BAB II
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Pengetahuan
2.1.1
Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia terdiri dari sejumlah
fakta dan teori yang memungkinkan seseorang untuk memecahkan masalah yang
dihadapinya . Pengetahuan adalah hasil dari kondisi tahu yang akan terjadi setelah
seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek. Penginderaan terjadi
melalui panca indra manusia, yaitu : penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa
dan raba. (Notoatmodjo, 2010).
2.1.2
Tingkatan Kognitif Pengetahuan
Tingkat pengetahuan di Dalam Domain kognitif dibagi menjadi enam
tingkatan (Notoatmodjo, 2010) yaitu:
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali
(recall) suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima, oleh sebab itu ini merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah.
2. Memahami (komprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi
harus
dapat
menjelaskan,
menyebutkan
contoh,
menyimpulkan,
meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
3. Aplikasi
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi di sini dapat
8
9
diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,
prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4. Analisis
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur
organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis
ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan
(membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan
sebagainya.
5. Sintesis
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru, dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada, misalnya dapat
menyusun,
dapat
merencanakan,
dapat
meringkaskan,
dapat
menyesuaikan, dan sebagainnya terhadap suatu teori atau rumusanrumusan yang telah ada.
6. Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu meteri atau objek. Penilaian didasarkan pada
suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria - kriteria
yang telah ada.
Menurut Anderson & Krathwohl dalam Suwarto (2010), dimensi pengetahuan
terdiri dari: empat jenis: (1) pengetahuan faktual, (2) pengetahuan konseptual, (3)
pengetahuan prosedual, (4) pengetahuan metakognitif. Perbedaan antara
pengetahuan faktual dan pengetahuan konseptual perlu dijelaskan disini. Perlu
pembedaan
antara
pengetahuan
elemen-elemen
kandungan
yang
tidak
berkembang/tertutup dan terpisah (contohnya istilah-istilah dan fakta-fakta)
dengan pengetahuan bagian -bagian pengetahuan yang lebih tersusun dan lebih
luas (contohnya konsep -konsep, prinsip-prinsip, model-model, atau teori-teori).
10
1. Pengetahuan Faktual
Pengetahuan faktual meliputi elemen -elemen dasar yang para ahli
gunakan dalam menyampaikan disiplin ilmu akademis mereka,
memahaminya, dan mengaturnya secara sistematis. Elemen-elemen ini
biasanya dapat diberikan pada orang-orang yang bekerja pada beragam
bentuk disiplin dimana elemen -elemen tersebut disajikan; mereka
memerlukan sedikit atau tidak ada perubahan dari elemen atau penerapan
yang digunakan pada elemen lainnya. Pengetahuan faktual berisi eleme
n-elemen dasar yang harus diketahui para murid jika mereka akan
dikenalkan dengan suatu disiplin atau untuk memecahkan masalah
apapun di dalamnya. Elemen -elemen biasanya merupakan simbolsimbol
yang berkaitan dengan beberapa referensi konkret, atau “benang -benang
simbol” yang menyampaikan informasi penting. Sebagian terbesar,
pengetahuan faktual muncul pada level abstraksi yang relatif rendah. Dua
bagian jenis pengetahuan faktual adalah pengetahuan terminologi dan
pengetahuan detail -detail dan elemen-elemen yang spesifik
2. Pengetahuan Konseptual
Pengetahuan konseptual meliputi skema-skema, model-model mental,
atau teoriteori eksplisit dan implisit dalam model-model psikologi
kognitif yang berbeda. Skema - skema, model-model dan teori-teori ini
menunjukkan pengetahuan yang seseorang miliki mengenai bagaimana
pokok bahasan tertentu diatur dan disusun, bagaimana bagia nbagian atau
potongan-potongan informasi yang berbeda saling berhubungan dan
berkaitan dalam suatu cara yang lebih sistematis, bagaimana bagian
-bagian ini berfungsi bersama-sama. Pengetahuan konseptual meliputi
tiga jenis: pengetahuan klasifikasi dan kategori, pengetahuan prinsip dan
generalisasi , dan pengetahuan model, teori, dan struktur. Klasifikasiklasifikasi dan kategori-kategori membentuk dasar untuk prinsip dan
generalisasi. Hal ini, pada gilirannya, membentuk dasar untuk teori -teori,
model-model, dan struktur-struktur
11
3. Pengetahuan Prosedural
Pengetahuan prosedural adalah “pengetahuan mengenai bagaimana”
melakukan sesuatu. Hal ini dapat berkisar dari melengkapi latihan
-latihan yang cukup rutin hingga memecahkan masalah-masalah baru.
Pengetahuan prosedural sering mengambil bentuk dari suatu rangkaian
langkah-langkah yang akan diikuti. Hal ini meliputi pengetahuan
keahlian-keahlian, algoritma-algoritma, tehnik-tehnik, dan metodemetode secara kolektif disebut sebagai prosedur-prosedur (Alexander,
Schallert, dan Hare, 1991; Anderson, 1983; deJong dan Ferguson-Hessler,
1996; Dochy dan Alexander, 1995).
Pengetahuan prosedural juga meliputi pengetahuan mengenai kriteria
yang digunakan untuk menentukan kapan menggunakan beragam
prosedur. Sementara pengetahuan faktual dan pengetahuan konseptual
menyajikan pengetahuan “apa”, pengetahuan prosedural menekankan
pada
“bagaimana”.
Dengan
kata
lain,
pengetahuan
prosedural
mencerminkan pengetahuan dari “proses” yang berbeda, sementara
pengetahuan faktual dan konseptual berkaitan dengan apa yang disebut
“produk.” Pengetahuan prosedural merupakan spesifik atau berhubungan
erat dengan pokok-pokok bahasan atau disiplin-disiplin ilmu tertentu.
Maka, pengetahuan prosedural untuk pengetahuan mengenai keahlian
-keahlian, algoritma-algoritma, tehniktehnik, dan metode-metode yang
merupakan apesifik subjek atau spesifik disiplin ilmu
4. Pengetahuan Metakognitif
Pengetahuan metakognitif adalah pengetahuan mengenai kesadaran
secara umum sama halnya dengan kewaspadaan dan penget ahuan
tentang kesadaran pribadi seseorang. Penekanan kepada murid untuk
lebih sadar dan bertanggung jawab untuk pengetahuan dan pemikiran
mereka sendiri. Perkembangan para murid akan menjadi lebih sadar
dengan pemikiran mereka sendiri sama halnya dengan lebih banyak
12
mereka mengetahui kesadaran secara umum, (Bransford, Brown, dan
Cocking, 1999
2.1.3
Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan.
1. Pendidikan
Mubarak (2012) menjelaskan pendidikan merupakan bimbingan yang
diberikan seseorang kepada orang lain agar dapat dipahami suatu hal. Tidak
dipungkiri semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah pula mereka
menerima informasi, dan pada akhirnya pengetahuan yang dimilikinya
semakin banyak.
2. Pekerjaan
Mubarak (2012) lingkungan pekerjaan yang dapat membuat seseorang
memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak
langsung.
3. Umur
Mubarak (2012) menjelaskan dengan bertambahnya umur seseorang akan
mengalami perubahan aspek fisik dan psikologis. Secara garis besar,
pertumbuhan fisik terdiri dari perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri lama,
dan timbulnya ciri-ciri baru.
4. Minat
Mubarak (2012) berpendapat minat sebagai suatu kecenderungan atau
keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk
mencoba dan menekuni suatu hal, sehingga seseorang memperoleh
pengetahuan yang lebih mendalam.
5. Pengalaman
Mubarak (2012) menjelaskan bahwa pengalaman merupakan suatu kejadian
yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Orang cenderung berusaha melupakan pengalaman yang kurang baik dan
sebaliknya jika pengalaman tersebut menyenangkan, makan akan secara
psikologis mampu menimbulkan kesan yang sangat mendalam dan membekas
dalam emosi kejiwaan seseorang.
13
6. Kebudayaan, Sosial dan lingkungan sekitar
Mubarak (2012) menjelaskan lingkungan sangat berpengaruh dalam
membentuk pribadi atau sikap seseorang. Kebudayaan lingkungan sekitar
tempat kita hidup dan dibesarkan memiliki pengaruh besar pada pembentukan
sikap kita.
7. Informasi
Mubarak (2012) Informasi merupakan suatu yang dapat diketahui atau sebagai
kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat mempercepat seseorang
dalam mendapatkan pengetahuan yang baru.
2.1.4
Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan melalui wawancara maupun
menggunakan angket yang menanyakan isi materi yang ingin dukur dari subyek
penelitian atau responden (Notoatmojo, 2010).
2.2 Konsep Perilaku
2.2.1
Perilaku
Perilaku dari aspek biologis diartikan sebagai salah suatu kegiatan atau aktivitas
prganisme atau makhluk hidup yang bersangkutan. Skinner (1938) dalam
Notoatmojo,(2007) mendefinisikan perilaku sebagai respon atau reaksi seseorang
terrhadap stimulus (rangsangan dari luar). Ia membedakan adanya dua respons
yakni :
1. Respondent respon atau reflexive respons ialah respons yang ditimbulkan oleh
rangsangan-rangsangan tertentu. Perangsangan-perangsangan yang semacam
ini disebut eliciting stimulasi , karena menimbulkan respon-respon yang relatif
tetap.
2. Operant respons atau instrumental respons, adalah respons yang timbul dan
berkembang nya diikuti oleh perangsang tertentu. Perangsang semacam ini
disebut reinforcing stimuli atau reinforce.
Dilihat dari jenis respon terhadap stimulus ini perilaku dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu :
14
a) Perilaku tertutup (covert behavior)
Respon seseorang terhadap stimulant dalam bentuk terselubung atau
tertutup, ini masih terbatas pada reaksi perhatian, persepsi, pengetahuan
atau kesadaran dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus
tersebut, sehinggan belum dapat diamati dengan jelas oleh orang lain.
b) Perilaku terbuka (overt behavior)
Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau
terbuka, ini sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik yang dengan
mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.
2.2.2
Bentuk Perubahan Perilaku
Bentuk perubahan perilaku sangat bervariasi, sesuai dengan konsep yang
digunakan oleh para ahli dalam pemahamannya terhadap perilaku. Menurut WHO
strategi untuk memperoleh perubahan perilaku dikelompokkan menjadi 3, yaitu:
1. Menggunakan kekuatan / kekuasaan atau dorongan
Dalam hal ini perubahan perilaku dipaksakan pada sasaran atau masyarakat
sehingga ia mau melakukan (berperilaku) seperti yang diharapkan. Cara ini
akan enghasilkan perubahan perilaku yang cepat, akan tetapi perubahan
tersebut beum tentu akan berlangsung lama, karena perubahan perilaku yang
terjadi tidak atau belum berdasarkan kesadaran sendiri.
2. Pemberian informasi
Dengan memberikan informasi tentang cara pemeliharaan kesehatan, cara
menghindari penyakit, dan sebagainya akan meningkatkan pengetahuan
masyarakat tentang hal tersebut. Selanjutnya dengan pengetahuan itu akan
menimbulkan kesadaran mereka dan akhirnya akan menyebabkan orang
berprilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. Hasil atau perubahan
perilaku dengan cara ini akan memakan waktu lama, tetapi perubahan yang
dicapai kan bersifat langgeng karena didasari pada kesadaran mereka sendiri
(bukan karena paksaan).
3. Diskusi dan Partisipasi
15
Cara ini adalah sebagai peningkatan cara yang kedua. Dimana dalam
memberikan informasi tentang kesehatan tidak bersifat searah saja tetapi dua
arah. Diskusi partisipasi adalah salah satu cara yang baik dalam rangka
memberikan informasi-informasi dan pesan – pesan kesehatan.
2.3 Radiasi
2.3.1
Pengertian Radiasi sinar-x
Radiasi adalah gelombang elektromagnetik dan partikel bermuatan yang
karena energy yang dimilikinya mampu mengionisasi media yang dilaluinya
(BAPETEN 2010). Radiasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana
energi dilepaskan oleh atom-atom.
Wilhelm Conrad Rontgen ialah fisikawan Jerman yang merupakan penerima
pertama Penghargaan Nobel dalam Fisika pada tahun 1901 untuk penemuannya
pada sinar-X. Sinar-X adalah pancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis
dengan gelombang radio, cahaya tampak (visible light) dan sinar ultraviolet, tetapi
dengan panjang gelombang yang sangat pendek yaitu hanya 1/10.000 panjang
gelombang cahaya yang kelihatan.
Sinar X merupakan salah satu gelombang elektromagnetik yang mempunyai
energi relatif besar sehingga daya tembusnya tinggi, bahkan dapat menembus
lapisan logam.
