SEMINAR NASIONAL PROGRAM PENDIDIKAN SENI
SEMINAR NASIONAL
PROGRAM PENDIDIKAN SENI BUDAYA MENCIPTAKAN
INDUSTRI KREATIF BAGI GENERASI BANGSA
By:
ATIP NURHARINI
NIP. 197711092008012018
JURUSAN PGSD
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
OKTOBER 2015
PROGRAM PENDIDIKAN SENI BUDAYA MENCIPTAKAN INDUSTRI KREATIF
BAGI GENERASI BANGSA
Atip Nurharini Dosen PGSD UNNES ([email protected])
ABSTRAK
Sekolah adalah wahana pendidikan yang tepat dalam menanamkan nilai-nilai kebudayaan
melalui kurikulum. Kurikulum yang terdapat dalam pendidikan merupakan potensi yang besar
dalam mananamkan kebudayaan pada generasi muda dan mengembangkan industri kreatif untuk
memiliki daya saing global dalam menghadapi Indonesia emas. Program pendidikan yang terdapat
dalam kurikulum yaitu dapat dikembangkan melalui seni budaya.
Pengenalan seni budaya bangsa itu sendiri tentu tidak dengan doktrin-doktrin yang justru
menyebabakan anak memandang budaya sebagai sesuatu yang ekstrim, tetapi pengenalan seni
budaya harus disesuaikan dengan kecerdasan anak dan kemanfaatan yang akan di dapat berdasarkan
era perkembangan dunia. Hal ini bertujuan supaya seni budaya mendapat perhatian yang menarik
bagi anak sebagai generasi penerus bangsa. Berkenaan dengan hal ini perlunya sistem pendidikan
kebudayaan terpadu yang akan di berikan kepada pelajar untuk mengembangkan kreativitasnya
berbasis kearifan budaya lokal. Penanaman nilai-nilai budaya ini sekaligus memberikan soft skill
kewirausahaan berbasis seni budaya melalui kreasi seni budaya. Hal ini sangat penting mengingat
permasalahan generasi muda yang mulai bergesernya nilai etika dalam berbangsa dan bernegara,
memudarnya kesadaran terhadap nilai-nilai budaya bangsa, dan melemahnya kemandirian bangsa.
Pendidikan kreativitas juga di berikan untuk mengembangkan poteni siswa berbasis kearifan
seni budaya lokal dan membentuk kompetensi wirausaha peserta didik dalam perkembangan idustri
kreatif. Hal ini di lakukan melalui pendidikan pada mata pelajaran seni budaya di sekolah dan
ekstrakulikuler yang kemudian bersinergi dengan program pemerintah serta masyarakat dalam
upaya pengembangan potensi lokal menuju keunggulan daerah pada industri kreatif.
Kata Kunci: Pendidikan seni budaya, industri kreatif, generasi
1.1.Pendahuluan
1.2.Latar Belakang
Kebudayaan merupakan keseluruhan kompleks pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral,
hukum, adat istiadat, kemampuan dan kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan manusia sebagai
anggota masyarakat. Kebudayaan dapat melekat dalam pribadi manusia, apabila kebudayaan
tersebut dekenalkan pada diri manusia melalui bidang yang terkait dengan pendidikan. Pendidikan
merupakan tempat yang bersifat bijaksana, penuh kearifan berupa nilai, norma, etika, kepercayaan,
adat-istiadat, hukum adat, dan aturan-aturan khusus yang dapat memproduksi manusia menjadi
manusia yang produktif dan kreatif. Pendidikan tersebut di mulai dari sekolah tingkat usia dini
bahkan perguruan tinggi.
Sekolah adalah wahana pendidikan yang tepat dalam menanamkan nilai-nilai kebudayaan
yaitu dengan cara melalui kurikulum yang tersusun secara inovatif dan produktif. Salah satunya
adalah program kurikulum yang dikaitkan dengan seni budaya dengan kearifan lokal.
Kurikulum yang terdapat dalam pendidikan merupakan potensi yang besar dalam
mananamkan kebudayaan pada generasi muda dan mengembangkan industri kreatif untuk memiliki
daya saing global dalam menghadapi Indonesia emas. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang
sangat penting dalam kehidupan seseorang karena melalui pendidikan seseorang dapat
meningkatkan kecerdasan, keterampilan, mengembangkan potensi diri dan dapat membentuk
pribadi yang bertanggung jawab, cerdas dan kreatif, serta berkarakter. Program pendidikan yang
terdapat dalam kurikulum yaitu dapat dikembangkan melalui seni budaya.
Pengenalan seni budaya bangsa itu sendiri tentu tidak dengan doktrin-doktrin yang justru
menyebabakan anak memandang budaya sebagai sesuatu yang ekstrim, tetapi pengenalan seni
budaya harus disesuaikan dengan kecerdasan anak dan kemanfaatan yang akan di dapat berdasarkan
era perkembangan dunia. Hal ini bertujuan supaya seni budaya mendapat perhatian yang menarik
bagi anak sebagai generasi penerus bangsa. Berkenaan dengan hal ini perlunya sistem pendidikan
kebudayaan terpadu yang akan di berikan kepada pelajar untuk mengembangkan kreativitasnya
berbasis kearifan budaya lokal. Penanaman nilai-nilai budaya ini sekaligus memberikan soft skill
kewirausahaan berbasis seni budaya melalui kreasi seni budaya. Hal ini sangat penting mengingat
permasalahan generasi muda yang mulai bergesernya nilai etika dalam berbangsa dan bernegara,
memudarnya kesadaran terhadap nilai-nilai budaya bangsa, dan melemahnya kemandirian bangsa.
