Karakteristik Penderita Katarak Rawat Jalan Umur ≤40 Tahun di Rumah Sakit Mata SMEC Medan Tahun 2015

8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Anatomi dan Fisiologi Lensa Mata
Lensa adalah suatu struktur tranparan (jernih). Kejernihannya dapat

terganggu oleh karena proses degenerasi yang menyebabkan kekeruhan serabut
lensa. Terjadinya kekeruhan pada lensa disebut dengan katarak (Khurana,
2007). Lensa di dalam bola mata terletak dibelakang iris yang terdiri dari zat
tembus cahaya berbentuk seperti cakram yang dapat menebal dan menipis pada
saat terjadinya akomodasi (Ilyas, 2006).
Lensa merupakan elemen refraktif terpenting kedua pada mata yang
bertumbuh sepanjang hidup serta disangga oleh serabut zonula zinni yang
menghubungkannya dengan korpus siliaris dan kapsul lensa. Lensa ridak
mempunyai asupan darah ataupun inervasi saraf dan tergantung sepenuhnya
pada aquos humor untuk metabolisme dan pembuangan “limbahnya” (
American Academy of Oftalmology, 2008)
Menurut American Academy of Ophthalmology diameter lensa adalah

9-10 mm dan tebalnya bervariasi dengan umur, mulai dari 3,5 mm pada saat
lahir dan 5 mm ketika dewasa. Beratnya juga bervariasi antara 135 mm (0-9
tahun) hingga 255 mg (usia 40-80 tahun) (AAO, 2007).
Menurut Vaughan dan Asbury, fungsi utama lensa mata adalah
memfokuskan sinar pada retina agar sinar dari kejauhan dapat terfokus, otototot siliar berelaksasi, serabut-serabut zonula berkontraksi. Lensa mata terdiri
atas 65% air, 35% protein (kandungan proteinnya tertinggi dari semua jaringan
tubuh lainnya). Kadar kalium lebih banyak dalam lensa dibandingkan dengan

8

Universitas Sumatera Utara

9

jaringan lainnya. Asam askorbat dan Glutation keduanya dalam bentuk
teroksidasi dan tereduksi. Di dalam lensa tidak terdapat saraf dan pembuluh
lensa (Gaja, 2008)
Secara fisiologi lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu : kenyal atau
lentur karena memegang peranan terpenting dalam akomodasi untuk menjadi
cembung, jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan.

Keadaan patologi lensa ini dapat berupa kondisi tidak kenyal pada orang
dewasa yang akan mengakibatkan presbiopia, keruh atau yang disebut katarak,
tidak berada di tempat atau subluksasi dan dislokasi. Semakin dewasa usia
seseorang, lensa mata akan bertambah besar dan berat. (Ilyas, 2006).
Lensa mata terletak di bagian depan di dalam bola mata, lensa akan
memusatkan sinar pada retina mata yang terletak di bagian belakang bola mata.
Sinar melalui lensa akan menghasilkan bayangan yang tajam pada retina (Ilyas,
2003). Lensa dapat merefraksikan cahaya karena memiliki indeks refraksi,
normalnya sekitar 1,4 di sentral dan 1,36 di perifer. Dalam keadaan non
akomodatif, kekuatanya 15-20 dioptri (D) (Khurana, 2007)
2.2

Definisi Katarak
Katarak adalah kekeruhan lensa mata yang terjadi bila cairan terkumpul

diantara serabut lensa. Indeks refraksi mengubah dan menyebabkan cahaya
berpencar dengan mengakibatkan penglihatan menjadi kabur (Olver &
Cassidy, 2009). Sedangkan menurut WHO, Katarak adalah kekeruhan yang
terjadi pada lensa mata yang menghalangi sinar masuk ke dalam mata. Katarak
berasal dari bahasa Yunani “kataarrhakies” yang berarti air terjun. Dalam


Universitas Sumatera Utara

10

bahasa Indonesia , katarak disebut “bular”, yaitu penglihatan seperti tertutup
air terjun akibat lensa yang keruh (Ilyas, 2006).
Katarak adalah kekeruhan pada lensa tanpa nyeri yang berangsur angsur
meyebabkan penglihatan kabur sampai akhirnya tidak dapat menerima cahaya.
Penyebab lain meliputitrauma, penyakit mata yang lain ( missal uvitis ),
penyakit sistemik ( DiabetesMilitus ) atau defek congenital ( salah satu
kelainan herediter sebagai akibat dariinfeksi virus prenatal). ( Barbara C. Long,
2000 )
2.3

