NILAI- NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM FILM HAJI BACKPACKER SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Dalam Ilmu Tarbiyah

  

NILAI- NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM FILM

HAJI BACKPACKER

S K R I P S I

  

Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Dalam Ilmu Tarbiyah

  

Oleh

MUHAMAD MUHLAS

111 11 126

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2016

  

MOTTO

            

  

“Ajaklah kejalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan

bantahlah mereka dengan cara yang baik pula”

( Qs An-Nahl : 125)

  

PERSEMBAHAN

  Skripsi ini penulis persembahkan kepada pihak-pihak yang penulis anggap mempunyai peran penting dalam hidupnya

  1. Teruntuk Ayahanda dan Ibunda tercinta Asmuni dan Sholikah tersayang yang telah membesarkan dan mendidikku dengan penuh cinta dan kesabaran serta ikhlas-tulus memberikan dukungan dan doa restunya kepada penulis.

  2. Nenek ku tercinta yang telah merawatku sejak kecil.

  3. Kakakku Zainal Arifin, terima kasih atas dukungan, nasehat dan segala macam bantuan baik material / spirital.

  4. Keluarga Joko Indriyanto yang juga telah memberikan memberikan motivasi kepada penulis untuk terus melanjutkan studinya di IAIN Salatiga.

  5. Teman-teman TEATER GETAR yang selalu memberikan semangat.

  6. Masyarakat desa Ketapang khususnya Dsn. Ketapang RT 002/001 terimakasih atas bantuannya baik material maupun sepiritual.

  7. Serta seluruh keluarga dan teman-temanku yang tidak bisa disebutkan namanya satu per satu, terimakasih atas doa-doanya.

KATA PENGANTAR

  

ميحرلا نمحرلا الله مسب

  Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan taufiqnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam kami haturkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya ke jalan kebenaran dan keadilan.

  Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi syarata guna untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan. Adapun jugul skripsi ini adalah “NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM FILM HAJI BACKPACKER”.

  Penulisan skripsi ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun meteriil. Dengan penuh kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1.

  Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga 2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Pd. selaku Ketua Jurusan PAI IAIN Salatiga 4.

  Bapak Dr. Mukti Ali, M. Hum. selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan secara ikhlas dan sabar meluangakan waktu serta mencurahkan pikiran dan tenaganya memberi bimbingan dan pengarahan yang sangat berguna sejak awal proses penyusunan dan penulisan hingga terselesaikannya skripsi ini.

  

ABSTRAK

  Muhlas, Muhamad. 2016. Nilai-nilai Pendidikan Sosial dalam Ibadah Haji (Study

  atas Film Haji Backpacker) . Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

  Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing : Dr. Mukti Ali, M. Hum.

  Kata Kunci: Nilai-nilai, Pendidikan Sosial, Film Haji Backpacker..

  Pendidikan merupakan isntitusi sosial yang menggarap manusia melalui proses tertentu dengan tujuan tertentu. Untuk mengembangkan potensi yang ada, serta keterampilan-keterampilan sosial dibutuhkan suatu pendidikan yang menjunjung tinggi nilai-nilai sosial kemasyarakatan. Nilai merupukan esensi yang melekat pada suatu kenyataan. Jika dikaitkan dengan istilah pendidikan maka nilai merupakan sesuatu yang ditanamkan oleh pendidik kepada peserta didik. Sedangkan pendidikan sosial adalah suatu usaha untuk membimbing dan mengembangkan potensi peserta didik secara optimal agar mereka dapat berperan serasi dengan tuntutan kebutuhan masyarakat lingkungannya.

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : nilai-nilai pendidikan sosial dalam ibadah haji yang didasarkan atas analisis terhadap film Haji Backpacker karya Danial Rifki. Jenis penelitian ini adalah kualitatif. Yaitu, prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif. Sedangkan Metode yang digunakan adalah metode conten analysis, yaitu penelitian yang dilakukan untuk menganalisis data yang terdokumentasi dalam rekaman suara, gambar, atau tulisan. Secara tehnik, conten analysis meliputi upaya-upaya klasifikasi lambang-lambang yang dipakai dalam komunikasi. Peneliti mengfokuskan penelitian ini pada nilai-nilai pendidikan sosial dalam ibadah haji yang terdapat didalam film Haji Backpacker.

  Nilai-nilai pendidikan sosial yang ada dalam film haji backpacker terbagi menjadi dua sub tema yaitu: 1. Interaksi simbolis adalah segala hal yang berhubungan dengan pembentukan makna dari proses saling mempengaruhi yang terjadi baik antara inividu dengan individu, individu dengan kelompok ataupun kelompok dengan kelompok. Interak simbolik ini mencakup sikap toleransi, tolong menolong dan kasih sayang. 2. Kedewasaan spiritual adalah masa dimana seseorang telah mencapai perkembangannya secara spiritual. Spiritual sendiri merupakan bagian dari perkembangan kedewasaan seseorang. Kedewasaan Spiritual ini dibagi menjadi pengalaman agama dan kematangan agama.

  DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ................................................................................. i HALAMAN BERLOGO .......................................................................... ii HALAMAN DEKLARASI ....................................................................... iii PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................................ iv HALAMAN NOTA PEMBIMBING ........................................................ v HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... vi MOTTO .................................................................................................... vii PERSEMBAHAN ..................................................................................... viii KATA PENGANTAR .............................................................................. ix ABSTRAK ................................................................................................ xi DAFTAR ISI ............................................................................................. xiii

  BAB I PENDAHULUAN A.

  1 Latar Belakang Masalah ................................................

  B.

  9 Fokus Penelitian ............................................................

  C.

