Efek hepatoprotektif infusa daun ceplikan [Reullia tuberosa Linn.] pada mencit jantan terinduksi parasetamol : kajian terhadap aktivitas serum Alanin-Aminotransferase [Alt] - USD Repository

  

EFEK HEPATOPROTEKTIF INFUSA DAUN CEPLIKAN

( Ruellia tuberosa Linn.) PADA MENCIT JANTAN TERINDUKSI

PARASETAMOL: KAJIAN TERHADAP AKTIVITAS SERUM

ALANIN-AMINOTRANSFERASE (ALT)

  

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

  

Oleh :

Stephanie Gunawan

NIM : 038114070

FAKULTAS FARMASI

  

PRAKATA

  Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skipsi berjudul “Efek Hepatoprotektif Infusa Daun Ceplikan (Ruellia tuberosa Linn.) Terhadap Mencit Jantan Terinduksi Parasetamol: Kajian Terhadap Serum Alanin-aminotransferase (ALT)” dengan baik.

  Skripsi ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) program studi farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Penulis menyadari bahwa dalam pelaksanaan maupun penyusunan skripsi ini, tidak lepas dari bantuan dari berbagai pihak oleh karena itu, saat ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Tuhan Yang maha Penyayang atas kasih dan karunia-Nya.

  2. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt., selaku dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

  3. Ibu dr. Luciana Kuswibawati, M.Kes., sebagai pembimbing utama atas bimbingan, arahan, kesabaran, waktu, dan kesediaannya.

  4. Bapak Drs. Mulyono, Apt., sebagai dosen penguji atas kesediaan, waktu, ide, dan sarannya.

  5. Bapak Yosef Wijoyo, M.Si., Apt., sebagai dosen penguji atas kesediaan, waktu, ide, saran, dan informasinya.

  7. Bapak Ipang Djunarko, S.Si., Apt., yang telah bersedia memberikan konsultasi, ide dan waktunya.

  8. Bapak Ign. Y. Kristio Budiasmoro, M.Si., yang telah bersedia mendeterminasi tanaman ceplikan.

  9. Hendro Gunawan (Papi), Susi Anggraeni (Mami), dan Rudi Sukamto (Koko) yang selalu mendukung dan menyemangati sampai dengan selesainya skripsi ini.

  10. Essie, teman, partner kerja sedari awal kuliah sampai skripsi, saudara, sahabatku.

  11. Sisar yang selalu sabar mengantar dan menunggu.

  12. Para sahabatku: Dessy, Hani, Milo, Nia, Silih, dan Endah, atas dukungan dan persahabatan kalian.

  13. Mas Par, Mas Heru, dan Mas Kayat yang sangat membantu selama penelitian.

  14. Teman-teman seperjuangan di Laboratorium lantai dua: Shyu, Tata, Punto, Jeppi, Yeyen, Shinta, Syuryach, Angga, Galleah, Agnes, Nia.

  15. Kelompok praktikum D atas kenangan selama ini.

  16. Erika Hikaru Spears dan Karina Metasari atas kenangan kalian.

  17. Bapak dan ibu dosen Fakultas Farmasi atas ilmunya.

  18. Anin yang telah meluangkan pulsa dan waktunya.

  19. Soca atas kameranya.

  Penulis menyadari tidak ada sesuatu pun yang sempurna termasuk skripsi ini tidaklah lepas dari kesalahan. Oleh karena itu, diharapkan kritik dan saran daari para pembaca demi pengembangan skripsi ini dan perkembangan ilmu farmasi.

  Yogyakarta, 27 Juli 2007 Penulis

  

INTISARI

  Pemakaian obat yang berasal dari tanaman obat di Indonesia dewasa ini sudah mulai berkembang. Hal ini sangat tepat untuk diterapkan di Indonesia karena Indonesia termasuk negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang kaya. Maka muncullah pemikiran untuk membuktikan kemampuan infusa daun ceplikan menurunkan aktivitas serum ALT pada kerusakan hati mencit jantan akibat pembeian parasetamol, di mana ceplikan (juga dikenal dengan nama pletekan) dikenal sebagai obat kencing batu dan penurun kadar glukosa dalam darah.

  Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah. Sejumlah tiga puluh lima ekor mencit jantan dibagi secara acak menjadi tujuh kelompok perlakuan. Kelompok I sebagai kontrol negatif, diberikan CMC-Na. Kelompok II sebagai kontrol positif, diberikan parasetamol dosis hepatotoksik (berdasarkan hasil orientasi). Kelompok III sebagai kontrol perlakuan diberi infusa daun ceplikan dosis tertinggi (3333,3 mg/kgBB). Kelompok IV-VII diberi perlakuan infusa daun ceplikan secara peroral masing-masing dengan peringkat dosis 987,7; 1481,5; 2222,2; dan 3333,3 mg/kgBB selama enam hari berturut-turut kemudian pada hari ketujuh diberi parasetamol dosis hepatotoksik. Hewan uji kemudian diambil darahnya dari sinus orbitalis mata selang 24 jam pemberian parasetamol untuk kemudian diukur aktivitas serum ALT-nya. Data serum ALT yang didapat dianalisis dengan uji Kolmogorov Smirnov untuk melihat distribusi datanya, jika didapatkan distribusi data yang normal analisis dilanjutkan dengan uji One Way ANOVA dan uji LSD, dan jika didapatkan distribusi data yang tidak normal analsis dilanjutkan dengan uji Krukal Wallis dan uji Mann Whitney.

  Dari penelitian ini didapatkan bahwa infusa daun ceplikan dosis 2222,2 dan 3333,3 mg/kgBB mampu menurunkan aktivitas serum ALT pada kerusakan hati mencit jantan akibat pemberian parasetamol.

