Fenomena Shinju Dalam Masyarakat Jepang Chapter III IV

BAB III
PENANGANAN FENOMENA SHINJU DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT
JEPANG

3.1

Dampak Shinju
Bunuh diri merupakan masalah yang kompleks karena tidak diakibatkan oleh
penyebab atau alasan tunggal, artinya meninggal karena bunuh diri berbeda dengan
meninggal karena kecelakaan atau sakit. Meski begitu bunuh diri juga memiliki dampak
tidak hanya bagi diri sendiri tetapi juga bagi lingkungan sekitar.Negara maju seperti
Jepang juga tidak luput dari dampak masalah sosial seperti bunuh diri terutamashinju(心
中 ). Hal ini cukup menjadi perhatian bagi masyarakat maupun pemerintah Jepang.
Karena masalah shinju(心中) memiliki dampak terhadap pelakushinju(心中) itu sendiri,
keluarga, masyarakat, maupun pemerintah. Adapun dampak-dampak tersebut adalah:

3.1.1 Diri Sendiri
Disadari atau tidak Bunuh diri memiliki dampak negatif bagi pelakunya. Ketika
seseorang melakukan bunuh diri berarti mereka telah menyerah pada masa depan yang
sebenarnya masih mereka miliki dan bunuh diri bukanlah penyelesaian dari masalah
mereka. Dalam kasus shinju(心中)sendiri banyak dari pelaku yang melakukan bunuh diri

karena rasa empati terhadap orang lain yang bahkan baru dikenalnya. Artinya orang
tersebut tidak memiliki alasan pribadi, tetapi ikut-ikutan. Pelaku dengan motif seperti ini
berarti telah mengorbankan hidup mereka yang sebenarnya tidak ada masalah atau
berjalan dengan baik, mengorbankan keluarga dan orang-orang terkasih mereka,

Universitas Sumatera Utara

mengorbankan pekerjaan maupun sekolah mereka untuk sesuatu yang sia-sia dan
merugikan diri mereka sendiri.
3.1.2 Keluarga
Bunuhdiriumumnyaberartimengilangkannyawasendiri.Segalabebandanmasalahsik
orbanmungkinakanselesai.

Pihakkeluarga

yang

ditinggalkanmungkinhanyaakandirepotkanhanyasebatasbiayapemakamansaja.
Namununtukkasustertentumungkinmasalahnyatidaksesederhanaitu.
Untukkasusbunuhdirisepertijisinjikomisalnya,

dirikekeretaapiyang

sedang

yaitumenabrakkan

melaju

di

kasusnyaakanmenjadisangatpanjangdanberatterlebihlagikalaudilakukan
yang

padat.

Yang

jelasselamabeberapa

jam


rel,
di

jalurkereta

jalurkerataakanterhenti,

ratusanribuataujutaanpenumpangakanterlantarataudialihkankejalur lain.
Situasiinibelumselesaiberhentisampai
disitu.Keluargakorbanharusmembayaruangdendauntukuangbersihbersihdankonpensasiketerlambatankereta.Bayangkan,

ininamanya,

carabunuhdiribukanuntukmengakhirimasalahnamunmenambahmasalah.
Namunwalaupunbegitu,
setiaptahunnyakasussepertiiniselalusajaterulang.Demikianjugakasuslainsepertiterjebak
hutangpiutang.
hutangtidakakanlunasdengansendirinya.


Walaupunpelakunyasudahmeninggal,
Pihakkeluargalah

yang

akanmenanggungdarihutangpiutang yang ditinggalolehpelakushinjutersebut.
3.1.3 Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Bunuh diri adalah sebuah kasus kesehatan masyarakat yang luar biasa. Ada satu
kasus bunuh diri setiap 40 detik – itu adalah jumlah yang besar,“ kata Shekhar Saxena,
direktur kesehatan mental WHO. Begitu juga shinju( 心 中 ) dapatberdampak negatif
bagimasyarakatsekitar.Yang