  9 Tujuan Penelitian ..........................................................

  D.

  10 Manfaat Penelitian ........................................................

  E.

  10 Penegasan Istilah ...........................................................

  F.

  13 Metode Penelitian ........................................................

  G.

  15 Kajian Pustaka ...............................................................

  H.

  18 Sistematika Penulisan ...................................................

  BAB II LANDASAN TEORI A.

  19 Nilai-nilai Pendidikan Sosial ......................................

  1.

  19 Pengertian Nilai dan Pendidikan Sosial .................

  a.

  19 Nilai ..................................................................

  b.

  20 Pendidikan Sosial ..............................................

  2.

  21 Metode Pendidikan Sosial ....................................

  3.

  24 Tujuan Pendidikan Sosial .....................................

  B.

  26 Urgensi Pendidikan Sosial ...........................................

  C.

  27 Gambaran Umum Mengenai Film ................................

  1.

  27 Pengertian dan Sejarah Film ..................................

  a.

  27 Pengertian Film .................................................

  b.

  29 Sejarah Film ......................................................

  2.

  31 Unsur-unsur dan Jenis-jenis Film ..........................

  a.

  31 Usnsur-unsur dalam Film ..................................

  b.

  31 Jenis-jenis Film .................................................

  D.

  33 Film Sebagai Media Pembelajaran ..............................

  BAB III GAMBARAN UMUM FILM HAJI BACKPACKER A.

  36 Biografi Sutradara .........................................................

  B.

  38 Karya dan Penghargaan Sutradara ................................

  C.

  39 Tentang Film Haji Backpacker .....................................

  1.

  39 Profil .....................................................................

  2.

  40 Genre .....................................................................

  3.

  41 Plot/ Alur ...............................................................

  4.

  43 Latar/ Setting ........................................................

  5.

  46 Penokohan dan Karakter Tokoh Utama ................

  6.

  48 Sinopsis .................................................................

  7.

  50 Amanat ..................................................................

  BAB IV ANALISIS FILM DAN PEMBAHASAN

  A.

  52 Interaksi Simbolis .........................................................

  1.

  54 Toleransi ...............................................................

  2.

  57 Kasih Sayang ........................................................

  3.

  60 Tolong-menolog ...................................................

  B.

  62 Kedewasaan Spiritual ..................................................

  1.

  64 Pengalaman Spiritual ............................................

  2.

  68 Kematangan Beragama .........................................

  BAB V PENUTUP A.

  73 Kesimpulan ...................................................................

  B.

  75 Saran .............................................................................

  C.

  75 Penutup .........................................................................

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang universal. Ajaran-ajaran yang terkandung di

  dalamnya menyentuh seluruh aspek kehidupan manusia. Baik dari segi moral, sosial, ekonomi, maupun politik. Oleh karenanya, Islam mudah diterima oleh masyarakat. Kehidupan dunia dalam Islam, di atur dalam hukum

  mu’amalah

  (

  fiqih mu’amalah). Sementara dalam kehidupan akhirat, Islam mengatur dalam hukum ibadah (fiqih ibadah).

  Islam merupakan agama yang sangat memperhatikan nilai-nilai sosial. Seluruh ibadah dalam Islam, tak terkecuali ibadah haji, mempunyai korelasi dan kontribusi dalam perubahan sikap dan perilaku masyarakat (Majid: 2000: 253). Setiap perubahan yang terjadi, di harapkan mampu menciptakan hubungan yang harmonis di dalam masyarakat.

  Ibadah haji menjadi rukun Islam yang kelima. Dalam ibadah haji terdapat simbol-simbol yang kaya akan nilai-nilai pendidikan sosial. Sebagai contoh, di wajibkannya memakai pakain Ihrom yang serba putih. Hal ini melambangkan kesamaan derajat umat manusia di hadapan Allah. Baik yang miskin atau kaya, semua berpakaian sama. Haji adalah gambaran yang jelas tentang solidaritas umat Islam yang berkumpul dalam rapat tahunan (Boizard: 1979: 65).

  Melihat fenomena haji saat ini, seharusnya dapat menjadi kabar gembira bagi masyarakat muslim. Mengingat nilai-nilai pendidikan sosial yang terkandung dalamnya. Salah satu tujuan dari ibadah haji adalah untuk menciptakan masyarakat yang egaliter. Yaitu, masyarakat yang memandang semua manusia itu sama.

  Orang-orang yang sudah melaksanakan ibadah haji, tentunya tingkat keimanan, ketaqwaan dan jiwa sosial mereka lebih tinggi dibanding orang- orang yang belum menunaikan ibadah haji. Dalam ibadah haji terdapat tiga tahapan penting yaitu, tahap pengetahuan, tahap kesadaran dan tahap cinta.

  Seseorang yang sudah mengetahui kebesaran Allah, maka akan timbul kesadarannya sebagai manusia. Seiring dengan itu, rasa cinta kepada Allah dan sesama akan tumbuh pula. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa, semakin banyak jumlah orang yang naik haji, maka masyarakat akan semakin sejahtera.

  Saat ini, banyak masyarakat khususnya di Indonesia sudah melaksanakan haji. Setiap tahunnya pemerintah Indonesia memberangkatkan lebih dari 1500 jamaah haji. Pada tahun ini saja, sebanyak 155.200 jamaah haji di berangkatkan. Hal ini menunjukan betapa haji menjadi dambaan bagi setiap muslim.

  Akan tetapi, melihat realita yang ada di dalam masyarakat, orang-orang yang sudah naik haji ini tidak menunjukan perubahan-perubahan sikap yang signifikan. Sikap dan perilaku mereka tidak jauh beda dengan saat mereka belum naik haji. Bahkan mereka cenderung menunjukan sikap

  riya’ atas

  nama. Hal in sepertinya sudah lazim terjadi di masyarakat, khususnya Indonesia.