  Kata kunci : Ruellia tuberosaLinn., Hepatoprotektif, Parasetamol

  

ABSTRACT

  The use of medicines that come from the medicinal plants in Indonesia recently have started to expand. This is very precise to be applied in Indonesia because Indonesia is inclusive of state owning rich of variety involve. Hence emerge the opinion to prove the ability of ceplikan leaves infusion degrade the activity of ALT serum of male mice liver damage by paracetamol induced, where ceplikan (is also recognized by the name of pletekan) known as urine drug petrify and decrease glucose rate in blood.

  This research was performed following a pure experimental research with complete random design pattern. A number of thirty five male mice divided random become seven treatment group. Group I as negative control, given by CMC-Na. Group II as positive control, given by acetaminophen of hepatotoxic dose (pursuant to orient result). Group III as treatment control given the highest dose of ceplikan leaves infusion ( 3333,3 mg/kgBB). Group IV-VII given the treatment of ceplikan leaves infusion each orally by dose level 987,7; 1481,5; 2222,2; and 3333,3 mg/kgBB during six day successively then given acetaminophen of hepatotoxic dose on the seventh. Then the animal test's blood are taken from sine of orbitalis eye certain period 24 hour of acetaminophen gave to measured it's ALT serume activity. Data of serum ALT got to be analysed with Kolmogorov Smirnov test to see its data distribution, if got a normal data distribution analyse continued with One Way

  

ANOVA test and LSD test, and if got an abnormal data distribution analyse continued

with Krukal Wallis test and Mann Whitney test.

  From this research got that ceplikan leaves infusion dose 2222,2 and 3333,3 mg/kgBB able to degrade the activity of ALT serum of male mice liver damage by paracetamol induced.

  Keyword : Ruellia tuberosaLinn., hepatoprotective, acetaminophen

  

DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL .......................................................................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ iii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iv HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... v PRAKATA .......................................................................................................... vi PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................. ix

  INTISARI ........................................................................................................... x

  ABSTRACT .......................................................................................................... xi

  DAFTAR ISI ....................................................................................................... xii DAFTAR TABEL ............................................................................................... xv DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvii DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xix BAB I PENGANTAR .........................................................................................

  1 A. Latar Belakang ........................................................................................

  1 1. Rumusan masalah .............................................................................

  4 2. Keaslian penelitian ............................................................................

  4 3. Manfaat penelitian ............................................................................

  5

  BAB II PENELAAHAN PUSTAKA .................................................................

  19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...........................................................

  22 3. Pembuatan simplisia daun ceplikan ........................................................

  22 2. Determinasi tanaman ceplikan ................................................................

  22 1. Pengumpulan bahan ................................................................................

  22 E. Tatacara penelitian ........................................................................................

  21 D. Subjek uji .....................................................................................................

  20 C. Alat dan bahan penelitian ..............................................................................

  20 B. Variabel-variabel penelitian ..........................................................................

  20 A. Jenis dan rancangan penelitian ......................................................................

  18 J. Keterangan empiris .......................................................................................

  6 A. Tanaman ceplikan .........................................................................................

  17 I. Polifenol ........................................................................................................

  15 H. Metode uji antihepatotoksin ...........................................................................

  12 G. Tes laboratorium pada penyakit hati ..............................................................

  11 F. Parasetamol .....................................................................................................

  10 E. Hepatotoksin ...................................................................................................

  8 D. Kerusakan hati ................................................................................................

  7 C. Anatomi dan fisiologi hati..............................................................................

  6 B. Infusa .............................................................................................................

  23

  7. Pengelompokan dan perlakuan hewan uji ...............................................

  25 8. Pembuatan serum ....................................................................................

  25 9. Pengukuran aktivitas serum ALT ...........................................................

  26 F. Analisis hasil .................................................................................................

  26 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................

  29 A. Determinasi tanaman ceplikan ......................................................................

  29 B. Uji pendahuluan ............................................................................................

  29 1. Penetapan dosis hepatotoksik parasetamol .............................................

  29 2. Penetapan waktu pencuplikan darah .......................................................

  32 3. Penetapan lama pemejanan infusa daun ceplikan ...................................

  34 C. Pengelompokan dan perlakuan hewan uji .....................................................

  37 1. Kontrol negatif CMC-Na ........................................................................

  37 2. Kontrol positif hepatotoksin ...................................................................

  38 3. Kontrol positif infusa dosis tertinggi ......................................................

  38 4. Kelompok perlakuan ...............................................................................

  39 D. Rangkuman pembahasan ..............................................................................

  43 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................

  46 A. Kesimpulan ...................................................................................................

  46 B. Saran..............................................................................................................

  46 DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................

  47

  DAFTAR TABEL

  Tabel I Prosedur penetapan aktivitas serum ALT berdasarkan Anonim (2006d) ..............................................................................................

  26 Tabel II Data aktivitas serum ALT akibat pemberian parasetamol dosis 225; 230; 237,5; dan 250 mg/kgBB pada jam ke 24 .................................

  30 Tabel

  III Perbedaan nilai aktivitas serum ALT setelah pemberian parasetamol dosis 225; 230; dan 237,5 mg/kgBB pada jam ke 24 berdasarkan uji Mann Whitney ..........................................................

  30 Tabel IV Data aktivitas serum ALT setelah pemberian parasetamol dosis 237,5 mg/kgBB pada jam ke 24 dan 48 ............................................

  32 Tabel

  V Perbedaan nilai aktivitas serum ALT setelah pemberian parasetamol dosis 237,5 mg/kgBB pada jam ke 24 dan 48 berdasarkan uji T ...............................................................................

  33 Tabel VI Data aktivitas serum ALT setelah pemejanan infusa daun ceplikan selama 2, 4, 6, dan 8 hari ..................................................................