manashinjutersebutmemilikiefek

domino.Misalnyasajadalamsuatumasyarakatterjadishinju(
makamasyarakatdisekitar


tempat





),

tersebutakanterpengaruhuntukmelakukanshinju( 心

中)jugaketikadalamkeadaankondisi yang samadenganpelakushinju(心中)tersebut.Dalam
hal ini media juga turut ambil bagian. Pemberitaan mengenai shinju(心中)yang dibesarbesarkan dapat memicu kelompok baru muncul dan melakukan shinju(心中). Terutama
jika yang melakukannya adalah publik figur. Alexandra Fleischmann, salah seorang yang
pernah menulis laporan mengenai bunuh diri, mengatakan sebagian kesalahan ada pada
publikasi atas kasus bunuh diri orang-orang terkenal. Dia juga mengatakan Liputan luar
biasa atas kasus bunuh diri orang terkenal bisa memiliki efek penularan kepada orangorang yang rentan. Artinya mereka yang merasa putus asa akan kondisinya melihat bunuh
diri adalah penyelesaian yang terbaik dan membuat mereka makin bertekad untuk
melakukannya, hal ini akan menambah kasus shinju( 心 中 )dan lama-kelamaan
masyarakat akan menganggap shinju(心中)adalah hal yang biasa.
3.1.4 Pemerintah

Akibat dari banyaknya masyarakat Jepang yang melakukan bunuh diri karena
depresi, pada tahun 2010 Jepang mengalami kerugian ekonomi hampir 2,7 triliun yen,
atau

sekitar

Rp288,4

triliun.

Kerugian

ini

merujuk

pada

hilangnya


pendapatandanbiayaperawatan. Demikian ungkap data pemerintah Jepang. Menurut

Universitas Sumatera Utara

laman

stasiun

televisi BBC,

ini

merupakan

kali pertama

pemerintah

Jepang


mengungkapkan kerugian ekonomi akibat bunuh diri dan depresi. Tahun 2009, jumlah
bunuh diri di Jepang mencapai sekitar 32.000 kasus. “Dalam 12 tahun berturut-turut,
jumlah rata-rata kasus bunuh diri sudah melebihi 30.000 kasus. Inimerupakan masalah
yang harus ditangani serius oleh seluruh bangsa," demikian pernyataan. Kementrian
Kesehatan,

Tenaga

Kerja,

dan

Kesejahteraan

Jepang.

Perdana Menteri Jepang, Naoto Kan, melihat masalah ini menjadi bukti bahwa bangsanya
mengalami masalah ekonomi dan emosional. "Ada banyak penyebab bunuh diri.
Mengurangi tingkat kasus itu akan menjadi suatu cara untuk menciptakan masyarakat
dengan meminimalkan tingkat keresahan," kata Kan. Menurut studi pemerintah, mereka

yang tahun lalu bunuh diri - yaitu sebanyak 26.500 orang - berusia antara 15 tahun hingga
69 tahun. Maka, mereka sebenarnya masih dalam kelompok usia produktif dan bisa
mendatangkan pendapatan sekitar 1,9 triliun yen hingga mencapai usia pensiun.

3.2

Upaya Penanganan Shinju
Pada dasarnya bunuh diri adalah masalah personal, tetapi jika jumlahnya sudah
mencapai ribuan maka masalah tersebut sudah menjadi masalah sosial, ekonomi, dan
politik seperti yang dihadapi Jepang saat ini. Markas besar Kepolisian Jepang
mengungkapkan, penyakit depresi menempati urutan pertama yang menyebabkan
melonjaknya angka bunuh diri di seantero negeri Matahari Terbit itu selama 2007.
Berdasarkan laporan Kyodo di Tokyo hasil survei kepolisian Jepang menyebutkan angka
bunuh diri sebesar 33.093 orang atau naik 2,9 persen dibanding tahun 2006. Dari hasil
penelitian tersebut juga diketahui bahwa angka itu merupakan angka tertinggi kedua,