Pendidikan kreativitas juga di berikan untuk mengembangkan poteni siswa berbasis kearifan
seni budaya lokal dan membentuk kompetensi wirausaha peserta didik dalam perkembangan idustri
kreatif. Hal ini di lakukan melalui pendidikan pada mata pelajaran seni budaya di sekolah dan
ekstrakulikuler yang kemudian bersinergi dengan program pemerintah serta masyarakat dalam
upaya pengembangan potensi lokal menuju keunggulan daerah pada industri kreatif.
1.3.Perumusan Masalah
“ Bagaimanakah program pendidikan seni budaya dalam menciptakan industi kreatif Bagi generasi
bangsa?
1.4. Pembahasan
a. Pendidikan dalam Membentuk Karakter
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara” ( UU SisDikNas, BAB I :
pasal 1 ayat 1 ).
Dari pengertian di atas, jelas sekali bahwa pendidikan tidak hanya bertitik berat pada
kecerdasan intelektual saja melainkan juga pembentukan karakter anak. Pendidikan tidak hanya
sekedar proses belajar guna mengejar kecerdasan tetapi juga harus mengembangkan potensi lain
yang dimiliki peserta didik dan mendapat perhatian dari pendidik agar dapat berkembang secara
optimal.
Pendidikan karakter anak harus dikembangkan di sekolah-sekolah, khususnya di Sekolah
Dasar yang merupakan dasar pembentukan karakter atau kepribadian anak agar saat mereka
dewasa mempunyai akhlak yang baik (akhlakul kharimah).
Fenomena yang terjadi saat ini, anak kurang mengerti sopan santun dalam berbicara dan
bersikap kepada guru, orang tua ataupun orang yang lebih tua. Nilai kesopanan seakan-akan mulai
luntur di masyarakat kita, khususnya generasi penerus bangsa. Hal inilah yang harus menjadi
“koreksi” kita sebagai seorang guru dan juga didukung oleh peran orang tua dalam membentuk
karakter anak. Sangat penting dalam pembentukan karakter siswa, khususnya di tingkat Sekolah
Dasar karena anak cenderung menuruti apa yang diperintahkan dan diucapkan sang guru kepada
mereka. Anak di tingkat Sekolah Dasar lebih mengagumi, mempercayai dan bahkan meniru apapun
yang dilakukan gurunya dibandingkan orang tua mereka. Oleh sebab itu, pendidikan karakter lebih
tepat ditanamkan kepada anak saat mereka duduk di bangku Sekolah Dasar. Selain di lingkungan
sekolah penanaman karakter juga perlu di kenalkan di lingkungan keluarga. Karena di lingkungan
keluarga inilah juga membantu pembentukan karakter. Di lingkungan keluarga misalnya dengan
cara mengajarkan sopan santun berbicara dan bersikap yang baik serta orang tua harus menjadi
teladan yang baik bagi anaknya. Selain itu juga dapat dilakukan dengan memasukkan anak ke
sekolah non-formal untuk mendapat pendidikan agama (disamping pendidikan agama yang
diperoleh anak di sekolah) misalnya TPA. Penerapan pendidikan karakter berbasis akhlak di
sekolah dapat dilakukan dengan menambah ekstrakurikuler, kepramukaan dan penanaman budi
pekerti dalam kurikulum sekolah serta mengimplementasikan langsung dalam Kegiatan Belajar
Mengajar (KBM) mengenai nilai-nilai luhur bangsa kita yang berdasarkan Pancasila.
Di samping upaya di atas juga diperlukan adanya peran serta orang tua, guru serta masyarakat
dalam mendukung terwujudnya pembentukan karakter anak yang berbasis akhlak agar kelak saat
mereka dewasa akan menjadi manusia yang tidak hanya cerdas di bidang intelektual tetapi juga
cerdas di bidang spiritual. Dengan demikian Negara kita akan menjadi Negara yang bermartabat
yang mempunyai generasi penerus bangsa yang bermartabat pula sehingga tidak akan dipandang
sebelah mata oleh Negara lain serta dapat terwujudnya Tujuan Pendidikan Nasional.
b. Seni Budaya dalam Pendidikan
Dari Ensiklopedi Indonesia dipetik bahwa definisi seni yaitu penjelmaan rasa indah yang
terkandung dalam jiwa manusia, dilahirkan dengan perantaraan alat komunikasi ke dalam bentuk
yang dapat ditangkap oleh indera pendengaran (seni suara), penglihatan (seni lukis), atau dilahirkan
dengan perantaraan gerak (seni tari, drama).
Penjelmaan rasa indah terkait dengan konsep seni yang mendefinisikan bahwa seni
merupakan sebuah cara pemahaman melalui pengalaman-pengalaman artistik individu untuk
mengenali diri sendiri maupun orang lain. Melalui pengalaman-pengalaman inilah berbagai ide
muncul dalam hati dan pikiran para siswa, sehingga melalui pendidikan seni dapat ditanamkan
pemahaman dan wawasan budaya yang memungkinkan adanya internalisasi nilai-nilai budaya yang
melatarbelakangi adanya seni yang dapat menumbuhkan proses beradaptasi dan berapresiasi (Jazuli,
2008:2).
Pengalaman yang di dapat melalui aktivitas seni tidak lepas dari proses yang melibatkan
pandangan, tinjauan, penglihatan, atau penglihatan indrawi. Namun demikian pengamatan pada seni
tidak terbatas pada penglihatan inderawi saja, tetapi termasuk pula melibatkan penglihatan intuitif
dan rasa (feeling) yang menyusup ke dalam seni melalui alat indera. Dalam hal ini menunjukkan
bahwa pengamatan pada sebuah hasil seni bukan sekedar melihat barang mati, tetapi melihat jiwa
hidup yang bergerak secara berubah-ubah. Oleh karena itu menyaksikan sebuah hasil seni tidak
cukup dengan mata kepala, namun juga dengan mata hati agar dapat menembus wujud yang kasat
mata (Suwaji, 1992:4).