  34 Tabel VII Persen perbedaan nilai aktivitas serum ALT mencit terinduksi parasetamol edngan praperlakuan infusa daun ceplikan selama 2, 4, 6, dan 8 hari berdasarkan uji Mann Whitney ..............................................................................................

  35

  Tabel IX Data aktivitas serum ALT setelah pemejanan infusa daun ceplikan dosis 987,7; 1481,5; 2222,2; dan 3333,3 mg/kgBB selama 6 hari berturut-turut terhadap mencit jantan terinduksi parasetamol dosis 237,5 mg/kgBB dengan waktu pencuplikan 24 jam .........................

  39 Tabel X Persen perbedaan nilai aktivitas serum ALT praperlakuan infusa daun ceplikan dosis 987,6; 1481,5; 2222,2; dan 3333,3 mg/kgBB selama 6 hari berturut-turut pada mencit jantan terinduksi Parasetamol dosis 237,5 mg/kgBB ...................................................

  42 Tabel XI Data aktivitas serum ALT mencit jantan setelah pemejanan CMC Na (kontrol negatif), parasetamol (kontrol positif), infusa daun ceplikan dosis tertinggi (kontrol positif), dan setelah praperlakuan infusa daun ceplikan dosis 987,7; 1481,5; 2222,2; dan 3333,3 mg/kgBB selama 6 hari berturut-turut terhadap parasetamol dosis 237,5 mg/kgBB dengan waktu pencuplikan 24 jam .........................

  59 Tabel XII Persen proteksi setelah praperlakuan infusa daun ceplikan selama 6 hari berturut-turut pada mencit jantan terinduksi parasetamol .........

  60

  DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Struktur mikroskopik hati ..............................................................

  8 Gambar 2 Struktur parasetamol ......................................................................

  12 Gambar

  3 Lobus hati normal (kiri) dan lobus hati yang mengalami kerusakan nekrosis sentrilobuler (kanan) .......................................

  13 Gambar 4 Mekanisme metabolisme parasetamol dalam tubuh.......................

  14 Gambar 5 Beberapa struktur senyawa yang termasuk polifenol ....................

  15 Gambar

  6 Diagram batang aktivitas serum ALT setelah pemberian parasetamol dosis 225; 230; dan 237,5 mg/kgBB pada jam ke 24

  27 Gambar 7 Grafik aktivitas serum ALT setelah pemberian parasetamol dosis 237,5 mg/kgBB pada jam 24 dan 48 ..............................................

  33 Gambar 8 Grafik aktivitas serum ALT setelah pemejanan infusa daun ceplikan selama 2, 4, 6, dan 8 hari .................................................

  37 Gambar 9 Diagram batang aktivitas serum ALT setelah pemejanan infusa daun ceplikan dosis 987,7; 1481,5; 2222,2; dan 3333,3 mg/kgBB selama 6 hari berturut-turut terhadap mencit jantan terinduksi parasetamol dosis 237,5 mg/kgBB dengan waktu pencuplikan 24 jam ..................................................................................................

  40 Gambar 10 Diagram batang aktivitas serum ALT kontrol negatif, kontrol

  parasetamol dosis 237,5 mg/kgBB dengan waktu pencuplikan 24 jam ..................................................................................................

  44

  DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Surat pengesahan determinasi ........................................................

  50 Lampiran 2 Gambar tanaman ceplikan ..............................................................

  51 Lampiran 3 Foto vitalab mikro ..........................................................................

  52 Lampiran 4 Leaflet reagen DyaSys ALAT (GPT) FS* .....................................

  53 Lampiran 5 Foto hati kontrol negatif CMC-Na ……………………………….

  55 Lampiran 6 Foto hati kontrol hepatotoksin …………………………………... .

  56 Lampiran 7 Foto hati kontrol infusa dosis tertinggi …………………………..

  57 Lampiran 8 Perhitungan dosis infusa daun ceplikan (Ruellia tuberosa Linn.) .

  58 Lampiran 9 Konversi dosis infusa daun ceplikan yang mampu menurunkan aktivitas serum ALT pada kerusakan hati mencit jantan akibat pemberian parasetamol ke manusia ...............................................

  59 Lampiran 10 Tabel XI. Data aktivitas serum ALT mencit jantan stelah pemejanan CMC Na (kontrol negatif), parasetamol (kontrol positif), infusa daun ceplikan dosis tertinggi (kontrol positif), dan setelah pemejanan infusa daun ceplikan dosis 987,7; 1481,5; 2222,2; dan 3333,3 mg/kgBB selama 6 hari berturut-turut terhadap mencit jantan terinduksi parasetamol dosis 237,5 mg/kgBB dengan waktu pencuplikan 24 jam ................................

  60

  Lampiran 12 Hasil analisis Kolmogorov Smirnov yang dilanjutkan dengan uji

  Kruskal Wallis dan uji Mann Whitney pada penetapan dosis hepatotoksik parasetamol ...............................................................

  62 Lampiran 13 Hasil analisis Kolmogorov Smirnov yang dilanjutkan dengan uji T pada penetapan waktu pencuplikan darah ..................................

  68 Lampiran 14 Hasil analisis Kolmogorov Smirnov yang dilanjutkan dengan uji

  Kruskal Wallis dan uji Mann Whitney pada penetapan lama pemejanan infusa daun ceplikan ....................................................

  70 Lampiran 15 Hasil analisis Kolmogorov Smirnov yang dilanjutkan dengan uji Kruskal Wallis dan uji Mann Whitney pada perlakuan hewan uji .

  76

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Dalam proses fisiologis, hati berperan dalam sebagian besar metabolisme dan

  mempunyai sejumlah fungsi dalam tubuh, diantaranya yaitu detoksifikasi obat, penyimpanan glikogen, dan sintesis protein plasma. Hati juga menghasilkan empedu yang penting untuk pencernaan. Hati mempunyai kapasitas cadangan yang besar, dan hanya dengan 10 – 20% jaringan yang berfungsi, hati mampu mempertahankan kehidupan (Price and Wilson, 1994).