Universitas Sumatera Utara

setelah tahun 2003 yang mencapai 34.427 orang. Selama sepuluh tahun terakhir jumlah
bunuh diri di Jepang mencapai angka di atas 30.000 orang. Selain depresi, alasan warga

melakukan bunuh diri juga disebabkan oleh penyakit fisik ringan, dan ranking ketiga
penyebab bunuh diri adalah karena hutang. Berdasarkan kelompok usia, sebanyak 37
persen dari angka bunuh diri pada 2007, dilakukan warga berusia 60 tahun ke atas. Angka
itu meningkat 8,9 persen dibanding tahun lalu, sehingga menjadi 12.107 orang.
Kelompok usia 50 hingga 59 tahun mencapai 7.046 orang, dan usia 40-49 tahun tercatat
sebanyak 5.096 orang yang bunuh diri. Angka bunuh diri pada usia 19 tahun ke bawah
ternyata menurun sebanyak 12 persen, menjadi 548 orang, dimana 10 orang diantaranya
karena kekerasan yang dilakukan seniornya di sekolah, dan sebanyak 25 lainnya karena
perselisihan dengan sesama teman. Berdasarkan jenis kelamin, sebanyak 71 persen dari
korban bunuh diri 2007 dilakukan oleh kaum pria. Sedangkan berdasarkan propinsi,
tercatat Propinsi Yamanashi sebagai pemegang rekor di antara 47 propinsi, dengan angka
bunuh diri mencapai 39 orang per seribu orang. Untuk menanggulangi meroketnya angka
bunuh diri, pemerintah Jepang melakukan berbagai cara pencegahan, dengan target utama
menurunkan angka bunuh diri sebesar 20 persen hingga tahun 2016., hingga membuat
ketentuan hukum mengenai pencegahan bunuh diri yang belaku sejak Oktober 2006.
Masyarakat Jepang sendiri juga tidak menyukai kondisi ini. Kebanyakan dari mereka
tidak merasa nyaman jika ditanya tentang tingginya tingkat bunuh diri bahkan
pengumuman di kereta api juga kerap menggunakan kalimat eufemisme saat terjadi
peristiwa bunuh diri dengan kasus penumpang yang meloncat ke rel kereta. Pengumuman
di kereta biasanya menggunakan kalimat seperti personal injury, customer fall atau

human accident, ketimbang menggunakan kata rekishi (kematian di kereta) atau

Universitas Sumatera Utara

bahkansuicide. Oleh karena itu banyak usaha pencegahan untuk mengurangi kasus bunuh
diri, tidak hanya oleh pemerintahnamunjugamasyarakat.

3.2.1 Masyarakat
Tingginya tingkat bunuh diri yang terjadi di Jepang merupakan hal yang
meresahkan bagi masyrakat. Bagi negara ini bunuh diri bukan lagi masalah personal
melainkan masalah negara. Masyarakat Jepang banyak melakukan usaha pencegahan
dilingkungan tempat tinggalnya,diantaranya dengan melakukan aksi demonstrasi oleh
kelompok warga yang peduli dan keluarga korban bunuh diri. Mereka mengumpulkan
tanda tangan dukungan agar pemerintah serius menangani hal ini. Upaya-upaya
pencegahan lainnya juga dilakukan dengan menyediakan pos-pos konsultasi dan
konsultasi online yang ditujukan bagi mereka yang berpotensi untuk melakukan tindakan
bunuh diri. begitu juga di sekolah-sekolah memiliki staf yang bertugas sebagai konsultan
bagi para siswa yang memiliki kecendrungan melakukan bunuh diri.
Selain program-program diatas ternyata game online yang marak dimainkan
belakangan ini turut membantu pencegahan bunuh diri.Pokemon Go berdampak positif
bagi kehidupan warga di provinsi Fukui, Jepang. Salah satu aplikasi game dalam telepon
pintar itu menurunkan potensi bunuh diri di daerah tersebut. Pimpinan organisasi
yang fokus pada pencegahan bunuh diri, Yukio Shige mengatakan suasana di Tojinbo,
Fukui berubah drastis pascakehadiran Pokemon Go. Tercatat sejak Juli 2016, area tebing
berbatu

menjulang

tinggi

yang

menghadap

laut Jepang itu ramai dikunjungi pengunjung. "Daerah di sekitar Tojinbo sangat gelap

