Tinjauan Yuridis Surat Perjanjian (Kontrak) Pemborongan Antara Dinas KIMPRASDA (Permukiman Dan Prasarana Daerah ) Labuhanbatu Dengan CV. Raut Agung Group

BAB II
TINJAUAN UMUM MENGENAI KONTRAK

A.

Pengertian Kontrak
Dalam praktik istilah kontrak atau perjanjian terkadang dipahami secara

rancu. Banyak pelaku bisnis mencampuradukkan kedua istilah tersebut seolah
merupakan pengertian yang berbeda. Burgerlijk Wetboek (selanjutnya disingkat
BW) menggunakan istilah overeenkomst atau contract untuk pengertian yang
sama. Hal ini secara jelas dapat disimak dari judul Buku III title Kedua tentang
“Perikatan-Perikatan yang Lahir dari Kontrak atau Perjanjian” yang dalam bahasa
aslinya (bahasa Belanda), yaitu: “Van verbintenissen die uit contract of
overeenkomst geboren worden”. Pengertian ini juga didukung pendapat banyak
sarjana, antara lain: Jacob Hans Niewenhuis, Hofmann, J.Satrio, Soetojo
Prawirohamidjojo dan Marthalena Pohan, Mariam Darus Badrulzaman, Purwahid
Patrik, dan Tirtodiningrat yang menggunakan istilah kontrak dan perjanjian dalam
pengertian yang sama. 14
Terhadap penggunaan istilah kontrak dan perjanjian, saya sependapat
dengan beberapa sarjana yang memberikan pengertian sama antara kontrak

dengan perjanjian. Hal ini disebabkan fokus kajian saya berlandaskan pada
perspektif Burgerlijk Wetboek (BW), di mana antara perjanjian atau persetujuan
(overseenkomst) mempunyai pengertian yang sama dengan kontrak (contract).

14

Agus Yudha Hernoko. Hukum Perjanjian Asas Proporsionalitas dalam Kontrak
Komersial, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010, Hal. 13.

17
Universitas Sumatera Utara

18

Selain itu, dalam praktik kedua istilah tersebut juga digunakan dalam kontrak
komersial, misal: perjanjian waralaba, perjanjian sewa guna usaha, kontrak
kerjasama, kontrak kerja konstruksi. Oleh karena itu, dalam penelitian ini kedua
istilah

tersebut


akan

digunakan

bersama-sama,

hal

ini

bukan

berarti

menunjukkkan adanya inkonsistensi penggunaan istilah, namun semata-mata
untuk memudahkan pemahaman terhadap rangkaian kalimat yang disusun.
Pasal 1313 BW memberikan rumusan tentang “kontrak atau perjanjian”
adalah “Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau
lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”. Subekti

memberikan definisi “perjanjian” adalah suatu peristiwa di mana seorang berjanji
pada seorang lain atau di mana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan
sesuatu hal. Sedangkan KRMT Tirtodiningrat memberikan definisi perjanjian
adalah suatu perbuatan hukum berdasarkan kata sepakat di antara dua orang atau
lebih untuk menimbulkan akibat-akibat hukum yang dapat dipaksakan oleh
undang-undang. 15
Pengertian kontrak menurut Pasal 1313 KUH Perdata tersebut tidak
lengkap, karena hanya mencakup kontrak sepihak, yaitu satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang lainnya atau lebih, sedangkan satu orang
lainnya atau lebih itu tidak diharuskan mengikatkan diri kepada pihak pertama.
Jadi, pengertian kontrak tersebut tidak mengatur kontrak yang dalam kontrak itu
kedua pihak saling mempunyai prestasi secara timbal balik. Selain itu, pengertian
kontrak menurut Pasal 1313 KUH Perdata juga terlalu luas, karena dapat

15

Ibid. Hal. 15-16.

Universitas Sumatera Utara


19

mencakup perbuatan hukum dalam lapangan hukum keluarga, misalnya perjanjian
perkawinan yang merupakan kontrak juga, tetapi sifatnya berbeda dengan kontrak
yang diatur dalam Buku III KUH Perdata yang merupakan perbuatan hukum
dalam lapangan hukum harta kekayaan, yang kriteria dasarnya adalah dapat dinilai
secara materil atau mengandung nilai ekonomis yang dapat dinilai dengan uang. 16
Definisi Pasal 1313 BW tersebut mengalami perubahan dalam Nieuw
Burgerlijk Wetboek (NBW), sebagaimana diatur dalam Buku 6 Bab 5 Pasal 6:
213, yaitu: “a contract in the sense of this title is a multilateral juridical act where
by one or more parties assume an obligation towards one or more other parties.”
Menurut NBW kontrak merupakan perbuatan hukum yang bertimbal balik,
dimana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya atau saling mengikatkan dirinya
terhadap satu orang atau lebih lainnya.
Buku III BW tentang Perikatan (van Verbintenis) tidak memberikan definisi
tentang apa yang dimaksud dengan perikatan itu. Namun justru diawali dengan
Pasal 1233 BW mengenai sumber perikatan, yaitu kontrak atau perjanjian dan
undang-undang. Dengan demikian, kontrak atau perjanjian merupakan salah satu
dari dua dasar hukum yang ada selain dari undang-undang yang dapat
menimbulkan perikatan. Bahkan apabila diperhatikan dalam praktik dimasyarakat,

perikatan yang bersumber dari kontrak atau perjanjian begitu mendominasi. 17
Perikatan adalah suatu perhubungan hukum antara dua orang atau dua
pihak, berdasarkan yang mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari
pihak yang lain, dan pihak yang lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu.
16
17

Muhammad Syaifuddin. Hukum Kontrak, Bandung: CV. Mandar Maju, 2012. Hal. 20.
Agus Yudha Hernoko. Op. Cit. Hal. 19.

