Studi Etnografi Mengenai Budaya Literasi di Desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan

(1)

Lampiran

NAMA-NAMA INFORMAN DALAM PENELITIAN

Nama : Yusuf Umur (tahun) : 56 Profesi : Nelayan Dusun : 18

Nama : Ismail, S.Hut Umur (tahun) : 42

Profesi : Pendiri Rumah Baca Bakau (RBB) Dusun : -

Nama : Sayuti Umur (tahun) : 40 Profesi : Nelayan Dusun : 16

Nama : Maimunah Umur (tahun) : 62

Profesi : Ibu Rumah Tangga Dusun : 13

Nama : Ahmadi Umur (tahun) : 17


(2)

Profesi : - Dusun : 17

Nama : Syarifuddin Umur (tahun) : 52

Profesi : Guru Bahasa Indonesia Dusun : 12

Nama : Rojai Umur (tahun) : 29

Profesi : Guru Mengaji Dusun : 18

Nama : Maulidayani Umur (tahun) : 20

Profesi : Mahasiswa Dusun : 11

Nama : Abdul Khair Umur (tahun) : -

Profesi : Dosen dan Ketua Yayasan Al-Khairat Dusun : 1

Nama : Elly Umur (tahun) : 24

Profesi : Ibu Rumah Tangga Dusun : 14


(3)

Nama : Khairul Umur (tahun) : 29

Profesi : Agen Ikan Dusun : 14

Nama : Zainuddin Umur (tahun) : 27

Profesi : Nelayan Dusun : 18

Nama : Laksemana Umur (tahun) : 44

Profesi : Ketua LKMD Dusun : 16

Nama : Faisal Arifin Umur (tahun) : 40

Profesi : Pelaksana Jam Belajar Malam Dusun : -

Nama : Willy Umur (tahun) : 23

Profesi : Pengajar di RBB Dusun : 15


(4)

Nama : Juhaina Umur (tahun) : 24

Profesi : Pengajar di RBB Dusun : 13

Nama : Khoiriyah Umur (tahun) : 32 tahun Profesi : bidan Desa Dusun : -

Nama : Nek Arfah Umur (tahun) : 75 tahun Profesi : Dukun Bayi Dusun : 17


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Chambers, Robert

1987 Pembangunan Desa Mulai Dari Belakang, Jakarta: LP3ES

Danandjaja, James

1988 Antropologi Psikologi, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada

Darmono

2007 Perpustakaan Sekolah: Pendekatan Suatu Aspek Manajemen dan Tata Kerja. Jakarta: Grasindo

Djumransjah

2004 Pengantar Filsafat Pendidikan, Malang: Bayumedia Publishing

F Jalal Kaji

1999 Study of NGO, Regional Overview Report. Manila: ADB

Geertz, Clifford

1983 Abangan, santri, priyayi dalam masyarakat Jawa, Bandung: Pustaka Jaya

Hodgson, FM

1960 Learning Modern language. London: Routledge and Hegan Paul

Idrus, Muhammad


(6)

Jalaluddin, H. Abdullah,

2012 Manusia, Filsafat, dan Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers

Kirsch dan Jungeblut

2005 Literacy: Profile of America’s Young Adults. United State: National Assessment of Educational Progress.

Koentjaraningrat,

1986 Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta: Rineka Cipta

Koentjaraningrat,

1992 Beberapa Pokok Natropologi Sosial, Jakarta: Dian Rakyat

Koentjaraningrat,

2009 Pengantar Ilmu Antropologi Edisi revisi, Jakarta: Rineka Cipta

Marzali, Amri,

2005 Antropologi dan Pembangunan Indonesia, Jakarta: Kencana Prenada

Moleong, J,

2005 Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Uchjana, Onong

1984 Rosdakarya

Sibarani, Robert


(7)

Saragih, Sabastian

1996 Musyawarah Rakyat dan LSM , Jakarta: PT Penebar Swadaya

Shaleh, Nazili

1989 Pendidikan dan Masyarakat, Yogyakarta: CV Bina Usaha

Slameto

2003 Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Smith, F.

1982 Writing and the Writer. Heinemann Educational Books. London.

Sadulloh, Uyoh

2009 Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: CV ALFABETA

Soeatminah,

1992 Perpustakaan, kepustakawanan dan pustakawan, Yogyakarta: Kanisius

Soekanto, Soerjono,

2006 Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali Press.

Spradley, James.

1997 Metode Etnografi, Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya

Suharso


(8)

Suparjan, dan Hempri Suyatno

2003 Pengembangan Masyarakat: Dari Pembangunan Sampai Pemberdayaan. Yogyakarta: Aditya Media

Sutarno NS

2006 Perpustakaan dan Masyarakat. Jakarta CV. Sagung Seto

Tilaar, H.A.R,

2002 Pendidikan Kebudayaan dan Masyarakat Madani Indonesia, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

Rudiansyah, Tony

2015 Antropologi Agama, Wacana-Wacana Mutakhir Dalam Kajian Religi dan Budaya, Jakarta: UI Press

Wagner, DA

1987 The Futures of Literacy in Changing World, NY: Pergamon Press

Zubaedi, Dr,

2013 Pengembangan Masyarakat wacana dan praktik, Jakarta: Kencana Prenada

Jurnal – Skripsi Anwar

2000 Permasalahan dan Isu Pengelolaan dan Pemanfaatan Pesisir Di Daerah

Murniaty,


(9)

Muhadjirin,

2009 Sosiologi Pedesaan Masyarakat Pesisiran

Pasaribu, Cessilia

2014 Budaya Literasi, Studi Deskriftif Budaya Literasi Pada Mahasiswa Teknik Industri USU.

Sinabang, Puji Ariani

2015 hubungan spiritualitas perawat dengan pemenuhan kebutuhan spiritual pada pasien yang dirawat inap di ruang penyakit dalam dan bedah RSUD Dr. Pirngadi Medan

Sudarso,

2005 Tekanan Kemiskinan Struktural Komunitas Nelayan Tradisonal di Perkotaan.

Sumber Lain

https://tarmizi.wordpress.com/2010/03/01/faktor-sosial-budaya-penyebab-rendahnya-minat-terhadap-pendidikan/ diakses 4 maret 2015


(10)

BAB III

KEHIDUPAN MASYARAKAT DAN LITERASI DI DESA PERCUT

3.1 Gambaran Singkat Desa Percut

Secara administrasi, Desa Percut adalah sebuah desa yang berada di Kecamatan Percut, Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara. Luas wilayah Desa Percut adalah 1063 Ha yang terdiri dari 19 dusun, 40 RW dan 40 RT. Jumlah penduduk di Desa ini adalah 12882 jiwa yang terbagi dalam 3088 Kepala Keluarga (KK). Desa Percut berbatasan langsung dengan :

 Sebelah utara : Selat Malaka  Sebelah selatan : Desa Cinta Rakyat  Sebelah timur : Desa Cinta Damai  Sebelah Barat : Desa Tanjung Rejo

Desa Percut berjarak 15 Km dari Kantor Camat Percut Sei Tuan yang dapat ditempuh dengan waktu 30 menit menggunakan sepeda motor dan berjarak lebih kurang 30 Km dari Kota Lubuk Pakam yang menjadi Ibukota Kabupaten Deli Serdang. Dari Kota Medan Desa ini berjarak 25 Km yang dapat ditempuh dengan waktu 45 menit menggunakan sepeda motor.

Kantor Kepala Desa Percut terletak di Dusun 11 tepatnya di Jalan M.Yusuf Jintan No.701. Kantor ini yang biasa digunakan masyarakat untuk mengurus hal-hal yang berkaitan dengan birokrasi seperti membuat Kartu Tanda Penduduk (KTP), Kartu Keluarga, Akta, dan lain-lain.


(11)

Desa Percut terletak di pesisir pantai timur sumatera dengan iklim tropis. Daerah ini mempunyai suhu rata-rata 20o-300 celsius dan berada di ketinggian 1-2 meter di atas permukaan laut. Desa ini memiliki 2 musim yaitu, musim penghujan dan musim kemarau. Sebelum perubahan cuaca yang tidak menentu, musim penghujan biasa terjadi pada bulan oktober sampai bulan januari, sedangkan musim kemarau biasanya mulai februari sampai bulan september.

Penduduk di Desa Percut mayoritas beragama islam dan bersuku melayu dengan persentase 50,9 %. Masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan setiap harinya melaut mencari hasil laut untuk kebutuhan ekonomi mereka. Ada juga dari mereka yang berprofesi sebagai toke (agen) yang membeli hasil tangkapan nelayan.

3.2 Berprofesi Sebagai Nelayan

Melaut atau pergi mencari hasil laut adalah rutinitas masyarakat pesisir yang bermatapencaharian sebagai nelayan. Sistem mata pencaharian menurut Koentjaraningrat (1992:32) meliputi:

a) Nelayan

b) Berburu dan meramu c) Bercocok tanam di ladang d) Bercocok tanam menetap e) Peternakan, dan


(12)

Dalam sistem mata pencaharian para ahli antropologi juga memperhatikan soal sistem produksi lokal, cara pengolahan sumberdaya alam, cara pengumpulan modal, cara pengerahan serta manajemen tenaga kerja. Jika dirinci lebih jauh termasuk didalamnya mengkaji bagaimana keterlibatan keluarga dalam mengkonsumsi suatu barang juga sistem distribusi seperti apa yang digunakan, siapa saja yang terlibat dalam proses produksi, dan lain sebagainya.

Di Desa Percut aktivitas mencari ikan oleh nelayan masih tergolong tradisional dan subsisten. Nelayan yang mempunyai sampan atau boat sendiri dengan perlengkapan sederhana sudah bisa pergi melaut mencari hasil tangkapan. Perlengkapan yang mereka gunakan juga sederhana bisa seperti jaring, rawai, bubu, jala dan pancing. Sampan mereka juga masih bermesin kecil dengan bahan bakar solar (diesel). Hasil tangkapan mereka biasanya dijual di tempat pelelangan ikan dan uangnya untuk membeli kebutuhan pokok mereka.

Pendapatan nelayan di Desa Percut tidak bisa ditentukan seperti pekerjaan pasti lain yang mendapat gaji mingguan atau bulanan. Pendapatan nelayan di Percut berdasarkan hasil tangkap setiap harinya. Pendapatan rata-rata masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan berkisar antara Rp.50.000 sampai dengan Rp.125.000 perharinya tergantung jumlah tangkapan dan jenis hasil laut yang didapat.

3.2.1 Melaut berdasarkan pengalaman

Hasil laut masih menjadi komoditas utama masyarakat pesisir. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, bermatapencaharian sebagai nelayan merupakan


(13)

satu-satunya pekerjaan yang tidak membutuhkan banyak modal. Menurut Koentjaraningrat (1992)di samping berburu dan meramu, mencari ikan juga merupakan suatu mata pencaharian hidup makhluk manusia yang amat tua. Waktu manusia mulai mengenal bercocok tanam, mencari ikan menjadi mata pencaharian tambahan.

Aktivitas melaut di Desa Percut yang masih tradisional tidak banyak menggunakan pengetahuan ilmiah. Aktivitas yang dilakukan nelayan masih mengandalkan pengetahuan lokal. Pengetahuan-pengetahuan masyarakat tentang pekerjaan yang mereka miliki ini biasanya didapatkan melalui pengalaman-pengalaman mereka. Pengalaman-pengalaman-pengalaman ini kemudian membudaya di masyarakat dan menjadi pengetahuan lokal di kalangan mereka. Kebudayaan dan manusia memang tidak bisa dipisahkan, kebudayaan dan manusia merupakan satu kesatuan yang kemudian akan terus diwariskan. Koentjaraningrat (2009:144) mengatakan kebudayaan sebagai keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan bermasyarakat yang dijadikan milik diri manusia sebagai belajar.

Pak yusuf adalah orang yang sudah cukup lama menjadi nelayan di Desa ini. Beliau berasal dari kota lubuk pakam dan berpindah ke percut karena ikut orang tuanya dulu. Dia bercerita bagaimana dulu di desa ini semua nelayan adalah pemberani bukan penakut. Sekarang mengalami perubahan yang terlihat jelas. Menurutnya kalau dulu nelayan itu dengan boat yang kecil dan hanya mengandalka angin berani dengan ombak besar, sedangkan sekarang dengan boat besar dan menggunakan mesin kok malah masyarakat takut dengan ombak yang tidak sebesar dulu. Menurutnya aungan ombak dulu bisa terdengar sampai ke


(14)

perumahan warga karna begitu besarnya. Tinggi ombak dulu bisa mencapai tinggi bangsal tembakau (gudang tembakau). Ini yang dia sebut adanya perubahan mental masyarakat pesisir. dengan boat kecil dulu ombak diterjang, sedangkan sekarang dengan boat besar ombak kecil nelayan sudah kembali pulang.