Universitas Sumatera Utara

dan menakutkan setelah pukul 17.00 karena para wisatawan beranjak meninggalkannya.
Tapi karena Pokemon Go, hingga larut malam tempat itu tetap ramai," kata
Shigekepada Japantimes, Jumat (30/9).
Tojinbo terkenal dengan pemandangan indah. Namun terdapat kenyataan
mengenaskan nan suram. Dalam satu dekade terakhir, menurut Shige, lebih dari 150
orang mengakhiri hidup di sana.Mantan polisi berumur 72 tahun itu mengatakan saat ini
kasus bunuh diri mengalami penurunan. Menurut dia, itu karena Pokemon Go
memancing animo masyarakat untuk fokus bermain."Orang-orang pergi ke tempat yang
tenang (Tojinbo) sebelum memutuskan bunuh diri. Tapi sekarang tempat tersebut
menarik

pengunjung

untuk

bermain

Pokemon

Go,"

ujarnya.

Shige menuturkan sebelum Pokemon Go dirilis, sekitar 80 persen pengunjung Tojinbo
datang dari luar provinsi Fukui. Tapi saat ini, kata dia pengunjung lokal konsisten
memadati mulai dari pelajar SMA hingga pasangan paruh baya.
3.2.2 Negara danPemerintah
Sejak dahulu, bunuh diri dianggap masyarakat sebagai jalan terakhir untuk
mengatasi tekanan dan masalah yang dihadapi daripada harus merasa terhina.
Kasus bunuh diri di Negeri Matahari Terbit itu dari tahun ke tahun terus
meningkat.Melihat tingginya tingkat bunuh diri yang terjadi dan kerugian yang
disebabkan Pemerintah Jepang tidak bisa tinggal diam. Dari sisi ekonomi, bunuh diri di
Jepang sudah mulai merugikan negara dalam jumlah yang signifikan. Data menunjukkan
bahwa biaya yang muncul dari bunuh diri di Jepang mencapai 2,7 triliun Yen setahun.
Angka itu hampir sama dengan biaya rekonstruksi wilayah bencana akibat gempa di
Tohoku 11/3 tahun lalu. Maka pada tahun 2006, parlemen Jepang telah menyetujui

Universitas Sumatera Utara

Undang-undang Pencegahan Bunuh Diri (Jisatsu taisaku kihon ho). Namun langkah
konkrit menuju ke pencegahan bunuh diri belum terlihat, karena angka bunuh diri di
Jepang masih tetap tinggi.

Awal Maret 2012 lalu, akhirnya pemerintah Jepang

bekerjasama dengan berbagai lembaga meluncurkan program kampanye pencegahan
bunuh diri yang dinamakan GKB47. Kampanye GKB47 ini melibatkan idol grup Jepang
terkenal AKB48 sebagai figurnya. GKB47 adalah singkatan dari Gate Keeper 47.
Gatekeeper mengajak segenap warga Jepang untuk peduli dan memberi perhatian pada
orang-orang yang memiliki risiko bunuh diri di sekitarnya. Sementara angka 47 mewakili
jumlah prefektur di Jepang. Dengan gerakan GKB47 ini, masing-masing warga Jepang
diharapkan dapat membantu apabila ada rekan, sahabat, saudara, yang mengalami depresi
ataupun kesulitan hidup. Bantuan yang dapat diberikan mulai dari konsultasi hingga
pendampingan. Slogan dari gerakan ini adalah, “You are also a member”, bahwa kita
semua adalah juga anggota dari GKB47. Dengan berbagai program dan kampanye yang
dilakukan,