  Banyak orang yang beranggapan bahwa haji adalah sebuah gelar. Kehajian mereka di gunakan untuk meningkatkan status sosial. Kekeliruan ini kemudian di manfaatkan oleh sebagaian orang untuk pencitraan diri. Misalnya, pada musim kampanye para calon-calon legislatif menuliskan gelar haji di depan namanya. Kemudian para pejabat pemerintahan yang muslim, juga melakukan hal yang sama. Sebutan haji sesungguhnya hanya ada dalam masyrakat Indonesia saja. Penulis belum pernah mendengar ulama’ dari Arab menggunakan gelar haji.

  Uraian diatas menunjukan bahwa ada pemahaman yang keliru mengenai makna dan tujuan ibadah haji. Selain ibadah mahdloh, haji merupakan ibadah

  

ghoiru mahdloh . Ibadah mahdloh adalah ibadah yang berhubungan langsung

  dengan Allah atau bersifat vertikal. Sedangkan ibadah ghoiru mahdloh adalah ibadah yang berhubungan antara manusia dengan manusia lainnya atau bersifat

  

horizontal. Akan tetapi kebanyakan orang hanya memahami haji merupakan

  ibadah yang bersifat vertikal. Makna sosial yang ada didalamnya seringkali terlupakan. Allah berfiman:                               

     Artinya: (Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa

  yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, Maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal (QS. Al-Baqoroh: 197) Dari pengertian ayat Al- Qur’an di atas, dapat dipahami bahwa ibadah haji memiliki hubungan yang erat terhadap nilai-nilai sosial. Seperti, persaudaraan, kesamaan derajat, dan pesatuan. Hal ini ditunjukan dengan dilarangnya berbuat rafats (perkataan buruk), berbuat fasik (kerusakan), dan beradu argument yang dapat menimbulkan perkelahian. Karena, ketiga perbuatan itu dapat merusak keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat.

  Oleh karena permasalah tersebut, penulis merasa perlu untuk meneliti nilai-nilai pendidikan sosial yang ada di dalam ibadah haji. Akan tetapi, penelitian ini akan di dasarkan pada study atas film Haji backpacker. Karena menurut penulis, film ini memiliki hubungan dengan permasalahan diatas.

  Haji Back Packer merupakan film religi yang di sutradarai oleh Daniel Rifky. Tidak hanya memberikan sebuah hiburan saja, akan tetapi pelajaran mengenai nilai-nilai sosial sangat kental sekali. Dalam kaitannya terhadap pendidikan sosial, film ini memberikan pemahaman kepada para pembaca tentang arti persaudaraan, kesamaan derajat, dan persatuan.

  Kisah ini dimulai dari kisah seorang tokoh yang bernama Mada, yang jatuh cinta kepada Sophia. Mada diperankan oleh Abimana arya satya.

  Sementara Sophia, diperankan oleh Dewi sandra. Pada awalanya, Mada adalah orang yang sangat ta’at pada agama. Disisi lain, ia juga memiliki sifat keras Suatu hari Mada datang kepada Shopia untuk menyatakan cinta. Akan tetapi Shopia tidak memberikan jawaban apapun. Sebenarnya jauh didalam hati

  Sophi, hanya menganggap Mada sebagai seorang sahabat. Sophi tidak tega menolak Mada, karena takut menghancurkan keyakinan si Mada. Adegan ini terjadi dalam menit ke-13. Selanjutnya dalam penolakan Shopi terlihat dalam beberapa adegan selanjutnya.

  Sebelum melamar Shopia, Mada berdoa kepada Allah untuk merestui hhubungannya dengan Shopia. Menurut pemahamannya, Allah merestui hubungannya dengan sang pujaan hati. Hingga akhirnya ia datang kepada Soffi untuk melamarnya.

  Akan tetapi, di hari pernikahan mereka, Shopi pergi meninggalkan Mada. Padahal, dari kedua pihak keluarga, penghulu dan tamu undangan sudah berada di masjid untuk melangsungkan ijab-qobul. Mada sangat terpukul atas kejadian itu. Ia marah kepada keluarganya, kakaknya, bahkan kepada Tuhannya.

  Hingga akhirnya ia memutuskan untuk menjadi seorang backpacker. Mada pergi ke Thailand untuk melupakan kejadian pahit yang menimpa dirinya. Di Thailand, ia melampiaskan kemarahan dan kekecewaanya dengan mabuk-mabukan dan pergi ke tempat hiburan.

  Suatu malam Mada terlibat perkelahian dengan kelompok preman. Dalam perkelahian itu, Mada menewaskan salah satu dari anggota preman dengan mematahkan lehernya. Melihat temannya tewas, anggota preman yang lain hendak menuntut balas kepada Mada. Akan tetapi, Mada dan temannya terjadi. Mulai saat itu Mada menjadi buronan anggota preman tersebut. Adegan ini menggambarkan watak si Mada yang childish. Adegan ini ditempatkan sutradara dalam menit ke- 4.

  Kabar pembunuhan itupun segera menyebar luas. Kakak Mada dan Kedutaan Besar Indonesia yang berada di Thailand segera mengetahui kejadian itu. Kakak Mada menyarankannya untuk pulang ke Indonesia, akan tetapi Mada menolak. Akhirnya Mada pergi ke Vietnam atas saran dari salah seorang staff kedubes tersebut.

  Di Vietnam, Mada seperti gelandangan. Ia tidur di terminal, taman kota, dan emperan toko. Untuk menyambung hidupnya ia bekerja sebagai kulli.

