Hubungan Motivasi dan Psikis terhadap Keikutsertaan Suami dalam Vasektomi di Desa Sekip Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deliserdang

12

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Motivasi
Istilah motivasi (motivation) berasal dari bahasa latin, yakni movere, yang

berarti “menggerakkan” (to move). Menurut Gray, dkk, 1984 menyatakan bahwa
motivasi merupakan hasil sejumlah proses yang bersifat internal atau external bagi
seorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap entusiasme dan persistensi
dalam hal melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu (Winardi, 2007). Motivasi adalah
kegiatan penyuluhan dan promosi yang mengandung unsur ajakan dan dorongan,
bertujuan memperkenalkan alat/metode kontrasepsi kepada masyarakat agar mau
memakai alat/metode kontrasepsi tersebut (BKKBN, 2007).
Motivasi merupakan satu penggerak dari dalam hati seseorang untuk
melakukan atau mencapai sesuatu tujuan. Seseorang yang dapat menimbulkan tingkat
persistensi dan entusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang
bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar

individu (motivasi ekstrinsik). Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan
banyak menentukan terhadap kualitas perilaku yang ditampilkannya, baik dalam
konteks belajar, bekerja maupun dalam kehidupan lainnya. Kajian tentang motivasi
telah sejak lama memiliki daya tarik tersendiri bagi kalangan pendidik, manajer, dan
peneliti, terutama dikaitkan dengan kepentingan upaya pencapaian kinerja (prestasi)
seseorang (Sudrajat, 2008).

12

13

Menurut teori Kerlinger, N. Fred dan Elazar J. Pedhadur (1978) dalam Zurnali
(2004) menyatakan bahwa variabel motivasi terdiri dari : (1) Motif atas kebutuhan
(motive); (2) Pengharapan atas lingkungan (expectation); (3) Kebutuhan atas imbalan
(Insentive).
Jadi, mengacu pada pendapat-pendapat para ahli diatas, Zurnali (2004)
mengemukakan bahwa motivasi seseorang dipengaruhi oleh motif, harapan, dan
insentif yang diinginkan. Berikut ini akan dijelaskan masing-masing variabel
motivasi tersebut:
2.1.1. Motif Atas Kebutuhan (Motive)

Motif adalah faktor-faktor yang menyebabkan individu bertingkah laku atau
bersikap tertentu. Menurut Zurnali (2004), mengutif pendapat Fremout E. Kast dan
James E. Rosenzweig (1970) yang mendefenisikan motive sebagai suatu dorongan
yang datang dari dalam diri seseorang untuk melakukan atau sedikitnya adalah suatu
kecenderungan menyumbangkan perbuatan atau tingkah laku tertentu.
Motif adalah suatu dorongan dari dalam diri seseorang yang menyebabkan
orang tersebut melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan.
Motif tidak dapat diamati. Yang dapat diamati adalah kegiatan atau mungkin alasanalasan tindakan tersebut.
A. Pembagian Motif
Motif dapat dibagi berdasarkan pandangan dari para ahli, antara lain sebagai
berikut :

14

1. Woodworth dan Marquis (1955), membedakan motif yang berdasarkan
kebutuhan manusia menjadi 3 macam.
a. Motif kebutuhan organis, seperti minum, makan, bernafas, seksual,
bekerja, dan beristirahat.
b. Motif darurat, yang mencakup dorongan-dorongan menyelamatkan diri,
berusaha, dan dorongan untuk membalas.

c. Motif objektif, yang meliputi kebutuhan untuk melakukan eksplorasi,
melakukan manipulasi, dan sebagainya.
2. Pembagian motif berdasarkan atas terbentuknya motif tersebut mencakup.
a. Motif-motif pembawaan, yang dibawa sejak lahir, tanpa dipelajari,
misalnya dorongan untuk makan, minum, beristirahat, dorongan seksual
dan sebagainya.
b. Motif yang dipelajari, yaitu motif-motif yang timbul karena dipelajari,
seperti dorongan untuk belajar sesuatu, dorongan untuk mengejar
kedudukan, dan sebagainya.
3. Pembagian motif menurut penyebabnya.
a. Motif ekstrinsik, yaitu motif yang berfungsi karena adanya rangsangan
dari luar.
b. Motif intrinsik, yaitu motif yang berfungsi tanpa rangsangan dari luar
tetapi sudah dengan sendirinya terdorong untuk berbuat sesuatu.

15

B. Relevansi Motif terhadap Proses Belajar-Mengajar
1. Kegiatan yang didorong oleh motif-motif instrinsik lebih baik daripada yang
didorong oleh motif ekstrinsik. Maka yang penting adalah menimbulkan dan

mengembangkan minat sasaran belajar dalam bidang-bidang studi yang
dianggap relevan.
2. Persaingan sehat, baik secara individual maupun kelompok, akan dapat
meningkatkan motif untuk belajar.
3. Diskusi

mengenai

aspirasi

yang

dikehendaki

sangat

baik

untuk


mengembangkan motif-motif.
2.1.2. Harapan (Expectation)
Mengacu

pada

pendapat

Victor

Vroom,

menurut

Zurnali

(2004)

mengemukakan bahwa expectation adalah adanya kekuatan dari kecenderungan
untuk melakukan kegiatan secara benar tergantung pada kekuatan dari pengharapan

bahwa kegiatan akan diikuti dengan pemberian jaminan kesehatan, fasilitas dan
lingkungan atau outcame yang menarik. RL. Kahn (1951) secara singkat
mengemukakan pendapatnya tentang expectation yakni merupakan kemungkinan
bahwa dengan perbuatan akan mencapai tujuan.
2.1.3. Kebutuhan Atas Imbalan (Insentive)
Dalam kaitannya dengan insentif, menurut Zurnali (2004), mengacu pada
pendapat Robert Dubin (1988) yang menyatakan bahwa pada dasarnya incentive itu
adalah perangsang yang menjadikan sebab berlangsungnya kegiatan, memelihara
kegiatan agar mengarah langsung kepada satu tujuan yang lebih baik dari yang lain.

16

Morris S. Viteles (1973) merumuskan insentif sebagai keadaan yang membangkitkan
kekuatan dinamis individu, atau persiapan-persiapan dari pada keadaan yang
mengantarkan dengan harapan dapat memHubungani atau merubah sikap atau
tingkah laku orang (Zurnali, 2004).

2.2.

Psikis (Kejiwaan)

Secara etimologi kata psikologi berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari

dua kata, yaitu psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu. Jadi secara
umum kata psikologi bisa diartikan sebagai suatu studi yang mempelajari tentang
jiwa. Menurut William James, 1980, psikologi adalah ilmu yang mempelajari
kehidupan mental dan fenomena psikisnya, seperti perasaan, keinginan, kognitif,
persepsi, atau pikiran logis. Psikologis merupakan faktor yang berasal dari dalam
individu seseorang dan unsur-unsur psikologis meliputi: persepsi, pembelajaran,
kepribadian, memori, emosi, kepercayaan, dan sikap, sedangkan psikis adalah yang
berhubungan dengan jiwa (psyche).
Dalam diri manusia pasti melakukan berbagai aktivitas psikis baik kognisi,
emosi, maupun campuran. Aktivitas psikis manusia dilakukan untuk mencapai tujuan
tertentu yang diinginkan manusia yang diwujudkan melalui gerak gerik atau perilaku
manusia. Menurut Mulyanti (2011) fungsi psikis terdiri dari :

17

2.2.1. Persepsi
Persepsi berlangsung saat orang menerima stimulus dari dunia luar yang
ditangkap oleh organ-organ bantu seperti alat indera yang kemudian masuk ke otak.

