Tinjauan Yuridis Pembubaran PT. Askes (Persero) Dan PT. Jamsostek (Persero) Menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

BAB II
PENGELOLAAN JAMINAN SOSIAL DI INDONESIA

D. Pengertian dan Dasar Hukum Jaminan Sosial
Jaminan sosial adalah perlindungan yang diberikan oleh masyarakat bagi
anggota-anggotanya untuk resiko-resiko atau peristiwa-peristiwa tertentu dengan
tujuan, sejauh mungkin, untuk menghindari peristiwa-peristiwa tersebut yang
dapat mengakibatkan hilangnya atau turunya sebagian besar penghasilan, dan
untuk memberikan pelayanan medis dan/atau jaminan keuangan terhadap
konsekuensi ekonomi dari terjadinya peristiwa tersebut, serta jaminan untuk
tunjangan keluarga dan anak.16 Secara singkat jaminan sosial diartikan sebagai
bentuk perlindungan sosial yang menjamin seluruh rakyat agar dapat
mendapatkan kebutuhan dasar yang layak.
Menurut Friedrich Ebert Stiftung bahwa SJSN adalah suatu tata cara
penyelenggaraan program jaminan sosial oleh beberapa badan penyelenggara
jaminan sosial.17 SJSN adalah program negara yang bertujuan untuk memberi
perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Melalui
program ini, setiap penduduk diharapkan dapat memenuhi kebutuhan hidup dasar
yang layak apabila terjadi hal-hal yang dapat mengakibatkan hilangnya atau
berkurangnya pendapatan, karena menderita sakit, mengalami kecelakaan,
kehilangan pekerjaan, memasuki usia lanjut atau pensiun.


16

Zaeni Asyhadie, Aspek-Aspek Hukum Jaminan Sosial Tenaga Kerja di Indonesia
(Mataram : Rajawali Pers, 2007), hlm. 33.
17
Friedrich Ebert Stiftung, Paham Sistem Jaminan Sosial Nasional (Jakarta: Komunitas
Pejaten Mediatama, 2014), hlm.1.

18
Universitas Sumatera Utara

19

Pengertian Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagaimana ditentukan dalam
UU SJSN tersebut bermakna bahwa jaminan sosial adalah instrumen negara yang
dilaksanakan untuk mengalihkan risiko individu secara nasional dengan dikelola
sesuai asas dan prinsip-prinsip dalam UU SJSN.
Pemikiran mendasar yang melandasi penyusunan Sistem Jaminan Sosial
Nasional bagi penyelenggaraan jaminan sosial untuk seluruh warga negara adalah

sebagai berikut:
1. Penyelenggaraan Sistem Jaminan Sosial Nasional berlandaskan kepada hak
asasi manusia dan hak konstitusional setiap orang:
UUD 1945 Pasal 28H ayat (3) menetapkan, ”Setiap orang berhak atas jaminan
sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai
manusia yang bermanfaat.”
2. Penyelenggaraan SJSN adalah wujud tanggung jawab Negara dalam
pembangunan perekonomian nasional dan kesejahteraan sosial: UUD 1945
Pasal 34 ayat (2) menetapkan, ”Negara mengembangkan sistem jaminan sosial
bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak
mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan.”
3. Program jaminan sosial ditujukan untuk memungkinkan setiap orang mampu
mengembangkan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermanfaat.
Tercantum dalam UUD 1945 Pasal 28H ayat (3), ”Setiap orang berhak atas
jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh
sebagai manusia yang bermanfaat.”

Universitas Sumatera Utara

20


4. Penyelenggaraan SJSN berdasarkan asas kemanusiaan dan berkaitan dengan
penghargaan terhadap martabat manusia.
Pasal 2 UU SJSN menetapkan, “Sistem Jaminan Sosial Nasional
diselenggarakan berdasarkan asas kemanusiaan, asas manfaat, asas keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.” Penjelasan Pasal 2 UU SJSN
menjelaskan bahwa asas kemanusiaan berkaitan dengan penghargaan terhadap
martabat manusia.
5. Sistem Jaminan Sosial Nasional bertujuan untuk terpenuhinya kebutuhan
dasar hidup yang layak bagi setiap peserta dan/atau anggota keluarganya.
Pasal 3 UU SJSN menetapkan, “Sistem Jaminan Sosial Nasional bertujuan
untuk memberikan jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak
bagi setiap peserta dan/atau anggota keluarganya.”. Penjelasan Pasal 3 UU
SJSN menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan kebutuhan dasar hidup
adalah kebutuhan esensial setiap orang agar dapat hidup layak, demi
terwujudnya kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. 18
Landasan yuridis penyelenggaraan SJSN adalah UUD 1945 Pasal 28H
ayat (3) dan Pasal 34 ayat (2). Pasal 28H ayat (3) diatur dalam Perubahan Kedua
UUD 1945 dan Pasal 34 ayat (2) diatur dalam Perubahan Keempat UUD 1945.
Amanat konstitusi tersebut kemudian dilaksanakan dengan Undang-Undang

Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.
Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi atas Perkara No. 007/PUU-III/2005,
Pemerintah bersama DPR mengundangkan sebuah peraturan pelaksanaan UU

18

Ibid., hlm.2.

Universitas Sumatera Utara

21

SJSN setingkat Undang-Undang, yaitu UU BPJS. Peraturan Pelaksanaan UndangUndang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional dan UU
BPJS terbentang mulai Peraturan Pemerintah hingga Peraturan Lembaga.
Penyelesaian seluruh dasar hukum bagi implementasi SJSN yang mencakup UUD
1945, UU SJSN dan peraturan pelaksanaannya membutuhkan waktu lima belas
tahun (2000 – 2014).
Adapun landasan yuridis penyelenggaraan SJSN adalah:
1. UUD Negara Republik Indonesia Perubahan Kedua (2000) Dan Perubahan
Keempat (2002).

Pasal 28H ayat (3): ”Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang
memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang
bermanfaat.” Pasal 28H ayat (3) meletakkan jaminan sosial sebagai hak asasi
manusia. Pasal 34 ayat (2): ”Negara mengembangkan sistem jaminan sosial
bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak
mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan.” Pasal 34 ayat (2) meletakkan
jaminan sosial sebagai elemen penyelenggaraan perekonomian nasional dan
kesejahteraan sosial.
2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional (UU SJSN).
UU SJSN diundangkan pada tanggal 19 Oktober 2004, sebagai pelaksanaan
amanat konstitusi tentang hak konstitusional setiap orang atas jaminan sosial
dengan penyelenggaraan program-program jaminan sosial yang menyeluruh
bagi seluruh warga negara Indonesia. UU SJSN adalah dasar hukum untuk

Universitas Sumatera Utara

22

menyinkronkan penyelenggaraan berbagai bentuk jaminan sosial yang telah

dilaksanakan oleh beberapa badan penyelenggara agar dapat menjangkau
kepesertaan yang lebih luas serta memberikan manfaat yang lebih besar bagi
setiap peserta.
3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (UU BPJS).
UU BPJS adalah dasar hukum bagi pembentukan badan penyelenggara
jaminan sosial, yaitu BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. BPJS
Kesehatan menyelenggarakan program jaminan kesehatan bagi seluruh
penduduk Indonesia. BPJS Ketenagakerjaan menyelenggarakan program
jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, jaminan hari tua, dan jaminan
pensiun bagi seluruh tenaga kerja di Indonesia. UU BPJS mengatur fungsi,
tugas, wewenang dan tata kelola badan penyelenggara jaminan sosial.19
E. Pelaksanaan Jaminan Sosial di Indonesia
Upaya memberikan kesejahteraan dan pemenuhan jaminan sosial yang
dapat menyentuh seluruh warga negara telah dilakukan upaya penyempurnaan
sistem jaminan sosial nasional secara terpadu dan terkoordinasi agar setiap warga
negara Indonesia mendapat hak atas kesejahteraan sosial yang sebaik-baiknya
melalui program sistem jaminan sosial yang menyeluruh terutama untuk keluarga,
masyarakat miskin, pekerja sektor informal, petani, nelayan, masyarakat yang
terkena musibah/bencana dan penyandang masalah sosial lainnya melalui

