MUGI SARASPUTI BAB II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Manajemen Kelas 1. Pengertian Manajemen Kelas Manajemen merupakan suatu yang dikaitkan dengan organisasi dan

  bagaimana mengaturnya sehingga tercapainya tujuan. Secara etimologis, manajemen adalah kosakata yang berasal dari bahasa perancis, yaitu manege atau manage yang artinya tindakan membimbing, memimpin, mengemudikan, mengurus, memerintah. httpps://ketikwerty. wordpress.com/2011/03/15/pengertian-manajemen. (diakses tanggal 23 Februari 2015 Pukul 10.00). Menurut Suharno (2008: 1-2) manajemen adalah proses merencana, mengorganisasi, memimpin, dan mengendalikan upaya organisasi secara efektif dan efesien. Sedangkan Tim Dosen UPI (2011: 106) berpendapat bahwa manajemen adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk melakukan kegiatan baik perorangan maupun secara bersama-sama orang lain agar mencapai tujuan bersama yang lebih baik.

  Menurut Arikunto (2010: 3) kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula, sedangkan menurut Supriadie (2012: 163) kelas adalah tempat untuk banyak aktivitas, mulai dari aktivitas akademik seperti membaca, menulis, sampai aktivitas sosial, seperti bermain, berkomunikasi dengan teman, dan berdebat.

  

6 Berdasarkan pengertian di atas, maka manajemen kelas adalah proses penggunaan sumber daya yang efektif dari guru kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu.

2. Kegiatan Manajemen Kelas

  

Kelas yang dikelola dengan baik akan menunjang jalannya interaksi

  edukatif. Sebaliknya, kelas yang tidak dikelola dengan baik akan menghambat kegiatan pembelajaran. Menurut Djamarah (2005: 47) menjelaskan bahwa pengelolaan kelas dimaksudkan agar anak anak didik betah tinggal di kelas dengan motivasi yang tinggi untuk senantiasa belajar di dalamnya. Sedangkan menurut Doyle (1986) seperti dikutip oleh Jacobsen (2009: 43) berpendapat bahwa hampir tidak mungkin menciptakan atau memelihara kelas yang tertib tanpa didukung dengan pengajaran yang efektif. Menurut Tim Dosen UPI (2011: 108-110) kegiatan manajemen kelas (pengelolaan kelas), meliputi dua kegiatan yang secara garis besar terdiri dari: a. Pengaturan Siswa

  Pengaturan peserta didik adalah bagaimana mengatur dan menempatkan siswa dalam kelas sesuai dengan potensi intelektual dan perkembangan emosionalnya. Siswa diberikan kesempatan untuk memperoleh posisi dalam belajar yang sesuai dengan minat dan keinginannya. b. Pengaturan Fasilitas Aktivitas dalam kelas baik guru maupun siswa dalam kelangsungannya akan banyak dipengaruhi oleh kondisi dan situasi fisik lingkungan kelas. Lingkungan fisik kelas, sarana dan prasarana kelas harus dapat memenuhi dan mendukung interaksi yang terjadi, sehingga harmonisasi kehidupan kelas dapat berlangsung dengan baik dari permulaan masa kegiatan belajar mengajar sampai akhir masa belajar mengajar. Kriteria minimal meliputi: aman, sehat, bermutu, nyaman, yang terpenting bahwa dengan fasilitas yang minim dapat diatur dengan baik sehingga daya gunanya lebih tinggi. Berdasarkan pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan kegiatan manajemen kelas sangat diperlukan peserta didik agar mendapatkan kenyamanan belajar dalam menujang keberhasilan proses belajar mengajar.

3. Masalah Manajemen Kelas

  Banyak permasalahan yang muncul di dalam kelas. Permasalahan itu datang dari siswa maupun guru. Menurut Tim Dosen UPI (2011: 116-117) mengelompokkan menjadi dua jenis, yaitu: masalah yang muncul karena individu dan masalah yang muncul karena kelompok. Sedangkan menurut Marzano dan Pickering seperti dikutip oleh Jacobsen (2009: 62) masalah manajemen kelas merupakan situasi-situasi dalam kelas yang dapat mengurangi intensitas pembelajaran atau situasi-situasi yang dapat menyebabkan kesedihan, baik pada siswa maupun guru.