Yang disebut proses sensoris.
Menurut Green Persepsi merupakan salah satu faktor predisposisi seseorang
untuk bertindak terhadap obyek tertentu. Sedangkan menurut Notoatmodjo (2007)
persepsi adalah pengalaman yang dihasilkan melalui penglihatan, pendengaran, dan
penciuman dan sebagainya, setiap orang mempunyai persepsi berbeda meskipun
obyeknya sama.
Di dalam proses pembentukan dan atau perubahan perilaku diHubungani oleh
beberapa faktor yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri. Faktor-faktor
tersebut antara lain : susunan saraf pusat, persepsi, motivasi, emosi dan belajar.
Susunan saraf pusat memegang peranan penting dalam perilaku manusia, karena
perilaku merupakan sebuah bentuk perpindahan dari rangsang yang masuk ke
rangsang yang dihasilkan. Perpindahan ini dihasilkan oleh susunan saraf pusat
dengan unit-unit dasarnya yang disebut neuron. Neuron memindahkan energy-energi
di dalam impul-impul saraf. Impul-impul saraf indra pendengaran, penglihatan,
pembauan, pencecepan dan perubahan disalurkan dari tempat terjadinya rangsangan
melalui impul-impul saraf ke susunan saraf pusat. Perubahan-perubahan perilaku
dalam diri seseorang dapat diketahui melalui persepsi (Notoatmodjo, 2007).

18


2.2.2. Perasaan
Feeling and emotion menurut Chaplin (1972) adalah keadaan atau state
individu sebagai akibat persepsi terhadap stimulus baik eksternal maupun internal.
Stren, 1950 membedakan perasaan menjadi tiga golongan yaitu : 1) perasaan presens,
perasaan yang timbul dalam keadaan yang nyata dihadapi; 2) perasaan yang
menjangkau maju (masih dalam pengharapan); 3) perasaan yang berkaitan dengan
masa lampau yang timbul setelah melihat kejadian tersebut.
Disamping itu Max Scheler mengajukan empat tingkatan dalam perasaan :
a) perasaan tingkat sensorik, yaitu perasaan yang didasarkan pada kesadaran;
b) perasaan kehidupan vital, yaitu perasaan karena tergantung jasmani misalnya sakit,
kelelahan; c) perasaan psikis dan kejiwaan, yaitu perasaan senang, susah, takut;
d) perasaan kepribadian, berkaitan dengan sifat kepribadian seseorang.
Manusia sebagai makhluk sosial, sudah barang tentu dalam mewujudkan
dirinya sebagai makhluk sosial tersebut, manusia membutuhkan atau menginginkan
kebutuhan-kebutuhan sosial yang antara lain terdiri dari :
a) Kebutuhan akan perasaan diterima oleh orang lain dilingkungan ia hidup (di
lingkungan tempat tinggal dan ditempat kerja).
b) Kebutuhan akan perasaan dihormati, karena setiap orang merasa dirinya penting.
Serendah-rendahnya pendidikan yang dicapai, atau serendah-rendahnya jabatan
atau pekerjaan yang dipunyai, ia merasa penting dan perlu diperhatikan oleh siapa

saja yang menjabat pimpinan, ia tidak boleh menganggap remeh para bawahannya
sekecil apapun jabatan atau pekerjaan bawahan tersebut.

19

c) Kebutuhan akan perasaan kemajuan, dan tidak seorangpun yang menyukai
kegagalan dalam tugas atau pekerjaan apa pun. Kemajuan atau keberhasilan
sebuah pekerjaan atau tugas adalah merupakan kebutuhan setiap orang.
d) Kebutuhan akan perasaan “ikut serta” atau berpartisipasi. Setiap orang, setiap
kariawan akan merasa senang jika ia dikut sertakan dalam berbagai kegiatan.
Keikutsertaan mereka dalam mencapai tujuan-tujuan bukan hanya dalam bentuk
fisik atau kegiatan saja, tetapi juga dalam bentuk pendapat, idea tau saran-saran.
2.2.3

Kepercayaan
Kepercayaan sering diperoleh dari orang tua, kakek atau nenek. Seseorang

menerima kepercayaan berdasarkan kenyakinan dan tanpa adanya pembuktian
terlebih dahulu. (Mulyanti, 2011). Salah satu faktor yang memHubungani
kepercayaan adalah sosial psikologi antara lain orang terdekat atau keluarga dan

pengalaman sebelumnya.
Pandangan para ahli psikologi kognitif mengenai perilaku manusia bukan
hanya Hubungan dari penerimaan rangsangan yang pasif, namun ada proses
pengolahan informasi yang diterima dan mengubahnya dalam bentuk dan kategorikategori baru. Individu aktif dalam mempersepsikan, mengingat, reproduksi,
pengolahan informasi, menafsirkan, dan mengambil keputusan.
Tindakan manusia timbul berdasarkan stimulus-stimulus yang diterima dan
diubah menjadi tanda simbol-simbol yang digunakan dalam otak dan tersimpan
dalam ingatan (memori) dan akan direproduksi kembali apabila diperlukan, kemudian

20

memberikan reaksi dan akhirnya terjadi pembentukan atau perubahan perilaku
(Pieter, 2010).
Kurt Lewin, berpendapat Secara garis besar struktur kepribadian manusia
terdiri dari tiga bagian:
1) Pribadi
Pribadi adalah sifat-sifat individu (Kebutuhan, Kenyakinan, Opini, dan
sebagainya) yang saling berinteraksi antara sesama manusia dan lingkungan yang
menimbulkan ruang hidup.
2) Lingkungan Psikologis
Lingkungan psikologis adalah bagian dari ruang hidup yang ditentukan sifat-sifat
lingkungan objektif dan sifat-sifat pribadi. Yang termasuk kedalam lingkungan
psikis adalah hal-hal yang menyangkut persepsi, berfikir, perasaan ataupun caracara berperilaku.
3) Ruang Hidup
Ruang hidup (medan psikologis atau keseluruhan situasi) adalah totalitas realitas
psikologis yang berisikan semua fakta-fakta yang bisa memengaruhi tingkah laku
pada suatu saat, dengan kata lain, tingkah laku manusia adalah fungsi dari pada
ruang hidup. Ruang hidup adalah hasil interaksi antara pribadi dan lingkungan
psikologis.
Secara psikis mengikuti program KB bagi sebagian besar pria dinilai sebagai
tindakan aneh dan asing, dan psikis lainnya adalah masyarakat masih berpandangan
bahwa vasektomi akan mengurangi kejantanan laki-laki. Jadi tidak ada alasan bagi

21

pria untuk ber-KB. Akibatnya, tak cukup banyak peserta KB pria hingga saat ini
(BKKBN RI, 2005).
Teori Kurt lewin terkenal dengan teori psikologi lingkungan. Lewin (dalam
Asad, 1987), berpendapat bahwa dalam diri manusia terdapat dua kekuatan yang
sama besar yaitu faktor pendorong (driving force) dan faktor penghambat (restraint
forces). Untuk itu, dalam upaya meningkatkan keikutsertaan pria/suami dalam
penggunaaan kontrasepsi peneliti melakukan kajian secara komprehensif faktorfaktor yang menjadi pendorong dan penghambat untuk melakukan vasektomi (Pieter,
dkk 2010).
Beberapa faktor pendorong keberhasilan vasektomi menurut hasil penelitian
Saputra, tahun 2008, antara lain : 1) peningkatan KIE dan advokasi bagi ulama
tentang vasektomi dan rekanalisasi; 2) keteladanan; 3) reward, sedangkan yang
menjadi faktor penghambat dalam melakukan vasektomi antara lain adalah :
1) pengetahuan tentang vasektomi yang masih relative rendah baik dari sisi pengelola
dan pelaksana program di masyarakat, maupun tokoh agama; 2) keterbatasan alat
kontrasepsi; 3) rendahnya dukungan keluarga; 4) rendahnya dukungan orang yang
berHubungan; 5) keterbatasan tempat pelayanan.
Konsep pembentukan perilaku adalah fungsi stimulus dan respons yang
berinteraksi di lingkungan (environment) dengan organisme. Interaksional adalah
hubungan yang saling memerlukan satu dengan yang lainnya. Perilaku ditentukan
oleh lingkungannya.

