laporan antibakteri
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Sejak ribuan tahun lalu, obat dan pengobatan tradisional sudah ada di indonesia. Pengobatan dengan timbuan berkhasiat telah diakui masyarakat dunia dan menandai kesadaran untuk kembali ke alam. Keberadaan obat tradisional dianggap kuno, tidak rasional, primitive karena tidak dilakukan uji klinis. Agar peranan obat tradisional dapat lebih ditingkatkan perlu diadakan pengenalan, penelitian, pengujian, dan pengembangan khasiat suatu tanaman obat (Pakadang,dkk., 2017).
Manusia hidup selalu berinteraksi dengan lingkungan, lingkungan yang tidak sehat dan gaya hidup yang buruk menyebabkan kita selalu kontak dengan bakteri, virus, fungi, dan berbagai bentuk kehidupan parasit. Hal ini juga didukung dengan keadaan udara yang berdebu, temperatur yang hangat dan lembab sehingga memudahkan tumbuh suburnya mikroba. Penyakit infeksi dapat menular kepada orang lain yang sehat, kondisi sanitasi yang tidak cukup memadai merupakan salah satu cara penularan penyakit infeksi.
Obat-obatan yang digunakan untuk terapi penyakit infeksi biasanya berupa obat modern tetapi obat modern tersebut berisiko dengan timbulnya efek samping yang tidak diinginkan, bahkan tak jarang dapat menimbulkan resistensi bakteri. Untuk itu penggunaan obat-obatan yang berasal dari alam dapat digunakan sebagai alternatif pengobatan, hal ini disebabkan karena obat tradisional relatif
(2)
mudah didapat. Didukung dengan adanya bahan obat dari alam yang tumbuh berlimpah di Indonesia, sehingga penggunaan obat tradisional menjadi semakin meningkat dan berkembang luas di masyarakat (Nurani, 2006).
Upaya pencegahan dan pengendalian pertumbuhan bakteri dapat dilakukan dengan pemanfaatan senyawa bioaktif yang dihasilkan oleh tumbuhan. Diantaranya adalah pemanfaatan pada tanaman daun sirih, daun sirsak dan daun jeruk. Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui bioaktivitas tanaman tersebut terhadap hambatan bakteri sebagai agen penyebab penyakit.
B. Maksud dan Tujuan Percobaan 1. Maksud Percobaan
Untuk mengetahui dan memahami perbandingan zona hambat pada Daun Sirih (Piper bettle L.), Daun Sirsak (Annona muricata L.) dan Daun Jeruk (Citrus sp) terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus.
2. Tujuan percobaan
Untuk membandingkan zona hambat pada tanaman Daun Sirih (Piper bettle L.), Daun Sirsak (Annona muricata L.) dan Daun Jeruk (Citrus sp) terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus.
(3)
D. Prinsip Percobaan
Menentukan zona hambat pertumbuhan Staphylococcus aureus pada media NA dengan meletakkan piper disc yang mengandung Daun Sirih (Piper bettle L.), Daun Sirsak (Annona muricata L.) dan Daun Jeruk (Citrus sp), lalu diinkubasi pada suhu 35-37 o C selama 1 × 24 jam.
(4)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Uraian Tanaman
1. Sirih (Piper bettle L.) (Yuliani dkk, 2011) a. Klasifikasi
Regnum : Plantae
Divisio : Spermatophyta Sub Divisio : Angiospermae Classis : Dicotyledoneae Ordo : Piperales Familia : Piperaceae Genus : Piper
Species : Piper bettle L.
b. Morfologi
Sirih adalah nama sejenis tumbuhan merambat yang bersandar pada batang pohon lain. Tinggi 5-15 m. Batang sirih berwarna coklat kehijauan, berbentuk bulat, beruas dan merupakan tempat keluarnya akar. Daunnya yang tunggal berbentuk jantung, berujung runcing, tepi rata, tulang daun melengkung, lebar daun 2,5-10 cm, panjang daun 5-18 cm, tumbuh berselang-seling, bertangkai, dan mengeluarkan bau yang sedap bila diremas.
