kelas a kelompok 4 ict

MAKALAH ICT UNTUK PEMBELAJARAN PAI
BLENDED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PAI

Disusun oleh kelompok 4 :
Riski M aziz

201410010311019

Hambali

201410010311020

Riskiyanto

201410010311022

Dyah Ayu D A

201410010311023

Oky Ayu Agustin


201410010311024

Ainul Yaqin

201410010311025

JURUSAN TARBIYAH
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
T.A 2015/2016

A. Pendahuluan
Latar Belakang

Perkembangan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini
berlangsung demikian pesat, sehingga pantaslah para ahli menyebut gejala ini sebagai
suatu revolusi. Perubahan-perubahab yang akan dan sedang terjadi, terutama
disebabkan oleh potensi dan kemampuan teknologi informasi dan komunikasi yang
memungkinkan manusia untuk saling berhubungan (relationship) dan memenuhi

kebutuhan mereka akan informasi hampir tanpa batas. Beberapa batasan yang dulu
dialami manusia dalam berhubungan satu sama lainnya, seperti faktor jarak, waktu,
jumlah, kapasitas, kecepatan dan lain-lain, kini dapat diatasi dengan
dikembangkannya berbagai teknologi informasi dan komunikasi mutakhir. Seorang
pakar yaitu McLuHan (1965) berpendapat bahwa teknologi baru menjanjikan kepada
umat manusia akan terbentuknya ‘’jendela dunia’’, dan teknologi informasi dan
komunikasi baru akan membentuk “desa dunia”. Dengan demikian, teknologi
informasi dan komunikasi baru membuat dunia semakin “kecil”.
(Mukhopadhyay M:1995). Bishop G. (1989) meramalkan bahwa pendidikan
masaa mendatang akan bersifat luwes (flexibel), terbuka dan dapat diakses oleh siapa
pun yang memerlukan tanpa pandang faktor jenis, usia, maupun pengalaman
pendidikan sebelumnya. Mason R. (1994) berpendapat bahwa pendidikan mendatang
akan lebih menentukan oleh jaringan informasi yang memungkinkan berinteraksi dan
kolaborasi, bukannya gedung sekolah. Namun, teknologi akan memperlebar jurang
antara si kaya dan si miskin. Tony bates (1995) menyatakan bahwa teknologi dapat
meningkatkan kualitas dan jangkauan bila digunakan secara bijak untuk pendidikan
dan latihan, dan mempunyai arti sangat penting bagi kesejahteraan ekonomi.
Alisjahbana I, (1996) mengemukakan bahwa pendekatan pendidikan dan pengajaran
baru akan bersifat dua arah, kolaboratif dan interdisipliner.
Berdasarkan ramalan dan pandangan para cendikiawan di atas dapat

disimpulkan bahwa dengan masuknya pengaruh globalisasi, pendidikan masa
mendatang akan lebih bersifat terbuka dan dua arah, beragam, multidisipliner serta
terkait pada produktivitas kerja dan kompetitif. Kecenderungan dunia pendidikan di
indonesia di masa mendatang adalah: pertama ; berkembangnya pendidikan terbuka
dengan modus belajar jarak jauh (distance learning). Kedua ; sharing resource
bersama

antar

lembaga

pendidikan/latihan

dalam

sebuah

jaringan. Ketiga ;

perpustakaan dan instrumen pendidikan lainnya (guru, laboratorium) berubah fungsi


menjadi sumber informasi daripada sekadar rak buku. Keempat; penggunaan
perangkat teknologi informasi interaktif, seperti CD-ROM multimedia, dalam
pendidikan secara bertahap menggantikan TV dan Video.
Rumusan Masalah
1.

Apa pengertian/konsep dari Blended Learning?

2.

Bagaimana karakteristik Blended Learning?

3.

Bagaimana penerapan Blended Blended e-Learning?

4.

Apa saja prosedur Blended Learning dalam pengajaran?


5.

Apa yang dimaksud dengan konsep tutorial?

Tujuan makalah
1.

Untuk mengetahui konsep dari Blended Learning

2.

Untuk memahami karakteristik dari Blended Learning

3.

Untuk mengetahui penerapan Blended Blended e-Learning

4.