  Mengingat pentingnya fungsi hati bagi kelangsungan hidup, sudah sepantasnya diberikan perhatian besar terhadap penanggulangan penyakit pada hati.

  Kerusakan hati dapat disebabkan oleh mikroorganisme maupun senyawa kimia (Price and Wilson, 1994). Hingga saat ini belum ditemukan obat yang secara spesifik dapat mengatasi hepatitis. Menurut Donatus (1992), kelangkaan obat hepatitis kemungkinan berhubungan dengan kerumitan sasaran terapi dan keidealan obat hepatitis tersebut.

  Sasaran terapi hepatitis dikaji dari aspek kuratif, preventif, dan suportif. Aspek kuratif meliputi penghilangan virus penyebab, penanggulangan radang, dan perangsangan regenerasi sel. Aspek preventif meliputi pencegahan komplikasi, memperlihatkan ketiga aspek tersebut (Donatus, 1992). Oleh sebab itu, untuk mendapatkan obat hepatitis yang ideal tidaklah mudah, perlu dilakukan penelitian, salah satunya adalah dengan menggunakan obat-obatan yang berasal dari alam.

  Parasetamol merupakan analgesik-antipiretik yang sering digunakan oleh masyarakat. Penggunaan parasetamol yang melebihi dosis dapat menyebabkan kerusakan hati. Hepatotoksisitas dapat terjadi pada pemberian dosis tunggal 10 – 15 g (200 – 250 mg/kgBB) parasetamol. Parasetamol merupakan salah satu senyawa model yang dapat digunakan untuk menggambarkan kerusakan hati bilamana diberikan pada dosis yang berlebih (Donatus, 2001).

  Masyarakat Indonesia telah mengenal dan menggunakan obat tradisional sejak dulu. Beberapa tahun terakhir ini, terapi penyembuhan penyakit dengan menggunakan tanaman obat tradisional berdasarkan pengalaman empirik yang turun- temurun belakangan ini mulai berkembang. Hal ini dikarenakan Indonesia kaya akan tanaman obat sehingga bahan mudah diperoleh, dan cara penggunaannya pun mudah.

  Daun dan akar Ruellia tuberosa Linn. mengandung saponin, di samping itu daunnya juga mengandung polifenol dan akarnya mengandung flavonoid (Anonim, 2006a). Berdasarkan senyawa-senyawa yang terkandung di dalamnya, tanaman ceplikan dapat digunakan sebagai obat untuk kencing batu (Anonim, 2006a), anti inflamasi (De Jesus and Rodriguez, 2002), dan dapat digunakan untuk menurunkan kadar glukosa darah (Ismayani, 2004). Pada umumnya masyarakat menggunakannya Berdasarkan pengertian tersebut kemungkinan polifenol yang terkandung dalam daun ceplikan dapat bersifat sebagai hepatoprotektor. Oleh sebab itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian apakah senyawa-senyawa tersebut mampu menurunkan aktivitas serum ALT pada kerusakan hati mencit jantan akibat pemberian parasetamol. Penelitian mengenai tanaman ceplikan masih sangat jarang, padahal tanaman ini banyak ditemukan dimana-mana bahkan sebagian besar masyarakat menganggap tanaman ceplikan adalah tanaman liar.

  1. Rumusan masalah

  Berdasarkan latar belakang yang telah penulis kemukakan, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah infusa daun ceplikan mampu menurunkan aktivitas serum ALT pada kerusakan hati mencit jantan yang diakibatkan pemberian parasetamol?

  2. Keaslian Penelitian

  Penelitian yang menggunakan daun ceplikan pernah dilakukan oleh Sutinah (1986) tentang isolasi dan identifikasi senyawa golongan flavonoid dari bunga

  

Ruellia tuberosa Linn., De Jesus and Rodriguez (2002) tentang efek anti inflamasi

  daun Ruellia tuberosa Linn., dan Ismayani (2004) tentang efek hipoglikemi rebusan daun pletekan (Ruellia tuberosa Linn.) pada tikus putih jantan terbebani glukosa dengan metode spektrofotometri visibel.

  Adapun hasil penelitian dari Sutinah adalah bahwa dalam bunga Ruellia

  

tuberosa Linn. terdapat senyawa glikosida flavon; dari De Jesus and Rodriguez

  diperoleh hasil adalah bahwa daun Ruellia tuberosa Linn. Mempunyai khasiat sebagai obat anti inflamasi; dan dari penelitian Ismayani diperoleh hasil bahwa rebusan daun pletekan (Ruellia tuberosa Linn.) mempunyai efek hipoglikemik.

  Penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya karena penelitian ini melihat aspek lain yaitu kemampuan infusa daun ceplikan (Ruellia

3. Manfaat Penelitian

  a. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu kefarmasian, ilmu kedokteran, dan pengetahuan masyarakat tentang obat-obat tradisional khususnya tanaman ceplikan.

  b. Manfaat praktis Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang kemampuan infusa daun ceplikan dalam menurunkan aktivitas serum ALT pada kerusakan hati pada mencit yang diakibatkan pemberian parasetamol.

B. Tujuan Penelitian

  1. Tujuan umum

  Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan tentang obat tradisional terutama tentang tanaman ceplikan.

  2. Tujuan khusus

  Penelitian ini dilakukan untuk medapatkan bukti bahwa infusa daun ceplikan

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Tanaman Ceplikan

  1. Sinonim Ruellia tuberosa Linn. (Anonim, 2006a)

  2. Nama daerah

  Di Indonesia, tanaman ini dikenal dengan nama ceplikan, pletekan (Jawa) (Anonim, 2006a).