Pengaruh seni pada sang penikmat seni memberikan pengalaman estetika yang menjangkau
proses kesadaran si pencipta seni sebelum, selama, dan sesudah orang mengalami keindahan seni.
Pengalaman yang di dapat senantiasa membawa kesan, pengalaman, dan pemikiran tertentu,
sehingga penghayat seni mampu mengendalikan emosi-emosi yang ada di dalam hidupnya dan
mendapatkan arahan dan isi baru yang sebelumnya belum pernah dirasakan atau dilakukan (Greg
Soetomo, 2003:14-15)
Pada teori modern memunculkan berbagai teori seni yang membahas fungsi dan kedudukan
manusia sebagai pencipta suatu karya seni, sehingga karya itu menimbulkan aesthetic experience
(pengalaman estetis) pada manusia yang menyaksikan. Menurut Collingwood 1958 (dalam
Djelantik 1999:129) bahwa seni ekspresi, penuangan dari emosi sang pencipta bertujuan sebagai
komunikasi (ekspresi, penuangan perasaan agar sampai kepada orang).
Berpangkal dari teori tersebut menghasilkan suatu pendekatan ekspresi di dalam
pelaksanaan kegiatan seni. Sepertihalnya seni dalam pembelajaran mencerminkan berbagai peran
yang dapat mengembangkan kemampuan dasar siswa seperti fisik perceptual, intelektual,
emosional, social, kreativitas, dan estetik. Definisi tersebut menunjukkan bahwa semakin anak
dilatih dan dibina secara intensif dan continue, memasukkan jiwa seni ke dalam kehidupannya
senantiasa akan menghasilkan suatu hasil yang maksimal. Hasil yang dicapai dipengaruhi oleh
kreativitas yang menunjang intelektual yang tinggi. Perlunya pelatihan dan pembinaan dapat
dimulai sejak anak lahir sampai menginjak sekolah.
Pada masa anak mulai mengenyam pendidikan di sekolah misalnya masa sekolah dasar,
anak diharapkan memperoleh pengetahuan dasar yang dipandang sangat esensial bagi persiapan
dan penyesuaian diri terhadap kehidupan di masa dewasa. Anak diharapkan mempelajari tentang
seni menghargai, dan seni mencintai terhadap hasil karya sendiri maupun hasil karya orang lain.
Hasil karya yang diciptakan sendiri dapat melatih anak terhadap suatu keterampilan-keterampilan
tertentu (Hurloc, 1979). Adanya keterampilan-keterampilan secara otomatis telah memasukkan jiwa
seni kepada bidang studi lain misalnya seni menghitung (aritmatika), seni menulis (karya sastra),
menanam bunga (biologi), seni gerak (menari), dan seni bunyi (bermain musik). Fenomena tersebut
menunjukkan bahwa anak bisa berkreasi, beraktivitas, meningkatkan kemampuan mental dan
menghargai hasil karya sendiri dan orang lain.
c. Model Pembelajaran Seni Budaya yang Kreatif dan Produktif
Konsep diri pelajar yang ingin di kembangkan dalam pendidikan seni budaya dalam
menciptakan indusrti kreatif bagi generasi bangsa adalah:
1.
Pelajar memahami seni budaya sebagai indentitas diri dan identitas bangsa melalui
pemahaman terhadap budaya.
2.
Menjadikan kearifan seni budaya sebagai filter menghadapai era globalisasi melalui guru,
peran orang tua dan masyarakat.
3.
Kreativitas pelajar di kembangkan melalui materi pelajaran seni budaya baik itu meliputi seni
musik, seni tari, seni rupa dan kerajinan tangan dengan berbasis produk kerajinan khas lokal
untuk di pelajari dan inovasi sebagai produk yang termasuk dalam industri kreatif.
4.
Lewat Ekstrakulikuler di ajarkan skill kewirausahaan berbasis seni budaya dengan kearifan
lokal supaya siswa belajar mandiri dan produktif.
Contoh dalam pendidikan seni tari yaitu pembelajaran seni tari sebagai sarana pendidikan
kreatif secara konseptual bertujuan untuk mengembangkan aspek apresiasi estetika, etika dan
kreatif. Secara psikologis, di dalam pembelajaran seni tari khususnya dalam penciptaan karya tari
memiliki pengakuan terhadap bentuk kepribadian karya seseorang. Selain itu, juga mengembangkan
bentuk kreativitas, karena kreativitas merupakan satuan potensi yang ada pada diri manusia. Bentuk
kreativitas yang diajarkan yaitu kreatifitas dalam menari, menciptakan tarian, mempopulerkan
pertunjukan tari, mengkritik pertunjukan tari, bahkan kreativitas dalam tata busana dan make up.
Kegiatan seni musik contohnya mengajarkan menyanyi, membuat aransemen musik,
memainkan alat musik, dan memanajemen pertunjukan musik. Selain itu juga bisa memengenalkan
cara pembuatan alat musik seperti angklung dan pembuatan kerajinan miniatur angklung dalam
bentuk mangket dan aksesoris gantungan kunci dan pin angklung. Kemudian dalam nilai-nilai dan
norma, semboyan asah, asih dan asuh di aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari melalui
pengajaran dari keluarga dan masyarakat. Secara parsial beberapa sekolah seperti Bandung,
Semarang, Blora, Surabaya sudah mulai melakukan pendidikan seni budaya berbasis kearifan lokal
dengan menanamkan industri produktif bagi siswanya.
Dalam pembelajaran seni budaya menyandarkan pada 5 (Lima) pilar yang harus ditanamkan
bagi siswa untuk selalu kreatif dan produktif diantaranya adalah :
1.