  Menurut Made Pidarta seperti dikutip oleh Djamarah (2005: 173) menjelaskan bahwa masalah-masalah pengelolaan kelas berhubungan dengan perilaku peserta didik adalah:

  a. Kurang kesatuan, misalnya dengan adanya kelompok-kelompok, klik-klik, dan pertentangan jenis kelamin.

  b. Tidak ada standar perilaku dalam bekerja kelompok, misalnya ribut, bercakap-cakap, pergi ke sana kemari, dan sebagainya.

  c. Reaksi negatif terhadap anggota kelompok, misalnya ribut, bermusuhan, mengucilkan, dan merendahkan kelompok bodoh.

  d. Kelas mentoleransi kekeliruan-kekeliruan temannya, menerima, dan mendorong perilaku anak didik yang keliru.

  e. Mudah mereaksi ke hal-hal negatif/terganggu, misalnya bila didatangi monitor, tamu-tamu, iklim yang berubah, dan sebagainya.

  f. Moral rendah, permusuhan, agresif, misalnya dalam lembaga yang alat-alat belajarnya kurang, kekurangan uang, dan lain-lain.

  g. Tidak mampu menyesuaikan dengan lingkungan yang berubah, seperti tugas-tugas tambahan, anggota kelas yang baru, situasi baru, dan sebagainya. Dari beberapa pendapat di atas, masalah manajemen kelas berasal dari guru atau siswa, sebaiknya guru sebagai pendidik dapat menyelesaikan masalah yang ada di dalam kelas dengan bijak.

4. Tujuan Manajemen Kelas

  Tujuan merupakan hal yang sangat penting dalam suatu kegiatan yang dilakukan. Menurut Supriadie (2012: 165) manajemen kelas yang efektif memiliki dua tujuan, yaitu: membantu murid menghabiskan lebih banyak waktu untuk belajar dan mencegah murid mengalami problem akademik.

  Sedangkan menurut Djamarah (2005: 47) tujuan umum pengelolaan kelas adalah menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas bagi bermacam-macam kegiatan belajar mengajar agar mencapai hasil yang baik dan optimal. Menurut Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen (1996) seperti dikutip oleh Tim Dosen UPI (2011: 111) tujuan manajemen kelas adalah sebagai berikut:

  a. Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, maupun sebagai lingkungan kelompok belajar yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.

  b. Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi pembelajaran.

  c. Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang mendukung dan memumgkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional, dan intelektual siswa dalam kelas.

  d. Membina dan membimbing siswa sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya serta sifat-sifat individualnya.

  Berdasarkan penjelasan dari beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan tujuan manajemen kelas adalah menciptakan kondisi kelas yang baik dan optimal agar mendapatkan hasil yang diinginkan.

B. Mutu Pembelajaran 1. Pengertian Mutu Pembelajaran

   Mutu merupakan agenda utama dan meningkatkan mutu adalah tugas yang

  paling penting. Secara etimologi menurut kamus ilmiah populer mutu dapat diartikan sebagai kualitas, derajat, tingkat, dan dalam bahasa inggris berasal dari kata quality artinya kualitas. blogspot.com/2013/02/konsep-pendidikan-bermutu. html?m=1 (diakses tanggal 23 Februari 2015 Pukul 13.30). Menurut Suharno (2008: 76) mutu adalah sesuatu yang memuaskan dan melampaui keinginan dan kebutuhan pelanggan. Senada dengan itu, menurut Hanafiah (2009: 83) mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan atau yang tersirat. Menurut Feigenbaum (1989: 7) seperti dikutip oleh Hadis (2010: 85) menjelaskan bahwa mutu adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya (full customer satisfaction). Menurut Trianto (2009: 17) pembelajaran adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Sedangkan menurut Sagala (2009: 61) pembelajaran merupakan komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik.

  Berdasarkan pengertian seperti yang disampaikan di atas, maka mutu pembelajaran adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya melalui berbagai upaya dan berbagai strategi, metode, dan pendekatan ke arah pencapaian tujuan yang telah direncanakan untuk mendapatkan hasil pembelajaran yang memuaskan bagi peserta didik.