penelaahan, pengkajian dan perumusan kebijakan dan langkah-langkah dalam

19

Asih Eka Putri dan AA Oka Mahendra, Op.Cit., hlm.12

Universitas Sumatera Utara

23

rangka penyelenggaraan program SJSN yang meliputi baik aspek kelembagaan,
program, perundang-undangan, pendanaan maupun aspek pelaksanaan lainnya.
Perlindungan dan kesejahteraan sosial diperlukan bagi seluruh rakyat
Indonesia untuk meningkatkan kualitas kehidupan yang layak dan bermartabat.
Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan perlindungan
dan kesejahteraan sosial dengan menangani masalah-masalah sosial seperti
kemiskinan, keterlantaran, kecacatan, ketunaan sosial dan korban bencana alam
serta memberi perhatian utama pada tercukupinya kebutuhan dasar melalui
pengembangan dan perbaikan sistem jaminan sosial.
Perlindungan sosial yang ada saat ini seperti sistem jaminan sosial, masih

belum

banyak

memberikan

manfaat

yang

berarti

bagi

masyarakat.

Penyelenggaraan jaminan sosial telah banyak dilaksanakan baik oleh lembaga
pemerintah maupun swasta. Masing-masing mempunyai landasan hukum sendiri,
tetapi antara satu sistem dengan sistem lainnya belum terintegrasi dengan baik.
Pemerintah telah melakukan berbagai upaya dalam menangani masalah sosial

seperti kemiskinan, ketelantaran, kecacatan, ketunaan sosial, keterpencilan, dan
korban

bencana

alam.

Selain

itu,

pemerintah

secara

bertahap

terus

menyempurnakan sistem jaminan sosial berbasis asuransi, terutama bagi mereka

yang miskin.
Peningkatan perlindungan dan kesejahteraan sosial merupakan salah satu
prioritas pembangunan bidang sosial terutama perlindungan terhadap mereka yang
termasuk ke dalam kelompok penduduk miskin dan rentan. Perlindungan dan
kesejahteraan sosial di Indonesia diwujudkan dalam bentuk bantuan sosial dan
jaminan sosial.

Universitas Sumatera Utara

24

Langkah-langkah kebijakan dan hasil yang dicapai dalam perlindungan
dan kesejahteraan bagi masyarakat dilaksanakan melalui program-program dan
kegiatan yang berkesinambungan. Dalam rangka mengembangkan SJSN, sesuai
amanat konstitusi, ditetapkan beberapa strategi dan kebijakan untuk perbaikan
pelaksanaan program dan kegiatan jaminan sosial, antara lain dengan menyusun
peraturan perundangan dan peraturan teknis terkait pelaksanaan jaminan sosial
berikut strategi transformasi badan penyelenggara jaminan sosial. Selain itu,
diperlukan upaya sosialisasi kepada masyarakat akan pentingnya jaminan sosial
berbasis asuransi, serta pemahaman kepada masyarakat mengenai prinsip-prinsip

asuransi seperti kepesertaan wajib. Selanjutnya, diperlukan sosialisasi kepada
masyarakat, khususnya bagi kelompok masyarakat miskin dan tidak mampu yang
akan menjadi penerima bantuan iuran, sehingga seluruh masyarakat tanpa
terkecuali akan tercakup dalam skema jaminan sosial.
Pasal 4 UU SJSN menetapkan sembilan prinsip SJSN.
1. Prinsip kegotong-royongan.
Kebersamaan antar peserta dalam menanggung beban biaya jaminan sosial,
yang diwujudkan dengan kewajiban setiap peserta membayar iuran sesuai
dengan tingkat gaji, upah, atau penghasilan. Gotong royong sesungguhnya
sudah menjadi salah satu prinsip dalam hidup bermasyarakat dan juga
merupakan salah satu akar dalam kebudayaan kita. Dalam SJSN, prinsip
gotong royong berarti peserta yang mampu membantu peserta yang kurang
mampu, peserta yang sehat membantu yang sakit atau yang berisiko tinggi,
dan peserta yang sehat membantu yang sakit. Hal ini terwujud karena
kepesertaan SJSN bersifat wajib untuk seluruh penduduk, tanpa pandang bulu.

Universitas Sumatera Utara

25

Dengan demikian, melalui prinsip gotong royong jaminan sosial dapat
menumbuhkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
2. Prinsip nirlaba.
Pengelolaan usaha yang mengutamakan penggunaan hasil pengembangan
dana untuk memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi seluruh peserta.
Pengelolaan dana amanat oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
adalah nirlaba bukan untuk mencari laba (for profit oriented ). Sebaliknya,
tujuan utama adalah untuk memenuhi sebesar-besarnya kepentingan peserta.
Dana yang dikumpulkan dari masyarakat adalah dana amanat, sehingga hasil
pengembangannya, akan di manfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan
peserta.
3. Prinsip Keterbukaan.
Mempermudah akses informasi yang lengkap, benar, dan jelas bagi setiap
peserta.