Patogenesis
Patogenesis terjadinya katarak adalah multifaktorial. Berat dan tebal

lensa akan meningkat sesuai pertambahan umur dengan kekuatan akomodasi
lensa yang semakin menurun. Lapisan korteks baru akan terus bertambah dan

terbentuk secara konsentris, sehingga nukleus lensa terkompresi dan menjadi
keras (sklerosis). Protein lensa akan berubah dan terjadi agregasi menjadi
protein dengan berat molekul tinggi. Agregasi protein menyebabkan fluktuasi
indeks refraksi lensa, hamburan sinar dan berkurangnya transparansi lensa.
Perubahan protein lensa akan memproduksi pigmen, sehingga lensa berubah
menjadi kuning sampai cokelat sesuai pertambahan usia. Pertambahan usia
juga akan menurunkan konsentrasi glutathione dan potassium, meningkatkan
konsentrasi sodium dan kalsium serta meningkatkan hidrasi lensa (Ilyas, 1999).
2.4

Gejala Klinis Penderita Katarak
Katarak adalah penyakit degeneratif yang dipengaruhi oleh berbagai

faktor, baik faktor intrinsik maupun faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik yang

Universitas Sumatera Utara

11

berpengaruh antra lain adalah umur, jenis kelamin dan faktor genetik,

sedangkan faktor ekstrinsik yang berpengaruh antara lain adalah pendidikan
dan pekerjaan yang berdampak langsung pada status sosial ekonomi dan status
kesehatan seseorang serta faktor lingkungan, dalam hubungannya dengan
paparan sinar ultra violet (Sirlan, 2000).
Menurut Hutasoit (2009) kekeruhan lensa dapat terjadi tanpa
menimbulkan gejala dan dijumpai pada pemeriksaan mata rutin. Gejala katarak
yang sering diekluhkan adalah :
1. Silau
Pasien katarak sering mengeluh silau yang bisa bervariasi keparahannya mulai
dari penurunan sensitivitas kontras dalam lingkungan yang terang hingga silau
pada saat siang hari atau sewaktu melihat lampu mobil atau kondisi serupa di
malam hari. Keluhan ini khususnya dijumpai pada tipe katarak posterior
subkapsular. Pemeriksaan silau ( test glare ) dilakukan untuk mengetahui
derajat gangguan penglihatan yang disebabkan oleh sumber cahaya yang
diletakkan di dalam lapangan pandang pasien (AAO, 2008).
2. Diplopia mononuklear atau polyopia
Menurut American Academy of Ophtalmolog (AAO), perubahan nuklear
terletak pada lapisan dalam nukleus lensa, menyebabkan daerah pembiasan
multipel di tengah lensa. Daerah ini dapat dilihat dengan refleks merah
retinoskopi atau oftalmoskopi direk. Tipe katarak ini kadang menyebabkan

displopia monokular atau polyopia (Hutasoit, 2009).
3. Halo

Universitas Sumatera Utara

12

Hal ini bisa terjadi pada beberapa pasien oleh karena terpecahnya sinar putih
mejadi spektrum warna sebab meningkatnya kandungan air dalam lensa
(Khurana, 2008).
4. Distorsi
Menurut Hutasoit yang mengutip hasil penelitian Langston (2002) Katarak
dapat menyebabkan garis lurus kelihatan bergelombang, hal ini sering dijumpai
pada stadium awal katarak.
5. Penurunan Tajam Penglihatan
Penurunan tajam penglihatan ditandai dengan ketidakmampuan menghitung
jari-jari tangan pada jarak 3 meter. Menurut pendapat Hutasoit (2009) yang
mengutip hasil penelitian American Academy of Ophtalmology, Katarak
menyebabkan penurunan penglihatan progresif tanpa rasa nyeri (Khurana,
2008), umumnya pasien menceritakan riwayat klinisnya langsung tepat sasaran

dan pasien menceritakan kepada dokter mata, aktifitas apa saja yang terganggu.
Dalam situasi lain, pasien hanya menyadari adanya gangguan penglihatan
setelah dilakukan pemeriksaan. Setiap tipe katarak biasanya mempunyai gejala
gangguan penglihatan yang berbeda-beda, tergantung pada cahaya, ukuran
pupil dan derajat miopia. Setelah didapat riwaayat penyakit, maka pasien harus
dilakukan pemeriksaan penglihatan lengkap, dimulai dengan refraksi.
Perkembangan katarak nuklear sklerotik dapat meningkatkan dioptri lensa,
sehingga terjadi miopia ringan hingga sedang.