  3. Klasifikasi tanaman ceplikan

  Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Bangsa : Solanales Suku : Acanthaceae Marga : Ruellia Jenis : Ruellia tuberosa Linn.

  (Anonim, 2006a)

  4. Morfologi tanaman

  Tanaman ceplikan termasuk dalam habitus terna, semusim, tinggi 0,4 – 0,9 berwarna hijau. Bunga majemuk, bentuk payung, tumbuh diketiak daun, terdiri 1 – 15 bunga, kelopak 2 – 3 cm, benang sari melekat pada tabung mahkota berjumlah 4, dasar mahkota membentuk tabung, ujung berlekuk 5, panjang 3,5 – 5 cm, dan berwarna ungu. Buah kotak, lonjong, kering, berbiji banyak, panjang 2 – 3 cm, membuka dengan 2 katup, dan berwarna hijau. Biji bulat, kecil, dan berwarna coklat. Akar tunggang, membentuk umbi, dan berwarna coklat (Anonim, 2006a).

  5. Kandungan kimia Daun: saponin dan polifenol.

  Akar: saponin dan flavonoid. (Anonim, 2006a)

  6. Khasiat dan kegunaan

  Khasiat: obat sakit kencing batu (Anonim, 2006a), anti inflamasi (De Jesus and Rodriguez, 2002), dan penurun kadar glukosa darah (Ismayani, 2004).

B. Infusa

1. Definisi

  Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan mengektraksi simplisia nabati dengan air pada suhu 90°C selama 15 menit dan infusa yang mengandung bukan bahan berkhasiat keras dibuat dengan menggunakan 10% simplisia (Anonim, 1995). Kemudian diserkai selagi panas dengan kain flanel, dan ditambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infusa yang dikehendaki (Anonim, 1995).

C. Anatomi dan Fisiologi Hati

  Hati merupakan organ dalam terbesar pada tubuh manusia. Pada manusia dewasa, berat hati sekitar 1,3 kg dan merupakan organ lunak, berwarna merah muda kecoklatan yang berbentuk seperti boomerang. Secara anatomi, letaknya dalam tubuh adalah di bawah diafragma, sebelah kanan atas rongga perut (Fox, 2004).

  

Gambar 1. Struktur mikroskopik hati (Chandrasoma and Taylor, 1995)

  Darah yang masuk ke hati berasal dari dua sumber yaitu hepatic artery (membawa darah dari sirkulasi sistemik) dan portal vein (membawa darah langsung Sel-sel hati tersusun atas bentuk heksagonal yang disebut lobulus. Sel-sel epitel disebut hepatosit menyebar dari central vein (yang sebenarnya merupakan cabang dari hepatic vein). Kolom hepatosit berada diantara saluran yang disebut sinusoid yang dibatasi oleh sel-sel endotelial yang sangat permeabel dan mengandung sel-sel fagositik yang disebut sel Kupffer (Stine and Brown, 1996).

  Menurut Fox (2004), fungsi hati yaitu:

  a. memproduksi dan mensekresi empedu. Hati memproduksi empedu 250 – 1500 ml per hari. Unsur pokok empedu adalah pigmen empedu (bilirubin), garam empedu, fosfolipid (sebagian besar lesitin), kolesterol, dan ion-ion inorganik.

  b. detoksifikasi. Hati dapat mengekskresi hormon, mendetoksifikasi obat, dan molekul biologis aktif yang lain dari darah dengan (1) ekskresi senyawa-senyawa dalam empedu; (2) fagositosis melalui sel-sel Kupffer; (3) perubahan kimia dari molekul-molekul tersebut dalam hepatosit.

  c. berperan dalam metabolisme karbohidrat: gluconeogenesis (pembentukan glukosa dari asam amino, laktat, atau gliserol); glycogenolysis (pembentukan glukosa dari glikogen); glycogenesis (pembentukan glikogen dari glukosa); dan pemecah insulin dan hormon lainnya.

  d. hati juga berperan dalam metabolisme lipid: mensintesis kolesterol dan memproduksi trigliserida.

  e. memproduksi faktor-faktor koagulasi.

D. Kerusakan Hati

  Menurut Treinen and Moslen (2001), beberapa macam kerusakan hati, yaitu:

  a. steatosis atau perlemakan hati, secara biokimia digambarkan sebagai suatu peningkatan jumlah lipid hepatik atau pada hepatosit terkandung lemak yang berlebih. Perlemakan hati dapat dikarenakan beberapa penyebab, diantaranya adalah: hati kelebihan suplai asam lemak bebas, gangguan pada siklus trigliserida, peningkatan sintesis atau esterifikasi asam lemak, penurunan oksidasi asam lemak, penurunan sintesis apoprotein, dan penurunan sintesis atau sekresi

  very low density lipoprotein (VLDL).

  b. kematian sel, sel hati dapat mati melalui dua cara, nekrosis atau apoptosis.

  Nekrosis ditandai dengan bentuk sel yang bergelombang, kebocoran, disintegrasi

  nuclear , dan influks pada sel yang radang. Apoptosis ditandai dengan penyusutan ukuran sel, fragmentasi nuclear, dan tidak terjadi inflamasi.

  c. kolestasis, secara biokimia digambarkan dengan penurunan jumlah serum yang terdapat dalam empedu, terutama garam empedu dan bilirubin. Ketika ekskresi empedu pigmen bilirubin kekuning-kuningan rusak, pigmen ini terakumulasi di kulit dan mata, menyebabkan jaundice, dan masuk ke urin, menyebabkan urin berwarna kuning kecoklatan atau coklat gelap.

  e. sirosis, merupakan bentuk kerusakan hati yang terkadang berakibat fatal, tahap kerusakan hati yang kronis. Sirosis digambarkan dengan akumulasi jaringan lemah untuk bertahan, dan biasanya merupakan akibat keterulangan dari tidak terlindunginya hati dari bahan kimia yang bersifat toksik.

