baik sudah melekat pada diri seseorang dan mereka selalu konsisten dengan sikap tersebut maka kehidupannya akan terasa aman dan tenteram.

B. Materi Pendidikan Akhlak

  Secara garis besar al- Qur‟an berisi perintah bagi setiap orang untuk memiliki akhlak yang mulia dan berisi larangan untuk berperilaku tercela.

  Perintah untuk berakhlak mulia dan larangan berperilaku tercela dimaksudkan agar manusia sebagai individu dan sebagai masyarakat mampu mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat (Mahmud, 2004: 170).

  Dalam buku Akhlak Yang Mulia karya Humaidi Tatapangarsa, materi pendidikan akhlak diantaranya adalah akhlak terpuji dan akhlak tercela.

  1. Akhlak terpuji (Akhlak Mahmudah) Menurut Tatapangarsa (1980: 147), Akhlak terpuji atau akhlak mahmudah ialah akhlak yang baik, yang berupa semua akhlak yang baik-baik yang harus dianut dan dimiliki oleh setiap orang.

  Akhlak terpuji dapat membawa kestabilan dan ketenteraman yang dengannya manusia akan mendapatkan kemuliaan. Contoh akhlak terpuji diantaranya adalah: a.

  Benar/ Jujur, adalah sesuainya sesuatu dengan kenyataan yang sesungguhnya, tidak saja berupa perkataan tetapi juga perbuatan (Tatapangarsa, 1980: 149).

  b.

  Ikhlas, adalah sifat dimana ketika melakukan pekerjaan dilakukannya semata-mata karena Allah saja, mengharap ridla Nya dan pahala-Nya (Tatapangarsa, 1980: 151).

  c.

  Qana‟ah, adalah menerima dengan rela apa yang ada atau merasa cukup dengan apa yang dimiliki (Tatapangarsa, 1980: 153).

  2. Akhlak tercela Akhlak tercela atau akhlak madzmumah merupakan akhlak yang harus dihindari oleh seseorang. Perilaku tercela akan membawa dampak buruk bagi yang melakukannya dan akan mendatangkan kehancuran bagi dirinya. Contoh akhlak tercela diantaranya: a.

  Takabur, adalah merasa dirinya besar, hebat, tinggi atau mulia dan selalu menganggap dirinya lebih sedangkan orang lain dipandang rendah (Tatapangarsa, 1980: 159).

  b.

  Dengki, adalah rasa atau sikap tidak senang atas kenikmatan yang diperoleh orang lain, dan berusaha menghilangkan kenikmatan itu dari orang lain tersebut, baik dengan maksud supaya kenikmatan itu berpindah ketangan sendiri atau tidak (Tatapangarsa, 1980: 161).

  Jadi pendidikan akhlak yang harus diajarkan kepada manusia diantaranya adalah akhlak terpuji dan tercela. Akhlak terpuji diajarkan agar manusia selalu melakukan perbuatan yang mulia yang diperintahkan oleh Allah dalam al-

  Qur‟an dan Hadits, sedangkan materi akhlak tercela diajarkan agar manusia menghindari perilaku tersebut, mengetahui dampak dari perilaku tercela dan dijadikan pelajaran agar tidak menerapkannya dalam kehidupan.

C. Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak

  Dilihat dari ruang lingkupnya, akhlak islami dibagi menjadi dua

  

makhluq (ciptaan Allah). Akhlak terhadap makhluk masih dirinci lagi

  menjadi beberapa macam, seperti akhlak terhadap manusia, akhlak terhadap makhluk hidup selain manusia (seperti tumbuhan dan binatang), serta akhlak terhadap benda mati. (Zuchdi dkk, 2009: 88) 1.

  Akhlak kepada Allah Manusia sebagai seorang hamba memiliki sejumlah kewajiban kepada Tuhannya. Menurut Salamullah, beberapa akhlak yang harus dimiliki seorang hamba kepada Allah diantaranya adalah:

  Pertama beribadah kepada Allah. Ibadah terbagi menjadi tiga,

  yaitu ibadah hati, lisan, dan anggota badan. Ibadah yang dikaitkan dengan hati seperti rasa khauf (takut), raja

   (mengaharap), mahabbah

  (cinta), tawakal (ketergantungan), dan rahbah (takut). Ibadah yang dikaitkan dengan lisan seperti tasbih, tahlil, tahmid dan syukur.