(5)
c. Khasiat
Sirih Memiliki Nama Latin Piper Betle Yang lazimnya di kenal sebagai Tumbuhan yang merambat dan biasanya bersandar pada pohon lain ini mempunyai ciri Tanaman yang mampu Tumbuh mencapai tinggi 15 meter, Sementara itu untuk Batang dari tanaman sirih ini berbentuk Bulan dan berwaran kecoklatan dengan corak ruas-ruas di bagian batangnya seperti layaknya pohon Bambu, di sinilah tempat keluarnya akar dari tumbuhan sirih ini, untuk daunnya Yang akan kita bahas ini Khasiat daun Sirih atau Manfaat Daun Sirih ini memiliki daun yang berbentuk Jantung, dengan bentuk bersalang seling dan ujungnya berbentuk Runcing, apa bila daun Sirih ini di remas maka akan mengeluarkan bau yang segar khas Daun sirih ini.
d. Kandungan Kimia
Kandungan kimia daun sirih yang paling utama yang memberikan ciri khas daun sirih adalah minyak atsiri. Daun sirih dapat digunakan sebagai antibakteri karena mengandung 4,2% minyak atsiri yang sebagian besar terdiri dari betephenol yang merupakan isomer Euganol allypyrocatechine, Cineol methil euganol, Caryophyllen (siskuiterpen), kavikol, kavibekol, estragol dan terpinen.
2. Daun Sirsak (Annona muricata L.) (Sunarjono, 2005) a. Klasifikasi
(6)
Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Polycarpiceae Familia : Annonaceae Genus : Annona
Spesies : Annona muricata L.
b. Morfologi
Morfologi dari daun sirsak adalah berbentuk bulat dan panjang, dengan bentuk daun menyirip dengan ujung daun meruncing, permukaan daun mengkilap, serta berwarna hijau muda sampai hijau tua. Terdapat banyak putik di dalam satu bunga sehingga diberi nama bunga berpistil majemuk. Sebagian bunga terdapat dalam lingkaran, dan sebagian lagi membentuk spiral atau terpencar, tersusun secara hemisiklis. Mahkota bunga yang berjumlah 6 sepalum yang terdiri dari dua lingkaran, bentuknya hampir segitiga, tebal, dan kaku, berwarna kuning keputih-putiham, dan setelah tua mekar dan lepas dari dasar bunganya. Bunga umumnya keluar dari ketiak daun, cabang, ranting, atau pohon bentuknya sempurna (hermaprodit).
c. Khasiat
Daun sirsak dimanfaatkan sebagi pengobatan alternative untuk pengobatan kanker, yakni dengan mengkomsumsi air rebusan daun sirsak.
(7)
Selain untuk pengobatan kanker, tanaman sirsak juga dimanfaatkan untuk pengobatan demam, diare, anti kejang, anti jamur, anti parasit, anti mikroba, sakit pinggang, asam urat, gatal-gatal, bisul, flu, dan lain-lain
d. Kandungan Kimia
Daun Sirsak mengandung tannin, alkaloid, dan sejumlah kandungan kimia lainnya seperti acetogenins, annomuricin, anomurine, anonol, gentisic acid coclourine, linoleic acid, gigantetronin dan muricapentocin. Kandungan kimia tersebut merupakan senyawa yang dapat memberikan manfaat untuk tubuh, baik sebagai obat ataupun meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
3. Jeruk (Citrus sp) (Sarwono, 2009)
a. Klasifikasi
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Sapindales Famili : Rutaceae Genus : Citrus Spesies : Citrus sp
b. Morfologi
Tanaman jeruk mempunyai akar tunggang. Jeruk termasuk jenis tumbuhan perdu yang memiliki dahan dan ranting. Batang pohonnya berkayu ulet dan keras, sedangkan permukaan kulit luarnya berwarna tua dan kusam. Daunnya majemuk, berbentuk elips dengan pangkal membulat,
(8)
ujung tumpul, dan tepi beringgit. Panjang daunnya mencapai 2,5-9 cm dan lebarnya 2-5 cm. Tulang daunnya menyirip dengan tangkai bersayap, hijau dan lebar 5-25 mm.
c. Khasiat
Daun dari jeruk memiliki aroma yang harum dan biasanya digunakan untuk pengobatan tekanan darah tinggi.