2.3.2
Sumber radiasi
Semua individu menerima radiasi alami namun saat ini berbagai tes
diagnostic merupakan sumber terbesar pajanan radiasi sehingga harus dilakukan
usaha- usaha untuk mengurangi radiasi tersebut. Walaupun radiasi ionisasi
dianggap memiliki potensi bahaya, resiko ini harus dipertimbangkan selain
berbagai manfaat yang akan didapatkan oleh pasien (Pradip,2007).
Pesawat sinar-x adalah pesawat yang dipakai untuk memproduksi sinar- x.
Pesawat ini terdiri atas tabung sinar-x dan variasi rangkaian elektronik yang saling
terpisah. Sinar- x dibangkitkan dengan jalan menembaki target logam dengan
electron cepat dalam suatu tabung vakum. Electron sebagai proyektil dihasilkan
dari pemanasan filament yang juga berfungsi sebagai katoda. Filament ini
16
dipasang pada bidang cekung untuk memfokuskan electron menuju daerah sempit
pada target (anoda).
Sifat – sifat sinar- x terdiri dari :
1. Dapat menembus bahan
2. Mengalami atenuasi ketika melewati suatu medium
3. Menimbulkan radiasi sekunder ketika melewati suatu medium
4. Mampu menghitamkan emulsi film (perak biomida)
5. Keluar dari focus menurut garis lurus kesegala arah
6. Menimbulkan efek biologis, radiasi merupakan pemicu terjadinya
kanker
2.3.3
Dosis radiasi
Dosis radiasi atau paparan radiasi merupakan dosis radiasi yang diizinkan oleh
BAPETEN yang dapat diterima oleh pekerja Radiasi dan anggota masyarakat
dalam jangka waktu tertentu tanpa menimbulkan efek genetik dan somatik yang
berarti akibat pemanfaatan tenaga nuklir disebut dengan Nilai Batas Dosis (NBD).
Adapun NBD yang dimaksud berlaku untuk : (PERKA BAPETEN No. 4 Tahun
2013).
1. Pekerja Radiasi
2. Pekerja magang untuk pelatihan kerja, pelajar, atau mahasiswa yang
berumur 16 tahun sampai dengan 18 tahun
3. Anggota masyarakat.
Setiap organ atau jaringan tubuh juga mempunyai kepekaan masing-masing
terhadap radiasi. Kerusakan akibat radiasi yang diterima oleh suatu organ,
misalnya hati, juga berbeda dengan organ lain, misalnya paru-paru. Karena itu,
setiap organ juga mempunyai faktor bobot organ.
Tabel 2. 1
Nilai Faktor Bobot Organ Organ atau jaringan tubuh WT* WT**
17
Organ atau jaringan tubuh
.
WT
*
**
WT
Kelamin (gonad)
0.25
0.20
Sumsum tulang
0.12
0.12
-
0.12
Paru-paru
0.12
0.12
Lambung
-
0.12
Ginjal
-
0.05
Payudara
-
0.05
Hati
-
0.05
Kerongkongan
-
0.05
0.03
0.05
-
0.01
Tulang (Permukaan)
0.03
0.01
Dada
0.15
-
Organ sisanya
0.30
0.05
Usus besar (colon)
Kelenjar gondok
Kulit
Keterangan :
WT* : Nilai WT menurut SK No.01/Ka. BAPETEN V/-1999
WT** : Nilai WT menurut ICRP No. 60 Tahun 1990
2.3.4
Efek Radiasi
Efek radiasi pada tubuh/materi dapat menimbulkan akibat biologi melalui dua
cara yaitu secara langsung dan tak langsung. Secara langsung yaitu melalui jalur
disosiasi molekul setelah terjadinya pengionan dan eksitasi. Sementara itu secara
tak langsung yaitu melalui pembentukan radikal bebas dan peroksida hidrogen
dalam air cairan tubuh.(BATAN,2013)
Efek radiasi pengion adalah mutagenic, karsinogenik, dan teratogenik. Anakanak lebih sensitif daripada orang dewasa. Akibat buruk dari radiasi pengion
18
dikenal sebagai efek somatic apabila diderita oleh orang yang terkena radiasi dan
disebut efek herediter apabila dialami oleh keturunannya.
Efek radiasi pada tubuh/materi dapat menimbulkan akibat biologi melalui dua
cara yaitu secara langsung dan tak langsung. Secara langsung yaitu melalui jalur
disosiasi molekul setelah terjadinya pengionan dan eksitasi. Sementara itu secara
tak langsung yaitu melalui pembentukan radikal bebas dan peroksida hidrogen
dalam air cairan tubuh.(BATAN,2013)
Efek Radiasi terhadap sel tubuh manusia yang merusak DNA ini dibagi atas
dua macam berdasarkan jangka waktu setelah pemaparan yaitu efek stokastik dan
efek deterministic:
1. Efek stokastik
Efek stokastik adalah efek yang kemunculannya pada individu tidak
bisa dipastikan tetapi tingkat kebolehjadian munculnya efek tersebut dapat
diperkirakan berdasarkan data statistik yang ada. Efek stokastik berkaitan
dengan dosis rendah yang dapat muncul pada tubuh manusia dalam bentuk
kanker yang dikenal dengan kerusakan somatik atau cacat pada keturunan
yang mengakibatkan kerusakan genetik. Dalam efek stokastik tidak
dikenal dengan adanya dosis ambang. Kemunculan efek ini berlangsung
lama setelah terjadinya penyinaran dan hanya dialami beberapa orang
diantara kelompok yang menerima penyinaran. Ada empat ciri khas dari
efek stokastik :
a) Tidak mengenal dosis ambang
b) Timbulnya efek setelah melalui masa tunda yang lama
c) Keparahannya tidak bergantung pada dosis radiasi
d) Tidak ada penyembuhan spontan
Timbulnya efek stokastik dapat dikurangi dengan menurunkan
penurunan dosis, tetapi efek stokastik tidak dapat dihindari sepenuhnya
karena diasumsikan efek ini dapat terjadi pada setiap nilai dosis radiasi
sekalipun sangat rendah. Contoh berupa kanker dan efek pewarisan.
2. Efek Deterministik
19
Efek deterministik adalah efek yang berkaitan dengan paparan radiasi
dosis tinggi yang kemunculannya dapat langsung dilihat atau dirasakan
oleh individu yang terpapar radiasi. Efek tersebut dapat muncul seketika
hingga beberapa minggu setelah penyinaran. Efek ini mengenal adanya
dosis ambang. Jadi hanya radiasi dengan dosis tertentu yang dapat
menimbulkan efek deterministik, radiasi dengan dosis di bawah dosis
ambang tidak akan menimbulkan efek deterministik tertentu. Sebagai
contoh dari efek deterministik ini adalah erythema kulit ( kulit memerah )
karena terkena paparan radiasi sebesar 3.000 – 6.000 mSv, atau
kerontokan rambut.
Efek deterministik ini dicirikan oleh hubungan sebab akibat yang
bersifat pasti antara dosis yang diterima (sebab) dengan efek yang
ditimbulkannya( akibat). Efek ini termasuk dalam kelompok efek segera,
dengan masa tunggu pemunculannya tergantung pada dosis yang diberikan
pada suatu sistem biologi bersangkutan. Ada empat ciri khas mengenai
efek deterministik ini adalah:
a) Mempunyai dosis ambang,
b) Umumnya timbul beberapa saat setelah penerimaan dosis radiasi,
c) Dapat dilakukan penyembuhan spontan bergantung pada tingkat
keparahannya; serta keparahan efek deterministik bergantung pada dosis
radiasi yang diterima.
Kemunculan efek ini juga ditandai dengan munculnya keluhan baik
umum maupun lokal namun sulit dibedakan dengan penyakit – penyakit
lainnya. Keluhan umum bisa berupa : nafsu makan berkurang, mual, lesu,
lemah, demam, keringat berlebihan hingga menyebabkan terjadinya shock.
Sedangkan keluhan lokal yang biasanya muncul adalah erythema atau
kulit memerah, pedih, gatal, bengkak, melepuh, memborok, dan
kerontokan rambut kulit.
2.3.5
Prinsip Penggunaan Radiasi
20
Dalam penggunaan radiasi untuk berbagai keperluan ada ketentuan yang harus
dipatuhi untuk mencegah penerimaan dosis yang tidak seharusnya terhadap
seseorang. Ada 3 prinsip yang telah direkomendasikan oleh International
Commision Radiological Protection (ICRP) untuk dipatuhi, yaitu:
1. Justifikasi
Setiap pemakaian zat radioaktif atau sumber lainnya harus didasarkan
pada azaz manfaat. Suatu kegiatan yang mencakup paparan atau potensi
paparan hanya disetujui jika kegiatan itu akan menghasilkan keuntungan yang
lebih besar bagi individu atau masyarakat dibandingkan dengan kerugian atau
bahaya yang timbul terhadap kesehatan.
2. Limitasi dosis
Limitasi Dosis yaitu penerapan nilai batas dosis. Nilai Batas Dosis (NBD)
adalah dosis terbesar yang diizinkan oleh BAPETEN yang dapat diterima oleh
pekerja Radiasi dan anggota masyarakat dalam jangka waktu tertentu tanpa
menimbulkan efek genetik dan somatik yang berarti akibat pemanfaatan
tenaga nuklir.
3. Optimisasi
Semua penyinaran harus diusahakan serendah-rendahnya (as low as
reasonably achieveable – ALARA) dengan mempertimbangkan faktor
ekonomi dan sosial. Kegiatan pemanfaatan tenaga nuklir harus direncanakan
dan sumber radiasi harus dirancang dan dioperasikan untuk menjamin agar
paparan radiasi yang terjadi dapat ditekan serendah-rendahnya. Tindakan
proteksi dan keselamatan radiasi yang diperlukan untuk bekerja di daerah
pengendalian meliputi:
a) Menandai dan membatasi Daerah Pengendalian yang ditetapkan dengan
tanda fisik yang jelas atau tanda lainnya;
b) Memasang atau menempatkan tanda peringatan atau petunjuk pada titik
akses dan lokasi lain yang dianggap perlu di dalam Daerah Pengendalian;
c) Memastikan akses ke Daerah Pengendalian hanya untuk Pekerja Radiasi;
dan pengunjung yang masuk ke Daerah Pengendalian didampingi oleh
Petugas Proteksi Radiasi;
21
d) Menyediakan peralatan pemantauan dan peralatan protektif radiasi
Menyediakan sarana pada pintu keluar Daerah Pengendalian yang
meliputi:
1) Peralatan pemantauan kontaminasi kulit dan pakaian
2) Peralatan pemantau kontaminasi terhadap benda atau zat yang
dipindahkan dari Daerah Pengendalian
3) Fasilitas mencuci dan mandi untuk dekontaminasi
4) Tempat penyimpanan untuk peralatan dan peralatan protektif radiasi
yang terkontaminasi
2.4 Kepatuhan
2.4.1. Pengertian Kepatuhan
Menurut David G Mayer (2012) kepatuhan merupakan perubahan perilaku atau
kepercayaan seseorang sebagai dari akibat adanya tekanan kelompok yang terdiri
dari pemenuhan dan penerimaan, serta mengikuti peraturan atau perintah langsung
yang diberikan kepada suatu kelompok maupun individu. Kepatuhan (Obedience)
didefinisikan sebagai perubahan perilaku seseorang untuk mengikuti permintaan
atau perintah orang lain.
Kepatuhan akan menghasilkan perubahan perilaku seseorang yang sementara
dan cenderung akan kembali ke perilaku semula jika pengawasan kelompok
mengendur ataupun jika ia pindah dari kelompoknya, karena perubahan sikap dan
perilaku seseorang dimulai dari tahap kepatuhan, identifikasi, lalu menjadi
internalisasi. Tahap dari kepatuhan adalah mula- mula individu mematuhi anjuran
maupun instruksi yang ada untuk melaksanakan suatu tindakan tanpa kerelaan,
tindakan itu dilakukan karena ada rasa takut mendapatkan sanksi atau hukuman
sehingga berakibat kehilangan imbalan.
Kepatuhan menggunakan APD
bila memasuki suatu tempat kerja yang
berbahaya, bukan hanya berlaku bagi tenaga kerja saja,, melainkan juga bagi
pimpinan perusahaan, pengawas lapangan, supervisor,dan bahkan berlaku untuk
siapa saja yang memasuki tempat kerja tesebut. Dengan demikian, pimpinan
22
perusahan dan supervisor harus memberikan contoh yang baik kepada pekerja, yaitu
mereka harus selalu memakai APD yang diwajibkan bila memasuki tempat yang
dinyatakan berbahaya. Dengan demikian, para pekerja akan merasa bahwa
pimpinan mereka sangat disiplin dan perhatian dengan masalah Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (Tarwaka,2014).