Universitas Sumatera Utara

20

Maka hubungan hukum antara perikatan dan perjanjian adalah bahwa perjanjian
itu menerbitkan perikatan. Perjanjian adalah sumber perikatan. Hubungan hukum
adalah hubungan yang menimbulkan akibat hukum. Akibat hukum disebabkan
karena timbulnya hak dan kewajiban merupakan beban. Adapun unsur-unsur yang
tercantum dalam hukum perjanjian/kontrak dapat dikemukakan sebagai berikut: 18
1. Adanya kaidah hukum

Kaidah dalam hukum perjanjian dapat terbagi menjadi dua macam,
yakni tertulis dan tidak tertulis. Kaidah hukum dalam perjanjian tertulis
adalah kaidah-kaidah hukum yang terdapat di dalam peraturan
perundang-undangan, traktat dan yurisprudensi. Sedangkan kaidah
hukum perjanjian tidak tertulis adalah kaidah-kaidah hukum yang
timbul, tumbuh, dan hidup dalam masyarakat, seperti: jual beli lepas,
jual beli tahunan, dan lain sebagainya. Konsep-konsep hukum ini berasal
dari hukum adat.
2. Subyek hukum
Istilah lain dari subjek hukum adalah rechtperson. Rechtperson
diartikan sebagai pendukung hak dan kewajiban. Dalam hal ini yang
menjadi subyek hukum dalam hukum kontrak adalah kreditur dan
debitur. Kreditur adalah orang yang berpiutang sedangkan debitur
adalah orang yang berutang.
3. Adanya Prestasi
Prestasi adalah apa yang menjadi hak kreditur dan kewajiban
debitur. Suatu prestasi umumnya terdiri dari beberapa hal sebagai
berikut: memberikan sesuatu; berbuat sesuatu; tidak berbuat sesuatu.
4. Kata sepakat
Di dalam Pasal 1320 KUHPerdata ditentukan empat syarat sahnya

perjanjian seperti dimaksud diatas, dimana salah satunya adalah kata
sepakat (konsensus). Kesepakatan ialah persesuaian pernyataan
kehendak antara para pihak.
5. Akibat hukum
Setiap perjanjian yang dibuat oleh para pihak akan menimbulkan
akibat hukum. Akibat hukum adalah timbulnya hak dan kewajiban.
Dengan demikian suatu perikatan belum tentu merupakan perjanjian
sedangkan perjanjian merupakan perikatan. Atau dengan kalimat lain, bila definisi
dari Pasal 1313 KUHPerdata tersebut dihubungkan dengan maksud dari Pasal

18

Salim H. S. Hukum Kontrak: Teori & Teknik Penyusunan Kontrak, Cet.II. Jakarta: Sinar
Grafika, 2004. Hal. 4.

Universitas Sumatera Utara

21

1233 KUHPerdata, maka dapat terlihat pengertian dari perikatan, karena perikatan

tersebut dapat lahir dari perjanjian itu sendiri.
Di dalam Black’s Law Dictionary, yang diartikan dengan contract adalah:
An agreement between two or more person which creates an obligation to do or
not to do particular thing. Artinya, kontrak adalah suatu persetujuan antara dua
orang atau lebih. Kontrak itu menimbulkan sebuah kewajiban untuk melakukan
atau tidak melakukan sesuatu secara sebagian. (Black’s Law Dictionary,
1979;291). Inti definisi yang tercantum dalam Black’s Law Dictionary bahwa
kontrak dilihat sebagai persetujuan dari para pihak untuk melaksanakan
kewajiban, baik melakukan atau tidak melakukan secara sebagian. 19
Satu hal yang kurang dalam berbagai definisi kontrak yang dipaparkan
diatas, yaitu bahwa para pihak dalam kontrak semata-mata hanya orangperorangan. Akan tetapi dalam praktiknya, bukan hanya orang-perorangan yang
membuat kontrak, termasuk juga badan hukum yang merupakan subjek hukum.
Dengan demikian, definisi itu, perlu dilengkapi dan disempurnakan. 20

B.

Jenis-Jenis Kontrak
Para ahli di bidang kontrak tidak ada kesatuan pandangan tentang

pembagian kontrak. Masing-masing ahli mempunyai pandangan yang berbeda

antara satu dengan yang lainnya. Ada ahli yang mengkaji dari sumber hukumnya,
namanya, bentuknya, aspek kewajibannya, maupun aspek larangannya. 21 Menurut

19

Salim H.S. Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat di Indonesia. Jakarta: Sinar
Grafika, 2003. Hal. 16.
20
Ibid. Hal. 16-17.
21
Ibid. Hal. 17.

Universitas Sumatera Utara

22

Muhammad Syaifuddin kontrak sendiri dapat dibedakan menurut berbagai aspek
(tinjauan), sehingga timbullah berbagai jenis kontrak. Jenis-jenis kontrak yang
dikenal secara teoritik, dogmatik dan praktik hukum kontrak dapat dijelaskan
sebagai berikut ini: 22

1. Kontrak menurut Persyaratan dan Proses Terjadinya/Terbentuknya
Kontrak menurut persyaratan dan proses terjadinya/terbentuknya dapat
dibedakan menjadi tiga jenis kontrak, yaitu : 23
a. Kontrak konsensual
Kontrak konsensual, yaitu kontrak yang dianggap sah jika terjadi sepakat
antara para pihak yang membuat kontrak. Misalnya, kontrak jual beli
menurut Pasal 1457 KUH Perdata terjadi sepakat mengenai barang dan
harganya.
b. Kontrak Riil
Kontrak riil, yaitu kontrak yang memerlukan kata sepakat, tetapi
barangnya pun harus diserahkan. Misalnya, kontrak penitipan barang
menurut Pasal 1741 KUH Perdata dan kontrak pinjam mengganti
menurut Pasal 1754 KUH Perdata.
c. Kontrak Formil
Kontrak formil, yaitu suatu kontrak yang memerlukan kata sepakat, tetapi
undang-undang mengharuskan kontrak tersebut dibuat dalam bentuk
tertentu secara tertulis dengan akta yang dibuat oleh atau dihadapan
pejabat umum, yaitu Notaris atau Pejabat Pembuat Akta Tanah.
Contohnya, kontrak jaminan fidusia menurut Pasal 5 ayat (1) UU No.42
Tahun 1999 harus dalam bentuk ata notaris.

