BAB III PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU PERUSAKAN SITUS INTERNET NEGARA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK 3.1 Pertanggungjawaban Pidana Dalam Aspek Hukum Pidana - PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU P

BAB III PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU PERUSAKAN SITUS INTERNET NEGARA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

3.1 Pertanggungjawaban Pidana Dalam Aspek Hukum Pidana

  Pertanggungjawaban pidana timbul ketika adanya suatu perbuatan pidana.Pertanggungjawaban pidana bukan bagian dari istilah perbuatan pidana tetapi memiliki hubungan yang erat deng an perbuatan pidana.”Perbuatan pidana merupakan perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum larangan mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu,bagi siapa yang melanggar

88 Melanggar perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum

  larangan tersebut.” menimbulkan suatu dampak yakni kesalahan.Kesalahan yang dilanggar mempunyai konsekuensi bahwa perbuatan tersebut harus dapat dipertanggungjawabkan.Pertanggungjawaban pidana tidak dapat dilaksanakan jika tidak memiliki suatu kesalahan.Hal ini dinyatakan di dalam asas hukum pidana yakni Tidak dipidana,jika tidak ada suatu kesalahan (Geen straf zonder shuld;Actus non facit reum nisi mens sist rea).

  Walaupun perbuatan pidana harus dipertanggungjawabkan tetapi tidak semua perbuatan harus dipertanggungjawabkan.Moeljatno Menulis di dalam bukunya yakni:”Bagi saya,ucapan itu berarti ;orang tidak mungkin dipertanggungjawabkan (dijatuhi pidana) kalau dia tidak melakukan perbuatan 88 Moeljatno,Asas-Asas Hukum Pidana,Rineka Cipta,Jakarta,h.59 pidana.Tetapi meskipun melakukan perbuatan pidana,tidak selalu dia dapat

  89

  dipidana.” Di dalam literatur Pompe Menulis “Hubungan antara perbuatan pidana dan kesalahan dinyatakan dengan sifat melawan hukumnya perbuatan,Bahwa kesalahan tidak dapat dipertanggungjawabkan jika tidak ada unsur melawan hukumnya,tetapi sebaliknya sifat melawan hukum dapat

  90 Beberapa contoh untuk

  dipertanggungjawabkan jika ada kesalahan.” mempermudah pemahaman diatas antara lain:Pertama yakni Seorang anak kecil yang berumur 11 tahun. Melakukan pembobolan Server Games Online(cheat) agar memenangkan suatu Games.Perbuatan anak secara jelas telah melanggar

  pasal 30 ayat 1 Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yakni memasuki sistem elektronik milik orang lain secara melawan hukum,tetapi perbuatan tersebut menjadi batal dipidana karena kemampuan bertanggungjawab anak kecil tersebut yang masih belum dapat mengetahui perbuatan yang dilakukannya sehingga sesuai dengan putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 1/PUU-VIII/2010 dan pasal 45 KUHP maka anak tersebut tidak dapat dipidana.Contoh yang lain yakni Seorang Programmer

  Software yang dipaksa melakukan penyebaran berita bohong mengenai suatu

  produk dengan ancaman dirinya akan dibunuh.Perbuatan tersebut telah melanggar ketentuan di dalam pasal 28 ayat 2 Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik,yakni melakukan penyebaran berita bohong mengenai suatu produk,tetapi sesuai dengan pasal 48 KUHP bahwa perbuatan

  89 90 Ibid,h.167 Ibid,lihat Pompe hlm.88;Vos hlm.84 tersebut dilakukan dibawah ancaman langsung maka perbuatan Programmer Software tersebut tidak dapat dipidana.

  Dari Teori dan beberapa penjelasan contoh diatas maka sesuai dengan tulisan Moeljatno bahwa:”Dan ucapan ini ternyata bahwa untuk adanya kesalahan harus dipikirkan dua hal disamping melakukan perbuatan pidana.Pertama:adanya keadaan psikis(batin) tertentu,Kedua:adanya hubungan yang tertentu antara keadaan batin tersebut dengan perbuatan yang dilakukan,hingga menimbulkan

91 Penjelasan mengenai hal lain menyebabkan timbulnya kesalahan

  celaan tadi.” yang pertama adalah hubungan psikis yang ditinjau dari kemampuan orang tersebut untuk bertanggung jawab.Moeljatno menulis di dalam bukunya bahwa “hanya terhadap orang-orang yang keadaan jiwanya normal sajalah,dapat kita harapkan akan mengatur tingkah lakunya sesuai dengan pola yang telah dianggap baik dalam masyarakat.sebab kalau keadaan jiwanya normal,tentu fungsinya akan

92 Sedangkan untuk penjelasan kedua mengenai persoalan

  normal pula.” kesengajaan (dolus) dan kealpaan (culpa).yang dimaksud dengan kesengajaan disini adalah apakah perbuatan pidana yang disebabkan oleh pelaku dilakukan secara sadar?jika dilakukan dengan sadar maka hal tersebut termasuk di dalam delik dolus atau kesengajaan.Sedangkan pengertian kealpaan disini Moeljatno menulis “yang menurut wujudnya dibagi menjadi dua macam,yakni:delik culpa

  93 Di dalam bukunya

  yang sesunguhnya dan delik culpa yang tidak sesungguhnya.” Moeljatno Menulis bahwa delik culpa yang sesungguhnya maksudnya adalah 91 92 Ibid,h.171 93 Ibid,h.173 . Ibid. suatu delik yang dirumuskan secara material di mana akibat yang dilarang tidak diinsafinya lebih dulu bahwa akan terjadi.Sedangkan delik culpa yang tidak sesungguhnya adalah Suatu Unsur tidak dimengerti sebagai demikian,tetapi cukuplah kalau tidak diinsafi unsur tersebut disebabkan karena kealpaan atau kelalaian.Moeljatno menulis dalam bukunya bahwa suatu kesalahan harus

  94

  memenuhi unsur-unsur yakni: a. Melakukan perbuatan pidana (sifat melawan hukum).

  b. Di atas umur tertentu mempu bertanggung jawab.

  c. Mempunyai suatu bentuk kesalahan yang berupa kesengajaan atau kealpaan.

  d. Tidak adanya alasan Pemaaf Unsur-unsur diatas akan dijelaskan secara spesifik dalam pembahasan selanjutnya kecuali unsur melakukan perbuatan pidana (sifat melawan hukum) karena unsur tersebut telah dijelaskan di dalam bab sebelumnya.

