Fungsi Fisik Pasien Nyeri Kronis Kanker Payudara di RSUP. H. Adam Malik Medan
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Perubahan gaya hidup dan paparan lingkungan saat ini menyebabkan terjadinya
pergeseran pada pola dan jenis penyakit, salah satunya adalah peningkatan insiden
penyakit kanker diantara penyakit-penyakit lainnya
(Haryati, 2009). Kanker
merupakan ancaman serius kesehatan masyarakat karena insiden dan angka
kematiannya terus meningkat dari tahun ketahun. Kanker merupakan masalah yang
besar diseluruh dunia dimana 12,5% kematian disebabkan oleh kanker (Djoerban, 2008
dalam Haryati, 2009). Di Amerika Serikat, pada tahun 2007 diperkirakan lebih dari
200.000 wanita didiagnosis dengan kanker paudara invasif (Ariestine, 2010). Kanker
payudara pada wanita merupakan satu dari 10 kanker terbanyak di Indonesia dan
menduduki urutan ke-2. Insiden kanker payudara di Indonesia diperkirakan 18 per
100.000 penduduk wanita. Pada usia 30 tahun insidensinya meningkat dan
peningkatannya sangat tajam pada usia 70 tahun dan mendatar pada usia 45-55 tahun
yang merupakan peralihan antara pramenopause dan menopause. Lebih dari 70 %
kanker payudara dengan diagnosis dan pengobatan kanker dapat mempengaruhi pada
kondisi salah satunya adalah fungsi fisik (Djuminten, Wilopo & Setiaji, 2011). Data dari
sistem informasi RS Tahun 2008 menunjukkan kanker payudara (18,4 %) menempati
urutan pertama pada pasien rawat inap diseluruh ruah sakit di indonesia (Dinas Dinas
Kesehatan Jawa Barat, 2009 dalam Tasripiyah, Prawesti, Rahayu 2012).
1
Universitas Sumatera Utara
2
Nyeri merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan
akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Brunner & Suddarth,
2002). Nyeri kronis adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap sepanjang
suatu periode waktu. nyeri kronis sering didefenisikan sebagai nyeri yang
berlangsung selama 6 bulan atau lebih sejak awal mula mulai dirasakan nyeri
(McCorkle, et al, 2011 dalam Sari 2014). Nyeri kronis yang dialami seseorang dapat
mengganggu aktivitas fisik, mengurangi tingkat kemandirian atau defisit perawatan
diri, mobilisasi kurang serta banyak dampak negatif lain yang diakibatkan gejala
nyeri kronis (Sari, 2014). Usman (2009) menyatakan bahwa pasien kanker payudara
yang mengalami nyeri kronik, dapat disebabkan oleh perkembangan dari sel tumor,
masalah psikososial maupun dari tindakan terapi dan diagnostik. Penderita kanker
payudara nyeri kronis yang dialami seseorang dapat mengganggu aktivitas fisik,
mengurangi tingkat kemandirian atau defisit perawatan diri, mobilisasi kurang serta
banyak dampak negatif lain yang diakibatkan gejala nyeri kronis (Wulan, 2014).
Berdasarkan penelitian Palu dan Nurdin, (2014) mengatakan bahwa sebagian
penderita kanker khususnya kanker payudara akan mengalami kehilangan fungsi fisik
sehingga penderita kanker akan kesulitan dalam memenuhi aktifitas sehari-harinya
yang disebabkan oleh timbulnya rasa nyeri yang tidak bisa ditahan oleh penderita
yang dimana hasil penelitian menunjukkan (66,7%) mengalami gangguan fungsi fisik
atau dalam melakukan aktifitas harian, 53,33% meninggalkan pekerjaan karena rasa
nyeri. Zega (2013) melakukan penelitian terhadap 36 responden pada pasien kanker
Universitas Sumatera Utara
3
payudara yang menjalani kemoterapi di RSUP H Adam Malik Medan didapat sekitar
24,2% fungsi fisik cukup dan 9,1% fungsi fisik kurang.
Pasien kanker payudara yang mengalami nyeri akan merasakan tidak berdaya
dalam melakukan pengobatan karena adanya keluhan fisik seperti karena nyeri, mual
dan muntah sehingga prosedur pengobatan yang buruk akan mengakibatkan fungsi
fisik dalam melakukan aktivitas harian terhambat. Pasien merasa bahwa prosedur
pemeriksaan, perawatan yang lama, bed rest dan keluhan fisik yang dialami membuat
pasien merasa tidak berdaya untuk menjalani pengobatan menyebabkan perilaku
kepatuhan pengobatan yang buruk dan fungsi fisik dalam melakukan aktivitas harian
terhambat (Pederson et al, 2010). Kondisi tersebut menjelaskan bahwa kanker
payudara dapat menyebabkan masalah pada fungsi fisik pasien kanker payudara
dalam melakukan aktivitas harian sehingga menyebabkan dampak lebih buruk bagi
kesehatan, pasien akan merasa tidak mampu untuk menjalani pengobatan jika
kemampuan fungsi fisik pasien kanker payudara terhambat.
