Studi Etnografi Mengenai Budaya Literasi di Desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan

BAB II
KEADAAN BUDAYA LITERASI
DI DESA PERCUT

2.1.

Konsep Budaya Literasi
Literasi dapat diartikan sebagai kemampuan membaca dan menulis atau

keberaksaraan. Literacy merupakan kemampuan menggunakan membaca dan
menulis dalam melaksanakan tugas-tugas yang bertalian dengan dunia kerja dan
kehidupan di luar sekolah. Istilah literasi visual (visual literacy) ini pertama sekali
digunakan oleh seorang penulis bernama John Debes (1968).Kirsch dan Jungeblut
dalam bukunya Literacy: Profile of America’s Young Adults menyebutkan literasi
kontemporer sebagai kemampuan seseorang dalam memanfaatkan informasi
tertulis atau cetak untuk mengembangkan pengetahuan sehingga mendatangkan
manfaat bagi masyarakat luas.
Budaya literasi merupakan cerminan suatunegara. Budaya literasi dapat
m enjadi salah satu aspek yang m enentukan tinggi rendahnya kualitas sum ber
daya m anusia (SDM) di negara tersebut. Kebiasaan berliterasi sejak dini akan


memberikan pengaruh terhadap seseorang baik saat ini maupun yang akan datang.
Dewasa ini konsep literasi memiliki arti yang luas, literasi tidak lagi bermakna
tunggal melainkan sudah memiliki beragam arti. Seperti misalnya literasi
komputer (computer literacy), literasi media (media literacy), literasi teknologi
(technology literacy), literasi ekonomi (economy literacy), literasi informasi
(information literacy), bahkan ada literasi moral (moral literacy).

Universitas Sumatera Utara

Di kelompok masyarakat pesisir percut kata literasi masih menjadi kata
asing yang belum pernah mereka dengar. Hanya sebagian saja yang paham apa itu
literasi. Literasi secara sederhana mereka artikan sebagai kegiatan membaca dan
menulis. Menurut mereka apabila ingin bisa menulis maka harus bisa membaca.
Dari wawancara-wawancara yang dilakukan dapat di simpulkan bahwa membaca
adalah untuk memperoleh pengetahuan, membaca sebagai ibadah, dan membaca
untuk mengisi waktu luang.

2.1.1. Membaca Untuk Memperoleh Pengetahuan
Membaca untuk memperoleh pengetahuan disampaikan oleh Ely (24
tahun) yang merupakan alumni Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.

Membaca untuk memperoleh pegetahuan dalam pandangan Ely adalah ketika
membaca akan menemukan pengetahuan baru yang bisa mereka dapat dari bahan
bacaan yang mereka baca tersebut. Pengetahuan bisa meliputi pengetahuan umum,
pengetahuan agama dan informasi terkini.
“Dengan membaca kita bisa memperoleh pengetahuan baru sesuai
dengan buku yang kita baca. Bisa buku agama, buku-buku umum, dan
wacana yang sedang berkembang saat ini. Informasi tentang cara masak
juga saya dapat dari membaca majalah. (Ely, 24 tahun)”
Seperti halnya Elly, Maulidayani (20, Tahun) yang merupakan seorang
mahasiswa di Universitas Negeri Medan (UNIMED) mengatakan bahwa
membaca itu sebagai cara untuk memperoleh wawasan yang lebih luas. Istilah
buku sebagai jendela dunia benar-benar dia rasakan ketika dia sedang membaca
buku.

Universitas Sumatera Utara

“Pendidikan sangat penting untuk generasi penerus bangsa.
Dari pendidikan bisa mengantarkan pemuda untuk meraih masa
depan yang lebih baik. Dengan membaca wawasan kita lebih
luas. Membaca membuat saya lebih percaya diri saat berbicara

formal dengan orang lain. Dari membaca saya bisa menggali
informasi banyak yang tersebar di dunia dan saya merasa
denganmembaca bisa mengenal dunia lebih luas”
(Maulidayani, 20 Tahun).
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Willy (23, Tahun). Willy
merupakan seorang mahasiswa Psikologi di Universitas Medan Area. Willy
mengatakan bahwa keberaksaraan sangat penting di jaman seperti sekarang.
Semua orang berkompetisi untuk memperoleh pekerjaan yang layak dan anakanak pesisir harusnya tidak kalah dengan anak-anak di Kota dalam berkompetisi.
Untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik anak-anak harus
menempuh pendidikan yang tinggi. Anak-anak pesisir tidak boleh kalah
berkompetisi, maka dari itu harus sekolah dan mampu membaca. Semua
anak di Indonesia berhak mengikuti pendidikan yang tinggi sesuai yang
ada di dalam undang-undang negara kita” (Willy, 23 tahun)
Dari kutipan wawancara di atas dapat diartikan bahwa membaca
merupakan cara seseorang untuk memperoleh informasi dan pengetahuan.
Membaca dapat menambah kemampuan seseorang dalam berbicara dan
beradaptasi. Dengan membaca dapat meningkatkan kecerdasan verbal 9 dan
linguistik 10 seseorang karena membaca memperkaya kosakata 11. Dengan literasi
juga maka seseorang akan memperoleh kehidupan dan pekerjaan yang lebih layak.
Definisi ini sesuai dengan pendapat Sudarso (1996: 4), membaca adalah

tidak hanya sekedar membunyikan lambang-lambang bunyi bahasa yang tertulis.
Membaca adalah aktivitas yang kompleks yang mengarahkan sejumlah besar
tindakan yang berbeda- beda. Membaca bisa mempengaruhi kemampuan berpikir
9

Secara lisan (bukan tulisan)
Ilmu tentang bahasa
11
Perbendaharaan kata
10

Universitas Sumatera Utara

seseorang untuk mendapatkan gagasan yang inovatif dan solusi kreatif serta bisa
membuat seseorang mampu berkomunikasi dengan baik melalui tutur kata yang
sopan dan akurat dan juga memiliki wawasan yang luas tentang apa yang akan
disampaikannya.