  Kesehatan Mada semakin memburuk. Ia tidak punya cukup uang untuk berobat dan mencari penginapan yang layak. Akhirnya ia tidur di dalam kardus. Ia tidak tahu kalau kardus itu akan dikirim ke China.

  Saat didalam kardus, ia merasa seperti tidur. Ia bermipi melihat dirinya mati. Hingga akhirnya ia terbangun dan sudah berada di keluarga Shuchun.

  Shuchun adalah anak seorang tabib dan sekaligus imam masjid di kampungnya.

  Keluarga Shuchun merupakan keluarga yang bijaksana. Hal ini tercermin saat Mada diajak untuk sholat berjamaah di masjid oleh ayah Shuchun. Akan tetapi Mada menolak. Kemudian ayah Shuchun bertanya tentang agamanya. Mada tetap menjawab seorang muslim akan tetapi sudah lama tidak bersembahyang. Ayah Shuchupun tidak memaksa dan malah meminta maaf bahwa yang dilakukan Mada pasti mempunyai alasan yang kuat. Dalam adegan ini, mengandung pelajaran untuk saling menghormati privasi seseorang. adegan ini terlihat saat durasi waktu menujukan menit ke -42.

  Setelah itu, Mada pergi bersama Shuchun ke suatu tempat yang indah. Disitu terlihat pegunungan dan aliran sungai yang jernih. Pemandangan di desa Shuchun memang sangat indah. Kemduian mereka saling bertukar pikiran.

  Shuchun menanyakan alasan Mada tidak mau bersembahyang lagi. Dan akhirnya Madapun menceritakannya.

  Dalam adegan ini, terjadi dialog yang menarik untuk disimak. Shuchun mengomentari cerita Mada, bahwa rencana Allah sangat sempurna, dan kekecewaan Mada hanya mencerminkan dirinya yang tidak mau menurut kepada Allah. Kata-kata dari Shuchun kemudian menggetarkan kekerasan hatinya. Kemudian ia pergi merenungi kebenaran kata-kata Shuchun.

  Setelah merenungi kata-kata Shuchun, ke esokan harinya, Mada memutuskan untuk pergi. Sebelum dia pergi, ayah Shuchun memberikan sebuah kitab kepadanya. Yaitu, kitab Al-hikam.

  Akhirnya ia pergi bersama paman Shuchun yang kebetulan sedang mencari pengganti pekerjanya yang kabur. Di kota Lijiang, ia membantu paman Shuchun berjualan. Suatu hari saat toko sedang sepi, Mada tertidur. Ia bermimpi menaiki sebuah balon udara, kemudian balon udara itu jatuh karena tertabrak kubah masjid. Mimpi itu dialaminya berulang kali.

  Kemudian Mada berencana untuk ke India atas saran dari pemilik toko seorang ulama’ dan ahli tafsir mimpi.

  Setelah pamit dengan pemilik toko, Mada di beri upah kerja dan melanjutkan perjalanannya ke India. Dalam perjalanan Mada menuju India, dia melewati negri Nepal dan Tibet. Ciri khas negeri tersebut di gambarkan melalui tayangan penduduk yang sedang melakukan ritual keagamaan. Selain itu, letak tempat ibadah tersebut berada di atas bukit.

  Akhirnya sampailah Mada di India dan bertemu dengan Syed Salman Childy. Sebelum Mada menceritakan keresahan hatinya, Syed Salman sudah mengetahui maksud dan tujuannya. Bahkan, juga sudah mengetahui mimpi yang dialaminya. Mada pun takjub melihat Syed Salam Chindy.

  Dalam suatu adegan yang, saat film sudah menjukan durasi 1 jam lebih 18 menit, Mada melihat temanya menggedong seorang kakek yang lumpuh untuk pergi ke Masjid. Kejadian ini mengingatkan Mada kepada ayahnya. Kemdian ia berencana untuk ke Arab Saudi untuk mencari makam ayahnya. Ayahnya meninggal di Arab Saudi saat menunaikan ibadah haji.

  Akhirnya Mada melanjutkan perjalanannya ke Arab Saudi. Ditengah- tengah perjalanan ia dihadang oleh suatu kelompok bersenjata. Mada dituduh sebgai agen Mossad dan sempat di intimidasi. Kejadian ini terjadi saat di Iran. Akhirnya Mada bisa lolos saat komandan pasukan menuruhnya membaca Al- qur’an. Karena mengetahui Mada seorang muslim akhirnya ia ditolong dengan mencarikan pekerjaan untuk Mada. Ia bekerja di suatu kapal yang menuju Arab Saudi sebagai tukang bersih-bersih. dan meratapi segala kesalahannya. Dia teringat sosok ayahnya yang selama ini ditinggkalnnya. Dia juga menyesal karena tidak tahu makam ayahnya. Akhirnya Mada bertobat dan sekaligus menunaikan ibadah haji pada saat musim hajji datang.

  Pada saat pengembaraan si Mada, peristiwa-peristiwa yang di alamiya merupakan makna dari simbol-simbol dalam ritual haji. Banyak pesan-pesan sosial yang terkandung di dalamnya. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk meniliti kandungan nilai-nilai pendidikan sosial dalam film yang berjudul “Haji Back Packer” karya Daniel Rifky.

B. Fokus Penelitian

  Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merumuskan beberapa masalah antara lain:

  1. Apa saja nilai-nilai pendidikan islam yang terkandung dalam film Haji Backpacker?.

  2. Apa pengertian Interaksi Simbolik? 3.

   Apa pengertian kedewasaan spiritual? C. Tujuan Penelitian

  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi nilai-nilai pendidikan sosial dalam ibadah haji study atas film “Haji Back Packer” karya Danial Rifky.