Untuk memahami prosedur Blended Learning

5.

Untuk memahami konsep tutorial

B. Konsep Blended Learning

Secara etimologi istilah blended learning terdiri dari dua kata yaitu blended dan
learning. Kata blend berarti campuran, bersama untuk meningkatkan kualitas agar
bertambah baik(collins dictionary), atau formula suatu penyelarasan kombinai atau
perpaduan(oxford dictionar y). Sedangkan learning memiliki makna umum yakni belajar,
dengan demikian sepintas mengandung makna pola pembelajaran yang mengandung
unsur pencampuran atau penggabungan suatu pola dengan pola lainnya. Dua unsur utama
yakni pembelajaran di kelas dengan online learning.
Selain blended learning ada istilah lain yang sering digunakan diantaranya
blended learning dan hybrid learning. Istilah yang disebutkan tadi mengandung arti yang
sama yaitu pencampuran, perpaduan ataukombinasi pembelajaran. Pernah dijelaskan oleh
mainnen yang menyebutkan “blended learning mempunyai beberapa alternatif nama,
yaitu mixed learning, hybrid learning, blended blended e learning dan melted learning

(bahasa finlandia)”.
Pada perkembangannya istilah yag lebih populer adalah blended blended elearning diandingkan dengan blended learning. Kedua istilah tersebut merupakan isu

pendidikan terbaru dalam perkemangan globalisasi dan teknologi blended e-learning.

Walau cukup sulit mendefinisikan pengertian blended blended e-learning tapi ada para
ahli dan profesor yang meneliti tentang blended blended e-learning dan menyebutkan
konsep dari blended e-learning. Selain itu, pada penelitian Sharpen et.al ditemukan
bahwa “banyak intuisi telah mengembangkan dengan bahasa mereka sendiri, defiisi atau
tepologi praktik blended”. definisi dari Ahmed mengatakan “blended blnded e-learning,
on the other hand, merges aspect of blended e-learning such as : webbased, streeming
video,audio, synchronous and asynchronous, etc: with traditional, face to face learning”.

Berdasarkan pendapat tersebut blended blended e-learning yaitu aspek yang termasukn
web besed intruction, streeming video, audio, syinchronous and asynchronous
communication atau aspek terbaik pada aplikasi teknologi infrmasi blende e-learning,

dengan kegiatan tatap muka. Blended blended e-learning juga merupakan pendekatan
terbaru atau model baru.
Blended learning sebagai kombinasi karakteristik pembelajaran tradisional dan


lingkungan pembelajaran elektronik atau blended e-learning. Menggabungkan aspek
blended e-learning seperti pembelajaran berbasis web, streaming video, comunikasi
audio, synchronous, asynchronous dengan pembelajaran tradisional “tatap muka”. Bhonk

dan Graham menjelaskan bahwa blended learning adalah gabungan dari dua sejarah
model perpisahan mengajar dan belajar : sistem pembelajaran tradisional dan sisitem
penyebaran pembelajaran, yang menekankan peran pusat teknologi berbasis komputer
dalam blended learning.
Deskripsi sejarah model perpisahan mengajar dan belajar tersebut juga di jelaskan
oleh heinze dan procter bahwa sejarah perjalanan blended learning terjadi jika semakin
tinggi teknologi yang digunakan, maka semakin panjang waktu yang digunakan secara
online learning. Pada awalnya pembelajaran tradisional tatap muka, kemudian makin
tinggi teknologi maka semakin lama waktu pembelajaran beralih menggunakan elektronik
murni (blended e-learning pure) dalam bentuk online. Tapi terjadi kombinasi metode
pembelajaran tradisional dengan online (pure blended e-learning).
Dari definisi-definisi di atas maka dapat dikatakan secara sederhana blended
blended e-learning adalah kombinasi atau penggabungan oendekatan aspek blended elearning yang berupa web-based instruction, video streaming, audio, komunikasi
synchronous, dan asynchronous dalam jalur blended e-learning sistem LSM dengan


pembelajaran tradisional “tatap muka” termasuk juga teori belajar pedagogik.
Kesimpukan tersebut sama seperti yang dikemukakan oleh bhonk dan Graham yaitu :
1. Combining instructional modalities or delivery media and technologies
(traditional distance education, internet, web, CD-ROM, video/audio, any other
electronic medium, email, online book, etc.).
2. Combining instructional methods, learning theories, and pedagogical dimensions.
3. Combining blended e-learning and face-to-face learning.