Dia bercerita melebar ke perekonomian warga dulu dengan sekarang. Kalau dulu menurutnya mencari hasil laut masih di tepi-tepi pantai sudah bisa ditemukan jenis hasil laut seperti ikan dan kerang saat pasang surut. Sekarang kita mesti ke tengah laut baru bisa mencari hasil laut dengan mental yang sekarang. Dia puluhan tahun menjadi nelayan di desa percut, sejak kecil dia sudah ikut ayahnya melaut dan beberapa tahun belakangan dia sudah tidak melaut lagi karena sudah cukup tua. Saat ini pak yusuf bekerja sebagai pembuat atau tukang perbaiki perahu nekayan di desa percut. Kesehariannya dihabiskan dengan memperbaiki perahu-perahu nelayan. Pak yusuf bercerita tentang pemerintah yang setengah-setengah membantu masyarakat, nelayan tidak diberi perlatan yang cukup untuk melaut. Misalnya pemerintah ada program tentang pemberdayaan masyarakat, pemerintah Cuma memberi perahu saja atau mesin saja tidak semuanya. Kalau perahu saja darimana duit nelayan beli mesin, kalau mesin saja darimana nelayan bisa membeli perahu menurut pak yusuf. Pengetahuan nelayan menurutnya tergantung cuaca di laut ada musim barat dan musim timur. jika musim barat angin cukup kencang dan ombak besar, namun jika musim timur angin kecil dan ombak kecil. Pernyataan ini sesuai dengan pendapat Koentjaraningrat (1992) bahwa pengetahuan nelayan harus meliputi pengetahuan mengenai sifat-sifat laut, angin dan arus-arusnya.


(15)

“Kalau bedanya dulu nelayan masih pakai boat kecil yang mengandalkan angin saja kalau sekarang pakai mesin. Peralatan sampai sekarang masih sama pakai jaring, pancing sama jala. Kalau untuk kepiting di sini pakai bubu” (Pak Yusuf, 56 Tahun).

Berbeda dengan Pak Yusuf, Pak sayuti adalah nelayan sekaligus pengelola kolam ikan. Melaut baginya pekerjaan yang cukup beresiko jika tidak dibekali dengan kemampuan memahami alam. Nelayan harus bisa melihat gejala alam dan menjadikan sebagai pengalaman, karena kalau tidak paham bisa bahaya di laut meskipun belum ada sampai yang mati nelayan kita menurutnya. Sejak dipercayakan untuk mengelola kolam ikan, pak sayuti sudah jarang lagi melaut, hanya saja setiap harinya memasang bubu (alat penangkap ikan) untuk mencari kepiting sebagai hasil tambahannya. Pak sayuti memliki 4 orang anak yaitu 2 anak laki-laki dan 2 anak perempuan. Anak pertama pak sayuti bernama ahmadi saat ini sudah tidak bersekolah lagi, ahmadi meninggalkan sekolahnya pada saat SMP. Menurutnya jika masih bersekolah ahmadi saat ini sudah duduk di bangku SMA kelas 2. Pak sayuti menjengkelkan hal ini, permasalahan ekonomi bukan menjadi permasalahan yang cukup penting menurutnya jika anaknya memang ingin bersekolah. Sesulit apapun kalau anak ingin sekolah pasti dicari untuk biayanya menurut pak sayuti. Sudah banyak yang membujuk ahmadi untuk kembali bersekolah tapi lebih memilih mencari ketam. Ahmadi sempat bersekolah kembali tapi hanya bertahan 4 hari saja, setelah itu hingga sekarang tidak mau sekolah lagi. Menurutnya faktor lingkungan mempengaruhi anak-anak putus sekolah di sini. Di percut anak-anak bisa mencari kepiting dengan bubu, bisa membantu di pajak, dan bisa juga membangau. Membangau menurut pak sayuti adalah istilah yang diambil dari jenis burung yang suka mengambil ikan. Burung bangau suka


(16)

mengambil ikan atau mematul ikan di laut atau di perahu nelayan, nah istilah ini yang dipakai untuk menggambarkan kelakuan anak-anak di desa ini yang suka mengambil ikan nelayan saat tiba di tempat pelelangan ikan. Anak-anak bisa saja mengambil ikan diam-diam, meminta dari nelayan, atau membantu nelayan dan diberi upah. Menurutnya jika satu perahu dapat 2-3 ekor, ada 5 perahu sudah bisa dijualnya ke pengunjung pajak ikan. Hal ini yang juga mempengaruhi anak-anak tidak lanjut bersekolah lagi.

Pak sayuti menerangkan bahwa peranan orangtua memang sangat penting dalam permasalahan pendidikan. Kami sebagai orangtua selalu membujuk anak-anak untuk tetap bersekolah, tetapi karena lingkungan dan kemauan anak-anak juga mempengaruhi kita gak bisa paksakan, daripada nanti dari rumah pakai pakaian sekolah tapi sampai simpang dia ganti baju dan entah pergi kemana kan sayang buang-buang biaya. Memang sekolah sangat penting untuk ilmu pengetahuan biar tidak mudah ditipu orang menurutnya. Membaca dan menulis sangat penting untuk kita semua sebagai manusia, karena banyak orang tak senang dan banyak orang senang sama kita menurutnya. Nanti tidak bisa membaca tiba-tiba suruh tanda tangan dan tidak tahu kalau rumah kita sudah terjual saja. Bagi pak sayuti belajar itu agar tidak ada kekeliruan dan tidak mudah ditipu orang. Dari belajar menurutnya lebih mudah mendapatkan pekerjaan yang lebih baik lagi.

Pak sayuti terus bercerita tentang hidupnya, Dia mengatakan sudah pergi ke sana ke mari. Dia pernah masuk organisasi kelompok nelayan, juga pernah bergabung di lembaga swadaya masyarakat (LSM) dari jakarta. Karena mudah mendirikan kelompok nelayan, menurutnya sudah ada 37 kelompok nelayan di


(17)

mereka hanya mau mendapatkan bantuan saja dari pemerintah dan setelah mendapatkan maka tidak berjalan lagi.

Pak sayuti menceritakan soal sulitnya mencari kepiting bakau saat ini. Dia mengatakan bahwa hutan mangrove sudah rata ditebangi dan akan ditanami kelapa sawit. Kepiting bakau sudah sulit didapatkan sekarang, harus berjalan jauh lah baru bisa pasang bubu menurutnya. Memang di pesisir percut telah masuk pengusaha yang membeli lahan untuk dijadikan perkebunan kelapa sawit. Suara excavator meratakan lahan memang setiap hari terdengar di sini. Pengusaha itu menurutnya etnis tionghoa bernama charlie, dia lah yang membeli lahan dan menjadikannya perkebunan kelapa sawit.

Belum lagi soal penebangan oleh warga kita sendiri, warga pun ada yang suka menebang kayu padahal dulu kami yang menanam. Ada 12 orang menurutnya yang dulu sering menanam mangrove termasuk dia. Memang sudah banyak tiang-tiang himbauan agar tidak menebang dan bila menebang diberi sanksi hukum tapi tidak berjalan juga, tidak ada tindak lanjutnya menurut pak sayuti.

Pak sayuti melanjutkan cerianya soal tangkal ular, jika dipatok ular keajr saja dan tangkap ularnya, potong ekornya sedikit dan langsung telan ekornya itu, mudah-mudahan gak sampai parah yang terkena patok. Semua jenis ular berbisa menurutnya hanya ada dua tangkalnya, kalau tidak ekornya ditelan ya empedunya yang ditelan.

Di masyarakat Percut pengetahuan tentang alam menjadi modal mereka dalam mencari hasil laut. Pengetahuan tentang cuaca menjadi salah satu faktor


(18)

yang sangat berpengaruh dalam pekerjaan sebagai nelayan. Perubahan cuaca yang tidak menentu selalu membawa dampak ekonomi bagi para nelayan di Desa Percut. Tidak jarang perubahan cuaca yang tidak menentu ini menyebabkan jumlah hasil tangkapan nelayan menurun bahkan nelayan tidak memperoleh apa-apa saat melaut. Selain cuaca, pengetahuan nelayan di Percut tentang melaut lainnya adalah penentuan waktu melaut. Untuk mencari cumi-cumi atau kerang maka nelayan berangkat malam hari saat terang bulan saja. Kalau mencari ikan biasa seperti yang dijual di tempat pelelangan ikan biasanya nelayan berangkat sebelum subuh dan kembali lagi pada siang hari sampai menjelang sore.

Untuk teknik menangkap ikan biasa mereka menggunakan pancing, jala, dan perangkap lain yang mereka buat sendiri. Pengetahuan mereka tentang melaut ataupun alat tangkap ini berasal dari generasi-generasi sebelumnnya yang berprofesi sama. Pengetahuan biasanya mereka dapatkan sendiri dari ikut melaut sejak kecil atau sengaja diajarkan oleh keluarga dan masyarakat setempat.

3.3 Penyelesaian Konflik

Konflik secara sederhana diartikan sebagai percecokkan, perselisihan, pertentangan dan sengketayang mempengaruhi tingkah laku individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok. Menurut Soerjono Soekanto (2006) konflik adalah suatu proses sosial individu atau kelompok yang berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai dengan ancaman dan atau kekerasan. Soerjono Soekanto mengklasifikasikan penyebab konflik menjadi 4 bagian, yaitu:


(19)

a) Perbedaan individu b) Perbedaan kebudayaan c) Perbedaan kepentingan d) Perubahan sosial

Konflik dapat dipandang sebagai indikator dalam perubahan. Melalui gejala konflik orang dapat mngetahui bentuk dan corak perubahan sosial dan kebudayaan yang tengah melanda suatu masyarakat (Fedyani, 2006:323). Dari perspektif antropologi hukum, konflik mempunyai makna ganda yaitu makna positif dan makna negatif. Makna positif dari konflik yaitu dapat membangun integrasi, memperkokoh ikatan sosial, serta memberi kontribusi dalam mengembalikan keseimbangan hubungan sosial individu maupun kelompok. Sedangkan makna negatif dari konflik adalah menimbulkan perpecahan, serta dapat merusak suatu hubungan sosial individu maupun kelompok. Menurut Gluckman (1956) makna positif akan terwujud jika pihak-pihak yang terlibat konflik secara bersama-sama dapat mengelola, mengendalikan dan menyelesaikan konflik yang dihadapi secara dewasa, bijak, damai, dengan atau tanpa mengundang kehadiran pihak ketiga.

Setiap bentuk masyarakat pada dasarnya mempunyai kemampuan untuk menciptakan norma-norma dan mekanisme-mekanisme serta membangun institusi-institusi tertentu untuk menyelesaikan setiap sengketa yang muncul dalam masyarakat (Moore, 1978). Masyarakat memberi makna sengketa sebagai bagian dari dinamika kehidupan sosial, dan makna sengketa yang diberikan masyarakat juga sangat tergantung pada nilai-nilai, kepercayaan, dan


(20)

norma-norma yang dianut, serta bentuk-bentuk institusi sosial yang dibangun untuk menyelesaikan sengketa (Roberts, 1978).

Dalam ilmu sosial, dikenal bentuk-bentuk penyelesaian konflik yaitu sebagai berikut:

a) Koersi, Koersi adalah bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan dengan paksaan karena salah satu pihak berada pada posisi yang lemah. b) Mediasi, Mediasi merupakan penyelesaian konflik yang dilakukan melalui

suatu jasa perantara yang bersikap netral. Pada mediasi, terdapat pihak yang berusaha untuk mempertemukan pihak-pihak yang bertikai antara dua belah pihak.

c) Arbitrasi, Arbitrasi adalah merupakan salah satu cara untuk mencapai kompromi apabila pihak-pihak yang bertikai tidak mampu menghadapi sendiri. Arbitrasi dilakukan dengan menghadirkan pihak ketiga yang mendapat persetujuan kedua belah pihak.

d) Konsiliasi, Konsiliasi adalah usaha mempertemukan keinginan pihak-pihak yang bertikai untuk mencari pemecahan.

e) Toleransi, Toleransi adalah salah satu bentuk akomodasi tanpa persetujuan tetapi dibutuhkan saling pengertian.

f) Stalemate, Stalemate adalah satu bentuk akomodasi di mana pihak yang bertentangan berhenti pada satu titik tertentu karena mempunyai kekuatan seimbang.

g) Ajudikasi, Ajudikasi merupakan suatu proses penyelesaian masalah di pengadilan.


