T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Animasi untuk Mata Pelajaran Fisika Kelas X: Studi Kasus di SMK Negeri 3 Salatiga T1 Full text

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS
ANIMASI UNTUK MATA PELAJARAN FISIKA KELAS X
(STUDI KASUS DI SMK NEGERI 3 SALATIGA)

DISUSUN OLEH :
REKLI DUTA ANDIKA (702012033)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA DAN
KOMPUTER
FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
2017

1. Pendahuluan
Fisika merupakan cabang ilmu pengetahuan alam (IPA) yang mempelajari
fenomena alam dan interaksi di dalamnya. Karena berhubungan dengan perilaku
dan struktur benda mati, Fisika menjadi ilmu pengetahuan yang mendasar.
Beberapa bab yang dipelajari siswa pada tingkat SMK kelas X semester ganjil
adalah “besaran dan pengukuran”, “Gerak dan Gaya”, “Gerak Translasi, Gerak
Rotasi, dan Keseimbangan Benda Tegar”, dan “Usaha dan Energi” [1]. Jika dilihat
dari materi yang dipelajari dalam mata pelajaran Fisika, Fisika adalah ilmu yang

di dalam pembelajarannya terdapat banyak konsep-konsep. Konsep-konsep
tersebut akan sulit dipahami oleh siswa jika guru hanya mengandalkan metode
ceramah dalam pembelajarannya.
Yang menjadi masalah pada pembelajaran Fisika adalah bahwa proses
pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas masih menggunakan metode
ceramah dalam mengemukakan konsep-konsep Fisika, sehingga pembelajaran
lebih bersifat satu arah [2]. Hal yang sama juga terjadi di SMK Negeri 3 Salatiga,
dimana guru masih menggunakan metode ceramah dalam menjelaskan konsep
Fisika. Siswa seringkali mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep
tersebut apalagi menguasainya. Pengenalan konsep bukan berarti tidak diperlukan,
akan tetapi yang terjadi adalah pembelajaran hanya sampai sebatas pengertian
konsep. Terkadang dalam proses pembelajaran terjadi kegagalan komunikasi.
Oleh karena itu diperlukan visualisasi agar konsep-konsep yang dipelajari dapat
dipahami siswa dengan baik. Visualisasi tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk
animasi. Seharusnya dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat ini, guru
dimudahkan dengan banyaknya teknologi yang dapat digunakan untuk membantu
proses pembelajaran.
Pemanfaatan teknologi informasi dalam dunia pendidikan, khususnya di
Indonesia saat ini seringkali hanya digunakan pada kegiatan administrasi sekolah
saja [3]. Seharusnya teknologi dapat dimanfaatkan lebih jauh untuk meningkatkan

kualitas pembelajaran dalam kelas. Teknologi harus menjadi bagian dari kelas
seperti halnya perangkat pembelajaran yang lain sehingga teknologi dapat
berperan sebagai media pembelajaran yang membantu guru dalam menyampaikan
materi. Menurut Scramm media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan
yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran [4]. Penggunaan media
pembelajaran akan mempermudah guru dalam penyampaian materi. Selain
mempermudah guru, media pembelajaran juga memungkinkan siswa untuk
mengerti dan memahami sesuatu dengan mudah untuk mengingatnya dalam
waktu yang lama dibandingkan dengan penyampaian materi pelajaran dengan cara
ceramah tanpa alat bantu atau media pembelajaran.
Ada beberapa penelitian yang sudah dilakukan yang berkaitan dengan
pengembangan media pembelajaran Fisika. Zulirfan melakukan penelitian
pengembangan perangkat percobaan momen inersia dan keseimbangan benda
tegar sebagai media pembelajaran Fisika. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
media yang dikembangkan telah berhasil dengan validitas dan praktikalitas

perangkat berada pada kategori sangat tinggi [5]. Penelitian lain yang juga
berkaitan dengan pengembangan media pembelajaran dilakukan oleh Tri Ariyanti.
Tri melakukan penelitian untuk mengembangkan multimedia pembelajaran guna
meningkatkan pemahaman konsep Fisika. Media pembelajaran yang