C. Karakteristik Blended Blended e-learning
menurut Sharpen et.al (2006:18) karakteristik Blended Blended e-learning,adalah:
Ketetapan sumber suplemen untuk program belajar yang berhubungan selama
garis tradisional sebagian besar, melalui institusional pendukung lingkungan
virtual.Transformatif tingkat praktik pembelajaran didukung oleh rancangan
pembelajaran sampai mendalam.Pandangan menyeluruh tentang teknologi untuk
mendukung pembelajaran.
Berdasarkan penjelasan di atas, karakteristik Blended Blended e-learning adalah
sumber suplemen, dengan pendekatan tradisional juga mendukung lingkungan belajar
virtual melalui suatu lembaga, rancangan pelajaran yang mendalam pada saat
perubahan tingkatan praktik pembelajaran dan pandangan tentang semua teknologi
digunakan untuk mendukung pembelajaran. Penerapan suatu model pembelajaran

harus berdasarkan teori belajar yang cocok untuk proses pembelajaran agar
kelangsungan proses tersebut dapat sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan.
Karena model ini adalah model pembelajaran cempuran maka teori yang digunakan
pun terdiri dari berbagai teori belajar yang dikemukakan oleh beberapa ahli dengan
disesuaikan situasi dan kondisi peserta pelajar dan institusi yang menggunakan.
Blended Blended e-learning berisi tatap muka, dimana beririsan dengan blended
e-learning. Pada blended e-learning terdapat pelajaran yang berbasis komputer yang

berisikan dengan pelajaran online. Dalam pembelajaran online terdapat pembelajaran
berbasis internet yang di dalamnya ada pembelajaran berbasis web. Deskripsi tersebut
disimpulkan bahwa dalam Blended Blended e-learning terdapat tata muka yang
beririsan dengan blended e-learning di mana blended e-learning beserta komponen-

komponennya yang berbasis komputer dan pembelajaran online berbasis web internet
untuk pembelajaran.
Berdasarkan komponen yang ada dalam Blended Blended e-learning maka teori
belajar yang mendasari model pembelajaran tersebut adalah teori belajar
kontruktivisme (individual learning) dari piaget, kognitif dari Bruner, Gagne, dan
Blooms dan lingkungan belajar sosial atau social contructivist (collaborative
learning) dari vygtsky. Konstruktivisme (individual learning) digunakan sebagai


landasan teori belajar yang sering disebut juga student centered learning.
Kontrukstivisme (individual learning) dapat mendorong pelajar untuk membangun
pengetahuan mereka sendiri berdasarkan pengalaman individu dan mengaplikannya
secara langsung pada lingkungan mereka (Paurelle, 2003). Adapun implikasi dari
teori belajar konstruktivisme dalam pendidikan anak ( poedjiadi, 1999: 63) adalah
sebagai berikut.
a. Tujuan pendidikan menurut teori belajar konstruktivisme adalah menghasilkan individu
atau anak yang memiliki kemampuan berpikir untuk menyelesaikan setiap persoalan yang
dihadapi.
b. Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang memungkinkan
pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta didik. Selain itu, layihan
memecahkan masalah sering kali dilakukan melalui belajar kelompok dengan
menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari.
c. Peserta didik diharapkan selalu aktif dan menemukan cara belajar yang sesuai bagi
dirinya. Guru hanyalah berfungsi sebagai mediator, fasilitor, dan teman yang membuat
situasi yang kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri peserta didik.
Karakteristik teori belajar konstruktivisme (individual learning) untuk blended e-learning
(Hasibuan, 2006:4) adalah sebagai berikut.
1. Active learning
2. Learners construct their knowledge
3. Subjective, dynamic,and expanding
4. Processing and understanding of imformation.
5. Learner has his own learning
Individual learning dalam teori ini pelajar adalah peserta yang aktif, kalau dapat

membangun pengetahuan mereka sendiri, secara subjektif, dinamis dan berkembang.