E. Hepatotoksin

  Obat atau senyawa kimia yang dapat menyebabkan kerusakan hati dapat dibedakan menjadi 2, yaitu: 1. hepatotoksin teramalkan (intrinsik)

  Merupakan obat atau senyawa kimia yang pada dasarnya mempunyai sifat toksik terhadap sel hati. Contoh hepatotoksin teramalkan yang dapat menimbulkan kerusakan nekrosis hepatoseluler adalah racun jamur (Amanita phalloides), aflatoksin, karbontetraklorida, kloroform, parasetamol, dan lain sebagainya (Chandrasoma and Taylor, 1995). 2. hepatotoksin tak teramalkan (idiosinkratik)

  Merupakan obat atau senyawa kimia yang pada dasarnya bersifat tidak toksik terhadap hati akan tetapi toksisitas timbul akibat reaksi idiosinkrasi yang hanya terjadi pada orang-orang tertentu. Contoh hepatotoksin tak teramalkan yang dapat menimbulkan kerusakan nekrosis hepatoseluler masif adalah halotan, isoniasid, metildopa, dan lain sebagainya (Chandrasoma and Taylor, 1995).

F. Parasetamol

  

NHCOCH

  3 OH

Gambar 2. Struktur Parasetamol (Anonim, 1995)

  Parasetamol berbentuk serbuk hablur, berwarna putih, tidak berbau dan rasanya sedikit pahit (Anonim, 1995). Parasetamol digunakan secara luas sebagai analgesik. Nama kimia parasetamol adalah N-acetyl-p-aminophenol (APAP). Dalam dosis terapi, parasetamol mempunyai profil keamanan yang sangat baik, tetapi jika digunakan dalam dosis yang berlebihan dapat mengakibatkan hepatotoksisitas (Tucker, 2003). Efek toksik parasetamol dapat mengakibatkan nekrosis sentrilobuler pada hati (Lee, 1995; Wilmana, 2002). Hepatotoksisitas parasetamol dapat terjadi pada pemberian dosis tunggal 10 – 15 gram (200 – 250 mg/kgBB) (Wilmana, 2002). Hepatotoksisitas parasetamol menyebabkan peningkatan serum ALT hingga mencapai 5000 u/l (Zimmerman, 1978).

  Parasetamol mengalami biotransformasi di hati, sebagian besar terkonjugasi dengan asam glukuronat dan sulfat. Dan kurang lebih 5% parasetamol dimetabolisme oleh sitokrom P450 (CYP2E1 dan CYP1A2) menjadi metabolit yang reaktif yaitu N- gugus sulfhidril yang mampu menkonjugasi NAPBKI menjadi konjugat merkapturat yang kemudian diekskresi melalui urin (Dollery, 1999; DiPiro, 2005).

  Pada kondisi overdosis akut parasetamol, persediaan sulfat tidak memadai untuk mengkonjugasi seluruh parasetamol sehingga lebih banyak parasetamol yang dimetabolisme oleh sitokrom P450, dengan demikian jumlah glutation yang digunakan untuk mendetoksifikasi metabolit reaktif juga tidak memadai. Kemudian NAPBKI bereaksi dengan gugus sulfidril lain yang terdapat dalam hepatoselular seperti sitosol, dinding sel, dan retikulum endoplasma. Hal ini mengakibatkan nekrosis sentrilobuler hepatik (DiPiro, 2005).

  

Gambar 3. Lobus hati normal (kiri) dan lobus hati yang mengalami kerusakan

nekrosis sentrilobuler (kanan) (Chandrasoma and Taylor, 1995)

  NHCOCH 3 O NHCOCH 3 OH NHCOCH 3 O NCOCH 3 O

  intermediet toksik glutation makromolekul sel hati

  NHCOCH 3 OH GSH NHCOCH 3 OH makromolekul sel hati

  kematian sel asam merkapturat konjugasi glukuronida konjugasi sulfat parasetamol

  S O OH O C 6 H 9 O 6 N-asetil-p-benzokuinon-imin

  

Gambar 4. Mekanisme Metabolisme Parasetamol dalam Tubuh (Klaasen, 2001)

G. Tes Laboratorium Pada Penyakit Hati

  Adapun macam-macam tes laboratorium kimia darah dan darah rutin untuk mengetahui fungsi hati, yaitu: a. Alanin-aminotransferase (ALT)

  Alanin-aminotransferase (ALT) dulu bernama glutamat-piruvat transaminase (GPT) (Widmann, 1992). Alanin-aminotransferase merupakan suatu enzim yang diproduksi dalam hepatosit. Jumlah ALT dalam darah meningkat pada kondisi dimana hepatosit rusak atau mati (Worman, 1998).

  b. Aspartat-aminotransferase (AST) Aspartat-aminotransferase (AST) dulu bernama glutamat-oksaloasetat transaminase (GOT) (Widmann, 1992). Aspartat-aminotransferase ditemukan dalam hepatosit, miocardial muscles, otot skeletal, otak, dan ginjal (Tietze, 2004).

  c. Alkalin-fosfatase (ALP) Alkalin-fosfatase adalah enzim yang paling sering diukur untuk menyatakan adanya obstruksi saluran empedu. ALP terdapat di saluran empedu dan epitel hati dan juga dalam osteoblas sebagai sel-sel pembentuk tulang baru, dalam usus, tubulus proksimal ginjal, placenta, dan dalam kelenjar susu yang sedang memproduksi susu.