Prinsip-prinsip

manajemen

ini

mendasari

seluruh

kegiatan

pengelolaan dana yang berasal dari iuran peserta dan hasil pengembangannya
4. Prinsip Kehati-Hatian
Pengelolaan dana secara cermat, teliti, aman, dan tertib.
5. Prinsip Akuntabilitas
Pelaksanaan program dan pengelolaan keuangan secara akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan.
6. Prinsip portabilitas
Memberikan jaminan secara berkelanjutan meskipun peserta berpindah
pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayah Negara Republik Indonesia.
Prinsip portabilitas jaminan sosial dimaksudkan untuk memberikan jaminan

Universitas Sumatera Utara

26

yang berkelanjutan kepada peserta sekalipun mereka berpindah pekerjaan atau
tempat tinggal dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
7. Prinsip kepesertaan wajib
Mengharuskan seluruh penduduk untuk menjadi peserta jaminan sosial yang
dilaksanakan secara bertahap. Kepesertaan wajib dimaksudkan agar seluruh
rakyat menjadi peserta sehingga dapat terlindungi. Meskipun kepesertaan
bersifat wajib bagi seluruh rakyat, penerapannya tetap disesuaikan dengan
kemampuan ekonomi rakyat dan pemerintah serta kelayakan penyelenggaraan
program. Tahapan pertama dimulai dari pekerja di sektor formal, bersamaan
dengan itu sektor informal dapat menjadi peserta secara mandiri, sehingga
pada akhirnya Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dapat mencakup
seluruh rakyat.
8. Prinsip dana amanat
Iuran dan hasil pengembangannya merupakan dana titipan dari peserta untuk
digunakan sebesar-besarnya bagi kepentingan peserta jaminan sosial. Dana
yang terkumpul dari iuran peserta merupakan dana titipan kepada badan-badan
penyelenggara untuk dikelola sebaik-baiknya dalam rangka mengoptimalkan
dana tersebut untuk kesejahteraan peserta.
9. Prinsip hasil pengelolaan dana jaminan sosial nasonal dipergunakan
seluruhnya

untuk

pengembangan

program

dan

untuk

sebesar-besar

kepentingan peserta.

Universitas Sumatera Utara

27

Hasil pengembangan aset jaminan sosial dimanfaatkan untuk kepentingan
peserta jaminan sosial. Dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan
program dan untuk sebesar-besar kepentingan peserta.20
Berdasarkan UU SJSN, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
adalah

badan

hukum

yang

dibentuk

dengan

Undang-Undang

untuk

menyelenggarakan program jaminan sosial. Penjelasan UU SJSN Paragraf 11
mendefinisikan BPJS adalah transformasi dari badan penyelenggara jaminan
sosial yang sekarang telah berjalan dan dimungkinkan untuk membentuk badan
penyelenggara baru sesuai dengan dinamika perkembangan jaminan sosial.
Tiga kriteria di bawah ini digunakan untuk menentukan bahwa BPJS
merupakan badan hukum publik, yaitu:
1. Cara pendiriannya atau terjadinya badan hukum itu, diadakan dengan
konstruksi hukum publik, yaitu didirikan oleh penguasa (Negara) dengan
Undang-undang.
2. Lingkungan kerjanya, yaitu dalam melaksanakan tugasnya badan hukum
tersebut pada umumnya dengan publik dan bertindak dengan kedudukan
yang sama dengan publik.
3. Wewenangnya, badan hukum tersebut didirikan oleh penguasa Negara dan
diberi wewenang untuk membuat keputusan, ketetapan, atau peraturan
yang mengikat umum.21
Di dalam program BPJS jaminan sosial dibagi kedalam 5 jenis program
jaminan sosial yaitu :
1. Jaminan kesehatan adalah program jaminan sosial yang diselenggarakan
secara nasional dengan tujuan untuk menjamin agar peserta dan anggota
keluarganya memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan
perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan.
2. Jaminan kecelakaan kerja adalah program jaminan sosial yang
diselenggarakan secara nasional dengan tujuan menjamin agar peserta
20

Buku Pegangan Sosialisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dalam Sistem Jaminan
Sosial Nasional (Jakarta: Mediatama, 2013), hlm.17.
21
Asih Eka Putri dan AA Oka Mahendra, Op.Cit., hlm.15.