Kemudian memproses dan memahami suatu imformasi, sehingga pelajar memiliki
pembelajarannya sendiri. Teori belajar berikutnya yang melandasi model Blended Blended elearning adalah teori belajar kognitif. Pendekatan kognitif menekankan bagan sebagai satu

struktur pengetahuan yang diorganisasi (Bruner, 1990; Gagne et.al.,1993). Menurut Bloom
(1996) mengidentifikasi enam tingkatan belajar kognitif yaitu”pengethuan, pemahaman,
aplikasi, analisis, dan sintesis”. Pandangan kognitif pada pembelajaran menunjukan kegiatan
mental, seperti pemberian alasan analisis dan pemikiran kritis (Hadjerrouit: 2007, Carman
2005:5).
Teori terakhir adalah teori belajar konstruktivisme sosial yang dikembangkan oleh
vygotsky. Menurut vygotsky (1978) adalah sebagai berikut: the way learners construct
knowledge, think, reason, and reflect on is uniqueli shaped their relationships with other. He
arguet that the guidancegiven by more cafable others, allows the learner to engage in levels
of activity that could not be managed alone. Konstruktivisme sosial tersebut adalah sebagai

berikut (Hasibuan, 2006:4) :
Teori ini membuat pelajar membangun pengetahuan, berpikir, mencari alasan, dan
dicerminkan dengan bentuk yang unik melalui berhubungan dengan yang lain. Pelajar
belajar dari penyelesaian masalah yang nyata, pelajar juga bergabung pada suatu
pembangkit-pengetahuan. Pengajar juga masuk ke dalam sebagai pelajar bersama-sama
dengan siswanya. Bentuk tugas juga akan diolah dan pengetahuan dinilai dan diciptakan
lalu membangun pengetahuan yang baru.
Beberapa kelebihan learning management system berbasis blended e-learning menurut
(Bates, 1995;Wulf, 1996) yaitu:
a. Meningkatkan kadar interaksi pembelajaran antara peserta didik dengan guru atau
instruktur(enhance interactivity),
b. Memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran dari mana dan kapan saja (time and
place flexibility),

c. Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas (potential to reach a global audience),
d. Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran (easy updating of
content as well as archivable capabilities).

Berapa hasil penelitian di beberapa negara tentang keberhasilan penggunaan MLS
berbasis blended e-learning, khususnya di negara maju, yang dikutip dari Wawan Wardiana

(2002:05). Saat ini hampir seluruh program distance learning di Amerika, Australia, dan
Eropa dapat juga diakses melalui internet. Studi yang dilakukan oleh Amerika, sangat
mendukung dikembangkannya blended e-learning, menyatakan bahwa computer basic
learning sangat efektif, memungkinkan 30% lebih baik, 40% waktu lebih singkat, dan 30%
biaya lebih murah.
Pembelajaran learning management system Berbasis blended e-learning dapat disajikan
dalam beberapa format (Wulf, 1996), di antaranya adalah:
1. Electronic mail ( delivery of course materials, sending in assignments, getting and giving
feedback, using a course listervie electronic discussion group,
2. Bulletin board/newsgroups for discussion of special group,
3. Downloading of course materials,
4. Interactive tutorials on the Web, dan
5. Real time, interactive conferencing using MOO (multiuser object Oriented) systems or
internet Relay Chat.1

D. Penerapan Blended Blended e-Learning
Blended e-learning saat ini banyak digunakan para penyelenggara pendidikan
terbuka dan jarak jauh. Dengan terbitnta Surat Keputusan Menteri Pendidikan
Nasional No.107/U/2001 (2 juli 2001) tentang ‘Penyelenggaraan Program Pendidikan
Tinggi Jarak Jauh’, jadi yang duluh hanya Universitas Terbuka yang diizinkan
menyelenggarakannya pendidikan jarak jauh, akan tetapi pada saat ini blended elearning sudah diizinkan untuk digunakan oleh semua perguruan tinggi yang

mempunyai kapasitas menyelenggarakan pendidikan terbuka dan jarak jauh.
Secara terminologis blended e-learning ini menekankan pada penggunaan
internet seperti pendapat para ahli yaitu;
1.Rosenberg (2001) berpendapat bahwa blended e-learning mengarah pada
penggunaan teknologi internet untuk mengirimkan suatu solusi yang dapat
meningkatkan pengetauhan dan keterampilan.Hal ini senada pendapat dari Cambell2
1

Rusman. (2015), Pembelajaran Berbasis Teknologi Imformasi dan Komunikasi, Malang, hal
245-248.