D. Manfaat Penelitian pembaca baik secara teoritis maupun secara praktis.

1. Manfaat Teoritis a.

  Dapat menambah khazanah keilmuwan terutama pada karya seni film. b.

  Sebagai landasan pemikiran dalam menerapkan teori-teori yang sudah ada dengan realitas kehidupan di masyarakat.

2. Manfaat Praktis a.

  Sebagai sarana transformasi nilai-nilai pendidikan yang ada dalam masyarakat.

  b.

  Dapat memberikan kontribusi kepada pembaca dalam pendidikan terutam dalam memahami makna atau hikmah yang terkandung dalam sebuah film.

E. Penegasan Isltilah

  Untuk menghindari kesalahpahaman bagi pembaca, maka penulis merasa perlu meguraikan judul skripsi ini, yaitu

  “ Nilai-Nilai Pendidikan Sosial dalam Ibadah Haji (Study atas Film Haji Back Packer)

  ”. Penegasan ini juga di maksudkan agar pembaca dapat dengan mudah memahi isi skripsi ini.

  Adapun rincian pejelasan mengenai judul skripsi ini sebagai berikut: 1.

  Nilai Nilai (Value) dalam Kamus Besar Bahas Indonesia berarti “harga atau mutu sesuatu”. Setiap barang atau peristiwa tidak bisa lepas dari nilai. Nilai inilah yang menyifati segala hal yang ada di dunia baik peristiwa maupun barang. Selanjutnya Aziz (2009: 120) menjelaskan bahwa nilai merupakan keumuman dan kelaziman dalam batas-batas tertentu yang pantas bagi pandangan individu dan sekelilingnya.

  Menurut Horton dan Hunt dalam Narwoko dan Syanto (2006: 55) nilai adalah gagasan mengenai apakah suatu pengalaman itu berarti atau tidak.

  Nilai juga dapat diartikan sebagai tolok ukur mengenai suatu makna yang terkandung dalam suatu peristiwa. Tolok ukur ini digunakan sebagai standar pertimbangan baik-buruk atau benar-salah terhadap suatu masalah.

2. Pendidikan Islam

  Pendidikan berasal dari kata “didik”. Mendapat imbuhan “pe-an” menjadi “pendidikan”. Secara etimologi, didik berarti “memelihara dan memberi latihan”. Imbuhan “pe-an” memberi pengertian suatu proses atau usaha. Jadi pendidikan adalah suatu proses atau usaha untuk mendidik dan memelihara sesuatu.

  Rifai dan Murni dalam Syukur (2014: 20) berpandangan bahwa pendidikan adalah proses secara sistematis untuk mengubah tingkah laku seseorang kearah yang lebih baik

  Kata sosial berasal dari bahasa latin yaitu

  “socius” yang berarti

  “kawan” (Narwoko dan Suyanto: 2006: 2). Pengertian sosial secara etimologi ini merujuk pada hubungan manusia secara individu atau kelompok. Oleh karena itu, manusia juga disebut dengan makhluk sosial. Artinya, manusia tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa bantuan

  Jadi, pendidikan sosial adalah usaha yang di lakukan secara sadar oleh seorang pendidik untuk mengarahkan sikap dan perilaku peserta didik kepada nilai-nilai atau norma-norma kemasyarakatan.

3. Film Haji Back Packer.

  Haji Back Packer pada mulanya adalah sebuah novel karya Aguk Irawan MN. Kemudian, novel ini diangkat menjadi karya film oleh Daniel Rifki. Mada, tokoh utama dalam film ini diperankan oleh Abimana Arya Satya.

  Dalam film Haji Back Packer, Mada digambarkan sebagai seorang yang sangat patuh dalam keluarga. Akan tetapi, karena suatu masalah ia merasa kecewa dan marah. Kemudian si Mada pergi meninggalkan keluarganya dan juga agamannya. Oleh karena suatu peristiwa juga,kemudian dia sadar dan kembali kejalan yang benar.

  Jadi, Film Haji Back Packer ini tidak menceritakan teknis-teknis dalam ibadah haji. Akan tetapi lebih terfokus pada perjalanan spiritual si Mada yang kembali menemukan Tuhannya setelah ia tinggalkan.

  Selain nilai-nilai spiritual, film ini juga mengandung nilai-nilai pendidikan sosial yang tergambar dalam beberapa peristiwa yang di alami oleh Mada selama mengembara. Hal inilah, yang menarik perhatian penulis untuk mengangkat nilai-nilai sosial dalam film ini. Lebih lanjut, penulis menjelaskan bahwa film Haji Backpacker sesungguhnya menggambarkan perjalanan dalam ibadah haji yang penuh dengan nilai-nilai spiritual dan

F. Metode Penelitian 1.

  Pendekatan dan Jenis Penelitian

  Jenis penelitian ini adalah kualitatif. Yaitu, prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif (Bogdan dan Taylor: 1992: 21). Jenis penelitian ini sangat cocok digunakan dalam skripsi ini. Penulis menganalisa setiap kejadian yang terdapat didalam film Haji Backpecker, kemudian mendeskripsikannya atau menggambarkannya melalui tulisan. Tentunya penulis hanya membatasi pada kejadian yang mengandung unsur nilai pendidikan sosial. Hal ini dimaksudkan agar pembahasan dalam skripsi ini sesuai dengan judulnya.

  2. Objek Penelitian Objek penelitian dalam penelitian ini adalah nilai-nilai pendidikan sosial dalam ibadah haji yang terdapat dalam film Haji Back Packer.