A. Kemampuan bertanggung jawab

  Kemampuan bertangung jawab seseorang dapat di lihat dalam rumusan

  pasal 44 KUHP ayat 1 yakni: ”Barangsiapa mengerjakan sesuatu perbuatan,yang tidak dapat dipertangungjawabkan kepadanya karena kurang sempurna akalnya atau karena sakit berubah akal tida k boleh dihukum.”Moeljatno Menulis bahwa

  95

  untuk adanya kemampuan bertanggung jawab harus ada: 94 95 . Ibid,h.177 Ibid,h.178

  1. Kemampuan untuk membeda-bedakan antara perbuatan yang baik dan buruk ;yang sesuai dengan hukum dan yang melawan hukum.

  2. Kemampuan untuk menentukan kehendaknya menurut keinsafan tentang baik buruknya perbuatan tadi.

  Sedangkan E.Y.Kanter dan S.R.Sianturi menulis di dalam bukunya bahwa dikatakan seseorang mampu bertanggung jawab,bila mana pada umumnya:

  96

  a. Keadaan jiwanya:

  1. Tidak terganggu oleh penyakit terus menerus atau sementara (temporair).

  2. Tidak cacad dalam pertumbuhan (gagu,idiot,imbecile dan sebagainya) dan.

  3. Tidak terganggu karena terkejut,hypnotism,amarah yang meluap,pengaruh bawah-sadar/reflexe beweging,melindur/slaapwandel,mengigau karena demam/koors,nyidam dan lain sebagainya.Dengan perkataan lain dia dalam keadaan sadar.

  b. Kemampuan jiwanya: 1. Dapat menginsyafi hakekat dari tindakannya.

  2. Dapat menentukan kehendaknya atas tindakan tersebut,apakah akan dilaksanakan atau tidak dan; 96 E.Y.Kanter dan S.R.Sianturi,Asas-Asas Hukum Pidana Di Indonesia Dan

  Penerapannya,Storia Grafika,Jakarta,2012,h.249

  3. Dapat mengetahui ketercelakaan dari tindakan tersebut. Penjelasan yang pertama dari Moeljatno adalah faktor akal (intelektual

  factor ) faktor ini adalah seseorang yang mampu membedakan suatu perbuatan

  yang baik dan perbuatan yang buruk.Seseorang yang memiliki akal yang sehat dapat memahami,mengerti segala tingkah laku yang dilakukan dan mampu mengetahui segala resiko yang akan dialaminya ketika melakukan suatu perbuatan.Sedangkan faktor kedua yaitu faktor perasaan atau kehendak (volitional

  factor), yaitu dapat menyesuaikan tingkah-lakunya dengan keinsyafan atas nama

  yang diperbolehkan dan mana yang tidak.Maksud dari penjelasan ini adalah Seseorang dengan sadar mengetahui bahwa perbuatan yang dilakukannya akan menimbulkan koensekuensi perbuatan tersebut baik dilakukan atau tercela untuk dilakukan.

  Di dalam rumusan KUHP bahwa alasan penghapusan pidana dalam hal ketidakmampuan dalam bertanggungjawab disebabkan oleh beberapa hal.Soesilo menjelaskan bahwa tidak dapat dihukum terdakwa berhubungan dengan

  97

  perbuatannya tidak dapat dipertanggungjawabkan kepadanya karena: a. Kurang sempurna akalnya.

  b. Sakit berubah akalnya. Pengertian mengenai kurang sempurna akalnya adalah daya pikir

  Seseorang yang secara fisik tidak memiliki kelainan tetapi karena adanya kelainan di dalam pikiran dan panca inderanya ketika masih di dalam kandungan sehingga 97 Soesilo,Kitab Undang-Undang Hukum Pidana,Politea,Bogor,h.60 menyebabkan pemikiran mereka seperti anak-anak.Contohnya adalah:Idiot,Keterbelakangan mental,buta atau tuli sejak lahir.

  Pengertian mengenai sakit karena berubah akalnya adalah Seseorang yang menderita suatu penyakit yang dapat mengganggu fungsi dan sistem kerja otak sehingga perbuatan yang dilakukannya dikerjakan secara tidak sadar.Yang termasuk di dalam golongan ini adalah:orang gila,epilepsi dan melancholie.

  Di dalam bukunya Moeljatno menulis Dalam merumuskan dalam KUHP ketidakmampuan bertangung jawab sebagai hal yang menghapuskan pidana,orang dapat menempuh 3 jalan ,yaitu: 1. Ditentukan sebab-sebab yang menghapus pemidanaan.

  2. Menyebutkan akibatnya saja;Penyakitnya sendiri tidak ditentukan.

  3. Gabungan dan1 dan 2, yaitu menyebabkan sebab-sebabnya penyakit jika penyakit itu harus sedemikian rupa akibatnya hingga dianggap tidak dapat dipertanggungjawabkan padanya(deskriptif normatif).

  Penjelasan pertama yakni ditentukan sebab-sebab yang menghapus

  98

  pemidanaan menurut Moeljatno adalah Menurut sistem ini, jika tabib (psychiater) atau dokter telah menyatakan bahwa terdakwa adalah gila (insane) atau tidak sehat pikirannya (unsound mind),maka hakim tidak boleh menjatuhkan pidana.Penjelasan kedua yakni tidak akan pelanggaran jika orang tersebut melakukan suatu perbuatan di luar kesadarannya,Disini hakim berperan aktif 98 Moeljatno,Op.Cit,h.179 untuk mencari kebenaran perbuatan tersebut dilakukan secara sadar atau tidak.Penjelasan terakhir adalah gabungan dari penjelasan pertama dan kedua yakni dokter secara keilmuannya harus mampu menyatakan bahwa kondisi terdakwa gila dan hakim harus memutus berdasarkan alat bukti bahwa perbuatan yang dilakukan terdakwa adalah perbuatan yang dapat dipertanggungjawabkan atau tidak.