dikembangkan sudah memenuhi kriteria layak dan ketercapaian peningkatan
pemahaman konsep terlihat dari rata-rata skor post-test 91,6%, lebih tinggi
dibandingkan rata-rata skor pre-test 58,05% [6]. Kedua penelitian tersebut
membuktikan bahwa media pembelajaran berbasis teknologi, khususnya
multimedia dapat digunakan untuk membantu proses pembelajaran.
Mengingat manfaat dari media pembelajaran berbasis multimedia,
penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan media pembelajaran berbasis
animasi untuk membantu proses belajar mengajar pada mata pelajaran Fisika di
SMK Negeri 3 Salatiga kelas X. Dengan media pembelajaran berbasis animasi
yang dikembangkan, diharapkan proses pembelajaran menjadi lebih maksimal dan
pemahaman siswa meningkat.
2. Kajian Pustaka
Media Pembelajaran menurut Yudhi adalah penyalur atau penghubung
pesan ajar yang diadakan dan/ atau diciptakan secara terencana oleh para guru
atau pendidik [7]. Media pembelajaran selalu berkaitan dengan dua unsur penting,
yaitu unsur peralatan atau perangkat keras (hardware) dan unsur pesan yang
dibawanya (message/software) [8]. Dengan demikian, perlu ditekankan bahwa
media pembelajaran memerlukan peralatan untuk menyajikan pesan. Namun yang
terpenting bukanlah peralatan itu, tetapi pesan atau informasi yang dibawakan
media tersebut. Beberapa fungsi dari media pembelajaran antara lain : (1) media

pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh
peserta didik, (2) media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas, (3)
media pembelajaran memungkinkan ada interaksi langsung antara peserta didik
dengan lingkungan, (4) media menghasilkan keseragaman pengamatan, (5) media
pembelajaran dapat menanamkan konsep dasar yang benar dan nyata, (6) media
pembelajaran membangkitkan keinginan dan minat baru, (9) media pembelajaran
membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar [9]. Media
pembelajaran dapat membantu guru dalam menjelaskan konsep-konsep melalui
animasi.
Animasi berasal dari bahasa latin yaitu “anima” yang berarti jiwa, hidup,
nyawa, semangat. Sehingga animasi dapat diartikan sebagai gambar yang memuat
objek yang seolah-olah hidup, disebabkan oleh kumpulan gambar yang berubah
beraturan dan bergantian [10]. Salah satu keunggulan animasi dibanding media
lain seperti gambar statis atau teks adalah kemampuannya untuk menjelaskan
perubahan keadaan tiap waktu. Hal ini sangat membantu dalam menjelaskan
prosedur dan urutan kejadian [11]. Selama ini animasi digunakan dalam media
pembelajaran untuk dua alasan. Pertama, untuk menarik perhatian siswa dan
memperkuat motivasi. Animasi jenis ini biasanya berupa tulisan atau gambar yang
bergerak-gerak yang sekiranya akan menarik perhatian siswa. Animasi ini


biasanya tidak ada hubungannya dengan materi yang akan diberikan kepada
murid. Fungsi yang kedua adalah sebagai sarana untuk memberikan pemahaman
kepada murid atas materi yang akan diberikan [12]. Fungsi kedua inilah yang
menjadi tujuan peneliti mengembangkan media pembelajaran berbasis animasi.
Mayer mengatakan bahwa seseorang dapat mempelajari lebih baik dari kata dan
gambar daripada kata kata saja [13]. Mayer juga mengatakan bahwa rata-rata
murid yang mendengarkan (atau membaca) penjelasan yang disampaikan sekadar
sebagai kata, sebagian besar tidak dapat ingat dan mengalami kesulitan dalam
menggunakan apa yang disajikan untuk memecahkan masalah baru [14].
3. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian pengembangan ini adalah
model pengembangan perangkat pembelajaran Four-D. Model pengembangan
perangkat pembelajaran Four-D memiliki empat tahapan yaitu Define, Design,
Develop, Disseminate. Akan tetapi pada penelitian ini, peneliti hanya melakukan
sampai tahap develop. Berikut adalah gambar dari alur tahapan 4-D yang peneliti
lakukan.