  Jadi kadar ALP juga meningkat pada pembentukan tulang yang aktif, wanita hamil, pada beberapa macam disfungsi usus, dan beberapa jenis infark ginjal (Widmann, 1992). termasuk alkohol, dan aktivitas serumnya mungkin meningkat pada peminum berat meskipun peminum tersebut tidak mengalami kerusakan hati atau inflamasi (Worman, 1998).

  e. Bilirubin Bilirubin merupakan salah satu hasil perombakan hem. Bilirubin pasca hepatik yang terkonjugasi bereaksi cepat dalam tes-tes yang biasa dipakai disebut bilirubin direk, dan bilirubin pre-hepatik yang tak terkonjugasi atau terikat protein disebut bilirubin indirek (Widmann, 1992).

  f. Albumin Albumin merupakan protein utama yang beredar dalam aliran darah. Albumin disintesis oleh hati dan disekresikan ke dalam darah. Rendahnya konsentrasi serum albumin mengindikasikan fungsi hati yang buruk (Worman, 1998). Hipoalbuminemia tidak selalu disebabkan oleh penyakit hati (Widmann, 1992). Jumlah albumin bisa rendah pada kondisi yang berbeda (selain penyakit hati) yaitu pada kondisi malnutrisi, beberapa penyakit ginjal, dan pada kondisi lain yang jarang terjadi (Worman, 1998).

  g. Laktat dehidrogenase (LDH) Laktat dehidrogenase (LDH) adalah enzim yang mengkatalisis perubahan reversibel laktat ke piruvat. LDH terdapat di dalam hati, jantung, otak, eritrosit, ginjal, otot skeletal, dan ileum. Karena LDH tersebar begitu luas dalam bermacam- h. Prothrombin time (PT) Banyak faktor pembekuan darah yang dihasilkan di hati. Prothrombin time adalah tipe faktor pembekuan darah yang digunakan untuk tes di laboratorium dan akan memanjang jika konsentrasi faktor pembeku darah yang dihasilkan oleh hati menurun (Worman, 1998). i. Platelet count

  Platelet adalah sel darah yang paling kecil yang termasuk dalam faktor

  pembekuan darah. Pada penyakit hati yang kronis, platelet count biasanya menurun (Worman, 1998).

H. Metode Uji Antihepatotoksin

  Salah satu uji penting yang dapat dilakukan untuk mengevaluasi terjadinya kerusakan hati di laboratorium adalah uji enzim serum. Alanin-aminotransferase (ALT) adalah salah satu enzim yang secara spesifik terdapat di hati. Jika terjadi nekrosis, maka aktivitas serum ALT dapat meningkat menjadi 10 – 1000 kali lipat dari harga normal. Pada keadaan nekrosis, sel hati akan pecah sehingga enzim ALT yang terdapat di dalam sel hati keluar dan masuk ke dalam aliran darah (Zimmerman, 1978). Adapun prinsip uji enzim serum ALT adalah sebagai berikut:

  COO- COO- CH

3 CH

  3 HC NH

  2 C O ALT

  • HC

  NH

  • 2

  C O CH

  2 CH

  2

  • COO
  • COO CH

  2 CH

  2

  • COO
  • COO

  L-Alanin 2-Oksoglutarat L-Glutamat Piruvat

  (Pathegini and Van Solinge, 2006)

  CH

3 LDH

  3 CH

  • NAD
  • CHOH H
  • NADH C O
    • COO
    • COO

  Laktat Piruvat

  (Colombo and Peheim, 1981) L-Alanin dan laktat dehidrogenase (LDH) terdapat dalam reagen 1, sedangkan 2- Oksoglutarat dan NADH terdapat dalam reagen 2 (Anonim, 2006b).

I. Polifenol

  Menurut Arts and Hollman (2005), polifenol merupakan senyawa yang mempunyai tanda khas yaitu memiliki banyak gugus fenol dalam molekulnya. Secara umum, polifenol digolongkan menjadi beberapa golongan, yaitu: tanin, kumarin dan glikosidanya, antrakuinon dan glikosidanya, naptokuinon dan glikosidanya, flavon mengurangi resiko penyakit jantung dan sebagai antiinflamasi. Adapun beberapa struktur dasar polifenol adalah sebagai berikut: HO O CO O OH HO HO OH HO OH HO OH OH O CO Asam gallat Resorcinol Asam Ellagat

  

Gambar 5. Beberapa stuktur senyawa yang termasuk polifenol (Evans, 1989;

Arts dan Hollman, 2005)

J. Keterangan Empiris

  Penelitian ini sifatnya “trial and error” untuk mendapatkan pengetahuan empiris tentang kemampuan infusa daun ceplikan menurunkan aktivitas serum ALT pada kerusakan hati mencit jantan akibat pemberian parasetamol.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental murni dengan menggunakan rancangan penelitian acak lengkap pola searah. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan data yang dapat

  membuktikan kemampuan infusa daun ceplikan menurunkan aktivitas serum ALT pada kerusakan hati hewan uji akibat pemberian parasetamol.

B. Variabel-variabel Penelitian

  1. Variabel utama

  a. Variabel bebas : dosis infusa daun ceplikan. Dosis infusa daun ceplikan adalah sejumlah (g) simplisia daun ceplikan tiap satuan kg berat badan subyek uji yang bersangkutan.

  b. Variabel tergantung : kerusakan hati yang dilihat dari peningkatan aktivitas serum ALTnya.

  2. Variabel pengacau terkendali

  a. Subyek uji : mencit jantan galur Swiss, berat badan 20 – 30 gram, umur 2 – 3

3. Variabel pengacau tak terkendali Keadaan patologis hewan uji.

C. Alat dan Bahan Penelitian

  1. Alat Penelitian

  a. seperangkat alat gelas (Pyrex)

  b. panci lapis alumunium

  c. heater (Thermolyne, Cimarec 2)

  d. timbangan elektrik (Mettler Toledo, tipe AB 204, Switzerland)

  e. spuit per oral dan syringe 3 cc (Terumo® Syringe)

  f. pipa kapiler (Brand, Micro haematocrit, Cat. No. 7493 11)

  g. vitalab mikro (Microlab 200, Merck)

  h. sentrifuse (Heraus Christ, Labofuge A) i. kamera (Canon, PowerShot tipe A620)

  2. Bahan penelitian

  a. Bahan uji yang diujikan adalah daun ceplikan dalam bentuk infusa. Daun ceplikan yang masih segar dan berwarna hijau ini dipetik dari daerah Kutoarjo, Jawa Tengah pada bulan Oktober 2006. Infusa daun ceplikan berwarna hijau kecoklatan.