2. Kontrak Menurut Sifat dan Akibat Hukumnya.
Kontrak dapat dibagi menurut sifat dan akibat hukum yang ditimbulkannya,
yang terdiri dari : 24
a. Kontrak di Bidang Hukum Keluarga (Familierechtelijke Overeenkomst)
Kontrak di bidang hukum keluarga adalah perkawinan yang merupakan
contractus sui generis, yang didasarkan atas persetujuan kedua calon
mempelai yang mengandung beberapa aspek, yaitu :1) persetujuan untuk
menikah adalah perbuatan hukum; 2) hubungan hukum yang timbul di
22

Muhammad Syaifuddin. Op. Cit. Hal. 147.
Ibid. Hal. 147-148.
24
Ibid. Hal. 148-149.
23

Universitas Sumatera Utara

23

b.

c.

d.

e.

antara para pihaknya; 3) peristiwa hukum yang hampir seluruhnya diatur
dalam undang-undang dan bersifat memaksa; dan 4) terikatnya para
pihak selama mereka berada dalam ikatan perkawinan.
Kontrak Kebendaan (Zakelijke Overeenkomst)
Kontrak kebendaan adalah kontrak yang dibuat dengan mengindahkan
peraturan perundang-undangan; timbul karena kesepakatan dari dua
pihak atau lebih yang saling mengikatkan diri; dan ditunjukkan untuk
menimbulkan, beralih, berubah, atau berakhirnya suatu hak kebendaan.
Kontrak Obligatoir (Obligatoire Overeenkomst)
Kontrak obligatoir menurut Pasal 1313 Jo. Pasal 1349 KUH Perdata,
adalah kontrak yang timbul karena kesepakatan dari dua pihak atau lebih
dengan tujuan timbulnya suatu perikatan untuk kepentingan yang satu
atas beban yang lain atau timbal balik.
Kontrak mengenai Pembuktian (bewijs Overeenkomst)
Kontrak ini terbentuk karena adanya kesepakatan dari para pihak yang
bertujuan membatasi ketentuan mengenai cara atau alat pembuktian atau
menghindari pengajuan perlawanan pembuktian (tegenbewijs), sepanjang
tidak bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum, dan
kesusilaan yang baik.
Kontrak bersifat Kepublikan (Publiekrechtelijke Overeenkomst)
Kontrak ini timbul karena adanya kesepakatan dari dua pihak atau lebih,
yang satu atau yang kedua pihak tersebut adalah badan hukum publik
yang berwenang membuat kontrak di bidang hukum privat dan
melaksanakan semua hak dan kewenangan yang dimilikinya, kecuali
dilarang oleh undang-undang. Negara, provinsi, kabupaten/kota yang
merupakan badan hukum publik dapat melakukan tindakan di bidang
hukum privat, ,misalnya membeli, menjual, menyewakan, meminjam
atau meminjamkan serta mendirikan badan hukum privat.

3. Kontrak Menurut Hak dan Kewajiban para Pihak yang membuatnya
Kontrak menurut hak dan kewajiban para pihak yang membuatnya terdiri dari
dua jenis kontrak, yaitu: 25
a. Kontrak Timbal Balik
Adalah kontrak yang meletakkan hak dan kewajiban kepada dua pihak
yang membuat kontrak. Misalnya, dalam kontrak jual beli menurut Pasal
1457 KUH Perdata, pihak penjual berkewajiban menyerahkan barang
yang dijual dan berhak mendapatkan bayaran, sebaliknya pihak pembeli
berkewajiban membayar harga barang dan berhak menerima barangnya.
b. Kontrak Sepihak
Adalah kontrak yang meletakkan kewajiban pada satu pihak saja.
Misalnya, dalam kontrak hibah menurut Pasal 1666 KUH Perdata,
25

Ibid. Hal. 149-150.

Universitas Sumatera Utara

24

kewajiban hanya ada pada orang yang menghibahkan barang sedangkan
penerima hibah hanya berhak menerima barang yang dihibahkan, tanpa
berkewajiban apapun kepada orang yang menghibahkan.
4. Kontrak menurut Penamaan dan Sifat Pengaturan Hukumnya
Kontrak menurut penamaan dan sifat pengaturan hukumnya dapat dibedakan
menjadi dua jenis kontrak, yaitu : 26
a. Kontrak Bernama
Kontrak bernama (benoemde contract atau nominaat contract) adalah
kontrak yang mempunyai nama sendiri yang telah diatur secara khusus
dalam KUH Perdata Bab V sampai dengan Bab XVIII. Misalnya, kontrak
jual beli, kontrak sewa-menyewa, kontrak hibah, kontrak tukar-menukar,
kontrak persekutuan perdata, kontrak untuk melakukan pekerjaan,
kontrak tentang perkumpulan, kontrak penitipan barang, kontrak pinjam
pakai, kontrak pinjam meminjam, kontrak pemberian kuasa, kontrak
penanggungan utang, kontrak bunga tetap atau bunga abadi, kontrak
untung-untungan, dan kontrak perdamaian.
b. Kontrak Tidak Bernama
Kontrak tidak bernama (onbenoemde contract atau innominaat contract)
adalah kontrak yang tidak diatur secara khusus dalam KUH Perdata,
tetapi timbul dan berkembang di masyarakat berdasarkan asas kebebasan
untuk membuat kontrak menurut Pasal 1338 KUH Perdata. Jumlah
kontrak ini tidak terbatas dengan nama yang disesuaikan dengan
kebutuhan pihak-pihak yang membuatnya. Misalnya, kontrak
pembiayaan konsumen, kontrak sewa guna usaha, kontrak anjak piutang,
kontrak modal ventura, kontrak waralaba, kontrak lisensi hak kekayaan
intelektual dan lain-lain.
Dilhat dari aspek pengaturan hukumnya, kontrak tidak bernama dibedakan
menjadi tiga jenis, yaitu: 27
1) Kontrak Tidak Bernama yang diatur secara khusus dan dituangkan
dalam bentuk undang-undang dan/atau telah diatur dalam pasal-pasal
tersendiri. Misalnya kontrak production sharing yang diatur dalam
UU No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi dan Kontrak
Konstruksi yang diatur dalam UU No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa
Konstruksi, dan lain-lain.
2) Kontrak Tidak Bernama yang diatur dalam peraturan pemerintah,
misalnya Kontrak Waralaba (frenchise) yang diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 tentang Waralaba.
26
27

Ibid. Hal. 150.
Ibid. Hal. 150-151.

Universitas Sumatera Utara

25

3) Kontrak Tidak Bernama yang belum diatur atau belum ada undangundangnya di Indonesia, misalnya kontrak rahim (surrogate mother).
Vollmar mengemukakan kontrak jenis yang ketiga antara bernama dan tidak
bernama, yaitu Kontrak Campuran, ialah kontrak yang tidak hanya diliputi oleh
ajaran umum (tentang kontrak) dalam Titel I, Titel II, dan Titel IV (KUH
Perdata). Namun, dalam kontrak itu terdapat ketentuan-ketentuan khusus yang
menyimpang dari ketentuan umum. Contoh kontrak campuran, pengusaha sewa
rumah penginapan (hotel) menyewakan kamar-kamar (kontrak sewa-menyewa),
tetapi juga menyediakan makanan (jual beli), dan menyediakan pelayanan
(perjanjian untuk melakukan jasa-jasa).