Faktor yang juga mempengaruhi sikap dari pemakaian Alat Pelindung Diri
meliputi :
1.
Pendidikan
Menurut Notoatmojo (2010), menyebutkan pendidikan adalah setiap
usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan anak didik yang
menuju kedewasaan. Pendidikan seseorang menentukan luasnya pengetahuan
seseorang dimana orang yang berpendidikan rendah sangat sulit menerima
sesuatu yang baru. Hal ini secara tidak langsung berpengaruh terhadap perilaku
pekerja.Program pendidikan pekerja dalam bidang kesehatan dan keselamatan
kerja dapat memberikan landasan yang mendasar sehingga memerlukan
partisipasi secara efektif dalam menemukan sendiri pemecahan masalah di
tempat kerja. Pendidikan yang dirmaksud dalam hal ini merupakan pendidikan
formal yang diperoleh di bangku sekolah.
2.
Masa Kerja
Teori dari Max Weber menyatakan bahwa seseorang individu akan
melakukan suatu tindakan berdasarkan pengalamannya. Petugas kesehatan yang
berpengalaman akan melakukan tindakan sesuai kebiasaan yang telah
diterapkan setiap harinya berdasarkan dari pengalaman yang di dapat selama
bekerja.
3.
Usia
Menurut Gibson (1987) dalam Hidayat A (2007), faktor usia merupakan
variabel individu, secara prinsip bahwa seseorang bertambah usianya akan
23
bertambah kedewasaannya dan semakin banyak menyerap informasi yang akan
mempengaruhi perilakunya.
4.
Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2005), pengetahuan merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior).
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menanyakan tentang isi materi yang diukur dari subyek penelitian atau
responden. Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan hal ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera mata dan telinga. Pengetahuan merupakan hasil tahu yang
terjadi setelah orang melakukan penginderaan dengan panca inderanya terhadap
suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui
mata dan telinga (Notoatmodjo,2005).
2.4.2. Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri
Salah satu perilaku kepatuhan adalah menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)
yang benar. Seperti dituliskan oleh Geller, kepatuhan merupakan salah satu bentuk
perilaku yang dapat dipengaruhi oleh factor internal maupun eksternal. Kepatuhan
menggunakan APD memiliki peran yan gpenting dalam menciptakan keselamatan
di tempat kerja. Tidak patuh dalam menggunakan APD adalah salah satu perilaku
tidak aman yang sering dilakukan di tempat kerja ; seperti memberikan factor
eksposi yang tidak sesuai, melepas alat pengaman, mengoperasikan mesin dengan
tidak sesuai.
Petugas akan patuh bila petugas merasakan upaya perlindungan diri dari
keterpaparan dari berbagai infeksi ataupun pencemaran merupakan kebutuhan yang
disaradari
manfaatnya.
Hal
ini
biasanya
dipengaruhi
oleh
karakteristik,
pengetahuan, sikap, serta keyakinan petugas terhadap hal yang berkaitan dengan
pentingnya penerapan kewaspadaan universal.
Kepatuhan yang berkaitan dengan penggunaan APD, pada pekerja dibagian
radiologi adalah segala tindakan yang sesuai dengan prosedur kerja, dalam
melaksanakan pekerjaanya di bidang radiologi. Kepatuhan mengacu pada derajat
24
kesuksesan pekerja dalam melakukan usaha preventif yang difasilitasi oleh pihak
rumah sakit. Sedangkan ketidakpatuhan mengacu pada kealpaan, ketidakpahaman
pekerja tentang cara-cara menggunakan APD yang baik dan benar, sehingga pekerja
tidak menggunakan APD secara tepat atau tidak sama sekali menggunakan APD.
Ketidakpatuhan terhadap penggunaan APD mengakibatkan kecelakaan yang tinggi.
Menurut (Tejowati,2012) kepatuhan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya :
1.
Kebiasaan yang dibawa sejak kecil
Individu yang sejak kecil sudah terbiasa untuk patuh terhadap suatu aturan
akan lebih patuh dibandingkan dengan mereka yang suka melanggar aturan.
2.
Motivasi
Tingkat kepatuhan individu yang termotivasi akan lebih lama bertahan dari pada
individu yang tidak termotivasi.
3.
Percaya Diri (Self Confidence)
Individu yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi akan lebih patuh daripada
individu yang kurang percaya diri, karena individu yang memiliki self
confidence yang tinggi tercermin dari persepsi yang positif terhadap sebuah
permasalahan.
4.
Lingkungan sekitarnya
Individu yang memiliki dukungan / interaksi dari lingkungan sekitar termaksuk
rekan kerja dan supervisornya akan membuat lebih patuh dibandingkan bila
tidak adanya dukungan dari rekan kerjanya.
5.
Pendidikan
Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang
diberikan kepada anak didik menuju kedewasaan. Dari pernyataan tersebut,
dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh besar
terhadap pola berfikir dan pemahaman seseorang terhadap suatu permasalahan
dan dapat mempengaruhi cara berfikir dalam menghadapi pekerjaan, menerima
latihan kerja dan cara menghindari kecelakaan kerja.
6.
Pengetahuan
25
Keterampilan yang terdiri dari pengetahuan, kemampuan, kecakapan,
interpersonal akan mempengaruhi perilaku.
7.
Sikap
Sikap merupakan respon yang masih tertutup dari individu terhadap suatu
stimulasi atau objek.pembentukan sikap dipengaruhi oleh 3 faktor akan
membentuk sikap utuh, yaitu kepercayaan ide dan konsep suatu objek,
kehidupan emosional dan kecenderungan untuk bertindak.
8.
Pelatihan
Pelatihan adalah proses mengajar keterampilan yang dibutuhkan untuk
melakukan pekerjaan. Mereka harus mengetahui apa yang harus dilakukan atau
dikerjakan agar sesuai dengan standar pekerjaan yang ada sehingga
menghasilkan pekerjaan yang efektif dan efisien.
9.
Pengalaman kerja
Adanya pengalaman kerja ini merupakan bekal yang sangat baik untuk
memperbaiki kinerja seseorang. Dengan demikian lama seseorang melakukan
suatu pekerjaan maka semakin banyak pengalaman yang dapat dijadikan
pedoman untuk memperbaiki kinerjanya.
10.
Pengawasan
Pengawasan merupakan bagian dari proses pengendalian untuk memastikan
agar pelaksanaan pelayanan sesuai dengan standar yang diharapkan.
2.4.3. Faktor –Faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan
Faktor – faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan dapat digolongkan menjadi
4 bagian menurut Niven (2002) antara lain :
1. Pemahaman tentang instruksi
Tak seorang pun dapat mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang instruksi
yang diberikan kepadanya.
2. Kualitas interaksi
Kualitas interaksi antara profesional kesehatan merupakan bagian yang penting
dalam menentukan derajat kepatuhan.
3. Isolasi social dan keluarga
26
Keluarga dapat menjadi factor yang sangat berpengaruh dalam menentukan
keyakinan dan nilai kesehatan individu serta juga dapat menentukan tentang
program pengobatan yang dapat mereka terima.
4. Keyakinan, sikap dan kepribadian
Becker et al (1979) dalam Niven (2002) telah membuat suatu usalan bahwa
model
keyakinan
kesehatan
berguna
untuk
memperkirakan
Tenaga
Kerja
dan
adanya
ketidakpatuhan.
2.5. Alat Pelindung Diri
2.5.1. Pengertian Alat Pelindung Diri (APD)
Menurut
Peraturan
Menteri
Transmigrasi
RI
No.8/MEN/VII/2010, Alat Pelindung Diri (APD) didefinisikan sebagai alat yang
mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi
sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja.
Menurut OSHA atau Occupational Safety and Health Administration, personal
protective equipment atau
Alat Pelindung Diri (APD) dalam Nindiasa (2011)
mendefinisikan APD adalah alat yang digunakan untuk melindungi pekerja dari
luka atau penyakit yang diakibatkan oleh adanya kontak dengan bahaya (hazards) di
tempat kerja, baik yang bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan
lainnya.
Menurut Budiono A,M,dkk (2003) APD adalah seperangkat alat yang digunakan
tenaga kerja untuk melindungi sebagian atau seluruh tubuhnya dari adanya potensi
bahaya atau kecelakaan kerja. APD tidak secara sempurna dapat melindungi
tubuhnya, tetapi dapat mengurangi tingkat keparahan yang terjadi. Pengendalian ini
sebaiknya tetap dipadukan dan sebagai pelengkap pengendalian teknis maupun
pengendalian administratif.
Dalam hirarki hazard control atau pengendalian bahaya, penggunaan alat
pelindung diri merupakan metode pengendali bahaya paling akhir. Artinya, sebelum
memutuskan untuk menggunakan alat pelindung diri, metode-metode lain harus
27
dilalui terlebih dahulu, dengan melakukan upaya optimal agar bahaya bisa
dihilangkan atau paling tidak dikurangi.
Dapat disimpulkan Alat Pelindung Diri(APD) adalah seperangkat alat
keselamatan yang digunakan pekerja untuk melindungi sebagian atau seluruh tubuh
dari potensi bahaya di tempat kerja.
2.5.2. Dasar Hukum Alat Pelindung Diri (APD)
Penggunaan Alat Pelindung Diri ditempat kerja telah diatur melalui perundangundangan yaitu :
1.
Undang-undang No.1 tahun 1970
a) Pasal 3 ayat (1) butir f: Dengan peraturan perundangan ditetapkan
syarat-syarat untuk memberikan APD.
b) Pasal 9 ayat (1) butir c: Pengurus diwajibkan menunjukkan dan
menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang APD.
c) Pasal 12 butir b: Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan
atau hak tenaga kerja untuk memakai APD.
d) Pasal 14 butir c: Pengurus diwajibkan menyediakan APD secara cumacuma
2.
Permenakertrans no.per.01/MEN/1981
Pasal 4 ayat (3) menyebutkan kewajiban pengurus menyediakan alat
pelindung diri dan wajib bagi tenaga kerja untuk menggunakannya untuk
pencegahan penyakit akibat kerja.
3.
Permenakertrans No.per.03/MEN/1982
Pasal 2 butir I menyebutkan memberikan nasehat mengenai
perencanaan dan pembuatan tempat kerja, pemilihan alat pelindung diri
yang diperlukan dan gizi serta penyelenggaraan makanan ditempat kerja.
4.
Permenakertrans no.per.03/Men/1986
Pasal 2 ayat (2) menyebutkan tenaga kerja yang mengelola Pestisida
harus memakai alat-alat pelindung diri yg berupa pakaian kerja, sepatu
28
lars tinggi, sarung tangan, kacamata pelindung atau pelindung muka dan
pelindung pernafasan.
2.5.3. Pemilihan dan Persyaratan Alat Pelindung Diri (APD)
Menurut Ridley (2006), dalam menentukan Alat Pelindung Diri (APD), perlu
disesuaikan dengan persyaratan yang ada mengenai alat pelindung diri, yaitu :
1.
Sesuai dengan bahaya yang dihadapi
2.
Memiliki konstruksi yang kuat
3.
Terbuat dari material yang tahan terhadap bahaya tersebut
4.
Nyaman digunakan
5.
Alat Pelindung Diri (APD) tidak mendatangkan bahaya tambahan bagi
pemakainya
6.
Alat Pelindung Diri (APD) harus memenuhi standar yang ada
7.
Tidak mengganggu kerja operator
Menurut ketentuan Balai Hiperkes, syarat-syarat Alat Pelindung Diri adalah :
1.
APD harus dapat memberikan perlindungan yang adekuat terhadap
bahaya yang spesifik atau bahaya yang dihadapi oleh tenaga kerja.
2.
Berat alat hendaknya seringan mungkin dan alat tersebut tidak
menyebabkan rasa ketidaknyamanan yang berlebihan.
3.
Alat harus dapat dipakai secara fleksibel
4.
Bentuknya harus cukup menarik.
5.
Alat pelindung tahan untuk pemakaian yang lama.
6.
Alat tidak menimbulkan bahaya-bahaya tambahan bagi pemakainya yang
dikarenakan bentuk dan bahayanya yang tidak tepat atau karena salah
dalam menggunakannya.
7.
Alat pelindung harus memenuhi standar yang telah ada.
8.
Alat tersebut tidak membatasi gerakan dan persepsi sensoris pemakainya.
9.
Suku cadangnya harus mudah didapat guna mempermudah
pemeliharaannya.
29
2.5.4. Jenis- Jenis dan Funsi Alat Pelindung Diri (APD)
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor
Per.08/MEN/VII/2010 Tentang Jenis dan Fungsi Alat Pelindung Diri (APD) bagi
tenaga kerja sebagai berikut :
1.