Gambar 1 Tahapan 4-D sampai Tahap Develop [15]

Pada tahap define dilakukan untuk menetapkan dan mendefinisikan syaratsyarat pengembangan. Dalam model lain, tahap ini sering dinamakan analisis

kebutuhan. Tiap-tiap produk tentu membutuhkan analisis yang berbeda-beda.
Secara umum, dalam pendefinisian ini dilakukan kegiatan analisis kebutuhan
pengembangan. Pada tahap ini peneliti melakukan observasi ke sekolah untuk
mengetahui secara langsung kebutuhan untuk pengembangan media pembelajaran
yang dibuat. Selain dengan observasi, peneliti juga mengumpulkan data dengan
wawancara kepada guru matapelajaran Fisika dan analisis dokumen berupa buku
paket mata pelajaran Fisika. Untuk selanjutnya, data yang telah terkumpul

digunakan sebagai acuan untuk membuat desain dari media pembelajaran yang
akan dibuat. Dalam tahap design, peneliti sudah membuat desain dari produk awal
atau rancangan desain produk. Desain media pembelajaran dibuat berdasarkan
data yang diperoleh pada tahap pertama yaitu define. Selain membuat rancangan
desain produk peneliti juga membuat kisi-kisi tes. Setelah desain dan kisi-kisi tes
yang dibuat sudah sesuai dengan kebutuhan dari data yang diperolah pada tahap
define, dapat dilanjutkan ke tahap berikutnya yaitu develop.
Pada tahap develop, peneliti membuat produk awal dari desain pada tahap
sebelumnya. Uji validasi kemudian dilakukan pada produk awal dari media yang
dibuat. Validasi dilakukan dengan cara konsultasi langsung kepada seorang guru
mata pelajaran Fisika dan seorang dosen bidang animasi. Kemudian saran-saran
yang diberikan digunakan untuk memperbaiki media pembelajaran yang telah

dibuat. Dengan media pembelajaran yang telah diperbaiki, dilakukan uji coba
pada subjek yang sebenarnya. Uji coba dilakukan dengan bantuan dari seorang
guru mata pelajaran Fisika. Subjek dalam uji coba ini adalah siswa kelas X
Geomatika 1 SMK Negeri 3 Salatiga yang berjumlah 35 anak. Sebelum dilakukan
uji coba siswa diberikan soal pre test untuk mengetahui kemampuan awal dari
siswa. Selanjutnya untuk mengetahui kemampuan siswa setelah dilakukan
implementasi dari media pembelajaran berbasis animasi, siswa diberikan soal post
test. Setelah post test dilakukan, siswa diberi kesempatan untuk memberikan
umpan balik atau komentar pada media yang digunakan. Kemudian hasil skor pre
test dan post test yang didapat diolah dengan perhitungan N-Gain, sedangkan
umpan balik atau komentar digunakan untuk memperbaiki media pembelajaran.
Peningkatan kompetensi yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung
dengan rumus g faktor (N-Gain) dengan rumus menurut Meltzer sebagai berikut.

Gambar 2 Rumus N-Gain [16]

Rumus yang terdapat pada Gambar 2 digunakan untuk mencari nilai g.
Selanjutnya indeks gain yang diperolah diinterpretasi dengan menggunakan
kriteria indeks gain sebagai berikut :
Tabel 1 Kriteria indeks gain

Besar Presentase
g > 0,7
0,3 < g < 0,7
g < 0,3

Interpretasi
Tinggi
Sedang
Rendah

Dalam penelitian ini penyajian hasil penelitian akan diberikan dalam bentuk
gambar. Hal ini dilakukan agar informasi yang diberikan lebih mudah untuk
dipahami.
4. Hasil Penelitian
Model pengembangan perangkat pembelajaran Four-D memiliki empat
tahapan yaitu Define, Design, Develop, Disseminate. Tetapi pada penelitian ini,
peneliti hanya melakukan sampai tahap ketiga yaitu tahap develop. Adapun tahap
define dilakukan untuk menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat
pengembangan. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara,
analisis dokumen berupa buku paket siswa. Data yang diperoleh pada tahap ini

dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Tahap Define

Seperti yang diperlihatkan pada Gambar 3 berdasarkan hasil konsultasi
dengan guru mata pelajaran Fisika SMK N 3 yang membantu proses penelitian
ini, siswa kelas X Geomatika 1 dipilih menjadi subjek penelitian. Pada wawancara
dengan guru yang sama, Usaha dan Energi dipilih sebagai materi media
pembelajaran yang dikembangkan. Berikut adalah tabel yang tabel yang berisi
materi “Usaha dan Energi”.
Tabel 2 Materi usaha dan energi
Kompetensi Dasar
Memahami konsep usaha dan energi
Memahami hukum kekekalan energi
Menghitung usaha dan energi