Kebanyakan penderita kanker payudara yang dirawat di RS mengalami nyeri
kronis kanker payudara, sehingga mereka mengabiskan waktunya untuk istirahat
diatas tempat tidur dan tidak melakukan aktivitas saat nyeri itu muncul. Berdasarkan
pernyataan diatas peneliti tertarik untuk mengidentifikasi fungsi fisik pasien nyeri
kronis kanker payudara di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.
Dimana peneliti ingin mengetahui bagaimana klien mampu menjalani aktivitasnya
dalam melakukan perawatan diri, melakukan mobilisasi, dan melakukan aktivitas
fisik lainnya yang mengalami nyeri kronis kanker payudara.
Universitas Sumatera Utara
4
2. Rumusan Masalah
2.1 Bagaimana gambaran fungsi fisik pasien nyeri kronis kanker payudara di
RSUP H. Adam Malik Medan
3. Pertanyaan penelitian
3.1 Bagaimanakah fungsi fisik pasien nyeri kronis kanker payudara di RSUP
H. Adam Malik Medan?
4. Tujuan Penelitian
4.1 Tujuan Umum
Untuk mengidentifikasi fungsi fisik pasien nyeri kronis kanker payudara di
RSUP. H. Adam Malik Medan
4.2 Tujuan Khusus
4.2.1 Untuk mengidentifikasi fungsi fisik pasien nyeri kronis kanker
payudara berdasarkan dimensi aktivitas perawatan diri
4.2.2 Untuk mengidentifikasi fungsi fisik pasien nyeri kronis kanker
payudara berdasarkan dimensi aktivitas mobilisasi
4.2.3 Untuk mengidentifikasi fungsi fisik pasien nyeri kronis kanker
payudara berdasarkan dimensi aktivitas fisik
5. Manfaat Penelitian
5.1 Bagi pelayanan keperawatan
Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi yang berguna bagi pelayanan
keshatan dalam hal memberikan intervensi atau tindakan
Universitas Sumatera Utara
5
5.2 Bagi penelitian keperawatan
Dalam bidang penelitian keperawatan, penelitian ini dapat digunakan
sebagai referensi penelitian yang berkaitan penelitian dimasa yang akan
datang.
Universitas Sumatera Utara
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Perubahan gaya hidup dan paparan lingkungan saat ini menyebabkan terjadinya
pergeseran pada pola dan jenis penyakit, salah satunya adalah peningkatan insiden
penyakit kanker diantara penyakit-penyakit lainnya
(Haryati, 2009). Kanker
merupakan ancaman serius kesehatan masyarakat karena insiden dan angka
kematiannya terus meningkat dari tahun ketahun. Kanker merupakan masalah yang
besar diseluruh dunia dimana 12,5% kematian disebabkan oleh kanker (Djoerban, 2008
dalam Haryati, 2009). Di Amerika Serikat, pada tahun 2007 diperkirakan lebih dari
200.000 wanita didiagnosis dengan kanker paudara invasif (Ariestine, 2010). Kanker
payudara pada wanita merupakan satu dari 10 kanker terbanyak di Indonesia dan
menduduki urutan ke-2. Insiden kanker payudara di Indonesia diperkirakan 18 per
100.000 penduduk wanita. Pada usia 30 tahun insidensinya meningkat dan
peningkatannya sangat tajam pada usia 70 tahun dan mendatar pada usia 45-55 tahun
yang merupakan peralihan antara pramenopause dan menopause. Lebih dari 70 %
kanker payudara dengan diagnosis dan pengobatan kanker dapat mempengaruhi pada
kondisi salah satunya adalah fungsi fisik (Djuminten, Wilopo & Setiaji, 2011). Data dari
sistem informasi RS Tahun 2008 menunjukkan kanker payudara (18,4 %) menempati
urutan pertama pada pasien rawat inap diseluruh ruah sakit di indonesia (Dinas Dinas
Kesehatan Jawa Barat, 2009 dalam Tasripiyah, Prawesti, Rahayu 2012).