Kementerian Kesehatan,

Tenaga

Kerja,

dan Kesejahteraan Jepang

menargetkan tingkat bunuh diri dapat turun sebanyak 20% di tahun 2016.Perdana
Menteri Jepang tahun 2010 lalu, Naoto Kan, mengatakan bahwa Jepang perlu melakukan
upaya untuk “minimize unhappiness in the country” dan mengurangi bunuh diri. Intinya,
ia mengajak seluruh warga Jepang untuk mengurangi ketidakbahagiaan dan
menjadikanhiduplebihbermakna.
Selain itu Jepang juga meluncurkan kampanye pekan pencegahan bunuh diri,
Kamis (10/9/2015), bagian dari upaya global Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO)
dalam memperingati Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia yang jatuh setiap tanggal 10
September.Meskipun jumlah warga Jepang yang bunuh diri telah berkurang dalam

Universitas Sumatera Utara

beberapa tahun ini, namun negara itu masih memiliki salah satu angka bunuh diri
tertinggi di dunia.Untuk kampanye tanggal 10 sampai 16 September, pemerintah daerah
dan perhimpunan bantuan hukum telah menyediakan hubungan telepon langsung,
kelompok-kelompok pendukung gerakan ini akan mengadakan seminar, dan poster
kesadaran pencegahan bunuh diri telah dipasang di stasiun-stasiun kereta api, sekolah dan
sarana umum lainnya.Jumlah orang yang bunuh diri di Jepang tahun 2014 sebanyak
25.427. Angka itu di bawah angka acuan 30.000 untuk tiga tahun berturut-turut,
penurunan ini diyakini karena meningkatnya upaya pencegahan.Tingkat bunuh diri di
Jepang adalah yang kedua tertinggi di antara negara-negara G-8 setelah Rusia, diikuti
Perancis, Amerika, Kanada, Jerman, Inggris dan Italia.Bunuh diri adalah sebab utama
kematian untuk warga Jepang berusia antara 15 dan 34 tahun diikuti dengan kecelakaan
dan kanker.
UntukkasusSalary Man, pemerintahJepangmelakukantindakansebagaiberikut:
1. Menyediakannomortelepondaruratuntukdapatmenerimakeluh-kesahparasalary man
2. Bukupetunjukuntukmengurangi stress yang dibagikankepadamasyarakatJepangterutama
yang bekerjadalamsuatuorganisasi
3. Membuatundang-undang

yang

memberikansejumlahuangatauasuransikeparajandadananak-anak

yang

ditinggalmatikarenakaroshi
PemerintahJepang

juga

memberi

bantuankepadamasyarakatJepang

dilandamasalahhutangberkepanjanganatauuntukmasyarakat

yang
yang

telahkehilanganpekerjaan.Untukmencegahterjadinyatindakanbunuhdiri di tempatumum,
pemerintahJepangmemasangdetektorpencegahbunuhdiri

di

tempat-tempat

yang

Universitas Sumatera Utara

seringdigunakanuntukbunuhdirisepertistasiunkeretadangedung-gedungtinggi. Pemerintah
pun berencana membentuk satuan tugas untuk mengurangi kasus bunuh diri, yang sudah
menjadi "penyakit sosial" bagi masyarakat Jepang.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1

Kesimpulan
1. Kemajuan Jepang dalam bidang ekonomi dan industri ternyata juga membawa dampak
yang negatif bagi masyarakatnya. Kemajuan yang pesat ini menimbulkan tingginya
tingkat persaingan diantara masyarakat, bukan hanya para pekerja tetapi juga pelajar.
Masyarakat dituntut untuk berusaha lebih keras dalam segala hal yang mereka lakukan
untuk mendapat hasil terbaik. Persaingan-persaingan ini memberikan tekanan yang besar
secara mental. Mereka yang gagal mencapai hal yang diinginkan menjadi tidak percaya
diri, malu dan stres. Sayangnya ketika hal ini terjadi mereka tidak memiliki tempat untuk
mengadu bahkan pada keluarga. Karena keluarga sendiri kehilangan fungsinya sebagai
tempat berlindung

disebabkan terlalu disibukkan dengan pekerjaan. Pada akhirnya

mereka yang merasa putus asa melihat bunuh diri sebagai jalan keluar terbaik.
2. Dalam kebudayaan Jepang bunuh diri tidak dipandang hina bahkan jika kita melihat
sejarah Jepang hal ini telah menjadi kebudayaan turun-temurun, ini terbukti dengan
adanya harakiri dan seppuku( 切腹 ). Namun belakangan ini menjadi masalah sosial
karena makin meningkatnya pelaku bunuh diri bahkan secara berkelompok atau biasa
disebut dengan istilah shinju(心中).Shinju (心中)sendiri telah lama muncul di Jepang