(21)

Kondisi masyarakat yang masih sederhana dan subsisten seperti di Desa Percut,penyelesaian sengketa lebih mengarah kepada penyelesaian yang bersifat kekeluargaan.Kelompok masyarakat yang memilikinilai solidaritas tinggi serta memegang teguh silaturahmi ini membawanilai positif saat terjadinya selisih-selisih antar anggota kelompok masyarakat. Penyelesaian sengketa melalui musyawarah menjadi upaya penyelesaian pertama yang dilakukan antara pihak-pihak yang bersengketa untuk mencapai atau menemukan bentuk-bentuk penyelesaian yang dapat disepakati dan diterima oleh pihak-pihak yang bersengketa. Dalam musyawarah yang dilakukan, pihak-pihak yang bersengketa biasanya melakukannya tanpa perantara pihak lain atau mediator.

Bentuk akomodasi lain seperti mediasi juga digunakan dalam penyelesaian sengketa yang melibatkan kelompok dengan kelompok di Desa Percut. Pada prinsipnya bentuk penyelesaian sengketa dengan mediasi adalah negosiasi yang melibatkan pihak lain selaku mediator yang netral dan tidak memihak serta dapat membantu para pihak untuk mencapai kesepakatan. Bentuk penyelesaian konflik dengan mediasi biasanya melibatkan perangkat Desa apakah Kepala Desa, Kepala Dusun atau melibatkan tokoh agama yang bersifat netraluntuk menjadi mediator dalam penyelesaian sengketa.

Permasalahan sengketa yang terjadi di Desa Percut antara lain permasalahan keluarga, perceraian, sengketa lahan, dan konflik akibat kecelakaan lalu lintas. Penyelesaian sengketa dilakukan dengan cara damai kekeluargaan. Seperti konflik perceraian yang dikatakan oleh seorang informan, penyelesaian konflik dilakukan secara kekeluargaan. Pihak-pihak yang ingin bercerai dipertemukan dengan seorang mediator yang biasanya orang tua di kampung


(22)

untuk berdamai. Konflik seperti kecelakaan diselesaikan secara kekeluargaan dengan jalur damai dan memberikan ganti rugi oleh pihak yang bersangkutan.

Menurut Pak Sayut, selama konflik yang terjadi di masyarakat masih bisa diatasi secara kekeluargaan, mereka lebih memilih untuk jalur kekeluargaan.

Kalau di sini konflik tidak sampai ke mana-mana. Ya selesai di situ secara damai keluarga. Hampir semua orang di sini masih berbau keluarga (Pak Sayut).

Maksud dari Pak Sayut adalah ketika terjadi sengketa di masyarakat, maka beritannya selesai sampai di mereka saja. Penyelesaian mereka lakukan secara tertutup hanya dengan melibatkan mediator dan pihak-pihak bersangkutan. Pak Sayut mengatakan kalau konflik kita tidak bisa bersikeras di sini karena mayoritas kita kenal dan bau-bau saudara. Konflik lahan di tahun 2013, menurutnya penyelesaian diselesaikan secara kekeluargaan dan damai saja karena masih berbau saudara menurut Pak Sayut.

Berbeda dengan masyarakat pedesaan yang lebih sederhana, bentuk penyelesaian sengketa di masyarakat yang lebih kompleks seperti perkotaan, sengketa biasanya diselesaikan melalui lembaga penyelesaian yang formal dengan mengacu pada hukum negara seperti lembaga peradilan dan hakim.

3.4 Jenis Pengobatan yang digunakan Masyarakat Desa Percut

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Sedangkan istilah sehat dalam kehidupan sehari-hari sering dipakai untuk


(23)

menyatakan bahwa sesuatu dapat bekerja secara normal. Untuk memperoleh kesehatan tentunya diperlukan usaha-usaha yang harus dilakukan. Usaha-usaha itu merupakan kegiatan memelihara dan meningkatkan kesehatan yang meliputi gaya hidup sehat, menghindari penyakit, serta pengetahuan atas cara penyembuhan.

Pengetahuanmasyarakat tentang kesehatan berpengaruh terhadap tindakan yang dilakukannya.Persepsi masyarakat kita yang berbeda-beda tentang sehat dan sakit serta karakteristik masyarakat itu sendiri mempengaruhi cara penyembuhan yang mereka gunakan. Hal ini terbukti bahwa masyarakat bisa berbeda-beda dalam menggunakan jasapengobatan, apakah menggunakan jasamedisatau menggunakan jasa pengobatan tradisional. Ada masyarakat yang menjadikan pengobatan tradisional sebagai pengobatan utama mereka dan ada juga masyarakat yang menjadikan pengobatan medis sebagai pengobatan utama.

Berdasarkan data yang peneliti dapat saat penelitian ini dilakukan, masyarakat di Desa Percut lebih dominan menggunakan jenis pengobatan tradisional terlebih dahulu. Pemilihan penggunaan jenis pengobatan tradisional ini karena lokasi pengobatan yang memang ada di Desa. Penggunaan jenis pengobatan modern juga mereka gunakan, mengingat di Desa ini sudah ada Pusat Kesehatan Desa (PUSKESDES) dan mantri14

Pengobatan tradisionalbukan menjadi hal yang asing lagi bagi masyarakat di Indonesia. Pengobatan tradisional menjadi salah satu pengobatan yang sering

.

3.4.1 Penggunaan Jenis Pengobatan Tradisional

14


(24)

digunakan oleh masyarakat saat ini. Pengobatan tradisional merupakan metode pengobatan yang menggunakan pendekatan di luar medis yang belum termasuk dalam standar pengobatan kedokteran modern. Dalam pengobatan tradisional, segala metode dimungkinkan dilakukan, seperti penggunaan obat-obat tradisional yang berupa jamu-jamuan, penggunaan mantra-mantra, bersifat magis dan lain sebagainya. Sebutan untuk orang yang menyembuhkan penyakit dalam pengobatan tradisional juga berbeda-beda, ada tabib, dukun, paranormal, serta ustadz. Dalam pengobatan tradisional,penyakit yang diderita cenderung dikaitkan dengan campur tangan kekuatan gaib ataupun yang memadukan antara kekuatan rasio dan batin.

Dalam ilmu antropologi, pengobatan tradisional biasa dikenal dengan sebutan

etnomedisin. Etnomedisin adalah cabang antropologi medis yang membahas

tentang asal mula penyakit, sebab-sebab dan cara pengobatan menurut kelompok masyarakat tertentu. Aspek etnomedisin merupakan aspek yang muncul seiring perkembangan kebudayaan manusia dibidang antropologi medis, etnomedisin memunculkan termonologi yang beragam. Cabang ini sering disebut pengobatan tradisionil, pengobatan primitif, tetapi etnomedisin terasa lebih netral15

.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1076/MENKES/SK/VII/2003 Pasal 3, pengobat tradisional diklasifikasikan ke dalam 4 jenis yaitu, pengobatan tradisional dengan keterampilan, pengobatan tradisional dengan ramuan, pengobatan tradisionanl dengan pendekatan agama dan pengobatan tradisional dengan pendekatan supranatural.


(25)

a) Pengobat tradisional dengan keterampilan yaitu terdiri dari : Pijat urut, patah tulang, sunat, dukun bayi, refleksi, akupresuris, akupunturis dan chiroprator.

b) Pengobat tradisional dengan ramuan yaitu, jamu, gurah, tabib shinse, homeopathy dan aromatherapist.

c) Pengobat tradisional dengan pendekatan agama yaitu, pendekatan Agama Islam, Kristen, Katolik dan Budha.

d) Pengobatan tradisional supranatural terdiri dari pengobat tradisional seperti tenaga dalam, paranormal, reiky master, qigong dan dukun kebatinan.

Di Desa Percut pengobatan tradisional yang mereka gunakan antara lain: dukun patah, dukun bayi, kusuk tradisional, dan pengobatan spritual.

1. Dukun Bayi

Dukun bayi adal

proses persalinan seseorang, merawat

menggendong, belajar berkomunikasi dan lain sebagainya. Dukun bayi selain dilengkapi dengan keahlian atau keterampilan juga dibantu dengan berbagai

tersebut berjalan sampai dengan bayi berumur 2 tahunan. Tetapi pendampingan yang sifatnya rutin sekitar 7 sampai 10 hari saja pasca melahirkan16

Dukun bayi dalam pengetahuan saya adalah seorang anggota masyarakatyang biasanya adalah seorang perempuan memiliki keterampilan

.

16


(26)

menolong persalinan secara tradisional.Keterampilan tersebutdidapat secara turun-temurun dari orang-orang terdahulu yang juga berprofesi sebagai dukun bayi. Dalam komunitas masyarakat yang masih sederhana, dukun bayi lebih sering digunakan masyarakat dalam proses persalinan. Adat istiadat serta keyakinan masyarakat terhadap dukun bayi menjadikan sebagian besar masyarakat di pedesaan memilih dukun bayi sebagai penolong persalinan mereka. Seperti di Desa Pecut, persalinan melibatkan dukun bayi masih mereka gunakan dalam kehidupan mereka. Mereka masih mempercayai bahwa dukun bayi lebih dapat membantu mereka dalam proses persalinan. Dukun bayi bukan malpraktik karena bersifat tradisional yang pengetahuannya didapat dari nenek moyang mereka terdahulu.

Menurut Kak Ita salah seorang informan dalam penelitian ini, Dukun bayi yang terkenal di Desa Percut adalah nek Arfah. Beliau sudah sejak lama membantu proses persalinan warga di Desa Percut.

Nek Arfah merupakan seorang dukun bayi di Desa Percut sejak 35 tahun yang lalu. Saat ini Nek Arfah sudah berusia 75 tahun yang tinggal bersama anaknya. Nek Arfah memiliki 8 orang anak yang sudah berkeluarga, 43 cucu, dan 17 cicit. Salah satu anak Nek Arfah menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Deli Serdang. Sampai saat iniNek Arfah masih menggunakan cara-cara tradisional dalam menangangi proses persalinan.

Saat menjelang kelahiran Nek Arfah sudah memberikan jamu untuk kelancaran persalinan. Persalinan dilakukan secara tradisional tanpa menggunakan peralatan medis. Ramuan-ramuan yang Nek Arfah gunakan juga berupa tumbuh-tumbuhan yang mudah dia dapatkan di pasar. Nek Arfah menggunakan


(27)

pilis(ramuan) untuk ibu yang baru melahirkan dan bayinya. Pilis berupa ramuan dari buah pala, bunga cabe, kayu manis, cengkeh, dan pulut hitam yang diletakkan di dahi.

Nek Arfah akan menjaga ibu dan bayinya sampai putus pusar. Mulai dari proses persalinan sampai putus pusar Nek Arfah menjaga dan memberikan jamu-jamu untuk kesehatan keduanya. Bahkan menurut Nek Arfah, beliau juga terkadang sampai mencucikan pakaian kotor ibu dan bayi jika suaminya pergi melaut.

Kalau jamu nenek buat dari segala temu-temu itu, sambil tertawa (Nek Arfah, 75 tahun).

Maksud dari Nek Arfah jamu dibuat dari segala temu adalah berupa temulawak, temukunci, sambiloto, kunyit, telur ayam kampung, dan lain-lain. Nek Arfah juga membuat teh dari inai untuk ibu yang baru melahirkan.

Pengetahuan Nek Arfah tentang persalinan didapat dari neneknya terdahulu. Nenek dari Nek Arfah dulunya seorang dukun bayi sehingga pengetahuan didaptkan dari turun temurun. Selain itu Nek Arfah yang pernah tinggal di Aceh juga mendapatkan pengetahuan tentang persalinan dari sana. Enk Arfah sudah menurunkan pengetahuannya kepada anak dan cucunya. Namun menurut Nek Arfah mereka selalu bilang terlalu capek kerja begini.

2. Kusuk Tradisional

Kusuk adalah media pengobatan sederhana yang efektif untuk menghilangkan rasa sakit pada tubuh, menghilangkan setres, dan media relaksasi. Kusuk tradisional adalah pemijatan yang menggunakan metode dan


(28)

peralatan-peralatan tradisional. Kusuk banyak digunakan orang untuk menghilangkan rasa lelah pada tubuh. Di Desa Percut kusuk mereka gunakan untuk menghilangkan rasa capek, melemaskan, terkilir, keseleo, dan mengobati masuk angin.