22

Faktor-faktor penyebab timbulnya perubahan perilaku manusia, antara lain :
a. Meningkatnya kekuatan stimulus
Semakin meningkat kekuatan stimulus pendorong terjadinya pembentukan
perilaku, maka semakin besar efeknya. Misalnya, Pria yang tidak ikut KB
diHubungani keseimbangan antara pentingnya anak sedikit dan kepercayaan
banyak anak banyak rezeki. Akibat pemberian stimulus terus menerus agar ikut
program KB menyebabkan perilakunya berubah dan mau mengikuti program KB.
b. Melemahnya kekuatan penahan
Melemahnya kekuatan penahan yang mengubah kepercayaan, sikap atau
pandangan sehingga membentuk perilaku baru.
c. Hubungan kekuatan stimulus dan kekuatan penahan
Kekuatan pendorong meningkat, maka kekuatan penahan akan melemah. Seperti
contoh diatas, Penyuluhan program KB dilakukan dengan memberikan konsep
pentingnya KB dan tidak benar kepercayaan banyak anak banyak rezeki. Usaha ini
meningkatkan kekuatan pendorong sekaligus menurunkan kekuatan penahannya.

2.3

Keikutsertaan PUS (Pasangan Usia Subur) dalam Vasektomi
Dalam menjalani kehidupan, manusia mempunyai beberapa kebutuhan seperti

kebutuhan biologis, kebutuhan sosial, kebutuhan cita-cita dan lain-lain. Di samping
itu manusia juga mempunyai berbagai keinginan yang selalu mereka usahakan guna
memuaskan apa yang mereka butuhkan. Psikolog mengatakan bahwa individu
mempunyai berbagai keinginan yang tidak terhingga. Keinginan ini belum pernah

23

dapat terpenuhi sepenuhnya. Kenyataan yang ada hanya memperlihatkan bahwa
kebutuhan yang pertama menjadi penting sampai dapat dipenuhi. Setelah itu akan
muncul kebutuhan kedua, ketiga dan seterusnya. Untuk memenuhi kebutuhan dan
keinginan tersebut, setiap individu akan terlibat dalam kehidupan masyarakat (live of
society) ataupun kehidupan berkelompok (live of group).
Partisipasi merupakan setiap proses identifikasi atau menjadi peserta, suatu
proses komunikasi atau suatu kegiatan bersama dalam suatu situasi sosial tertentu
(Soekanto, 1993). Partisipasi terdiri dari beberapa jenis diantaranya partisipasi sosial.
Partisipasi sosial merupakan derajat partisipasi individu dalam kehidupan sosial.
Partisipasi adalah keikutsertaan, peranserta atau keterlibatan yang berkaitan dengan
keadaan lahiriahnya (Sastropoetra, 1995).
Theodorson dalam Mardikanto, tahun 1994 mengemukakan bahwa dalam
pengertian sehari-hari, partisipasi merupakan keikutsertaan atau keterlibatan
seseorang (individu atau warga masyarakat) dalam suatu kegiatan tertentu.
Keikutsertaan atau keterlibatan yang dimaksud disini bukanlah bersifat pasif tetapi
secara aktif ditujukan oleh yang bersangkutan. Oleh karena itu, partisipasi akan lebih
tepat diartikan sebagai keikutsertaan seseorang didalam suatu kelompok sosial untuk
mengambil keputusan.
2.3.1. Metode Partisipasi
Menurut Notoatmodjo (2007), metode partisipasi masyarakat adalah:
1) Partisipasi dengan paksaan (Enforcement participation)

24

Artinya memaksa masyarakat untuk berkontribusi dalam suatu program. baik
melalui perundang-undangan, peraturan-peraturan maupun perintah lisan. Cara ini
akan lebih cepat hasilnya dan mudah. Masyarakat akan takut, merasa dipaksa dan
kaget, karena dasarnya bukan kesadaran (awareness), tetapi ketakutan. Akibatnya
masyarakat tidak akan mempunyai rasa memiliki terhadap program.
2) Partisipasi dengan persuasi dan edukasi
Yakni suatu partisipasi yang didasari pada kesadaran. Sukar ditimbulkan dan
akan memakan waktu yang lama. Tetapi bila tercapai hasilnya akan mempunyai
memiliki dan rasa memelihara. Partisipasi ini dimulai dengan penerangan, pendidikan
dan sebagainya.
Menurut Margono didalam Mardikanto (2003), menyatakan bahwa tumbuh
kembangnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan sangat ditentukan oleh 3
(tiga) unsure pokok, yaitu :1. adanya kesempatan yang diberikan kepada masyarakat
untuk berpartisipasi, 2. adanya kemauan masyarakat untuk berpartisipasi, 3. adanya
kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi. Tentang hal ini, adanya kesempatan
yang diberikan, sering merupakan faktor pendorong tumbuhnya kemauan, dan
kemauan akan sangat menentukan kemampuannya. Sebaliknya, adanya kemauan
akan mendorong seseorang untuk meningkatkan kemampuan dan aktif memburu serta
memanfaatkan setiap kesempatan.
2.3.2. Syarat Tumbuh Partisipasi
Lebih rinci Slamet menjelaskan tiga persyaratan yang menyangkut kemauan,
kemampuan dan kesempatan untuk berpartisipasi adalah sebagai berikut:

25

1) Kemauan secara psikologis kemauan berpartisipasi muncul oleh adanya motif
intrinsik (dari dalam sendiri) maupun ekstrinsik (karena rangsangan, dorongan,
atau tekanan dari pihak luar).
2) Kesempatan

untuk

berpartisipasi,

dalam

kenyataan

banyak

program

pembangunan yang kurang memperoleh partisipasi masyarakat karena kurangnya
kesempatan yang diberikan kepada masyarakat untuk berpartisipasi. Kesempatan
untuk berpartisipasi sangat diHubungani oleh a) kemauan politik dari
penguasa/pemerintah untuk melibatkan masyarakat dalam pembanguana,
b) kesempatan untuk memperoleh informasi, c) kesempatan untuk memobilisasi
dan memanfaatkan sumberdaya.
3) Kemampuan berpartisipasi, beberapa kemampuan yang dituntut untuk dapat
berpartisipasi dengan baik antara lain adalah: a) kemampuan untuk
mengidentifikasi masalah, b) kemampuan untuk memahami kesempatankesempatan yang dapat dilakukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi
dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia, c) kemampuan untuk
melaksanakan pembangunan sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan serta
sumber daya lain yang dimiliki. Menurut Robbins (1998) menyatakan pada
hakekatnya kemampuan individu tersusun dari dua perangkat faktor yaitu
kemampuan intelektual dan kemampuan fisik.
2.3.3. Tingkat Kesukarelaan Partisipasi
Tingkat kesukarelaan partisipasi menurut Dusseldorp (1981) membedakan
adanya beberapa jenjang kesukarelaan sebagai berikut :