Universitas Sumatera Utara

13

6. Sensitifitas Kontras
Menurut pendapat Hutasoit (2009) yang mengutip hasil penelitian American
Academy of Ophtalmology, Sensitifitas kontras mengukur kemampuan pasien
untuk mendeteksi variasi tersamar dalam bayangan dengan menggunakan
benda yang bervariasi dalam hal kontras, luminance dan frekuensi spasial.
Sensitivitas kontras dapat menunjukkan penurunan fungsi penglihatan yang
tidak terdeteksi dengan snellen. Namun, hal tersebut bukanlah indikator

spesifik hilangnya tajam pengihatan oleh karena katarak.
7. Myopic Shift
Berdasarkan pendapat Hutasoit (2009) yang mengutip hasil penelitian langston,
dapat disimpulkan bahwa perkembangan katarak terjadi akibat peningkatan
dioptri kekuatan lensa yang umumnya menyebabkan miopia ringan atau
sedang. Umumnya, pematangan katarak nuklear ditandai dengan kembalinya
penglihatan dekat oleh karena meningkatnya miopia akibat peningkatan
kekuatan refraktif lensa nuklear sklerotik, sehingga kacamata baca atau bifokal
tidak diperlukan lagi. Perubahan ini disebut “second sight”. Namun, seiring
dengan perubahan kualitas optikal lensa, keuntungan tersebut hilang.
2.4

Klasifikasi Katarak
Katarak diklasifikasikan dalam dua divisi utama (American Academy

Of Ophtalmology, 2008), yaitu:

Universitas Sumatera Utara

14


2.4.1 Katarak Developmental
a. Katarak kongenital
Katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah lahir dan bayi berusia
kurang dari satu tahun. Biasanya disebabkan oleh herediter dan penyakit
sistemik lain, anomali okular dan penyakit infeksi maternal.
b.Katarak Juvenil
Katarak ini ditemukan saat lahir sampai usia dewasa. Disebabkan oleh penyakit
herediter dan bisa merupakan kelanjutan dari katarak kongenital.
2.4.2 Katarak Degeneratif
a. Katarak Senilis
Tiga tipe utama katarak senilis, adalah :
1. Katarak Nuklear
Beberapa derajat nuklear sklerosis dan penguningan, dikatakan normal pada
pasien dewasa setelah melewati usia menengah. Secara umum, kondisi ini
hanya sedikit mengganggu fungsi penglihatan. Sklerosis dan penguningan
dalam jumlah yang berlebihan disebut katarak nuklear, yang menyebabkan
kekeruhan sentral. Tingkatan sklerosis, penguningan dan kekeruhan dievaluasi
dengan slit-lamp secara oblik dan pemeriksaan refleks merah dengan pupil
dilatasi. Bila sudah lanjut, nukleus berwarna coklat (katarak brunescent) dan

konsistensinya keras.

Universitas Sumatera Utara

15

2. Katarak kortikal
Perubahan komposisi ion pada korteks lensa dan perubahan hidrasi pada
serabut lensa menyebabkan kekeruhan kortikal. Gejala katarak kortikal yang
sering dijumpai adalah silau akibat sumber cahaya fokal, seperti lampu mobil.
Monocular diplopia bisa juga dijumpai. Tanda pertama pembentukan katarak
kortikal terlihat dengan slitlamp sebagai vakuola dan celah air (water clefts) di
korteks anterior atau posterior.
3. Katarak Posterior Subkapsular
Katarak posterior subkapsular (Posterior subcapsular cataract = PSCs)
sering dijumpai pada pasien yang lebihmuda daripada katarak nuklear atau
kortikal. PSCs berlokasin di lapisan kortikal posterior dan biasanya aksial
(Vaughan, 2000). Indikasipertama pembentukan PSCs adalah kilauan warna
yangsamar (subtle iridescent sheen) pada lapisan kortikal posterioryang terlihat
dengan slit-lamp. Pasien sering mengeluhkansilau dan penglihatan jelek pada

kondisi cahaya terang karena PSCs menutupi pupik ketika miosis akibat cahaya
terang,akomodasi, atau miotikum. Penglihatan dekat lebih jelek daripada
penglihatan jauh. Beberapa pasien juga mengalamimonokular diplopia.
Katarak senile biasa timbul sesudah usia 50 tahun, namun juga dapat
terjadi pada umur kurang dari 40 tahun, hampir selalu mengenai kedua mata
walaupun yang satu dapat lebih besar dari yang lain. Kekeruhan dapat pada
korteks atau sekitar nukleus. Katarak senilis merupakan katarak yang paling
sering ditemukan. Katarak senilis dibagi menjadi 4 stadium, yaitu : stadium
insipien, stadium immatur, stadium matur, dan stadium hipermatur.

Universitas Sumatera Utara

16

Perbedaan stadium katarak senil (Ilyas, 2006).