Kusuk tradisional yang ada di Percut mereka sebut dengan urut. Urut adalah istilah yang dipakai etnis jawa dalam hal pemijatan. Pijat urut yang ada di percut semuanya menggunakan minyak sebagai pelicin dan ramuannya. Minyak itu mereka buat sendiri yang terdiri dari minyak kelapa atau minyak goreng yang dicampur dengan bawang merah. Bawang merah menurut mereka cukup hangat dan dapat membantu dalam menghilangkan angin alam tubuh.Kusuk diawali dengan membaluri ramuan minyak dan dilakukan kusuk ringan untuk melemaskan otot-otot pasien. Setelah itu dilakukan pemijatan yang lebih kuat di daerah yang sakit.

Pengetahuan masyarakat di Desa Percut tentang kusuk tradisional ini didapat dari pengetahuan yang turun temurun. Pengetahuan ini diwariskan oleh orang-orang terdahulu dan didapat berdasarkan kebiasaan sehari-hari mengurut orang. Ada beberapa memang yang mempunyai keterampilan dalam permasalahan pemijatan. Namun menurut mereka tidak semua orang bisa memijat dengan baik.

Nek Arfah selain menjadi dukun bayi, beliau juga tukang urut yang terkenal di Desa Percut. Nek Arfah biasa mengurut orang-orang yang pegal-pegal, keseleo, terkilir, masuk angin, bahkan patah tulang. Cara penanganan penyakit yang diderita juga berbeda-beda. Apabila hanya pegal-pegal kecapekan, Nek Arfah mengurut seluruh tubuh seperti biasa menggunakan minyak terakuk (ramuan). Apabila terkilir dan keseleo maka yang diurut adalah bagian yang sakit


(29)

saja menggunakan minyak terakuk patah dan daun bakung. Apabila sampai patah tulang maka Nek Arfah mengobatinya dengan menggunakan bantuan kayu dan kain untuk diikatkan di bagian yang patah.

Pengalaman Nek Arfah menangani patah tulang saat ada orang kecelakaan yang tulangnya sampai keluar. Beliau mengobatinya menggunakan kayu, kain dan ramuan berupa minyak terakuk patah, ubi, bawang merah, daun bakung dan diikatkan selama 3 sampai dengan 4 hari. Nek Arfah juga menyediakan jamu-jamu untuk penyembuhan penyakit kanker, kista, liver, diare, dan lain-lain. Jamu-jamu beliau buat dari bahan-bahan seperti telur ayam kampung, pinang muda, sirih, cabe, bawang, kunyit, sambiloto, temulawak, temu kunci, daun bengkuan-bengkuin, beras hitam dan ggula merah.

3. Pengobatan Spiritual

Di Indonesia pengobatan spiritual biasanya dikaitkan dengan keagamaan. Geertz (1983) melihat agama sebagai suatu sistem budaya,maksudnya sebuah sistem simbol yang berperan membangun suasana hati dan motivasi yang kuat, pervasif dan tahan lama di dalam diri manusia dengan cara merumuskan konsepsi tatanan kehidupan yang umum dan membungkus konsepsi ini dengan suatu aura faktualitas semacam itu sehingga suasana hati dan motivasi tampak realistik secara unik.

Spiritualitas mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan hidup pada individu. Spiritualitas berperan sebagai sumber dukungan dan kekuatan bagi individu. Pada saat stres individu akan mencari dukungan dari keyakinan


(30)

agamanya. Dukungan ini sangat diperlukan untuk menerima keadaan sakit yang dialami, khususnya jika penyakit tersebut memerlukan proses penyembuhan yang lama dan hasilnya belum pasti. Melaksanakan ibadah, berdoa, membaca kitab suci dan praktek keagamaan lainnya sering membantu memenuhi kebutuhan spiritualitas dan merupakan suatu perlindungan bagi individu (Sinabang, 2015).

Di Desa Percut Pengobatan dengan metode spiritual biasanya dikaitkan dengan emosi keagamaan islam. Emosi keagaman atau religion emotion adalah suatu getaran jiwa yang pada suatu ketika pernah menghinggapi seseorang manusia dalam jangka hidupnya, walaupun getaran itu mungkin hanya berlangsung beberapa detik saja untuk kemudian menghilang lagi (Koentjaraningrat, 1992: 239).

Metode pengobatan spiritual ini mereka gunakan untuk penyembuhan seperti penyakit gula, asam urat, asam lambung, serta penyakit dalam lain. Pengobatan ini dipilih karena keyakinan masyarakat di Percut terhadap agama begitu tinggi. Menurut Karyadi (29, tahun) salah seorang informan dalam penelitian ini, biasanya penderita penyakit tersebut memilih menggunakan pengobatan karena alasan agama. Di Percut pengobatan spiritual biasanya bagian dari pengobatan tradisional. Metode spiritual menjadi bagian dalam proses penyembuhan yang dilakukan masyarakat secara tradisional. Contoh penyembuhan seperti penyakit kanker dan kista, maka untuk penyembuhannya dilakukan dengan memberikan ramuan tradisional dari rebusan gadung pendang (seperti ubi) dan airnya diminumkan selama 6 bulan sampai dengan 1 tahun. Dalam prosesnya digunakan doa-doa dari agama islam sebagai sugesti penyembuhan.


(31)

Untuk penyembuhan seperti diare digunakan cara sapuan berupa batang pisang, abu, kotoran cacing tanah, dan merah. Setiap penyakit berbeda doa yang digunakan dalam penyembuhannya. Namun doanya biasanya diberikan ke air putih yang akan diminumkan kepada pasien.

Untuk menangani sengatan hewan dibedakan menjadi 2 habitat, yaitu hewan di darat dan hewan di air. Untuk hewan di darat seperti ular, kalajengking, kelabang cara mengobatinya ambil kayu kering lalu gosokkan di tempat digigit sambil membaca “Siasa sehalisan sech ahmad tawar”. Untuk sengatan hewan di air maka doanya adalah “Hiyana raja penawar, tau akan asal mula menjadi, naik segala tawar, turun segala bisa, berkat kebesaran La’ilahailallah muhammadurasullah” dan berikan perasan jeruk purut. Menurut warga di Desa Percut apabila sengatan seperti ikan sembilang tidak cepat diobati dengan cara tersebut, maka sakitnya baru akan hilang setelah 2 kali pasang surut.

Istilah step dalam medis di desa percut dikenal dengan tersambat. Tersambat adalah penyakit anak-anak saat demam dan matanya sampai melotot badannya kejang-kejang. Pengobatan yang mereka gunakan adalah dengan doa-doa dan menyediakan jeruk purut. Mereka juga mempercayai tangkal di anak-anak balita. Ada semacam tali dan bundelan hitam yang dipakaikan ke anak-anak mereka, mereka menyebutnya tangkal plasit. Tangkal plasit adalah semacam tangkal untuk menghindari makhluk gaib berupa plasit yang menghisap darah pada anak.


(32)

3.4.2 Pengobatan Medis

Berbeda dengan pengobatan tradisional yang menggunakan pendekatan di luar medis danbelum termasuk ke dalam standar pengobatan kedokteran, Pengobatan medislebih kepada pendekatan ilmiah. Pengobatan medis dalam pengetahuan umum adalah cara-cara pengobatan yang dilakukan berdasarkan penelitian ilmiah dan berdasarkan pengetahuan dari berbagai aspek. Dalam pengobatan medis, mereka yang menangani adalah dari kalangan profesional di bidang medis yang sudah memiliki pengetahuan dan keterampilan. Jenis obat yang digunakan dalam pengobatan medis juga berasal dari obat-obatan kimia yang didapat dari penelitian secara ilmiah.

Di Desa Percut pengobatan medis bisa dilihat dari adanya puskesdes, bidan, dan mantri. Puskesdes biasanya digunakan warga di Percut saat menderita penyakit seperti demam, malaria, diare, dan masuk angin. Puskesdes saat ini dijaga oleh 4 orang perawat yang satunya adalah bidan Desa.Selain menggunakan jasa dukun bayi, mereka juga menggunakan jasa bidan desa dalam proses persalinan.Jasa mantri yaitu seorang perawat kesehatan laki-laki mereka gunakan saat khitan atau sunatan anak laki-laki.

Mak Nisa (Khoiriyah, 32) adalah salah satu bidan Desa yang ada di Desa Percut. Menurut Mak Nisa saat ini masyarakat sudah mulai percaya kembali dengan medis dilihat dari kunjungan orang sakit bisa 3 orang sehari. Pasien juga berbeda-beda, biasa sakit umum seperti demam, diare, dan sakit kepala. Beliau juga menceritakan soal dukun bayi, menurutnya pilis tetap digunakan masyarakat karena kepercayaan.


(33)

“Dua metode pengobatan kalau di sini. Jadi mereka tidak menggunakan medis saja, pengobatan tradisional juga masih dipakai. Kalau sakitnya udah parah baru datang ke sini minta dirujuk ke rumah sakit (Khoiriyah, 32 Tahun).”

Menurut Mak Nisa terkadang medis yang sudah jelas ilmiah belum dipercaya. Kami menyediakan secara gratis, kami terus buat penyuluhan ke ibu-ibu, terkadang juga bagi-bagi susu tapi tetap tradisional diutamakan menurut Mak Nisa. Pernah memang terjadi persalinan gagal di sini pada tahun 2012 menurutnya. Dari situ beliau tidak dipercaya dan meninggalkan desa selama 2 tahun. Padahal menurut dia gagalnya persalinan juga karena terlambatnya dibawa ke rumah sakit. Memang kalau di pedesaan orang mudah terpengaruh dan mendengar apa kata tetangganya apalagi orang tua. Di sini tunggu step dulu si anak baru dibawa ke puskesmas, padahal terkadang cara-cara tradisional tidak manusiawi menurut Mak Nisa.

Terkadang juga medis dan tradisional berlawanan cara pengobatannya. Dalam persalinan tradisional ada pula pakai minyak goreng biar licin persalinannya, di medis itu tidak ada. Dan obat-obat tradisional juga kadang tidak ilmiah, cara perawatan ibu hamil dan bayinya juga mereka pakai kusuk-kusuk di hari-hari tertentu. Tapi tetap aja mereka lebih percaya dukun bayi daripada bidan, meskipun kita sering melakukan penyuluhan-penyuluhan, Kata Mak Nisa.


(34)

BAB IV

SUMBER-SUMBER INFORMASI MASYARAKAT DI DESA PERCUT

4.1 Bahasa Sebagai Sumber Informasi

Badudu (1989) mengatakan bahasa adalah alat penghubung, alat komunikasi antar anggota masyarakat yaitu individu-individu sebagai manusia yang berpikir, merasa, dan berkeinginan. Pikiran, perasaan, dan keinginan berwujud bila dinyatakan, dan alat untuk menyatakan itu adalah bahasa. Lebih jauh Badudu mengatakan bahwa ada dua segi bahasa yang utama, yakni bentuk dan isi. Yang dimaksud dengan isi adalah makna, arti, atau maksud yang terkandung dalam bentuk bahasa itu. Bentuk dan isi tentu harus sejalan. Kalau bentuk salah, misalnya susunan kata-kata dalam kalimat tidak teratur sesuai dengan struktur kalimat, arti atau maksud kalimat itu akan kabur atau tidak dapat dipahami. Bahasa secara umum merupakan simbol pembeda antara satu masyarakat dengan masyarakat lain (Tony, 2015)

Menurut Robert Sibarani (1987) bahasa sangat erat kaitannya dengan kebudayaan. Tindakan dan hasil karya tidak akan tercipta jika tidak ada interaksi dan komunikasi antar sesama manusia. Artinya akumulasi komunikasi yang secara terus-menerus dan secara turun-temurun dapat menghasilkan norma, nilai, dan keyakinan dalam diri manusia secara kolektif yang bisa disebut kebudayaan. Kebudayaan menurut Robert Sibarani dalam bukunya Antropolinguistik adalah keseluruhan kebiasaan kelompok masyarakat yang tercermin dalam pengetahuan, tindakan, dan hasil karyanya sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk


(35)

memahami lingkungannya dan yang menjadi pedoman tingkah lakunya untuk mencapai kedamaian dan atau kesejahteraan hidupnya.