26

1) Partisipasi spontan
Yaitu keikutsertaan yang tumbuh karena motivasi intrinsik berupa pemahaman,
penghayatan dan kenyakinannya sendiri.
2) Partisipasi terinduksi
Yaitu keikutsertaan yang tumbuh karena terinduksi oleh adanya motivasi
ekstrinsik (berupa bujukan, Hubungan, dorongan) dari luar meskipun yang
bersangkutan tetap memiliki kebebasan penuh untuk berpartisipasi.
3) Partisipasi tertekan oleh kebiasaan
Yaitu keikutsertaan yang tumbuh karena adanya tekanan yang dirasakan
sebagaimana layaknya warga masyarakat pada umumnya, atau keikutsertaan
yang dilakukan untuk mematuhi kebiasaan, nilai-nilai atau norma yang dianut
oleh masyarakat setempat. Jika tidak berperanserta, khawatir akan tersisih atau
dikucilkan masyarakat.
4) Partisipasi tertekan oleh peraturan
Yaitu keikutsertaan yang dilakukan karena takut menerima hukuman dari
peraturan/ketentuan-ketentuan yang sudah diberlakukan.
5) Partisipasi tertekan oleh alasan sosio-ekonomi
Yaitu keikutsertaan yang dilakukan karena takut akan kehilangan status sosial
atau menderita kerugian/tidak memperoleh bagian manfaat dari kegiatan yang
dilaksanakan.
Menurut Mardikanto, (1994) mengemukakan adanya emapat macam kegiatan
yang menunjukan partisipasi masyarakat dalam pembangunan yaitu : 1) partisipasi

27

dalam pengambilan keputusan, 2) partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan,
3) partisipasi dalam pemantauan dan evaluasi, 4) partisipasi dalam pemanfaat hasil
pembangunan.
Tumbuh

dan

berkembangnya

partisipasi

masyarakat

dalam

proses

pembangunan, menunjukan adanya kepercayaan dan kesempatan yang diberikan
pemerintah kepada masyarakat untuk terlibat secara aktif di dalam proses
pembangunan.

Artinya,

tumbuh

dan

kembanganya

partisipasi

masyarakat,

memberikan indikasi adanya pengakuan (aparat) pemerintah bahwa masyarakat
bukanlah sekedar obyek atau penikmat hasil pembangunan, melainkan subyek atau
pelaku pembangunan yang memiliki kemauan dan kemampuan yang dapat
diandalakan sejak perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pemanfaatan hasilhasil pembangunan (Mardikanto, 2001).

2.4

Keluarga Berencana

2.4.1

Definisi Keluarga Berencana
Menurut WHO (World Health Organization) Keluarga Berencana adalah

mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan,
mengatur interval diantara kehamilan, mendapatkan kelahiran yang memang
diinginkan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan suami-istri,
menentukan jumlah anak dalam keluarga (Hartanto, 2004).
Menurut definisi ICPD 1994 Program KB adalah suatu program yang
dimaksudkan untuk membantu para pasangan dan perorangan dalam mencapai tujuan

28

reproduksi mereka, mencegah kehamilan yang tidak diinginkan dan mengurangi
insiden kehamilan resiko tinggi, kesakitan dan kematian, membuat pelayanan
bermutu, terjangkau, diterima dan mudah diperoleh bagi semua orang yang
membutuhkan; meningkatkan mutu nasihat, komunikasi, edukasi dan informasi,
konseling dan pelayanan KB, dan meningkatkan pemberian ASI untuk penjarangan
kehamilan (BKKBN, 2006).
Undang-undang Nomor 10 Tahun 1992 tentang perkembangan Kependudukan
dan Pembangunan Keluarga Sejahtera program KB mempunyai empat dimensi yaitu:
pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, peningkatan ketahanan keluarga
dan peningkatan kesejahteraan keluarga.
KB adalah singkatan dari Keluarga Berencana. menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2002), maksudnya adalah: “Gerakan untuk membentuk keluarga yang
sehat dan sejahtera dengan membatasi kelahiran”. Dengan kata lain KB adalah
perencanaan jumlah keluarga. Pembatasan bisa dilakukan dengan pengunaan alatalat kontrasepsi atau penanggulangan seperti kondom, spiral, IUD, dan sebagainya.
Jumlah anak dalam sebuah keluarga yang dianggap ideal adalah dua.
Keluarga Berencana adalah perencanaan kehamilan, sehingga kehamilan
hanya terjadi pada waktu yang diinginkan. Jarak antara kelahiran diperpanjang, dan
kelahiran selanjutnya dapat dicegah apabila jumlah anak telah tercapai sesuai dengan
yang dikehendaki, untuk membina kesehatan seluruh anggota keluarga dengan
sebaik-baiknya, menuju Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS)
(Waloejono, 2000).

29

Keluarga Berencana adalah salah satu usaha untuk mencapai kesejahteraan
dan jalan memberi nasihat perkawinan, pengobatan kemandulan dan penjarangan
kehamilan.
2.4.2

Visi dan Misi Program Keluarga Berencana
Paradigma baru Keluarga Berencana Nasional (KBN) telah diubah visinya

dari mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) menjadi
visi untuk mewujudkan “Keluarga Berkualitas Tahun 2015”. Keluarga yang
berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki anak yang
ideal, berwawasan ke depan, bertanggung jawab, harmonis dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa (Saifuddin, 2006).
Paradigma baru program Keluarga Berencana, menekankan pentingnya upaya
menghormati hak-hak reproduksi, sebagai upaya integral dalam meningkatkan
kualitas keluarga. Visi tersebut dijabarkan ke dalam 6 (enam) misi, yaitu :
1. Memberdayakan masyarakat untuk membangun keluarga kecil berkualitas,
2. Menggalang kemitraan dalam peningkatan kesejahteraan, kemandirian dan
ketahanan keluarga, 3. Meningkatkan kualitas pelayanan Keluarga Berencana dan
Kesehatan Reproduksi, 4. Meningkatkan promosi, perlindungan dan upaya
mewujudkan hak-hak reproduksi, 5. Meningkatkan upaya pemberdayaan perempuan
untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan jender melalui program Keluarga
Berencana, 6. Mempersiapkan SDM berkualitas sejak pembuahan dalam kandungan
sampai dengan usia lanjut (Saifuddin, 2006).

30

2.4.3

Tujuan dan Manfaat Keluarga Berencana
Keluarga Berencana bertujuan untuk membentuk keluarga kecil sesuai dengan

kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara mengatur kelahiran anak agar
diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya (Mochtar, 1998).
Adapun manfaat dari program Keluarga Berencana (Mochtar, 1998) adalah :
1.