2. Tugas Guru dalam Pembelajaran

  Tugas guru mempengaruhi hasil belajar peserta didik di kelas. Menurut R.D Conners seperti dikutip oleh Djamarah (2005: 69) dijelaskan bahwa tugas mengajar guru menjadi 3 tahap yaitu: tahap sebelum pengajaran (pre-aktive), tahap pengajaran (interactive), dan tahap sesudah pengajaran (post-active). Menurut Gagne seperti dikutip oleh Supriadie (2012: 130) pembelajaran itu berisi tiga event, yaitu: Pra Instructional, Instructional, (Core events) dan Post

  

Instructional . Sedangkan menurut Slameto (2012) seperti dikutip oleh Saondi

  (2012: 18) menjelaskan tugas guru berpusat pada:

  a. Mendidik dengan titik berat memberikan arah dan motivasi pencapaian tujuan baik jangka pendek maupun jangka panjang.

  b. Memberikan fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman belajar yang memadai.

  c. Membantu perkembangan aspek-aspek pribadi, seperti: sikap, nilai-nilai, dan penyesuaian diri.

  Tugas guru yaitu mendidik, mengajar dan melatih anak didik sebagai suatu profesi. Tugas guru sebagai pendidik mengembangkan nilai-nilai hidup kepada anak didik. Tugas guru sebagai pengajar berarti mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada anak didik. Tugas guru sebagai pelatih berarti mengembangkan ketrampilan dan menerapkannya dalam kehidupan.

3. Kegiatan Siswa dan Kegiatan Guru dalam Pembelajaran

  Kegiatan merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang. Menurut Djamarah (2005: 18) kegiatan belajar adalah: inti kegiatan dalam pendidikan.

  Segala sesuatu yang telah diprogramkan akan dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar. Sedangkan menurut Slameto (2010: 17-19) aktivitas siswa dan aktivitas guru adalah sebagai berikut:

  a. Aktivitas siswa, meliputi: 1) Memperhatikan situasi belajar.

  2) Menetapkan tujuan: mengarahkan perhatian dan kegiatan kepada tercapainya tujuan.

  3) Mengadakan percobaan (usaha) dalam bidang kognitif, psikomotor, dan afektif.

  4) Latihan/praktek untuk memperoleh kecapakan dan untuk mencapai tujuan.

  5) Menilai tingkah laku sendiri. 6) Mencapai tujuan. 7) Memperoleh kepuasan. b. Aktivitas guru, meliputi: 1) Memanipulasi materi, kegiatan, dan unsur-unsur, aspek-aspek yang lain dalam situasi untuk menjamin dan menguasai perhatian siswa.

  2) Membantu siswa dalam menetapkan tujuan dengan jalan mendiskusikan tujuan pengajaran, tugas-tugas yang harus dikerjakan, dan sebagainya.

  3) Menyediakan sumber-sumber pengajaran, misalnya: bahan-bahan dan perlengkapan dan memberikan kepada siswa untuk menggunakan sumber tersebut. 4) Mengatur latihan, studi, diskusi, laboratorium dan kegiatan- kegiatan lain.

  5) Menilai kemajuan siswa, membetulkan kesalahan-kesalahan, memperkuat apa yang telah baik (reinforce), misalnya dengan memuji, memberikan persetujuan. 6) Mengadakan evaluasi sumatif untuk memperoleh pengetahuan tentang seberapa jauh tujuan telah tercapai.

  7) Menciptakan kondisi yang memungkinkan, misalnya: penggunaan pengetahuan, keterampilan dan kecakapan sekarang dalam belajar lebih lanjut dalam kegiatan –kegiatan lain, dan dalam situasi di luar sekolah. Menurut Djamarah (2005: 84-85) aktivitas belajar anak didik dan aktivitas guru mengajar di antaranya: a. Aktivitas belajar peserta didik, meliputi:

  1) Anak didik belajar secara individual untuk menerapkan konsep, prinsip, dan generalisasi.

  2) Anak didik belajar dalam bentuk melaksanakan tugas belajarnya melalui berbagai cara.

  3) Anak didik berani mengajukan pendapat. 4) Ada aktivitas belajar analisis, sintesis, penilaian dan kesimpulan. 5) Antar anak didik terjalin hubungan sosial dalam melaksanakan kegiatan belajar 6) Antar anak didik terjalin hubungan sosial dalam melaksanakan kegiatan belajar.

  7) Setiap anak didik bisa mengomentari dan memberikan tanggapan terhadap pendapat anak didik lainnya.

  8) Setiap anak didik berkesempatan menggunakan berbagai sumber belajar yang tersedia.

  9) Setiap anak berupaya menilai hasil belajar yang dicapainya. 10) Ada upaya dari anak didik untuk bertanya kepada guru dan atau meminta pendapat guru dalam upaya kegiatan belajarnya. b. Aktivitas guru mengajar, meliputi: 1) Guru memberikan konsep esensial bahan pengajaran.