Alat Pelindung Kepala
Tujuan dari penggunaan alat ini adalah melindungi kepala dari bahaya
terbentur dengan benda tajam atau keras yang menyebabkan luka tergores,
terpotong, tertusuk, terpukul oleh benda jatuh, melayang dan meluncur,
juga melindungi kepala dari panas radiasi, sengatan arus listrik, api,
percikan bahan-bahan kimia korosif dan mencegah rambut rontok dengan
bagian mesin yang berputar Jenisnya berupa topi pengaman yang terbuat
dari plastik, fiberglass, bakelite.
2.
Alat Pelindung Mata
Masalah pencegahan yang paling sulit adalah kecelakaan pada mata, oleh
karena biasanya tenaga kerja menolak untuk memakai pengaman yang
dianggapnya mengganggu dan tidak enak dipakai. Kaca mata pengaman
diperlukan untuk melindungi mata dari kemungkinan kontak dengan
bahaya karena percikan atau kemasukan debu, gas, uap, cairan korosif
partikel melayang, atau kena radiasi gelombang elektromagnetik.
3.
Alat Pelindung Muka
Alat Pelindung Muka digunakan untuk mencegah terkenanya muka oleh
partikel-partikel yang dapat melukai muka seperti terkena percikan logam
pada saat melakukan pengelasan. Alat pelindung muka sekaligus pula
dapat melindungi mata. Alat pelindung muka yang biasa digunakan berupa
tameng muka atau perisai muka seperti goggles, helm pengelas dan topi
penutup.
4.
Alat Pelindung Telinga
Hilangnya pendengaran adalah kejadian umum di tempat kerja dan sering
dihiraukan karena gangguan suara tidak mengakibatkan luka. Alat
pelindung telinga bekerja sebagai penghalang antara bising dan telinga
30
dalam. Selain itu, alat ini melindungi pemakainya dari bahaya percikan api
atau logam panas misalnya pada saat pengelasan. Alat pelindung telinga
dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
a) Sumbat telinga
Alat ini memberikan perlindungan yang paling efektif karena langsung
dimasukkan ke dalam telinga
b) Tutup telinga
Alat ini dipakai di luar telinga dan penutupnya terbuat dari sponge
untuk memberikan perlindungan yang baik.
5.
Alat Pelindung Pernafasan
Secara umum alat pelindung pernafasan dapat dibedakan menjadi 2
alat yaitu;
a. Respirator,
yang
berfungsi
membersihkan
udara
yang
telah
terkontaminasi yang akan dihirup oleh pemakainya.
b. Breathing Apparatus, yang mensuplay udara bersih atau oksigen
kepada pemakainya,
6.
Alat Pelindung Tangan
Alat Pelindung Tangan merupakan alat yang paling banyak digunakan
karena kecelakaan pada tangan adalah yang paling banyak dari seluruh
kecelakaan yang terjadi di tempat kerja. Pekerja harus memakai pelindung
tangan ketika terdapat kemungkinan terjadinya kecelakaan seperti luka
tangan karena benda-benda keras, luka gores, terkena bahan kimia
berbahaya, luka sengatan dan lain-lainnya.
7.
Alat Pelindung Kaki
Sepatu keselamatan kerja dipakai untuk melindungi kaki dari bahaya
kejatuhan benda-benda berat, terinjak benda yang berputar melalui kaki,
kepercikan larutan asam dan basa yang korosif atau cairan panas,
menginjak benda tajam. Sepatu pelindung dan boot harus memiliki ujung
sepatu yang terbuat dari baja dan solenya dapat menahan kebocoran.
31
Ketika bekerja di tempat yang mengandung aliran listrik, maka harus
digunakan sepatu tanpa logam yang dapat menghantarkan aliran listrik.
Jika bekerja di tempat biasa maka harus vdigunakan sepatu yang tidak
mudah tergelincir, sepatu yang terbuat dari karet harus digunakan ketika
bekerja dengan bahan kimia.
8.
Pakaian Pelindung
Pakaian pelindung dapat berbentuk APRON yang menutupi sebagian dari
tubuh yaitu mulai dari dada sampai lutut dan overalla yang menutup
seluruh
badan.
Pakaian
pelindung
digunakan
untuk
melindungi
pemakainya dari percikan cairan, api, larutan bahan kimia korosif dan oli,
cuaca kerja (panas, dingin, dan kelembapan). APRON dapat dibuat dari
kain, kulit, plastik, karet, asbes atau kain yang dilapisi aluminium. Perlu
diingat bahwa APRON tidak boleh dipakai di tempat-tempat kerja yang
terdapat mesin berputar.
2.5.5. Jenis Alat Pelindung Diri (APD) di Radiologi
Dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir No.8 Tahun 2011
Tentang Keselamatan Radiasi Dalam Penggunaan Pesawat Sinar-x Radiologi
Diagnostik dan Intervensional pasal 35 ayat 3 menyebutkan bahwa perlengkapan
proteksi radiasi meliputi; peralatan pemantau dosis perorangan serta peralatan
protektif radiasi. Alat pelindung diri atau perlengkapan proteksi yang biasa
digunakan oleh pekerja radiasi yaitu ;
1.
Personal Monitor
Personal Monitor atau dosimeter personal digunakan untuk mengetahui
dosis radiasi secara akumulasi sehingga pekerja tersebut dapat
membandingkan dengan nilai batas akumulasi dosis yang telah ditentukan
untuk pekerja radiasi. Dosimeter perorangan yang saat ini digunakan
secara luas untuk pemantauan dosis perorangan pekerja radiasi adalah :
Film badge adalah alat yang berbentuk khusus untuk mengukur radiasi
yang sensitive terhadap radiasi sinar-x, yang dilengkapi dengan beberapa
32
saringan radiasi (filter). Untuk mengetahui jenis radiasi atau energi radiasi
yang mempengaruhi film badge digunakan beberapa filter yang terpasang
pada holder (tempat film badge).
2.
Apron Proteksi Tubuh
Apron proteksi tubuh yang digunakan untuk pemeriksaan radiografi atau
fluoroskopi dengan tabung puncak sinar x hin gga 150 kVp harus
menyediakan sekurang – kurangnya setara 0,5 mm lempengan Pb.Tebal
kesetaraan timah hitam harus diberi tanda secara permanen dan jelas pada
apron tersebut.
3.
Gonad Shield
Penahan radiasi gonad jenis kontak yang digunakan untuk radiologi
diagnostik rutin harus mempunyai lempengan Pb, tebal sekurang kurangnya setara 0,25 mm dan hendaknya mempunyai tebal setara
lempengan Pb 0,5 mm pada 150 Kvp. Proteksi ini harus dengan ukuran
dan bentuk yang sesuai untuk mencegah gonad secara keseluruhan dari
paparan berkas utama.
4.
Sarung Tangan Proteksi
Sarung tangan proteksi yang digunakan untuk fluoroskopi harus
memberikan kesetaraan atenuasi sekurang – kurangnya 0,25 mm Pb pada
150 kVp.Proteksi ini harus dapat melindungi secara keseluruhan,
mencakup jari dan pergelangan tangan.
5.
Penahan Radiasi Thyroid
Penahan Radiasi Thyroid digunakan untuk melindungi bagian leher dan
harus mempunyai lempengan Pb setebal 0.5 mm pada 150 kVp.
6.
Kacamata Anti Radiasi (Ray Protective Glasses)
33
Kacamata anti radiasi digunakan
untuk
melindungi bagian mata dan
mempunyai lempengan Pb setebal 0.5 mm pada 150 kVp.
7.
Penahan Radiasi
Penahan radiasi di Instalansi Radiologi ada 2 macam, diantaranya adalah :
a)
Penahan radiasi yang ditempatkan di antara operator atau panel
control dan tabung sinar-X. Fungsinya adalah untuk melindungi
operator dari radiasi bocor dan hamburan. Penahan radiasi harus
mempunyai ketebalan minimum yang setara dengan 1,5 mm Pb.
b)
Jendela
pengamatan
yang
terpasang
Jendela pengamatan harus mempunyai
di
penahan
ketebalan
radiasi.
yang setara
dengan 1,5 mm Pb. Ketebalan yang setara dengan Pb tersebut
harus tertera pada penahan radiasi dan jendela pengamat atau kaca
intip.
2.6. Kerangka Berfikir
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap sutu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera
manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan alat pelindung diri (APD) adalah pengetahuan seseorang yang
mempunyai kemampuan untuk melindungi dirinya dari potensi atau resiko bahaya yang
akan terjadi dalam pekerjaan. Untuk mengisolasi tenaga kerja dari bahaya di tempat
kerja, APD digunakan sebagai cara terakhir untuk melindungi pekerja dari potensi
bahaya yang ada apabila pengendalian engineering dan administrative telah dilakukan
atau tidak mungkin dilakukan / dalam keadaan darurat. APD tidak dapat
menghilangkan ataupun mengurangi bahaya yang ada, APD hanya mengurangi jumlah
kontak dengan bahaya dengan menempatkan penghalang antara pekerja dengan bahaya.
Alasan memilih alat pelindung diri adalah mengetahui jenis alat pelindung diri
apa saja yang akan digunakan dan mengetahui resiko dan potensi bahaya apa saja
apabila tidak memilih dengan tepat alat pelindung diri yang akan digunakan sesuai
34
dengan kebutuhan. Kaitan perilaku dengan alat pelindung diri, seseorang memilih alat
pelidung diri tertentu karena melihat resiko dan potensi bahaya yang akan terjadi
dilingkungan kerja tersebut. Pemilihan alat pelindung diri adalah suatu tindakan yang
dilakukan untuk melihat pemilihan APD yang akan digunakan dilingkungan kerja
sesuai dengan resiko dan potensi bahaya yang akan terjadi dilingkungan tersebut.
Pengetahuan
Sikap
Tersedianya Tersedianya
sarana / prasarana
Kepatuhan Penggunaan APD
Perilaku
Pelatihan
= Di teliti
= Tidak di teliti
Sumber : Modifikasi teori Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2010)
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir
35
36
2.7.
Penelitian Terkait
2.8.
2.9.
Table 2.2
Penelitian yang terkait
1.4. N
o.
1.
1.5. Nama
1.6. Judul
1.7. Variabel
1.8.
Hasil
Penelitian
Yuli
1.10.
Hendra, Margo
Utomo dan Trixie
Salawati (2011)
1.11.
Beber
apa factor yang
1.12.
V
ariabel dependen
berhubungan dengan :praktik
praktik pemakaian
Alat Pelindung Diri
(APD) pada
Radiografer di
1.15.
Hasil
penelitian
ini
menunjukan Radiografer yang tidak patuh me
menggunakan APD 96,8 % dan tidak ada res
pemakaian APD
hubungan yang bermakna antara umur p = sur
V
0,484 pendidikan p = 1,000 pelatihan p = cro
1.13.
ariabel
1,000 masa kerja 0,387 dengan praktik
indpenden :
penggunaan APD
Instalasi Radiologi 4 umur,
Rumah Sakit di Kota pendidikan,
Semaang
pelatihan, masa
kerja,
keberadaan
protap
1.14.
2.
1.17.
Meld
1.18.
Perila
a Dumaria
ku penggunaan Alat
Simanjuntak (2004)
Pelindung Diri
1.19.
V
1.21.
Hasil
penelitian
ariabel dependen
menunjukkan bahwa berpengetahuan baik ber
: perilaku
80%, sikap sedang 7-0% dan 80% yang ben
(APD) pada petugas
penggunaan alat
memiliki tindakan sedang. Penggunaan alat
Instalasi Radiologi
pelindung diri
pelindung diri berdasarkan oservasi masih
(APD)
belum digunakan dengan disiplin dan sesuai
RSU.Dr.Pirngadi
Medan
1.20.
V
dengan prosedur.
ariabel
independen :
pelatihan ,
ketersediaan
APD, SMK3,
3.
1.23.
Tejo
1.24.
Hubu
wati Dwiastuti
ngan antara
(2012)
pengetahuan tentang
resiko potensi
bahaya radiasi dan
kepatuhan
penggunaan alat
pengawasan RS
1.25.
V
1.27.
Hasil
Penelitian
ariabel dependen
menunjukkan bahwa Sebagian besar pekerja ini
: kepatuhan
radiasi berjenis kelamin laki-laki13 orang den
penggunaan alat
(52%), rata-rata umur responden lebih dari
pelindung diri.
40 tahun (40%), berlatar pendidikan D3
1.26.