2.1.2. Membaca Untuk Ibadah
Ibadah secara etimologi adalah perbuatan menyembah atau menghamba

dengan penuh kecintaan. Ibadah dalam agama islam adalah perbuatan untuk
menyatakan bakti kepada Allah yang didasari ketaatan mengerjakan perintah-Nya
dan menjauhi larangan-Nya. Dalam agama islam perintah beribadah difirmankan
Allah di dalam Al-Quran yang berbunyi “Tidak aku ciptakan jin dan manusia
kecuali untuk beribadah kepadaku” (QS. Adz. Dzariyat;56). Artinya beribadah
menjadi kewajiban yang harus ditegakkan seseorang yang mempercayai agama
islam dan adanya Allah.
Menurut Abdullah At Tuwaijry (2007) ibadah digunakan hambanya untuk
2 hal yaitu,
a)

Menyembah, yaitu merendahkan diri kepada Allah SWT
denganmelakukan segala perintah-Nya dan menjauhi segala
larangan-Nya karenarasa cinta dan mengagungkan-Nya.

b)

Yang disembah dengannya, yaitu meliputi segala sesuatu yang
dicintai dan diridhahi oleh Allah SWT berupa perkataan dan
perbuatan, yang nampak dan tersembunyi seperti, doa, zikir, shalat,

cinta, dan sebagainya.

Universitas Sumatera Utara

Dalam konteks agama islam menurut Edi Suresman, ibadah mempunyai 3
fungsi utama yaitu,
1. Sebagai bentuk realisasi bagi manusia yang diberi tanggung jawab oleh
Allah menjadi khalifah dan hamba Allah di muka bumi.
2. Sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kualitas komunikasi vertikal
dengan Sang Khaliq.
3. Meningkatkan derajat manusia di mata Allah.
Ibadah dalam pandangan masyarakat di Desa Percut memiliki artian
sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah yang sudah memberi limpahan rezeki.
Ibadah diartikan sebagai cara bersyukur seorang hamba terhadap Tuhannya. Sama
seperti umat muslim lainnya, umat muslim di Desa Percut juga melaksanakan
ibadah rutin shalat, mengaji, berpuasa, zakat, dan haji. Dari ibadah-ibadah yang
dilakukan masyarakat di Percut, ibadah yang berkaitan dengan literasi menurut
mereka adalah Shalat dan membaca Al-Quran.
Shalat adalah bentuk ibadah yang rutin dilakukan oleh umat muslim setiap
harinya. Shalat sebagai rukun islam yang kedua merupakan suatu kewajiban yang

harus dilakukan seseorang pemeluk agama islam. Shalat dalam pengetahuan saya
adalah cara berkomunikasi dengan Allah melalui bacaan-bacaan serta gerakan.
Saat penelitian ini dilakukan peneliti ikut bersama masyakarat dalam
menjalankan shalat. Shalat dilaksanakan secara berjamaah di mesjid yang ada di
dusun 18 (delapan belas). Selama peneliti di sana, mesjid selalu dipenuhi oleh
warga yang melakukan shalat berjamaah. Pada siang hari yang merupakan jam

Universitas Sumatera Utara

kerja, yaitu shalat dzuhur dan ashar mesjid juga selalu penuh. Mesjid umumnya
diisi oleh laki-laki baik yang masih anak-anak hingga yang sudah tua. Saya
melihat agama begitu melekat dengan keseharian masyarakat di Desa ini. Menurut
salah seorang informan dalam penelitian ini, agama memang sangat melekat
dalam kehidupan masyarakat suku melayu. Menurutnya anak-anak sejak kecil
sudah diajarkan shalat, membaca al-quran dan belajar agama.
“Sejak kecil anak-anak sudah diajarkan shalat, agama, dan
mengaji. Jadi wajar aja kalau di sini mesjid penuh terus apalagi
kalau bulan puasa gini” (Rojai, 29 Tahun).
Rojai yang berprofesi sebagai guru mengaji di Madrasah Diniyah
Awaliyah Persil ini mengatakan bahwa shalat merupakan tiang agama yang harus

ditegakkan. Agama semakin kokoh apabila shalat tetap dilaksanakan oleh umat
muslim. Selama umat muslim masih ada di dunia, adzan tidak akan pernah
terputus di dunia ini menurutnya.
Konsep literasi dalam pandangan mereka adalah termasuk dalam
menghafal bacaan-bacaan dalam shalat. Bacaan-bacaan shalat yang mereka baca
pada saat shalat tersebut mengartikan bahwa mereka sudah berliterasi. Bacaanbacaan ini yang mereka anggap membawa pahala dan merupakan suatu ibadah.
Membaca Al-Quran merupakan bentuk ibadah yang pertama kali
diturunkan oleh Allah melalui Nabi Muhammad untuk umatnya. Perintah
membaca diturunkan oleh Allah lalu dituliskan di dalam Al-Quran surat Al-Alaq
ayat 1 sampai 5 yang berbunyi,

Universitas Sumatera Utara

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
Tuhanmulah yang Maha pemurah, yang mengajar (manusia) dengan
perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya”
Membaca Al-Quran merupakan amalan yang sangat mulia seperti amalan
shalat. Dalam Al-Quran terkandung pengetahuan-pengetahuan duniawi maupun

agamawi yang tersembunyi. Pengetahuan akan didapatkan seseorang apabila
mampu membaca dan menafsirkan Al-Quran secara benar.
Seperti halnya shalat, membaca Al-Quran menjadi ibadah yang wajib
dilakukan oleh masyarakat di percut yang beragama islam. Membaca Al-Quran
biasanya mereka lakukan setiap sebelum shalat dan setelah shalat. Membaca AlQuran ini dilakukan baik di mesjid, rumah, atau tempat pengajian. Mengaji atau
membaca Al-Quran rutin dilakukan oleh anak-anak maupun orang dewasa di
percut. Mengaji menurut pandangan mereka merupakan bentuk dari literasi,
karena ada yang dibaca dan ada yang dipahami. Mengaji Al-Quran juga berliterasi
dikarenakan umat muslim juga harus menafsirkan isi dalam Al-Quran tersebut.
Pada saat penelitian ini dilakukan, saya selalu melihat Bang Jai mengaji
pada saat selesai subuh. Dia mengatakan untuk selalu menyempatkan membaca
Al-quran setiap subuh untuk mengirim doa ke orang tua dia yang memang sudah
lama meninggal.
Membaca al-quran menurutnya salah satu cara dia membalas budi kepada
orangtuanya. Balas budi yang belum sempat dia berikan semasa orang tuanya