  3. Sumber Data Data yang diambil dari penelitian ini adalah adegan dan dialog yang ada dalam file film “Haji BackPacker”.

  Adapun sumber data dari penelitian ini adalah: a.

  Data Primer Data Primer adalah data yang di peroleh langsung dari subyek penelitian. Dalam penelitian ini, File film Haji Back Packer merupakan data primer, yang kemudian di terjemahkan dalam bentuk skenario. Data skunder

  Data skunder adalah data tambahan yang sifatnya melengkapi data yang sudah ada. Buku, dokument, internet, dan sumber data lainnya yang dapat di jadikan sebagai data tambahan atau data pelengkap.

4. Metode Analisis Data

  Metode yang digunakan penulis adalah Content Analysis (Analisis Isi) yaitu, penelitian yang dilakukan untuk menganalisis data yang terdokumentasi dalam rekaman suara, gambar, atau tulisan. Conten analysis berangkat dari anggapan dasar dari ilmu-ilmu sosial bahwa studi tentang proses dan komunikasi adalah dasar-dasar ilmu sosial. Dalam hal ini, penulis melihat dan memahami adegan-adegan dalam film yang berhubungan dengan nilai-nilai pendidikan sosial dalam film Haji Backpacker. .

  Secara teknik, Content Analysis mencakup upaya-upaya klasifikasi lambang-lambang yang di pakai dalam komunikasi, menggunakan kriteria dalam klasifikasi dan teknik analisis tertentu dalam membuat prediksi ( Bungin: 2010: 84). Dalam hal ini Krispendoff dalam Subrayogo (2001: 71) juga berpendapat bahwa analisis isi bukan sekedar menjadikan isi pesan sebagai obyeknya, melainkan lebih dari itu, terkait dengan konsepsi- konsepsi yang lebih baru tentang gejala-gejala simbolik dalam dunia komunikasi. Oleh karena itu, analisis isi berhubungan erat dengan 15) menambahkan sebagai suatu tehnik peneliytian, analisis isi mencakup prosedur-prosedur khusus untuk memproses data dengan tujuan memberikakn pengetahuan, membuka wawasan baru dan menyajikan fakta.

G. Kajian Pustaka

  Sebagaiamana yang telah dikemukakan diatas, penelitian ini difokuskan pada nilai-nilai pendidikan sosial dalam ibadah haji yang didasarkan pada study atas film Haji Backpacker. Untuk menunjukan bahwa topik yang diteliti belum pernah diteliti oleh peneliti lain dalam kontek yang sama, maka penulis akan menuliskan beberapa judul skripsi terdahulu yang berkaitan dengan tema pembasan penelitian ini. Diantara skripsi tersebut adalah:

  Skripsi Syahdara Anisa Ma’ruf (2011) mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tentang nilai-nilai pendidikan Islam dalam film Sang Pencerah. Dalam skripsi ini menjelaskan tentang film Sang Pencerah sebagai alat bantu atau media dalam pendidikan Islam. Film sang pencerah berbicara tentang Islam yang progresif, aktualis dan yang tidak hanya membahas masalah syari’at, melainkan juga kemslahatan umat untuk menegakkan agama Allah.

  Skripsi Rosyid Rohman Nur Hakim (2012) mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan judul “ Representasi Ikhlas dalam Film Emak Ingin Naik Haji” yang didasarkan atas analisis semiotik terhadap tokoh emak. Sementara metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui tokoh emak yaitu, 1) pantang menyerah, 2) orang yang ikhlas dan lebmbut hatinya, 3) istiqomah, 4) berusaha membantu orang lain yang membutuhkannya, 5) selalu memaafkan kesalahan orang lain, 6) tidak membeda-bedakan dalam pergaulan, 7) tawakal, dan 8) bersyukur.

  Skripsi Ahmad Dairowi (2002) mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang mengangkat judul “Nilai-Nilai Pendidikan Sosial dalam Surat At- Taubat Ayat 71 Analisis Ilmu Pendidikan Agama Islam”. Skripsi ini membahas mengenai nilai-nilai pendidikan sosial yang terkandung dalam surat AT-Taubah ayat

  71. Penelitian ini tergolong penelitian yang bertumpu pada study kepustakaan (libarary reaserc). Sebab data yang dikumpulkan lebih banyak mengambil dari buku, kitab atau dokument. Untuk mengolah data salah satu metode yang digunakan penulis adalah metode analisis konsep. Yaitu, suatu metode yang digunakan untuk menganalis ide atau pengertian dari para ahli teori. Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa nilai pendidikan sosial yang terkandung dalam surat At-Taubat ayat 71 adalah tolong menolong sesama manusia. Selain itu, skripsi ini juga membahas implikasi nilai pendidikan sosial dalam dunia pendidikan.

  Skripsi Siti Muniroh Ahmad (2004) mahasiswa IAIN Walisongo Semarang dengan judul “Nilai-nilai Pendidikan Sosial dalam Ibadah Zakat”.

  Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode library reaserc. Dalam Melalui metode tersebut, penulis menganasilis nilai-nilai pendidikan sosial yang terkandung dalam ibadah zakat. Adapun nilai-nilai pendidikan sosial yang terkandung didalamnya adalah taqwa, persaudaraan, solidaritas sosial.