28

Kontrak campuran disebut juga dengan contractus sui generis, artinya normanorma hukum khusus kontrak dapat diterapkan secara analogi yang bersandar
pada Teori Absorpsi.

Kontrak campuran sebenarnya timbul dan berkembang

dalam praktek sehubungan dengan adanya ketentuan enumerative dalam Pasal
1339 KUH Perdata yang menentukan bahwa “suatu kontrak tidak hanya mengikat
untuk hal-hal yang tegas dinyatakan didalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu
yang menurut sifat kontrak diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan atau undangundang. 29
5. Kontrak Menurut Keuntungan Satu atau Lebih Pihak dan Adanya
Prestasi pada Satu atau Lebih Pihak Lainnya.

28
29

Ibid. Hal. 151.
Ibid. Hal. 152.

Universitas Sumatera Utara

26

Kontrak menurut keuntungan satu atau lebih pihak dan adanya prestasi pada
satu pihak atau lebih pihak lainnya dapat dibedakan menjadi dua jenis kontrak
yaitu :

30

a. Kontrak dengan Cuma-Cuma
Kontrak dengan Cuma-Cuma adalah kontrak menurut Pasal 1314 ayat (1)
KUH Perdata yaitu “suatu kontrak dengan mana pihak yang satu
memberikan suatu keuntungan kepada pihak lain, tanpa menerima suatu
menfaat bagi dirnya sendiri”. Contohnya, kontrak pinjam pakai, kontrak
hibah, kontrak pinjam-meminjam tanpa bunga dan kontrak penitipan
barang tanpa biaya.
b. Kontrak atas beban
Kontrak atas beban adalah kontrak menurut Pasal 1314 ayat (2) KUH
Perdata, yaitu “suatu kontrak yang mewajibkan masing-masing pihak
memberikan sesuatu, berbuat sesuatu, atau tidak berbuat sesuatu”.
Contohnya, kontrak jual beli, kontrak sewa-menyewa, kontrak pinjam
meminjam dengan bunga, dan lain-lain.
6. Kontrak Menurut Kemandirian dan Fungsinya
Kontrak menurut kemandirian dan fungsinya dapat digolongkan dalam dua
jenis kontrak, yaitu:

31

a. Kontrak Pokok
adalah kontrak yang eksistensinya bersifat mandiri atau kontrak yang
mempunyai kemandirian bagi eksistensi kontrak itu sendiri. Contohnya,
kontrak kredit yang sifatnya mandiri, yang eksistensinya tidak
bergantung kepada kontrak yang lainnya. Kontrak kredit sebagian besar
dikuasai atau mirip dengan kontrak pinjam-meminjam uang
sebagaimana diatur dalam pasal 1754 KUH Perdata dan pasal-pasal
lainnya yang terkait dan relevan dalam KUH Perdata, sebagian lainnya
tunduk kepada UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.
b. Kontrak Bantuan/Tambahan
Adalah kontrak yang eksistensinya tidak mandiri atau kontrak yang
tidak mempunyai kemandirian untuk eksistensi kontrak itu sendiri,
melainkan tergantung kepada kontrak pokoknya, yang fungsinya
menyiapkan para pihak untuk mengikatkan diri pada kontrak pokok
tersebut. Selain itu, kontrak bantuan/tambahan juga mempunyai fungsi
menegaskan, menguatkan, mengatur, mengubah, atau menyelesaikan
suatu perbuatan hukum. Kontrak jaminan (baik jaminan perorangan
30
31

Muhammad Syaifuddin. Loc. Cit.
Ibid. Hal. 153-154.

Universitas Sumatera Utara

27

maupun jaminan kebendaan) adalah contoh dari kontrak bantuan
/tambahan, karena fungsinya adalah memperkuat kontrak pokok yaitu
kontrak kredit.
7. Kontrak Menurut Ada atau Tidak Adanya Kepastian Pelaksanaan
Prestasinya
Kontrak ini dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu kontrak dengan imbalan
/penggantian dan kontrak untung-untungan. Kontrak dengan imbalan/penggantian
adalah kontrak yang prestasinya tidak ada hubungannya dengan peristiwa
kebetulan atau kejadian yang tidak terduga. Contohnya adalah kontrak jual beli
yang prestasinya sudah pasti, yaitu penyerahan benda/barang oleh penjual dan
pembayaran harga jual belinya oleh pembeli. Sebaliknya, kontrak untunguntungan adalah suatu kontrak yang prestasinya digantungkan pada peristiwa
yang belum tentu terjadi. Contohnya, kontrak asuransi kendaraan dimana pihak
yang menjadi anggota asuransi telah membayar premi asuransi, sedangkan pihak
asuransi belum tentu melakukan prestasi kecuali terjadi kecelakaan. 32
8. Kontrak Menurut Aturan Hukum Larangan Praktik Monopoli Dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat
Kontrak ini merupakan jenis-jenis kontrak yang dilarang oleh undang-undang
karena dapat berimplikasi terhadap terjadinya praktik monopoli dan persaingan
usaha tidak sehat dan merugikan warga masyarakat selaku konsumen.

32

Ibid. Hal. 156.