Secara garis besar bahasa memiliki dua fungsi utama yaitu fungsi mikro dan fungsi makro. Fungsi mikro bahasa yaitu penggunaan bahasa dalam fungsinya yang lebih khusus untuk kebutuhan setiap manusia. Fungsi mikro ini meliputi fungsi bahasa yang lebih menyangkut kebutuhan individu atau kepentingan pribadi. Fungsi makro bahasa yaitu fungsi bahasa secara luas yang memenuhi kebutuhan sosial dengan melampaui kepentingan pribadi manusia.

Di Desa Percut yang mayoritas bersuku melayu, bahasa utama yang digunakan adalah bahasa melayu. Bahasa indonesia biasanya mereka gunakan saat berbicara dengan orang yang bukan melayu. Saat penelitian ini dilakukan, terdapat 2 (dua) fungsi bahasa yang ada di Desa Percut yaitu, bahasa sebagai media komunikasi antar sesama dan bahasa sebagai media komunikasi dengan makhluk gaib17

17

Tidak terlihat, tersembunyi, tidak nyata (KBBI)

. Dua fungsi bahasa ini sesuai dengan pandangan Malinowski tentang fungsi bahasa yang meliputi practical uses and magical uses. Practical uses bekenaan dengan fungsi utama bahasa yaitu sebagai alat komunikasi. Sedangkan magical usesberkenaan dengan fungsi bahasa dalam kegiatan upacara atau keagaaaman di suatu kebudayaan.


(36)

4.1.1 Bahasa Sebagai Media Komunikasi Antar Sesama

Berdasarkan uraian-uraian di atas jelas bahwa bahasa masih menjadi alat utama manusia untuk berinteraksi dan menjadi alat penghubung antara individu dengan individu. Bahasa digunakan sebagai alat untuk beradaptasi di lingkungan baru. Di Desa Percut yang masyarakatnya masih sederhana, bahasa mempunyai peran yang sangat penting dalam hal pengetahuan mereka. Nelayan tradisional yang secara pendidikan rendah bahkan ada yang sama sekali tidak pernah bersekolah, bahasa sehari-hari masyarakat menjadi modal pengetahuan mereka dalam melakukan sesuatu.

Pengetahuan masyarakat di Desa Percut memang banyak didapat dari pengalaman-pengalaman serta cerita-cerita orang terdahulu yang berprofesi sama dengan mereka. Yang berprofesi sebagai nelayan, pengetahuanya membuat perahu, penggunaan alat tangkap, serta pengetahuan-pengetahuan melaut lainnya mereka dapatkan dari keluarga atau masyarakat setempat. Selain pengetahuan-pengetahuan tentang pekerjaan tersebut, dengan bahasa mereka juga mendapatkan pengetahuan seperti agama. Pengetahuan ini mereka dapat saat mendengar dakwah atau pidato tokoh agama. Hal ini tentunya sesuai dengan pendapat Onong seorang ahli komunikasi tentang fungsi komunikasi. Komunikasi menurut Onong mempunyai fungsi sebagai berikut:

a) Komunikasi sebagai sumber informasi kepada masyarakat, memberitahukan kepada masyarakat mengenai peristiwa yang terjadi, ide atau pikiran dan tingkah laku orang lain, serta segala sesuatu yang disampaikan orang lain.


(37)

b) Komunikasi merupakan sarana pendidikan. Dengan komunikasi, manusia dapat menyampaikan ide dan pikiranya kepada orang lain, sehingga orang lain mendapatkan informasi dan ilmu pengetahuan.

c) Komunikasi berfungsi untuk menyampaikan hiburan atau menghibur orang lain.

d) Komunikasi dapat mempengaruhi setiap individu yang berkomunikasi, tentunya berusaha saling mempengaruhi jalan pikiran komunikan dan lebih jauh lagi berusaha merubah sikap dan tingkah laku komunikan sesuai dengan yang di harapkan.

Menurut Pak Sayuti yang menjadi informan dalam penelitian ini, dirinya lebih mudah memahami sesuatu dengan cara melihat dan mendengarkan.

“Ya kalau Bapak memang lebih mudah ngerti kalau dengar sama lihat. Apa dengar tv, orang ngomong, apa radio abis itu dipraktekkan” (Pak Sayuti 40, Tahun)”.

Apa yang dirasakan Pak Sayuti ini sesuai dengan pandangan Supriyono (2000) yang mengatakan bahwa melihat dan mendengarkan lebih mudah daripada membaca. Membaca masih belum menjadi budaya bangsa ini, membaca itu sulit, membaca harus memiliki kemampuan untuk memahami setiap rangkaian kata dan banyak membuang energi.

4.1.2 Bahasa Sebagai Media Komunikasi Dengan Makhluk Gaib

Di Indonesia kepercayaan-kepercayaan akan hal-hal yang gaib selalu ada di dalam kelompok atau masyarakat tertentu. Kepercayaan-kepercayaan ini menjadi kebudayaan sendiri di masyarakat tersebut. Bentuknya bisa bermacam-macam, diantaranya adalah mempercayai bahwa setiap tempat ada penunggunya.


(38)

Untuk bisa berhubungan dengan yang gaib tersebut maka dilaksanakan upacara-upacara atau ritual tertentu sebagai media penghubung. Dalam kajian antropologi religi, ritual merupakan serangkaian kegiatan yang dilaksanakan terutama untuk tujuan berdasarkan dalam ritual biasanya sudah diatur dan ditentukan, dan tidak dapat dilaksanakan secara sembarangan. Upacara-upacara seperti ini terdiri dari perbuatan-perbuatan yang seringkali tidak dapat diterangkan lagi alasan atau asal mulanya (Koentjaraningrat, 1992).

Di Desa Percut, upacara ritual yang dilakukan oleh masyarakat nelayan adalah jamu laut. Jamu laut mereka lakukan setiap (empat) tahun sekali dengan kegiatan seperti bersaji18

Hal ini disebabkan lebih banyak tantangan yang dihadapi di laut dibandingkan dengan di darat. Dalam upacara jamu laut terdapat ritual pembacaan mantra

menyembahkan kepala kerbau dan hasil-hasil sumber daya alam. Upacara ini mereka lakukan sebagai bentuk syukur kepada yang maha kuasa karena telah memberi limpahan hasil laut. Selain itu jamu laut mereka lakukan sebagai bentuk memohon keselamatan saat melaut. Koentjaraningrat (1985) mengatakan bahwa kaum nelayan merupakan kelompok yang intensif menggunakan metode ilmu gaib dalam melakukan pekerjaannya.

19

18

Meliputi perbuatan upacara yang biasannya diterangkan sebagai perbuatan-perbuatan untuk menyajikan maknan, benda, dan lain sebagainya kepada dewa-dewa, roh-roh nenk moyang, atau makhluk halus lain, tetapi yang di dalam praktek jauh lebih komplek daripada itu (Koentjaraningrat, 1992).

sebagai bahasa penghubung antara mereka dengan roh penunggu laut. Biasanya mantra ini dibacakan oleh pawang atau orang yang dituakan. Mantra

19


(39)

juga dibacakan pengobatan-pengobatan spiritual yang ada di masyarakat desa percut. Seperti penyembuhan penyakit akibat terkena sengatan hewan maka ada mantra yang dibacakan. Berikut adalah contoh mantra yang ada di desa percut “Hiyana raja penawar, tau akan asal mula menjadi, naik segala tawar, turun segala bisa, berkat kebesaran La’ilahailallah muhammadurasullah”. Mantra-mantra yang dibacakan ini yang mereka anggap bahasa sebagai alat komunikasi dengan yang gaib.

Pengetahuan ini sesuai dengan yang diungkapkan Tony (2015) dalam bukunya yang berjudul Antropologi Agama: wacana-wacana mutakhir dalam kajian antropologi dan budaya. Tony mengungkapkan bahwa bahasa agama berbeda dengan bahasa keseharian. Jika bahasa keseharian menunjukkan efektivitas dan ekonomi bahasa, maka bahasa agama justru memperlihatkan pengulangan-pengulangan contohnya adalah pada doa-doa atau mantra-mantra. Bahasa agama biasanya menjadi cara meditasi sendiri yang membuat seorang merasa lebih tenang dan bersahaja atau dapat juga dijadikan satu cara untuk memanggil yang gaib.

4.2 Media Massa Sebagai Sumber Informasi

Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan-pesan dari sumber kepada khalayak (menerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, TV (Cangara, 2002). Menurut Effendy (2000), media massa digunakan dalam komunikasi apabila komunikasi berjumlah banyak dan bertempat tinggal jauh. Media massa yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari umumnya adalah surat kabar,


(40)

radio, televisi, dan film bioskop, yang beroperasi dalam bidang informasi, edukasi dan rekreasi, atau dalam istilah lain penerangan, pendidikan, dan hiburan.

Pemanfaatan media massa seperti televisi, radio, media cetak, serta media online dewasa inimemang mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Masyarakat dapat dengan mudah mengakses informasi apa saja melalui media-media tersebut. Kehadiran media-media massa di tengah masyarakat ini sangat membantu masyarakat untuk memenuhi kebutuhan informasi terkini. Penggunaan bahasa di media massa yang relatif lebih umum dapat dengan mudah diserap oleh masyarakat dalam menggali informasi. Tapi di sisi lain, media massa ini juga membawa dampak negatif yaitu semakin memudarkan minat baca orang.

Saat penelitian ini dilakukan, hampir semua warga di Desa Percut memiliki media elektronik seperti televisi, telepon genggam (Handphone) dan ada juga yang memiliki radio.

4.2.1 Televisi

Televisi adalah sistem penyiaran gambar yang disertai dengan bunyi (suara) melalui kabel atau melalui angkasa dengan menggunakan alat yang mengubah cahaya (gambar) dan bunyi (suara) menjadi gelombang listrik dan mengubahnya kembali menjadi berkas cahaya yang dapat dilihat dan bunyi dapat didengar20

Pada dasarnya fungsi televisi sama dengan fungsi media massa lain seperti surat kabar ataupun radio yaitu sebagai media informasi, hiburan maupun edukasi.

.


(41)

Saat ini televisi sebagai media massa penggunaanya paling dominan di Indonesia. Hampir setiap rumah baik di kalangan atas, hingga menengah ke bawah mereka memiliki minimal satu televisi. Televisi yang secara penggunaanya dapat dilihat dan didengar ini ternyata mampu menarik masyarakat secara luas dari berbagai lapisan. Terkhusus untuk mereka yang tidak bisa membaca sekalipun televisi dapat dinikmatinya. Mendengar suara serta tampilan gambar yang ditampilkan dapat memudahkan masyarakat memahami pesan apa yang ingin disampaikan. Berbeda dengan surat kabar yang harus dibaca dan dipahami kata perkata atau radio yang hanya dapat didengar saja.

Dewasa ini televisi seakan-akan sudah menjadi kebutuhan primer masyarakat.Dengan tayangan program seperti sinteron, animasi-kartun, berita,infotainment dan sebagainya menjadi konsumsi masyarakat luas.Topik yang disampaikan bisa berisi tentang politik, sosial, budaya, ekonomi bahkan topik fiktif seperti tayangan sinetron ternyata semakin menambah minat menonton televisi pada saat ini.

Tidak jarang informasi atau tayangan yang di televisi ini bersifat tidak mendidik bahkan menngaburkan kebudayaan di masyarakat, contohnya tayangan sejenis Yuk Keep Smile yang sudah diberhentikan siarannya. Namun nyatanya televisi masih tetap menjadi media massa yang paling banyak digunakan di Indonesia. Menurut Supriyono (2000) Televisi memang sangat berpengaruh terhadap persepsi perilaku pemirsanya. Televisi mampu menjadi biang pemudar minat baca anak-anak yang baru bergerak untuk membaca. Sulit dibantah bahwa kehadiran program-program televisi mampu melemahkan pemirsa dari berbagai kelas sosial tanpa memandang genderisme.


(42)

Saat penelitian ini dilakukan, di Desa Percut televisi berfungsi sebagai media hiburan dan informasi. Fungsi televisi sebagai hiburan dan media informasi ini bisa dilihat dari jenis tayangan yang dominan mereka tonton di rumah dan wawancara dengan mereka. Intensitas menonton televisi mereka adalah cenderung pada malam hari. Menonton televisi pada malam hari setiap harinya mereka lakukan. Dalam penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa televisi mempunyai dua fungsi yait: televisi sebagai hiburan dan televisi sebagai sumber informasi.