Universitas Sumatera Utara

masih hidup diganti dengan mengirim doa selalu dengan membaca ayat-ayat Alquran. Dia sebagai seorang guru mengaji harus tetap mengasah kemampuan
membacanya. Dia tidak mau mengajarkan kesalahan-kesalahan yang tidak

disengaja, apalagi yang diajarkan adalah ilmu agama.
Guru mengaji punya tanggungjawab di akhirat karena yang diajarkan
agama. Kalau salah mengajarkan akan terus salah sampai akhirat. Jadi
aku setiap hari harus mengaji biar gak salah-salah (Jai, 29 tahun).”
Siang ini saya ikut ke tempat dia mengajar mengaji. Di sana dia terlihat
lebih tua karena anak didiknya memanggil bapak. Bang jai terlihat canggung saat
mengajar, mungkin karena ada saya. di tempat mengaji suasana terlihat antusias,
anak-anak mengaji dengan lantang tapi tak sedikit juga mereka sambil mengobrol
dengan teman-temannya. Mengaji di sini hanya sampai menjelang sholat ashar
saja
Selain mengaji Al-Quran, masyarakat juga mengaji bahan-bahan bacaan
lain seperti buku aqidah, fiqih, dan yang berkaitan dengan agama. Membaca
bahan-bahan agama ini mereka anggap sebagai ibadah yang dapat menambah
pengetahuan mereka tentang agama. Saat penelitian ini dilakukan, memang bahan
bacaan yang dimiliki masyarakat adalah AL-Quran dan buku-buku fiqih.

2.1.3. Membaca Sebagai Hiburan
Hiburan merupakan segala sesuatu berupa hal-hal menarik yang bisa
berbentuk kata-kata, games, tempat dan lainnya yang dapat membantu seseorang
mengembalikan semangatnya saat dilanda kesedihan atau kegalauan. Hiburan

yang umum adalah berupa film, opera, seni drama, permainan, olahraga, bahkan

Universitas Sumatera Utara

berwisata. Menghibur diri biasanya dilakukan saat seseorang sedang sedih, galau,
dan sendirian.
Membaca dapat dikatakan sebagai hiburan seseorang saat sedang sendiri
dan memiliki waktu luang. Hasil wawancara saya dengan Zainuddin (27, Tahun)
menyimpulkan bahwa membaca di waktu luang menurutnya sebagai cara untuk
menghibur diri. Membaca majalah yang penuh dengan gambar menghilangkan
rasa jenuh kalau tidak sedang bekerja menurutnya.
“Aku baca kalau tiada ulah untuk mengisi waktu kosong pas
gak melaut atau di mesjid. Itupun yang kubaca buku-buku
majalah kalau di mesjid buku fiqih dan buku-buku agama aja”
Zainuddin (27, Tahun)
Dari kutipan wawancara di atas dapat diartikan bahwa membaca bukan
hanya untuk memperoleh informasi atau pengetahuan dari bahan bacaan yang
dibaca melainkan sebagai cara seseorang untuk mengisi waktu luang atau pada
saat tidak bekerja.

2.2

Kepemilikan Bahan Bacaan pada Masyarakat Desa Percut

2.2.1

Bahan Bacaan Agama
Buku agama adalah buku yang berisi tentang kepercayaan dan praktik

yang berhubungan dengan hal-hal yang suci. Buku-buku ini berisi muatan yang
mengatur tentang tata cara mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa. Buku-buku
agama untuk di daerah pedesaan seperti pesisir Percut lebih banyak dimiliki
daripada buku-buku lain seperti buku ilmiah atau buku-buku umum.

Universitas Sumatera Utara

Pesisir Percut yang mayoritas bersuku melayu adalah beragama islam.
Kebudayaan Melayu yang memeluk agama islam secara garis besar
tidak pernah bisa dilepaskan dari sejarah pengaruh Islam di semenanjung
Sumatra dan Malaysia di masa lampau. Hingga saat ini, hampir semua masyarakat
yang bersuku melayu adalah beragama islam.
Ketika kita berkunjung ke rumah warga di Percut maka bahan bacaanyang
bisa kita temukan adalah Al-Quran, buku Yasin dan sejenisnya. Saat peneliti
mengunjungi dan melakukan wawancara dengan pemilik rumah maka mereka
menjawab hanya ada Al-Quran dan buku Yasin saja.
“Kalau Al-Quran semua rumah di sini pasti punya. DanSelesai
shalat aku memang baca Al-Quran. Baca Al-Quran ini sekalian
kirim doa untuk orang tua aku yang udah meninggal. Kalau pun
baca buku, ya buku-buku fadillah aja yang aku baca karna itu
yang aku suka”. (Roja’i, 29 Tahun).
Dari kutipan hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa literasi agama
lebih dominan di Desa Percut. Kesadaran masyarakat untuk membaca bahan
bacaan ilmiah atau bahan bacaan umum yang dapat memperkaya wawasan masih
rendah. Menurut Roja’i buku-buku ilmiah hanya bisa didapatkan di sekolah atau
taman baca saja. Ketersediaan bahan bacaan lain seperti koran dan majalah juga
sangat sedikit jumlahnya. Selama peneliti di lapangan dan melakukan observasi
tidak ada kios atau warung yang menjual koran atau majalah. Kebanyakan hanya
menjual buku tulis dan beberapa saja yang menjual Teka Teki Silang (TTS).
Kepemilikan bahan bacaan yang masih sedikit ini tentu tidak sebanding dengan
kebutuhan membaca masyarakat pada saat ini yang semakin kompetitif.

Universitas Sumatera Utara

2.3.

Sarana Baca

2.3.1. Perpustakaan Sekolah
Menurut Sutarno NS (2006 : 11) Perpustakaan adalah suatu ruangan,
bagian dari gedung atau bangunan, atau gedung tersendiri, yang berisi buku-buku
koleksi, yang disusun dan diatur sedemikian rupa, sehingga mudah untuk dicari
dan dipergunakan sewaktu-waktu diperlukan oleh pembaca. Perpustakaan sekolah
adalah perpustakaan yang ada di sekolah sebagai sarana pendidikan untuk
menunjang pencapaian tujuan pendidikan prasekolah, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah serta memberi pelayanan kepada murid dan guru dalam
proses belajar mengajar (Soeatminah, 1992 : 37).
Perpustakaan sekolah menjadi bagian yang sangat penting dalam proses
pendidikan kepada peserta didik. Untuk

pengembangan literasi, proses

pengajaran, proses pembelajaran dan membentuk budaya membaca kepada
peserta didik, perpustakaan sekolah harus berjalan dengan optimal dan sesuai
fungsinya. Perpustakaan menurut Darmono (2007) memiliki fungsi sebagai:
1. Fungsi Informatif
Perpustakaan sekolah menyediakan berbagai informasi yang
meliputi bahan tercetak, maupun elektronik agar pemustaka dapat :
a. Memperoleh ide dari buku yang ditulis oleh para ahli berbagai
bidang ilmu.
b. Memilih informasi yang relevan sesuai dengan kebutuhannya.
c. Memiliki kesempatan untuk memdapatkan berbagai informasi yang
dibutuhkan di perpustakaan.