Materi
Pengertian usaha dan energi
Perubahan bentuk energi
Penerapan perhitungan usaha pada berbagai

kasus gerak
Penerapan perhitungan energi pada berbagai
kasus gerak

Materi yang diperlihatkan pada Tabel 2 berisikan pengertian dari usaha
dan energi, berbagai macam perubahan bentuk pada energi, dan bagaimana siswa

dapat menghitung besar usaha dan energi dalam berbagai kasus gerak. Pada
pengamatan di kelas siswa cenderung terlihat bosan saat guru menyampaikan
materi dengan metode ceramah. Hal tersebut berakibat proses pembelajaran
menjadi kurang maksimal. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pre-test,
diketahui rata-rata nilai siswa adalah 36,3. 70% dari 35 siswa memiliki nilai
dibawah KKM. KKM dari mata pelajaran Fisika di SMK N 3 Salatiga adalah 75.
Setelah mendefinisikan beberapa komponen yang berkaitan dengan
pengembangan media pembelajaran (subyek penelitian, masalah dalam proses
belajar Fisika, materi dan hasilbelajar siswa), maka selanjutnya dilakukan tahap
design. Dalam tahap ini, dilakukan perancangan media pembelajaran berbasis
animasi serta kisi-kisi tes untuk mengukur hasil belajar siswa. Adapun sitemap
dari media pembelajaran dapat ditunjukkan pada Gambar 4 Berikut ini.


Gambar 4 Sitemap media pembelajaran

Pada gambar 4 diperlihatkan alur dari media pembelajaran yang akan
dikembangkan melalui sitemap. Alur dimulai dari halaman awal, yang kemudian
dihalaman tersebut pengguna dapat menuju ke halaman bantuan atau ke menu.
Selanjutnya pada menu terdapat tiga buah pilihan, yaitu untuk menuju materi
usaha, materi energi, dan kembali ke halaman awal. Pada menu materi usaha dan
materi energi terdapat halaman-halaman yang berisi materi. Pada halaman
tersebut terdapat pilihan untuk keluar dari media dan kembali ke menu. Validasi
dilakukan pada sitemap media pembelajaran berbasis animasi yang dibuat.
Berikut adalah hasil validasi yang dilakukan (1) desain telah mencakup materi
ajar, (2) desain sederhana dan mudah dipahami, (3) penyajian materi disesuaikan
dengan kemampuan siswa. Sitemap tidak mengalami perubahan karena telah
sesuai dengan kebutuhan dari tahap define.

Setelah sitemap dari media pembelajaran dibuat, selanjutnya pada tahap
ini dilakukan perancangan kisi-kisi tes. Kisi-kisi yang telah dirancang ditunjukkan
pada Gambar 5.

Gambar 5 Menyusun kisi-kisi tes

Pada Gambar 5 diperlihatkan terdapat perubahan pada jumlah butir untuk
“hukum kekekalan energi” dari 4 menjadi 2. Perubahan jumah butir juga terdapat
pada “menghitung usaha” dan “menghitung energi” dari 2 menjadi 3 pada
masing-masing materi. Setelah kisi-kisi tes disusun, pembuatan sitemap untuk
media pembelajaran berbasis animasi dilakukan. Sitemap dapat dilihat pada
gambar 4.
Selanjutnya pada tahap develop dilakukan pengembangan instrumen tes,
pengembangan produk awal dari media pembelajaran berbasis animasi, validasi
dari produk awal media pembelajaran berbasis animasi, revisi media pembelajaran
berbasis animasi, ujicoba media pembelajaran berbasis animasi, dan revisi
berdasarkan masukan dari siswa. Instrumen tes disusun berdasarkan kisi-kisi yang
telah dirancang pada tahap design. Pada instrumen tes terdapat sepuluh butir soal
yang pembagian tiap butirnya disesuaikan kisi-kisi yang dirancang. Tingkat
kesulitan pada setiap butir siswa disesuaikan berdasarkan kemampuan siswa dan
isi materi dari media pembelajaran berbasis animasi yang dikembangkan.
Kemudian pengembangan produk awal dari media pembelajaran berbasis animasi
dilakukan. Screenshot dari produk awal media pembelajaran berbasis animasi
dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6 Produk awal media pembelajaran