1. Televisi Sebagai Hiburan

Hiburan merupakan sarana pemenuhan kebutuhan masyarakat. Hiburan diartikan sebagai semua macam atau jenis keramaian, pertunjukan atau permainan atau segala bentuk usaha yang dapat dinikmati oleh setiap orang dengan nama dan dalam bentuk apapun, dimana untuk menonton atau mempergunakan fasilitas yang ada . Hiburan dalam pengetahuan masyarakat desa percut adalah sesuatu yang dapat menimbulkan rasa senang, menghilangkan setres, dan menghilangkan kesedihan.

Menonton televisi menjadi kebiasaan masyarakat desa percut setiap ada waktu luang. Menonton televisi bisa dimulai dari pagi sampai malam di sela-sela waktu luang mereka. Tayangan yang ditonton berupa tayangan sinetron, infotainmen, berita dan kartun. Sinetron atau sinema elektronik lebih banyak diminati masyarakat di desa percut. Tayangan ini seolah-olah menceritakan realita kehidupan sehari-hari. Tayangan ini biasanya bercerita tentang rumah tangga, konflik, percintaan, dan religi. Saat penelitian ini dilakukan masyarakat lebih


(43)

sering menonton tayangan sejenis kolosal india serta sinetron emak ijah ingin ke mekkah. Menurut salah seorang informan dalam penelitian ini, dia sering menonton sinetron karena acaranya yang berkelanjutan dan beliau harus mengikutinya.

“Sinetron itu bisa jadi hiburan kalau di rumah. Acaranya bersambung jadi kakak harus ikutin biar gak ketinggalan cerita” (Kak Ita, 36 Tahun)”.

Selain sinetron, tayangan yang sering ditonton adalah kartun. Kartun menjadi tayangan kedua yang paling sering ditonton masyarakat. kartun ini umumnya ditonton anak-anak hingga remaja. Tayangan kartun yang paling sering ditonton di desa percut adalah upin-upin. Berdasarkan wawancara, tayangan ini dipilih karena bahasa yang hampir sama dengan mereka. Kartun berbahasa melayu malaysia ini menjadi favorit untuk menghibur karena persamaan bahasa dan mudah dimengerti.

2. Televisi Sebagai Sumber Informasi

Selain menjadi media hiburan, televisi juga bisa dimanfaatkan sebagai sumber informasi.Melalui media televisi, informasi akan lebih cepattersampaikan ke masyarakat luas dan lebih efektif. Fungsi televisi sebagai sumber informasi artinya televisi harus menyajikan tayangan-tayangan yang bersifat informatif. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang No 24 tahun 1997 tentang penyiaran bahwa salah satu fungsi penyiaran adalah sebagai media informasi dan penerangan.

Fungsi informasi televisi dirasakan masyarakat desa percut pada tayangan-tayangan seperti infotainment dan berita. Tayangan infotainment mereka anggap sebagai informasi karena memberikan informasi seputar kehidupan selebritis


(44)

ataupun kehidupan orang-orang terkenal. Mereka bisa melihat bagaimana kehidupan selebritis favorit mereka melalui televisi.

Tayangan berita yang umumnya berita faktual sudah pasti bersifat informatif. Tayangan-tayangan berupa peristiwa membantu masyarakat di percut untuk memperoleh informasi secara nasional maupun internasional. Informasi mengenai politik, sosial, ekonomi, maupun budaya juga mereka dapatkan di media televisi. Memanfaatkan perkembangan teknologi sebagai media informasi tidak perlu mereka pelajari dari buku ataupun sekolah. Penggunaan media massa yang semakin mudah menjadikan media massa dapat dinikmati semua kalangan tanpa terkecuali yang tidak melek aksara sekalipun.

4.2.2 Telepon Genggam (Handphone)

Telepon genggam atau telepon seluler (ponsel) atau handphone (HP) adalah perangkat telekomunikasi elektronik yang mempunyai kemampuan dasar yang sama dengan telepon konvensional saluran tetap, namun dapat dibawa ke mana-mana (portabel/mobile) dan tidak perlu disambungkan dengan jaringan telepon menggunakan kabel (nirkabel; wireless)21

Pada awalnya handphone hanya digunakan oleh orang-orang tertentu saja dikarenakan harganya yang mahal.Namun saat ini harga yang bervariasi serta beragam merk yang ditawarkan dipasaran menjadikan handphone sebagai barang umum. Handphone sudah menjadi kebutuhan masyarakat di Indonesia sebagai alat komunikasi jarak jauh. Handphone bukan menjadi barang asing lagi di masyarakat indonesia baik di perkotaan maupun di pedesaan. Kini jaringan

.


(45)

handphone hampir sudah tersedia hingga ke pelosok-pelosok negeri ini. Wajar jika handphone menjadi alat utama masyarakat dalam keperluan panggilan atau mengirim pesan.

Saat ini penggunaan handphone tidak hanya sebatas alat komunikasi jarak jauh seperti panggilan atau pesan saja. Beragam fitur yang diberikan handphone ternyata juga membantu masyarakat dalam mengakses berbagai informasi yang sedang berkembang.

Hasil wawancara dengan informan saat penelitian ini dilakukan, fungsi handphone bagi mereka adalah sebagai alat komunikasi, hiburan, dan facebook-an. Handphone sebagai alat komunikasi tentunya sesuai dengan fungsi utama handphone pada awalnya yaitu sebagai alat komunikasi jarak jauh. Handphone sebagai hiburan biasanya pada saat mereka mendengarkan musik dan foto-foto. Fitur lain yang disediakan handphone canggih seperti kamera, music player dan pemutar video mereka anggap sebagai fungsi handphone sebagai hiburan.

Selain fitur kamera dan pemutar musik, handphone canggih atau handphone pintar (smartphone) pada saat ini bahkan sudah memfasilitasi layanan internet. Layanan internet yang paling populer digunakan adalah situs jejaring sosial (social network22

22

Dalam perspektif antropologi konsep social network disebut jaringan sosial. Jaringan sosial adalah sebagai suatu pengelompokan yang terdiri atas sejumlah orang, paling sedikit terdiri atas tiga orang yang masing-masing mempunyai identitas tersendiri dan masing-masing dihubungkan antara satu dengan yang lainnya melalui hubungan-hubungan sosial yang ada, sehingga melalui hubungan sosial tersebut mereka dapat dikelompokkan sebagai suatu kesatuan sosial (Suparlan, 1982: 35)


(46)

sebuah web berbasis pelayanan yang memungkinkan penggunanya untuk membuat profil, melihat daftar pengguna yang tersedia, serta mengundang teman untuk bergabung dalam satu situs tersebut (Mazdalifah, dkk; 2012). Dalam situs jejaring sosial biasanya juga disediakan berbagai fitur aplikasi seperti game, kuis, update status dan lain-lain.

Situs jejaring sosial yang ada di Indonesia bermacam-macam, seperti Facebook, Twitter, Google+, Path, Instagram, Ask.fm, Blackberry Messenger, Line, We chat, Kakao Talk, dan lain-lain. Namun yang paling sering digunakan masyarakat percut khususnya yang masih muda adalah facebook.

Facebook adalah sebua bulan Februari 2004, dimiliki dan dioperasikan oleh September 2012, Facebook memiliki lebih dari

dari separuhnya menggunaka

Facebook memang menjadi situs jejaring sosial kedua terbanyak penggunanya di dunia setelah Google+. Cara menggunakannya yang mudah membuat situs ini populer sampai di kalangan masyarakat desa. Pengguna

.

Di situs jejaring sosial facebook, pengguna (user) dapat menikmati fitur seperti update status, mengirim pesan pribadi ke sesama pengguna, mengobrol, bahkan bermain game. Di situs ini terdapat dinding beranda yang menjadi tujuan utama pengguna karena berisikan informasi-informasi. Dinding beranda dapat berisikan informasi status yang dibuat, situs-situs yang dibagikan antar sesama pengguna baik berupa situs berita atau lain, foto-foto pengguna, serta video.


(47)

facebook di percut pada dasarnya memanfaatkan situs ini sebagai media mencurahkan isi hati lewat updatestatus. Saya yang kebetulan berteman banyak dengan anak-anak muda di percut di dalam facebook melihat seperti itu. Selain mencurahkan hati facebook dimanfaatkan sebagai ajang meyimpan foto dan video mereka. Saat saya melakukan penelitian ini dan ikut dengan mereka melaut, selalu disempatkan untuk foto dan diupload ke dalam facebook.

Selain berfungsi sebagai sumber informasi dan hiburan, facebook juga dimanfaatkan oleh penggunanya untuk berbisnis. Facebook bisa menjadi wadah jual beli barang, pengguna facebook dapat mengiklankan atau mempromosikan dilakukan barang dagangannya ke sesama pengguna yang lain. Seperti yang dilakukan ina, dia menjual kerajinan tangannya melalui facebook. Dia mengunggah foto dagangannya ke facebook untuk diiklankan.

4.2.3 Radio

Radio adalah sebuah teknologi media massa yang digunakan untuk pengiriman sinyal dengan cara modulasi dan radiasi elektromagnetik (gelombang elektromagnetik). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia radio adalah siaran (pengiriman) suara atau bunyi melalui udara. Dalam kehidupan sehari-hari radio berfungsi sebagai salah satu sumber informasi. Radio biasanya menyiarkan berita, talkshowdengan narasumber, dan musik.

Saat ini siaran radio sudah bisa dinikmati di dalam mobil, telepon genggam, streaming di internet, dan pasti di radio itu sendiri. Penggunaan radio yang cukup sederhana menjadikan radio masih populer di masyarakat. Cara


(48)

pengoperasiannya serta pengelolaannya tidak rumit hanya membutuhkan kemampuan mendengar dan tidak diperlukan kemampuan membaca. Gaya bicara penyiar yang menggunakan teknik smile voice seolah mengajak pendengar berinteraksi. Radio memungkinkan pendengar untuk ikut berpartisipasi langsung dalam siarannya. Pendengar dapat memberikan pandangan tentang topik yang dibahas, requestlagu, dan mengikuti kuis-kuis. Tidak jarang para pendengar setia radio ini melakukan kopi darat atau pertemuan di dunia nyata dikarenakan seringnya berinteraksi di udara.

Di Desa percut radio berfungsi sebagai sumber informasi dan hiburan. Sumber informasi mereka dapat dari siaran berita dan bincang-bincang dengan narasumber. Siaran berita memang banyak mereka dengar melalui televisi dan radio. Intensitas mendengar radio adalah pada pagi hari hinga menjelang sore. Siaran radio yang sampai ke pelosok membuat radio terkadang mereka bawa saat bekerja. Seperti pak sayuti (29, tahun), radio dia bawa ke gubuk tempat beliau istirahat bekerja. Saat saya di lokasi tersebut siaran yang mereka dengarkan adalah dendang melayu. Dendang melayu menjadi siaran favorit masyarakat desa percut saat mendengarkan radio. Siaran dendang melayu dimulai sekitar pukul 11.00-13.00 wib. Siaran ini memang benar menggunakan bahasa melayu sepenuhnya. Sepanjang yang saya dengarkan di siaran ini, bahasa yang dipakai penyiar adalah bahasa melayu sehingga saya kurang memahaminya. Saat jeda siaran, atau berganti ke siaran selanjutnya ada berita yang disampaikan. Berita-berita ini yang menjadi sumber informasi masyarakat agar tidak tertinggal informasi. Siaran berita biasa mereka dengar langsung dari siaran radio republik indonesia (RRI).


(49)

Selain dendang melayu dan siaran berita, biasanya mereka mendengar siaran lagu-lagu populer. Mendengarkan musik melalui radio ini sebagai hiburan masyarakat untuk mengisi waktu luang.

“Kalau dengar radio di gubuk gini karena banyak angin terkadang bisa sampai tertidur kita” (Ijol, 22 tahun)”.

Menurut Ijol mendengarkan musik di radio ditambah dengan angin yang berhembus bisa membuat beliau tertidur. Mendengar radio menurutnya dapat membantu mendapat informasi selain dari facebook. Saat saya sedang bersamanya di gubuk tempat istirahat, siaran yang dia dengarkan adalah lagu-lagu populer kalangan anak muda. Beliau sibuk mencari frekuensi untuk siaran lagu-lagu populer tersebut.


(50)

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Skripsi ini secara keseluruhan berisi mengenai budaya literasi yang ada di Desa Percut. Dari penelitian yang telah dilakukan di lapangan serta dilakukan analisis maka berikut adalah kesimpulan yang didapatkan.