1
Universitas Sumatera Utara
2
Nyeri merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan
akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Brunner & Suddarth,
2002). Nyeri kronis adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap sepanjang
suatu periode waktu. nyeri kronis sering didefenisikan sebagai nyeri yang
berlangsung selama 6 bulan atau lebih sejak awal mula mulai dirasakan nyeri
(McCorkle, et al, 2011 dalam Sari 2014). Nyeri kronis yang dialami seseorang dapat
mengganggu aktivitas fisik, mengurangi tingkat kemandirian atau defisit perawatan
diri, mobilisasi kurang serta banyak dampak negatif lain yang diakibatkan gejala
nyeri kronis (Sari, 2014). Usman (2009) menyatakan bahwa pasien kanker payudara
yang mengalami nyeri kronik, dapat disebabkan oleh perkembangan dari sel tumor,
masalah psikososial maupun dari tindakan terapi dan diagnostik. Penderita kanker
payudara nyeri kronis yang dialami seseorang dapat mengganggu aktivitas fisik,
mengurangi tingkat kemandirian atau defisit perawatan diri, mobilisasi kurang serta
banyak dampak negatif lain yang diakibatkan gejala nyeri kronis (Wulan, 2014).
Berdasarkan penelitian Palu dan Nurdin, (2014) mengatakan bahwa sebagian
penderita kanker khususnya kanker payudara akan mengalami kehilangan fungsi fisik
sehingga penderita kanker akan kesulitan dalam memenuhi aktifitas sehari-harinya
yang disebabkan oleh timbulnya rasa nyeri yang tidak bisa ditahan oleh penderita
yang dimana hasil penelitian menunjukkan (66,7%) mengalami gangguan fungsi fisik
atau dalam melakukan aktifitas harian, 53,33% meninggalkan pekerjaan karena rasa
nyeri. Zega (2013) melakukan penelitian terhadap 36 responden pada pasien kanker
Universitas Sumatera Utara
3
payudara yang menjalani kemoterapi di RSUP H Adam Malik Medan didapat sekitar
24,2% fungsi fisik cukup dan 9,1% fungsi fisik kurang.
Pasien kanker payudara yang mengalami nyeri akan merasakan tidak berdaya
dalam melakukan pengobatan karena adanya keluhan fisik seperti karena nyeri, mual
dan muntah sehingga prosedur pengobatan yang buruk akan mengakibatkan fungsi
fisik dalam melakukan aktivitas harian terhambat. Pasien merasa bahwa prosedur
pemeriksaan, perawatan yang lama, bed rest dan keluhan fisik yang dialami membuat
pasien merasa tidak berdaya untuk menjalani pengobatan menyebabkan perilaku
kepatuhan pengobatan yang buruk dan fungsi fisik dalam melakukan aktivitas harian
terhambat (Pederson et al, 2010). Kondisi tersebut menjelaskan bahwa kanker
payudara dapat menyebabkan masalah pada fungsi fisik pasien kanker payudara
dalam melakukan aktivitas harian sehingga menyebabkan dampak lebih buruk bagi
kesehatan, pasien akan merasa tidak mampu untuk menjalani pengobatan jika
kemampuan fungsi fisik pasien kanker payudara terhambat.
Kebanyakan penderita kanker payudara yang dirawat di RS mengalami nyeri
kronis kanker payudara, sehingga mereka mengabiskan waktunya untuk istirahat
diatas tempat tidur dan tidak melakukan aktivitas saat nyeri itu muncul. Berdasarkan
pernyataan diatas peneliti tertarik untuk mengidentifikasi fungsi fisik pasien nyeri
kronis kanker payudara di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.
Dimana peneliti ingin mengetahui bagaimana klien mampu menjalani aktivitasnya
dalam melakukan perawatan diri, melakukan mobilisasi, dan melakukan aktivitas
fisik lainnya yang mengalami nyeri kronis kanker payudara.
Universitas Sumatera Utara
4
2. Rumusan Masalah
2.1 Bagaimana gambaran fungsi fisik pasien nyeri kronis kanker payudara di
RSUP H. Adam Malik Medan
3. Pertanyaan penelitian
3.1 Bagaimanakah fungsi fisik pasien nyeri kronis kanker payudara di RSUP
H. Adam Malik Medan?
4. Tujuan Penelitian
4.1 Tujuan Umum
Untuk mengidentifikasi fungsi fisik pasien nyeri kronis kanker payudara di
RSUP. H. Adam Malik Medan
4.2 Tujuan Khusus
4.2.1 Untuk mengidentifikasi fungsi fisik pasien nyeri kronis kanker
payudara berdasarkan dimensi aktivitas perawatan diri
4.2.2 Untuk mengidentifikasi fungsi fisik pasien nyeri kronis kanker
payudara berdasarkan dimensi aktivitas mobilisasi
4.2.3 Untuk mengidentifikasi fungsi fisik pasien nyeri kronis kanker
payudara berdasarkan dimensi aktivitas fisik
5. Manfaat Penelitian
5.1 Bagi pelayanan keperawatan
Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi yang berguna bagi pelayanan
keshatan dalam hal memberikan intervensi atau tindakan
Universitas Sumatera Utara
5
5.2 Bagi penelitian keperawatan
Dalam bidang penelitian keperawatan, penelitian ini dapat digunakan
sebagai referensi penelitian yang berkaitan penelitian dimasa yang akan
datang.
Universitas Sumatera Utara