B. Kesengajaan

  Di dalam KUHP tidak dijelaskan mengenai definisi kesengajaan.Di dalam Memorie van Toelicting kesengajaan diartikan sebagai sesuatu yang dikehendaki dan diketahui,Moeljatno menulis di dalam bukunya yang mengutip dari Memori van Toelicting bahwa pengertian arti dari dikehendaki dan diketahui dibagi menjadi 2 aliran yakni:

  99

  1. Teori kehendak (wilstheorie) yaitu yang paling tua dan pada masa timbulnya teori yang lain mendapat pembelaan yang kuat dari von Hippel guru besar di Gottingen,Jerman.Di negeri Belanda antara lain dianut oleh simons.

  2. Teori pengetahuan (voorstellingstheorie) yang kira-kira tahun 1910 diajarkan oleh Frank,guru besar di Tubingen,Jerman,dan mendapat sokongan kuat dari von Listz.Di Nederland penganutnya antara lain adalah von hamel.

99 Ibid ,h.185

  Di dalam bukunya Moeljatno menulis kesengajaan menurut teori kehendak adalah “Kehendak yang diarahkan pada terwujudnya perbuatan seperti dirumuskan di dalam wet.Sedangkan kehendak menurut teori pengetahuan kesengajaan merupakan kehendak berbuat dengan mengetahui unsur-unsur yang

  

100

  diperlukan menurut rumusan wet Rumusan unsur-unsur disini adalah tidak .” hanya kehendak saja untuk mewujudkan terjadinya suatu perbuatan tetapi adanya motif dan hubungan antara motif,tujuan dan perbuatan terdakwa di dalam batinnya.Di dalam penerapannya kedua teori memiliki rumusan yang sama yang memebedakan hanya terletak pada istilahnya saja.

  Moljatno menulis bahwa di dalam teori-teori yang diajarkan kesengajaan

  101

  terbagi menjadi 3 macam yakni:

  1. Kesengajaan sebagai maksud

  2. Kesengajaaan sebagai kepastian,keharusan;

  3. Dolus eventualis Tetapi Moeljatno juga menyatakan bahwa menurut pendapatnya pribadi hanya terdapat dua macam jenis kesengajaan yakni kesengajaan sebagai kepastian dan kesengajaan sebagai kemungkinan (dolus eventualis).Kesengajaan sebagai kepastian adalah kesengajaan yang dilakukan dengan maksud agar tujuannya tercapai.Terkadang di dalam mewujudkan tujuannya tersebut terdapat hal yang di tidak diinginkan tetapi hal tersebut sesungguhnya mampu dimengerti dan disadari sehingga perbuatan itu tetap disengaja.Contoh yang paling mudah adalah 100 101 Ibid,h.186 . Ibid,h.191 perusakan situs internet daftar penerimaan calon pegawai negeri sipil di situs kementerian dalam negeri,Para pelaku merusak sistem kerja pada koputer server yang ada di kementerian dalam negeri dengan tujuan pelaku memperingatkan para pejabat di kementerian dalam negeri tidak melakukan korupsi.Pada saat yang bersamaan hasil ujian dari para Calon pegawai negeri sipil diumumkan.Para pelaku berhasil merusak sistem komputer milik kementerian dalam negeri tetapi juga merusak hasil pengumuman hasil ujian dari para calon pegawai negeri sipil.Dalam kasus ini Meskipun penundaan pengumuman tidak diinginkan pelaku tetapi para pelaku mengerti bahwa hal tersebut akan terjadi sehingga perbuatan tersebut dapat dikatakan sengaja.

  Moeljatno menulis di dalam bukunya bahwa pengertian dolus eventualis adalah “Suatu keadaan yang diketahui kemungkinan adanya ,tidak disetujui.Tetapi meskipun demikian,untuk mencapai apa yang dimaksud,risiko akan timbulnya

  102

  akibat Contoh yang atau keadaan di samping maksudnya itu pun diterima.” paling terkenal adalah mengenai kasus pengadilan arrest HR mengenai kue taart di kota Hoorn,tahun 1911.Kasus ini mengenai seseorang mengirimkan kue taart kepada musuhnya yang di dalam campuran kue tersebut mengandung racun.Kue tersebut diterima sampai dirumah musuhnya tetapi,yang menerima dan memakannya adalah istrinya.Di dalam putusan arrest pelaku dinyatakan bersalah dengan tuduhan pembunuhan berencana terhadap istri dan percobaan pembunuhan terhadap suami.Dari kasus tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pelaku mengirimkan kue tersebut secara secara sengaja dan bertujuan untuk membunuh 102

  Ibid,h.190 suami tetapi,dampak yang ditimbulkan sebaliknya yakni terbunuhnya istri.Pelaku dengan sadar dan sengaja ingin menghilangkan nyawa suami dan pelaku juga menyadari bahwa suami tersebut tinggal dengan istrinya.Jika pelaku mencegah istri dari suami tersebut memakannya,maka perbuatan tersebut dapat dikategorikan kesengajaan dengan kepastian.Pelaku tersebut mengetahui resiko bahwa kue yang diantarkan tidak hanya dimakan oleh suami melainkan istrinya dan membiarkannya maka inilah yang disebut dengan kesengajaan dengan kemungkinan.