Universitas Sumatera Utara

d. Memperoleh informasi yang disediakan di perpustakaan untuk
mengatasi masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari di
masyarakat.
2. Fungsi Pendidikan
Perpustakaan menyediakan berbagai informasi yang meliputi bahan
tercetak maupun elektronik sebagai sarana untuk menerapkan tujuan
pendidikan. Manfaat yang diperoleh dari fungsi pendidikan adalah :
a. Pemustaka mendapat kesempatan mendidik diri sendiri secara
berkesinambungan.
b. Pemustaka dapat membangkitkan dan mengembangkan minat yang
telah dimiliki dengan mempertinggi kreatifitas dan kegiatan
intelektual.
c. Pemustaka

dapat

mempercepat

penguasaan

dalam

bidang

pengetahuan dan teknologi baru.
3. Fungsi kebudayaan
Perpustakaan menyediakan berbagai informasi yang meliputi bahan
tercetak dan elektronik yang dimanfaatkan pemustaka untuk:
a. Meningkatakan taraf hidup secara individual maupun kelompok.
b. Membangkitkan minat terhadap kesenian dan keindahan.
c. Mengembangkan sikap untuk menunjang kehidupan antar budaya
yang harmonis.
d. Menumbuhkan budaya baca sebagai bekal penguasaan alih
teknologi.
4. Fungsi Rekreasi

Universitas Sumatera Utara

Perpustakaan menyediakan berbagai informasi yang meliputi
koleksi tercetak maupun elektronik untuk:
a. Menciptakan kehidupan yang seimbang antara jasmani dan rohani.
b. Mengembang minat rekreasi pemustaka melalui berbagai bacaan
dan pemanfaatan waktu senggang.
c. Menunjang berbagi kegiatan kreatif serta hibuaran yang positif.
5. Fungsi Penelitian
Perpustakaan menyediakan berbagai informasi untuk menunjang
penelitian. Informasi meliputi berbagai jenis dan bentuk informasi
sesuai yang dibutuhkan oleh peneliti.
6. Fungsi Deposit
Perpustakaan memiliki fungsi deposit yaitu menyimpan dan
melestarikan bahan pustaka yang dimiliki perpustakaan sekolah.
Di Percut sekolah Al-Washliyah memiliki perpustakaan namun kondisinya
sangat memprihatinkan. Tidak adanya petugas perpustakaan yang menjaga serta
bahan bacaan yang kurang bisa dikategorikan bahwa kesadaran masyarakat akan
keberaksaraan masih rendah. Belum lagi tempatnya yang tidak layak untuk
menjadi sarana membaca siswa. Di perpustakaan ini bisa kita lihat karung semen
bertumpuk serta bangku-bangku patah yang diletakkan di sudut-sudut
perpustakaan. Perpustakaan ini layaknya seperti tempat penyimpanan barangbarang yang sudah tidak terpakai. Kain jendela dan kain pintu terlihat kotor dan
tidak terurus. Ruangan perpustakaan berukuran 3 m x 3 m bisa dipastikan tidak
pernah dikunjungi siswa. Buku-buku berserakan di rak dan lemari-lembari buku
menunjukkan bahwa perpustakaan ini tidak terurus.

Universitas Sumatera Utara

Foto 2: Lemari buku di Perpustakaan sekolah Al-Washliayh,
Percut

Gambar di atas menunjukkan bahwa kondisi sarana baca yang tidak layak
serta tidak adanya aktivitas di perpustkaan ini menambah daftar temuan literasi
yang belum berkembang.

2.3.2. Taman Bacaan Masyarakat Rumah Baca Bakau

Taman bacaan masyarakat merupakan salah satu bentuk pendidikan
berbasis masyarakat. Taman bacaan masyarakat diartikan sebagai sebuah wadah
yang bergerak dalam bidang pendidikan yang mempunyai tujuan memberikan
akses layanan bahan bacaan bagi masyarakat dalam rangka mendorong dan
menumbuhkembangkan masyarakat gemar membaca dan menulis.

Taman bacaan masyarakat yang terdapat di Desa Percut adalah taman
bacaan masyarakat Rumah Baca Bakau (RBB). Letaknya berada di pesisir pantai

Universitas Sumatera Utara

timur sumatera utara tepatnya di Dusun 18 Desa Percut, Kec. Percut Sei Tuan,
Kab. Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Rumah Baca Bakau merupakan
sebuah inisiatif dari seorang aktivis sosial Bapak Ismail, S.Hut, MA untuk
mengabdi dan berbagi kepada anak-anak nelayan di pesisir pantai timur Sumatera
Utara. Berdiri sejak awal tahun 2012 dan mulai beroperasi secara resmi pada
tanggal 8 Juli 2012. Rumah Baca Bakau kini sudah menjadi taman bacaan
masyarakat yang terkenal dan banyak diketahui orang.

Rumah baca bakau

menyediakan akses layanan bahan bacaan, pendidikan untuk anak-anak pesisir,
serta menjadi pusat informasi lingkungan yang menyediakan berbagai informasi
dan pengetahuan. Rumah Baca Bakau secara garis besar adalah wahana untuk
belajar, bermain dan berbagi untuk anak-anak serta masyarakat pesisir di desa
Percut Sei Tuan.

Rumah Baca Bakau diibaratkan sebagai

perahu nelayan yang ingin

mengarungi lautan guna menuju samudera pengetahuan yang lebih luas. Di rumah
baca ini, anak-anak saling menyelami dan memaknai kata “BACA” yang berarti
belajar tiada henti. Saat wawasan dan pengetahuan mengiringi pertumbuhan
kehidupan anak-anak nelayan di pesisir Percut, maka akan melahirkan generasigenerasi yang cerdas dan berani meraih mimpi dan cita-cita mereka 12.