Pada Gambar 6 terdapat 4 screenshot dari produk awal media
pembelajaran yang dibuat. Dimulai dari halaman awal yang didalamnya terdapat

nama dari media pembelajaran, tombol-tombol, dan animasi-animasi. Selanjutnya
ada menu yang didalamnya terdapat tombol yang akan menuju ke halaman
masing-masing materi. Kemudian pada halaman materi terdapat animasi yang
menjelaskan materi dari masing-masing halaman materi (materi usaha dan materi
energi). Validasi dilakukan pada produk awal media pembelajaran yang
dikembangkan. Berikut adalah hasil dari validasi yang dilakukan oleh ahli materi
dan ahli media :
Tabel 3 Hasil validasi
Validator
Ahli
media
Ahli
materi

1

2

3

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

4
Cukup
baik
Baik

Indikator
5
6
Cukup Cukup
baik
baik
Baik

Baik

7
Cukup
baik
Cukup
baik

8

9

Baik

Baik

Cukup
baik

Cukup
baik

10
Sangat
baik
Sangat
baik

Pada Tabel 3 diperlihatkan hasil dari validasi oleh ahli media dan ahli materi.
Indikator yang digunakan dalam validasi adalah (1) jenis huruf yang digunakan,
(2) warna huruf, (3) ukuran huruf, (4) kesesuaian fungsi simbol, (5) background,
(6) desain media, (7) animasi, (8) kesesuaian materi, (9) kejelasan materi, (10)
bahasa. Dari validasi juga didapatkan saran untuk perbaikan media, berikut adalah
saran dari ahli materi (1) tambahkan penjelasan materi untuk mendukung
animasinya, (2) tambahkan lebih banyak dalam halaman usaha dan energi, (3)
tambahkan perhitungan juga untuk materi energi. Selain oleh ahli materi saran
juga diberikan oleh media. Berikut adalah saran dari ahli media (1) gunakan
animasi dan simbol-simbol sesuai kegunaannya masing-masing, (2) samakan
desain agar tampilan tidak berubah-ubah dan rapi, (3) warna terlalu gelap. Saran
yang diperoleh pada saat validasi digunakan untuk perbaikan media pembelajaran
yang dikembangkan.

Gambar 7 Revisi media pembelajaran(1)

Pada Gambar 7 diperlihatkan Animasi loading pada halaman awal
dihilangkan karena tidak sesuai dengan fungsinya. Warna dasar dari media dibuat
lebih cerah dan halaman author serta halaman petunjuk ditambahkan pada media
pembelajaran.

Gambar 8 Revisi media pembelajaran(2)

Pada halaman usaha dan energi terdapat penambahan materi seperti yang
diperlihatkan pada Gambar 8. Materi ditambahkan berdasarkan saran dari ahli
materi. Tampilan dari media diperbaiki menjadi lebih rapi dengan penambahan
kotak bingkai putih.

Gambar 9 Revisi media pembelajaran(3)

Pada halaman energi sebelumnya hanya terdapat animasi untuk
menjelaskan titik tertinggi energi potensial dan energi kinetik beserta rumusnya.
Setelah revisi ditambahkan animasi penghitungan energi potensial dan energi
kinetik, selain itu ditambahkan juga halaman penjelasan untuk mendukung materi
pada media pembelajaran seperti yang diperlihatkan pada Gambar 9. Pada tahap
develop ini, ujicoba media pembelajaran dilakukan pada 35 siswa dan didapatkan
hasil seperti yang diperlihatkan pada Gambar 10.

Gambar 10 Hasil Ujicoba

Pada Gambar 10 menunjukan nilai rata-rata, nilai tertinggi, dan nilai
terendah yang dicapai oleh siswa pada nilai pre test dan post test. Nilai rata-rata

pada nilai pre test adalah 36,3 dan nilai rata-rata pada post test lebih tinggi yaitu
61,1. Pre test dan post test memiliki nilai tertinggi yang sama yaitu 9. Selanjutnya
pre test memiliki nilai terendah yang lebih kecil dari post test yaitu 0, sedangkan
post test memiliki nilai terendah sebesar 1. Kemudian untuk mendapatkan kualitas
peningkatan kemampuan siswa, data yang diperoleh tersebut diolah dengan rumus
g faktor (N-Gain) (lihat gambar 2). Dari perhitungan data nilai dari pre test dan
post test menggunakan rumus g faktor didapatkan indeks gain sebesar 0,3543.
Selanjutnya indeks gain yang diperoleh diinterpretasikan menggunakan kriteria
indeks gain pada tabel 1. Pada tabel 1 menunjukan bahwa nilai indeks gain
sebesar 0,3543 berada pada interpretasi indeks gain sedang. Selain dari nilai g,
peningkatan juga dapat dilihat dari persentase kelulusan siswa. Grafik persentase
kelulusan siswa ditunjukkan pada Gambar 11 berikut ini.