C. Kealpaan

  Kealpaan memiliki dasar yang sama dengan kesengajaan yakni merupakan salah satu unsur dari sebuah kesalahan,tetapi kesengajaan dan kealpaan memiliki perbedaan yang terletak pada jenisnya.Moeljatno menulis bahwa “Dalam kealpaan,kurang mengindahkan larangan sehingga tidak berhati-hati dalam melakukan sesuatu perbuatan yang objektif kausal menimbulkan keadaan yang

  103

  penjelasan diatas mempunyai arti yakni bahwa di dalam kesengajaan dilarang.” dilakukan dengan dasar menyetujui dan adanya suatu kehendak,sedangkan kealpaan tidak memiliki hal tersebut.Moeljatno mengutip tulisan van hammel (cetakan ke -4 kaca 313) mengatakan bahwa kealpaan memiliki dua syarat

  104

  yakni:

  1. Tidak mengadakan penduga-duga sebagaimana yang diharuskan oleh 103 hukum 104 .Ibid,h.216 .Ibid,h.217

  2. Tidak mengadakan penghati-hati sebgaimana diharuskan oleh hukum Penjelasan pertama memiliki dua kemungkinan yaitu bahwa perbuatan yang dilakukan oleh seseorang yang berpikir bahwa sesuatu yang dia perbuatan tidak menimbulkan suatu resiko,padahal hal yang dipikirkannya adalah salah atau keliru.kemungkinan yang kedua adalah perbuatan yang dilakukan oleh seseorang yang tidak mempunyai pikiran bahwa perbuatan yang dilakukannya tidak menimbulkan suatu resiko.contoh untuk kemungkinan yang pertama adalah Seorang yang ahli berburu yang menembak buruannya di sekitar perumahan warga.Pemburu tersebut percaya bahwa karena dia telah ahli melakukan pekerjaan tersebut maka tidak ada salah sasaran.Ternyata hal tersebut keliru sebab tanpa sengaja pelurunya mengenai salah satu warga.Dalam kasus ini perbuatan yang dilakukan oleh pemburu dinamakan kealpaan yang disadari (bewuste culpa).Pemburu merasa dia tidak mungkin salah dalam menembak sasaran karena pemburu berpikir bahwa ahli dalam menembak,tetapi hal sebaliknya yang terjadi.Contoh untuk kemungkinan kedua adalah Seseorang yang belum pernah menembak dan belum tahu teknik menembak mencoba untuk menembak burung di pohon.Tanpa disadari ada seorang teman yang membuat kaget pemburu tersebut sehingga peluru tersebut tertembak di kaki temannya.Dalam kasus ini orang teresbut tidak memiliki pikiran sama sekali kemungkinn untuk menembak temannya padahal seharusnya kemungkinan tersebut harus mampu diketahui oleh orang tersebut.penjelasan pertama disini menitik beratkan pada batin seseorang dan hubungan kausal antara batin dan perbuatan tersebut untuk memenuhi pertanggungjawaban.

  Penjelasan kedua yaitu tidak mengadakan penghati-hati sebagaimana diharuskan oleh hukum ditulis di dalam pasal 18 KUHP swiss alinea 3 yang diterjemahkan oleh Moeljatno yakni:”Jika terjadinya perbuatan dapat dimengertikan oleh karena terdakwa sama sekali tidak memikirkan akan adanya akibat itu atau oleh karena tidak memperhatikannya disebabkan karena kurang penghati-hati yang bertentangan dengan kewajibannya,maka perbuatan tersebut

  105

  dilakukan karena kealpaannya.” Dari isi pasal tersebut menjelaskan bahwa kealpaan dilihat dari sudut pandang objektif yakni dari perbuatan pelaku yang kurang berhati-hati dalam melakukan sesuatu.Penjelasan kedua ini lebih penting daripada penjelasan pertama karena jika syarat kedua ini sudah terpenuhi maka secara langsung syarat pertama mengikuti.Contoh dari penjelasan kedua ini yakni seseorang yang naik motor mengantarkan surat dinas karena mendesak.Orang tersebut mengendarai motor dengan terburu-buru menimbulkan kecelakaan bermotor.Orang tersebut tidak berhati-hati dalam mengendarai kendaraan bermotor sehingga orang tersebut dapat dikatakan lalai karena kurang berhati-hati.

3.2 Bentuk-Bentuk Perusakan Situs Internet Negara

  Pertanggungjawaban pidana mengenai kejahatan komputer telah diatur di dalam Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik.Pertanggungjawaban mengenai perusakan situs internet diatur lebih spesifik di dalam Pasal 30 hingga pasal 35 Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik.Sebelum membahas mengenai

  105 Ibid,h.221 pertanggungjawaban pidana pelaku perusakan situs internet negara akan dijelaskan mengenai cara-cara hacker untuk merusak situs internet negara.

  2.2.1 Bentuk-Bentuk Perusakan Situs internet Ada banyak cara-cara para hacker untuk merusak situs internet-situs internet negara.Cara-cara tersebut digunakan tergantung dari tujuan masing- masing pelaku perusakan situs internet.Cara-cara yang paling sering digunakan oleh para hacker ada berbagai macam bentuk antara lain:

1. Site defacement (pengubah tampilan situs)

  2. Site redirect (pembelokan situs)

  3. Denial of service attack (serangan DOS)

  4. Information theft (pencurian informasi)

  5. Information theft and distribution (pencurian informasi dan pendistribusiannya)

  6. Virtual sabotage (sabotase virtual) 7.

   Virtual Sit Ins

  8. Site parodies (situs parody)

  9. Software development (pengembangan perangkat lunak)

  1. Site defacement (pengubah tampilan situs) Site defacement merupakan hal yang paling sering dilakukan oleh para hacker untuk menyampaikan aspirasinya melalui situs internet-situs internet negara.Site defacement terdiri dari dua proses yang pertama adalah para hacker masuk kedalam web server dari situs internet-situs internet tersebut dan yang kedua adalah mengubah atau memodifikasi tampilan yang terdapat di dalam web page.Di dalam web page para hacker biasanya mengganti atau memodifikasi tampilan situs internet tersebut dengan kata-kata maupun gambar yang berisi pesan kepada orang yang dituju.Biasanya kata-kata maupun gambar tersebut berisi tentang kritik terhadap organisasi yang dibobol olehpara hacker.Ada juga site defacement yang tidak mengandung unsur politik yang ditujukan hanya sebagai keisengan para hacker.

  Ada beberapa kasus yang terkait mengenai site defacement baik di dalam maupun luar negeri.Contoh kasus tersebut ialah pembobolan web server US

  106 Departement of Justice oleh hacker anonymous. Perubahan situs internet

  tersebut bertujuan sebagai aksi protes penerbitan the Communication Decency Act

  (CDA) yang berisi tentang penyaringan terhadap materi-materi bersifat

  menyerang.Perbuatan anonymous di web tersebut dilakukan dengan menampilkan

  

107

  gambar dan bahasa yang kasar yakni:

  “Free speech in the land of the free?Arms in the home of the brave?Privacy in a state of wiretaps and Government intrusion?Unreasonable searches?we are a little behind our 1984 deadine,but working slowly one amandement at a time.it is hard to trick hundreds of millions of people out of their freedom,but we should be complete within a decode.(“site defacement,US,Dept.of Justice’1996”)”.