V
(48%), dengan masa kerja kurang dari 10
ariabel
tahun (40%) dan sebagian besar pekerja
pelindung diri
independen :
radiasi pernah mengikuti pelatihan yaitu 15
(APD) pada pekerja
resiko bahaya
orang (60%). Skor Rata-rata pengetahuan
radiasi, manfaat
tentang risiko potensi bahaya radiasi sebesar
radiasi di bagian
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Pengetahuan
2.1.1
Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia terdiri dari sejumlah
fakta dan teori yang memungkinkan seseorang untuk memecahkan masalah yang
dihadapinya . Pengetahuan adalah hasil dari kondisi tahu yang akan terjadi setelah
seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek. Penginderaan terjadi
melalui panca indra manusia, yaitu : penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa
dan raba. (Notoatmodjo, 2010).
2.1.2
Tingkatan Kognitif Pengetahuan
Tingkat pengetahuan di Dalam Domain kognitif dibagi menjadi enam
tingkatan (Notoatmodjo, 2010) yaitu:
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali
(recall) suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima, oleh sebab itu ini merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah.
2. Memahami (komprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi
harus
dapat
menjelaskan,
menyebutkan
contoh,
menyimpulkan,
meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
3. Aplikasi
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi di sini dapat
8
9
diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,
prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4. Analisis
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur
organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis
ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan
(membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan
sebagainya.
5. Sintesis
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru, dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada, misalnya dapat
menyusun,
dapat
merencanakan,
dapat
meringkaskan,
dapat
menyesuaikan, dan sebagainnya terhadap suatu teori atau rumusanrumusan yang telah ada.
6. Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu meteri atau objek. Penilaian didasarkan pada
suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria - kriteria
yang telah ada.
Menurut Anderson & Krathwohl dalam Suwarto (2010), dimensi pengetahuan
terdiri dari: empat jenis: (1) pengetahuan faktual, (2) pengetahuan konseptual, (3)
pengetahuan prosedual, (4) pengetahuan metakognitif. Perbedaan antara
pengetahuan faktual dan pengetahuan konseptual perlu dijelaskan disini. Perlu
pembedaan
antara
pengetahuan
elemen-elemen
kandungan
yang
tidak
berkembang/tertutup dan terpisah (contohnya istilah-istilah dan fakta-fakta)
dengan pengetahuan bagian -bagian pengetahuan yang lebih tersusun dan lebih
luas (contohnya konsep -konsep, prinsip-prinsip, model-model, atau teori-teori).
10
1. Pengetahuan Faktual
Pengetahuan faktual meliputi elemen -elemen dasar yang para ahli
gunakan dalam menyampaikan disiplin ilmu akademis mereka,
memahaminya, dan mengaturnya secara sistematis. Elemen-elemen ini
biasanya dapat diberikan pada orang-orang yang bekerja pada beragam
bentuk disiplin dimana elemen -elemen tersebut disajikan; mereka
memerlukan sedikit atau tidak ada perubahan dari elemen atau penerapan
yang digunakan pada elemen lainnya. Pengetahuan faktual berisi eleme
n-elemen dasar yang harus diketahui para murid jika mereka akan
dikenalkan dengan suatu disiplin atau untuk memecahkan masalah
apapun di dalamnya. Elemen -elemen biasanya merupakan simbolsimbol
yang berkaitan dengan beberapa referensi konkret, atau “benang -benang
simbol” yang menyampaikan informasi penting. Sebagian terbesar,
pengetahuan faktual muncul pada level abstraksi yang relatif rendah. Dua
bagian jenis pengetahuan faktual adalah pengetahuan terminologi dan
pengetahuan detail -detail dan elemen-elemen yang spesifik
2. Pengetahuan Konseptual
Pengetahuan konseptual meliputi skema-skema, model-model mental,
atau teoriteori eksplisit dan implisit dalam model-model psikologi
kognitif yang berbeda. Skema - skema, model-model dan teori-teori ini
menunjukkan pengetahuan yang seseorang miliki mengenai bagaimana
pokok bahasan tertentu diatur dan disusun, bagaimana bagia nbagian atau
potongan-potongan informasi yang berbeda saling berhubungan dan
berkaitan dalam suatu cara yang lebih sistematis, bagaimana bagian
-bagian ini berfungsi bersama-sama. Pengetahuan konseptual meliputi
tiga jenis: pengetahuan klasifikasi dan kategori, pengetahuan prinsip dan
generalisasi , dan pengetahuan model, teori, dan struktur. Klasifikasiklasifikasi dan kategori-kategori membentuk dasar untuk prinsip dan
generalisasi. Hal ini, pada gilirannya, membentuk dasar untuk teori -teori,
model-model, dan struktur-struktur
11
3. Pengetahuan Prosedural
Pengetahuan prosedural adalah “pengetahuan mengenai bagaimana”
melakukan sesuatu. Hal ini dapat berkisar dari melengkapi latihan
-latihan yang cukup rutin hingga memecahkan masalah-masalah baru.
Pengetahuan prosedural sering mengambil bentuk dari suatu rangkaian
langkah-langkah yang akan diikuti. Hal ini meliputi pengetahuan
keahlian-keahlian, algoritma-algoritma, tehnik-tehnik, dan metodemetode secara kolektif disebut sebagai prosedur-prosedur (Alexander,
Schallert, dan Hare, 1991; Anderson, 1983; deJong dan Ferguson-Hessler,
1996; Dochy dan Alexander, 1995).
Pengetahuan prosedural juga meliputi pengetahuan mengenai kriteria
yang digunakan untuk menentukan kapan menggunakan beragam
prosedur. Sementara pengetahuan faktual dan pengetahuan konseptual
menyajikan pengetahuan “apa”, pengetahuan prosedural menekankan
pada
“bagaimana”.
Dengan
kata
lain,
pengetahuan
prosedural
mencerminkan pengetahuan dari “proses” yang berbeda, sementara
pengetahuan faktual dan konseptual berkaitan dengan apa yang disebut
“produk.” Pengetahuan prosedural merupakan spesifik atau berhubungan
erat dengan pokok-pokok bahasan atau disiplin-disiplin ilmu tertentu.
Maka, pengetahuan prosedural untuk pengetahuan mengenai keahlian
-keahlian, algoritma-algoritma, tehniktehnik, dan metode-metode yang
merupakan apesifik subjek atau spesifik disiplin ilmu
4. Pengetahuan Metakognitif
Pengetahuan metakognitif adalah pengetahuan mengenai kesadaran
secara umum sama halnya dengan kewaspadaan dan penget ahuan
tentang kesadaran pribadi seseorang. Penekanan kepada murid untuk
lebih sadar dan bertanggung jawab untuk pengetahuan dan pemikiran
mereka sendiri. Perkembangan para murid akan menjadi lebih sadar
dengan pemikiran mereka sendiri sama halnya dengan lebih banyak
12
mereka mengetahui kesadaran secara umum, (Bransford, Brown, dan
Cocking, 1999
2.1.3
Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan.
1. Pendidikan
Mubarak (2012) menjelaskan pendidikan merupakan bimbingan yang
diberikan seseorang kepada orang lain agar dapat dipahami suatu hal. Tidak
dipungkiri semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah pula mereka
menerima informasi, dan pada akhirnya pengetahuan yang dimilikinya
semakin banyak.
2. Pekerjaan
Mubarak (2012) lingkungan pekerjaan yang dapat membuat seseorang
memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak
langsung.
3. Umur
Mubarak (2012) menjelaskan dengan bertambahnya umur seseorang akan
mengalami perubahan aspek fisik dan psikologis. Secara garis besar,
pertumbuhan fisik terdiri dari perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri lama,
dan timbulnya ciri-ciri baru.
4. Minat
Mubarak (2012) berpendapat minat sebagai suatu kecenderungan atau
keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk
mencoba dan menekuni suatu hal, sehingga seseorang memperoleh
pengetahuan yang lebih mendalam.
5. Pengalaman
Mubarak (2012) menjelaskan bahwa pengalaman merupakan suatu kejadian
yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Orang cenderung berusaha melupakan pengalaman yang kurang baik dan
sebaliknya jika pengalaman tersebut menyenangkan, makan akan secara
psikologis mampu menimbulkan kesan yang sangat mendalam dan membekas
dalam emosi kejiwaan seseorang.
13
6. Kebudayaan, Sosial dan lingkungan sekitar
Mubarak (2012) menjelaskan lingkungan sangat berpengaruh dalam
membentuk pribadi atau sikap seseorang. Kebudayaan lingkungan sekitar
tempat kita hidup dan dibesarkan memiliki pengaruh besar pada pembentukan
sikap kita.
7. Informasi
Mubarak (2012) Informasi merupakan suatu yang dapat diketahui atau sebagai
kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat mempercepat seseorang
dalam mendapatkan pengetahuan yang baru.
2.1.4
Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan melalui wawancara maupun
menggunakan angket yang menanyakan isi materi yang ingin dukur dari subyek
penelitian atau responden (Notoatmojo, 2010).
2.2 Konsep Perilaku
2.2.1
Perilaku
Perilaku dari aspek biologis diartikan sebagai salah suatu kegiatan atau aktivitas
prganisme atau makhluk hidup yang bersangkutan. Skinner (1938) dalam
Notoatmojo,(2007) mendefinisikan perilaku sebagai respon atau reaksi seseorang
terrhadap stimulus (rangsangan dari luar). Ia membedakan adanya dua respons
yakni :
1. Respondent respon atau reflexive respons ialah respons yang ditimbulkan oleh
rangsangan-rangsangan tertentu. Perangsangan-perangsangan yang semacam
ini disebut eliciting stimulasi , karena menimbulkan respon-respon yang relatif
tetap.
2. Operant respons atau instrumental respons, adalah respons yang timbul dan
berkembang nya diikuti oleh perangsang tertentu. Perangsang semacam ini
disebut reinforcing stimuli atau reinforce.
Dilihat dari jenis respon terhadap stimulus ini perilaku dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu :
14
a) Perilaku tertutup (covert behavior)
Respon seseorang terhadap stimulant dalam bentuk terselubung atau
tertutup, ini masih terbatas pada reaksi perhatian, persepsi, pengetahuan
atau kesadaran dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus
tersebut, sehinggan belum dapat diamati dengan jelas oleh orang lain.
b) Perilaku terbuka (overt behavior)
Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau
terbuka, ini sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik yang dengan
mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.
2.2.2
Bentuk Perubahan Perilaku
Bentuk perubahan perilaku sangat bervariasi, sesuai dengan konsep yang
digunakan oleh para ahli dalam pemahamannya terhadap perilaku. Menurut WHO
strategi untuk memperoleh perubahan perilaku dikelompokkan menjadi 3, yaitu:
1. Menggunakan kekuatan / kekuasaan atau dorongan
Dalam hal ini perubahan perilaku dipaksakan pada sasaran atau masyarakat
sehingga ia mau melakukan (berperilaku) seperti yang diharapkan. Cara ini
akan enghasilkan perubahan perilaku yang cepat, akan tetapi perubahan
tersebut beum tentu akan berlangsung lama, karena perubahan perilaku yang
terjadi tidak atau belum berdasarkan kesadaran sendiri.
2. Pemberian informasi
Dengan memberikan informasi tentang cara pemeliharaan kesehatan, cara
menghindari penyakit, dan sebagainya akan meningkatkan pengetahuan
masyarakat tentang hal tersebut. Selanjutnya dengan pengetahuan itu akan
menimbulkan kesadaran mereka dan akhirnya akan menyebabkan orang
berprilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. Hasil atau perubahan
perilaku dengan cara ini akan memakan waktu lama, tetapi perubahan yang
dicapai kan bersifat langgeng karena didasari pada kesadaran mereka sendiri
(bukan karena paksaan).
3. Diskusi dan Partisipasi
15
Cara ini adalah sebagai peningkatan cara yang kedua. Dimana dalam
memberikan informasi tentang kesehatan tidak bersifat searah saja tetapi dua
arah. Diskusi partisipasi adalah salah satu cara yang baik dalam rangka
memberikan informasi-informasi dan pesan – pesan kesehatan.
2.3 Radiasi
2.3.1
Pengertian Radiasi sinar-x
Radiasi adalah gelombang elektromagnetik dan partikel bermuatan yang
karena energy yang dimilikinya mampu mengionisasi media yang dilaluinya
(BAPETEN 2010). Radiasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana
energi dilepaskan oleh atom-atom.
Wilhelm Conrad Rontgen ialah fisikawan Jerman yang merupakan penerima
pertama Penghargaan Nobel dalam Fisika pada tahun 1901 untuk penemuannya
pada sinar-X. Sinar-X adalah pancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis
dengan gelombang radio, cahaya tampak (visible light) dan sinar ultraviolet, tetapi
dengan panjang gelombang yang sangat pendek yaitu hanya 1/10.000 panjang
gelombang cahaya yang kelihatan.
Sinar X merupakan salah satu gelombang elektromagnetik yang mempunyai
energi relatif besar sehingga daya tembusnya tinggi, bahkan dapat menembus
lapisan logam.