Untuk kepentingan orang tua
Orang tua (ayah dan ibu) yang paling bertanggung jawab atas keselamatan
dirinya dan keluarganya (anak-anak), karena itu orang tua haruslah sadar akan
batas-batas kemampuannya selama masa baktinya dalam memenuhi kebutuhan
anak-anaknya sampai menjadi orang yang berguna. Walaupun manusia dapat
mengharapkan pertolongan dan rezeki dan Tuhan Yang Maha Esa, namun
mereka sebagai mahluk insani diberi akal, ilmu dan pikiran sehat, karena itu
mereka wajib memakai akal, ilmu dan fikiran sehat, tersebut untuk mendapatkan
jalan dan hidup yang sehat supaya jangan berbuat lebih dari kemampuan yang
ada. Terciptalah keselamatan keluarga dan terbentuklah keluarga yang bahagia.

2.

Untuk kepentingan anak-anak
Anak adalah amanah dan karunia tuhan yang harus dijunjung tinggi sebagai
pemberian yang tidak ternilai harganya. mengatur kelahiran merupakan salah
satu cara dalam menghargai kepentingan anak. Orang tua mempunyai persiapan
yang matang agar dapat memberikan yang baik kepada anak-anaknya agar

31

mereka kelak menjadi anggota masyarakat yang berguna bagi orang tua dan
bangsa.
3.

Untuk kepentingan masyarakat
Keluarga merupakan kumpulan terpadu dari satu komunitas atau masyarakat.
Kepentingan masyarakat meminta agar setiap orang tua sebagai kepala keluarga
memelihara dengan baik keluarga dan anak-anaknya agar dapat membantu
terlaksananya kesejahteraan seluruh komunitas sehingga secara makro telah ikut
memelihara keseimbangan penduduk pelaksanaan pembangunan nasional. Tanpa
bantuan kesungguhan keluarga-keluarga dalam menekan pertambahan penduduk
dengan cepat, pembangunan tidak akan berarti. Orang tua yang menentukan
jumlah anak yang ingin mereka miliki sesuai dengan kemampuannya dan tidak
melupakan tanggung jawab terhadap anak-anak yang telah dilahirkan, tanggung
jawab terhadap masyarakat dan negara dimana mereka hidup dan berbakti
(Mochtar, 1998).

2.4.4. Pandangan Berbagai Agama tentang Keluarga Berencana
Ditinjau dari segi agama, tidak ada satu agamapun di Indonesia yang secara
pasti menolak program KB, meskipun pada awalnya banyak keraguan akan hukum
agama dari program KB. Namun, pada saat ini beberapa agama telah mendukung
program KB. Berikut pandangan 4 (empat) agama besar di Indonesia tentang program
KB:

32

1.

Agama Islam
Pandangan para ulama di Indonesia tentang KB pada umumnya menyetujui

atau sekurang-kurangnya tidak menentang. Bahkan masa Nabi Muhammad SAW
telah dikenal metode kontrasepsi alamiah yang dikenal dengan nama azl atau coitus
interptus yang disebut juga dengan senggama terputus. Namun, beberapa pemikir
Islam meragukan hukum ber – KB, karena menyamakan program KB dengan
larangan membunuh bayi. Pembunuhan bayi sama sekali tidak sama dengan memakai
alat kontrasepsi, karena pembunuhan bayi adalah pembunuhan nyata dari anak yang
telah lahir sedangkan memakai alat kontrasepsi adalah mencegah terjadinya
pembuahan. Oleh karena itu aborsi sebagai metode KB dilarang di Indonesia dan cara
KB lainnya diperbolehkan (Ebrahim, 1997).
Metode kontap sebagai salah satu alat KB juga diperdebatkan oleh para ulama
Islam, karena sifatnya yang permanen dan menganggap cara ini sama dengan
pengebirian yang dilarang dalam hukum Islam. Namun belakangan metode ini
akhirnya diperbolehkan dengan pertimbangan bila metode KB lain memang tidak
sesuai dan alasan kesehatan dari Pasangan Usia Subur (PUS) itu sendiri.
2.

Agama Kristen
Pandangan agama Kristen, dalam hal ini Katolik, pada dasarnya menyetujui

program KB dengan batasan-batasan yang telah ditentukan di antaranya adalah : a)
Masalah KB misalnya : jenis kontrasepsi yang dipakai, jumlah anak yang diinginkan,
dan lain-lain ditentukan oleh suami istri sendiri, tanpa ada paksaan dari pihak lain
termasuk pemerintah, b) Penentuan tentang keikutsertaan ber KB harus disepakati

33

bersama antara suami istri, c) Dalam konsili disebutkan bahwa cara-cara KB yang
dilarang adalah pengguguran (aborsi) dan pembunuhan bayi. Selain itu cara coitus
interuptus dan sterilisasi baik yang permanen maupun tidak juga dilarang, d) Cara ber
KB yang dianjurkan oleh gereja adalah pantang berkala. Mengenai cara ini ensiklik
hummanae menolak semua cara ber- KB selain pantang berkala, e) Bila cara pantang
berkala telah dicoba mengalami kesulitan atau membahayakan kesehatan, maka
suami istri dapat meminta nasehat kepada imam sebagai bapak rohani untuk
menentukan jalan keluar yang tepat (BKKBN, 1980).
3.

Agama Hindu
Pandangan Agama Hindu terhadap program KB sangat positif bahkan

cenderung mendukung karena program ini dianggap sejalan dengan ajaran agama
Hindu. Alat kontrasepsi tercipta dari ilmu pengetahuan, dan ilmu yang dipergunakan
untuk kesejahteraan manusia, akan disetujui oleh Hindu Dharma dan tidak akan
ditentang. Bahkan penggunaan alat kontrasepsi diatur agar sesuai dengan desa /
tempat, kala/ waktu, dan putra/keadaan (BKKBN, 1980).
Namun demikian metode pengguguran (abortus criminalis) dianggap sebagai
dosa besar karena bertentangan dengan ajaran Ahimsa Karma. Pengguguran janin
dianggap sama dengan pembunuhan orang suci. Oleh karena itu, metode ini sangat
ditentang oleh umat Hindu.
4.

Agama Budha
Agama Budha menyetujui program KB dan penggunaan metode kontrasepsi

apabila: a) Metode kontrasepsi tidak mengandung unsur-unsur pembunuhan,

34

b) Kontrasepsi dilakukan atas dasar saling pengertian antara suami istri dengan
maksud memberikam kesempatan mendidik, merawat, mempersiapkan diri buat
kehidupan anak-anak yang sudah ada, c) Tidak ada unsur-unsur melarikan diri dari
tanggung jawab, d) Semua tindakan ber KB dilakukan atas dasar bimbingan dan
pengawasan para ahli yang bersangkutan (BKKBN, 1980).
Agama Budha memperbolehkan pemakaian kontrasepsi karena pencegahan
kehamilan dengan memakai alat kontrasepsi dianggap sama dengan pencegahan
pertemuan sel telur dengan sel sperma yang berarti pula mencegah terjadinya mahluk.
Hal ini berarti tidak terjadi pembunuhan, karena sel telur dan sel sperma sendiri
menurut agama Budha bukanlah mahluk.
2.4.5. Kontrasepsi Vasektomi
Menurut BKKBN (2005), Kontrasepsi berasal dari bahasa kontra, berarti
“mencegah” atau “melawan” dan konsepsi yang berarti pertemuan yang berarti
pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang mengakibatkan
kehamilan, jadi kontrasepsi adalah menghindari terjadinya kehamilan akibat
pertemuan sel telur matang dengan sel sperma.
Kontrasepsi secara harfiah diartikan sebagai suatu alat atau metode yang
digunakan untuk mencegah terjadinya kehamilan (BKKBN, 2007). Menurut
Prawihardjo (2002),

kontrasepsi

adalah

upaya

untuk

mencegah

terjadinya

kehamilan. Upaya tersebut dapat bersifat sementara ataupun permanen. Penggunaan
alat kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang memHubungani fertilitas.