2. Kamarga (2002) mengatakan berpendapat yang paling menekankan internet dalam
penerapan pendidikan sebab hakikat blended e-learning termasuk untuk pendidikan
guru.3
3. Onno W. Purbo (2002) menjelaskan istilah “e” atau pengertian elektronik dalam
blended e-learning digunakan sebagai istilah untuk segala teknologi yang digunakan

untuk mendukung usaha-usah pengajaran lewat teknologi elektronik internet.4
Secara umum blended e-learning ialah sutu kejadian atau peroses belajar yang
lebih menekankan pada penggunaan teknologi internet guna untuk mempermudah
dalam belajar, serta peroses belajar yang bercampuran unsurnya denagn satu pola
dengan pola yang lain guna untuk menigkatkan kualitas belajar supaya lebih baik.
Perbedaan Pembelajaran Tradisonal dengan blended e-learning yaitu pembelajaran
tradisonal, guru dianggap sebagai orang yang serba tauh dan ditugaskan untuk
menyalurkan ilmu pengetauhan kepada pelajar. Sedangkan pembelajaran blended elearning’ fokus utamanya adalah pelajar. Suasana pembelajaran blended e-learning’

akan ‘memaksa’ pelajar memainkan peran yang lebih aktif dalam pembelajarannya.
Pelajar mencari dan membuat suatu meteri dan rancangan dengan usaha dan inisiatif
sendiri.
Khoe Yao Tuna (2000) mengatakan setelah adanya guru dalam arti yang sebenarnya,
internet akan menjadi suplemen dan komplemen dalam menjadikan wakil guru yang
mewakili sumber belajar yang penting di dunia.5
Secara spesifik dalam pendidikan guru blended e-learning memiliki makna yaitu
antara lain;
1.

Blended e-learning merupakan penyampaian informasi, komunikasi, pendidikan,

pelatihan tentang stansi materi pelajaran dan ilmu pendidikan secara online.

2

Rusman,Kurniawan Deni, Riyana Cepi.2013. Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan
Komunikasi,Jakarta,PT RajaGrafindo Persada.hal 249
3
Rusman,Kurniawan Deni, Riyana Cepi.2013. Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan
Komunikasi,Jakarta,PT RajaGrafindo Persada.hal 249
4
Rusman,Kurniawan Deni, Riyana Cepi.2013. Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan
Komunikasi,Jakarta,PT RajaGrafindo Persada.hal 249
5
Rusman,Kurniawan Deni, Riyana Cepi.2013. Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan
Komunikasi,Jakarta,PT RajaGrafindo Persada.hal 250

2.

Blended e-learning menyediakan alat-alat agar memperkaya nilai belajar secara

konvesional (model belajar konvesional, kajian terhadap buku teks, CD-ROM, dan
pelatihan komputer)
3.

Blended e-learning memperkuat model belajar di dalam kelas melalui pengayaan content

dan pengembangan teknologi pendidikan.
4.

Memanfaatkan jasa teknologi elektronik, dimana mempermuda guru dan siswa dan
sesama siswa dan sesama guru dapat berintraksi dengan mudah tanpa dibatasi hal-hal
yang protokoler.

5.

Memanfaatkan jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil belajar dan nilai-nilai berkaitan
dengan administrasi pendidikan dapat dilihat setiap saat di komputer.
Pendapat Haughey (1998) tentang pengembangan blended e-learning berpendapat

kemungkinan ada tiga pengembangan sistem pembelajaran berbasisi internet, yaitu:
1.

Web course ialah penggunaan internet untuk keperluan pendidikan, yang mana peserta

didik dan pelajar sepenuhnya terpisah dan tidak diperlukan adanya tatap muka. Seluruh
bahan ajaran, diskusi, penugasan, konsultasi, kegiatan belajar semuanya disampaikan
melalui internet.
2.