Kekeruhan
Cairan
Lensa
Iris
Bilik Mata
Depan
Sudut
Bilik Mata
Shadow
Test
Penyulit

Insipien

Imatur

Matur

Hipermatur

Ringan
Normal

Seluruh
Normal

Masif
Berkurang

Normal
Normal

Sebagian
Bertambah
(air masuk)
Terdorong
Dangkal

Normal
Normal

Tremulans
Dalam

Normal

Sempit

Normal

Terbuka

Negatif

Positif

Normal

Terbuka

-

Glaukoma

-

Uveitis+Glaukoma

b. Katarak Radiasi
Jenis katarak ini mempunyai perkembangan yang lambat, mulai pada bagian
posterior korteks kira-kira 2 tahun sesudah eksposure dengan sinar radium atau
rontgen.
c.Katarak komplikata
Katarak yang berhubungan dengan penyakit mata lainnya seperti iridosiklitis,
koroiditis, uveitis, ulkus kornea, glaukoma, ablasio retina, dan tumor intra
okular.
d.Katarak yang Berhubungan dengan Penyakit Sistemik (Asosiasi)
Diabetes melitus merupakan predisposisi untuk berkembang menjadi katarak
senilis. Selain itu, katarak yang berhubungan dengan penyakit sistemik lainnya
adalah katarak galaktosemik, katarak hipokalsemik (tetanik), katarak defisiensi
gizi, katarak aminoasiduria, penyakit wilson dan katarak yang berhubungan
dengan penyakit metabolik lain (Barnard, 2003).
e. Katarak Toksik

Universitas Sumatera Utara

17

Pembentukan katarak yang berhubungan dengan keracunan bisa disebabkan
oleh kortikosteroid sistemik atau topikal, ergot, dinitrophenol dan naphthalene.
f. . Katarak Traumatika
Katarak yang disebabkan oleh trauma pada lensa mata, dapat berupa trauma
tumpul atau trauma tajam, adanya benda asing pada intra okuler, X-Ray yang
berlebihan atau bahan radio aktif. Waktu untuk perkembangan katarak
traumatik bervariasi dari jam sampai tahun (Ocampo, 2009).
2.5

Epidemiologi Katarak

2.5.1 Frekuensi dan Distribusi
a.

Orang
Prevalensi kebutaan pada usia 55-64 tahun sebesar 1,1%, usia 65-74

tahun sebesar 3,5% dan usia 75 tahun ke atas sebesar 8,4%. Meskipun pada
semua kelompok umur sepertinya prevalensi kebutaan di Indonesia tidak
tinggi, namun di usia lanjut masih jauh di atas 0,5% yang berarti masih
menjadi masalah kesehatan masyarakat (Kementerian Kesehatan, 2013)
Distribusi katarak menurut umur berdasarkan survei kesehatan indra
penglihatan Departemen Kesehatan Indonesia 1993-1996, prevalensi katarak
pada kelompok umur antara 55-64 tahun sebesar 33,4% dan pada kelompok 65
tahun ke atas sebesar 62,2%. Data Surkesnas menunjukkan prevalensi katarak
pada umur produktif 40-54 tahun sebesar 1,6% (Tana, 2006).
Menurut Ilyas dalam Riskawati, katarak dapat dijumpai pada semua
umur dan kedua jenis kelamin. Sebesar 50% kasus ditemukan pada pasien yang
berusia 65-74 tahun dan 70% kasus ditemukan pada pasien yang berusia di atas

Universitas Sumatera Utara

18

75 tahun. Katarak biasanya mengenai kedua mata dengan ketebalan kekeruhan
tidak selamanya sama (Riskawati, 2012).
Katarak dapat mengenai kedua mata, tetapi umumnya katarak pada satu
mata dapat berkembang lebih cepat dari mata yang lainnya. Katarak sangat
umum mempengaruhi sekitar 60% orang berusia di atas 60 tahun dan lebih dari
1,5 juta operasi katarak dilakukan di Amerika Serikat setiap tahun. Penyakit
katarak ini banyak terjadi di negara-negara tropis seperti Indonesia. Hal ini
berkaitan dengan faktor penyebab katarak, yakni sinar ultraviolet yang berasal
dari sinar matahari, penyebab lainnya adalah kekurangan gizi yang dapat
mempercepat proses berkembangnya penyakit katarak. Penelitian-penelitian
potong-lintang mengidentifikasi adanya katarak pada sekitar 10% orang
Amerika Serikat, dan prevalensi ini meningkat sampai 50% untuk mereka
yang berusia antara 65 dan 74 tahun dan sampai sekitar 70% untuk mereka
yang berusia lebih dari 75 tahun. Sebagian besar kasus bersifat bilateral,
walaupun kecepatan perkembangannya pada masing-masing mata jarang sama.
Pada penelitian yang lain oleh Nishikori da Yamomoto, perbandingan laki-laki
dan perempuan yaitu 1:8 dengan dominan perempuan pada pasien di atas 65
tahun yang dioperasi untuk katarak senile (Paine, 2008)
b.