Universitas Sumatera Utara

28

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat menegaskan kontrak-kontrak yang dilarang dibagi
menjadi 13 (tiga belas) jenis, yaitu: 33
a. Kontrak atau perjanjian oligopoli, yaitu kontrak atau perjanjian yang
dibuat antara pelaku usaha dengan pelaku usaha lainnya untuk secara
bersama melakukan penguasaan produksi dan atau pemasaran barang atau
jasa (vide Pasal 4);
b. Kontrak atau perjanjian penetapan harga, yaitu kontrak atau perjanjian
yang dibuat antara pelaku usaha dengan pelaku usaha pesaingnya untuk
menetapkan harga atas suatu barang dan atau jasa yang harus dibayar oleh
konsumen atau pelanggaran pada pasar yang bersangkutan sama.
Pengecualian dari ketentuan ini adalah:
(1) Suatu kontrak atau perjanjian yang dibuat usaha patungan, dan
(2) suatu kontrak yang didasarkan pada undang-undang yang berlaku
(vide Pasal 5);
c. Kontrak atau perjanjian dengan harga berbeda, yaitu kontrak atau
perjanjian yang dibuat antara pelaku-pelaku usaha yang mengakibatkan
pembeli yang satu harus membayar dengan harga berbeda dari harga yang
harus dibayar oleh pembeli lain untuk barang atau jasa yang berbeda (vide
Pasal 6);
d. Kontrak atau perjanjian dengan harga di bawah harga pasar, yaitu kontrak
atau perjanjian yang dibuat antara pelaku usaha dengan pelaku usaha
pesaingnya untuk menetapkan harga yang berada di bawah harga pasar
(vide Pasal 7);
e. Kontrak atau perjanjian yang memuat persyaratan, yaitu kontrak atau
perjanjian yang dibuat antara pelaku usaha dengan pelaku usaha lainnya
yang memuat persyaratan bahwa penerima barang dan atau jasa tidak akan
menjual atau memasok kembali barang dan atau jasa yang diterimanya,
dengan harga yang lebih rendah dari pada harga yang telah diperjanjikan
(vide Pasal 8);
f. Kontrak atau perjanjian pembagian wilayah, yaitu kontrak atau perjanjian
yang dibuat antara pelaku usaha dengan pelaku usaha pesaingnya yang
bertujuan untuk membagi wilayah pemasaran atau alokasi pasar terhadap
barang dan atau jasa (vide Pasal 9);
g. Kontrak atau perjanjian pemboikotan, yaitu suatu kontrak atau perjanjian
yang dilarang, yang dibuat pelaku usaha dengan pelaku usaha pesaingnya
untuk mengahalangi pelaku usaha lain untuk melakukan usaha yang sama,
baik untuk tujuan pasar dalam negeri maupun luar negeri (vide Pasal 10);
h. Kontrak atau perjanjian kartel, yaitu kontrak atau perjanjian yang dibuat
antara pelaku usaha dengan pelaku usaha pesaingnya, yang bermaksud

33

Ibid. Hal. 156-158.

Universitas Sumatera Utara

29

untuk mempengaruhi harga dengan mengatur produksi dan atau pemasaran
suatu barang dan atau jasa (vide Pasal 11);
i. Kontrak atau perjanjian trust, yaitu kontrak atau perjanjian yang dibuat
antara pelaku usaha dengan pelaku usaha lain untuk melakukan kerjasama
dengan membentuk gabungan perusahaan atau perseroan yang lebih besar,
dengan tetap menjaga dan mempertahankan kelangsungan hidup masingmasing perseroan anggotanya (vide Pasal 12);
j. Kontrak atau perjanjian oligopsoni, yaitu kontrak atau perjanjian yang
dibuat antara pelaku usaha dengan pelaku usaha lain yang bertujuan untuk
secara bersama-sama menguasai pembelian atau penerimaan pasokan agar
dapat mengendalikan harga atas barang dan atau jasa dalam pasar yang
bersangkutan (vide Pasal 13);
k. Kontrak atau perjanjian integrasi vertikal, yaitu kontrak atau perjanjian
yang dibuat antara pelaku usaha dengan pelaku usaha lain yang bertujuan
untuk menguasai produksi sejumlah produk yang termasuk dalam
rangkaian produksi barang dan/ atau jasa tertentu. Setiap rangkaian
produksi itu merupakan hasil pengolahan atau proses lanjutan, baik dalam
satu rangkaian langsung maupun tidak langsung (vide Pasal 14);
l. Kontrak atau perjanjian tertutup, yaitu kontrak atau perjanjian yang dibuat
antara pelaku usaha dengan pelaku usaha lain yang memuat persyaratan
bahwa pihak yang menerima barang dan atau jasa hanya akan memasok
kembali barang dan atau jasa tersebut kepada pihak dan atau pada tempat
tertentu (vide Pasal 15);
m. Kontrak atau perjanjian dengan pihak luar negeri, yaitu kontrak atau
perjanjian yang dibuat antara pelaku usaha dengan pihak lainnya di luar
negeri yang memuat ketentuan yang dapat mengakibatkan terjadinya
praktik monopoli dan atau persaingan tidak sehat (vide Pasal 16).

C.

Bentuk dan Fungsi Kontrak
Kontrak menguasai begitu banyak bagian kehidupan sosial kita sehingga

kita tidak tahu berapa banyak kontrak yang telah kita buat setiap harinya. Sekilas,
bila kita mendengar kata kontrak, kita langsung berpikir bahwa yang dimaksudkan
adalah suatu kontrak tertulis. Artinya, kontrak sudah dianggap sebagai suatu
pengertian yang lebih sempit dari kontrak. Dan bila melihat berbagai tulisan, baik
buku, makalah atau tulisan ilmiah lainnya, kesan ini tidaklah salah, sebab

Universitas Sumatera Utara

30

penekanan kontrak selalu dianggap sebagai medianya suatu kontrak yang dibuat
secara tertulis. 34
Adapun bentuk-bentuk kontrak dan kekuatan/nilai pembuktiannya, dapat
dijelaskan sebagai berikut ini: 35
1. Kontrak Lisan
Adalah suatu kontrak yang dibuat oleh para pihak secara lisan (oral
contract), tidak secara tertulis dalam akta bawah tangan maupun akta
otentik. Dalam kontrak lisan terkandung suatu janji yang
mengungkapkan kehendak yang dinyatakan dan dianggap sebagai elemen
konstitutif dari kekuatan mengikat kontrak. Namun demikian, adanya
suatu janji bertimbal-balik tidak serta merta membentuk kontrak. Kontrak
baru terbentuk jika ada perjumpaan atau persesuaian antara janji-janji
yang ditujukan satu pihak terhadap pihak lainnya.
Hukum memperbolehkan para pihak membuat kontrak secara lisan.
Namun, dalam perkembangan praktik hukum modern saat ini, suatu
kontrak yang dibuat secara lisan tidak dapat dipertahankan lagi dalam
kaitannya dengan kepentingan pembuktian, sehingga kontrak harus
dibuat secara tertulis dalam bentuk akta di bawah tangan atau akta otentik
yang digunakan sebagai alat pembuktian.
2. Kontrak Tertulis dalam Akta di Bawah Tangan
Menurut Pasal 1874 KUH Perdata, akta di bawah tangan adalah Surat
atau tulisan yang dibuat oleh para pihak tidak melalui perantaraan pejabat
yang berwenang (pejabat umum) untuk dijadikan alat bukti. Jadi akta di
bawah tangan semata-mata dibuat antara para pihak yang
berkepentingan. Dengan demikian, semua kontrak yang dibuat antara
para pihak sendiri secara tertulis dalam akta di bawah tangan, bentuknya
bebas, terserah bagi para pihak yang membuatnya juga diperbolehkan di
mana saja. Yang terpenting bagi kontrak tertulis dalam akta di bawah
tangan itu terletak pada tanda tangan para pihak. Di mana akta ini
mempunyai kekuatan/nilai pembuktian sepanjang para pihak mengakui
atau tidak ada penyangkalan dari satu pihak di antara dua pihak.
3. Kontrak Tertulis dalam Akta Otentik
Akta otentik menurut Pasal 1868 KUH Perdata adalah akta dalam bentuk
yang ditentukan oleh undang-undang yang dibuat oleh atau di hadapan
pejabat yang berkuasa (pejabat umum) untuk itu, di tempat di mana akta
dibuatnya. Jadi, suatu akta disebut akta otentik jika memenuhi syaratsyarat sebagai berikut:

34

Nurul Muslimah Kurniati. “Pengertian dan Arti Penting Kontrak”, http://notarisnurulmusl
imahkurniati.blogspot.com/2009/04/pengertian-dan-arti-penting kontrak.html diakses 28 Januari
2014.
35
Muhammad Syaifuddin. Op. Cit. Hal. 137.

Universitas Sumatera Utara

31

(a) Akta yang dibuat oleh akta yang dibuat di hadapan pejabat umum,
yang ditunjuk oleh undang-undang;
(b) Bentuk akta ditentukan oleh undang-undang dan cara membuat
akta harus menurut persyaratan materil (subtantif) dan
persyaratan formil (prosedural) yang ditetapkan oleh undangundang;
(c) Di tempat di mana pejabat berwenang membuat akta itu.
Pejabat yang berkuasa atau pejabat umum yang dimaksud adalah notaris,
hakim, juru sita pengadilan, pejabat catatan sipil, dan dalam perkembangannya
camat karena jabatannya dapat ditunjuk sebagai PPAT. Akta notaris agar
mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna harus memenuhi persyaratan
materil dan persyaratan formil. Jika tidak memenuhi persyaratan maka akan
diproses di pengadilan dan nilai pembuktiannya diserahkan kepada hakim. 36
Berbicara mengenai fungsi kontrak, Salim HS menyebutkan fungsi Kontrak
dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu fungsi yuridis dan fungsi ekonomis.
Fungsi yuridis kontrak adalah fungsi dapat memberikan kepastian hukum bagi
para pihak. Sedangkan fungsi ekonomis adalah menggerakkan (hak milik) sumber
daya dari nilai penggunaan yang lebih rendah menjadi nilai yang lebih tinggi. 37
Sedangkan Muhammad Syaifuddin menjelaskan dalam bukunya bahwa
kontrak mempunyai tiga fungsi yaitu fungsi filosofis, fungsi yuridis dan fungsi
ekonomis kontrak.
Kontrak mempunyai fungsi filosofis, yaitu mewujudkan keadilan bagi para
pihak yang membuat kontrak, bahkan bagi pihak ketiga yang mempunyai
kepentingan hukum terhadap kontrak tersebut. Keadilan adalah apa yang hendak
dituju dengan atau melalui hukum kontrak. Pengertian keadilan yang luas ini
36
37

Ibid. Hal. 143.
Salim H.S. Op. Cit. Hal. 35.

Universitas Sumatera Utara

32

dapat dikembangkan dengan menempatkan keadilan sebagai tujuan hukum
kontrak, yang satu dan lain hal akan sangat bergantung kepada sudut pandang dan
cara memahami keadilan. 38
Kontrak mewujudkan nilai keadilan dalam tatanan sosial dan ekonomi di
masyarakat dengan cara memfasilitasi, mengakomodasi dan mengatur hubungan
hukum kontraktual para pihak yang di dalamnya terdapat hak dan kewajiban
secara seimbang. Dengan arti lain, kontrak juga berfungsi sebagai instrument
hukum untuk mengeliminasi atau paling tidak mereduksi ketidakseimbangan
dalam tatanan sosial dan ekonomi di masyarakat, khususnya dalam kontrakkontrak yang dibuat oleh para pihak sebagai warga atau bagian dari masyarakat.39
Kontrak mempunyai fungsi yuridis, yaitu mewujudkan kepastian hukum
bagi para pihak yang membuat kontrak, bahkan bagi pihak ketiga yang
mempunyai kepentingan hukum terhadap kontrak tersebut. Kontrak memberikan
jawaban atas kebutuhan ekonomi yang konkrit dalam masyarakat dan sekaligus
ditujukan untuk menjamin terwujudnya kepastian hukum. Makna “kepastian
hukum mencakup sejumlah aspek yaitu : pertama, perlindungan terhadap subjek
hukum kontrak (orang dan badan hukum) dari kesewenang-wenangan subjek
hukum kontrak yang lainnya. Kedua, bahwa subjek hukum kontrak harus dapat
menilai akibat hukum dari perbuatannya, baik akibat dari tindakan maupun
kesalahan/kelalaian. Itu sebabnya, negara (diwakili pemerintah) tidak hanya
mengatur pelaksanaan kontrak, tetapi juga menentukan sanksi berkaitan dengan

38
39

Muhammad Syaifuddin. Op. Cit. Hal. 37.
Ibid. Hal. 47.

Universitas Sumatera Utara

33

pelaksanaan undang-undang yang dilanggar oleh para pihak yang melaksanakan
kontrak tersebut.
Fungsi dari kontrak yang terakhir menurut Muhammad Syaifuddin yaitu
fungsi ekonomis. Fungsi ekonomis ini dapat dipahami bahwa kontrak dapat
berfungsi sebagai instrumen hukum untuk mengakomodasi, memfasilitasi dan
memproteksi proses pembagian atau pertukaran hak dan kewajiban hukum yang
berkaitan dengan pemilikan dan pemanfaatan benda-benda dan jasa-jasa yang
bernilai ekonomis dalam rangka pengayaan (proses menjadi kaya) secara sah dan
adil sebagai suatu keadaan yang lebih baik bagi para pihak yang membuat
kontrak.40

D.