Masyarakat di Desa Percut umumnya memandang literasi sebagai kegiatan yang berkaitan dengan membaca. Kegiatan membaca ini meliputi membaca bahan bacaan, menghafal dan menyampaikan. Konsep literasi dalam pandangan masyarakat di Percut memang masih belum tepat dengan konsep literasi secara keilmuan. Masyarakat menganggap aktivitas yang mengandung bacaan seperti shalat, membaca Al-Quran, serta berdakwah termasuk ke dalam literasi. Sedangkan dalam keilmuan literasi bukan sekedar keterampilan membaca dan menulis secara mekanis saja, melainkan kemampuan memberi tanggapan serta memahami bahan bacaan.

Budaya literasi memang belum melekat di Desa ini. Bisa dilihat dari minimnya aktivitas literasi, kepemilikan bahan bacaan serta sarana yang belum memadai. Namun lebih dari itu, ternyata ada permasalahan yang lebih kultural mengapa literasi itu belum berkembang di daerah ini. Permasalahan tersebut adalah kehidupan mereka yang tidak banyak


(51)

membutuhkan pengetahuan ilmiah. Profesi mereka sebagai nelayan hanya mengandalkan otot, pengalaman sehari-hari dan pengetahuan lokal yang didapat dari mulut ke mulut. Pengetahuan mengenai waktu menangkap ikan, alat yang digunakan, pengetahuan tentang cuaca dan kenelayanan mereka dapat dari antar warga.

Penyelesaian konflik mereka gunakan dengan pendekatan kekeluargaan. Ada orang tua yang mereka percaya untuk menjadi penengah dalam penyelesaian konflik tersbeut. Mereka tidak terus menyelesaikan permasalahan konflik ke jalur hukum atau pengadilan. Dalam pengobatan mereka juga masih banyak menggunakan pengobatan tradisional. Dukun bayi lebih dipercaya masyarakat daripada bidan desa. Pengobatan menggunakan orangtua Desa lebih dipilih daripada langsung ke dokter atau rumah sakit.

Sumber informasi mereka dapat melalui media massa. Media massa yang lebih mudah digunakan dan bisa dinikmati dengan indera mata serta pendengaran, lebih digemari masyarakat daripada membaca yang harus memahami kata perkata untuk memperoleh informasi. Dengan televisi mereka bisa mengakses informasi budaya, politik dan ekonomi di tingkat nasional maupun internasional. Radio yang masih mereka gunakan cukup untuk memberikan informasi dan hiburan mereka pada siang hari atau tidak sedang bekerja. Handphone sebagai barang tersier juga sudah mereka miliki untuk mengakses informasi yang lebih cepat dan mudah.


(52)

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa masyarakat sudah bosan dengan program-program yang dilaksanakan pemerintah. tidak banyak perubahan yang mereka terima dengan progam-program yang sudah masuk. Seperti soal pembagian peralatan tangkap nelayan, masyarakat hanya menerima mesin saja atau perahu saja. nelayan yang perekonomiannya rendah tidak mampu membeli satu dari peralatan tersebut. Program pendidikan seperti perpustakaan keliling dan jam belajar malam juga tidak berjalan lama. Tidak adanya biaya operasional jam belajar malam bagi pelaksana contohnya.

Program-progran lain seperti program pelatihan budidaya kepiting bakau, budidaya perikanan, ekowisata pesisir tidak diberikan modal dan seleai pelatihan tidak banyak perubahan. Hasil penleitian ini juga sekaligus menjadi kritikan bagi pemerintah maupun lembaga swasta yang ingin melakukan intervensi di pedesaan. Program-program yang diberikan untuk komunitas masyarakat di pedesaan harus memiliki tindak lanjut yang jelas dan melihat terlebih dahulu hal-hal mendasar apa yang mereka butuhkan dan permasalahan mendasar apa yang mereka hadapi.


(53)

BAB II

KEADAAN BUDAYA LITERASI DI DESA PERCUT

2.1. Konsep Budaya Literasi

Literasi dapat diartikan sebagai kemampuan membaca dan menulis atau keberaksaraan. Literacy merupakan kemampuan menggunakan membaca dan menulis dalam melaksanakan tugas-tugas yang bertalian dengan dunia kerja dan kehidupan di luar sekolah. Istilah literasi visual (visual literacy) ini pertama sekali digunakan oleh seorang penulis bernama John Debes (1968).Kirsch dan Jungeblut dalam bukunya Literacy: Profile of America’s Young Adults menyebutkan literasi kontemporer sebagai kemampuan seseorang dalam memanfaatkan informasi tertulis atau cetak untuk mengembangkan pengetahuan sehingga mendatangkan manfaat bagi masyarakat luas.

Budaya literasi merupakan cerminan suatunegara. Budaya literasi dapat m en jadi salah satu aspek yan g m enen tukan tinggi rendah nya kualitas sum ber daya m anusia (SDM) di negara tersebut. Kebiasaan berliterasi sejak dini akan memberikan pengaruh terhadap seseorang baik saat ini maupun yang akan datang. Dewasa ini konsep literasi memiliki arti yang luas, literasi tidak lagi bermakna tunggal melainkan sudah memiliki beragam arti. Seperti misalnya literasi komputer (computer literacy), literasi media (media literacy), literasi teknologi (technology literacy), literasi ekonomi (economy literacy), literasi informasi (information literacy), bahkan ada literasi moral (moral literacy).


(54)

Di kelompok masyarakat pesisir percut kata literasi masih menjadi kata asing yang belum pernah mereka dengar. Hanya sebagian saja yang paham apa itu literasi. Literasi secara sederhana mereka artikan sebagai kegiatan membaca dan menulis. Menurut mereka apabila ingin bisa menulis maka harus bisa membaca. Dari wawancara-wawancara yang dilakukan dapat di simpulkan bahwa membaca adalah untuk memperoleh pengetahuan, membaca sebagai ibadah, dan membaca untuk mengisi waktu luang.

2.1.1. Membaca Untuk Memperoleh Pengetahuan

Membaca untuk memperoleh pengetahuan disampaikan oleh Ely (24 tahun) yang merupakan alumni Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Membaca untuk memperoleh pegetahuan dalam pandangan Ely adalah ketika membaca akan menemukan pengetahuan baru yang bisa mereka dapat dari bahan bacaan yang mereka baca tersebut. Pengetahuan bisa meliputi pengetahuan umum, pengetahuan agama dan informasi terkini.

“Dengan membaca kita bisa memperoleh pengetahuan baru sesuai dengan buku yang kita baca. Bisa buku agama, buku-buku umum, dan wacana yang sedang berkembang saat ini. Informasi tentang cara masak juga saya dapat dari membaca majalah. (Ely, 24 tahun)”

Seperti halnya Elly, Maulidayani (20, Tahun) yang merupakan seorang mahasiswa di Universitas Negeri Medan (UNIMED) mengatakan bahwa membaca itu sebagai cara untuk memperoleh wawasan yang lebih luas. Istilah buku sebagai jendela dunia benar-benar dia rasakan ketika dia sedang membaca buku.


(55)

“Pendidikan sangat penting untuk generasi penerus bangsa. Dari pendidikan bisa mengantarkan pemuda untuk meraih masa depan yang lebih baik. Dengan membaca wawasan kita lebih luas. Membaca membuat saya lebih percaya diri saat berbicara formal dengan orang lain. Dari membaca saya bisa menggali informasi banyak yang tersebar di dunia dan saya merasa denganmembaca bisa mengenal dunia lebih luas” (Maulidayani, 20 Tahun).

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Willy (23, Tahun). Willy merupakan seorang mahasiswa Psikologi di Universitas Medan Area. Willy mengatakan bahwa keberaksaraan sangat penting di jaman seperti sekarang. Semua orang berkompetisi untuk memperoleh pekerjaan yang layak dan anak-anak pesisir harusnya tidak kalah dengan anak-anak-anak-anak di Kota dalam berkompetisi.

Untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik anak-anak harus menempuh pendidikan yang tinggi. Anak-anak pesisir tidak boleh kalah berkompetisi, maka dari itu harus sekolah dan mampu membaca. Semua anak di Indonesia berhak mengikuti pendidikan yang tinggi sesuai yang ada di dalam undang-undang negara kita” (Willy, 23 tahun)

Dari kutipan wawancara di atas dapat diartikan bahwa membaca merupakan cara seseorang untuk memperoleh informasi dan pengetahuan. Membaca dapat menambah kemampuan seseorang dalam berbicara dan beradaptasi. Dengan membaca dapat meningkatkan kecerdasan verbal9 dan linguistik10 seseorang karena membaca memperkaya kosakata11

Definisi ini sesuai dengan pendapat Sudarso (1996: 4), membaca adalah tidak hanya sekedar membunyikan lambang-lambang bunyi bahasa yang tertulis. Membaca adalah aktivitas yang kompleks yang mengarahkan sejumlah besar tindakan yang berbeda- beda. Membaca bisa mempengaruhi kemampuan berpikir

. Dengan literasi juga maka seseorang akan memperoleh kehidupan dan pekerjaan yang lebih layak.

9

Secara lisan (bukan tulisan)

10

Ilmu tentang bahasa


(56)

seseorang untuk mendapatkan gagasan yang inovatif dan solusi kreatif serta bisa membuat seseorang mampu berkomunikasi dengan baik melalui tutur kata yang sopan dan akurat dan juga memiliki wawasan yang luas tentang apa yang akan disampaikannya.

2.1.2. Membaca Untuk Ibadah

Ibadah secara etimologi adalah perbuatan menyembah atau menghamba dengan penuh kecintaan. Ibadah dalam agama islam adalah perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Allah yang didasari ketaatan mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Dalam agama islam perintah beribadah difirmankan Allah di dalam Al-Quran yang berbunyi “Tidak aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaku” (QS. Adz. Dzariyat;56). Artinya beribadah menjadi kewajiban yang harus ditegakkan seseorang yang mempercayai agama islam dan adanya Allah.

Menurut Abdullah At Tuwaijry (2007) ibadah digunakan hambanya untuk 2 hal yaitu,

a) Menyembah, yaitu merendahkan diri kepada Allah SWT denganmelakukan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya karenarasa cinta dan mengagungkan-Nya.

b) Yang disembah dengannya, yaitu meliputi segala sesuatu yang dicintai dan diridhahi oleh Allah SWT berupa perkataan dan perbuatan, yang nampak dan tersembunyi seperti, doa, zikir, shalat, cinta, dan sebagainya.


(57)

Dalam konteks agama islam menurut Edi Suresman, ibadah mempunyai 3 fungsi utama yaitu,

1. Sebagai bentuk realisasi bagi manusia yang diberi tanggung jawab oleh Allah menjadi khalifah dan hamba Allah di muka bumi.

2. Sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kualitas komunikasi vertikal dengan Sang Khaliq.

3. Meningkatkan derajat manusia di mata Allah.

Ibadah dalam pandangan masyarakat di Desa Percut memiliki artian sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah yang sudah memberi limpahan rezeki. Ibadah diartikan sebagai cara bersyukur seorang hamba terhadap Tuhannya. Sama seperti umat muslim lainnya, umat muslim di Desa Percut juga melaksanakan ibadah rutin shalat, mengaji, berpuasa, zakat, dan haji. Dari ibadah-ibadah yang dilakukan masyarakat di Percut, ibadah yang berkaitan dengan literasi menurut mereka adalah Shalat dan membaca Al-Quran.

Shalat adalah bentuk ibadah yang rutin dilakukan oleh umat muslim setiap harinya. Shalat sebagai rukun islam yang kedua merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan seseorang pemeluk agama islam. Shalat dalam pengetahuan saya adalah cara berkomunikasi dengan Allah melalui bacaan-bacaan serta gerakan.

Saat penelitian ini dilakukan peneliti ikut bersama masyakarat dalam menjalankan shalat. Shalat dilaksanakan secara berjamaah di mesjid yang ada di dusun 18 (delapan belas). Selama peneliti di sana, mesjid selalu dipenuhi oleh warga yang melakukan shalat berjamaah. Pada siang hari yang merupakan jam


(58)

kerja, yaitu shalat dzuhur dan ashar mesjid juga selalu penuh. Mesjid umumnya diisi oleh laki-laki baik yang masih anak-anak hingga yang sudah tua. Saya melihat agama begitu melekat dengan keseharian masyarakat di Desa ini. Menurut salah seorang informan dalam penelitian ini, agama memang sangat melekat dalam kehidupan masyarakat suku melayu. Menurutnya anak-anak sejak kecil sudah diajarkan shalat, membaca al-quran dan belajar agama.