Menumbuhkan minat baca adalah awal untuk membentuk masyarakat
yang pintar, cerdas dan peduli terhadap kehidupannya sendiri dan lingkungan
sekitarnya. Stigma bahwa kebanyakan masyarakat pesisir hidup dalam
keterbelakangan, bodoh, miskin dan cenderung pragmatis membuat tak banyak

12

Sumber: Dokumen Profil Rumah Baca Bakau

Universitas Sumatera Utara

kepedulian hadir di tengah-tengah kehidupan anak-anak nelayan ini. Untuk itulah
Rumah Baca Bakau berdiri untuk mendorong dan membangun masayarakat yang
cerdas dengan memberikan akses pelayanan terhadap buku dan ruang berkembang
bagi anak-anak nelayan di pesisir Percut.

“Kita dirikan ini untuk meningkatkan kemampuan membaca,
menulis dan pengembangan bakat untuk anak-anak pesisir
sesuai dengan level dan kapasitas anak-anak diusianya. Hal ini
tentunya tidak jauh seperti apa yang diinginkan lembaga pilar
sebagai pendiri Rumah Baca Bakau. Rumah Baca Bakau hadir
atas kegelisahan saya melihat anak-anak Percut berkeliaran
dijam sekolah.” (Ismail, S.Hut, MA)
Jika dilihat Rumah Baca Bakau terbilang serius dalam upaya
menumbuhkembangkan keberaksaraan di Desa ini. Dari aktivitas literasi yang
diupayakan serta kepemilikan bahan bacaan

yang cukup menjadi indikator

keseriusan Rumah Baca Bakau dalam berupaya. Pada tahun 2014 Rumah Baca
Bakau mendapatkan penghargaan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
atas prestasinya sebagai Taman Bacaan Masyarakat yang kreatif. Piagam
Penghargaan diberikan langsung oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bapak
Mohammad Nuh di Kendari kepada pendiri Rumah Baca Bakau Bapak Ismail,
S.Hut, MA.

Universitas Sumatera Utara

Foto 3: Sebagian dari Rak Buku Rumah Baca Bakau

Sampai saat ini koleksi buku yang dimiliki Rumah Baca Bakau sudah
lebih dari 2000 buah buku yang tersusun rapi. Rumah baca bakau memiliki 15 rak
buku dan dibagi menjadi 6 jenis buku yaitu, buku umum, komik remaja, agama
untuk dewasa, agama untuk anak-anak, novel remaja dan dewasa, serta buku-buku
sains.

2.4.

Kegiatan Literasi pada Masyarakat di Desa Percut
Ilmu pengetahuan merupakan cara sesungguhnya untuk memperoleh

kehidupan yang lebih layak. Salah satu cara untuk memperoleh ilmu pengetahuan
adalah dengan membaca. Dengan membaca tentunya akan mendapat informasi
dan kita dapat memetik pesan yang ingin disampaikan oleh penulis.
Hodgson (1960: 43-44), mengartikan membaca sebagai suatu proses yang
dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang

Universitas Sumatera Utara

hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Suatu
proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan
terlihat dalam suatu pandangan sekilas dan makna kata-kata secara individual
akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi, pesan yang tersurat dan yang
tersirat akan tertangkap atau dipahami, dan proses membaca itu tidak terlaksana
dengan baik.
Di kalangan berpendidikan, membaca menjadi salah satu yang sangat
penting dalam kehidupannya. Ilmu pengetahuan dapat diandalkan oleh kalangan
berpendidikan dalam menyelesaikan permasalahan yang ada. Contoh di kalangan
akademisi, membaca dapat memperkaya pengetahuannya sehingga mampu
meningkatkan

kemampuan

diri,

berinovasi,

melakukan

penelitian

serta

mengetahui informasi terkini dan meengikuti perkembangan zaman yang semakin
maju. Artinya, mau tidak mau mereka harus meningkatkan frekuensi membaca
mereka agar tidak ketinggalan informasi yang tersebar. Dalam membaca juga
kalangan berpendidikan harus mampu memahami dan menganalisis apa yang
mereka baca.

2.4.1. Kegiatan Agama
Kegiatan agama di Desa Percut yang berkaitan dengan literasi adalah
wirid. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) wirid adalah kutipankutipan dari Al-Quran yang sudah ditetapkan untuk dibaca. Wirid yang dimaksud
di Desa Percut adalah membaca surat yasin yang biasanya juga dirangkai dengan
tahlilan. Di kalangan masyarakat Indonesia istilah tahlilan dan yasinan populer

Universitas Sumatera Utara

digunakan untuk menyebut sebuah acara dzikir bersama yang pada hakikatnya
tahlilan dan yasinan adalah bagian dari dzikir kepada Allah SWT.
Tahlilan adalah ritual atau upacara selamatan yang dilakukan sebagian
umat Islam, kebanyakan di Indonesia dan kemungkinan di Malaysia, untuk
memperingati dan mendoakan orang yang telah meninggal yang biasanya
dilakukan pada hari pertama kematian hingga hari ketujuh, dan selanjutnya
dilakukan pada hari ke-40, ke-100, tahun pertama, tahun kedua, tahun ketiga dan
seterusnya. Ada pula yang melakukan tahlilan pada hari ke-1000.Kata “Tahlil”
sendiri secara harfiah berarti berizikir dengan mengucap kalimat tauhid “Laa
ilaaha illallah” (tiada yang patut disembah kecuali Allah). 13
Di Desa percut wirid dibagi menjadi tiga kelompok. Wirid remaja, wirid
Bapak-bapak, dan wirid Ibu-ibu. Wirid remaja dilakukan setiap hari kamis pada
malam hari biasanya selesai shalat Isya. Wirid bapak-bapak dilakukan pada setiap
hari kamis malam biasanya juga selesai shalat isya. Untuk wirid ibu-ibu dilakukan
pada hari kamis siang sampai menjelang sore biasanya pukul 14.00 sampai
dengan abis shalat ashar. Wirid ini rutin dilakukan setiap minggunya kecuali pada
bulan ramadhan. Untuk tahlilan dilakukan pada saat sore atau malam hari di
rumah warga yang baru kemalangan.
“Sejak tahun 60 an saya sudah menetap di sini. Wirid memang
selalu dilakukan setiap malam jumat. Ini untuk mengirim doa
saudara-saudara kita yang sudah duluan dan untuk silaturahmi
warga karna setiap minggu pindah rumah wiridnya” (Pak
Yusuf, 56 Tahun).
Wirid di Desa percut dibagi di setiap dusun, artinya setiap dusun ada
wiridnya sendiri. Wirid ini menjadi kegiatan literasi masyarakat yang rutin

13

https://id.wikipedia.org/wiki/Tahlilan

Universitas Sumatera Utara

dilaksanakan. Jika dilihat bahwa di Desa Percut literasi arab memang lebih
membudaya daripada literasi latin. Anak-anak kecil sudah pasti bisa membaca AlQuran namun belum tentu bisa membaca latin.