2.3.2
Sumber radiasi
Semua individu menerima radiasi alami namun saat ini berbagai tes
diagnostic merupakan sumber terbesar pajanan radiasi sehingga harus dilakukan
usaha- usaha untuk mengurangi radiasi tersebut. Walaupun radiasi ionisasi
dianggap memiliki potensi bahaya, resiko ini harus dipertimbangkan selain
berbagai manfaat yang akan didapatkan oleh pasien (Pradip,2007).
Pesawat sinar-x adalah pesawat yang dipakai untuk memproduksi sinar- x.
Pesawat ini terdiri atas tabung sinar-x dan variasi rangkaian elektronik yang saling
terpisah. Sinar- x dibangkitkan dengan jalan menembaki target logam dengan
electron cepat dalam suatu tabung vakum. Electron sebagai proyektil dihasilkan
dari pemanasan filament yang juga berfungsi sebagai katoda. Filament ini
16
dipasang pada bidang cekung untuk memfokuskan electron menuju daerah sempit
pada target (anoda).
Sifat – sifat sinar- x terdiri dari :
1. Dapat menembus bahan
2. Mengalami atenuasi ketika melewati suatu medium
3. Menimbulkan radiasi sekunder ketika melewati suatu medium
4. Mampu menghitamkan emulsi film (perak biomida)
5. Keluar dari focus menurut garis lurus kesegala arah
6. Menimbulkan efek biologis, radiasi merupakan pemicu terjadinya
kanker
2.3.3
Dosis radiasi
Dosis radiasi atau paparan radiasi merupakan dosis radiasi yang diizinkan oleh
BAPETEN yang dapat diterima oleh pekerja Radiasi dan anggota masyarakat
dalam jangka waktu tertentu tanpa menimbulkan efek genetik dan somatik yang
berarti akibat pemanfaatan tenaga nuklir disebut dengan Nilai Batas Dosis (NBD).
Adapun NBD yang dimaksud berlaku untuk : (PERKA BAPETEN No. 4 Tahun
2013).
1. Pekerja Radiasi
2. Pekerja magang untuk pelatihan kerja, pelajar, atau mahasiswa yang
berumur 16 tahun sampai dengan 18 tahun
3. Anggota masyarakat.
Setiap organ atau jaringan tubuh juga mempunyai kepekaan masing-masing
terhadap radiasi. Kerusakan akibat radiasi yang diterima oleh suatu organ,
misalnya hati, juga berbeda dengan organ lain, misalnya paru-paru. Karena itu,
setiap organ juga mempunyai faktor bobot organ.
Tabel 2. 1
Nilai Faktor Bobot Organ Organ atau jaringan tubuh WT* WT**
17
Organ atau jaringan tubuh
.
WT
*
**
WT
Kelamin (gonad)
0.25
0.20
Sumsum tulang
0.12
0.12
-
0.12
Paru-paru
0.12
0.12
Lambung
-
0.12
Ginjal
-
0.05
Payudara
-
0.05
Hati
-
0.05
Kerongkongan
-
0.05
0.03
0.05
-
0.01
Tulang (Permukaan)
0.03
0.01
Dada
0.15
-
Organ sisanya
0.30
0.05
Usus besar (colon)
Kelenjar gondok
Kulit
Keterangan :
WT* : Nilai WT menurut SK No.01/Ka. BAPETEN V/-1999
WT** : Nilai WT menurut ICRP No. 60 Tahun 1990
2.3.4
Efek Radiasi
Efek radiasi pada tubuh/materi dapat menimbulkan akibat biologi melalui dua
cara yaitu secara langsung dan tak langsung. Secara langsung yaitu melalui jalur
disosiasi molekul setelah terjadinya pengionan dan eksitasi. Sementara itu secara
tak langsung yaitu melalui pembentukan radikal bebas dan peroksida hidrogen
dalam air cairan tubuh.(BATAN,2013)
Efek radiasi pengion adalah mutagenic, karsinogenik, dan teratogenik. Anakanak lebih sensitif daripada orang dewasa. Akibat buruk dari radiasi pengion
18
dikenal sebagai efek somatic apabila diderita oleh orang yang terkena radiasi dan
disebut efek herediter apabila dialami oleh keturunannya.
Efek radiasi pada tubuh/materi dapat menimbulkan akibat biologi melalui dua
cara yaitu secara langsung dan tak langsung. Secara langsung yaitu melalui jalur
disosiasi molekul setelah terjadinya pengionan dan eksitasi. Sementara itu secara
tak langsung yaitu melalui pembentukan radikal bebas dan peroksida hidrogen
dalam air cairan tubuh.(BATAN,2013)
Efek Radiasi terhadap sel tubuh manusia yang merusak DNA ini dibagi atas
dua macam berdasarkan jangka waktu setelah pemaparan yaitu efek stokastik dan
efek deterministic:
1. Efek stokastik
Efek stokastik adalah efek yang kemunculannya pada individu tidak
bisa dipastikan tetapi tingkat kebolehjadian munculnya efek tersebut dapat
diperkirakan berdasarkan data statistik yang ada. Efek stokastik berkaitan
dengan dosis rendah yang dapat muncul pada tubuh manusia dalam bentuk
kanker yang dikenal dengan kerusakan somatik atau cacat pada keturunan
yang mengakibatkan kerusakan genetik. Dalam efek stokastik tidak
dikenal dengan adanya dosis ambang. Kemunculan efek ini berlangsung
lama setelah terjadinya penyinaran dan hanya dialami beberapa orang
diantara kelompok yang menerima penyinaran. Ada empat ciri khas dari
efek stokastik :
a) Tidak mengenal dosis ambang
b) Timbulnya efek setelah melalui masa tunda yang lama
c) Keparahannya tidak bergantung pada dosis radiasi
d) Tidak ada penyembuhan spontan
Timbulnya efek stokastik dapat dikurangi dengan menurunkan
penurunan dosis, tetapi efek stokastik tidak dapat dihindari sepenuhnya
karena diasumsikan efek ini dapat terjadi pada setiap nilai dosis radiasi
sekalipun sangat rendah. Contoh berupa kanker dan efek pewarisan.
2. Efek Deterministik
19
Efek deterministik adalah efek yang berkaitan dengan paparan radiasi
dosis tinggi yang kemunculannya dapat langsung dilihat atau dirasakan
oleh individu yang terpapar radiasi. Efek tersebut dapat muncul seketika
hingga beberapa minggu setelah penyinaran. Efek ini mengenal adanya
dosis ambang. Jadi hanya radiasi dengan dosis tertentu yang dapat
menimbulkan efek deterministik, radiasi dengan dosis di bawah dosis
ambang tidak akan menimbulkan efek deterministik tertentu. Sebagai
contoh dari efek deterministik ini adalah erythema kulit ( kulit memerah )
karena terkena paparan radiasi sebesar 3.000 – 6.000 mSv, atau
kerontokan rambut.
Efek deterministik ini dicirikan oleh hubungan sebab akibat yang
bersifat pasti antara dosis yang diterima (sebab) dengan efek yang
ditimbulkannya( akibat). Efek ini termasuk dalam kelompok efek segera,
dengan masa tunggu pemunculannya tergantung pada dosis yang diberikan
pada suatu sistem biologi bersangkutan. Ada empat ciri khas mengenai
efek deterministik ini adalah:
a) Mempunyai dosis ambang,
b) Umumnya timbul beberapa saat setelah penerimaan dosis radiasi,
c) Dapat dilakukan penyembuhan spontan bergantung pada tingkat
keparahannya; serta keparahan efek deterministik bergantung pada dosis
radiasi yang diterima.
Kemunculan efek ini juga ditandai dengan munculnya keluhan baik
umum maupun lokal namun sulit dibedakan dengan penyakit – penyakit
lainnya. Keluhan umum bisa berupa : nafsu makan berkurang, mual, lesu,
lemah, demam, keringat berlebihan hingga menyebabkan terjadinya shock.
Sedangkan keluhan lokal yang biasanya muncul adalah erythema atau
kulit memerah, pedih, gatal, bengkak, melepuh, memborok, dan
kerontokan rambut kulit.
2.3.5
Prinsip Penggunaan Radiasi
20
Dalam penggunaan radiasi untuk berbagai keperluan ada ketentuan yang harus
dipatuhi untuk mencegah penerimaan dosis yang tidak seharusnya terhadap
seseorang. Ada 3 prinsip yang telah direkomendasikan oleh International
Commision Radiological Protection (ICRP) untuk dipatuhi, yaitu:
1. Justifikasi
Setiap pemakaian zat radioaktif atau sumber lainnya harus didasarkan
pada azaz manfaat. Suatu kegiatan yang mencakup paparan atau potensi
paparan hanya disetujui jika kegiatan itu akan menghasilkan keuntungan yang
lebih besar bagi individu atau masyarakat dibandingkan dengan kerugian atau
bahaya yang timbul terhadap kesehatan.
2. Limitasi dosis
Limitasi Dosis yaitu penerapan nilai batas dosis. Nilai Batas Dosis (NBD)
adalah dosis terbesar yang diizinkan oleh BAPETEN yang dapat diterima oleh
pekerja Radiasi dan anggota masyarakat dalam jangka waktu tertentu tanpa
menimbulkan efek genetik dan somatik yang berarti akibat pemanfaatan
tenaga nuklir.
3. Optimisasi
Semua penyinaran harus diusahakan serendah-rendahnya (as low as
reasonably achieveable – ALARA) dengan mempertimbangkan faktor
ekonomi dan sosial. Kegiatan pemanfaatan tenaga nuklir harus direncanakan
dan sumber radiasi harus dirancang dan dioperasikan untuk menjamin agar
paparan radiasi yang terjadi dapat ditekan serendah-rendahnya. Tindakan
proteksi dan keselamatan radiasi yang diperlukan untuk bekerja di daerah
pengendalian meliputi:
a) Menandai dan membatasi Daerah Pengendalian yang ditetapkan dengan
tanda fisik yang jelas atau tanda lainnya;
b) Memasang atau menempatkan tanda peringatan atau petunjuk pada titik
akses dan lokasi lain yang dianggap perlu di dalam Daerah Pengendalian;
c) Memastikan akses ke Daerah Pengendalian hanya untuk Pekerja Radiasi;
dan pengunjung yang masuk ke Daerah Pengendalian didampingi oleh
Petugas Proteksi Radiasi;
21
d) Menyediakan peralatan pemantauan dan peralatan protektif radiasi
Menyediakan sarana pada pintu keluar Daerah Pengendalian yang
meliputi:
1) Peralatan pemantauan kontaminasi kulit dan pakaian
2) Peralatan pemantau kontaminasi terhadap benda atau zat yang
dipindahkan dari Daerah Pengendalian
3) Fasilitas mencuci dan mandi untuk dekontaminasi
4) Tempat penyimpanan untuk peralatan dan peralatan protektif radiasi
yang terkontaminasi
2.4 Kepatuhan
2.4.1. Pengertian Kepatuhan
Menurut David G Mayer (2012) kepatuhan merupakan perubahan perilaku atau
kepercayaan seseorang sebagai dari akibat adanya tekanan kelompok yang terdiri
dari pemenuhan dan penerimaan, serta mengikuti peraturan atau perintah langsung
yang diberikan kepada suatu kelompok maupun individu. Kepatuhan (Obedience)
didefinisikan sebagai perubahan perilaku seseorang untuk mengikuti permintaan
atau perintah orang lain.
Kepatuhan akan menghasilkan perubahan perilaku seseorang yang sementara
dan cenderung akan kembali ke perilaku semula jika pengawasan kelompok
mengendur ataupun jika ia pindah dari kelompoknya, karena perubahan sikap dan
perilaku seseorang dimulai dari tahap kepatuhan, identifikasi, lalu menjadi
internalisasi. Tahap dari kepatuhan adalah mula- mula individu mematuhi anjuran
maupun instruksi yang ada untuk melaksanakan suatu tindakan tanpa kerelaan,
tindakan itu dilakukan karena ada rasa takut mendapatkan sanksi atau hukuman
sehingga berakibat kehilangan imbalan.
Kepatuhan menggunakan APD
bila memasuki suatu tempat kerja yang
berbahaya, bukan hanya berlaku bagi tenaga kerja saja,, melainkan juga bagi
pimpinan perusahaan, pengawas lapangan, supervisor,dan bahkan berlaku untuk
siapa saja yang memasuki tempat kerja tesebut. Dengan demikian, pimpinan
22
perusahan dan supervisor harus memberikan contoh yang baik kepada pekerja, yaitu
mereka harus selalu memakai APD yang diwajibkan bila memasuki tempat yang
dinyatakan berbahaya. Dengan demikian, para pekerja akan merasa bahwa
pimpinan mereka sangat disiplin dan perhatian dengan masalah Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (Tarwaka,2014).