Pengembangan akhlak melalui teladan (Learning by Qudwah)
2.
Pengembangan Kreativitas melalui kegiatan Leraning by Games
3.
Pengembangan logika dan daya cipta melalui Expreriental Learning
4.
Pengembangan kepemimpinan dengan metode Outbond Training
5.
Pengembangan karakter mandiri (entrepreneurship games)
Sedangkan untuk pembelajaran seni rupa sebagai kelompok mata pelajaran estetika
didalamnya memiliki tujuan untuk meningkatkan sensitivitas, kemampuan mengekspresikan dan
kemampuan
mengapresiasi
keindahan
dan
harmoni.
Kemampuan
mengapresiasi
dan
mengekspresikan keindahan serta harmoni mencakup apresiasi dan ekspresi, baik dalam kehidupan
individual, sehingga mampu menikmati dan mensyukuri hidup, maupun dalam kehidupan
kemasyarakatan, dan mampu menciptakan kebersamaan yang harmonis.
Standar kompetensi seni rupa berisi mengapresiasi karya seni rupa memberi dasar-dasar
pembinaan apresiasi seni rupa. Dalam standar kompetensi ini dapat mengenal, memahami, dan
menafsirkan hasil karya seni rupa anak, dan kompetensi dasarnya adalah karakteristik hasil karya
seni rupa anak yang terdiri dari tipologi, periodisasi, dan evaluasi karya anak serta menampilkan
sikap apresiatif terhadap karya seni rupa
Berkarya seni rupa pada dasarnya adalah proses membentuk gagasan dan mengolah media
seni rupa untuk mewujudkan bentuk-bentuk atau gambaran-gambaran yang baru. Untuk
membentuk gagasan, siswa perlu dilibatkan dalam berbagai pendekatan seperti menggambar,
mengobservasi, mencatat, membuat sketsa, berekspresimen, dan menyelidik gambar-gambar atau
bentuk-bentuk lainnya. Selain itu, siswa juga perlu dilibatkan dalam proses pengamatan terhadap
masalah pribadi, realitas sosial, tema-tema universal fantasi dan imajinasi.
Pendidikan keterampilan dan kerajinan tangan dengan cara memberikan bimbingan kepada
anak, agar memiliki kemampuan dalam hal membuat, mencipta dan memasarkan produk-produk
kerajinan lokal serta melakukan sesuatu dengan baik/cermat terhadap sumber-sumber yang ada di
lingkungan menjadi barang-barang kerajinan yang bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan.
Kemampuan dasar yang dikembangkan melalui materi seni budaya meliputi: 1) fisik, 2)
perseptual, 3) pikir atau intelektual, 4) cipta, kreativitas, 5) emosi, 6) sosial, 7) estetika.
Kemampuan-kemampuan dasar tersebut bergu na untukmengolah kesiapan dirinya dalam belajar
menjadi manusia yang kreatiatif dan produktif.
1.5. Kesimpulan
Penanaman nilai-nilai budaya ini sekaligus memberikan soft skill kewirausahaan berbasis seni
budaya melalui kreasi seni budaya lokal. Hal ini sangat penting mengingat permasalahan generasi
muda yang mulai bergesernya nilai etika dalam berbangsa dan bernegara, memudarnya kesadaran
terhadap nilai-nilai budaya bangsa, dan melemahnya kemandirian bangsa.
Pendidikan kreativitas juga di berikan untuk mengembangkan potensi siswa berbasis kearifan
seni budaya lokal dan membentuk kompetensi wirausaha peserta didik dalam perkembangan idustri
kreatif. Hal ini di lakukan melalui pendidikan pada mata pelajaran seni budaya di sekolah dan
ekstrakulikuler yang kemudian bersinergi dengan program pemerintah serta masyarakat dalam
upaya pengembangan potensi lokal menuju keunggulan daerah pada industri kreatif
DAFTAR PUSTAKA
Al Bagdadi, Abdurahman. 1991. Seni dalam Pandangan Islam. Jakarta:Gema Insani
Arikunto, Suharsini. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Cetakan keduabelas.
Edisi V. Jakarta:PT Rineka Cipta
Banoe, Pono. 1984. Pengantar Pengetahuan Alat Musik. Jakarta:CV Baru
Hadi, Sumandiyo. 1996. Aspek-aspek Dasar Koreografi Kelompok kelompok. Yogyakarta: Manthili
Hariyono. 1996. Pemahaman Kontekstual tentang Ilmu Budaya Dasar . Jogjakarta:Kanisius.
Hurlock, Elizabeth B. 1978. Child Development Perkembangan Anak Jilid II, Edisi Keenam. Aliha
Bahasa Meitasari Tjandrasari dan Muslichah Zarkasih. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama.
Munandar, Utami. 1992. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta: PT
Gramedia Widiasarana Indonesia.
Salam, Sofyan. 2002. Paradigma dan Masalah Pendidikan Seni. Tt
Safaria, Triantoro. Panduan Mencetak Anak Super Kreatif. Jogjakarta: Platinum.
Sedyawati, Edi (ed). 1984. Tari Tinjauan dari Berbagai Segi. Jakarta: Pustaka Jaya.
Soedarsono. 1972. Djawa dan Bali: Dua Pusat Perkembangan Drama Tari Tradisional di
Indonesia . Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Sutrisno, Mudji. 1993. Estetika Filsafat Keindahan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Suroso, Cut, Kamaril, Wardani. 2001. Makalah Seminar dan Lokakarya Nasional: Konsep
Pendidikan Seni Tingkat SD-SLTP-SMU. Jakarta:Universitas Negeri Jakarta
Rohidi, dkk. 1994. Pendekatan Kesenian Seni Tari II untuk SPG. Bandung: Percetakan Offset
“Timbull” Bandung.