Tempat
Menurut Malik dalam Gaja (2008) berdasarkan daerah (tempat asal)

prevalensi katarak di daerah pantai lebih tinggi (11,5%) dibandingkan daerah
perkotaan (8,3%) dan pegunungan (7,4%).

Universitas Sumatera Utara

19

Prevalensi kebutaan menurut provinsi pada penduduk umur 6 tahun ke
atas tertinggi di Gorontalo (1,1%), diikuti Nusa Tenggara Timur ( 1,0%)
Sulawesi Selatan dan Bangka Belitung (masing-masing 0,8%). Prevalensi
kebutaan terendah ditemukan di Papua (0,1%) di ikuti Nusa Tenggara Barat
dan DI yogyakarta (masing-masing 0,2%)(Kementerian Kesehatan RI, 2013).
Jumlah kebutaan terbanyak menurut Riset Kesehatan Dasar 2013 sesuai
provinsi yang ada di Indonesia adalah di provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur
dan Jawa Barat. Sedangkan tersedikit adalah di Provinsi Maluku Utara, Papua
dan Papua Barat. Di provinsi Sumatera Utara jumlah penduduk yang
mengalami

kebutaan

sebanyak

35..684

dari

11.894.775

penduduk

(Kementerian Kesehatan RI, 2013).
c.

Waktu
Penelitian oleh Singapore National Eye Center tentang prevalensi

katarak pada masyarakat pedesaan di Indonesia, Jenis yang paling umum
katarak untuk kedua jenis kelamin (disesuaikan untuk usia) 17 ialah jenis
katarak campuran (13%) diikuti oleh jenis katarak nulear (5,7%), dan jenis
katarak kortikal (4%) ). Prevalensi setiap katarak untuk orang dewasa berumur
21-29 adalah 1,1%, meningkat menjadi 82,8% untuk mereka yang berusia lebih
tua dari 60 tahun. Kecenderungan serupa dengan usia yang dicatat untuk
katarak nuklear kortikal, dan PSC. Perempuan memiliki tingkat prevalensi
yang lebih tinggi daripada pria untuk semua jenis katarak kecuali kortikal. Ada
kecenderungan peningkatan prevalensi semua jenis katarak dengan penurunan
tingkat pendidikan.

Universitas Sumatera Utara

20

2.5.2 Determinan (Faktor-Faktor yang Mempengaruhi)
Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah merupakan faktor penyebab
(faktor yang memberi resiko) untuk terkena katarak baik yang menerangkan
frekuensi, distribusi atau menerangkan munculnya penyakit tersebut. Faktor –
faktor penyebab katarak dapat berasal dari dalam tubuh itu sendiri maupun dari
luar tubuh. Fakto-faktor yang mempengaruhi penyakit katarak antara lain
adalah :
a.

Umur
Umur merupakan faktor resiko utama terjadinya katarak. Katarak dapat

mengenai semua umur dan pada orang tua merupakan bagian yang umum
terjadi, akan tetapi dapat juga disebabkan oleh adanya traumatik atau kelainan
pada mata. Seiring bertambahnya umur, lensa mata secara bertahap bertambah
keruh dan mengeras. Makin lanjut umur seseorang makin besar kemungkinan
mendapatkan katarak. Menurut Lusianawati T, dkk (2006) umut 55 tahun
keatas jauh lebih banyak yang menderita katarak dengan odds Ratio (OR) 30,6
kali lebih tinggi dibandingkan dengan umur kurang dari 55 tahun(Tana, 2006).
b.

Jenis Kelamin
Tingginya resiko perempuan terkena katarak sebenarnya tidaklah

terlalu besar tapi secara konsisten dijumpai dalam banyak penelitian-penelitian.
Prevalensi tertinggi pada perempuan terutama untuk resiko terjadinya katarak
kortikal(Spreduto, 2004). Katarak pada perempuan lebih tinggi daripada pada
laki-laki, hal ini kemungkinan berhubungan dengan angka harapan hidup yang

Universitas Sumatera Utara

21

lebih tinggi pada perempuan. Kejadian katarak pada perempuan dengan OD 1,7
kali lebih tinggi dibandingkan laki-laki (Tana, 2006).
c.