2.4.2

Sekolah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) sekolah adalah bangunan

atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi
pelajaran. Di zaman yang mengedepankan pendidikan seperti sekarang ini sekolah
mempunyai peran yang sangat vital dalam mentransformasikan pengetahuan
kepada generasi penerus bangsa. Sekolah menjadi rumah kedua bagi generasi
muda untuk meraih pendidikan setelah mendapat pendidikan dari keluarganya
terlebih dahulu.
Kegiatan literasi yang paling sering dilakukan anak-anak di Percut yaitu
pada saat di sekolah. Di sekolah anak-anak yang bersekolah mendapat tugas untuk
mengerjakan soal-soal terkait mata pelajaran yang sedang dipelajari. Tugas bisa
berupa tugas yang dikerjakan di sekolah ataupun tugas yang dikerjakan di rumah
atau Pekerjaan Rumah (PR). Tugasnya juga ada yang dikerjakan secara
berkelompok atau yang dikerjakan individu.
Tugas yang diberikan kepada siswa ini tentunya mempunyai tujuan
tersendiri. Tugas seperti PR contohnya, dapat melatih rasa tanggungjawab,
membangun inisiatif anak untuk belajar, dan bahkan manajemen waktu. Tugastugas yang diberikan ini juga dapat melatih disiplin anak dan melatih rasa percaya
diri anak karena mengerjakannya dengan sendiri pada saat di rumah. Slameto
(2003:2) mengungkapkan bahwa Belajar merupakan suatu bentuk pertumbuhan

Universitas Sumatera Utara

atau perubahan diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku
yang baru, berkat pengalaman dan latihan. Artinya dengan latihan-latihan yang
diberikan guru dapat membantu anak dalampembelajaran.

2.4.3

Belajar di Rumah Baca Bakau
Selain sebagai sarana yang menyediakan akses layanan bahan bacaan,

Rumah Baca Bakau juga aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Rumah Baca
Bakau menyediakan fasilitator yang bisa mengajari anak-anak di percut
khususnya di Dusun 18 pada siang hari sepulang sekolah. Peserta didik tidak ada
dipungut

biaya

bahkan

berkesempatan

mengikuti

lomba-lomba

yang

diselenggarakan Rumah Baca Bakau. Untuk mempermudah pembelajaran kepada
peserta didik, belajar di Rumah Baca Bakau menggunakan metode Visual Literasi.

Visual literasi adalah kemampuan menganalisis sebuah pesan visual dalam
aktivitas literasi. Visual literasi menurut Smith (1982) merupakan kemampuan
individu mengenali penggunaan garis, bentuk, dan warna sehingga dapat
menginterpretasikan tindakan, mengenali objek, dan memahami pesan lambang.
Dalam aktivitas belajar mengajar visual literasi dimaksudkan sebagai proses
pengajaran dengan menggunakan beragam jenis media seperti foto, film, dan gambargambar. Bahan bacaan seperti komik dan permainan sejenis puzzle juga merupakan
bagian dari visual literasi.

Di Rumah Baca Bakau Visual Literasi menjadi program utama yang

diterapkan dalam proses pengajaran. Visual Literasi ini bertujuan untuk
meningkatkan level membaca dan menulis anak-anak terkhusus yang belum bisa

Universitas Sumatera Utara

membaca. Dengan memanfaatkan alat dan media belajar yang tersedia di alam
dan lingkungan sekitar diharapkan anak-anak peserta didik lebih mudah dalam
menangkap pelajaran.

Sampai saat ini metode visual literasi masih berjalan dan semakin
dioptimalkan. Waktu belajarnya lebih kurang 3 jam mulai pukul 14.00 wib sampai
dengan 17.00 wib. Metode Dalam pelaksanaannya Rumah Baca Bakau
mengelompokkan mata pelajaran yang diajarkan berdasarkan hari.


Pada hari senin mata pelajaran yang diajarkan adalah psikologi atau
pendidikan karakter. Mata pelajaran ini bertujuan untuk melihat karakter
anak sesuai dengan minat dan bidang yang dikuasainya. Biasanya
dilakukan pemutaran video atau film dan didampingi fasilitator.



Pada hari selasa anak-anak diajak untuk membaca dan mereview. Dalam
pelaksanaannya anak-anak diberi waktu beberapa menit untuk membaca
buku yang mereka sukai dan akan mereka ceritakan kembali dengan
bahasa mereka sendiri.



Pada hari rabu dan jumat anak-anak diberi materi tentang sains. Materi ini
bertujuan untuk menambah pengetahuan anak tentang ilmu alam dan dunia
fisik.



Pada hari kamis anak-anak diberi materi tentang menulis karya. Anakanak dibebaskan menuliskan karyanya seperti puisi, pantun, dan karangan
yang bertujuan untuk membangun minat anak dalam aktivitas literasi.

Universitas Sumatera Utara



Pada hari sabtu merupakan hari untuk anak-anak berkreasi. Sabtu anakanak diajarkan tentang seni drama tari dan musik (sendratasik).

Gambar 4: Suasana belajar dengan metode visual literasi

Ida merupakan salah satu relawan yang menjadi fasilitator di Rumah Baca
Bakau. Saat ini dia sedang duduk di semester 4 di Universitas Negeri Medan
jurusan Sastra Indonesia. Kesehariannya mengajar anak-anak di rumah baca
bakau. Pendidikan baginya sangat penting untuk generasi penerus bangsa. Dari
pendidikan bisa mengantarkan pemuda untuk meraih masa depan yang lebih baik.
Membaca menurutnya menjadi salah satu hal untuk membuka wawasan kita lebih
luas. Istilah buku adalah jendela dunia memang benar dirasakannya. Dia merasa
bahwa dengan banyak membaca lebih percaya diri saat berbicara formal dengan
orang lain. Dari membaca dia bisa menggali informasi banyak yang tersebar.
Menurutnya dia termasuk orang yang banyak ingin tahu, setiap ada buku dia ingin
tahu isinya apa. Dia suka penasaran tentang bahan-bahan bacaan seperti majalah
dan lain-lain. Dia mengatakan bahwa kalau membaca biasanya di perpustakaan
kampus, atau sambil jalan-jalan ke toko buku, dan kadang membaca juga dari

Universitas Sumatera Utara

handphone. Ida sangat menyukai novel-novel motivasi, buku agama, buku-buku
inspiratif, dan yang terpenting bukan novel cinta.