  Skripsi Panji Dwi Laksmana (2015) mahasiswa Pendidikan Sastra dan Bahasa Indonesia dari Universitas Muhammadyah Surakarta (UMS) yang mengangkat judul “Aspek Motivasi Tokoh Utama dalam Novel Haji Backpacker karya Aguk Irawan: Tinjauan Psikologi Sastra dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar di SMA”. Dalam pembahasan skripsi ini lebih menekankan pada struktur dalam novel dan aspek motivasi tokoh utama. Adapun struktur tema yang terdapat dalam novel ini adalah tentang perjuangan, cinta, dan kehidupan. Sementara aspek motivasi dalam novel ini adalah motivasi internal vs motivasi eksternal,motivasi mengajar kesenangan vs motivasi menjauhi rasa sakit, motivasi positif vs negatif, motivasi dini vs terlambat, motivasi pribadi vs orang lain, dan motivasi statis vs motivasi dinamis. Jenis penelitian ini tergolong dalam penelitian kualitatif deskriptif. Sementara tehnik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah tehnik pustaka.

  Dari beberapa penelitian diatas, penulis belum menemukan judul yang sama dengan skripsi ini. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada objek kajiannya. Dengan demikian, penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan keasliaanya.

H. Sistematika Penulisan

  BAB I berisi tentang Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah dan sistematika penulisan.

  BAB II menjelaskan gambaran secara umum mengenai nilai-nilai pendidikan sosial. Seperti, penegertian pendidikan sosial, ruang lingkup, urgennya pendidikan sosial. Selain itu, mengenai film sebagai media pembelajaran, pengertian sampai kekuarangan dan kelebihan film sebagai media pembelajaran juga dibahas dalam bab ini.

  BAB III berisi tentang paparan data penelitian yang menggambarkan film Haji Backpacker seperti tema, profil film, penokohan, lattar/ setting serta biografi singkat sutradara. BAB IV dalam bab ini menjelaskan tentang analisis film yang berisi tentang Interaksi Simbolis dan Kedewasaan spiritual. Interaksi Simbolis ini meliputi, sikap tolerasi, kasih sayang antar sesama dan tolong menolong. Sementara dalam Kedewasaan Spiritual, mencakup pengalaman spiritual dan kematangan beragama.

  BAB V berisi tentang Penutup yang meliputi kesimpulan dan saran. Bagian akhir berisi tentang daftar pustaka dan riwayat hidup penulis.

BAB II LANDASAN TEORI A. NILAI-NILAI PENDIDIKAN SOSIAL 1. Pengertian Nilai-Nilai Pendidikan Sosial a. Pengertian Nilai Nilai adalah suatu bagian yang pentiang dalam kehidupan

  masyarakat. Suatu tindakan dianggap benar atau salah dan pantas atau tidak jika sesuai dengan nilai-nilai yang telah disepakati bersama oleh masyarakat dimana tindakan itu dilakukan. Hal ini seseuai dengan pendapat Thaha (1996: 61) bahwa nilai menunjukan esensi yang melekat pada sesuatu yang sangat berarti bagi kehidupan manusia.

  Menurut Kattsoff (1992: 333) nilai sebagai esensi adalah hasil ciptaan yang tahu, nilai sudah ada sejak semula, terdapat dalam setiap kenyataan namun tidak bereksitensi, nilai itu bersifat obyektif dan tetap. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa nilai adalah sesuatu yang mendasari segala hal yang ada di dunia ini. Sebab, nilai itu sendiri selalu melakat pada setiap kenyataan. Sebagai contoh, mencuri merupakan perbuatan yang buruk. Tindakan mencuri adalah kenyataan dan pandangan masyarakat mengenai keburukan merupakan nilai yang melekat pada tindakan itu.

  Jadi, nilai adalah esensi yang melekat pada sesuatu yang sangat berarti dan berguna sebagai pertimbangan baik-buruk atau benar salah mengenai suatu kenyataan. Dengan kata lain, esensi tersebut dapat dijadikan suatu petimbangan dalam suatu hal.

  Jika dikaitkan dengan istilah pendidikan, nilai merupakan suatu hal yang ditanamkan kepada peserta didik oleh pendidik secara sadar untuk mengembangkan potensi yang ada didalam diri peserta didik. Menurut Sastrapratedja dalam Kaswardi (1993: 3) dalam hubungannya dengan pendidikan, nilai dapat diartikan sebagai penanaman dan pengembangan nilai-nilai dalam diri seseorang. Hakikat dari nilai-nilai yang dimaksud adalah ajaran-ajaran luhur untuk mengarahkan sikap dan perilaku seseorang dalam kehidupan bermasyarakat.

  b.

  Pengertian Pendidikan Sosial Pendidikan sosial adalah usaha untuk membimbing dan mengembangkan potensi peserta didik secara optimal agar mereka dapat berperan serasi dengan tuntutan kebutuhan masyarakat lingkungannya (Jalaludin: 2003: 95). Berbeda dengan Purwanto (1998: 171) yang menyatakan bahwa pendidikan sosial adalah pengaruh yang disengaja yang datang dari pendidik-pendidik terhadap anak. Pengaruh-pengaruh tersebut dimaksudkan untuk mengarahkan anak untuk menjadi anggota yang baik dalam golongannya.

  391) bahwa yang dimaksud dengan pendidikan sosial adalah pendidikan anak sejak kecil agar terbiasa menjalankan adab sosial yang baik dan dasar-dasar psikhis yang mulia dan bersumber pada akidah islamiyyah yang abadi dan perasaan keimanan yang mendalam, agar di dalam masyarakat nanti bisa tampil dengan pergaulan dan adab yang baik, keseimbangan akal yang matang dan tindakan bijaksana. Jadi, pendidikan sosial ini merupakan manifestasi dari perilaku dan watak yang mendidik anak untuk menjalankan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Selain itu juga dapat menjadi kontrol sosial terhadap perilaku anak

  Jadi nilai-nilai pendidikan sosial yang dimakasud penulis adalah suatu esensi yang melekat pada setiap kenyataan yang ditanamkan oleh pendidik kepada peserta didik sebagi bekal pertimbangan moral hidup di masyarakat.