  Contoh yang lain adalah mengenai defacement yang dilakukan oleh Doctor Nuker,anggota dari Pakistani Hackerz club.Doctor sering menyerang situs atau situs internet dari Amerika serikat,India,Israel dengan cara mengganti isi 106

  . Sutan remmy syahdeini,Kejahatan dan tindak pidana komputer,Pustaka utama graffiti,Jakarta,2009,h.125 107 .Ibid,dikutip dari Alexandra Whitney Samuel,Hacktivism and Future of Political Partisipasion,www.alexandrasamuel.com/dissertation/pdfs/Samuel-Hacktivism-entire- pdf,terakhir dikunjungi 6 Mei 2008. situs web tersebut dengan berbagai kata-kata yang kasar.Kata-kata tersebut berisi mengenai pelanggaran-pelanggaran HAM yang terjadi di daerah Khasmir atau

  108

  Palestian.Salah satu contoh tulisan dari Doctor adalah sebagai berikut:

  “I can’t go and fight for all nation suffering,but I can do something to make the world know about the injustice going around.Defacing a situs internet will cost nothing to the target…United Nations is responsible to solve disputes among different countries.The United states Being the ‘Super Power’ loves to intercept any country in any their internal affairs,they do use their powers when they some income,but loves to neglect in the same way when it comes to ‘real’ Problems.(Doctor nuker 1999)”

  Selain situs diluar negeri Ada juga beberapa contoh defacement yang dilakukan di dalam negeri.Contoh defacement yang dilakukan di dalam negeri adalah pembobolan situs dari Depkominfo pada tanggal 28 Maret 2008 (Indo Pos,30 Maret 2008:8 dan tanggal 31 Maret 2008:3).Pembobolan tersebut dilakukan dalam rangka Pengesahan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik yakni Undang-Undang 11 tahun 2008.Para hacker melakukan defacement yakni mengubah tampilan Web page Depkominfo dengan tulisan dan foto.kata-kata yang diucapkan oleh para hacker di dalam situs internet tersebut adalah:

  Selamet yee pemerintah “suit..suit”.Kami mengucapkan selamat atas disahkannya UU ITE dan rencana pemblokiran situs porno se- Indonesia.Buktikan bahwa UU ini bukan untuk menutupi kebodohan

  

109

pemerintah cihuyyyyyyyyyyy.

  108 . Ibid,h.126 dikutip dari Alexandra Whitney Samuel,Hacktivism and Future of Political Partisipasion,www.alexandrasamuel.com/dissertation/pdfs/Samuel-Hacktivism-entire- pdf,terakhir dikunjungi 6 Mei 2008. 109 Ibid,h.128

  Selain tulisan tersebut para hacker mencantumkan sebuah foto pakar telematika yakni Roy Suryo dibawah tulisan tersebut dan identitas e-mail mereka ya

  Selain Depkominfo yang terkena dampak dari defacement para hacker adalah situs atau situs internet partai Golkar pada tanggal 28 Maret 2008.Defacement yang dilakukan oleh para hecker adalah mengubah tampilan situs tersebut denga foto Roy Suryo bersama dua wanita bule.

  Situs Bank Indonesia juga tidak luput dari serangan para Hacker.Berdasarkan data dari detiknet pada tanggal 2 April 2008 data-data situs Bank Indonesia yaberhasil dibobol oleh para hacker.Data-data yang terdapat di dalam situs tersebut tidak dapat diakses oleh pengguna internet.Pelaku (Hacker) mencantumkan namanya di dalam

  110

  situs internet tersebut dengan kata- kata “Hacked By LeQhi”.

  2. Site redirect (pembelokan situs) Site redirect adalah kegiatan yang dilakukan oleh para hacker yakni membelokan suatu alamat situs internet asli kepada alamat situs internet yang lain.Akibat yang ditimbulkan oleh para hacker adalah para pengunjung dari sebuah situs atau situs internet yang seharusnya dituju akan dialihkan ke situs internet yang lain.Sutan remmy menulis di dalam bukunya bahwa terdapat dua cara untuk melakukan site redirect yaitu “Tahap Hacking (pembobolan)suatu web 110

  

.Ibid,h.128 dikutip dari Ardy Suryadhi,Gawat,Bank Indonesia Dijebol

Cracker!,www.detiknet.com,2 April 2008.

  111

  server dan tahap selanjutnya adalah mengubah alamat server yang dibobol itu”. Contoh dari kasus Site redirect adalah pada saat seorang hacker anonymous

  112

  membelokan situs internet KKK ke situs internet Hate Watch. Akibat dari hacker Anonymous tersebut adalah Menghasilkan dua serangan yakni serangan dari pihak KKK dan serangan dari Pihak anonymous kepada Hate Watch.

  3. Denial-of-Sevice attacks (Serangan DOS) Serangan DOS merupakan serangan yang paling mematikan diantara bentuk-bentuk Serangan perusakan suatu situs internet negara.Menurut Sutan

  Remmy di dalam bukunya me nulis:“Suatu serangan DOS adalah suatu serangan terhadap sistem komputer atau jaringan komputer yang dapat menyebabkan pengguna terhalang memperoleh layanan internet,terutama karena pengguna terputus hubungannya dengan situs-situs Internet dan ditolaknya pengguna

  113

  memanfaatkan layanan situs- situs tersebut.” Ada tiga jenis serangan yang dilakukan hacker melalui serangan DOS.Tiga

  114

  serangan tersebut antara lain: 1.

   Consumption of computational resources,such as bandwidth,disk space or 111 CPU time 112 .Ibid .Ibid,h.129 dikutip dari Alexandra Whitney Samuel,Hacktivism and Future of Political

  Partisipasion,www.alexandrasamuel.com/dissertation/pdfs/Samuel-Hacktivism-entire- pdf,terakhir dikunjungi 6 Mei 2008. 113 114 .Ibid.