  2) Guru mengajukan masalah dan atau tugas-tugas belajar kepada anak didik, baik individual maupun kelompok.

  3) Guru memberikan bantuan mempelajari bahan pengajaran dan atau memecahkan masalah.

  4) Guru memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bertanya. 5) Guru mengusahakan sumber belajar yang diperlukan oleh anak didik. 6) Guru memberikan bantuan atau bimbingan belajar kepada anak didik, baik individual maupun kelompok.

  7) Guru mendorong motivasi belajar anak didik melauli penghargaan dan atau hukuman.

  8) Guru menggunakan berbagai metode dan media pengajaran dalam proses mengajarnya.

  9) Guru melaksanakan penilaian dan monitoring terhadap proses dan hasil belajar anak didik.

  10) Guru menjelaskan tercapainya tujuan belajar dan menyimpulkan pengajaran serta tindak lanjutnya.

  Berdasarkan penjelasan di atas, maka kegiatan siswa dan guru sebaiknya dilakukan dengan sebaik mungkin. Siswa belajar dengan baik di kelas, sedangkan guru menjalankan tugasnya dengan sebaik mungkin agar mendapatkan hasil yang optimal.

4. Cara Meningkatkan Mutu Pembelajaran

  Guru dan peserta didik sangat mempengaruhi mutu pembelajaran. Prestasi peserta didik yang baik dapat meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah itu.

  Menurut Mulyasana (2012: 120) pendidikan bermutu lahir dari sistem perencanaan yang baik (good planning system) dengan materi dan system tata kelola yang baik (good governance system) dan disampaikan oleh guru yang baik (good teachers) dengan komponen pendidikan yang bermutu, khususnya guru. Menurut Stanley (1992) seperti dikutip oleh Suharno (2008: 116) menjelaskan bahwa para pendidik harus belajar dalam menggunakan dan menafsirkan strategi dasar yang sering digunakan untuk peningkatan mutu. Sedangkan menurut Josep Juran seperti dikutip oleh Tim Dosen UPI (2011: 297) cara untuk meningkatkan mutu yaitu: a. Membangun kepedulian untuk perbaikan/peningkatan (Build awareness).

  b. Menentukan tujuan untuk peningkatan (Set goals for goals.) c. Mengorganisasi untuk pencapaian tujuan (Organize to reach goals).

  d. Menyelenggarakan pelatihan (Provide training).

  e. Mendorong pembangunan pemecahan masalah (Carry out project to solve problem).

  f. Melaporkan perkembangan (Report progress).

  g. Memberikan pengakuan (Give recognition).

  h. Mengkomunikasikan hasil-hasil (Communicate result). i. Keep Score j. Menjaga momentum dengan membuat peningkatan tahunan sebagai bagian dari system dan proses regular perusahaan (Maintain momentum by making

  annual improvement part of the regular systems and processes of the company)

  Berdasarkan penjelasan di atas, maka cara meningkatkan mutu pembelajaran yaitu dengan perencanaan yang baik, pengelolaan yang baik, dan strategi yang digunakan untuk meningkatkan mutu.

5. Permasalahan Mutu Pembelajaran

  Semua kelemahan mutu dari pendidikan berujung pada rendahnya mutu lulusan. Menurut Hanafiah (2009: 92) permasalahan mutu pembelajaran adalah: dalam dunia pendidikan, seperti mutu lulusan, mutu pengajaran, bimbingan dan latihan dari guru serta profesionalisme dan kinerja guru sangat berpengaruh dalam pembelajaran. Sedangkan menurut Sallis (2012: 103-105) sebab umum dan sebab khusus kegagalan mutu adalah:

  Masalah rendahnya mutu pendidikan bisa disebabkan oleh beberapa sumber yang yang mencangkup desain kurikulum yang lemah, bangunan yang tidak memenuhi syarat, lingkungan kerja yang buruk, sistem dan prosedur yang tidak sesuai, jadwal kerja yang serampangan, sumber daya yang kurang, dan pengembangan staf yang tidak memadai. Sedangkan sebab khusus kegagalan mutu bisa mencangkup kurangnya pengetahuan, dan ketrampilan anggota, kurangnya motivasi, kegagalan komunikasi, atau masalah yang berkaitan dengan perlengkapan- perlengkapan. Masalah mutu pembelajaran sebaiknya diatasi dengan perbaikan dan pelatihan-pelatihan pengajaran untuk guru agar pembelajaran di kelas dapat berjalan dengan baik dan prestasi belajar siswa juga baik.