Faktor yang juga mempengaruhi sikap dari pemakaian Alat Pelindung Diri
meliputi :
1.
Pendidikan
Menurut Notoatmojo (2010), menyebutkan pendidikan adalah setiap
usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan anak didik yang
menuju kedewasaan. Pendidikan seseorang menentukan luasnya pengetahuan
seseorang dimana orang yang berpendidikan rendah sangat sulit menerima
sesuatu yang baru. Hal ini secara tidak langsung berpengaruh terhadap perilaku
pekerja.Program pendidikan pekerja dalam bidang kesehatan dan keselamatan
kerja dapat memberikan landasan yang mendasar sehingga memerlukan
partisipasi secara efektif dalam menemukan sendiri pemecahan masalah di
tempat kerja. Pendidikan yang dirmaksud dalam hal ini merupakan pendidikan
formal yang diperoleh di bangku sekolah.
2.
Masa Kerja
Teori dari Max Weber menyatakan bahwa seseorang individu akan
melakukan suatu tindakan berdasarkan pengalamannya. Petugas kesehatan yang
berpengalaman akan melakukan tindakan sesuai kebiasaan yang telah
diterapkan setiap harinya berdasarkan dari pengalaman yang di dapat selama
bekerja.
3.
Usia
Menurut Gibson (1987) dalam Hidayat A (2007), faktor usia merupakan
variabel individu, secara prinsip bahwa seseorang bertambah usianya akan
23
bertambah kedewasaannya dan semakin banyak menyerap informasi yang akan
mempengaruhi perilakunya.
4.
Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2005), pengetahuan merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior).
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menanyakan tentang isi materi yang diukur dari subyek penelitian atau
responden. Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan hal ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera mata dan telinga. Pengetahuan merupakan hasil tahu yang
terjadi setelah orang melakukan penginderaan dengan panca inderanya terhadap
suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui
mata dan telinga (Notoatmodjo,2005).
2.4.2. Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri
Salah satu perilaku kepatuhan adalah menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)
yang benar. Seperti dituliskan oleh Geller, kepatuhan merupakan salah satu bentuk
perilaku yang dapat dipengaruhi oleh factor internal maupun eksternal. Kepatuhan
menggunakan APD memiliki peran yan gpenting dalam menciptakan keselamatan
di tempat kerja. Tidak patuh dalam menggunakan APD adalah salah satu perilaku
tidak aman yang sering dilakukan di tempat kerja ; seperti memberikan factor
eksposi yang tidak sesuai, melepas alat pengaman, mengoperasikan mesin dengan
tidak sesuai.
Petugas akan patuh bila petugas merasakan upaya perlindungan diri dari
keterpaparan dari berbagai infeksi ataupun pencemaran merupakan kebutuhan yang
disaradari
manfaatnya.
Hal
ini
biasanya
dipengaruhi
oleh
karakteristik,
pengetahuan, sikap, serta keyakinan petugas terhadap hal yang berkaitan dengan
pentingnya penerapan kewaspadaan universal.
Kepatuhan yang berkaitan dengan penggunaan APD, pada pekerja dibagian
radiologi adalah segala tindakan yang sesuai dengan prosedur kerja, dalam
melaksanakan pekerjaanya di bidang radiologi. Kepatuhan mengacu pada derajat
24
kesuksesan pekerja dalam melakukan usaha preventif yang difasilitasi oleh pihak
rumah sakit. Sedangkan ketidakpatuhan mengacu pada kealpaan, ketidakpahaman
pekerja tentang cara-cara menggunakan APD yang baik dan benar, sehingga pekerja
tidak menggunakan APD secara tepat atau tidak sama sekali menggunakan APD.
Ketidakpatuhan terhadap penggunaan APD mengakibatkan kecelakaan yang tinggi.
Menurut (Tejowati,2012) kepatuhan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya :
1.
Kebiasaan yang dibawa sejak kecil
Individu yang sejak kecil sudah terbiasa untuk patuh terhadap suatu aturan
akan lebih patuh dibandingkan dengan mereka yang suka melanggar aturan.
2.
Motivasi
Tingkat kepatuhan individu yang termotivasi akan lebih lama bertahan dari pada
individu yang tidak termotivasi.
3.
Percaya Diri (Self Confidence)
Individu yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi akan lebih patuh daripada
individu yang kurang percaya diri, karena individu yang memiliki self
confidence yang tinggi tercermin dari persepsi yang positif terhadap sebuah
permasalahan.
4.
Lingkungan sekitarnya
Individu yang memiliki dukungan / interaksi dari lingkungan sekitar termaksuk
rekan kerja dan supervisornya akan membuat lebih patuh dibandingkan bila
tidak adanya dukungan dari rekan kerjanya.
5.
Pendidikan
Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang
diberikan kepada anak didik menuju kedewasaan. Dari pernyataan tersebut,
dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh besar
terhadap pola berfikir dan pemahaman seseorang terhadap suatu permasalahan
dan dapat mempengaruhi cara berfikir dalam menghadapi pekerjaan, menerima
latihan kerja dan cara menghindari kecelakaan kerja.
6.
Pengetahuan
25
Keterampilan yang terdiri dari pengetahuan, kemampuan, kecakapan,
interpersonal akan mempengaruhi perilaku.
7.
Sikap
Sikap merupakan respon yang masih tertutup dari individu terhadap suatu
stimulasi atau objek.pembentukan sikap dipengaruhi oleh 3 faktor akan
membentuk sikap utuh, yaitu kepercayaan ide dan konsep suatu objek,
kehidupan emosional dan kecenderungan untuk bertindak.
8.
Pelatihan
Pelatihan adalah proses mengajar keterampilan yang dibutuhkan untuk
melakukan pekerjaan. Mereka harus mengetahui apa yang harus dilakukan atau
dikerjakan agar sesuai dengan standar pekerjaan yang ada sehingga
menghasilkan pekerjaan yang efektif dan efisien.
9.
Pengalaman kerja
Adanya pengalaman kerja ini merupakan bekal yang sangat baik untuk
memperbaiki kinerja seseorang. Dengan demikian lama seseorang melakukan
suatu pekerjaan maka semakin banyak pengalaman yang dapat dijadikan
pedoman untuk memperbaiki kinerjanya.
10.
Pengawasan
Pengawasan merupakan bagian dari proses pengendalian untuk memastikan
agar pelaksanaan pelayanan sesuai dengan standar yang diharapkan.
2.4.3. Faktor –Faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan
Faktor – faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan dapat digolongkan menjadi
4 bagian menurut Niven (2002) antara lain :
1. Pemahaman tentang instruksi
Tak seorang pun dapat mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang instruksi
yang diberikan kepadanya.
2. Kualitas interaksi
Kualitas interaksi antara profesional kesehatan merupakan bagian yang penting
dalam menentukan derajat kepatuhan.
3. Isolasi social dan keluarga
26
Keluarga dapat menjadi factor yang sangat berpengaruh dalam menentukan
keyakinan dan nilai kesehatan individu serta juga dapat menentukan tentang
program pengobatan yang dapat mereka terima.
4. Keyakinan, sikap dan kepribadian
Becker et al (1979) dalam Niven (2002) telah membuat suatu usalan bahwa
model
keyakinan
kesehatan
berguna
untuk
memperkirakan
Tenaga
Kerja
dan
adanya
ketidakpatuhan.
2.5. Alat Pelindung Diri
2.5.1. Pengertian Alat Pelindung Diri (APD)
Menurut
Peraturan
Menteri
Transmigrasi
RI
No.8/MEN/VII/2010, Alat Pelindung Diri (APD) didefinisikan sebagai alat yang
mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi
sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja.
Menurut OSHA atau Occupational Safety and Health Administration, personal
protective equipment atau
Alat Pelindung Diri (APD) dalam Nindiasa (2011)
mendefinisikan APD adalah alat yang digunakan untuk melindungi pekerja dari
luka atau penyakit yang diakibatkan oleh adanya kontak dengan bahaya (hazards) di
tempat kerja, baik yang bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan
lainnya.
Menurut Budiono A,M,dkk (2003) APD adalah seperangkat alat yang digunakan
tenaga kerja untuk melindungi sebagian atau seluruh tubuhnya dari adanya potensi
bahaya atau kecelakaan kerja. APD tidak secara sempurna dapat melindungi
tubuhnya, tetapi dapat mengurangi tingkat keparahan yang terjadi. Pengendalian ini
sebaiknya tetap dipadukan dan sebagai pelengkap pengendalian teknis maupun
pengendalian administratif.
Dalam hirarki hazard control atau pengendalian bahaya, penggunaan alat
pelindung diri merupakan metode pengendali bahaya paling akhir. Artinya, sebelum
memutuskan untuk menggunakan alat pelindung diri, metode-metode lain harus
27
dilalui terlebih dahulu, dengan melakukan upaya optimal agar bahaya bisa
dihilangkan atau paling tidak dikurangi.
Dapat disimpulkan Alat Pelindung Diri(APD) adalah seperangkat alat
keselamatan yang digunakan pekerja untuk melindungi sebagian atau seluruh tubuh
dari potensi bahaya di tempat kerja.
2.5.2. Dasar Hukum Alat Pelindung Diri (APD)
Penggunaan Alat Pelindung Diri ditempat kerja telah diatur melalui perundangundangan yaitu :
1.
Undang-undang No.1 tahun 1970
a) Pasal 3 ayat (1) butir f: Dengan peraturan perundangan ditetapkan
syarat-syarat untuk memberikan APD.
b) Pasal 9 ayat (1) butir c: Pengurus diwajibkan menunjukkan dan
menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang APD.
c) Pasal 12 butir b: Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan
atau hak tenaga kerja untuk memakai APD.
d) Pasal 14 butir c: Pengurus diwajibkan menyediakan APD secara cumacuma
2.
Permenakertrans no.per.01/MEN/1981
Pasal 4 ayat (3) menyebutkan kewajiban pengurus menyediakan alat
pelindung diri dan wajib bagi tenaga kerja untuk menggunakannya untuk
pencegahan penyakit akibat kerja.
3.
Permenakertrans No.per.03/MEN/1982
Pasal 2 butir I menyebutkan memberikan nasehat mengenai
perencanaan dan pembuatan tempat kerja, pemilihan alat pelindung diri
yang diperlukan dan gizi serta penyelenggaraan makanan ditempat kerja.
4.
Permenakertrans no.per.03/Men/1986
Pasal 2 ayat (2) menyebutkan tenaga kerja yang mengelola Pestisida
harus memakai alat-alat pelindung diri yg berupa pakaian kerja, sepatu
28
lars tinggi, sarung tangan, kacamata pelindung atau pelindung muka dan
pelindung pernafasan.
2.5.3. Pemilihan dan Persyaratan Alat Pelindung Diri (APD)
Menurut Ridley (2006), dalam menentukan Alat Pelindung Diri (APD), perlu
disesuaikan dengan persyaratan yang ada mengenai alat pelindung diri, yaitu :
1.
Sesuai dengan bahaya yang dihadapi
2.
Memiliki konstruksi yang kuat
3.
Terbuat dari material yang tahan terhadap bahaya tersebut
4.
Nyaman digunakan
5.
Alat Pelindung Diri (APD) tidak mendatangkan bahaya tambahan bagi
pemakainya
6.
Alat Pelindung Diri (APD) harus memenuhi standar yang ada
7.
Tidak mengganggu kerja operator
Menurut ketentuan Balai Hiperkes, syarat-syarat Alat Pelindung Diri adalah :
1.
APD harus dapat memberikan perlindungan yang adekuat terhadap
bahaya yang spesifik atau bahaya yang dihadapi oleh tenaga kerja.
2.
Berat alat hendaknya seringan mungkin dan alat tersebut tidak
menyebabkan rasa ketidaknyamanan yang berlebihan.
3.
Alat harus dapat dipakai secara fleksibel
4.
Bentuknya harus cukup menarik.
5.
Alat pelindung tahan untuk pemakaian yang lama.
6.
Alat tidak menimbulkan bahaya-bahaya tambahan bagi pemakainya yang
dikarenakan bentuk dan bahayanya yang tidak tepat atau karena salah
dalam menggunakannya.
7.
Alat pelindung harus memenuhi standar yang telah ada.
8.
Alat tersebut tidak membatasi gerakan dan persepsi sensoris pemakainya.
9.
Suku cadangnya harus mudah didapat guna mempermudah
pemeliharaannya.
29
2.5.4. Jenis- Jenis dan Funsi Alat Pelindung Diri (APD)
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor
Per.08/MEN/VII/2010 Tentang Jenis dan Fungsi Alat Pelindung Diri (APD) bagi
tenaga kerja sebagai berikut :
1.