  Sedangkan ibadah yang dikaitkan dengan fisik atau perbuatan seperti shalat, zakat, haji dan jihad (Salamullah, 2008: 4).

  Kedua yaitu cinta kepada Allah. Mencitai Allah SWT. bisa

  dipupuk melalui perenungan terhadap tanda-tanda kebesaran-Nya yang tersebar di seluruh ufuk alam semesta. Pada saat yang sama, kecintaan kepada Allah bisa dimanifestasikan ke dalam bentuk amal saleh dan akhlakul karimah di dalam segenap aspek kehidupan.

  Mencintai manusia dengan setulus hati merupakan bagian dari bentuk cinta kepada Allah ( Salamullah, 2008: 12).

  Ketiga, mengesakan Allah. Setelah mempercayai keberadaan

  Tuhan, setiap muslim wajib beriman bahwa Tuhan itu esa (Salamullah, 2008:15). Sebagaimana firman Allah dalam QS. al Kahfi 110:

       “. . . Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang Esa”.

  Hubungan seorang hamba dengan Allah bersifat vertikal, maka sikap di atas merupakan sebagian contoh kewajiban yang harus dimiliki seseorang terhadap Tuhannya.

  2. Akhlak kepada Rasulullah Akhlak terhadap sesama manusia harus dimulai dari akhlak terhadap Rasulullah, sebab Rasulullah yang paling berhak dicintai, baru dirinya sendiri. Di antara bentuk akhlak kepada Rasulullah adalah cinta kepada Rasul dan memuliakannya (taubah:24), taat kepadanya (an nisa‟: 59), serta mengucapkan shalawat kepadanya (al ahzab: 56). (Zuchdi, 2009: 88).

  Akhlak tersebut adalah akhlak yang harus dimiliki oleh seseorang untuk membuktikan bahwan ia benar-benar meneladani sikap beliau dan dijadikan dasar untuk bersikap dan berperilaku.

  3. Akhlak kepada Orang Tua Allah memerintahkan kepada kita supaya senantiasa berbuat mulai dari kita sebelum lahir hingga kita dewasa. Tak pernah sedetikpun kasih sayangnya terlewatkan untuk kita (Salamullah, 2008: 61).

  Manusia harus memiliki akhlak yang harus ditujukan kepada orang tuanya yang dapat diwujudkan seperti di bawah ini.

  Pertama , mencukupi kebutuhan orang tua. Allah

  memerintahkan kepada kita untuk mencukupi apa yang dibutuhkan orang tua. Setiap harta yang kita peroleh wajib dinafkahkan kepada orang-orang yang berada di bawah tanggungan kita, termasuk kepada orang tua. Akhlak ini berlaku kepada anak yang sudah mandiri dan memiliki penghasilan sendiri. Sekalipun orang tua tidak meminta nafkah karena mungkin merasa sudah cukup dan mapan secara ekonomi, tetapi selayaknya sang anak tetap menyisihkan sebagian penghasilannya untuk orang tuanya (Salamullah, 2008: 68).

  Kedua, melayani orang tua ketika dibutuhkan. Melayani orang

  tua memiliki bobot ibadah kepada Allah, terutama ketika orang tua sangat membutuhkan. Sudah semestinya sang anak selalu siaga untuk melayani orang tuanya, meski tidak dibutuhkan (Salamullah, 2008: 71).

  Ketiga, patuh menjalankan perintah orang tua. Sepanjang

  perintah orang tua mengandung unsur kebaikan, wajib hukumnya bagi sang anak memenuhi perintah tersebut. Misalnya orang tua menyuruh perintah tersebut. Akan tetapi jika perintah tersebut menjurus kepada kemaksiatan, maka anak tidak wajib taat kepada mereka (Salamullah, 2008: 75).

  Keempat, mendoakan orang tua. Mendoakan orang tua adalah

  kewajiban seorang anak baik ketika mereka masih hidup atau sudah meninggal dunia. Hubungan psikologi anak dengan orang tua begitu dekat sehingga sangat besar kemungkinan doa dipanjatkan dengan khusyuk. Doa yang khusyuk mudah dikabulkan oleh Allah SWT (Salamullah, 2008: 79).