35

1.

Manfaat Alat Kontrasepsi
Menurut Garis-garis Besar Haluan Negara 1978 mengamanatkan bahwa

tujuan program keluarga berencana adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
ibu

dan

anak

mengendalikan

dalam
kelahiran

rangka

mewujudkan

sekaligus

dalam

keluarga

rangka

bahagia

menjamin

dengan

terkendalinya

pertumbuhan penduduk Indonesia. Pelaksanaan keluarga berencana diusahakan
diperluas

keseluruh

wilayah

dan

lapisan

masyarakat

termasuk

daerah

pemukiman baru. Penggunaan alat kontrasepsi dapat memberikan beberapa
manfaat

yaitu

dapat

mengatur jarak

kelahiran, menunda kelahiran serta

mencegah kehamilan.
Adapun tujuan dari gerakan Keluarga Berencana Nasional menurut
Meilani (2010) adalah:
a.

Menurunkan tingkat kelahiran dengan mengikut sertakan seluruh lapisan
masyarakat dan potensi yang ada.

b.

Meningkatkan jumlah peserta KB dan tercapainya pemerataan serta kualitas
peserta KB yang menggunakan alat. Kontrasepsi efektif dan mantap dengan
pelayanan bermutu.

c.

Mengembangkan usaha-usaha untuk membantu meningkatkan kesejahteraan
ibu dan anak, memperpanjang harapan hidup, menurunkan tingkat kematian
bayi dan anak-anak dibawah usia lima tahun serta memperkecil kematian
ibu karena resiko kehamilan dan persalinan.

36

d.

Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penerimaan, penghayatan dan
pengamalan norma keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera sebagai cara
hidup yang layak dan bertanggung jawab.

e.

Meningkatkan peranan dan tanggung jawab wanita, pria dan generasi muda
dalam pelaksanaan upaya-upaya penanggulangan masalah kependudukan.

f.

Mencapai kemantapan, kesadaran, tanggung jawab dan peran serta keluarga
dan masyarakat dalam pelaksanaan gerakan KB sehingga lebih mampu
meningkatkan kemandiriannya di wilayah masing-masing.

g.

Mengembangkan usaha-usaha peningkatan mutu sumber daya manusia
untuk meningkatkan taraf hidup, kecerdasan dan kesejahteraan keluarga dan
masyarakat dalam mempercepat pelembagaan nilai-nilai.

h.

Memeratakan penggarapan gerakan KB ke seluruh wilayah dan lapisan
masyarakat perkotaan, pedesaan, kumuh, miskin dan daerah pantai.

i.

Meningkatkan jumlah dan mutu tenaga dan atau pengelola gerakan KB
yang mampu memberikan pelayanan KB yang dapat menjangkau seluruh
lapisan masyarakat di seluruh pelosok tanah air dengan kualitas yang
tinggi dan kenyamanan yang memenuhi harapan.

2.

Metode Kontrasepsi Pria
Pilihan kontrasepsi yang tersedia bagi pria terbatas dibandingkan yang

tersedia bagi wanita. Sebagian besar penelitian telah ditujukan pada klien
wanita

karena

wanitalah

yang

akan

hamil

dan

karena

lebih

mudah

menghentikan ovulasi bulanan dari pada proses sperma yang terus-menerus.

37

Namun, seiring peningkatan penyuluhan dan keterbukaan seksual, lebih
banyak pria sangat tertarik terhadap bidang ini, seperti terlihat dari jumlah pria
yang memilih sterilisasi. Badan penyuluhan kesehatan dan media telah mencoba
meningkatkan pemakaian kondom pria dalam mencegah penyakit menular
seksual (PMS) dan penyebaran human immunodeficiency virus (HIV), namun
Hubungannya masih terbatas, masih ada kepercayaan bahwa “itu tidak akan
terjadi pada saya”, dan selama kepercayaan ini masih ada, penyebarluasan
pemakaian kondom akan terhambat (Everett, 2008).
Adapun metode kontrasepsi yang tersedia bagi pria adalah :
a.

Koitus Interuptus
Metode koitus interuptus juga dikenal dengan metode senggama terputus.
Teknik ini dapat mencegah

kehamilan

dengan

cara

sebelum terjadi

ejakulasi pada pria, seorang pria harus menarik penisnya dari vagina
sehingga tidak setetespun sperma masuk kedalam rahim wanita. Dengan
cara ini kemungkinan terjadinya perubahan (kehamilan) bias dikurangi
(Meilani dkk, 2010).
b.

Kondom
Kondom dibuat dari selubung lateks yang dipasang dan membungkus
keseluruhan

panjang

penis

yang

ereksi.

Kondom

merupakan

barang

disposal, hanya boleh sekali pakai, dan tersedia dalam berbagai warna dan
tampilan. Kondom bekerja sebagai sawar yang mencegah pertemuan sperma
dan ovum dan terjadinya kehamilan (Glasier, 2006).

38

c.

Sterilisasi Pria
Sterilisasi pria telah menjadi pilihan kontrasepsi pemanen yang popular
untuk banyak pasangan, prosedur bedah tersebut dikenal dengan vasektomi
(Everett, 2008).
Sterilisasi pria telah menjadi pilihan kontrasepsi permanen yang populer

untuk banyak pasangan, prosedur bedah tersebut dikenal sebagai vasektomi.
Eksperimen pertama dengan melakukan sumbatan pada vasdeferens dilakukan
pada awal tahun 1830 oleh Sir Astley Cooper, dan kemudian pada abad ke-20
seiring kemajuan dibidang pembedahan dan anastesi, vasektomi tersedia bagi
pria. Hal ini merintis dibukanya klinik vasektomi pertama oleh Family
Planning Assiciation pada oktober 1968 (Everett, 2008).
Kontrasepsi mantap pria atau vasektomi merupakan suatu metode kontrasepsi
operatif minor pada pria yang sangat aman, sederhana dan sangat efektif, memakan
waktu yang singkat dan tidak memerlukan anastesi umum (Hartanto, 2004).
1.

Pengertian Vasektomi
Menurut BKKBN (2008), Vasektomi (Medis Operasi Pria/MOP) adalah

pemotongan/pembuangan saluran sperma kiri dan kanan saja, agar cairan mani
yang dikeluarkan pada saat ejakulasi tidak lagi mengandung sperma atau
vasektomi merupakan suatu metode kontrasepsi dengan melakukan tindakan
operasi kecil yang memakan waktu operasi yang singkat yaitu 10 sampai 15
menit dan tidak memerlukan anastesi (bius) umum, cukup dengan bius lokal,
sehingga relative lebih aman. Pada vasektomi buah zakar testis tidak dibuang,

39

jadi tidak memproduksi hormone testosterone. Vasektomi tidak akan menyebabkan
laki-laki menjadi impoten, sebab saraf-saraf dan pembuluh darah yang berperan
dalam proses terjadinya ereksi berada dibatang penis. Sedangkan tindakan
vasektomi hanya dilakukan disekitar buah zakar (testis), jauh dari persarafan
untuk ereksi.
Vasektomi

adalah

prosedur

klinik

untuk

menghentikan

kapasitas

reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vas defrensia sehingga alur
transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi (penyatuan ovum dengan
sperma) tidak terjadi (Pinem , 2009).
Vasektomi adalah pemotongan atau penyumbatan kedua saluran tersebut
untuk mencegah jalannya sperma. Vasdeferens dipotong tepat di atas testis.
Vasektomi tidak mengganggu produksi cairan seminalis sehingga tidak akan
bisa membedakan perbedaan jumlah cairan yang diproduksi saat ejakulasi
cairan itu sendiri tidak mengandung sperma. Operasi dilakukan dibawah
anestesi lokal dan dilakukan selama kurang dari setengah jam. Sayatan kecil
dibuat pada kulit ditengah-tengah atau pada masing-masing sisi skrotum dan
vas deferens yang berada tepat di bawah kulit kemudian dipotong atau
disumbat. Kulit dapat ditutup dengan jahitan atau dibiarkan menutup sendiri
(Glasier, 2006).
Vasektomi adalah metode sterilisasi dengan cara mengikat saluran sperma
(vasdeferens) pria (Proverawati, 2010).