PROGRAM PENDIDIKAN SENI BUDAYA MENCIPTAKAN
INDUSTRI KREATIF BAGI GENERASI BANGSA
By:
ATIP NURHARINI
NIP. 197711092008012018
JURUSAN PGSD
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
OKTOBER 2015
PROGRAM PENDIDIKAN SENI BUDAYA MENCIPTAKAN INDUSTRI KREATIF
BAGI GENERASI BANGSA
Atip Nurharini Dosen PGSD UNNES ([email protected])
ABSTRAK
Sekolah adalah wahana pendidikan yang tepat dalam menanamkan nilai-nilai kebudayaan
melalui kurikulum. Kurikulum yang terdapat dalam pendidikan merupakan potensi yang besar
dalam mananamkan kebudayaan pada generasi muda dan mengembangkan industri kreatif untuk
memiliki daya saing global dalam menghadapi Indonesia emas. Program pendidikan yang terdapat
dalam kurikulum yaitu dapat dikembangkan melalui seni budaya.
Pengenalan seni budaya bangsa itu sendiri tentu tidak dengan doktrin-doktrin yang justru
menyebabakan anak memandang budaya sebagai sesuatu yang ekstrim, tetapi pengenalan seni
budaya harus disesuaikan dengan kecerdasan anak dan kemanfaatan yang akan di dapat berdasarkan
era perkembangan dunia. Hal ini bertujuan supaya seni budaya mendapat perhatian yang menarik
bagi anak sebagai generasi penerus bangsa. Berkenaan dengan hal ini perlunya sistem pendidikan
kebudayaan terpadu yang akan di berikan kepada pelajar untuk mengembangkan kreativitasnya
berbasis kearifan budaya lokal. Penanaman nilai-nilai budaya ini sekaligus memberikan soft skill
kewirausahaan berbasis seni budaya melalui kreasi seni budaya. Hal ini sangat penting mengingat
permasalahan generasi muda yang mulai bergesernya nilai etika dalam berbangsa dan bernegara,
memudarnya kesadaran terhadap nilai-nilai budaya bangsa, dan melemahnya kemandirian bangsa.
Pendidikan kreativitas juga di berikan untuk mengembangkan poteni siswa berbasis kearifan
seni budaya lokal dan membentuk kompetensi wirausaha peserta didik dalam perkembangan idustri
kreatif. Hal ini di lakukan melalui pendidikan pada mata pelajaran seni budaya di sekolah dan
ekstrakulikuler yang kemudian bersinergi dengan program pemerintah serta masyarakat dalam
upaya pengembangan potensi lokal menuju keunggulan daerah pada industri kreatif.
Kata Kunci: Pendidikan seni budaya, industri kreatif, generasi
1.1.Pendahuluan
1.2.Latar Belakang
Kebudayaan merupakan keseluruhan kompleks pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral,
hukum, adat istiadat, kemampuan dan kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan manusia sebagai
anggota masyarakat. Kebudayaan dapat melekat dalam pribadi manusia, apabila kebudayaan
tersebut dekenalkan pada diri manusia melalui bidang yang terkait dengan pendidikan. Pendidikan
merupakan tempat yang bersifat bijaksana, penuh kearifan berupa nilai, norma, etika, kepercayaan,
adat-istiadat, hukum adat, dan aturan-aturan khusus yang dapat memproduksi manusia menjadi
manusia yang produktif dan kreatif. Pendidikan tersebut di mulai dari sekolah tingkat usia dini
bahkan perguruan tinggi.
Sekolah adalah wahana pendidikan yang tepat dalam menanamkan nilai-nilai kebudayaan
yaitu dengan cara melalui kurikulum yang tersusun secara inovatif dan produktif. Salah satunya
adalah program kurikulum yang dikaitkan dengan seni budaya dengan kearifan lokal.
Kurikulum yang terdapat dalam pendidikan merupakan potensi yang besar dalam
mananamkan kebudayaan pada generasi muda dan mengembangkan industri kreatif untuk memiliki
daya saing global dalam menghadapi Indonesia emas. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang
sangat penting dalam kehidupan seseorang karena melalui pendidikan seseorang dapat
meningkatkan kecerdasan, keterampilan, mengembangkan potensi diri dan dapat membentuk
pribadi yang bertanggung jawab, cerdas dan kreatif, serta berkarakter. Program pendidikan yang
terdapat dalam kurikulum yaitu dapat dikembangkan melalui seni budaya.
Pengenalan seni budaya bangsa itu sendiri tentu tidak dengan doktrin-doktrin yang justru
menyebabakan anak memandang budaya sebagai sesuatu yang ekstrim, tetapi pengenalan seni
budaya harus disesuaikan dengan kecerdasan anak dan kemanfaatan yang akan di dapat berdasarkan
era perkembangan dunia. Hal ini bertujuan supaya seni budaya mendapat perhatian yang menarik
bagi anak sebagai generasi penerus bangsa. Berkenaan dengan hal ini perlunya sistem pendidikan
kebudayaan terpadu yang akan di berikan kepada pelajar untuk mengembangkan kreativitasnya
berbasis kearifan budaya lokal. Penanaman nilai-nilai budaya ini sekaligus memberikan soft skill
kewirausahaan berbasis seni budaya melalui kreasi seni budaya. Hal ini sangat penting mengingat
permasalahan generasi muda yang mulai bergesernya nilai etika dalam berbangsa dan bernegara,
memudarnya kesadaran terhadap nilai-nilai budaya bangsa, dan melemahnya kemandirian bangsa.