  Sikap-sikap di atas menunjukkan bahwa kita wajib berbakti kepada kedua orang tua kita. Sikap tersebut tidak hanya ditujukan kepada orang tua kita saja, namun juga kepada orang lain yang umurnya lebih tua dari kita.

  Jika kita mampu bersikap baik kepada orang tua berarti kita telah menciptakan kebahagiaan bagi mereka. Allah pasti akan meberikan pahala yang berlimpah bagi siapa saja yang mampu bersikap baik dan membahagiakan orang lain.

4. Akhlak kepada lingkungan

  Allah memerintahkan kepada kita untuk berbuat baik kepada lingkungan. Yang dimaksud dengan lingkungan disini adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan maupun benda yang tidak bernyawa.

  Binatang, tumbuh-tumbuhan dan benda-benda tak bernyawa semua diciptakan oleh Allah SWT dan menjadi milik-Nya, serta semuanya memiliki ketergantungan kepada-Nya. Keyakinan ini mengantarkan seorang Muslim untuk menyadari bahwa semua adalah “umat” Tuhan yang harus diperlakukan secara wajar dan baik (Nata, 2002: 150).

  Dengan demikian seluruh yang ada di lingkungan manusia memiliki fungsi dan eksistensinya di dunia. Mereka memiliki peran masing-masing dan saling membutuhkan satu sama lain.

5. Akhlak terhadap kerabat

  Kerabat adalah orang-orang yang mempunyai pertalian keluarga dengan kita, baik melalui jalur hubungan darah ataupun perkawinan. Kita harus menjaga hubungan kekerabatan tersebut supaya tetap terjalin kuat dan tidak terputus. Sebab apabila tali kekerabatan terputus, maka tatanan keluarga kita akan berantakan (Salamullah, 2008: 26).

  Islam telah menggariskan beberapa tata cara (akhlak) dalam menjaga ikatan kekerabatan, diantaranya:

  Pertama, sering bersilaturrahmi. Menyambung silaturrahmi

  tidak hanya ditunjukkan kepada mereka yang sudah menjadi keluarga dan sahabat kita. Tetapi yang lebih hakiki adalah apabila kita mampu menyambung tali silaturrahmi dengan orang-orang yang telah

  Kedua, berbuat baik kepada kerabat. Memperhatikan kaum

  kerabat hendaknya lebih dikedepankan daripada yang lain. Apabila kaum kerabat dalam kondisi lemah dan kekurangan maka jadikanlah mereka sebagai golongan pertama yang harus kita bantu (Salamullah, 2008: 35).

  Ketiga, berlaku adil. Berlaku adil disini artinya apabila mereka

  berbuat salah maka kita harus mampu mengadili secara benar dan jujur. Tidaklah adil jika kita membela secara mati-matian terhadap kerabat yang benar-benar terbukti melakukan kesalahan (Salamullah, 2008: 38).

  Jadi keadilan itu harus ditegakkan meskipun terhadap keluarga atau kerabatnya sendiri walaupun itu pahit. Sikap tersebut dapat menyelamatkan mereka bahkan kita dari api neraka.

6. Akhlak kepada diri sendiri

  Nasib hidup seseorang di akhirat ditentukan oleh perilakunya selama di dunia. Dengan mengerjakan kebaikan berarti ia telah menanam benih yang baik. Akan tetapi jika ia lebih senang menceburkan dirinya kepada kemaksiatan, maka ia telah mananam benih yang buruk dan akan menanggung akibatnya.

  Akhlak terhadap diri sendiri diantaranya adalah memelihara diri baik lahir maupun batin. Orang yang dapat memelihara dirinya dengan baik akan selalu berupaya untuk berpenampilan sebaik- umumnya dengan memperhatikan tingkah lakunya, bagaimana penampilan fisiknya, dan bagaimana pakaian yang dipakainya.

  Pemeliharaan kesucian seseorang tidak hanya terbatas pada hal yang bersifat fisik (lahir) tetapi juga pemeliharaan yang bersifat nonfisik (batin) (Zuchdi, 3009: 91).