Ida mengajar anak-anak di rumah baca bakau sejak pukul 14.00 sampai
dengan pukul 17.00. di rumah baca bakau dia mengajarkan berbagai hal termasuk
sains. Metode pengajaran yang dilakukan ida lebih adapif dengan anak-anak.
Dengan bantuan peralatan seperti pensi warna, kertas karton, dan buku gambar dia
mencoba untuk memudahkan anak-anak lebih mengerti.

2.4.4. Festival

Festival secara sederhana diartikan sebagai sebuah acara meriah yang
diadakan dalam rangka memperingati sesuatu. Biasanya festival diselenggarakan
dengan kegiatan-kegiatan seperti kompetisi dan perlombaan. Ajang ini memiliki
tujuannya masing-masing tergantung festival yang diselenggarakan. Di Desa
Percut festival sering diselenggarakan oleh ikatan remaja mesjid atau organisasi
lain yang ada di Percut. Salah satu festival yang sering diselenggarakan adalah
festival pesisir.

Festival pesisir berisi kegiatan-kegiatan perlombaan untuk anak-anak
sampai usia remaja. Festival ini digagas oleh Rumah Baca Bakau dan
melombakan berbagai bidang seni seperti perlombaan puisi, perlombaan pantun,
perlombaan drama dan lain-lain.Pada ramadhan tahun 2015 festival kembali
digelar di Percut. Festival bertajuk Ramadhan Pintar ini melombakan anak-anak
di bidang agama seperti perlombaan adzan, perlombaan puisi islami, dan
perlombaan membaca Al-Quran.

Universitas Sumatera Utara

Dari kegiatan-kegiatan perlombaan yang diselenggarakan tentunya dapat
membantu dalam pemecahan permasalahan tidak bisa membaca. Anak-anak
dituntuk untuk menghafal narasi drama, menuliskan karya puisinya, membacakan
puisinya, serta menghafal setiap kata yang sudah ia tuliskan tersebut.

“Kita selenggarakan kegiatan seperti ini tentunya untuk
perkembangan anak ya. Perlombaan ini dapat membantu
menstimulan fungsi kognitif dan fungsi psikomotorik anak-anak.
Juhaina, S.Psi (25, Tahun)”.

2.4.5. Mengaji

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kaji, mengaji berarti
mendaras (membaca) Al-Quran atau belajar membaca tulisan arab.Mengaji
merujuk pada aktivitas membaca Al-Quran atau mengkaji kitab-kitab oleh
penganut agama Islam. Dalam agama Islammengaji termasuk ibadah dan orang
yang melakukannya akan mendapatkan pahala dari Allah.

Di Desa Percut aktivitas ini akan mudah kita temukan pada siang hari di
taman bacaan Al-Quran ataupun sekolah-sekolah islam. Salah satu tempat yang
digunakan untuk belajar mengaji di Desa Percut adalah di Sekolah Pintar
Madrasah Diniyah Awaliyah (MDA) Persil. Madrasah Diniyah Awaliyah
merupakan salah satu lembaga pendidikan keagamaan di luar sekolah yang secara
terus menerus memberikan pendidikan agama Islam kepada anak didik untuk usia
dini. MDA Persil juga menjadi sarana taman bacaan karena memiliki ketersediaan
bahan bacaan yang cukup. Materi-materi yang diajarkan di MDA Persil antara

Universitas Sumatera Utara

lain: Qiraat (Membaca Alqur’an), Tafsir Qur’an (Menerjemahkan ayat Alqur’an),
Shalat Fardhu, Dakwah (Ceramah) setiap santri/wati.

Foto 5: Ruangan MDA Persil

2.5

Upaya-Upaya yang dilakukan untuk Menumbuhkembangkan Budaya

Literasi
Mengingat kondisi literasi yang masih rendah di Desa Percut, sudah ada
upaya-upaya yang dilakukan baik dari lembaga pemerintah maupun lembaga
swasta. Upaya-upaya tersebut mulai dari menyediakan layanan Perpustakaan
Keliling,menerapkan Jam Belajar Malam (JBM), serta mendirikan taman bacaan
ataupun sekolah-sekolah.

Universitas Sumatera Utara

2.5.1

Perpustakaan Keliling
Perpustakaan keliling adalah perpustakaan yang menjadi bagian dari

perpustakaan umum. Perpustakaan keliling menyediakan layanan bahan bacaan
kepada masyarakat secara langsung dengan cara mengunjungi desa atau tujuan
lokasi. Perpustakaan ini biasanya menggunakan mobil yang sudah dirancang
sedemikian seperti layaknya perpustakaan umum. Di perpustkaan keliling
masyarakat selain membaca juga boleh meminjam buku yang tersedia.
Perpustakaan keliling di Desa Percut pernah masuk sekitar 8 (delapan)
tahun yang lalu. Perpustakaan ini rutin datang setiap minggunya ke Desa Percut.
Pada awalnya anak-anak antusias meminjam buku dan mendatangi perpustakaan
keliling. Namun ternyata perpustakaan keliling di desa percut ini hanya bertahan
tidak lebih dari 2 (dua) bulan saja. Menurut pak Syarifuddin (52, tahun)
Permasalahan yang dihadapi adalah banyak buku-buku yang dipinjam masyarakat
hilang dan tidak kembali.