Universitas Sumatera Utara

28

memperoleh manfaat pelayanan kesehatan dan santunan uang tunai apabila
ia mengalami kecelakaan kerja atau menderita penyakit akibat kerja.
3. Jaminan hari tua adalah program jaminan sosial yang diselenggarakan
secara nasional dengan tujuan untuk menjamin agar peserta menerima
uang tunai apabila memasuki masa pensiun, mengalami cacat total tetap,
atau meninggal dunia
4. Jaminan pensiun adalah program jaminan sosial yang diselenggarakan
secara nasional dengan tujuan untuk mempertahankan derajat kehidupan
yang layak pada saat peserta mengalami kehilangan atau berkurang
penghasilannya karena memasuki usia pensiun atau mengalami cacat tetap
total.
5. Jaminan kematian adalah program jaminan sosial yang diselenggarakan
secara nasional dengan tujuan untuk memberikan santunan kematian yang
dibayarkan kepada ahli waris peserta yang meninggal dunia. 22
Program yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan, dengan programnya
adalah Jaminan Kesehatan yang berlaku mulai 1 Januari 2014. Program yang
diselenggarakan oleh BPJS Ketenagakerjaan, dengan programnya adalah Jaminan
Kecelakaan Kerja, Jaminan Hari Tua, Jaminan Pensiun, dan Jaminan Kematian
yang direncanakan dapat dimulai mulai 1 Juli 2015.
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) membentuk dua Badan Penyelenggara Jaminan Sosial,
yaitu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dan Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan. Rangkaian kronologis di
atas terbagi atas dua kelompok peristiwa. Peristiwa pertama adalah pembentukan
dasar hukum BPJS yang mencakup pengundangan UU SJSN, pembacaan putusan
Mahkamah Konstitusi dan pengundangan UU BPJS.23
Peristiwa kedua adalah transformasi badan penyelenggara jaminan sosial
dari badan hukum persero menjadi badan hukum publik BPJS. Transformasi

22
23

Ibid., hlm.5.
Ibid., hlm.18.

Universitas Sumatera Utara

29

meliputi pembubaran PT Askes dan PT Jamsostek tanpa likuidasi dan diikuti
dengan pengoperasian BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Komisaris
dan Direksi PT Askes serta Komisaris dan Direksi PT Jamsostek bertanggung
jawab atas keberhasilan atau kegagalan transformasi dan pendirian serta
pengoperasikan BPJS. Di masa peralihan, keduanya bertugas:
1. Menyiapkan operasional BPJS untuk penyelenggaraan program jaminan
sosial sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2. Menyiapkan pengalihan aset dan liabilitas, pegawai, serta hak dan
kewajiban Persero kepada BPJS.
3. Khusus untuk PT. Jamsostek, menyiapkan pengalihan program, aset,
liabilitas, hak dan kewajiban Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK)
Jamsostek kepada BPJS Kesehatan.24
Program yang dijalankan oleh pemerintah ini mempunyai visi dan misi,
visi dan misi dari program BPJS Kesehatan adalah:
1. Visi BPJS Kesehatan :
Paling lambat 1 Januari 2019, seluruh penduduk Indonesia memiliki jaminan
kesehatan nasional untuk memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan
perlindungan dalam

memenuhi

kebutuhan dasar kesehatannya

yang

diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan yang handal, unggul dan terpercaya.
2. Misi BPJS Kesehatan :
a. Membangun kemitraan strategis dengan berbagai lembaga dan mendorong
partisipasi masyarakat dalam perluasan kepesertaan Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN).
b. Menjalankan dan memantapkan sistem jaminan pelayanan kesehatan yang
efektif, efisien dan bermutu kepada peserta melalui kemitraan yang
optimal dengan fasilitas kesehatan.
24

Bambang Purwoko, Jaminan Sosial dan Sistem Penyelenggaraannya Gagasan dan
Pandangan (Jakarta: PT. Mega Dutatama, 2014), hlm.31.