  Dalam hal pemeliharaan nonfisik adalah membekali akal dengan berbagai ilmu yang mendukungnya untuk dapat melakukan berbagai aktivitas dalam kehidupan sehari-hari. Berbagai upaya yang mendukung ke arah pembekalan akal harus ditempuh, misalnya melalui pendidikan yng dimulai dari lingkungan rumah tangganya kemudian melalui pendidikan formal hingga mendapatkan pengetahuan yang memadai untuk bekal hidupnya (Zuchdi, 3009: 91- 92).

  Jadi, sikap-sikap dan perilaku mulia yang telah dimiliki oleh seseorang harus diupayakan secara bertahap dan berkesinambungan, sehingga terwujud pribadi yang berkarakter dengan kepribadian yang utuh dan mulia di tengah-tengah kehidupan masyarakat.

D. Tujuan Pendidikan Akhlak

  Tujuan utama pendidikan akhlak dalam Islam adalah agar manusia berada dalam kebenaran dan senantiasa berada di jalan yang lurus, jalan yang telah digariskan oleh Allah SWT. Inilah yang akan mengantarkan manusia kepada kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

  Secara garis besar, pendidikan akhlak Islam ingin mewujudkan masyarakat yang senantiasa berjalan di atas kebenaran. Masyarakat yang konsisten dengan nilai-nilai keadilan, kebaikan dan musyawarah (Mahmud, 2004: 161).

  Akhlak mulia merupakan tujuan pokok dalam pendidikan akhlak Islam. Akhlak seseorang akan dianggap mulia jika perbuatannya mencerminkan nilai-nilai yang terkandung dalam al-

  Qur‟an (Mahmud, 2004: 160).

  Seseorang dikatakan baik jika memiliki akhlak atau tingkah laku yang baik. Perilaku dan akhlaknya yang baik tersebut dapat dijadikan tanda bahwa dia memiliki iman yang kuat. Karena iman yang kuat mewujudkan akhlak yang mulia dalam dirinya, sedangkan iman yang lemah mewujudkan akhlak yang jahat dan buruk, mudah terjerumus dalam perbuatan yang merugikan dirinya sendiri dan orang lain.

  Dengan demikian peran akhlak Islam sangat besar bagi manusia, karena ia cocok dengan realitas kehidupan mereka dan sangat penting dalam mengantarkan mereka menjadi umat yang paling mulia di isi Allah.

BAB III DESKRIPSI SURAT AN NAHL AYAT 90-91 A. Surat An Nahl dan Terjemahan

  1. Redaksi Ayat dan Terjemahan

                                   

Dokumen yang terkait

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM NOVEL RANTAU 1 MUARA KARYA AHMAD FUADI SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar

0 1 126

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI SEDEKAH DESA DI KEDUNGRINGIN KECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG 2014 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 0 99

NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM TRADISI YA QOWIYYU DI DESA JATINOM KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN TAHUN 2014 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 0 127

KONSEP PENDIDIKAN AKHLAK IMAM AL GHAZALI (Studi Analisis Kitab Ihya’ Ulumuddin) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

1 1 90

HUBUNGAN AKTIVITAS TADARUS AL-QURAN DENGAN AKHLAK SISWA MTS NEGERI WONOSEGORO TAHUN PELAJARAN 20142015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 0 92

STUDI ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB RISALATUL MU’AWANAH KARYA AL-HABIB ABDULLAH BIN ALWI BIN MUHAMMAD AL-HADDAD (1634 - 1720 H 1044 - 1132 H) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 0 116

PENDIDIKAN AKHLAK TASAWUF MENURUT SYAIKH ABDULLAH BIN HUSAIN BA’ALAWI (TELAAH KITAB SULLAM TAUFIQ) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

1 2 130

NILAI-NILAI KEDISIPLINAN DALAM NOVEL ANAK SEJUTA BINTANG SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 1 156

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL ANAK-ANAK ANGIN KARYA BAYU ADI PERSADA SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 0 144

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR‟AN (TELAAH SURAT „ABASA AYAT 1-10) SKRIPSI

0 0 92