2.5.2

Jam Belajar Malam (JBM)
Jam belajar malam (JBM) adalah bagian dari program Pemerintah

Kabupaten Deli Serdang tentang Program Cerdas yang termaktub di dalam
Peraturan Daerah (PERDA) No.5 Tahun 2014 Kabupaten Deli Serdang. Jam
belajar malam serta program lain ini dicanangkan untuk meningkatkan potensi
sumber daya manusia di wilayah Deli Serdang. Desa Percut yang menjadi bagian
dari wilayah Kabupaten Deli Serdang turut menerapkan jam belajar malam ini.
Jam belajar malam di desa percut dimulai pada bulan april 2014. Jam
belajar malam dalam pelaksanaanya adalah mengawasi pintu ke pintu untuk

Universitas Sumatera Utara

mematikan media elektronik seperti televisi, radio, dan gadgetselama 2 (dua) jam
pada pukul 19.00 sampai dengan 21.00. Di waktu ini anak-anak diwajibkan untuk
belajar apakah mengerjakan pekerjaan rumah (PR), atau membaca. Menurut
Ketua Pelaksana jam belajar malam untuk bagan percut Bapak Laksemana yang
juga ketua Lembaga Ketahan Masyarakat Desa (LKMD), jam belajar malam
hannya bertahan selama sebulan. Jam belajar malam ini tidak berjalan lama
dikarenakan sulitnya mengajak masyarakat untuk mematikan media elektronik
tersebut.
Selain itu perhatian pemerintah terhadap pelaksana jam belajar malam
nyatanya tidak ada. Pemerintah tidak ada memberikan biaya operasional untuk
pengawas yang selalu mengawasi setiap malamnya. Artinya lama kelamaan para
pengawas tidak mau menjalankan tugasnya keliling pintu ke pintu untuk
mengawasi jam belajar malam. Menurut Pak mana selain jam belajar malam,
Pemkab Deli Serdang juga mempunyai program lain tentang pendidikan. Desa
Cinta Rakyat merupakan desa yang dinobatkan sebagai desa pendidikan oleh
Pemkab Deli Serdang, namun dia juga melihat tidak ada perubahan yang
signifikan di Desa tersebut. Menurutnya masih bersiat seremonial saja pada saat
pembukaan acara ramai dan semua datang, tapi setelah itu sama aja tidak ada.
Masyarakat sudah bosan dengan program dari pemerintah. Seperti yang
diungkapkan Bang Ijol bahwa tidak hanya soal pendidikan, program pemerintah
juga tidak banyak berhasil di sini. Menurut dia begitu-begitu saja tidak ada tindak
lanjutnya. Sudah beberapa kali dilakukan program pelatihan budidaya kepiting
bakau, budidaya perikanan, ekowisata pesisir tetapi habis pelatihan tidak banyak
perubahan.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 6. Spanduk Jam Belajar Malam

2.5.3

Taman Bacaan Masyarakat dan Sekolah
Di Desa Percut Taman Bacaan Masyarakat hanya ada 1 (satu) yaitu

Rumah Baca Bakau. Sementara untuk jumlah sekolah adalah 23 unit.

Tabel.1 Sarana Sekolah
NO

SARANA

JUMLAH

1

Taman Kanak-Kanak (TK)

5 Unit

2

Sekolah dasar

10 Unit

3

Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama

6 Unit

4

Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

2 Unit

Sumber: Demografi Desa

Selain rumah baca bakau, upaya keberaksaraan juga dilakukan oleh
seorang dosen. Pak Abdul Chair yang tinggal di Dusun 1 adalah orang yang juga

Universitas Sumatera Utara

mengupayakan keberaksaraan di desa ini. Beliau adalah pemilik yayasan
perguruan islam AL-Khairat yang ada di dusun 1 Desa Percut. Pak chair
merupakan lulusan sarjana sastra arab dari Institut Agama Islam Negeri Sumatera
Utara (IAIN-SU) yang sekarang sudah berganti nama menjadi Universitas Islam
Negeri Sumatera Utara (UIN-SU). Untuk pascasarjana dia mengambil program
studi antropologi Universitas Negeri Medan (UNIMED). Pak chair bercerita
tentang yayasan yang dia miliki. Terdapat empat jenjang pendidikan di yayasan
miliknya tersebut, yaitu Raudhatul Athfal (RA), Madrasah Dinniyah Awaliyah
(MDA), Madrasah Ibtidaiyah (MI), serta dalam waktu dekat akan berdiri
Madrasah Tsanawiyah (MTS). Yayasan yang dia miliki setidaknya sudah berdiri
sejak delapan tahun yang lalu.
Dalam mengupayakan keberkasaraan dia sudah melakukan dengan
mendirikan yayasan menurutnya. Dia juga menunjukkan 2 buku yang sudah dia
terbitkan dengan penerbitnya yayasan miliknya sendiri. Buku-buku tersebut
menurutnya sebuah upaya dia dalam meningkatkan keberaksaraan. Membaca
baginya suatu aktivitas rutin yang selalu beliau lakukan. Membaca baginya sangat
penting untuk pengetahuan dan pengembangan wawawasan.
Pak Chair menceritakan bahwa Dia di komunitas masyarakat melayu
agama begitu kental dalam kehidupan mereka. Dia bercerita bahwa membaca
seperti shalat, membaca Al-Quran, berdakwah masuk ke dalam literasi. Pengajian,
yasinan, perlombaan seperti puisi, dakwah, dan pantun islami itu masuk dalam
literasi. Namun kenapa pendidikan di sini rendah karena ada dua faktor
menurutnya. Ada faktor internal yaitu kaitannya dengan` keluarga dan kemauan
anak. Keluarga mempunyai peran yang sangat vital dalam permasalahan

Universitas Sumatera Utara

pendidikan. Keluarga sebagai orang yang paling dekat mempunyai peran untuk
memotivasi si anak menurutnya. Kemudian permasalahan eksternal dimaksudkan
sebagai pengaruh lingkungan. Di desa percut khususnya di sekitar dusunnya anakanak lebih senang mencari duit daripada sekolah. Anak-anak pada saat musim
panen padi, mengambil sisa-sisa panenan yang tidak diambil pemiliknya lalu
mereka jual lagi. Isitilah ini mereka sebut “ngetek” (mengambil sisa panenan).
Kemudian kalau tidak musim panen, mereka cari belut dan ikan di sawah
sekitar sini, ya hasilnya merek jual juga. Itu menurutnya salah satu faktor
eksternal yang mempengaruhi anak-anak banyak putus sekolah. Di sekolahnya
beliau mengatakan pernah terjadi, pada saat pendaftaran jumlah siswanya sekitar
80, namun yang sampai tamat hanya sisa 8 orang, artinya hanya 10% saja yang
menyelesaikan pendidikannya. Baginya tidak terlalu parah jika anak mungkin
putus

sekolah

karena

punya

kesibukkan

lain

seperti

mengembangkan

keterampilannya seperti keterampilan komputer, musik, dan sebagainya. Yang
parah jika memang berhenti sekolah sama sekali. Permasalahan ekonomi menurut
orang percut nomor kesekian, yang menjadi masalah adalah kemauan anak.

Universitas Sumatera Utara