Universitas Sumatera Utara

30

c. Mengoptimalkan pengelolaan dana program jaminan sosial dan dana BPJS
Kesehatan secara efektif, efisien, transparan dan akuntabel untuk
mendukung kesinambungan program.
d. Membangun BPJS Kesehatan yang efektif berlandaskan prinsip-prinsip
tata kelola organisasi yang baik dan meningkatkan kompetensi pegawai
untuk mencapai kinerja unggul.
e. Mengimplementasikan dan mengembangkan sistem perencanaan dan
evaluasi, kajian, manajemen mutu dan manajemen risiko atas seluruh
operasionalisasi BPJS Kesehatan.
f. Mengembangkan dan memantapkan teknologi informasi dan komunikasi
untuk mendukung operasionalisasi BPJS Kesehatan.25

F. Pengelolaan Jaminan Sosial di Indonesia.
Pengelolaan jaminan sosial di Indonesia diselenggarakan oleh BPJS
Kesehatan yaitu badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program
jaminan kesehatan. BPJS Kesehatan yang dibentuk berdasarkan UU BPJS
mempunyai tujuan untuk mewujudkan terselenggaranya pemberian jaminan sosial
kesehatan guna terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak bagi setiap
peserta dan/atau anggota keluarganya. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, BPJS
Kesehatan menyelenggarakan program Jaminan Kesehatan berdasarkan prinsip
kegotongroyongan, nirlaba, keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, portabilitas,
kepesertaan bersifat wajib, dana amanat, dan hasil pengelolaan Dana Jaminan

25

http://www.bpjs-kesehatan.go.id/statis-2-visidanmisi.html
November 2015 pukul 14:25 Wib).

(diakses

tanggal

20

Universitas Sumatera Utara

31

Sosial Kesehatan dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan
untuk sebesar-besar kepentingan peserta.
Sesuai pengaturan dalam UU BPJS, PT Askes (Persero) pada tanggal 1
Januari 2014 telah bertransformasi menjadi BPJS Kesehatan. Perubahan bentuk
badan hukum dari Persero menjadi badan hukum publik (wali amanat) secara
langsung juga membawa konsekuensi perubahan paradigma dalam pengelolaan
aset dan liabilitasnya. BPJS adalah peleburan 4 (empat) badan usaha milik negara
menjadi satu badan hukum, 4 (empat) badan usaha yang dimaksud adalah PT
Taspen, PT Jamsostek, PT Asabri, dan PT Askes. Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial ini berbentuk seperti asuransi, nantinya semua warga Indonesia diwajibkan
untuk mengikuti program ini.
Mendukung operasionalisasi BPJS Kesehatan agar mampu melaksanakan
fungsi, tugas, wewenang, hak, dan kewajiban dengan berlandaskan pada prinsip
tata kelola yang baik, diperlukan adanya suatu pedoman bagi BPJS Kesehatan
dalam pengelolaan dan pengembangan aset dengan memperhatikan aspek
likuiditas, solvabilitas, kehati-hatian, keamanan dana, dan hasil yang memadai.
Sebagai pelaksanaan amanat dari Pasal 47 ayat (2) dan Pasal 50 ayat (2)
UU SJSN dan Pasal 41 ayat (3), Pasal 43 ayat (3), dan Pasal 45 ayat (2) UU BPJS,
maka ditetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 87 Tahun 2013 Tentang
Pengelolaan Aset Jaminan Sosial Kesehatan

yang mengatur mengenai

pengelolaan dan pengembangan aset BPJS Kesehatan dan aset Dana Jaminan
Sosial Kesehatan. Pengelolaan dan pengembangan aset tersebut dilakukan dengan
tetap memperhatikan penerapan manajemen risiko.