  Farmakologi dan Toksikologi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  c. CMC-Na sebagai pensuspensi hepatotoksin parasetamol (CMC-Na ini merupakan produksi Brataco Chemica).

  d. Aquades sebagai kontrol negatif dan aquabides sebagai pencuci kolom vitalab mikro yang diperoleh dari Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

  e. Pereaksi siap pakai (kit) DyaSis ALAT (ALT) FS* without pyridoxal-5- phosphate (Dyasis, Germany) untuk mengukur aktivitas ALT serum.

D. Subjek Uji

  Hewan uji yang digunakan yaitu mencit jantan galur Swiss, berat badan 20 – 30 gram, umur 2 – 3 bulan, diperoleh dari laboratorium Farmakologi dan Toksikologi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

E. Tatacara Penelitian

  1. Pengumpulan Bahan

  Bahan uji yang digunakan adalah daun ceplikan yang masih segar, berwarna hijau yang dipetik di daerah Kutoarjo, Jawa Tengah.

  2. Determinasi tanaman ceplikan (Ruellia tuberosa Linn.) determinasi yang digunakan ada dua, yaitu (1) Van Stenis (2002) dan (2) Backer and Bakhuizen Van den Brink (1965).

  3. Pembuatan simplisia daun ceplikan

  Daun ceplikan dicuci bersih di bawah air mengalir. Setelah bersih daun diangin-anginkan hingga daun tidak tampak basah lagi kemudian untuk mengoptimalkan pengeringan, pengeringan dilakukan dengan menggunakan oven pada suhu 50 – 60°C. Setelah kering daun dirajang dan diserbuk.

  4. Pembuatan infusa daun ceplikan

  Konsentrasi infusa daun ceplikan yang digunakan adalah 10%. Sejumlah (g) simplisia daun ceplikan dicampur dengan air secukupnya, dipanaskan di atas tangas air selama 15 menit terhitung mulai suhu mencapai 90°C sambil sesekali diaduk. Kemudian diserkai selagi panas dengan kain flanel, dan ditambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infusa yang dikehendaki.

  5. Pembuatan suspensi parasetamol 1%

  Suspensi parasetamol 1% dibuat dengan cara mensuspensi sejumlah gram parasetamol yang ditimbang seksama ke dalam CMC 1% hingga konsentrasi yang ditetapkan.

  6. Uji pendahuluan

a. Penetapan dosis hepatotoksik parasetamol

  Berdasarkan penelitian (Donatus, 1994 cit Madona, 2004) dosis 200 – 300 berbeda, kelompok I kontrol negatif CMC-Na, kelompok II dengan dosis 225 mg/kgBB; kelompok III dengan dosis 230 mg/kgBB; kelompok IV dengan dosis 237,5 mg/kgBB; kelompok V dengan dosis 250 mg/kgBB kemudian aktivitas serum ALT-nya diukur 24 jam setelah pemejanan.

  b. Penetapan waktu pencuplikan darah

  Untuk mendapatkan waktu pencuplikan darah dilakukan orientasi dengan 2 kelompok waktu. Dosis hepatotoksin yang digunakan adalah 237,5 mg/kgBB.

  Kelompok I dan II diberi hepatotoksin, kelompok I 24 jam setelah pemberian hepatotoksin diukur aktivitas serum ALT-nya dan kelompok II 48 jam setelah pemberian hepatotoksin diukur aktivitas serum ALT-nya.

  c. Penetapan lama pemenjanan infusa daun ceplikan

Dokumen yang terkait

Uji Efek ekstra etanol daun sirih (piper betle L) terhadap penurunan kadar asam urat darah pada tikus putih jantan yang diinduksi kafeina

8 113 84

Analisis komponen kimia fraksi minyak atsiri daun sirih (piper batle Linn.) dan daun uji aktivitas antibakteri terhadap beberapa jenis bakteri gram negatif

1 5 33

Uji toksisitas akut campuran ekstrak etanol daun sirih (piper batle L). dan ekstrak kering gambir (uncaria gambir R.) terhadap mencit putih jantan

1 8 145

Uji aktivitas ekstrak Etanol 70% daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) terhadap penurunan kadar asam urat dalam darah tikus putih jantan yang diinduksi dengan Kafeina

1 42 73

Aktivitas antifertilitas ekstrak etanol 70% daun pacing (costus spiralis) pada tikus sprague-dawley jantan secara in vivo

1 32 0

Efek vitamin e terhadap jumlah spermatozoa mencit yang diinduksi gentamisin

0 18 52

Uji aktivitas antibakteri ekstrak daun garcinia benthami pierre terhadap beberapa bakteri patogen dengan metode bioautografi

1 10 92

Uji aktivitas gel ekstrak daun pohpohan (Pilea trinervia W.) terhadap penyembuhan luka bakar pada kelinci (Oryctolagus cuniculus)

0 0 5

Efek infusa daun jambu biji 5% terhadap kekerasan permukaan resin akrilik Heat -Cured (The effect of 5% Psidium guajava infusion to surf ace hardness of heat-cured acrylic resin Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 7

Uji aktivitas antimalaria ekstrak air daun johar (Cassia siamea Lamk) terhadap Plasmodium berghei secara in vivo Repository - UNAIR REPOSITORY

0 3 8