Gambar 11 Peningkatan kelulusan siswa

Pada Gambar 11 diperlihatkan bahwa presentase kelulusan siswa pada
saat pre-test adalah 30%, sedangkan pada saat post-test adalah 60%. Yang berarti
terdapat peningkatan jumlah siswa yang lulus KKM setelah penggunaan media
pembelajaran berbasis animasi.
Selain nilai pre-test dan post-test, pada hasil ujicoba juga terdapat
tanggapan dari siswa mengenai media pembelajaran berbasis animasi yang
dikembangkan. Berikut adalah masukan dan respon siswa mengenai media
pembelajaran yang dikembangkan; (1) materi menjadi lebih mudah untuk diingat,
(2) materi lebih mudah dipahami daripada hanya dijelaskan atau membaca dari
buku, (3) tulisan pada media pembelajaran sulit terbaca karena perpaduan warna
biru terang dan putih.

Adapun revisi media berdasarkan masukkan dari pengguna, yaitu ditunjukkan
pada Gambar 12.

Gambar 10 Revisi berdasarkan masukan siswa

Berdasarkan masukan dari siswa, warna tulisan pada media pembelajaran
berbasis animasi yang dikembangkan dirubah menjadi hitam. Hal tersebut
dilakukan agar pengguna media pembelajaran lebih mudah membaca tulisan yang
terdapat pada media pembelajaran.
5. Diskusi
Pada penelitian ini media yang dibuat telah divalidasi dan konten
didalamnya telah sesuai dengan materi yang diajarkan serta telah sesuai dengan
fungsi dari media seharusnya. Seperti yang dikatakan Yudhi media pembelajaran
adalah penyalur atau penghubung pesan ajar yang diadakan dan/atau diciptakan
secara terencana oleh para guru atau pendidik [7]. Media pembelajaran yang
dibuat dapat digunakan oleh guru sebagai penghubung pesan ajar. Berdasarkan
analisis data uji coba kepada siswa didapat bahwa nilai g sebesar 0,3543 yang
berarti terdapat kenaikan skala sedang pada nilai pre test ke nilai post test siswa.
Hal tersebut membuktikan bahwa ada peningkatan pemahaman siswa terhadap
materi setelah digunakannya media pembelajaran. Peningkatan tersebut
disebabkan oleh salah satu keunggulan animasi dibanding media yaitu
kemampuannya untuk menjelaskan perubahan keadaan tiap waktu. Hal ini sangat
membantu dalam menjelaskan prosedur dan urutan kejadian [11]. Mayer
mengatakan bahwa seseorang dapat mempelajari lebih baik melalui kata dan
gambar daripada kata kata saja [13]. Mayer juga mengatakan bahwa rata-rata
siswa yang mendengarkan (atau membaca) penjelasan yang disampaikan sekadar
sebagai kata, sebagian besar tidak dapat ingat dan mengalami kesulitan dalam
menggunakan apa yang disajikan untuk memecahkan masalah baru [14]. Hal
tersebut menunjukkan bahwa penggunaan sebuah media pembelajaran dalam
proses belajar mengajar membantu siswa untuk lebih memahami materi yang
disampaikan. Penggunaan multimedia dengan menggabungkan gambar dan katakata akan dapat mendorong anak didik untuk belajar lebih lagi. Meningkatnya
pemahaman siswa tergantung pada perancangan multimedia instruksi pesan yang
sesuai dengan bagaimana cara mereka mempelajarinya. Seperti yang dijelaskan
teori teori diatas, pada saat ujicoba siswa terlihat lebih antusias dalam proses

pembelajaran. Siswa juga lebih mudah memahami materi yang disampaikan oleh
guru.
Berdasarkan hasil dan diskusi penelitian di atas dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut; (1) media pembelajaran yang dikembangkan sudah memenuhi
kriteria layak karena telah dilakukan validasi oleh ahli materi maupun media dan
diperbaiki berdasarkan masukan siswa sebagai pengguna pada uji coba (2) media
pembelajaran dapat membantu menjelaskan konsep lebih baik sehingga siswa
lebih memahami materi yang yang disampaikan, hal itu ditunjukkan melalui
peningkatan nilai mereka. Mengacu pada hasil penelitian ini, dapat diteliti lebih
lanjut mengenai dampak dari implementasi / penerapan media pembelajaran ini
terhadap aspek selain peningkatan ketercapaian nilai. Dengan kata lain, penelitian
dapat dilanjutkan sampai tahap diseminasi untuk mengetahui dampak penerapan
lebih luas lagi.