Pendidikan kreativitas juga di berikan untuk mengembangkan poteni siswa berbasis kearifan
seni budaya lokal dan membentuk kompetensi wirausaha peserta didik dalam perkembangan idustri
kreatif. Hal ini di lakukan melalui pendidikan pada mata pelajaran seni budaya di sekolah dan
ekstrakulikuler yang kemudian bersinergi dengan program pemerintah serta masyarakat dalam
upaya pengembangan potensi lokal menuju keunggulan daerah pada industri kreatif.
1.3.Perumusan Masalah
“ Bagaimanakah program pendidikan seni budaya dalam menciptakan industi kreatif Bagi generasi
bangsa?
1.4. Pembahasan
a. Pendidikan dalam Membentuk Karakter
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara” ( UU SisDikNas, BAB I :
pasal 1 ayat 1 ).
Dari pengertian di atas, jelas sekali bahwa pendidikan tidak hanya bertitik berat pada
kecerdasan intelektual saja melainkan juga pembentukan karakter anak. Pendidikan tidak hanya
sekedar proses belajar guna mengejar kecerdasan tetapi juga harus mengembangkan potensi lain
yang dimiliki peserta didik dan mendapat perhatian dari pendidik agar dapat berkembang secara
optimal.
Pendidikan karakter anak harus dikembangkan di sekolah-sekolah, khususnya di Sekolah
Dasar yang merupakan dasar pembentukan karakter atau kepribadian anak agar saat mereka
dewasa mempunyai akhlak yang baik (akhlakul kharimah).
Fenomena yang terjadi saat ini, anak kurang mengerti sopan santun dalam berbicara dan
bersikap kepada guru, orang tua ataupun orang yang lebih tua. Nilai kesopanan seakan-akan mulai
luntur di masyarakat kita, khususnya generasi penerus bangsa. Hal inilah yang harus menjadi
“koreksi” kita sebagai seorang guru dan juga didukung oleh peran orang tua dalam membentuk
karakter anak. Sangat penting dalam pembentukan karakter siswa, khususnya di tingkat Sekolah
Dasar karena anak cenderung menuruti apa yang diperintahkan dan diucapkan sang guru kepada
mereka. Anak di tingkat Sekolah Dasar lebih mengagumi, mempercayai dan bahkan meniru apapun
yang dilakukan gurunya dibandingkan orang tua mereka. Oleh sebab itu, pendidikan karakter lebih
tepat ditanamkan kepada anak saat mereka duduk di bangku Sekolah Dasar. Selain di lingkungan
sekolah penanaman karakter juga perlu di kenalkan di lingkungan keluarga. Karena di lingkungan
keluarga inilah juga membantu pembentukan karakter. Di lingkungan keluarga misalnya dengan
cara mengajarkan sopan santun berbicara dan bersikap yang baik serta orang tua harus menjadi
teladan yang baik bagi anaknya. Selain itu juga dapat dilakukan dengan memasukkan anak ke
sekolah non-formal untuk mendapat pendidikan agama (disamping pendidikan agama yang
diperoleh anak di sekolah) misalnya TPA. Penerapan pendidikan karakter berbasis akhlak di
sekolah dapat dilakukan dengan menambah ekstrakurikuler, kepramukaan dan penanaman budi
pekerti dalam kurikulum sekolah serta mengimplementasikan langsung dalam Kegiatan Belajar
Mengajar (KBM) mengenai nilai-nilai luhur bangsa kita yang berdasarkan Pancasila.
Di samping upaya di atas juga diperlukan adanya peran serta orang tua, guru serta masyarakat
dalam mendukung terwujudnya pembentukan karakter anak yang berbasis akhlak agar kelak saat
mereka dewasa akan menjadi manusia yang tidak hanya cerdas di bidang intelektual tetapi juga
cerdas di bidang spiritual. Dengan demikian Negara kita akan menjadi Negara yang bermartabat
yang mempunyai generasi penerus bangsa yang bermartabat pula sehingga tidak akan dipandang
sebelah mata oleh Negara lain serta dapat terwujudnya Tujuan Pendidikan Nasional.
b. Seni Budaya dalam Pendidikan
Dari Ensiklopedi Indonesia dipetik bahwa definisi seni yaitu penjelmaan rasa indah yang
terkandung dalam jiwa manusia, dilahirkan dengan perantaraan alat komunikasi ke dalam bentuk
yang dapat ditangkap oleh indera pendengaran (seni suara), penglihatan (seni lukis), atau dilahirkan
dengan perantaraan gerak (seni tari, drama).
Penjelmaan rasa indah terkait dengan konsep seni yang mendefinisikan bahwa seni
merupakan sebuah cara pemahaman melalui pengalaman-pengalaman artistik individu untuk
mengenali diri sendiri maupun orang lain. Melalui pengalaman-pengalaman inilah berbagai ide
muncul dalam hati dan pikiran para siswa, sehingga melalui pendidikan seni dapat ditanamkan
pemahaman dan wawasan budaya yang memungkinkan adanya internalisasi nilai-nilai budaya yang
melatarbelakangi adanya seni yang dapat menumbuhkan proses beradaptasi dan berapresiasi (Jazuli,
2008:2).
Pengalaman yang di dapat melalui aktivitas seni tidak lepas dari proses yang melibatkan
pandangan, tinjauan, penglihatan, atau penglihatan indrawi. Namun demikian pengamatan pada seni
tidak terbatas pada penglihatan inderawi saja, tetapi termasuk pula melibatkan penglihatan intuitif
dan rasa (feeling) yang menyusup ke dalam seni melalui alat indera. Dalam hal ini menunjukkan
bahwa pengamatan pada sebuah hasil seni bukan sekedar melihat barang mati, tetapi melihat jiwa
hidup yang bergerak secara berubah-ubah. Oleh karena itu menyaksikan sebuah hasil seni tidak
cukup dengan mata kepala, namun juga dengan mata hati agar dapat menembus wujud yang kasat
mata (Suwaji, 1992:4).