40

Vasektomi adalah cara KB permanen bagi pria yang sudah memutuskan tidak
ingin mempunyai anak lagi (Meilani, 2010).
2.

Syarat untuk Menjadi Akseptor Vasektomi
Adapun persyaratan untuk menjadi akseptor vasektomi adalah :

a.

Harus secara sukarela
Artinya klien memutuskan pilihan atas keinginannya sendiri dengan mengisi
dan menandatangani informed concent.

b.

Mendapat

persetujuan

istri dalam

melakukan

vasektomi

harus

ada

persetujuan dari istri.
c. Jumlah anak yang cukup
Setiap suami dari suatu pasangan usia subur yang telah memiliki jumlah
anak yang cukup minimal 2 orang dan yang paling kecil harus sudah
berumur 4 tahun.
d.

Mengetahui akibat-akibat vasektomi
Calon akseptor vasektomi harus mengetahui akibat setelah melakukan
vasektomi yaitu setelah melakukan vasektomi maka akseptor tidak bisa lagi
memiliki keturunan.

e.

Umur calon akseptor tidak kurang dari 30 tahun (Suratun, 2008).

3.

Metode Vasektomi
Pelaku vasektomi di seluruh dunia telah mengadopsi teknik tanpa scalpel

yang disempurnakan selama 30 tahun terakhir ini oleh Li di propinsi Sichuan,
Cina. Pendekatan ini lebih cepat, lebih tidak invasivef, dan hanya memerlukan

41

beberapa instrumen sederhana. Dalam suatu perbandingan satu hari di Bangkok,
680 vasektomi yang dilakukan dengan menggunakan metode tanpa scalpel
mengalami 3 komplikasi, 523 vasektomi yang dilakukan dengan menggunakan
teknik standart mengalami

16 komplikasi. Metode ini sama sulitnya untuk

dibalik seperti vasektomi lain. Kaset video dan peralatan untuk metode ini
dapat diperoleh di AVSC Internasional, 79 Madison Avenue, Newyork, NY
10016 (FAX 212-779-9439) (Speroff, 2005).

Gambar 2.1. Metode Vasektomi
a) Prosedur Kontap Pria
Prosedur kontap pria meliputi beberapa langkah tindakan :
(1) Identifikasi dan isolasi vasdeferens
1.

Kedua vas deferens merupakan struktur paling padat di daerah midscrotum, tidak berpulsasi (berbeda dengan pembuluh darah)

2.

Kesukaran kadang-kadang terjadi dalam identifikasi dan isolasi
vasdeferens seperti pada keadaan-keadaan : 1. kulit scrotum tebal,

42

2. vasdeferens yang sangat tipis spermatic cord yang tebal, 3. testis yang
tidak turun, 4. otot cremaster berkontraksi dan menarik testis keatas.
3.

Kedua vasa vasdeferens harus diidentifikasi sebelum meneruskan
prosedur kontap.

4.

Dilakukan immobilisasi vasdeferens diantara ibu jari dan jari telunjuk
atau dengan memakai klem (doek-klem atau klem lainnya)

5.

Dilakukan penyuntikan anastesi local.

(2) Insisi skrotum
1.

vasdeferens yang telah diimmobilisasi didepan skrotum hanya ditutupi
oleh otot dartos dan kulit skrotum

2.

Insisi horizontal atau vertical, dapat dilakukan secara : 1. tunggal digaris
tengah (scrotal raphe), 2. dua insisi, satu insisi di atas masing-masing
vasdeferens

(3) Memisahkan lapisan-lapisan superfisial dari jaringan-jaringan sehingga
vasdeferens dapat di isolasi.
(4) Okulasi vasdeferens
1.

Umumnya dilakukan pemotongan/reseksi suatu segmen dari kedua
vasdeferens (1-3cm), yang harus dilakukan jauh dari epididimis

2.

Ujung-ujung vasdeferens setelah dipotong dapat ditutup dengan:
1. ligasi, dapat dilkukan dengan chromic catgut (ini yang paling sering
dilakukan), dapat pula dengan benang yang tidak diserap (silk), tetapi
kadang-kadang dapat menyebabkan iritasi jaringan atau granuloma,

43

ligasi tidak boleh dilakukan terlalu kuat sampai memotong vasdeferens,
karena dapat menyebabkan spermatozoa merembes ke jaringan
sekitarnya dan terjadi granuloma, untuk mencegah kedua ujung
vasdeferens agar tidak menyambung kembali (rekanalisasi), ujung vas
dapat dilipat kebelakang lalu diikatkan/dijahitkan pada dirinya sendiri,
atau vaskia dari vasdefrens dapat ditutupkan di atas satu ujung sehingga
terdapat suatu barier dari jaringan fascia; atau vasdeferens ditanamkan
kedalam

jaringan

fascia;

2.electro-koagulasi/thermo-koagulasi;

3. Clips: masih dalam fase experimental, keuntungan clips : lebih cepat
dibandingkan ligasi, lebih mudah memperhitungkan tekanan yang
diperlukan untuk aplikasi clips dibandingkan dengan ligasi, tantalum,
bahan clips, tidak diserap dan biologis iner, potensi reversibilitas besar,
umumnya dipasang dua sampai tiga clips pada masing-masing
vasdeferens.
(5) Penutupan luka insisi
1.

Dilakukan dengan catgut, yang kelak akan diserap

2.

Pada insisi 1cm atau kurang, tidak diperlukan jahitan catgut, cukup
ditutup dengan plester saja.

44

Gambar 2.2 Metode Vasektomi dengan Menggunakan Pisau
b)

Vasektomi Tanpa Pisau (VTP)
Untuk mengurangi atau menghilangkan rasa takut calon akseptor kontap-pria
akan tindakan operasi (yang umumnya dihubungkan dengan pemakaian pisau
operasi), dan juga untuk lebih menggalakkan penerimaan/pelaksanaan kontappria, di Indonesia sekarang telah diperkenalkan dan telah dilaksanakan metode
vasektomi tanpa pisau (VTP).
(1)

Persiapan pre-operatif
a. Cukur rambut pubis, untuk lebih menjamin sterilitas

45

b. Tidak perlu puasa sebelumnya
(2)

Mencari, mengenal dan fiksasi vas deferens kemudian dijepit dengan
klem khusus yang ujungnya berbentuk tang catut, lalu disuntikan anastesi
local

(3)

Dilakukan penusukan pada garis tengah skrotum dengan alat berujung
bengkok dan tajam untuk membuat luka kecil, yang kemudian dilebarkan
sekitar 0,5 cm. Akan terlihat vas deferens yang liat dan keras seperti
kawat baja. Selaput pembungkus vas deferens dibuka secara hati-hati.
Setelah pembungkus vas deferens disisihkan ke tepi, akan tampak jelas
saluran sperma (vas deferens) yang berwarna putih mengkilap bagai
mutiara.