Universitas Sumatera Utara

tetapi biasanya dilakukan oleh mereka yang memiliki hubungan yang erat, namun lama
kelamaan hal ini juga dilakukan oleh orang yang baru saling mengenal.Ini disebabkan
karena banyaknya masyarakat yang merasa putus asa dan ingin melakukan bunuh diri
tetapi takut melakukannya sendiri. Akhirnya mereka mencari teman untuk melakukannya
bersama-sama. Lebih parahnya hal ini menjadi tren baru di Jepang untuk melakukan
bunuh diri yang akhirnya berdampak tidak hanya pada keluarga dan lingkungannya,
tetapi juga negara.
3. Hal ini menimbulkan kerugian besar baik dari segi politik dan sosial, juga dari segi
perekonomian Jepang. Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk mengurangi
tingginya tingkat bunuh diri. Perlahan-lahan usaha yang dilakukan pemerintah
membuahkan hasil, jumlah bunuh diri sedikit demi sedikit mulai berkurang, meski tidak
terlalu signifikan.
Fenomenashinju( 心中)bukanlahfenomena yang baru di Jepang.Padazamanedo,
Shinju(





)

merupakanbentukjisatsu(



dilakukansepasangkekasihsebagaibentukdarikesetiaancintanya.Shinju(



)

yang


中)melibatkansepasanglaki-lakidanperempuan yang berkomitmenuntukmelakukanjisatsu(




)

demi

cinta.Shinju(





)merupakanwarisandarisistemfeodal,

dimanapernikahandengankeinginandanpilihansendiritidak di bolehkan.Ikatan yang kuat
antar individu atas dasar cinta ini mampu mengesampingkan perintah ketua ie(家).Shinju
belakangan mengalamiperluasanmakna.Dewasa ini, istilah shinju( 心 中 ) bukan hanya
mengacu pada jisatsu(自殺) yang dilakukan oleh sepasang kekasih, tetapi juga jisatsu(自
殺) yang melibatkan kematian lebih dari satu orang. Shinju(心中) adalah perbuatan

Universitas Sumatera Utara

dimana lebih dari dua orang yang berkomitmen untuk melakukan jisatsu(自殺) bersama
secara sukarela pada waktu, tempat, dan tujuan yang sama. Pernyataan tersebut diperluas
dengan mengklarifikasikan shinju( 心 中 ) sebagai pembunuhan-bunuh diri. Yang
dimaksud dengan pembunuhan-bunuh diri adalah suatu kasus jisatsu yang dilakukan
lebih dari satu orang, dimana salah satu dari korban jisatsu(自殺) mengalami kematian
tanpa

keinginan

dari

diri

sendiri

untuk

mati.

Olehkarenaitushinju( 心

中)dewasainimerupakanjisatsu(自殺) yang dilakukan atas perjanjian bersama, membantu
seseorang untuk melakukan jisatsu(自殺) yang diikuti dengan melakukan jisatsu(自殺)
pada dirinya sendiri dan sebagai bentuk lain pembunuhan-bunuh diri.
Fenomenaseperti shinju( 心 中 ) ini menimbulkan beberapa dampak terhadap
dirisendiri,

keluarga,

masyarakat

dan

pemerintah.Dampakterhadapdirimerekasendiriyaitusebuahkematiandanterlepasdarimasala
h

yang

merekaalamipadasaathidup

di

dunia.Sedangkanterhadapkeluargayaitu,

menanggungbiayapemakamandarikorbanshinjutersebut.Namununtukkasustertentumungki
nmasalahnyatidaksesederhanaitu.