2. Metode Pendidikan Sosial

  Secara etimologi, met ode berasal dari bahasa Greek “meta” yang berarti melalui dan “hodos” yang berarti jalan (Arifin: 2000: 97). Sedangkan dalam pengertian yang umum “metode” diartikan cara mengerjakan sesuatu. Dalam proses pendidikan, metode mempunyai peranan untuk mencapai suatu tujuan pendidikan yang telah ditentukan.

  Secara istiliah metode juga dapat diartikan sebagai cara untuk mencapai tujuan. Efektivitas dan efisiensi suatu metode sangat bergantung pada situasi dan kondisi pemakai. Selain itu pemakain metode harus disesuaikan dengan

  Pemahaman mengenai metode ini menjadi sangat penting, sebab dapat mempengaruhi arah dan tujuan suatu pendidikan. Dampak yang sering muncul adalah penyelewengan dan kurang maksimalnya suatu proses pembelajaran.

  Dalam hubungannya dengan pendidikan, metode dapat diartikan dengan cara untuk mencapai tujuan pendidikan. Penggunaan metode dalam proses pendidikan pada dasarnya adalah bentuk sikap selektif terhadap pelaksanaan pengajaran.

  Mainhaim dalam Joesosf (1992: 115-117) berpendapat bahwa ada dua metode yang dapat digunakan yaitu: a.

  Metode langsung, adalah mengadakan hubungan langsung secara pribadi dan kekeluargaan dengan individu-individu yang bersangkutan, yaitu dengan cara langsung mendatangi dan memberikan arahan serta bimbingan agar orang tersebut mempunyai keinginan untuk berbuat kebaikan.

  b.

  Metode tidak langsung, maksudnya mengadakan hubungan secara tidak langsung kepada individu/masyarakat yang menjadi sasaran. Cara ini juga bisa dimanfaatkan walaupun tidak secara langsung menghadapi orang, karena dengan cara ini bisa memberikan nasehat pada orang lain setelah itu dia akan menyampaikannya pada orang tersebut.

  Sedangkan metode pendidikan sosial menurut Ulwan(1981: 392) adalah: Penanaman dasar-dasar psikhis yang mulia, seperti: takwa, persaudaraan, kasih sayang, mengutamakan orang lain, dan suka memberi maaf.

  b.

  Pemeliharaan hak-hak orang lain, baik terhadap orang tua, saudarasaudara, tetangga, teman maupun terhadap orang yang lebih tua. c.

  Pelaksanaan tata kesopanan sosial, seperti adab makan dan minum, adab memberi salam, adab minta ijin, dan adab di dalam majlis.

  Membiasakan mereka hidup sederhana supaya lebih bersedia menghadapi kesulitan hidup sebelum terjadi.

  Membiasakan anak-anaknya secara berangsur-angsur berdikari dan memikul tanggungjawab dan membimbingnya, jika mereka bersalah h.

  g.

  Membiasakan mereka cara-cara Islam dalam makan,minum, duduk, tidur, memberi salam, berziarah, masuk rumah yang telah di diami orang dan lain-lain lagi kegiatan hidup.

  f.

  Bersifat adil di antara mereka.

  e.

  d.

  d.

  Menggalakkan mereka mendapatkan kerja yang menolong mereka berdedikasi dari segi ekonomi.

  c.

  Menjadikan rumah itu sebagai tempat di mana tersedia hubungan- hubungan sosial yang berhasil.

  b.

  Memberi contoh yang baik kepada anak-anaknya dalam tingkah laku sosial yang sehat berdasar prinsip-prinsip dan nilai-nilai agama.

  Selain itu, Khatib (2001: 95-96) menyatakan bahwa ada cara-cara yang harus ditempuh dalam pendidikan sosial antara lain: a.

  Pengawasan dan kritik sosial, misalnya memelihara pendapat umum.

  Menjauhkan mereka dari sikap manja dan berfoya-foya, jangan menghina dan merendahkan mereka dengan kasar sebab sifat memanjakan dan kekasaran itu merusak kepribadian anak. i.

  Memperlakukan mereka dengan lemah lembut dengan menghormatinya di depan kawan-kawannya tetapi jangan melepaskan kekuasaan kebapaan mereka terhadap anak-anaknya.

Dokumen yang terkait

IMPLEMENTASI PROGRAM TAHSIN TILAWAH DAN TAHFIDZ AL-QUR’AN DALAM MENANAMKAN NILAI- NILAI AGAMA ISLAM DI SD IT HAMAS STABAT SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Syarat- Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S1) Dalam Ilmu

0 0 102

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat- Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

0 2 9

SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Dalam Bidang Antropologi

0 0 13

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat- Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

0 0 11

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Dalam Ilmu Tarbiyah

0 0 78

PERAN WANITA KARIER DALAM MEMBANGUN KELUARGA SAKINAH . (Ditinjau dari Segi Pendidikan Islam) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I Dalam Ilmu Tarbiyah

0 0 90

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM SIM BOL-SIM BOL WALIMATUL 'U R SY DI DESA CAN DIREJO KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2 0 0 9 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd

0 1 147

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Saijana Strata I Dalam Ilmu Tarbiyah

0 1 118

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BERBASIS EMOTIONAL SPIRITUAL QUOTION POWER DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI (MTs N) 1 BANJARNEGARA 20092010 Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 Dalam Ilmu Tarbiyah

0 1 135

PENERAPAN SYARIAH ISLAM DI INDONESIA (Studi Kasus Gerakan Negara Islam Indonesia di Wilayah Salatiga) SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Kewajiban dan Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Syariah

0 0 162