Analisis Sifat Pemesinan Tiga Jenis Kayu Kemenyan (Styrax spp)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Kemenyan (Styrax spp.)
Pohon kemenyan merupakan jenis asli Sumatera Utara, khususnya daerah
Tapanuli Utara. Masyarakat Tapanuli Utara secara turun-temurun telah mengelola
tanaman kemenyan sebagai mata pencaharian karena menghasilkan getah yang
banyak digunakan sebagai bahan baku kosmetika, obat-obatan dan juga untuk
upacara adat. Metode pengelolaannya masih tradisional sehingga perlu diperbaiki
untuk meningkatkan produksi getah dan pendapatan masyarakat (Sasmuko, 1999).
Berdasarkan penggolongan jenis tumbuh-tumbuhan (taksonomi), tanaman
kemenyan termasuk famili Styracaceae.Secara sistematis klasifikasi tanaman
kemenyan

adalah

subkelasDilleniidae;

divisi

Magnoliophyta;


ordoEbenales;

kelasMagnoliopsida;

familiStyracaceae;

genus

Styrax;

spesiesStyrax spp. Ordo Ebeneles memiliki 12 genus dan terdiri lebih dari 190
jenis yang menyebar mulai dari benua Asia, Mediterania hingga Amerika Utara–
Selatan. Genus kemenyan memiliki jumlah lebih dari 20 jenis (Jayusman, 2014).
Hutan kemenyan berawal dari hutan liar yang tumbuh tanpa campur
tangan manusia.Pohon kemenyan tumbuh secara alami di hutan dan saat ini cukup
banyak diusahakan oleh masyarakat sekitar hutan sebagai sumber pendapatan
(Lumbangaol dan Simangunsong, 2012).
Tempat tumbuh kemenyan cukup bervariasi yaitu pada ketinggian 6002.000 mdpl.Di daerah Tapanuli Utara kemenyan tumbuh baik pada ketinggian
1.000-1.500 mdpl (Rajagukguk, 2009).


Universitas Sumatera Utara

Bibit kemenyan berasal dari sebatang pohon kemenyan yang bijinya jatuh
ke tanah dan tumbuh secara alami menjadi anakan.Anakan ini dapat menjadi
sumber bibit dengan memilih tanaman yang tumbuh sehat dan normal.Bibit
tersebut dicabut bersama akarnya tetapi tidak mengikutsertakan tanahnya.Cara
menanamnya adalah dengan membuat lubang tanam menggunakan parang atau
kayu, kemudian bibit dimasukkan ke dalam lubang tanam dengan parang atau
kayu dan ditutup dengan tanah galian lubang, selanjutnya ditandai dengan ajir
(Sinaga, 2009).
Budidaya kemenyan sumatrana dalam jumlah banyak sulit untuk
dilakukan karena kendala dalam penyediaan bibit.Bibit kemenyan di dalam hutan
diperoleh dari biji yang tumbuh liar. Usaha untuk menghasilkan bibit melalui biji
sering dicoba masyarakat akan tetapi variabilitasnya sangat rendah karena kulit
biji yang keras dan sulitnya mendapatkan media untuk menumbukan biji dari
persemaian (Nurwahyuni dan Elimasni, 2006)

Jenis-Jenis Kemenyan
a. Kemenyan Toba (Styrax paralleloneurum PERK)
Kemenyan toba merupakan jenis yang paling banyak dibudidayakan di

daerah Tapanuli dan Dairi.Jenis ini tumbuh dan menyebar pada ketinggian >600
mdpl di sentra produksi kemenyan di Tapanuli Utara.Tipe perkecambahan benih
kemenyan toba dan pertumbuhan tanaman di lapangan relatif lebih lambat
dibandingkan jenis kemenyan durame dan bulu.Usia matang sadap jenis ini
umumnya lebih dari 5 tahun, tergantung perkembangan diameter batang
tanaman.Penampilan daun jenis toba terkesan lebih gelap dan mengkilat