Pengaruh seni pada sang penikmat seni memberikan pengalaman estetika yang menjangkau
proses kesadaran si pencipta seni sebelum, selama, dan sesudah orang mengalami keindahan seni.
Pengalaman yang di dapat senantiasa membawa kesan, pengalaman, dan pemikiran tertentu,
sehingga penghayat seni mampu mengendalikan emosi-emosi yang ada di dalam hidupnya dan
mendapatkan arahan dan isi baru yang sebelumnya belum pernah dirasakan atau dilakukan (Greg
Soetomo, 2003:14-15)
Pada teori modern memunculkan berbagai teori seni yang membahas fungsi dan kedudukan
manusia sebagai pencipta suatu karya seni, sehingga karya itu menimbulkan aesthetic experience
(pengalaman estetis) pada manusia yang menyaksikan. Menurut Collingwood 1958 (dalam
Djelantik 1999:129) bahwa seni ekspresi, penuangan dari emosi sang pencipta bertujuan sebagai
komunikasi (ekspresi, penuangan perasaan agar sampai kepada orang).
Berpangkal dari teori tersebut menghasilkan suatu pendekatan ekspresi di dalam
pelaksanaan kegiatan seni. Sepertihalnya seni dalam pembelajaran mencerminkan berbagai peran
yang dapat mengembangkan kemampuan dasar siswa seperti fisik perceptual, intelektual,
emosional, social, kreativitas, dan estetik. Definisi tersebut menunjukkan bahwa semakin anak
dilatih dan dibina secara intensif dan continue, memasukkan jiwa seni ke dalam kehidupannya
senantiasa akan menghasilkan suatu hasil yang maksimal. Hasil yang dicapai dipengaruhi oleh
kreativitas yang menunjang intelektual yang tinggi. Perlunya pelatihan dan pembinaan dapat
dimulai sejak anak lahir sampai menginjak sekolah.
Pada masa anak mulai mengenyam pendidikan di sekolah misalnya masa sekolah dasar,
anak diharapkan memperoleh pengetahuan dasar yang dipandang sangat esensial bagi persiapan
dan penyesuaian diri terhadap kehidupan di masa dewasa. Anak diharapkan mempelajari tentang
seni menghargai, dan seni mencintai terhadap hasil karya sendiri maupun hasil karya orang lain.
Hasil karya yang diciptakan sendiri dapat melatih anak terhadap suatu keterampilan-keterampilan
tertentu (Hurloc, 1979). Adanya keterampilan-keterampilan secara otomatis telah memasukkan jiwa
seni kepada bidang studi lain misalnya seni menghitung (aritmatika), seni menulis (karya sastra),
menanam bunga (biologi), seni gerak (menari), dan seni bunyi (bermain musik). Fenomena tersebut
menunjukkan bahwa anak bisa berkreasi, beraktivitas, meningkatkan kemampuan mental dan
menghargai hasil karya sendiri dan orang lain.
c. Model Pembelajaran Seni Budaya yang Kreatif dan Produktif
Konsep diri pelajar yang ingin di kembangkan dalam pendidikan seni budaya dalam
menciptakan indusrti kreatif bagi generasi bangsa adalah:
1.
Pelajar memahami seni budaya sebagai indentitas diri dan identitas bangsa melalui
pemahaman terhadap budaya.
2.
Menjadikan kearifan seni budaya sebagai filter menghadapai era globalisasi melalui guru,
peran orang tua dan masyarakat.
3.
Kreativitas pelajar di kembangkan melalui materi pelajaran seni budaya baik itu meliputi seni
musik, seni tari, seni rupa dan kerajinan tangan dengan berbasis produk kerajinan khas lokal
untuk di pelajari dan inovasi sebagai produk yang termasuk dalam industri kreatif.
4.
Lewat Ekstrakulikuler di ajarkan skill kewirausahaan berbasis seni budaya dengan kearifan
lokal supaya siswa belajar mandiri dan produktif.
Contoh dalam pendidikan seni tari yaitu pembelajaran seni tari sebagai sarana pendidikan
kreatif secara konseptual bertujuan untuk mengembangkan aspek apresiasi estetika, etika dan
kreatif. Secara psikologis, di dalam pembelajaran seni tari khususnya dalam penciptaan karya tari
memiliki pengakuan terhadap bentuk kepribadian karya seseorang. Selain itu, juga mengembangkan
bentuk kreativitas, karena kreativitas merupakan satuan potensi yang ada pada diri manusia. Bentuk
kreativitas yang diajarkan yaitu kreatifitas dalam menari, menciptakan tarian, mempopulerkan
pertunjukan tari, mengkritik pertunjukan tari, bahkan kreativitas dalam tata busana dan make up.
Kegiatan seni musik contohnya mengajarkan menyanyi, membuat aransemen musik,
memainkan alat musik, dan memanajemen pertunjukan musik. Selain itu juga bisa memengenalkan
cara pembuatan alat musik seperti angklung dan pembuatan kerajinan miniatur angklung dalam
bentuk mangket dan aksesoris gantungan kunci dan pin angklung. Kemudian dalam nilai-nilai dan
norma, semboyan asah, asih dan asuh di aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari melalui
pengajaran dari keluarga dan masyarakat. Secara parsial beberapa sekolah seperti Bandung,
Semarang, Blora, Surabaya sudah mulai melakukan pendidikan seni budaya berbasis kearifan lokal
dengan menanamkan industri produktif bagi siswanya.
Dalam pembelajaran seni budaya menyandarkan pada 5 (Lima) pilar yang harus ditanamkan
bagi siswa untuk selalu kreatif dan produktif diantaranya adalah :
1.