d. Kandungan Kimia
Jeruk mengandung unsur-unsur senyawa kimia yang bemanfaat, misalnya: asam sitrat, asam amino (triptofan, lisin), minyak atsiri (sitral, limonen, felandren, lemon kamfer, kadinen, gerani-lasetat, linali-lasetat, aktilaldehid, nonildehid), damar, glikosida, asam sitrun, lemak, kalsium, fosfor, besi, belerang vitamin B1 dan C. Selain itu, jeruk juga mengandung senyawa saponin dan flavonoid yaitu hesperidin (hesperetin 7-rutinosida), tangeretin, naringin, eriocitrin, eriocitrocide. Hesperidin bermanfaat untuk antiinflamasi, antioksidan, dan menghambat sintesis prostaglandin. Hesperidin juga menghambat azoxymethane (AOM) yang menginduksi karsinogenesis pada colon kelinci, dan juga menghambat N-butil-N-(4-hidroksi-butil) nitrosamin yang menginduksi karsinogenesis pada kandung kemih tikus. Jeruk juga mengandung 7% minyak essensial yang mengandung citral, limonen, fenchon, terpineol, bisabolene, dan terpenoid lainnya.
C. Uraian Bakteri
(9)
1. Klasifikasi Bakteri Kingdom : Monera Divisi : Firmicutes Kelas : Bacilli Ordo : Bacillales
Famili : Staphylococcaceae Genus : Staphilococcus
Species : Staphylococcus aureus 2. Morfologi Bakteri
Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram Positif, tidak bergerak, tidak berspora dan mampu membentuk kapsul. berbentuk kokus dan tersusun seperti buah anggur. Ukuran Staphylococcus aureus berbeda-beda tergantung pada media pertumbuhannya. Apabila ditumbuhkan pada media agar, Staphylococcus aureus memiliki diameter 0,5-1,0 mm dengan koloni berwarna kuning. Dinding selnya mengandung asam teikoat, yaitu sekitar 40% dari berat kering dinding selnya. Asam teikoat adalah beberapa kelompok antigen dari Staphylococcus aureus. Asam teikoat mengandung aglutinogen dan N-asetilglukosamin.
Suhu optimum untuk pertumbuhan Staphylococcus aureus adalah 35 – 37 °C dengan suhu minimum 6,7 °C dan suhu maksimum 45,4 °C. Bakteri ini dapat tumbuh pada pH 4,0 – 9,8 dengan pH optimum 7,0 – 7,5. Pertumbuhan pada pH mendekati 9,8 hanya
(10)
mungkin bila substratnya mempunyai komposisi yang baik untuk pertumbuhannya. Bakteri ini membutuhkan asam nikotinat untuk tumbuh dan akan distimulir pertumbuhannya dengan adanya thiamin. Pada keadaan anaerobik, bakteri ini juga membutuhkan urasil. Untuk pertumbuhan optimum diperlukan sebelas asam amino, yaitu valin, leusin, threonin, phenilalanin, tirosin, sistein, metionin, lisin, prolin, histidin dan arginin.
D. Uraian Bahan 1. Aquadest
Nama resmi : Aqua destillata Nama lain : Air suling
Pemerian : Cairan jernih, tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
2. Nutrient Agar
Komposisi medium nutrient agar:
Peptic digest of animal tissue 5,00 g
Nacl 5,00 g
Beef extract 1,50 g
Yeast extract 1,50 g
Bacto Agar 15,00 g
Dilarutkan dalam 1000 ml Aquadest. BAB III
(11)
METODE KERJA A. Alat dan Bahan
1. Alat yang digunakan :
Cawan petri, Inkubator, Lampu spritus, Pinset, Piper Disk, Rak Tabung, Swab Steril, Tabung reaksi.
2. Bahan yang digunakan :
Aquadest, Daun Sirih (Piper bettle L.), Daun Sirsak (Annona muricata L.) dan Daun Jeruk (Citrus sp), Media NA.
B. Prosedur Kerja 1. Penyiapan bakteri uji
Di ambil satu ose bakteri uji, lalu di gores pada media (NA) Miring. Diinkubasi Selama 1 x 24 jam pada suhu 37 ˚C. Hasil biakan bakteri diambil 1 ose, lalu di masukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi 10 ml larutan NaCl fisiologis sebanyak 10 ml, di kocok sampai homogen.