Universitas Sumatera Utara

dibandingkan jenis kemenyan durame dan Bulu (Jayusman, 2014).Sasmuko dan
Karyaatmaja (2000)menambahkan aroma getah kemenyan toba lebih tajam
dengan warna yang lebih putih dibandingkan kemenyan durame dan bulu, dalam
perdagangan lokal kemenyan toba merupakan jenis yang disenangi masyarakat
karena getahnya lebih mahal dibandingkan kemenyan durame dan bulu.
b. Kemenyan Durame (Styrax benzoine Dryand)
Kemenyan durame merupakan jenis kedua yang paling banyak
dibudidayakan di daerah Tapanuli.Jenis ini tumbuh dan menyebar pada ketinggian
mulai dari >60 mdpl di daerah Sumatera Selatan dan Tapanuli Selatan, sedangkan
di sentra produksi kemenyan Tapanuli Utara banyak ditemukan pada ketinggian
>600 mdpl.Umumnya kemenyan durame dibudidayakan secara campuran dengan

jenis kemenyan toba dan bulu.Penampilan daun jenis kemenyan durame terkesan
lebih terang warnanya dibandingkan jenis kemenyan toba. Getah yang dihasilkan
memiliki aroma balsamat agak tajam, warna putih-kuning kecoklatan dengan
ukuran butiran getah panjang 3-5 cm dan lebar 1-1,5 cm. Pada perdagangan lokal
harga getah kemenyan durame relatif lebih rendah dibandingkan jenis kemenyan
toba dan sering digunakan hanya sebagai getah pencampur di kilang kemenyan.
Tipe perkecambahan benih kemenyan durame dan pertumbuhan tanaman di
lapangan relatif lebih cepat dibandingkan jenis kemenyan toba.Usia matang sadap
jenis ini umumnya dimulai pada umur 5 tahun dengan ukuran diameter batang
tanaman mencapai >10 cm (Jayusman, 2014).
c. Kemenyan Bulu (Styraxbenzoine Var Hiliferum)
Kemenyan bulu merupakan jenis yang kurang banyak dikenal.Hal ini
disebabkan oleh jumlah populasinya yang relatif sedikit.Jenis ini secara alam

Universitas Sumatera Utara

banyak ditemukan di hutan alam Sibatuloteng-Simalungun dancukup banyak
dibudidayakan di daerah Pahae dan Sarulla, Kabupaten Tapanuli Utara.Namun di
salah satu daerah sentra kemenyan yaitu di Dolok Sanggul, jenis ini jarang atau
sulit ditemukan.Kemenyan bulu memiliki kesamaan dengan jenis kemenyan

durame. Getah yang dihasilkan memiliki aroma balsamat kurang tajam, warna
putih-kuning kecoklatan dengan ukuran butiran getah panjang 3-5 cm dan lebar
1,0-1,5 cm. Pada perdagangan lokal harga getah kemenyan bulu relatif lebih
rendah dibandingkan jenis lainnya dan bersama getah durame hanya sering
digunakan sebagai bahan pencampur dalam pengolahan getah. Umumnya getah
kemenyan bulu lebih cair dan tampak meleleh di permukaan batang hingga jatuh
di atas lantai kebun.Tipe perkecambahan benih dan pertumbuhan tanaman
kemenyan bulu di lapangan relatif lebih cepat dibandingkan jenis kemenyan toba
namun memiliki kesamaan dengan jenis kemenyan durame.Usia matang sadap
jenis ini umumnya dimulai umur 5 tahun pada saat diameter batang tanaman
mencapai >10 cm. (Jayusman, 2014).

Manfaat Kemenyan(Styrax spp.)
Nenek moyang bangsa Indonesia sejak dulu telah menekuni pengobatan
dengan memanfaatkan aneka tumbuh-tumbuhan.Salah satu warisan tradisional
Aceh yang dapat berkhasiat obat adalah minyak kemenyan. Minyak kemenyan
merupakan minyak khas Aceh yang dibuat dari bahan baku utamanya minyak
pliek atau minyak broek (minyak kelapa hasil fermentasi tradisional Aceh)
(Arpi, 2013).Sasmuko (2001) menambahkan getah kemenyan memiliki banyak
manfaat bagi manusia dan juga merupakan komoditi ekspor yang sangat penting.