Subjek hukum dalam kontrak
Pada prinsipnya kontrak terdiri dari satu atau serangkaian janji yang dibuat

para pihak dalam kontrak. Esensi dari kontrak itu sendiri adalah kontrak
(agreement). Atas dasar itu, Subekti mendifinisikan kontrak sebagai peristiwa
dimana seseorang berjanji kepada orang lain di mana dua orang saling berjanji
untuk melaksanakan sesuatu. 41
Pasal 1320 KUHPerdata menyatakan untuk sahnya kontrak-kontrak
diperlukan empat syarat, yaitu : 42
1. Kesepakatan mereka yang mengikatkan diri (agreement/consensus);
2. Kecakapan (capacity);
40

Ibid. Hal. 56.
Universitas Brawijaya. “Legal Banking”, http://legalbanking.wordpress.com/materihukum/hukum-kontrak/, diakses pada tanggal 29 Januari 2014.
42
Hardijan Rusli. Hukum Perjanjian Indonesia dan Common Law, Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 1993. Hal. 44.
41

Universitas Sumatera Utara

34

3. Hal yang tertentu (certainty of terms);
4. Sebab yang halal (consideration).
Keempat syarat ini merupakan syarat pokok bagi setiap kontrak. Artinya,
setiap kontrak harus memenuhi keempat syarat ini bila ingin menjadi
kontrak/kontrak yang sah. Bila membahas tentang kecakapan untuk membuat
suatu kontrak maka hal ini berarti sama dengan membahas subjek hukum, karena
subjek hukum adalah sesuatu yang dapat melakukan perbuatan hukum atau yang
menjadi pihak/subjek dalam hubungan hukum atau apa saja yang cakap
(berkapasitas) untuk membuat suatu kontrak. 43
Terjadinya kontrak disebabkan adanya hubungan hukum dalam lapangan
harta kekayaan antara dua atau lebih manusia atau badan hukum sebagai subjek
hukum. Dengan demikian, pembuat dan pelaksana suatu kontrak minimal dua
subjek hukum yang berhadapan yang menduduki tempat yang berbeda. Kedua
subjek hukum tersebut harus mempunyai hak dan kewajiban yang setara dalam
kontrak yang mereka sepakati, yaitu satu pihak berkewajiban melaksanakan
prestasi dan di pihak lain berhak menuntut melaksanakan prestasi. 44
M. Yahya Harahap menjelaskan bahwa menurut teori dan praktik hukum
kontrak, subjek hukum kontrak terdiri dari : 45
1.

Individu sebagai persoon yang bersangkutan, yaitu :
a. Natuurlijke persoon atau manusia tertentu;
b. Recht persoon atau badan hukum;
Seorang atas keadaan tertentu mempergunakan kedudukan/hak orang lain
tertentu, misalnya seseorang bezitter atas kapal;
Person yang dapat diganti (verbangbaar), yaitu berarti kreditur yang
menjadi subjek semula telah ditetapkan dalam kontrak, sewaktu–waktu

2.
3.
43

Ibid. Hal.74.
Muhammad Syaifuddin. Op. Cit. Hal. 64.
45
Ibid. Hal. 64-65.

44

Universitas Sumatera Utara

35

dapat diganti kedudukannya dengan kreditur atau debitur baru, kontrak ini
berbentuk “aan order”atau kontrak atas order/atas perintah dan kontrak
“aan toonder” atau kontrak atas nama atau kepada pemegang/pembawa
pada surat–surat tagihan utang.
Dalam mengadakan kontrak atau kontrak setiap subyek hukum haruslah
memenuhi persyaratan–persyaratan tertentu supaya kontrak tersebut mengikat,
misalnya, untuk subyek hukum “orang” harus dewasa, sedangkan subjek hukum
“badan hukum” harus memenuhi persyaratan hukum formal suatu badan hukum.
Kedua jenis subjek hukum tersebut memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam
melakukan kontrak, seperti dapat melakukan gugatan dan digugat, menghadap ke
pengadilan, dan sebagainya. Pemerintah berkedudukan sebagai badan hukum
privat. Subjek hukum kontrak, baik orang (manusia kodrati) maupun badan
hukum (diwakili oleh pengurusnya), harus berwenang dan cakap untuk melakukan
perbuatan-perbuatan hukum kontraktual (membuat kontrak) dalam hubunganhubungan hukum dilapangan hukum harta kekayaan. 46

E.

Prestasi dan Wanprestasi dalam Kontrak
Prestasi dalam bahasa Inggris disebut juga dengan istilah "performance"

dalam hukum kontrak dimaksudkan sebagai suatu pelaksanaan hal-hal yang
tertulis dalam suatu kontrak dimaksudkan dalam suatu kontrak oleh pihak yang
telah mengikatkan diri untuk itu, pelaksanaan mana sesuai dengan "term" dan
"condition" sebagaimana sesuai dengan kontrak yang bersangkutan.

46

Muhammad Syaifuddin. Op. Cit. Hal. 65.

Universitas Sumatera Utara

36

Adapun yang merupakan model-model dari prestasi adalah seperti yang
disebutkan dalam pasal 1234 KUH Perdata, yaitu berupa: 47
1. Memberikan sesuatu;
2. Berbuat sesuatu;
3. Tidak berbuat sesuatu.
Kemudian Pasal 1235 KUHPerdata menyebutkan: “Dalam tiap-tiap
perikatan untuk memberikan sesuatu adalah termaktub kewajiban si berutang
untuk menyerahkan kebendaan yang bersangkutan dan untuk merawatnya sebagai
seorang bapak rumah yang baik, sampai pada saat penyerahan”. Dari pasal
tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa dalam suatu perikatan, pengertian
“memberi sesuatu” mencakup pula kewajiban untuk menyerahkan barangnya dan
untuk memeliharanya hingga waktu penyerahannya.
Istilah “memberikan sesuatu” sebagaimana disebutkan di dalam Pasal 1235
KUHPerdata tersebut dapat mempunyai dua pengertian, yaitu:
1. Penyerahan kekuasaan belaka atas barang yang menjadi objek perjanjian.
2. Penyerahan hak milik atas barang yang menjadi objek perjanjian, yang
dinamakan penyerahan yuridis.
Wujud prestasi yang lainnya adalah “berbuat sesuatu” dan “tidak berbuat
sesuatu”. Berbuat sesuatu adalah melakukan suatu perbuatan yang telah
ditetapkan dalam perjanjian. Sedangkan tidak berbuat sesuatu adalah tidak
melakukan sesuatu perbuatan sebagaimana juga yang telah ditetapkan dalam
perjanjian, manakala para pihak telah menunaikan prestasinya maka perjanjian

47

Munir Fuady. Hukum kontrak. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti. 2001. Hal. 87.