2. Pembentukan ekstrak atau infuse atau rebusan tanaman bahan uji di sesuaikan.
3. Pengujian aktifitas anti bakteri dengan menggunakan pencadang
Ekstrak, di siapkan dari beberapa segi pengenceran (konsentrasi) Dituang secara aseptis media Nutrient Agar (NA) ke dalam cawan petri kira-kira sebanyak 10 ml sebagai base layer , kemudian di campurkan media Nutrien Agar dengan suspense bakteri uji kira-kira 5-10 ml sebagai seed
(12)
layer, lalu di letakkan pencadang. Sediaan sampel tanaman yang telah di siapkan dengan konsentrasi yang berbeda, di masukkan ke dalam pencadan secara aseptis dengan menggunakan pipet sebanyak 10 tetes. Diinkubasi pada suhu 37 ˚C selama 1 x 24 jam, selanjutnya di amati dan di ukur diameter hambatan yang terjadi.
4. Pengujian aktifitas anti bakteri dengan menggunakan paper disc
Diambil paper disc, lalu di rendam dalam masing-masing bahan uji dan pelarut bahan uji sebagai contoh negative. Swab steril di celupkan ke dalam suspense bakteri uji dan diinokulasi ke dalam permukaan media NA steril dengan metode taburan. Diambil cakram kertas (paper disk) yang telah di rendam dengan menggunakan pinset di letakkan pada permukaan agar NA dan sedikit di tekan agar melekat sempurna dan tidak bergeser. Diinkubasi pada suhu 35-37 ˚C selama 16-20 jam. Di amati dan di ukur zona hambatan yang terbentuk pada agar.
(13)
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengamatan
Tabel hasil pengamatan aktivitas tanaman terhadap Staphylococcus aureus.
BAHAN UJI CAWAN Rata-Rata
1 2 3
Sirsak 20 mm - - 20 mm
Jeruk 12 mm - - 12 mm
Sirih 15 mm 17 mm - 16 mm
Air (kontrol) - - -
-B. Pembahasan
Pada praktikum kali ini, dilakukan pengamatan aktivitas Daun Sirih (Piper bettle L.), Daun Sirsak (Annona muricata L.) dan Daun Jeruk (Citrus sp) terhadap Staphylococcus aureus yang berperan sebagai obat yang menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus.
Praktikum diawali dengan membuat rebusan tanaman dengan kadar 20% dari Daun Sirih (Piper bettle L.), Daun Sirsak (Annona muricata L.) dan Daun Jeruk (Citrus sp) dimana daun tersebut dipotong kecil-kecil sesuai derajat halusnya lalu ditimbang sebanyak 20 gram. Masing- masing daun tersebut direbus menggunakan beaker gelas yang telah ditambahkan air 100 ml ditunggu hingga mendidih. Saring rebusan daun tersebut menggunakan kain flanel lalu cukupkan sampai 100 ml. Setelah itu, rebusan tanaman yang telah di dibuat dimasukkan ke dalam cawan petri.
(14)
Setelah itu paper disk direndam dalam masing-masing larutan ekstrak tersebut dan didiamkan dalam beberapa menit hingga ekstrak menyerap secara merata, lalu ditiriskan. Selain larutan ekstrak tersebut, juga disiapkan aquadest sebagai control (-) pada cawan berbeda. Setelah itu di inokulasi dengan bakteri Staphylococcus aureus dengan metode tabur secara merata pada media NA menggunakan sabsteril. Barulah setelah itu paper disk yang telah di rendam diletakan pada media yang telah diberi bakteri menggunakan pinset cara meletakkanya pun harus di tekan-tekan agar paper disknya tidak lepas atau bergeser.
Langkah terakhir yang dilakukan yaitu membungkus cawan dan menjaga agar tidak tejadi guncangan pada cawan karena akan mepengaruhi posisi piper disk dalam cawan tersebut. Kemudian dimasukkan kedalam inkubator dan diinkubasi selama 1× 24 jam.