“Sejak kecil anak-anak sudah diajarkan shalat, agama, dan mengaji. Jadi wajar aja kalau di sini mesjid penuh terus apalagi kalau bulan puasa gini” (Rojai, 29 Tahun).

Rojai yang berprofesi sebagai guru mengaji di Madrasah Diniyah Awaliyah Persil ini mengatakan bahwa shalat merupakan tiang agama yang harus ditegakkan. Agama semakin kokoh apabila shalat tetap dilaksanakan oleh umat muslim. Selama umat muslim masih ada di dunia, adzan tidak akan pernah terputus di dunia ini menurutnya.

Konsep literasi dalam pandangan mereka adalah termasuk dalam menghafal bacaan-bacaan dalam shalat. Bacaan-bacaan shalat yang mereka baca pada saat shalat tersebut mengartikan bahwa mereka sudah berliterasi. Bacaan-bacaan ini yang mereka anggap membawa pahala dan merupakan suatu ibadah.

Membaca Al-Quran merupakan bentuk ibadah yang pertama kali diturunkan oleh Allah melalui Nabi Muhammad untuk umatnya. Perintah membaca diturunkan oleh Allah lalu dituliskan di dalam Al-Quran surat Al-Alaq ayat 1 sampai 5 yang berbunyi,


(59)

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”

Membaca Al-Quran merupakan amalan yang sangat mulia seperti amalan shalat. Dalam Al-Quran terkandung pengetahuan-pengetahuan duniawi maupun agamawi yang tersembunyi. Pengetahuan akan didapatkan seseorang apabila mampu membaca dan menafsirkan Al-Quran secara benar.

Seperti halnya shalat, membaca Al-Quran menjadi ibadah yang wajib dilakukan oleh masyarakat di percut yang beragama islam. Membaca Al-Quran biasanya mereka lakukan setiap sebelum shalat dan setelah shalat. Membaca Al-Quran ini dilakukan baik di mesjid, rumah, atau tempat pengajian. Mengaji atau membaca Al-Quran rutin dilakukan oleh anak-anak maupun orang dewasa di percut. Mengaji menurut pandangan mereka merupakan bentuk dari literasi, karena ada yang dibaca dan ada yang dipahami. Mengaji Al-Quran juga berliterasi dikarenakan umat muslim juga harus menafsirkan isi dalam Al-Quran tersebut.

Pada saat penelitian ini dilakukan, saya selalu melihat Bang Jai mengaji pada saat selesai subuh. Dia mengatakan untuk selalu menyempatkan membaca Al-quran setiap subuh untuk mengirim doa ke orang tua dia yang memang sudah lama meninggal.

Membaca al-quran menurutnya salah satu cara dia membalas budi kepada orangtuanya. Balas budi yang belum sempat dia berikan semasa orang tuanya


(60)

masih hidup diganti dengan mengirim doa selalu dengan membaca ayat-ayat Al-quran. Dia sebagai seorang guru mengaji harus tetap mengasah kemampuan membacanya. Dia tidak mau mengajarkan kesalahan-kesalahan yang tidak disengaja, apalagi yang diajarkan adalah ilmu agama.

Guru mengaji punya tanggungjawab di akhirat karena yang diajarkan agama. Kalau salah mengajarkan akan terus salah sampai akhirat. Jadi aku setiap hari harus mengaji biar gak salah-salah (Jai, 29 tahun).” Siang ini saya ikut ke tempat dia mengajar mengaji. Di sana dia terlihat lebih tua karena anak didiknya memanggil bapak. Bang jai terlihat canggung saat mengajar, mungkin karena ada saya. di tempat mengaji suasana terlihat antusias, anak-anak mengaji dengan lantang tapi tak sedikit juga mereka sambil mengobrol dengan teman-temannya. Mengaji di sini hanya sampai menjelang sholat ashar saja

Selain mengaji Al-Quran, masyarakat juga mengaji bahan-bahan bacaan lain seperti buku aqidah, fiqih, dan yang berkaitan dengan agama. Membaca bahan-bahan agama ini mereka anggap sebagai ibadah yang dapat menambah pengetahuan mereka tentang agama. Saat penelitian ini dilakukan, memang bahan bacaan yang dimiliki masyarakat adalah AL-Quran dan buku-buku fiqih.

2.1.3. Membaca Sebagai Hiburan

Hiburan merupakan segala sesuatu berupa hal-hal menarik yang bisa berbentuk kata-kata, games, tempat dan lainnya yang dapat membantu seseorang mengembalikan semangatnya saat dilanda kesedihan atau kegalauan. Hiburan yang umum adalah berupa film, opera, seni drama, permainan, olahraga, bahkan


(61)

berwisata. Menghibur diri biasanya dilakukan saat seseorang sedang sedih, galau, dan sendirian.

Membaca dapat dikatakan sebagai hiburan seseorang saat sedang sendiri dan memiliki waktu luang. Hasil wawancara saya dengan Zainuddin (27, Tahun) menyimpulkan bahwa membaca di waktu luang menurutnya sebagai cara untuk menghibur diri. Membaca majalah yang penuh dengan gambar menghilangkan rasa jenuh kalau tidak sedang bekerja menurutnya.

“Aku baca kalau tiada ulah untuk mengisi waktu kosong pas gak melaut atau di mesjid. Itupun yang kubaca buku-buku majalah kalau di mesjid buku fiqih dan buku-buku agama aja” Zainuddin (27, Tahun)

Dari kutipan wawancara di atas dapat diartikan bahwa membaca bukan hanya untuk memperoleh informasi atau pengetahuan dari bahan bacaan yang dibaca melainkan sebagai cara seseorang untuk mengisi waktu luang atau pada saat tidak bekerja.

2.2 Kepemilikan Bahan Bacaan pada Masyarakat Desa Percut 2.2.1 Bahan Bacaan Agama

Buku agama adalah buku yang berisi tentang kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal-hal yang suci. Buku-buku ini berisi muatan yang mengatur tentang tata cara mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa. Buku-buku agama untuk di daerah pedesaan seperti pesisir Percut lebih banyak dimiliki daripada buku-buku lain seperti buku ilmiah atau buku-buku umum.


(1)

Pengalaman Pelatihan

1. Pendidikan dan Pelatihan HIV - AIDS, 2012

2. Basic Training Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), 2012 3. Training Of Facilitator Community Development, 2013 4. Pelatihan Jurnalis Tingkat Dasar (PJTD), 2014

5. Training Of Facilitator Water Sanitation and Hygien,(WASH), 2014 6. Pelatihan Penulisan Proposal dan Laporan ke-Lembaga Donor, 2015 7. Pendidikan keWALHIan tingkat-1, 2015

8. Pelatihan GIS (Geographical Information System), 2015 9. Pelatihan Monitoring dan Evaluasi Kebijakan, 2015

Prestasi

1. HiLo Green Leader 2015 mewakili Provinsi Sumatera Utara

Pengalaman Kerja

1. Freelance Journalist

2. Freelance Wedding Documentation ( Photographer ) 3. Freelance Surveyor at Laboratory of Department of

Anthropology FISIP USU

4. Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Sumatera Utara sampai sekarang 5. Penulis konten lingkungan untuk media sosial milik perusahaan sampai


(2)

KATA PENGANTAR

Penyusunan skripsi ini dilakukan guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana sosial dalam dalam bidang antropologi di Departemen Antropologi Fakultas ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini berjudul Studi Etnografi Mengenai Budaya Literasi di Desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan.

Dalam skripsi ini dilakukan pembahasan secara holistik mengenai kondisi literasi di Desa Percut. Pembahasan tersebut diuraikan dari bab I sampai Bab V yang meliputi pendahuluan pada Bab I, keadaan budaya literasi di Desa Percut pada bab II, kehidupan masyarakat dan literasi di desa percut pada Bab III, sumber-sumber informasi masyarakat di desa percut pada Bab IV, dan kesimpulan pada bab V.

Skripsi ini mendeskripsikan apa yang menjadi keseharian masyarakat di Desa Percut yang berkaitan dengan literasi. Budaya literasi yang belum berkembang di kalangan masyarakat di Indonesia memang belum melekat. Aktivitas literasi masih tergolong rendah apalagi di masyarakat sederhana seperti di pedesaan.

Dalam skripsi ini digambarkan secara sistematis dari Bab ke Bab untuk melihat kenapa budaya literasi belum berkembang di Desa ini. Faktor-faktor yang menyebabkan literasi belum berkembang di Desa ini adalah kebutuhan sehari-hari masyarakat tidak banyak memerlukan pengetahuan dari luar seperti yang ada di bahan bacaan. Seperti diketahui mata pencaharian masyarakat sebagai nelayan


(3)

mengutamakan pengalaman dan otot. Pengetahuan mereka tentang penyelesaian konflik dan tentang kesehatan masih banyak melalui sitem yang masih tradisional.

Sumber-sumber informasi mereka dapatkan dari media elektronik sehinggga tidak membutuhkan bahan bacaan yang lebih sulit dipahami karena harus mengerti maksud kata perkata dalam bacaan. Media elektronik seperti televisi, radio, dan handphone sudah cukup memberikan informasi tentang ekonomi, budaya, dan politik.

Dengan demikian skripsi ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi yang empirik tentang budaya literasi di pedesaan. Informasi yang empirik ini bisa menjadi bahan bacaan maupun referensi penelitian budaya literasi selanjutnya, sehingga skripsi ini bisa digunakan dan bermanfaat bagi kita semua.

Medan,08 Januari 2016


(4)

DAFTAR ISI HALAMAN PERSETUJUAN

HALAMAN PENGESAHAN

PERNYATAAN ORISINALITAS... i

ABSTRAK... ii

UCAPAN TERIMA KASIH... iv

RIWAYAT HIDUP... ix

KATA PENGANTAR... x

DAFTAR ISI... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Tinjauan Pustaka... 7

1.2.1 Pendidikan... 7

1.2.2 Perubahan Pada Masyarakat... 9

1.2.3 Taman Bacaan Masyarakat... 11

1.2.4 Budaya Literasi... 14

1.2.5 Pengembangan Masyarakat... 16

1.3 Rumusan Masalah... 20

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian... 20

1.5 Metode Penelitian... 21

1.6 Lokasi Penelitian... 22

1.7 Teknik Pengumpulan Data... 22


(5)

BAB II KEADAAN BUDAYA LITERASI DI DESA PERCUT

2.1 Konsep Budaya Literasi... 26

2.1.1 Membaca Untuk Memperoleh Pengetahuan... 27

2.1.3 Membaca Sebagai Hiburan... 33

2.2 Kepemilikan Bahan Bacaan pada Masyarakat Desa Percut... 34

2.2.1 Bahan Bacaan Agama... 34

2.3. Sarana Baca... 36

2.3.1 Perpustakaan Sekolah... 36

2.3.2 Taman Bacaan Masyarakat Rumah Baca Bakau... 39

2.4. Kegiatan Literasi pada Masyarakat di Desa Percut... 42

2.4.1. Kegiatan Agama... 43

2.4.2 Sekolah... 45

2.4.4 Festival... 49

2.4.5 Mengaji... 50

2.5 Upaya-Upaya yang dilakukan... 51

2.5.1 Perpustakaan Keliling... 52

2.5.2 Jam Belajar Malam (JBM)... 52

2.5.3 Taman Bacaan Masyarakat dan Sekolah... 54

BAB III KEHIDUPAN MASYARAKAT DAN LITERASI DI DESA PERCUT 3.1 Gambaran Singkat Desa Percut... 57

3.2 Berprofesi Sebagai Nelayan... 58

3.2.1 Melaut berdasarkan pengalaman... 59

3.3 Penyelesaian Konflik... 65

3.4 Jenis Pengobatan yang digunakan Masyarakat Percut... 69

3.4.1 Penggunaan Jenis Pengobatan Tradisional... 71


(6)

BAB IV SUMBER-SUMBER INFORMASI MASYARAKAT

4.1 Bahasa Sebagai Sumber Informasi... 81

4.1.1 Bahasa Sebagai Media Komunikasi Antar Sesama... 83

4.1.2 Sebagai Media Komunikasi Dengan Makhluk Gaib... 84

4.2 Media Massa Sebagai Sumber Informasi... 86

4.2.1 Televisi... 87

4.2.2 Telepon Genggam (Handphone)... 91

4.2.3 Radio... 94

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan... 97

DAFTAR PUSTAKA... 100 LAMPIRAN