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mutu Pembelajaran

  Ada beberapa faktor yang mempengaruhi mutu pembelajaran. Faktor itu menentukan baik tidaknya mutu pembelajaran di sekolah tersebut. Menurut Fattah (2012: 2) mutu tidak berdiri sendiri, artinya banyak faktor untuk mencapainya dan untuk memelihara mutu. Dalam kaitan ini peran dan fungsi sistem penjaminan mutu mutu (Quality Assurancesystem) sangat dibutuhkan. Sedangkan menurut Uno (2007: 153) kualitas pembelajaran artinya mempersoalkan bagaimana kegiatan pembelajaran yang dilakukan selama ini berjalan dengan baik serta menghasilkan luaran yang baik. Menurut Hadis (2010: 100) secara garis besar, ada dua faktor utama yang mempengaruhi mutu proses dan hasil belajar mengajar di kelas, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Berdasarkan penjelasan di atas, maka faktor-faktor yang mempengaruhi mutu pembelajaran sangat mempengaruhi tercapainya tujuan yang diharapkan untuk mendapatkan kualitas pembelajaran yang baik.

C. Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

  Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk meningkatkan keimanan dan pemahaman peserta didik tentang Agama Islam sehingga menjadi muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. Menurut Gunawan (2012: 201) pendidikan islam adalah usaha sadar untuk membina peserta didik agar dapat memahami ajaran islam secara menyeluruh yang akhirnya dapat mengamalkan islam sebagai pandangan hidup. Sedangkan menurut Ramayulis (2005: 21) pendidikan Agama Islam adalah:

  Upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, mengimani, bertakwa, berakhlak mulia, mengamalkan ajaran agama islam dari sumber utamanya kitab suci al-Quran dan al-hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran latihan, serta penggunaan pengalaman. Berdasarkan penjelasan di atas, maka pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Agama Islam yang bersumber dari Al-Quran dan Al-Hadis sebagai pandangan hidup.

2. Pendidikan Agama Islam di Era Globalisasi

  Pendidikan Agama Islam pada era globalisasi saat ini dituntut kebutuhan hidup yang semakin tinggi, berdampak pada kecenderungan manusia untuk bergaya hidup materialisme, konsumerisme dan hedonisme. Disamping itu juga membentengi bangsa ini dengan nilai-nilai luhur dan nilai-nilai moral agama. Sementara itu, pendidikan agama yang diharapakan mampu memberikan solusi dan dijadikan sebagai basis penanaman nilai- nilai moral. Menurut Majid (2005: 171) pendidikan agama tidak pernah mengalami sentuhan yang serius untuk dikembangkan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan yang selalu berkembang dan berjalan maju. Pada saat ini, pendidikan Agama Islam hanya diajarkan untuk memenuhi tuntutan kondisi sehingga nyaris tidak mengalami perubahan yang begitu signifikan. Sehingga wajar dalam pelaksanaan pendidikan agama syarat dengan kelemahan-kelemahan. Sedangkan menurut Menurut Ramayulis (2005: 23) pembinaan pendidikan Agama Islam dikembangkan dengan menekankan keterpaduan antara tiga lingkungan pendidikan yaitu: lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Berdasarkan penjelasan di atas, maka pendidikan Agama Islam di era globalisasi, sebaiknya masyarakat membentengi dengan nilai-nilai luhur dan nilai-nilai moral agama. Untuk itu guru agama perlu mendorong dan memantau kegiatan pendidikan Agama Islam yang dialami oleh peserta didiknya di dua lingkungan pendidikan lainnya (keluarga dan masyarakat), sehingga terwujud keselarasan dan kesatuan tindak dalam pembinaan.

D. Penelitian Terdahulu

  

Dalam penelitian ini, peneliti tidak hanya menggunakan buku-buku saja

  untuk referensi, tetapi peneliti menggunakan penelitian orang lain sebagai pembanding dan penguat. Skripsi itu di antaranya:

  1. Skripsi Sutardi (Nim: 0606010020, FAI) Judul Skripsi Peran Komite Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Agama Islam (Studi Kasus di Sekolah Dasar Negeri 2 Pasir Kidul) Purwokerto Barat Tahun Pelajaran 2007/2008. Tujuan penelitiannya untuk mengetahui Peran Komite Sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 2 Pasir Kidul Tahun Pelajaran 2007/2008. Metode pengumpulan data menggunakan metode observasi, metode dokumentasi untuk memperoleh atau mengumpulkan data dan informasi tentang siswa, kegiatan siswa, kegiatan sekolah, sarana dan prasarana pendidikan sekolah, kegiatan komite sekolah dan sebagainya.

  Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa komite sekolah di Sekolah Dasar Negeri 2 Pasir kidul mempunyai peran dalam peningkatkan mutu pendidikan Agama Islam Tahun Pelajaran 2007/2008 bidang akademik meliputi: siswa, kurikulum, guru, sarana prasarana, proses belajar mengajar dan meningkatkan mutu pendidikan Agama Islam bidang agama non akademik yang meliputi: pembinaan keagamaan, ekstrakulikuler, baca tulis Al-quran, dan murotal Al-quran.

  Persamaan dengan penelitian ini adalah terdapat pada variabel bebasnya, sedangkan perbedaanya adalah metode pengumpulan datanya.

  Peneliti terdahulu menggunakan observasi dan dokumentasi, sedangkan peneliti ini menggunakan dokumentasi, angket dan dokumentasi.

  2. Skripsi Siti Khotijah (Nim: 0606010076, UMP) Judul Skripsi Upaya peningkatan Mutu Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 1 Rowokele Tahun Pelajaran 2008/2009. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui berbagai upaya dan hambatan-hambatan dalam meningkatkan mutu pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 1 Rowokele. Subyek penelitiannya adalah kepala sekolah, waka kesiswaan, guru pendidikan Agama Islam. Pengumpulan data pada penelitiannya berupa data kualitatif, metode pengumpulan data observasi, dokumentasi, dan wawancara. Hasil penelitiannya menunjukkan adanya peningkatan dari beberapa aspek seperti aspek quran, akhlak, sarana dan prasarana yang memadai dan guru yang professional sehingga dapat meningkatkan proses pembelajaran terhadap guru Agama Islam SMA Negeri 1 Rowokele. Diketahui bahwa hasil prestasi siswa SMA Negeri 1 Rowokele pada aspek psikomotoriknya belum meningkat terhadap upaya peningkatan mutu pendidikan Agama Islam Tahun Pelajaran 2008/2009. Persamaan dengan penelitian ini adalah terdapat pada variabelnya, yaitu pada peningkatan mutu, sedangkan perbedaanya adalah: metode pengumpulan data. Peneliti dahulu menggunakan observasi, dokumentasi, wawancara, sedangkan peneliti ini menggunakan observasi, dokumentasi dan angket.

  3. Skripsi Endang Setiawati (Nim: 0606010024, UMP) Judul Skripsi Peran Komite Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Agama Islam di SD Selandaka, Kecamatan Sumpiuh, Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran 2008/2009. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana peran komite sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan Agama Islam di SDN Selandaka, Kecamatan Sumpiuh, Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran 2008/2009.

  Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, subyek penelitian 1 kepala sekolah, pengurus inti komite sekolah yang berjumlah 7 orang dan 1 guru Agama Islam. Metode Pengumpulan data yang digunakan yaitu: observasi, dokumentasi, dan angket. Sedangkan analisis data yang digunakan adalah prosentase. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa peran komite sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan Agama Islam di SDN Selandaka dalam kategori baik. Dengan perincian, komite sebagai pemberi pertimbangan hasilnya 78,57%, sebagai pendukung 78,57%, sebagai pengontrol 92,85% dan sebagai mediator 78,57%. Sedangkan strategi komite sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan Agama Islam bidang akademik pada masing-masing komponen dapat dilaksanakan dengan baik, terlihat pada hasil ujian tahun pelajaran 2007/2008, nilai Pendidikan Agama Islam terendah 64 (di atas KKM) dan tertinggi 91. Bidang non akademik juga dilaksanakan dengan baik sehingga sejak tahun 2006 sampai 2008 selalu meraih kejuaraan khususnya bidang studi pendidikan Agama Islam.

  Persamaan dengan penelitian ini adalah terdapat pada variabel bebasnya, sedangkan perbedaanya adalah jenis penelitiannya, peneliti terdahulu menggunakan penelitian kualitatif, sedangkan peneliti ini menggunakan penelitian deskriptif kuantitatif.