Didapatkan data hasil praktikum seperti diatas dapat dilihat bahwa pada Daun Sirih (Piper bettle L.) terdapat zona hambat yaitu pada cawan 1 diameternya 15 mm dan pada cawan 2 diameternya 17 mm sehigga didapat rata diameter cawan petri 16 mm. Daun Jeruk (Citrus sp) zona hambatnya yaitu pada cawan 1 diameternya 12 mm. Daun Sirsak (Annona muricata L.) zona hambatnya yaitu pada cawan 1 diameternya 20 mm. Pada praktikum ini bahwa hanya Daun Sirsak (Annona muricata L.) cukup efektif untuk menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus.
BAB V PENUTUP
(15)
A. Kesimpulan
Zona hambat dari Daun Sirsak (Annona muricata L.) rata-rata diameternya 20 mm, Daun Jeruk (Citrus sp) diperoleh zona hambat rata-ratanya 12 mm, sedangkan zona hambat rata-rata Daun Sirih (Piper bettle L.) adalah 16 mm.
Jadi dapat disimpulkan bahwa estrak Daun Sirsak (Annona muricata L.) cukup efektif untuk menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus.
B. Saran
Praktikan sebaiknya melakukan percobaan lebih hati – hati dan lebih memperhatikan keaseptikan agar pada percobaan mendapatkan hasil yang sesuai.
DAFTAR PUSTAKA
Dirjem POM. 1979. Farmakope indonesi edisi III. Jakarta : depertemen Kesehatan RI.
Nurani, L.H., Zaenab, 2006.Petunjuk Praktikum Analisa Obat Tradisional, Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta.
(16)
Pakadang, Sesilia.dkk. 2017, Buku Penununtun Laboratorium Mikrobiologi Farmasi. Makassar : Poltekkes Kemenkes Makassar.
Sunarjono.2005. Flora Untuk Sekolah Di Indonesia, Cetakan Ketujuh, PT Pradnya Paramita, Jakarta.
Sarwono. 2009. Studi Pemanfaatan Buah Jeruk Nipis (Citrus Aurantifolia Swingle) sebagai Chelator Logam Pb dan Cd dalam Udang Windu (Penaeus Monodon), Fakultas Farmasi : Universitas Sumatera Utara.
Wattimena, J.R., 1991. Farmakodinami dan Terapi Antibiotik, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Yuliani R, Peni I, Septi S.R.2011.Aktivitas antibakteri minyak atsiri daun jeruk terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Pharmacon.;12(2): 504.
LAMPIRAN 1. Perhitungan Konsentrasi
Konsentrasi yang akan dibuat pada Daun Sirih (Piper bettle L.), Daun Sirsak (Annona muricata L.) dan Daun Jeruk (Citrus sp) yaitu 20%.
(17)
20g
100ml x 100 % = 20% 2. Perhitungan rata – rata
a. Cawan 1 = 20 mm = 20 1
=
20 mmb. Cawan 2 = 12 mm = 121
= 1
2 mmc. Cawan 3 = 15 mm + 17 mm = 32 2
= 16
mmHasil Pengamatan
(18)
1
2
(1)
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengamatan
Tabel hasil pengamatan aktivitas tanaman terhadap Staphylococcus aureus.
BAHAN UJI CAWAN Rata-Rata
1 2 3
Sirsak 20 mm - - 20 mm
Jeruk 12 mm - - 12 mm
Sirih 15 mm 17 mm - 16 mm
Air (kontrol) - - -
-B. Pembahasan
Pada praktikum kali ini, dilakukan pengamatan aktivitas Daun Sirih (Piper bettle L.), Daun Sirsak (Annona muricata L.) dan Daun Jeruk (Citrus sp) terhadap Staphylococcus aureus yang berperan sebagai obat yang menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus.
Praktikum diawali dengan membuat rebusan tanaman dengan kadar 20% dari Daun Sirih (Piper bettle L.), Daun Sirsak (Annona muricata L.) dan Daun Jeruk (Citrus sp) dimana daun tersebut dipotong kecil-kecil sesuai derajat halusnya lalu ditimbang sebanyak 20 gram. Masing- masing daun tersebut direbus menggunakan beaker gelas yang telah ditambahkan air 100 ml ditunggu hingga mendidih. Saring rebusan daun tersebut menggunakan kain flanel lalu cukupkan sampai 100 ml. Setelah itu, rebusan tanaman yang telah di dibuat dimasukkan ke dalam cawan petri.