Pendidikan
Pendidikan yang rendah kemungkinan berhubungan dengan terbatasnya

pengetahuan secara umum antara lain mengenai jenis makanan yang
mengandung nutrisi yang baik sebagai salah satu cara pencegahan katarak.
Pendidikan kurang dari SLTP lebih banyak yang menderita katarak dengan OR
7,76 kali lebih tinggi dibandingkan dengan berpendidikan SLTP ke atas (Tana,
2006). Dari beberapa survei yang dilakukan dimasyarakat diperoleh prevalensi
katarak lebih tinggi pada kelompok yang berpendidikan rendah. Meskipun
tidak ditemukan hubungan langsung antara tingkat pendidikan dan kejadian
katarak, namun tingkat pendidikan dapat mempengaruhi status sosial ekonomi
termasuk perkerjaan dan status gizi (Sirlan, 2000).
d.

Nutrisi
Beberapa penelitian mendapatkan bahwa multivitamin, vitamin A,

Vitamin C, vitamin E, niasin, tiamin, riboflavin, beta karoten dan peningkatan
protein mempunyai efek protektif terhadap perkembangan katarak. Luten dan
zeaxantin adalah satu-satunya karotenoid yang dijumpai dalam lensa manusia
dan penelitian terakhir menunjukkan adanya penurunan resiko katarak dengan
peningkatan frekuensi asupan makanan tinggi lutein (bayam, brokoli).
Memakan bayam yang telah dimasak lebih dari dua kali dalam seminggu dapat
menurunkan resiko katarak (American Academy of Ophtalmology, 2008).

Universitas Sumatera Utara

22

e.

Merokok
Merokok dan mengunyah tembakau dapat menginduksi stress oksidatif

dan dihubungkan dengan penurunan kadar antioksidan, askorbat, dan
karotenoid ( Taylor A, 2004). Merokok menyebabkan penumpukan molekul
berpigmen-3 hydroxykhinurinine dan chromophores , yang menyebabkan
terjadinya penguningan warna lensa(Khuranan, 2007).
f.

Diare
Harding menduga diare yag berulang dan intensif dapat menyebabkan

katarak. Diperkirakan ada 4 faktor yang berperan yaitu : Keadaan malnutrisi,
alkalosis relative dan gangguan osmotik lensa serta peningkatan kadar urea dan
amonium sianat yang menyebabkan denaturasi protein lensa.
g.

Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus dapat mempengaruhi kejernihan lensa, indeks refraksi

dan amplitudo akomodatif. Meningkatnya kadar gula darah seiring dengan
meningkatnya kadar glukosa dalam aquos humor. Karena glukosa dari aquos
masuk ke dalam lensa degan cara difusi, maka kadar glukosa dalam lensa juga
meningkat. Sebagian glukosa tersebut dirubah oleh enzim aldose reduktase
menjadi sorbitol, yang tidak dimetabolisme tapi tetap berada dalam lensa
(American Academy of Oftalmology, 2007).
Katarak pada pasien DM dapat terjadi dalam 3 bentuk ;
1. Pasien dengan dehidrasi berat, asidosis dan hiperglikemia berat. Lensa akan
terlihat kekeruhan tanpa berupa garis akibat kapsul lensa kerut. Bila dehidrasi

Universitas Sumatera Utara

23

lama akan terjadi kekeruhan lensa dan kekeruhan akan hilang bila terjadi
rehidrasi dan kadar gula darah normal kembali.
2. Pasien DM yang menderita katarak Juvenil yang tidak terkontrol akan terjadi
katarak pada kedua mata secara bersamaan dalam waktu 48 jam.
3. Pasien DM yang menderita katarak senilis ditandai dengan adanya bentuk
yang khusus seperti terdapatnya tebaran kapas atau salju di dalam badan lensa.
Pada keadaan hiperglikemi terdapat penimbunan sorbitol dan fruktosa di dalam
lensa. Adanya Diabetes Mellitus akan lebih meningkatkan insidens maturasi
(kematangan) katarak.
h.

Alkohol
Konversi alkohol menjadi asetaldehid akan bereaksi dengan protein

lensa sehingga menyebabkan kekeruhan lensa. Alkohol juga mempengaruhi
penyerapan nutrisi penting pada lensa ( Sirlan, 2000 ).
i.

Obat-obatan
Data klinis dan laboratorium menunjukkan banyak obat yang

mempunyai potensi kataraktogenik. Obat-obatan yang meningkatkan resiko
katarak adalah kortikosteroid, fenotiazin, miotikum, kemoterapi, diuretik, obat
penenang, obat rematik dll. Katarak dapat berhubungan dengan proses
intraokular lainnya. Katarak dapat disebabkan oleh bahan toksis khusus (kimia
dan fisika). Keracunan beberapa jenis obat dapat menyebabkan katarak, seperti
: eserin(0,25-0,5%), korikosteroid, ergot dan antikolinesterase topikal.
Kelainan sistermik atau metabolik yang dapat menimbulkan katarak adalah
diabetes melitus, galaktosemi dan distrofi miotonik (Ilyas, 2006).

Universitas Sumatera Utara

24

j.