Web centric coures penggunaan internet yang memadukan/menyatukan antara belajar

jarak jauh dan tatap muka (konvesional). Sebagian materi disampaikan di internet dan
sebagiannya lagi melalui tatap muka, Fungsinya saling melengkapi.
3.

Model web enhanced course pemanfaatan internet untuk menunjang peningkatan kualitas

pembelajaran yang dilakukan di kelas. Fungsi internet adalah memberikan pengayaan
dan komunikasi anatar pesrta didik dan guru, sesama peserta didik, dan sesama anggota
kelompok.6
Model pengembangan seperti halnya di atas, penggunaan ICT dalam pendidikan guru
juga menacu pada model Harmon dan Jones, 2000:125, yang memeberi level penggunaan
ICT dalam pembelajaran, yaitu:
1.

Level Information pada level ini bahan-bahan pembelajaran tidak terlalu banyak

disajikan melalui ICT, tetapi terbats pada bahan yang bersifat informasi.

6

Rusman,Kurniawan Deni, Riyana Cepi.2013. Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan
Komunikasi,Jakarta,PT RajaGrafindo Persada.hal 251

2.

Level Supplemental pada level ini sudah mulai memasukkan bahan

perkuliahan/pembelajaran, namun sifatnya masih terbatas, belum menguraikan isi
pembelajaran secara lengkap dan materi yang disajikan poko-pokok saja.
3.

Level Essensial pada level ini hampir semua materi disiapkan dalam web secara online.

4.

Level Communal pada level ini mengombinasikan pola tatap muka di kelas atau

penggunaan web secara online. Begitu juga pengkajian bahan pelajaranan di kelas
ataupun melalui web secara online.
5.

Level Immersive pada level ini pembelajaran dilangsungkan secara virtual. Seluruh isi

materi pembelajaran disajikan secara online.
Perkembangan Blended e-learning pada pelajar tentunya sebagai seorang guru harus
mengatuhi penekanan-penekanan atau metode yang harus disampaikan kepada pelajar, jadi
peran seorang guru juga diperlukan. Hala yang mesti dipikirkan sebagai sorang guru adalah,
yaitu;
1.

Penekanan pada penggunaan alat-alat yang umum dan juga khusus untuk
meningkatkan pengajaran, khususnya bidang-bidang mata pelajaran

2.

Guru perulu bisa mengakses kontribusi alat-alat ICT terhadap keterampilanketerampilan dari bidang mata pelajaran dan pengetauhan

3.

Guru perlu mengembangkan pendagogi pengajaran mereka dan kemudian
mengembangkan kepercayaan diri dan kompetensi teknis mereka dalam ICT

4.

Guru perlu mengontrol peroses pengajaran dan pembelajaran untuk memastikan
bahwa pelajaran-pelajarn adalah sebuah keberhasilan; mereka haya akan mencoba
ketika kepercayaan diri mereka terhadap ICT telah berkembang.

5.

Guru yang mempunyai bidang mata pelajaran yang sama bisa bekerja sama di sekolah
untuk menyatukan gagasan-gagasan dan sumber-sumber belajar yang mereka telah
siapkan.7
Jadi secara umum penerapan pembelajaran Blended e-learning paling
difokuskan ke pelajar sendiri, pembelajaran diberikan kepada pelajar seutuhnya agar
dapat memainkan peran sebagai pelajar seutuhnya. Seorang pelajar mencari dan
menyelesaikan suatu maslah sendiri sesuai kemapuannya, serta mencari dan memuat
suatu materi dan rancangan dengan usaha dan inisiatif sendiri. Penerapan blended e-

7

Unesco.2009.Teknologi Komunikasi dan Informasi dalam Pendidikan ,Jakarta.Gaung Persada (GP Press).hal
56-57

learning ini juga dapat merubah kebiasaan seorang pelajar untuk terus semangat dan

tekun dalam pelajaran.
Blended e-learning dapat memudahakan pelajar dan pendidik (guru) untuk

berintaraksi dengan seseorang,baik itu dengan pendidik, sesama teman, sesama pendidik
(guru) walaupun tanpa bertatap muka, karen dengan blended e-learning bagi spelajar
yang tidak bisa bertatap muka dengan seorang pendidik maka bisa berintraksi dengan
melalui Blended e-learning tentunya melalui web, online, atau juga melalui teknologi
internet. Dengan Blended e-learning sekolah-sekolah atau perguruan tinggi dapat bekerja
sama dengan sekolah-sekolah dan perguruan tinggi negara asing, tentunya interaksi kerja
sama ini satu sama lain salngi menguntungkan8