(4)

Selanjutnya dilakukan oklusi vas deferens dengan ligasi + re-seksi suatu
segmen vas deferens

(5)

Penutupan luka operasi.

Gambar 2.3 Metode Vasektomi Tanpa Pisau (VTP)

46

4.

Efektivitas Vasektomi
Vasektomi secara umum dianggap lebih efektif daripada sterilisasi

wanita. Di studi oxford/EPA, Vessey Et All (1982) melaporkan bahwa angka
kegagalan 0.02 perseratus tahun pria setelah di vasektomi 1 dalam 2000
(Glasier, 2006).
Kegagalan kontap-pria umumnya disebabkan oleh: a) senggama yang tidak
terlindung

sebelum

semen/ejakulat

bebas

sama

sekali

dari

spermatozoa;

b) rekanalisasi spontan dari vas deferens, umumnya terjadi setelah pembentukan
granuloma spermatozoa; c) pemotongan dan oklusi struktur jaringan lain selama
operasi.
5.

Kelebihan dan Keterbatasan Vasektomi

a)

Kelebihan vasektomi :1) Tidak akan mengganggu ereksi, potensi seksual dan
produksi hormone, 2) Perlindungan terhadap terjadinya kehamilan sangat
tinggi, dapat digunakan seumur hidup. 3) Tidak mengganggu kehidupan
seksual suami istri 4) Lebih aman (keluhan lebih sedikit), 5) Lebih Praktis
(hanya

memerlukan

satu

kali

tindakan), 6)

Lebih

Efektif

(Tingkat

kegagalannya sangat kecil), 7) Lebih Ekonomis (hanya memerlukan biaya
untuk sekali tindakan), 8) Tidak mortalitas, 9) Pasien tidak perlu dirawat
di Rumah Sakit, 10) Tidak ada resiko kesehatan, 11) Tidak harus diingatingat, tidak harus selalu ada persediaan Sifatnya permanen.
b) Kelemahan vasektomi : 1) Harus ada tindakan pembedahan, 2) Tidak dilakukan
pada suami yang masih ingin memiliki anak, 3) Kadang-kadang terasa

47

nyeri, atau terjadi perdarahan setelah operasi, 4) Kadang-kadang timbul
infeksi pada kulit skrotum, apabila operasinya tidak sesuai dengan prosedur
(Meilani dkk, 2010).
6.

Indikasi dan Kontra Indikasi
Vasektomi merupakan upaya untuk menghentikan fertilitas dimana fungsi

reproduksi merupakan ancaman atau gangguan kesehatan pria dan pasangannya
serta melemahkan ketahanan dan kualitas keluarga (Arum, 2009).
Sedangkan kontra-indikasi adalah : a. Ketidakmampuan fisik yang serius;
b. Masalah urologi; c. Masalah hubungan; d. Tidak didukung oleh pasangan
(Everett, 2008).
Adapun kontraindikasi yang lain menurut Meilani dkk (2010), adalah :
a. Penderita hernia; b. Penderita kencing manis; c. Penderita kelainan pembekuan
darah; d. Penderita penyakit kulit atau jamur di daerah kemaluan; e. Tidak
tetap pendirianny; f.

Infeksi

di daerah

testis; g.

Varikokel

(varises pada

pembuluh darah balik buah zakar); h . Buah zakar membesar karena tumor; i.
Hidrokel (penumpukan cairan pada kantong zakar); j. Buah zakar tidak turun
(kriptokismus); k. Penyakit kelainan pembuluh darah.
7.

Komplikasi Vasektomi
Adapun komplikasi

yang

timbul

yaitu : Timbul

segera Memar

dan

hematom, Infeksi luka operasi terjadi pada hampir 5% pria dan mungkinn
memerlukan antibiotic Kegagalan hingga 2% pria gagal mencapai azoosperma.
Timbul lambat : Granuloma sperma adalah gumpalan kecil dapat terbentuk

48

diujung- ujung vasdeferens yang dipotong akibat respons peradangan local
terhadap sperma yang bocor, Rasa tidak nyaman dan nyeri intra skrotum kronik
(sindrom pasca vasektomi) adalah sebagian pria mengeluh rasa nyeri tumpul di
skrotum yang mungkin meningkat saat terangsang secara seksual dan saat
ejakulasi, Rekanalisasi lambat adalah kegagalan dapat terjadi sampai 10 tahun
setelah vasektomi walaupun dua sampel cairan seminalis setalah vasektomi
memberi hasil negative, Antibodi antisperma adalah setelah vasektomi, pada
sebagian besar pria terjadi pembentukan auto antibodi dalam kadar yang dapat
dideteksi yang diduga timbul sebagai respons terhadap kebocoran sperma, Penyakit
kardiovaskuler,

endokrin

dan

auto

imun

adalah

kekhawatiran

mengenai

kemungkinan keterikatan antara vasektomi dan penyakit kardiovaskuler diangkat
pada

tahun

1970-an

setelah

pengamatan

bahwa

vasektomi

meningkatkan

aterosklorosis pada monyet rhesus, Penyakit kanker, dua studi epidemiologis dari
AS dan Skotlandia menyatakan adanya resiko kanker testis setelah vasektomi,
pengamatan ini tidak dapat dibuktikan oleh penelitian selanjutnya (Hartanto,
2004).
8.

Perawatan Pasca Bedah Vasektomi
Hal yang perlu diperhatikan setelah operasi adalah : a. Usahakan bekas

luka tetap kering dan jangan sampai basah

sebelum sembuh karena akan

mengakibatkan terjadinya infeksi, b. Segera kembali apabila terjadi perdarahan,
c. Jangan lupa minum obat yang diberikan dokter sesuai dengan aturan,
d. Jangan bekerja berat, e. Menghindari kemungkinan pasangan hamil akibat

49

sisa-sisa sperma yang

terdapat dalam cairan sperma, ada baiknya tetap

menggunakan alat kontrasepsi sekitar 3 bulan, f. Memeriksa ulang setelah 1-2
minggu setelah pembedahan (Saifuddin, 2006).
9.

Reanastomosis atau Rekanalisasi (Pemulihan)
Pemulihan fertilitas pada suami yang telah dioperasi vasektomi bukanlah

hal yang tidak mungkin. Tetapi permintaan pemulihan (Renastomosis/ Rekanalisasi)
demikian sangat jarang. Menurut catatan paling permintaan seperti itu datang
dari pihak suami-istri di India. Banyak dokter yang diminta melakukan operasi
renastomosis/rekanalisasi

memerlukan

pengecekan

berbagai

hal

terhadap

permohonan sebelum melakukannya. Berdasarkan segi teknis antara lain yang
diteliti adalah seberapa jauh kerusakan vasdeferens yang terjadi pada saat
akseptor tersebut menjadi vasektomi, beberapa lama sudah pasien itu dalam
keadaan steril, dan apakah istrinya memang masih potensi untuk hamil dan
lain-lain. Apabila perbedaan reanastomatis harus dilakukan, maka hal ini
merupakan proses yang lebih lama dan lebih rumit ketimbang dengan proses
vasektomi sebelumnya. Harus dilakukan pembiusan umum, dan biasanya yang
d