Asam Urat Serum
Tingginya kasus katarak di dunia disebabkan banyak faktor yang dapat

mempengaruhi proses kejadian katarak salah satunya adalah karena stres
oksidatif telah didalilkan untuk memainkan peran dalam penyebab dan
konsekuensi dari gangguan mata, termasuk mata kering, keratitis, glaukoma,
katarak dan berkaitan dengan usia maculopathy (Faschinger et al . 2006).
Salah satu fungsi asam urat dalam cairan tubuh manusia adalah untuk
menyediakan antioksidan yang kapasitasnya efisien, oleh karena itu aktivitas
asam urat juga menjadi mekanisme kompensasi untuk melawan kerusakan
oksidatif yang berkaitan dengan penyakit degenerative.
Mata adalah organ yang rentan terhadap stress oksidatif. Sekarang
sudah diketahui bahwa asam urat juga bertindak sebagai antioksidan dan
memberikan kontribusi untuk radikal sistem, sehingga melindungi dari
kerusakan oleh stres oksidatif. Asam urat hadir tidak hanya dalam serum atau
plasma, tetapi juga dalam keringat, hidung dan cairan lavage bronkial dan
dalam cairan mata(Huang et al . 2002).
k.

Radang
Peradangan pada lensa mata misalnya uveitis dan glaucoma akan

mengakibatkan tertutupnya lensa oleh sel radang atau sisa sel radang. Pada
proses radang akut dapat terjadi myopisasi akibat rangsangan badan siliar atau
edema lensa. Radang pada suatu mata dapat mengakibatkan peradangan yang
berat pada sebelahnya dan hal ini mengakibatkan gangguan penglihatan(Ilyas,
1999).

Universitas Sumatera Utara

25

l.

Traumatik
Adanya cedera atau luka tembus yang mengenai lensa mata akan

menyebabkan robeknya kapsul lensa sehingga lensa menjadi keruh keputihan
(Kementerian Kesehatan RI, 2006). Penyebab katarak traumatik yang paling
sering dijumpai adalah cedera karena benda asing pada lensa atau cedera benda
tumpul pada bola mata.
2.7

Penanggulangan Katarak
Satu-satunya penanggulangan katarak adalah mengangkat lensa yang

sudah putih warnanya. Ini hanya dapat dilakukan lewat operasi. Operasi
katarak merupakan salah satu tindakan yang cukup aman, apabila mata
sebelahnya tidak menderita penyakit. Hasil bedah katarak saat ini sudah sangat
baik dan 95% pasien dapat mempergunakan matanya seperti sediakala. Katarak
tidak dapat dibersihkan dengan sinar laser atau obat (Ilyas, 2003).
Pasien khusus katarak yang juga menderita Diabettes mellitus dapat
melakukan bedah katarak tetapi sebaiknya kadar gula darahnya tetap terkontrol
sebelu pembedahan dilakukan. Bila kadar gula darah tidak terkontrol,
hasilpembedahan katarak tidak nyata. Sebaliknya bila keadaan gula darah
terkontrol maka pembedahan dapat memperbaiki penglihatan ( Ilyas, 1999).
Operasi katarak terdiri dari pengangkatan sebagian besar lensa dan
penggantian lensa dengan implan plastik. Saat ini pembedahan semakin banyak
dilakukan dengan anestesi lokal daripada anestesi umum. Anestesi lokal
diinfiltrasikan di sekitar bola mata dan kelopak mata atau diberikan secara

Universitas Sumatera Utara

26

topikal. Jika keadaan sosial memungkinkan, pasien dapat dirawat sebagai kasus
perawatan sehari dan tidak memerlukan perawatan rumah sakit (Ilyas, 2006)
Menurut Olver dan Cassidy (2009), Persiapan umum bedah katarak :
1. Biometri : Pengukuran ultrasound untuk panjang mata dan keratometri
untuk mengukur kurvatura kornea sehingga menghitung daya dari implan yang
dimasukkan dalam mata selama pembedahan.
2. Pastikan bahwa masalah kesehatan umum stabil, terutama hipertensi,
penyakit pernapasan, diabetes.
3. Beberapa obat meningkatkan insidensi perdarahan.
4. Informasi ke pasien tentang hasilang diharapkan dan komplikasi
pembedahan (informed consent).
Menurut Olver dan Cassidy (2009), bedah katarak ekstrakapsular
adalah suatu teknik yang mempertahankan kapsul posterior lensa, menjaga
vitreus terpisah dari kamera okuli anterior. Pembedahan insisi dapat kecil atau
besar.
a. Pembedahan insisi kecil, menggunakan fakoemulsifikasi (phaco) untuk
meremukkan lensa dalam mata. Fragmen-fragmen diirigasi keluar secara
otomatis. Implan lensa intraokular (IOL, intraocular lens) lunak yang dapat
dilipat dimasukkan ke dalam kapsul lensa (IOL kamera okuli posterior)
melalui insisi kecil. Insisi ini biasanya tanpa jahitan atau hanya
menggunakan satu jahitan yang dapat diangkat paling cepat 2 minggu
setelah pembedahan. Phaco adalah teknik yang paling umum digunakan.