Salah

satucontohnyakasusmenabrakkandirikekereta

yang sedangmelaju, kasusnyaakanmenjadipanjangdanberatterlebihlagikalaudilakukan di
jalurkereta

yang

padat.

Yang

jelasselamabeberapa

jam

jalurkerataakanterhenti,

ratusanribuataujutaanpenumpangakanterlantarataudialihkankejalur
lain.Situasiinibelumselesaiberhentisampai
situ.Keluargakorbanharusmembayaruangdendauntukuangbersih-bersihdan
kompensasiketerlambatankereta.BagimasyarakatFenomenashinju(


)dapatmenimbulkanefek

domino,


yang

Universitas Sumatera Utara

manakasustersebutakanmempengaruhimasyarakatuntukmelakukanjisatsuataushinjujuga.
Efek

domino

iniakanterusmempengaruhi

orang-orang

yang

beradadisekitarnya.

Kemudianbagipemerintahitusendiri, mengalamikerugianekonomiakibatkasusjisatsu(自殺
)

ataushinju(



中 )tersebut.PemerintahjugamelakukanberbagaicarauntukmengatasiFenomenashinju( 心


)ini.

Pemerintahmembuatsatuantugasuntukmengurangikasusshinju(



中 )ini.Pemerintahjugameluncurkankampanyepekanpencegahanbunuhdiri.Tidakhanyaitu,
salah

satu

game

terkenal

di

berkontribusimembantumencegahbunuhdiri

JepangPokemon
di

Setelahrilisnyapokemongo,masyarakatmembuattempat

Go
jepang.
yang

sepimenjadiramaiuntukmencaripokemon. Sehingga orang yang inginmelakukanbunuhdiri
di tempat yang sepitersebutmengurungkanniatnyauntukmelakukanbunuhdiri.

4.2

Saran
1. Masyarakat Jepang seharusnya mulai membina kembali hubungan sosial yang baik
terutama antar anggota keluarga sehingga keluarga mendapatkan kembali fungsinya
sebagai tempat yang dipercaya untuk menyelesaikan masalah para anggotanya. Begitu
juga interaksi sosial diantara masyarakat, dapat dimulai dari bertegur sapa. Sehingga
setiap individu tidak merasa kesepian ataupun terkucilkan dari lingkungannya.
2. Masyarakat seharusnya menyadari bahwa mereka juga memiliki kehidupan yang lain
selain pekerjaan ataupun sekolah. Setidaknya mereka harus memiliki waktu untuk
keluarga maupun kerabat meski hanya untuk berbincang dan kegagalan dalam meraih
sesuatu bukanlah akhir dari segalanya.

Universitas Sumatera Utara

3. Pemerintah juga seharusnya lebih memperhatikan apa penyebab kurangnya interaksi
sosial antar individu yang menyebabkan banyak dari mereka menyimpan masalahnya
sendiri dan mulai mencari solusi untuk menangani hal tersebut. Karena mencegah
terjadinya bunuh diri sebaiknya tidak hanya dilakukan kepada mereka yang memiliki niat
atau tanda-tanda untuk melakukan hal tersebut tetapi juga kepada generasi yang akan
datang. Misalnya dengan cara menumbuhkan kepercayaan diri sejak dini dan belajar
untuk tidak malu untuk menceritakan masalah yang dihadapi kepada orang terdekat
4. Masyarakat Jepang seharusnya mulai memilah mana kebudayaan yang masih dapat
diikuti atau setidaknya mengurangi kadar kefanatikan mereka terhadap suatu kebudayaan.
Misalnya saja budaya malu, pada dasarnya adalah hal yang baik karena dapat mencegah
mereka melakukan hal-hal yang bertentangan dengan norma. Tetapi menjadi buruk
karena rasa malu mereka mendorong mereka untuk melakukan bunuh diri ketika mereka
gagal mengerjakan sesuatu

Universitas Sumatera Utara