(2)
Setelah itu paper disk direndam dalam masing-masing larutan ekstrak tersebut dan didiamkan dalam beberapa menit hingga ekstrak menyerap secara merata, lalu ditiriskan. Selain larutan ekstrak tersebut, juga disiapkan aquadest sebagai control (-) pada cawan berbeda. Setelah itu di inokulasi dengan bakteri Staphylococcus aureus dengan metode tabur secara merata pada media NA menggunakan sabsteril. Barulah setelah itu paper disk yang telah di rendam diletakan pada media yang telah diberi bakteri menggunakan pinset cara meletakkanya pun harus di tekan-tekan agar paper disknya tidak lepas atau bergeser.
Langkah terakhir yang dilakukan yaitu membungkus cawan dan menjaga agar tidak tejadi guncangan pada cawan karena akan mepengaruhi posisi piper disk dalam cawan tersebut. Kemudian dimasukkan kedalam inkubator dan diinkubasi selama 1× 24 jam.
Didapatkan data hasil praktikum seperti diatas dapat dilihat bahwa pada Daun Sirih (Piper bettle L.) terdapat zona hambat yaitu pada cawan 1 diameternya 15 mm dan pada cawan 2 diameternya 17 mm sehigga didapat rata diameter cawan petri 16 mm. Daun Jeruk (Citrus sp) zona hambatnya yaitu pada cawan 1 diameternya 12 mm. Daun Sirsak (Annona muricata L.) zona hambatnya yaitu pada cawan 1 diameternya 20 mm. Pada praktikum ini bahwa hanya Daun Sirsak (Annona muricata L.) cukup efektif untuk menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus.
BAB V PENUTUP
(3)
A. Kesimpulan
Zona hambat dari Daun Sirsak (Annona muricata L.) rata-rata diameternya 20 mm, Daun Jeruk (Citrus sp) diperoleh zona hambat rata-ratanya 12 mm, sedangkan zona hambat rata-rata Daun Sirih (Piper bettle L.) adalah 16 mm.
Jadi dapat disimpulkan bahwa estrak Daun Sirsak (Annona muricata L.) cukup efektif untuk menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus.
B. Saran
Praktikan sebaiknya melakukan percobaan lebih hati – hati dan lebih memperhatikan keaseptikan agar pada percobaan mendapatkan hasil yang sesuai.
DAFTAR PUSTAKA
Dirjem POM. 1979. Farmakope indonesi edisi III. Jakarta : depertemen Kesehatan RI.
Nurani, L.H., Zaenab, 2006.Petunjuk Praktikum Analisa Obat Tradisional, Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta.
(4)
Pakadang, Sesilia.dkk. 2017, Buku Penununtun Laboratorium Mikrobiologi Farmasi. Makassar : Poltekkes Kemenkes Makassar.
Sunarjono.2005. Flora Untuk Sekolah Di Indonesia, Cetakan Ketujuh, PT Pradnya Paramita, Jakarta.
Sarwono. 2009. Studi Pemanfaatan Buah Jeruk Nipis (Citrus Aurantifolia Swingle) sebagai Chelator Logam Pb dan Cd dalam Udang Windu (Penaeus Monodon), Fakultas Farmasi : Universitas Sumatera Utara.
Wattimena, J.R., 1991. Farmakodinami dan Terapi Antibiotik, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Yuliani R, Peni I, Septi S.R.2011.Aktivitas antibakteri minyak atsiri daun jeruk terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Pharmacon.;12(2): 504.
LAMPIRAN 1. Perhitungan Konsentrasi
Konsentrasi yang akan dibuat pada Daun Sirih (Piper bettle L.), Daun Sirsak (Annona muricata L.) dan Daun Jeruk (Citrus sp) yaitu 20%.
(5)
20g
100ml x 100 % = 20% 2. Perhitungan rata – rata
a. Cawan 1 = 20 mm = 20 1
=
20 mmb. Cawan 2 = 12 mm = 121
= 1
2 mmc. Cawan 3 = 15 mm + 17 mm = 32 2
= 16
mmHasil Pengamatan
(6)
1
2