Universitas Sumatera Utara

Getah kemenyan mengandung ±36,5% asam sinamat sebagai bahan baku industri
kosmetik dan farmasi. Pohon kemenyan dapat dikembangkan untuk tanaman
reboisasi, penghara pabrik pulp, rehabilitasi lahan, sekat bakar, dan pohon
ornamen. Kemenyan berguna pula sebagai bahan pengawet dan bahan baku
farmasi obat-obatan. Di samping itu kemenyan dapat dipakai pula sebagai bahan
campuran dalam keramik agar lebih kuat dan tidak mudah pecah. Bahkan di
negara-negara Eropa kemenyan digunakan sebagai bahan campuran pada pemanas
ruangan

Pengerjaan Kayu
Menurut Bakar(1998) dalam Adha (2005) istilah pengerjaan kayu sering
disebut sebagai wood working. Tujuan dari proses pengerjaan yaitu untuk
mengkonversi kayu solid maupun panel kayu menjadi produk berdaya guna,
bernilai dan berestetika tinggi lewat serangkaian proses
Ruang lingkup pengerjaan kayu adalah mulai dari perencanaan (planing),
pendesainan (designing), pemesinan (machining), atau pemotongan (cutting),
perakitan (assembling) dan pengkilapan (finishing). Pengerjaan kayu lebih

ditekankan pada bagaimana proses pemotongan dari proses pengerjaan tersebut
berlangsung (Siswanto, 2002).
Sifat pengerjaan kayu berkait dengan dua hal, yaitu (1) tingkat kesukaran
atau kemudahkan kayu untuk dikerjakan di dalam berbagai proses pemotongan,
dan (2) tingkat kekasaran (cacat permukaan) atau kehalusan permukaan bidang
potong baru pada kayu yang dihasilkan setelah kayu itu mengalami proses
pemotongan dengan menggunakan alat potong yang tajam. Sesuai dengan

Universitas Sumatera Utara

tujuannya, proses pengerjaan mencakup delapan operasi pemotongan, yaitu
penggergajian, penyerutan, pembentukan, perautan, pengukiran, pembubutan,
pemboran, dan pengampelasan (Koch, 1964)
Coto dkk (1989)dalam Sucipto (2009) menyatakan sifat pengerjaan sangat
dipengaruhi oleh berat jenis kayu. Makin tinggi berat jenis kayu, semakin tebal
dinding sel kayu, menyebabkan kayu semakin keras. Hal ini menyebabkan kayu
makin sukar di potong, dibelah maupun dibubut. Adanya tilosis atau mineral di
dalam lumen menyebabkan alat pengolah (mata gergaji, pisau serut atau mata
bubut) akan cepat tumpul. Struktur anatomis kayu akan mempengaruhi mutu
olahan. Serat berpilin atau berombak menyebabkan permukaan kayu olahan tidak

licin

Pemesinan Kayu
Pemesinan kayu adalah proses pengolahan kayu menjadi produk-produk
kayu seperti kayu gergajian, venir dan komponen meubel. Tujuannya adalah
untuk menghasilkan bentuk dan dimensi yang diinginkan dengan ketepatan dan
kualitas permukaan yang diharapkan melalui proses yang paling ekonomis
(Szymani, 1989 dalam Asdar, 2010).
Faktor lain yang juga menentukan mutu pemesinan khususnya sifat
penyerutan adalah peralatan (ketajaman pisau), sudut pemotongan, kecepatan
pengumpanan dan kecepatan pisau. Pisau serut yang kurang tajam atau sudut
pemotongnya yang tidak sesuai cenderung menghasilkan produk penyerutan yang
kasar.Demikian pula dengan kecepatan pengumpanan dan kecepatan pisau yang
tidak sesuai dengan karakteristik kayu (Balfas, 1993).