Universitas Sumatera Utara

32

Dengan kejelasan dan ketegasan pengaturan mengenai pengelolaan dan
pengembangan aset BPJS Kesehatan dan aset Dana Jaminan Sosial Kesehatan dan
memberikan waktu yang cukup bagi BPJS Kesehatan untuk melakukan
penyesuaian atas pengelolaan aset yang telah ada saat ini serta dengan
memperhatikan aspek likuiditas, solvabilitas, kehati-hatian, keamanan dana, dan
hasil yang memadai, diharapkan Peraturan Pemerintah ini dapat meningkatkan
efektifitas penyelenggaraan program Jaminan Kesehatan oleh BPJS Kesehatan itu
sendiri.
Pada saat BPJS Kesehatan mulai beroperasi, terjadi serangkaian peristiwa
sebagai berikut :
1. PT. Askes (Persero) dinyatakan bubar tanpa likuidasi dan semua aset dan
liabilitas serta hak dan kewajiban hukum PT Askes (Persero) menjadi aset
dan liabilitas serta hak dan kewajiban hukum BPJS Kesehatan.
2. Semua pegawai PT. Askes (Persero) menjadi pegawai BPJS Kesehatan.
3. Menteri Badan Usaha Milik Negara selaku Rapat Umum Pemegang
Saham mengesahkan laporan posisi keuangan penutup PT. Askes (Persero)
setelah dilakukan audit oleh kantor akuntan publik.
4. Menteri Keuangan mengesahkan laporan posisi keuangan pembuka BPJS
Kesehatan dan laporan posisi keuangan pembuka dana jaminan
kesehatan.26
Sejak BPJS Kesehatan beroperasi menyelenggarakan program jaminan
kesehatan nasional, terjadi pengalihan program-program pelayanan kesehatan
perorangan kepada BPJS Kesehatan.
Mulai 1 Januari 2014 terjadi pengalihan program sebagai berikut :
1. Kementerian Kesehatan tidak lagi menyelenggarakan program jaminan
kesehatan masyarakat (Jamkesmas).

26

Ibid.

Universitas Sumatera Utara

33

2. Kementerian Pertahanan, Tentara Nasional Indonesia, dan Kepolisian
Republik Indonesia tidak lagi menyelenggarakan program pelayanan
kesehatan bagi pesertanya, kecuali untuk pelayanan kesehatan tertentu
berkaitan dengan kegiatan operasionalnya, yang ditetapkan dengan Peraturan
Presiden.
3. PT Jamsostek (Persero) tidak lagi menyelenggarakan program jaminan
pemeliharaan kesehatan.
Selain Pemerintah mengoperasikan BPJS Kesehatan, pemerintah juga
mengoperasikan BPJS Ketenagakerjaan yaitu badan hukum publik yang
bertanggungjawab kepada Presiden dan berfungsi menyelenggarakan program
jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun dan jaminan
kematian
Pada 1 Januari 2014, Pemerintah mengubah PT Jamsostek (Persero)
menjadi BPJS Ketenagakerjaan atas perintah UU BPJS. Pada saat PT Jamsostek
berubah menjadi BPJS Ketenagakerjaan pada 1 Januari 2014, terjadi serangkaian
peristiwa sebagai berikut:
1. PT Jamsostek dinyatakan bubar tanpa likuidasi.
2. Semua aset dan liabilitas, serta hak dan kewajiban PT Jamsostek (Persero)
dialihkan kepada BPJS Ketenagakerjaan.
3. Semua

pegawai

PT

Jamsostek

(Persero)

menjadi

pegawai

BPJS

Ketenagakerjaan.
4. Menteri BUMN selaku Rapat Umum Pemegang Saham mengesahkan laporan
posisi keuangan penutup PT Jamsostek (Persero) setelah dilakukan audit oleh
kantor akuntan publik.

Universitas Sumatera Utara

34

5. Menteri Keuangan mengesahkan laporan posisi keuangan pembuka BPJS
Jamsostek

dan

laporan

posisi

keuangan

pembuka

Dana

Jaminan

Ketenagakerjaan.
BPJS Ketenagakerjaan melanjutkan penyelenggaraan program jaminan
kecelakaan kerja, jaminan kematian dan jaminan hari tua yang selama ini telah
diselenggarakan oleh PT Jamsostek, termasuk menerima peserta baru sampai
dengan 30 Juni 2015.
Pada 1 Juli 2015, BPJS Ketenagakerjaan menyelenggarakan program
jaminan kecelakaan kerja, program jaminan kematian dan program jaminan hari
tua dan program jaminan pensiun sesuai dengan ketentuan UU SJSN bagi peserta
selain peserta program yang dikelola oleh PT Asabri (Persero) dan PT Taspen
(Persero).
Pada 31 Desember 2029, PT Asabri (Persero) dan PT Taspen (Persero)
mengalihkan kepesertaan Pegawai Negeri Sipil, Prajurit TNI dan Anggota Polri ke
BPJS Ketenagakerjaan. BPJS Ketenagakerjaan menyelenggarakan program
jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian dan jaminan hari tua dan jaminan
pensiun sesuai dengan ketentuan UU SJSN bagi seluruh pekerja di Indonesia.

Universitas Sumatera Utara