  .Ibid,dikutip dari Alexandra Whitney Samuel,Hacktivism and Future of Political Partisipasion,www.alexandrasamuel.com/dissertation/pdfs/Samuel-Hacktivism-entire- pdf,terakhir dikunjungi 6 Mei 2008.

2. Disruption of configuration information,such as routing information 3.

   Disruption of physical network components.

  Penjelasan mengenai pernyataan diatas adalah yang pertama adalah penggunaan berlebihan dari sistem sebuah komputer.Penggunaan tersebut terlihat pada saat pengguna melihat penggunaan bandwidth yang melebihi jumlah pemakaian,kemudian hardisk yang isinya tidak sesuai dengan data-data yang disimpan.Contohnya adalah ketika di dalam hard disk yang berkapasitas 500 MB yang terisi data 300 MB namun,ketika dicek di dalam Properties sisa penyimpanan data yang kosong adalah 50 MB.Penjelasan yang Kedua dan ketiga adalah terdapat kerusakan di dalam protokol-protokol jaringan dan komponen- komponen fisik pada sistem jaringan Contohnya adalah putusnya jaringan komputer pengguna internet hingga kerusakan pada Modem.

  Pada umumnya serangan DOS komputer menyerang komputer yang sudah terkena virus karena virus-virus yang disebarkan oleh para hacker telah dikontrol oleh para hacker melalui jaringan komputernya.Setelah berhasil mengkontrol komputer yang dituju para hacker akan memutus jaringan pengguna terhadap situs-situs lain.Sehingga kemampuan pengguna untuk terhubung dengan situs

  115 internet-situs internet lainnya akan hilang karena menolak untuk dikunjungi.

  Tujuan dari serangan DOS adalah untuk menyerang suatu perusahaan atau

  115 Ibid,h.130,dikutip dari dari Alexandra Whitney Samuel,Hacktivism and Future of

  Political Partisipasion,www.alexandrasamuel.com/dissertation/pdfs/Samuel-Hacktivism-entire- pdf,terakhir dikunjungi 6 Mei 2008. menyerang penyedia mesin pencari seperti Google dan Yahoo agar jaringan internet di dunia menjadi lumpuh.

  4. Information theft(pencurian Informasi)

  Information theft dimulai dari pembobolan jaringan dan pencurian

  informasi.Sutan remmy menulis di dalam bukunya “Ketika pembobolan tersebut terpublikasikan,seringkali tujuannya lebih untuk membuat malu oraganisasi situsnya dibobol dengan membuktikan bahwa pengamanan terhadap informasi

  116

  tidak keta t daripada bertujuan untuk menyimpan informasi itu”.

  5. Information theft and distribution (pencurian informasi dan pendistribusiannya) Didalam kasus pencurian information yang dilakukan oleh para hacker biasanya data yang berhasil dicuri akan disebarkan secara online.Setelah data tersebut disebarkan secara online terkadang terdapat pihak yang menggunakan data tersebut untuk suatu kepentingan.Salah satu kasus Mengenai hal ini adalah Ketika sebelum berlangsungnya pertemuan World Economic Forum di Swiss.Para hacker berhasil membobol situs tersebut dan mengambil data-data yakni Informasi pribadi peserta konferensi,termasuk situs Web,alamat-alamat e-mail dan Jadwal

  116 Ibid,dikutip dari dari Alexandra Whitney Samuel,Hacktivism and Future of Political

  Partisipasion,www.alexandrasamuel.com/dissertation/pdfs/Samuel-Hacktivism-entire- pdf,terakhir dikunjungi 6 Mei 2008. perjalanan mereka.Para Hacker menyimpan data tersebut dan mengirimkannya

  117 kepada salah satu Koran di Swiss.

  6. Virtual sabotage (sabotase virtual) Virtual sabotage terdiri atas beberapa aktifitas online yang bertujuan untuk memanipulasi atau merusak teknologi informasi dari korban.Termasuk ke dalam

  118

  kegiatan ini adalah menyebarkan Virus atau Worm. Salah satu contoh Virtual sabotase adalah mengenai kasus Worm yang terjadi pada tahun 2001 yang menyebarkan virus melalui e-mail Microsoft Outlook Express,Setelah e-mail tersebut diunduh maka virus secara otomatis akan menggandakan dirinya dan mencari Buku alamat yang terdapat di dalam e-mail.Sesudah menemukan alamat e-mail maka virus secara otomatis mengirimkan diri ke 50 orang yang terdapat di dalam alamat agar dapat menyebarkan dirinya.

  7. Virtual sit-ins Virtual sit-ins merupakan salah satu cara para hacker untuk memasuki

  suatu situs internet dengan cara pendudukan situs.Sutan remmy menulis bahwa “tujuan para pelaku adalah untuk menarik perhatian dunia terhadap para pelaku itu

  119

  dan tujuan mereka”. Cara kerja virtual sit sama dengan cara-cara hacking yang 117

  .Ibid,h.131 dikutip dari dari Alexandra Whitney Samuel,Hacktivism and Future of Political Partisipasion,www.alexandrasamuel.com/dissertation/pdfs/Samuel-Hacktivism-entire- pdf,terakhir dikunjungi 6 Mei 2008. 118

  . Ibid, dikutip dari Alexandra Whitney Samuel,Hacktivism and Future of Political Partisipasion,www.alexandrasamuel.com/dissertation/pdfs/Samuel-Hacktivism-entire- pdf,terakhir dikunjungi 6 Mei 2008. 119 .Ibid. lain.yakni menyerang halaman-halaman web dari server yang disusupi.Server yang telah disusupi kemudian disusupi dan dibanjiri bersama ratusan atau ribuan hacker sehingga menimbulkan Server menjadi lambat atau yang paling parah adalah sever tidak mampu berfungsi.Perbedaan antara DDOS (distributed denial

  of service ) dan virtual sit adalah dari jumlah pesertanya.DDOS hanya diikuti oleh

  beberapa orang sedangkan Virtual sit diikuti oleh ratusan bahkan ribuan orang yang menyerang satu web.Penyerangan yang dilakukan para hacker seara bersama-sama menyebabkan Server menjadi berat karena daya tampung server yang terbatas.Salah satu kasus mengenai virtual sit ini adalah Serangan dari suatu kelompok yang bernama Strano Network.Serangan yang dilakukan oleh Strano