Universitas Sumatera Utara

Mesin yang umum digunakan dalam proses pengerjaan kayu antara
lainplaner (surfacer), shaper, turning machine, borer, mortise machine dan
sander. Planer berfungsi untuk menyerut dan meratakan permukaan kayu.Shaper

berfungsi membentuk profil tertentu pada sisi kayu.Turning machine berfungsi
membubut kayu menjadi berprofil bulat.Borer berfungsi melubangi kayu untuk
titik awal pemotongan jigsaw, penuntun arah sekrup/paku, lubang pasak kayu dan
tempat dudukan kepala sekrup/paku.Sander berfungsi menghaluskan permukaan
potong tahap lanjut sehingga menghasilkan permukaan kayu yang lebih halus
(Darmawan, 1997).
Pengujian sifat pemesinan dilakukan dengan cara mengamati bentuk dan
luas cacat tertentu yg timbul pada setiap contoh uji sifat pemesinan. Proses
pemesinan yang diuji adalah pengetaman (planing), pengampelasan (sanding),
pembentukan (shaping) dan pemboran (boring).Luas cacat sifat pemesinan
dinyatakan dalam persentase luas bagian permuukaan bercacat dari seluruh
permukaan contoh uji sifat pemesinan.Nilai cacat yang diperoleh kemudian
dihitung rata-ratanya yang selanjutnya digunakan untuk menetapkan besarnya
nilai bebas cacat.Berdasarkan nilai persentase bebas cacat ditentukan klasifikasi
sifat pemesinan (Mulyono, 2000).

Cacat Teknis atau Cacat Pemesinan
Cacat teknis atau cacat pemesinan yaitu cacat yang terdapat atau terjadi
pada kayu, yang disebabkan oleh pemesinan terhadap kayu tersebut. Cacat
pemesinan dapat berupa:

1. Serat berbulu

Universitas Sumatera Utara

Serat berbulu (fuzzy grain), yaitu terlepasnya serat-serat kayu yang
menyerupai bulu-bulu ke permukaan kayu hasil pemesinan, akibat adanya kayu
tarik (tension wood) pada bagian tersebut.
2. Serat terangkat
Serat terangkat (raised grain) yaitu munculnya serat ke permukaan kayu
hasil pemesinan sehingga membentuk gelombang karena adanya perbedaan
tegangan pada jaringan tersebut atau karena adanya perbedaan kerapatan antara
kayu awal dan kayu akhir.
3. Serat terlepas
Serat terlepas (loosened grain) yaitu terlepasnya serat kayu menurut riap
tumbuh ke permukaan kayu hasil pemesinan yang biasanya terjadi pada kayu
gergajian datar (flat sawn lumber)
4. Serat terserpih
Serat terserpih (chipped grain), yaitu terserpihnya (tersobek dalam partikel
kecil) serat ke permukaan kayu hasil pemesinan, karena keratin pisau penyerut.
5. Serat tersobek

Serat tersobek (torn grain), yaitu tersobeknya serat kayu pada sekitar mata
kayu atau tempat arah serat bergelombang pada permukaan kayu hasil pemesinan
karena keratan pisau penyerut.
6. Bekas serpihan
Bekas serpihan (chip mark) yaitu suatu cekungan pada permukaan kayu
yang dangkal yang disebabkan oleh serpihan atau serutan yang tertatah
(Rachman dan Malik, 2011).

Universitas Sumatera Utara

Proses pengetaman (planing) merupakan proses paling penting, karena
pada akhirnya semua komponen dari produk furnitureini harus diketam untuk
menghasilkan penampilan permukaan dengan kualitas yang baik. Banyak faktor
yang

memainkan

peranan

penting

dalam

menentukan

kualitas

hasil

pengetaman.Salah satu faktor tersebut berasal dari jenis kayu yang sedang
diketam, sedangkan beberapa faktor lainnya dapat berasal dari mesin ketam yang
dipergunakan. Adapun karakteristik kayu yang sering menyulitkan dalam proses
pengetaman diantaranya adalah adanya mata kayu dan serat miring yang tumbuh
secara alami (Darmawan, 1997).
Tantangan bagi setiap operator pemesinan kayu adalah agar kayu yang
ketermesinannya rendah dapat dimesinkan dengan kualitas tinggi.Untuk itu
biasanya dilakukan modifikasi-modifikasi kondisi pemesinan.Kualitas pemesinan
juga dapat ditingkatkan dengan mempertajam pisau (Bakar, 2003).

Universitas Sumatera Utara