E. Prosedur Blended Learning dalam Pembelajaran
Peningkatan kualifikasi guru merupakan salah satu prioritas pemerintah indonesia, hal
tersebut sebagai wujud realisasi UU guru dan dosen No. 14/2005 yang mempersyaratkan
guru untuk memiliki klasifikasi minimal S-1 dan memiliki sertifikat sebagai pengajar.
Pada saat ini guru di Indonesia berjumlah sebanyak 2.667.655 orang. Dari jumlah
tersebut baru 887.751 orang guru yang berkualifikasi S-1 atau D IV. Di samping kualitas
akademik guru, kondisi peningkatan kualifikasi akademik guru, kondisi kekurangan guru
juga masih dialami sebagian besar wilayah Indonesia pada berbagai jenjang pendidikan.
Dengan demikian, jumlah kebutuhan guru saat ini, maupun pada masa-masa mendatang
sangatlah dibutuhkan. Hal ini menjadi luar biasa mengingat kemampuan LPTK yang ada
di Indonesia pada saat ini yaitu sejumlah 278 LPTK (termasuk 32 LPTK negri ) belum
mampu memenuhi jumlah guru yang di butuhkan dalam waktu segera. Dalam hal ini
penerapan sistem pendidikan jarak jauh menjadi pilihan yang tidak dapat di tawar-tawar
lagi. Oleh karena itu, pada tahun 2007 ini, selain universitas terbuka pemerintah
Indonesia melalui direktorat jendral pendidikan tinggi dan direktorat peningkatan mutu
tenaga kependidikan menetapkan 10 LPTK untuk secara bersama-sama
menyelenggarakan sistem PJJ untuk program peningkatan kualifikasi guru melalui
pendidikan S-1 PGSD.

8

Unesco.2009.Teknologi Komunikasi dan Informasi dalam Pendidikan,Jakarta.Gaung Persada (GP Press).hal
54

PJJ yang dimaksudkan dalam program pemerintahan tersebut secara operasional
berbeda dengan PJJ yang dikembangkan oleh UT yang menggunakan modular (printed
material) sebagai bahan belajar utama. PJJ pada program ini berbasis pada teknologi
informasi dan komunikasi dengan menggunakan internet sebagai media utama, tatap
muka dilakukan hanya beberapa kali pada program residensial, selebihnya menggunakan
program e-learning. Secara teritik pembelajaran elektronik (online instruction, e-learning
atau web-based learning), memiliki 3 fungsi utama. Menurut Sudirman Siahaan menjelas
kan pembelajaran elektronik ini berfungsu sebagai suplemen yang sifatnya pilihan atau
optional, pelengkap (complemen), atau pengganti (substitution) pada kegiatan
pembelajaran dalam kelas (class room instruction). Dilihat dari karakteristik PJJ PGSD di
atas, maka termasuk kategori pengganti. Dalam hal ini, e-learning yang harus
dikembangkan bukan hanya sekedar memasukkan bahan ajar, namun lebih bersifat
komprehensif, e-learning yang mampu mengakomodasi sistem pembelajaran yang
mengatur peran guru, siswa, pemanfaatan sumber belajar, pengolahan pembelajaran,
sistem evaluasi dan monitoring pembelajaran. Dalam hal ini e-learning yang diperlukan
adalah learning menejemen sistem (LMS).
Keberhasilan PJJ PGSD dan sistem pembelajaran jarak jauh yang menggunakan elearning sebagai alat belajar utama, sangat di tentukan oleh model learning menejemen
sistem (LMS) yang dikembangkan, dan pemerintah bersama pihak terkait masih mencari
model LMS yang handal yang mampu mewujudkan profil guru profesional, yang
memiliki kompetensi kependidikan dan keguruan yang setara bahkan melebihi guru
dengan sistem pembelajaran reguler. Bertitik tolak dari latar belakang di atas, menarik
perhatian peneliti untuk melakukan study pengembangan model pembelajaran e-learning
berupa learning menejemen sistem untuk PJJ-PGSD dalam rangka memenuhi kebutuhan
guru yang tersertifikasi sesuai tuntutan UU guru dan dosen No. 14/2005.
Mahasiswa pendidikan jarak jauh sebagian besar adalah lulusan akademik jenjang
diploma 2 atau 3. Mereka semua adalah guru-guru yang telah mengajar di sekolah dasar.
Dalam rangka program sertifikasi sesuai UU guru dan dosen terbaru mereka harus
menyandang gekar sarjana atau diploma 4 agar dapat disertifikasi. Untuk itu mereka
mengikuti program S-1 PGSD PJJ UPI, untuk meraih gelar sarjana.
Sebagian besar mahasiswa tersebut adalah orang-orang dewasa yang setelah beberapa
tahun tidak mengikuti kegiatan akademik seperti perkuliahan. Karena itu program yang