  Network didasari Protes terhadap kebijakan pemerintah prancis mengenai isu

  nuklir dan isu-isu sosial.Serangan yang dilakukan oleh para hacker tersebut dinamakan “one hour Net-Strike attack”karena mereka menyerang berbagai jenis situs internet-situs internet pemerintah Prancis.Serangan tersebut dilakukan pada jam yang telah disepakati dengan sasaran situs internet-situs internet pemerintah pada tanggal 21 Desember 1995.Serangan tersebut menyebabkan beberapa situs

  120 internet dari pemeritah menjadi rusak untuk beberapa saat.

  8. Site Parodies (parody situs) Sutan remmy menulis di dalam bukunya bahwa

  “site parodies

  merupakan Perbuatan yang membanjiri suatu situs dengan e-mail dengan menggunakan nama atau alamat e-mail yang palsu dan terlihat seakan-akan e-mail 120

  .Ibid,h.132 dikutip dari Dorothy E.Denning,Hacktivism:An Emerging Threat to Diplomacy,http://afsa.org/fsj/sept00/denning.cfm,terakhir dikunjungi 6 Mei 2008.

  121

  tersebut berasal dari Kata- pihak lain yang bukan pengirim yang sebenarnya”. kata parodies (dalam bahasa Indonesia parodi) yang terdapat di dalam KBBI memiliki mana yakni mencari suatu efek lucu atau kejenakaan.Jadi pengertian dari situs parodi adalah Cara hacker untuk merusak suatu halaman web dengan cara melalui e-mail yang berisi tentang sesuatu yang lucu.Salah satu contoh dari situs parody adalah Spoof yang dilakukan oleh “art mark” yakni membuat situs bernama gatt yang memiliki alamat terhadap situs web

  122 WTO .

  Sebelum berubah nama menjadi WTO nama organisasi perdagangan dunia adalah GATT.Untuk menimbulkan kebingungan art mark membuat situs yang sama dengan antara gatt dan WTO.Ketika situs gatt dibuka yang ada didalm situs tersebut bukanlah mengenai WTO tetapi situs parodi yang berisi tentang sindiran- sindiran lucu mengenai anti globalisasi.

  9. Software development(pengembang perangkat lunak) “Software development dapat merupakan hacktivism hanya apabila alat pernagkat lunak (software tools) yang dikembangkan itu digunakan untuk tujuan-

  123

  tujuan politik”. Pengembang perangkat lunak biasanya menggunakan aplikasi yang berbasis open source yakni aplikasi yang didapat secara gratis,dapat dimodifikasi oleh setiap orang secara bebas dan aplikasi tersebut dapat dikembangkan atau disempurnakan.Contoh kasus software development adalah 121 122 .Ibid. 123 .Ibid,h.133 Ibid. pembuatan perangkat lunak Four di Cina.Perangkat four yang dibuat oleh pemerintah Cina bertujuan untuk menghalangi warga negaranya untuk melihat situs internet atau situs yang dilarang oleh pemerintah.Ada kelompok orang yang menciptakan perangkat lunak dan mengembangkan suatu opensource yang

  124 digunakan untuk menembus firewall aplikasi four tersebut.

3.3 Pertanggungjawaban pidana Perusakan Situs Internet Negara Berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008

  Pertanggungjawaban pidana perusakan situs internet negara memang tidak dijelaskan secara rinci di dalam Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.Walaupun tidak diatur secara rinci pasal mengenai perusakan situs internet negara bukan berarti para pelaku tindak pidana perusakan dapat bebas karena di dalam pasal 30-34 Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik mengatur mengenai hal- hal perusakan situs internet.Penjelasan mengenai pasal 30 sampai pasal 34 akan dijabarkan sebagai berikut:

  Menurut Sutan remmy di dalam bukunya Larangan melakukan perbuatan

  125

  membobol sistem komputer yang diatur dalam UU ITE terdiri atas:

  a. Membobol komputer dan atau sistem elektronik yang bertujuan untuk 124 mengakses saja tanpa tujuan.

  Ibid,dikutip dari Alexandra Whitney Samuel,Hacktivism and Future of Political Partisipasion,www.alexandrasamuel.com/dissertation/pdfs/Samuel-Hacktivism-entire- pdf,terakhir dikunjungi 6 Mei 2008. 125

  Ibid,h.240 b. Membobol komputer dan atau sistem komputer yang selain bertujuan untuk mengakses adalah juga untuk memperoleh informasi elektronik dan atau dokumen elektronik.

  c. Membobol komputer dan atau sistem elektronik yang bertujuan selain untuk mengakses juga untuk menaklukan sistem pengamanan dari sistem komputer yang diakses itu.

  Pasal 30

  1. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses Komputer dan/atau Sistem Elektronik milik Orang lain dengan cara apapun

  2. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses Komputer dan/atauSistem Elektronik dengan cara apapun dengan tujuan untuk memperoleh Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik.

  3. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses Komputer dan/atau Sistem Elektronik dengan cara apapun dengan melanggar, menerobos, melampaui, atau menjebol sistem pengamanan.