Universitas Sumatera Utara

37

tersebut akan berjalan sebagaimana mestinya tanpa menimbulkan persoalan.
Namun kadangkala ditemui bahwa debitur tidak bersedia melakukan atau menolak
memenuhi prestasi sebagaimana yang telah ditentukan dalam perjanjian. 48
Prestasi dalam suatu perikatan tersebut harus memenuhi syarat-syarat :49
1. Suatu prestasi harus merupakan suatu prestasi yang tertentu, atau sedikitnya
dapat ditentukan jenisnya, tanpa adaya ketentuan sulit untuk menentukan
apakah debitur telah memenuhi prestasi atau belum.
2. Prestasi harus dihubungkan dengan suatu kepentingan. Tanpa suatu
kepentingan orang tidak dapat mengadakan tuntutan.
3. Prestasi harus diperbolehkan oleh undang-undang, kesusilaan dan ketertiban
umum.
4. Prestasi harus mungkin dilaksanakan.
Sementara itu, menurut Kamus Hukum, wanprestasi berarti “kelalaian,
kealpaan, cidera janji, tidak menepati kewajibannya dalam kontrak”. Jadi,
wanprestasi adalah suatu keadaan dalam mana seorang debitor (berutang) tidak
melaksanakan prestasi yang diwajibkan dalam suatu kontrak, yang dapat timbul
karena kesengajaan atau kelalaian debitor itu sendiri dan adanya keadaan
memaksa (overmacht). 50
Seorang debitor atau pihak yang mempunyai kewajiban melaksanakan
prestasi dalam kontrak, yang dapat dinyatakan telah melakukan wanprestasi ada 4
(empat) macam wujudnya, yaitu : 51
1. Tidak melaksanakan prestasi sama sekali;
2. Melaksanakan prestasi, tetapi tidak sebagaimana mestinya;
3. Melaksanakan prestasi, tetapi tidak tepat pada waktunya;

48

Audia Novrita. “Makalah Hukum Perjanjian”, http://audiiayu.wordpress.com/2013/04/14
/makalah-hukum-perjanjian/. Diakses pada tanggal 30 Januari 2014.
49
Munir Fuady. Loc. Cit.
50
Muhammad Syaifuddin. Op. Cit. Hal. 338.
51
Ibid.

Universitas Sumatera Utara

38

4. Melaksanakan perbuatan yang dilarang dalam kontrak.
Tindakan wanprestasi dapat terjadi karena : 52
(1) Kesengajaan;
(2) Kelalaian;
(3) Tanpa kesalahan (tanpa kesengajaan atau kelalaian)
Akibat wanprestasi yang dilakukan debitor atau pihak yang mempunyai
kewajiban melaksanakan prestasi dalam kontrak, dapat menimbulkan kerugian
bagi debitor atau pihak yang mempunyai hak menerima prestasi. Akibat hukum
bagi debitor atau pihak yang melakukan wanprestasi, yaitu: 53
a. Dia harus membayar ganti kerugian yang diderita oleh kreditor atau
pihak yang mempunyai hak menerima prestasi;
b. Dia harus menerima pemutusan kontrak disertai dengan pembayaran
ganti kerugian;
c. Dia harus menerima peralihan resiko sejak saat terjadinya wanprestasi;
d. Dia harus membayar biaya perkara jika diperkarakan di pengadilan.
Kewajiban membayar ganti kerugian bagi debitor atau pihak yang
mempunyai kewajiban melaksanakan prestasi dalam kontrak tetapi melakukan
wanprestasi baru dapat dilaksanakan jika telah memenuhi 4 (empat) syarat,
yaitu: 54
a. Dia memang telah lalai melakukan wanprestasi;
b. Dia tidak berada dalam keadaan memaksa;
c. Dia tidak melakukan pembelaan untuk melawan tuntutan ganti kerugian;
d. Dia telah menerima pernyataan lalai atau somasi.

52

Munir Fuady. Op. Cit. Hal. 88.
Muhammad Syaifuddin. Op. Cit. Hal. 343.
54
Ibid. Hal. 344.
53

Universitas Sumatera Utara

39

Seorang debitor yang dituduh lalai dan dituntut supaya dihukum atas
kelalaiannya, dapat mengajukan pembelaan yang disertai dengan alasan, yaitu:
mendalilkan adanya keadaan memaksa (overmacht), mendalilkan bahwa kreditor
telah lalai, dan mendalilkan bahwa kreditor telah melepaskan haknya. 55

55

Ibid.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Tinjauan Yuridis Perjanjian Pemborongan Pekerjaan Pembangunan Saluran Drainase Antara Dinas Bina Marga Kota Medan Dengan Cv.Teratai 26

8 122 120

Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemborongan Kerja Milik Pemerintah Antara CV. Dina Utama Dengan Dinas Penataan Ruang Dan Permukiman Provinsi Sumatera Utara

2 55 134

Tinjauan Yuridis Perjanjian Pemborongan Antara Dinas Bina Marga Dan Pengairan Kota Pematangsiantar Dengan Cv. Sibange-Bange Siantar Simarimbun (Studi: Dinas Bina Marga Dan Pengairan Kota Pematangsiantar)

0 42 133

Tinjauan Yuridis tentang Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan (Kontrak) Antara Dinas Penataan Ruang dan Pemukiman Provinsi Sumatera Utara Dengan CV. Rymandho Medan

0 40 102

Tinjauan Hukum Pelaksanaan Perjanjian Kontrak Kerja Pembangunan Irigasi Antara Cv. Raut Agung Group Dan Dinas Pekerjaan Umum Kota Tebing Tinggi

0 10 86

Tinjauan Yuridis Surat Perjanjian (Kontrak) Pemborongan Antara Dinas KIMPRASDA (Permukiman Dan Prasarana Daerah ) Labuhanbatu Dengan CV. Raut Agung Group

1 21 106

Tinjauan Yuridis Surat Perjanjian (Kontrak) Pemborongan Antara Dinas KIMPRASDA (Permukiman Dan Prasarana Daerah ) Labuhanbatu Dengan CV. Raut Agung Group

0 0 9

Tinjauan Yuridis Surat Perjanjian (Kontrak) Pemborongan Antara Dinas KIMPRASDA (Permukiman Dan Prasarana Daerah ) Labuhanbatu Dengan CV. Raut Agung Group

0 0 1

Tinjauan Yuridis Surat Perjanjian (Kontrak) Pemborongan Antara Dinas KIMPRASDA (Permukiman Dan Prasarana Daerah ) Labuhanbatu Dengan CV. Raut Agung Group

0 0 16

Tinjauan Yuridis Surat Perjanjian (Kontrak) Pemborongan Antara Dinas KIMPRASDA (Permukiman Dan Prasarana Daerah ) Labuhanbatu Dengan CV. Raut Agung Group

0 0 4