Daftar Pustaka
[1]
Pauliza, Osa. 2008. Fisika Kelompok Teknologi dan Kesehatan untuk
Sekolah Menengah Kejuruan Kelas X. Bandung: Grafindo Media Pratama.
[2]
Singgih, Santoso, 2013, Pengaruh Model Pembelajaran Kolaboratif Dan
Motivasi Belajar Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X Sma
Negeri 1 Purwantoro Wonogiri Jawa Tengah, Berkala Fisika Indonesia , 5(1), 1516.
Diakses
pada
tanggal
19
Desember
2016
dari
http://id.portalgaruda.org/?ref=browse&mod=viewarticle&article=123433
[3]
Winastwan, Gora dan Sunarto. 2010. Pakematik: Strategi Pembelajaran
Inovatif Berbasis TIK. Jakarta: Elex Media Komputindo.
[4]
Rusman. 2013. Belajar dan Pembelajaran Berbasis
Mengembangkan Profesionalisme Guru Abad 21. Bandung: Alfabeta.

Komputer

[5]
Zulirfan, 2011, Pengembangan Perangkat Percobaan Momen Inersia dan
Keseimbangan Benda Tegar Sebagai Media Pembelajaran Fisika SMA, Jurnal
Pendidikan. 2(2), 13-14. Diakses pada tanggal 19 Desember 2016 dari
http://id.portalgaruda.org/?ref=browse&mod=viewarticle&article=32307
[6]
Ariyanti Tri, 2013, Pengembangan Multimedia Pembelajaran Fisika
dengan Pendekatan STM (Sains,Teknologi dan Masyarakat) guna Meningkatkan
Pemahaman Konsep Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Buluspesantren, Jurnal
Pendidikan. 3(1), 94-97. Diakses pada tanggal 16 Desember 2016 dari
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=97648&val=614
[7]
Munadi Yudhi. 2013. Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru.
Jakarta Selatan: REFERENSI (GP Press Group).
[8]
Susilana Rudi dan Riyana Cepi. 2009. Media Pembelajaran Hakikat,
Pengembangan, Pemanfaatan, dan Penilaian. Bandung: CV Wacana Prima.
[9]
Anas Muhammad. 2014. Alat Peraga dan Media Pembelajaran. Jakarta:
Pustaka Education.
[10] Ramadhan Arief. 2006. 36 Jam Belajar Komputer 3D Max 7. Jakarta: Elex
Media Komputindo.
[11] Utami Dina, 2011, Animasi Dalam Pembelajaran, Majalah Ilmiah
Pembelajaran, 7(7), 44-45. Diakses pada tanggal 12 Desember 2016 dari
http://journal.uny.ac.id/index.php/mip/article/viewFile/3212/2692
[12] Zulaikhah, 2013, Gambar Animasi Sebagai Media Pembelajaran IPS Di
Sekolah Dasar, MAGISTRA Jurna Ilmu Pendidikan Dasar dan Keislaman, 4(1),
117-118.
Diakses
pada
tanggal
19
Desember
2016
dari
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=344636&val=8013&title=G

AMBAR%20ANIMASI%20SEBAGAI%20%20MEDIA%20PEMBELAJARAN
%20IPS%20DI%20SEKOLAH%20DASAR
[13] Mayer, E. Richard. 2009. Multimedia Learning, Second Edition. New
York: Cambridge University Press.
[14] Mayer, E. Richard, 2003, The Promise of Multimedia Learning: Using The
same Instructional Design Methods Acrossdifferent Media, Learning and
Instruction, 13 (2), 125-139.
[15] Endang Mulyatiningsih. 2011. Riset Terapan: Bidang Pendidikan dan
Teknik. Yogyakarta: UNY Press.
[16] Herlanti Yanti. 2014. Tanya Jawab Seputar Penelitian Pendidikan Sains.
Jakarta: Universitas Syarif Hidayatulah.