Alat Pelindung Kepala
Tujuan dari penggunaan alat ini adalah melindungi kepala dari bahaya
terbentur dengan benda tajam atau keras yang menyebabkan luka tergores,
terpotong, tertusuk, terpukul oleh benda jatuh, melayang dan meluncur,
juga melindungi kepala dari panas radiasi, sengatan arus listrik, api,
percikan bahan-bahan kimia korosif dan mencegah rambut rontok dengan
bagian mesin yang berputar Jenisnya berupa topi pengaman yang terbuat
dari plastik, fiberglass, bakelite.
2.
Alat Pelindung Mata
Masalah pencegahan yang paling sulit adalah kecelakaan pada mata, oleh
karena biasanya tenaga kerja menolak untuk memakai pengaman yang
dianggapnya mengganggu dan tidak enak dipakai. Kaca mata pengaman
diperlukan untuk melindungi mata dari kemungkinan kontak dengan
bahaya karena percikan atau kemasukan debu, gas, uap, cairan korosif
partikel melayang, atau kena radiasi gelombang elektromagnetik.
3.
Alat Pelindung Muka
Alat Pelindung Muka digunakan untuk mencegah terkenanya muka oleh
partikel-partikel yang dapat melukai muka seperti terkena percikan logam
pada saat melakukan pengelasan. Alat pelindung muka sekaligus pula
dapat melindungi mata. Alat pelindung muka yang biasa digunakan berupa
tameng muka atau perisai muka seperti goggles, helm pengelas dan topi
penutup.
4.
Alat Pelindung Telinga
Hilangnya pendengaran adalah kejadian umum di tempat kerja dan sering
dihiraukan karena gangguan suara tidak mengakibatkan luka. Alat
pelindung telinga bekerja sebagai penghalang antara bising dan telinga
30
dalam. Selain itu, alat ini melindungi pemakainya dari bahaya percikan api
atau logam panas misalnya pada saat pengelasan. Alat pelindung telinga
dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
a) Sumbat telinga
Alat ini memberikan perlindungan yang paling efektif karena langsung
dimasukkan ke dalam telinga
b) Tutup telinga
Alat ini dipakai di luar telinga dan penutupnya terbuat dari sponge
untuk memberikan perlindungan yang baik.
5.
Alat Pelindung Pernafasan
Secara umum alat pelindung pernafasan dapat dibedakan menjadi 2
alat yaitu;
a. Respirator,
yang
berfungsi
membersihkan
udara
yang
telah
terkontaminasi yang akan dihirup oleh pemakainya.
b. Breathing Apparatus, yang mensuplay udara bersih atau oksigen
kepada pemakainya,
6.
Alat Pelindung Tangan
Alat Pelindung Tangan merupakan alat yang paling banyak digunakan
karena kecelakaan pada tangan adalah yang paling banyak dari seluruh
kecelakaan yang terjadi di tempat kerja. Pekerja harus memakai pelindung
tangan ketika terdapat kemungkinan terjadinya kecelakaan seperti luka
tangan karena benda-benda keras, luka gores, terkena bahan kimia
berbahaya, luka sengatan dan lain-lainnya.
7.
Alat Pelindung Kaki
Sepatu keselamatan kerja dipakai untuk melindungi kaki dari bahaya
kejatuhan benda-benda berat, terinjak benda yang berputar melalui kaki,
kepercikan larutan asam dan basa yang korosif atau cairan panas,
menginjak benda tajam. Sepatu pelindung dan boot harus memiliki ujung
sepatu yang terbuat dari baja dan solenya dapat menahan kebocoran.
31
Ketika bekerja di tempat yang mengandung aliran listrik, maka harus
digunakan sepatu tanpa logam yang dapat menghantarkan aliran listrik.
Jika bekerja di tempat biasa maka harus vdigunakan sepatu yang tidak
mudah tergelincir, sepatu yang terbuat dari karet harus digunakan ketika
bekerja dengan bahan kimia.
8.
Pakaian Pelindung
Pakaian pelindung dapat berbentuk APRON yang menutupi sebagian dari
tubuh yaitu mulai dari dada sampai lutut dan overalla yang menutup
seluruh
badan.
Pakaian
pelindung
digunakan
untuk
melindungi
pemakainya dari percikan cairan, api, larutan bahan kimia korosif dan oli,
cuaca kerja (panas, dingin, dan kelembapan). APRON dapat dibuat dari
kain, kulit, plastik, karet, asbes atau kain yang dilapisi aluminium. Perlu
diingat bahwa APRON tidak boleh dipakai di tempat-tempat kerja yang
terdapat mesin berputar.
2.5.5. Jenis Alat Pelindung Diri (APD) di Radiologi
Dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir No.8 Tahun 2011
Tentang Keselamatan Radiasi Dalam Penggunaan Pesawat Sinar-x Radiologi
Diagnostik dan Intervensional pasal 35 ayat 3 menyebutkan bahwa perlengkapan
proteksi radiasi meliputi; peralatan pemantau dosis perorangan serta peralatan
protektif radiasi. Alat pelindung diri atau perlengkapan proteksi yang biasa
digunakan oleh pekerja radiasi yaitu ;
1.
Personal Monitor
Personal Monitor atau dosimeter personal digunakan untuk mengetahui
dosis radiasi secara akumulasi sehingga pekerja tersebut dapat
membandingkan dengan nilai batas akumulasi dosis yang telah ditentukan
untuk pekerja radiasi. Dosimeter perorangan yang saat ini digunakan
secara luas untuk pemantauan dosis perorangan pekerja radiasi adalah :
Film badge adalah alat yang berbentuk khusus untuk mengukur radiasi
yang sensitive terhadap radiasi sinar-x, yang dilengkapi dengan beberapa
32
saringan radiasi (filter). Untuk mengetahui jenis radiasi atau energi radiasi
yang mempengaruhi film badge digunakan beberapa filter yang terpasang
pada holder (tempat film badge).
2.
Apron Proteksi Tubuh
Apron proteksi tubuh yang digunakan untuk pemeriksaan radiografi atau
fluoroskopi dengan tabung puncak sinar x hin gga 150 kVp harus
menyediakan sekurang – kurangnya setara 0,5 mm lempengan Pb.Tebal
kesetaraan timah hitam harus diberi tanda secara permanen dan jelas pada
apron tersebut.
3.
Gonad Shield
Penahan radiasi gonad jenis kontak yang digunakan untuk radiologi
diagnostik rutin harus mempunyai lempengan Pb, tebal sekurang kurangnya setara 0,25 mm dan hendaknya mempunyai tebal setara
lempengan Pb 0,5 mm pada 150 Kvp. Proteksi ini harus dengan ukuran
dan bentuk yang sesuai untuk mencegah gonad secara keseluruhan dari
paparan berkas utama.
4.
Sarung Tangan Proteksi
Sarung tangan proteksi yang digunakan untuk fluoroskopi harus
memberikan kesetaraan atenuasi sekurang – kurangnya 0,25 mm Pb pada
150 kVp.Proteksi ini harus dapat melindungi secara keseluruhan,
mencakup jari dan pergelangan tangan.
5.
Penahan Radiasi Thyroid
Penahan Radiasi Thyroid digunakan untuk melindungi bagian leher dan
harus mempunyai lempengan Pb setebal 0.5 mm pada 150 kVp.
6.
Kacamata Anti Radiasi (Ray Protective Glasses)
33
Kacamata anti radiasi digunakan
untuk
melindungi bagian mata dan
mempunyai lempengan Pb setebal 0.5 mm pada 150 kVp.
7.
Penahan Radiasi
Penahan radiasi di Instalansi Radiologi ada 2 macam, diantaranya adalah :
a)
Penahan radiasi yang ditempatkan di antara operator atau panel
control dan tabung sinar-X. Fungsinya adalah untuk melindungi
operator dari radiasi bocor dan hamburan. Penahan radiasi harus
mempunyai ketebalan minimum yang setara dengan 1,5 mm Pb.
b)
Jendela
pengamatan
yang
terpasang
Jendela pengamatan harus mempunyai
di
penahan
ketebalan
radiasi.
yang setara
dengan 1,5 mm Pb. Ketebalan yang setara dengan Pb tersebut
harus tertera pada penahan radiasi dan jendela pengamat atau kaca
intip.
2.6. Kerangka Berfikir
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap sutu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera
manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan alat pelindung diri (APD) adalah pengetahuan seseorang yang
mempunyai kemampuan untuk melindungi dirinya dari potensi atau resiko bahaya yang
akan terjadi dalam pekerjaan. Untuk mengisolasi tenaga kerja dari bahaya di tempat
kerja, APD digunakan sebagai cara terakhir untuk melindungi pekerja dari potensi
bahaya yang ada apabila pengendalian engineering dan administrative telah dilakukan
atau tidak mungkin dilakukan / dalam keadaan darurat. APD tidak dapat
menghilangkan ataupun mengurangi bahaya yang ada, APD hanya mengurangi jumlah
kontak dengan bahaya dengan menempatkan penghalang antara pekerja dengan bahaya.
Alasan memilih alat pelindung diri adalah mengetahui jenis alat pelindung diri
apa saja yang akan digunakan dan mengetahui resiko dan potensi bahaya apa saja
apabila tidak memilih dengan tepat alat pelindung diri yang akan digunakan sesuai
34
dengan kebutuhan. Kaitan perilaku dengan alat pelindung diri, seseorang memilih alat
pelidung diri tertentu karena melihat resiko dan potensi bahaya yang akan terjadi
dilingkungan kerja tersebut. Pemilihan alat pelindung diri adalah suatu tindakan yang
dilakukan untuk melihat pemilihan APD yang akan digunakan dilingkungan kerja
sesuai dengan resiko dan potensi bahaya yang akan terjadi dilingkungan tersebut.
Pengetahuan
Sikap
Tersedianya Tersedianya
sarana / prasarana
Kepatuhan Penggunaan APD
Perilaku
Pelatihan
= Di teliti
= Tidak di teliti
Sumber : Modifikasi teori Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2010)
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir
35
36
2.7.
Penelitian Terkait
2.8.
2.9.
Table 2.2
Penelitian yang terkait
1.4. N
o.
1.
1.5. Nama
1.6. Judul
1.7. Variabel
1.8.
Hasil
Penelitian
Yuli
1.10.
Hendra, Margo
Utomo dan Trixie
Salawati (2011)
1.11.
Beber
apa factor yang
1.12.
V
ariabel dependen
berhubungan dengan :praktik
praktik pemakaian
Alat Pelindung Diri
(APD) pada
Radiografer di
1.15.
Hasil
penelitian
ini
menunjukan Radiografer yang tidak patuh me
menggunakan APD 96,8 % dan tidak ada res
pemakaian APD
hubungan yang bermakna antara umur p = sur
V
0,484 pendidikan p = 1,000 pelatihan p = cro
1.13.
ariabel
1,000 masa kerja 0,387 dengan praktik
indpenden :
penggunaan APD
Instalasi Radiologi 4 umur,
Rumah Sakit di Kota pendidikan,
Semaang
pelatihan, masa
kerja,
keberadaan
protap
1.14.
2.
1.17.
Meld
1.18.
Perila
a Dumaria
ku penggunaan Alat
Simanjuntak (2004)
Pelindung Diri
1.19.
V
1.21.
Hasil
penelitian
ariabel dependen
menunjukkan bahwa berpengetahuan baik ber
: perilaku
80%, sikap sedang 7-0% dan 80% yang ben
(APD) pada petugas
penggunaan alat
memiliki tindakan sedang. Penggunaan alat
Instalasi Radiologi
pelindung diri
pelindung diri berdasarkan oservasi masih
(APD)
belum digunakan dengan disiplin dan sesuai
RSU.Dr.Pirngadi
Medan
1.20.
V
dengan prosedur.
ariabel
independen :
pelatihan ,
ketersediaan
APD, SMK3,
3.
1.23.
Tejo
1.24.
Hubu
wati Dwiastuti
ngan antara
(2012)
pengetahuan tentang
resiko potensi
bahaya radiasi dan
kepatuhan
penggunaan alat
pengawasan RS
1.25.
V
1.27.
Hasil
Penelitian
ariabel dependen
menunjukkan bahwa Sebagian besar pekerja ini
: kepatuhan
radiasi berjenis kelamin laki-laki13 orang den
penggunaan alat
(52%), rata-rata umur responden lebih dari
pelindung diri.
40 tahun (40%), berlatar pendidikan D3
1.26.
V
(48%), dengan masa kerja kurang dari 10
ariabel
tahun (40%) dan sebagian besar pekerja
pelindung diri
independen :
radiasi pernah mengikuti pelatihan yaitu 15
(APD) pada pekerja
resiko bahaya
orang (60%). Skor Rata-rata pengetahuan
radiasi, manfaat
tentang risiko potensi bahaya radiasi sebesar
radiasi di bagian