Pengembangan akhlak melalui teladan (Learning by Qudwah)
2.
Pengembangan Kreativitas melalui kegiatan Leraning by Games
3.
Pengembangan logika dan daya cipta melalui Expreriental Learning
4.
Pengembangan kepemimpinan dengan metode Outbond Training
5.
Pengembangan karakter mandiri (entrepreneurship games)
Sedangkan untuk pembelajaran seni rupa sebagai kelompok mata pelajaran estetika
didalamnya memiliki tujuan untuk meningkatkan sensitivitas, kemampuan mengekspresikan dan
kemampuan
mengapresiasi
keindahan
dan
harmoni.
Kemampuan
mengapresiasi
dan
mengekspresikan keindahan serta harmoni mencakup apresiasi dan ekspresi, baik dalam kehidupan
individual, sehingga mampu menikmati dan mensyukuri hidup, maupun dalam kehidupan
kemasyarakatan, dan mampu menciptakan kebersamaan yang harmonis.
Standar kompetensi seni rupa berisi mengapresiasi karya seni rupa memberi dasar-dasar
pembinaan apresiasi seni rupa. Dalam standar kompetensi ini dapat mengenal, memahami, dan
menafsirkan hasil karya seni rupa anak, dan kompetensi dasarnya adalah karakteristik hasil karya
seni rupa anak yang terdiri dari tipologi, periodisasi, dan evaluasi karya anak serta menampilkan
sikap apresiatif terhadap karya seni rupa
Berkarya seni rupa pada dasarnya adalah proses membentuk gagasan dan mengolah media
seni rupa untuk mewujudkan bentuk-bentuk atau gambaran-gambaran yang baru. Untuk
membentuk gagasan, siswa perlu dilibatkan dalam berbagai pendekatan seperti menggambar,
mengobservasi, mencatat, membuat sketsa, berekspresimen, dan menyelidik gambar-gambar atau
bentuk-bentuk lainnya. Selain itu, siswa juga perlu dilibatkan dalam proses pengamatan terhadap
masalah pribadi, realitas sosial, tema-tema universal fantasi dan imajinasi.
Pendidikan keterampilan dan kerajinan tangan dengan cara memberikan bimbingan kepada
anak, agar memiliki kemampuan dalam hal membuat, mencipta dan memasarkan produk-produk
kerajinan lokal serta melakukan sesuatu dengan baik/cermat terhadap sumber-sumber yang ada di
lingkungan menjadi barang-barang kerajinan yang bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan.
Kemampuan dasar yang dikembangkan melalui materi seni budaya meliputi: 1) fisik, 2)
perseptual, 3) pikir atau intelektual, 4) cipta, kreativitas, 5) emosi, 6) sosial, 7) estetika.
Kemampuan-kemampuan dasar tersebut bergu na untukmengolah kesiapan dirinya dalam belajar
menjadi manusia yang kreatiatif dan produktif.
1.5. Kesimpulan
Penanaman nilai-nilai budaya ini sekaligus memberikan soft skill kewirausahaan berbasis seni
budaya melalui kreasi seni budaya lokal. Hal ini sangat penting mengingat permasalahan generasi
muda yang mulai bergesernya nilai etika dalam berbangsa dan bernegara, memudarnya kesadaran
terhadap nilai-nilai budaya bangsa, dan melemahnya kemandirian bangsa.
Pendidikan kreativitas juga di berikan untuk mengembangkan potensi siswa berbasis kearifan
seni budaya lokal dan membentuk kompetensi wirausaha peserta didik dalam perkembangan idustri
kreatif. Hal ini di lakukan melalui pendidikan pada mata pelajaran seni budaya di sekolah dan
ekstrakulikuler yang kemudian bersinergi dengan program pemerintah serta masyarakat dalam
upaya pengembangan potensi lokal menuju keunggulan daerah pada industri kreatif
DAFTAR PUSTAKA
Al Bagdadi, Abdurahman. 1991. Seni dalam Pandangan Islam. Jakarta:Gema Insani
Arikunto, Suharsini. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Cetakan keduabelas.
Edisi V. Jakarta:PT Rineka Cipta
Banoe, Pono. 1984. Pengantar Pengetahuan Alat Musik. Jakarta:CV Baru
Hadi, Sumandiyo. 1996. Aspek-aspek Dasar Koreografi Kelompok kelompok. Yogyakarta: Manthili
Hariyono. 1996. Pemahaman Kontekstual tentang Ilmu Budaya Dasar . Jogjakarta:Kanisius.
Hurlock, Elizabeth B. 1978. Child Development Perkembangan Anak Jilid II, Edisi Keenam. Aliha
Bahasa Meitasari Tjandrasari dan Muslichah Zarkasih. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama.
Munandar, Utami. 1992. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta: PT
Gramedia Widiasarana Indonesia.
Salam, Sofyan. 2002. Paradigma dan Masalah Pendidikan Seni. Tt
Safaria, Triantoro. Panduan Mencetak Anak Super Kreatif. Jogjakarta: Platinum.
Sedyawati, Edi (ed). 1984. Tari Tinjauan dari Berbagai Segi. Jakarta: Pustaka Jaya.
Soedarsono. 1972. Djawa dan Bali: Dua Pusat Perkembangan Drama Tari Tradisional di
Indonesia . Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Sutrisno, Mudji. 1993. Estetika Filsafat Keindahan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Suroso, Cut, Kamaril, Wardani. 2001. Makalah Seminar dan Lokakarya Nasional: Konsep
Pendidikan Seni Tingkat SD-SLTP-SMU. Jakarta:Universitas Negeri Jakarta
Rohidi, dkk. 1994. Pendekatan Kesenian Seni Tari II untuk SPG. Bandung: Percetakan Offset
“Timbull” Bandung.