  Penjelasan mengenai pasal-pasal ini jelas bahwa Mens rea dan Actus reus dari tindak pidana yang dilakukan adalah ”mengakses” dan dengan “sengaja”,Sedangkan objek dari ketiga pasal diatas adalah “komputer dan/atau sistem elektronik”.Seseorang dapat dipidana berdasarkan ketiga pasal diatas apabila orang tersebut mengakses sistem elektronik atau komputer korban.Pasal-

  pasal ini menentukan bahwa cara yang dilakukan adalah dengan cara apapun(termasuk perusakan situs internet negara) selama hal tersebut dilakukan dengan cara tanpa haknya.pengertian tanpa sini menurut sutan remmy adalah melawan hukum.Sutan remmy menulis “Saya berpendapat,agar apa yang dimaksud dengan ‘melawan hukum’ dirujuk pengertiannya yang selama ini sudah

  126

  dianut dalam hukum pidana Indonesia”. Pengertian mengenai sistem elektronik dalam pasal 30 ayat (1),(2),(3) yang dimaksud oleh Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik adalah sitem komputer.Sutan remmy menulis berpendapat bahwa”Demikian pendapat saya perbuatan yang dilarang menurut UU ITE bukan saja dalam hal perbuatan itu mengakses “sistem elektronik” sebagaimana definisi yang diberikan oleh

  127 Converntion on Cybercrime ”.

  Walaupun memiliki persamaan di dalam actus reus,mens rea,cara,dan objeknya tetapi terdapat perbedaan didalam ketiga pasala teresbut.Perbedaan diantara pasal 30 ayat 1 dan ayat 2 UU ITE adalah pasal satu hanya dikenakan terhadap pelaku apabila pelaku hanya berhasil membobol atau merusak sebuah sisitem komputer saja.perbuatan pasal 30 ayat 1 dapat dikatakan sebagai perbuatan mengintip sistem komputer tanpa mengambil atau mengunduh data dari sistem komputer yang dibobol atau dirusak.Sedangkan perbedaan pasal 30 ayat 2 UU ITE adalah seorang pelaku yang membobol atau merusak suatu sistem komputer tidak hanya mengintip saja tetapi melakukan pengambilan atau 126 127 Ibid,h.241 Ibid,h.242 mengunduh data yang berhasil dibobol atau dirusak.Hal ini yang menjelaskan bahwa pasal 30 ayat 1 UU ITE dapat dikatakan sebagai perbuatan hacker sedangkan pasal 30 ayat 2 dapat dikatakan perbuatan cracker.Perbedaan perbuatan

  pasal 30 ayat 2 dan pasal 30 ayat 3 UU ITE terlihat dari tujuan pelaku pembobolan/perusakan.Jika pasal 30 ayat 2 UU ITE tujuan pelaku yakni untuk memperoleh informasi atau data dari sistem elektronik sedangkan pasal 30 ayat 3 UU ITE tujuan pelaku hanayalah ingin menerobos,melampaui atau menjebol sistem pengamanan.Menurut Sutan remmy “Pelaku ingin menunjukan atau melakukan unjuk diri(pamer) bahwa pelaku lebih hebat daripada perancang sistem

  128

  Perbuatan pengamanan dari komputer dan/atau sistem komputer tersebut”. pidana para pelaku yang melanggar pasal 30 ayat (1),(2),(3) UU ITE akan dikenai sanksi pidana yakni pasal 46 ayat (1),(2),(3) UU ITE yakni:

  Pasal 46

  1. Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).

  2. Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp700.000.000,00 (tujuh ratus juta rupiah).

  3. Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 8 (delapan) tahun

  128 Ibid,h.245 dan/atau denda paling banyak Rp800.000,000,00 (delapan ratus juta rupiah).

  Pasal 32

  1. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan intersepsi atau penyadapan atas Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dalam suatu Komputer dan/atau Sistem Elektronik tertentu milik orang lain.

  2. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan intersepsi atas transmisi Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang tidak bersifat publik dari, ke, dan di dalam suatu Komputer dan/atau Sistem Elektronik tertentu milik Orang lain, baik yang tidak menyebabkan perubahan apa pun maupun yang menyebabkan adanya perubahan, penghilangan, dan/atau penghentian Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang sedang ditransmisikan. Sutan remmy menulis di dalam bukunya bahwa tindak pidana penyadapan

  129

  informasi dan dokumen elektronik di dalam UU ITE terdiri atas:

  a. Melakukan intersepsi atau penyadapan atas informasi elektronik dan atau dokumen elektronik.

  b. Melakukan intersepsi atau penyadapan atas transmisi informasi elektronik 129 dan atau dokumen elektronik.

  Ibid. Di dalam pasal 31 ayat 1 UU ITE actus reus adalah intersepsi atau penyadapan,Mens rea adalah dengan sengaja dan objeknya adalah informasi/dokumen elektronik tertentu milik orang lain.Jadi didalam pasal ini setiap orang yang melakukan suatu penyadapan informasi maupun dokumen orang lain dengan tanpa hak atau dengan sengaja maka orang tersebut akan dikenai pasal 31 ayat 1 UU ITE.Terdapat perbedaan mengenai pasal 31 ayat 1 dengan pasal 31 ayat 2 UU ITE.Perbedaan teresbut terletak pada actus reus berupa intersepesi atas transmisi menurut Sutan remmy”Perlu ditekankan bahwa perbuatan melakukan intersepsi tersebut hanya dalam hal sedang berlangsungnya

  130

Dokumen yang terkait

ANALISIS YURIDIS KEGIATAN PROSTITUSI MELALUI INTERNET DITINJAU BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

0 5 2

KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA ERUSAKAN SITUS PEMERINTAH OLEH CRAKER BERDASAKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

0 3 16

IDENTIFIKASI TINDAK PIDANA DALAM UNDANG-UNDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008)

1 12 77

ANALISIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PEMILIK SITUS PORNO DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG TENTANG PORNOGRAFI DAN UNDANG-UNDANG TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

6 54 71

ANALISIS YURIDIS KEABSAHAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM MENGUNGKAP TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKT

0 6 20

ANALISIS YURIDIS KEABSAHAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM MENGUNGKAP TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKT

0 8 66

BAB II PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU TINDAK PIDANA PENCABULAN A. Ketentuan Pidana Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) - Pertanggungjawaban Pidana Pelaku Tindak Pidana Pencabulan (Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Negeri Boyolali No. 142/P

0 9 21

BAB III PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KORPORASI PELAKU PELANGGARAN HAK INDIKASI GEOGRAFIS 3.1. Konsep Pertanggungjawaban Pidana - PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KORPORASI TERHADAP PELANGGARAN HAK INDIKASI GEOGRAFIS Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 18

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU PERUSAKAN SITUS INTERNET NEGARA Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 14

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU PERUSAKAN SITUS INTERNET NEGARA Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 39