Universitas Sumatera Utara

27

b. Pembedahan insisi besar melibatkan pengangkatan seluruh nukleus sebagai
satu bagian; korteks lunak diaspirasi dan suatu implan yang kaku atau lunak
dimasukkkan. Luka di kornea memerlukan jahitan mikro yang diangkat
selmabt-lambatnya 8 minggu setelah pembedahan.
2.8

Pencegahan Katarak

2.8.1 Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah usaha mencegah timbulnya katarak dengan
menghilangkan (melindungi) tubuh dari faktor-faktor yang dapat menimbulkan
katarak. Sampai saat ini belum ditemukan obatyang dapat mencegah timbulnya
katarak. Beberapa penelitian sedang dilakukan untuk memperlambat proses
bertambah keruhnya lensa untuk menjadi katarak. Beberapa faktor yang perlu
dihindari dapat mempercepat berkembangnya kekerasan lensa, antara lain :
sinar ultra violet B dari matahari, efek racun dari rokok, alkohol, gizi kurang,
kekurangan vitamin E dan radang menahun di bola mata. Obat-obatan tertentu
juga dapat berkontribusi untuk timbulnya katarak, yaitu : beta metason,
kloroquin, klorpomazin, kortison, ergotamine, indometasin dan beberapa obat
lain (Pulungan 1996). Selain itu, makan makanan yang dapat melindungi
kelainan degeneratif pada mata dan anti oksidan seperti vitamin C, zink dan
selenium serta tumbuh-tumbuhan yang kaya akan bioflavonoid (buah jeruk,
stroberry, cery, anggur, pepaya, melon dan tomat) (Sirlan, 1996).

Universitas Sumatera Utara

28

2.8.2 Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder berupa usaha untuk mencegah timbulnya
kerusakan mata lebih lanjut dengan mengidentifikasi kelompok populasi
beresiko tinggi. Pada usia 40 tahun, sebaiknya mata diperiksa setiap tahun
untuk menemukan kelainan mata, termasuk katarak. Bila terdapat keluhan yang
mencurigakan adanya katarak, maka sebaiknya dilakukan pemeriksaan yang
seksama oleh seorang dokter.Menurut WHO ada 2 kriteria untuk menegakkan
diagnosa katarak, yaitu :
a. Penurunan tajam penglihatan.
Tajam penglihatan merupakan salah satu komponen dari fungsi
penglihatan.Tajam penglihatan sentral dapat diukur menggunakan alat yang
menampilkantarget dengan ukuran yang berbeda-beda pada jarak yang telah
distandarkan.Biasanya menggunakan Snellen chart, yang terdiri dari beberapa
baris huruf yangsemakin ke bawah semakin kecil. Setiap baris ditandai dengan
angka, yangmenunjukkan jarak dimana mata normal dapat melihat semua huruf
pada baristersebut.
Tajam penglihatan dapat diukur pada jarak 20 feet atau 6 meter. Untuk
diagnosis, mata harus dites secara bergantian.19 Tajam penglihatan
biasanyadinyatakan dalam bentuk pecahan. Pembilang menyatakan jarak antara
orangyang

diperiksa

dengan

kartu

optotip

Snellen

yang

diletakkan

dimukanya.Penyebut merupakan jarak dimana huruf tersebut seharusnya dapat
dilihat ataudibaca.Apabila pasien tidak dapat melihat huruf pada baris pertama
Snellen chart,maka pemeriksaan dilanjutkan dengan uji hitung jari. Mata

Universitas Sumatera Utara

29

normal dapat melihatjari terpisah pada jarak 60 meter. Apabila pasien gagal
dalam pemeriksaan ini,maka dilanjutkan dengan uji lambaian tangan. Gerakan
tangan dapat dilihat matanormal dari jarak 300 meter. Apabila pasien hanya
dapat membedakangelap-terang, maka tajam penglihatan pasien adalah 1/~.
Sedangkan bila pasiensama sekali tidak bisa mengenal adanya sinar, maka
pasien tersebut buta total(visus nol).
Tabel 2. Keriteria Tajam penglihatan Menurut WHO :

Kriteria

Tajam Penglihatan
Meter

LogMar

Tajam Penglihatan Baik

6/6-6/18

0,00-0,48

Tajam Penglihatan Sedang