diikuti berbentuk jarak-jauh agar mereka dapat mengajar sambil kuliah. Maka model
pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran pada pendidikan jarak jauh
adalah model blended e-learning.
Model blended e-learning merupakan kombinasi dari beberapa pendekatan
pembelajaran yaitu pembelajaran conventional berupa tatap muka dan e-learning yang
berbasis internet. Pada PJJ telah penulis kemukakan sebelumnya bentuk proses
pembelajaran dalam PJJ berupa keterpisahan, belajar mandiri, dan layanan belajar atau
tutorial. Sementara itu, proses keberlangsungannya S-1 PGSD PJJ menggunakan model
blended e-learning. Model tersebut harus dapat membuat mahasiswa S-1 PGSD PJJ

termotivasiuntuk belajar.

F. Konsep Tutorial

Tutorial adalah suatu proses pemberian bantuan dan bimbingan belajar dari seseorang
kepada orang lain, baik secara perorangan maupun kelompok. Dalam konsep ini, tutorial
merupakan layanan belajar yang memungkinkan terjadinya proses pembelajaran dengan
karakteristik yang berbeda, seperti dosen yang berfungsi sebagai fasilitator kegiatan
belajar bukan sebagai pengajar. Jenis-jenis tutorial yang sediakan adalah tutorial tatap
muka (TTM) dan tutorial on-line.
1. Tutorial Tatap Muka
Dalam program PJJ S1 PGSD ini semua mata kuliah diberikan bimbingan tutorial tatap
muka (dilakukan pada masa residensial).
2. Tutorial Online
Tutorial ini dilakukan dengan bantuan jaringan komputer.
Model tutorial online adalah model tutorial yang menggunakan jaringan komputer. Materi
diberikan dalam bentuk naskah tutorial yang dapat diakses dimana saja mahasiswa berupa
tanpa harus bertatap muka dengan tutor. Dalam model ini, tutor harus mempersiapkan
naskah tutorial yang memungkinkan terjadinya interaksi antar tutor dan mahasiswa.

Selain itu, partisipasi secara aktif dari mahasiswa juga sangat diperlukan karena
memengaruhi nilai akhir tutorial.

KESIMPULAN
Berdasarkan kajian literatur dan pembahasan, maka dapat simpulkan beberapa hal sebagai
berikut.
1. Blended merupakan campuran atau kombinasi yang baik, sedangkan learningmerupakan
pembelajaran. Model Blended Learning ini pada dasarnya merupakan gabungan keunggulan
pembelajaran yang dilakukan secara tatap-muka dan secara virtual.
2. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak,
menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Dalam tahapan
ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti bukti logis, dan nilai.
3. Guru dan Dosen sebaiknya menguasai dan terampil menggunakan teknologi informasi
dan komunikasi.
4. Guru dan Dosen sebaiknya dapat memilah dan memilih materi yang digunakan pada
pembelajaran tatap muka dan e-learning. Termasuk didalamnya pembelajaran e-learning
online dan offline.

Daftar pustaka
Rusman. 2012. Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada
Unesco.2009.Teknologi Komunikasi dan Informasi dalam Pendidikan ,Jakarta:Gaung Persada (GP Press)