Efektifitas Model Pembelajaran Kooperati. docx

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis berhasil menyelesaikan proposal penelitian yang
berjudul “Efektifitas Model Pembelajaran Kooperatif Student Team Achievement Division
(STAD) Menggunakan Media Teka Teki Silang Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Pokok
Bahasan Senyawa Karbon”
Proposal ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah seminar proposal. Diharapkan
proposal ini dapat memberikan informasi kepada kita akan pentingnya inovasi-inovasi dalam
proses belajar mengajar.
Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penulis harapkan demi
kesempurnaan proposal ini. Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak
yang telah berperan serta dalam penyusunan proposal ini dari awal sampai akhir.

Medan , 18 Mei 2015

Penulis

1

DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR

i

DAFTAR ISI

ii

BAB I PENDAHULUAN

1

2.1

Latar Belakang Masalah

1

1. 2


Identifikasi Masalah

3

1. 3

Batasan Masalah

3

1. 4

Rumusan Masalah

3

1. 5

Tujuan Penelitian


4

1. 6

Manfaat Penelitian

4

1. 7

Definisi Operasional

5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

6

2.1


Pembelajaran Kimia di Sekolah Menengah Atas

6

2.2

Hasil Belajar

7

2.2. 1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

7

2.3

Model Pembelajaran Kooperatif

8


2.4

Pembelajaran Kooperatif Student Team Achievement Division (STAD)

9

2. 4. 1

Komponen Utama Pembelajaran Kooperatif Student Team Achievement Division

(STAD) 9
2. 4. 2

Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Student Team Achievement

Division (STAD)
2.5

Media Pendidikan.


11
12

2. 5. 1

Pengertian Media Pendidikan

12

2. 5. 2

Fungsi Media Pendidikan

13
2

2. 5. 3

Kriteria Pemilihan Media Pendidikan


14

2. 5. 4

Jenis Media Pendidikan

15

2. 5. 5

Media Teka Teki Silang

16

2.6

Materi Senyawa Karbon

18


2.7

Kerangka Konseptual

18

2.8

Hipotesis Penelitian.

18

BAB III

19

METODE PENELITIAN

19


3.1

Lokasi Penelitian

19

3.2

Populasi dan Sampel Penelitian

19

3.4

Desain Penelitian

19

3.5


Instrumen Penlitian

20

3.5. 1

Uji Validitas Tes

20

3.5. 2

Uji Reliabitas Tes

21

3.5. 3

Taraf Kesukaran Tes


21

3.5. 4

Uji Daya Beda

22

Pelaksanaan Penelitian

22

3.6

3.6. 1

Pelaksanaan kegiatan penelitian pada kelas eksperimen

22

3.6. 2

Pelaksanaan kegiatan penelitian pada kelas kontrol

23

3.7

Teknik pengumpulan Data

25

3.8

Teknik Analisis Data

25

3.8. 1

Uji Normalitas

25

3.8. 2

Uji Homogenitas

26

3.8. 3

Uji Hipotesis

26

3.8. 4

Peningkatan Hasil Belajar

27
3

3.9

Jadwal Kegiatan

27

3.10

Personalia Peneliti

27

DAFTAR PUSTAKA

29

4

BAB I
PENDAHULUAN
Penelitian dengan judul efektifitas model pembelajaran kooperatif Student Team
Achievement Division (STAD) menggunakan media Teka Teki Silang pada terhadap hasil
belajar siswa pada pokok bahasan senyawa karbon, bagian ini meliputi latar belakang
masalah, identifikasi masalah, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian,
mamfaat penelitian dan defisi operasional yang akan dijelaskan sebagai berikut

2.1

Latar Belakang Masalah
Keberhasilan pembangunan suatu bangsa bergantung dari kualitas Sumber Daya

Manusia (SDM) yang dimilikinya. Kualitas sumber daya manusia ini dapat berupa
penguasaaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi, sifat pantang menyerah, bekerja
keras, selalu ingin maju, terbuka dengan perubahan, namun tetap tidak meninggalkan nilainilai luhur bangsa. Bila ditelusuri lebih jauh, kualitas sumber daya manusia dapat diraih
melalui pendidikan, tetapi dengan pendidikan yang berkualitas pula. Melalui pendidikan yang
berkualitas maka akan tercetak manusia-manusia unggul dan berbudi luhur yang mampu
membawa bangsa kearah perubahan yang lebih baik. (Tarigan, 1990).
Dalam proses belajar mengajar pemilihan dan penggunaan model pembelajaran serta
media yang tepat dalam menyajikan suatu materi dapat membantu siswa dalam mengetahui
serta memahami segala sesuatu yang disajikan guru. Melalui pembelajaran yang tepat, siswa
diharapkan mampu memahami dan menguasai materi ajar sehingga dapat berguna dalam
kehidupan nyata. Salah satu indikator keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dari
prestasi belajar yang dicapai siswa. Prestasi belajar adalah cermin dari pengetahuan,
keterampilan dan sikap dimana dalam kurikulum sering disebut sebagai kemapuan kognitif,
afektif dan psikomotor (Dimyanti, dkk, 2006).
Keberhasilan proses belajar mengajar merupakan hal utama yang didambakan dalam
melaksanakan pendidikan disekolah. Komponen utama dalam kegiatan belajar mengajar
adalah siswa dan guru, dalam hal ini siswanya yang menjadi subjek belajar. Mata pelajaran
kimia merupakan mata pelajaran wajib bagi siswa SMA, khususnya jurusan IPA. Mata
pelajaran ini perlu diajarkan untuk tujuan yang lebih khusus yaitu membekali peserta didik
pengetahuan, pemahaman dan sejumlah kemampuan yang dipersyaratkan untuk memasuki
jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu dan teknologi (Fajri, dkk,

1

2012). Hal ini tidak menutut kemungkinan akan adanya kesulitan bagi siswa dalam mengikuti
proses pembelajaran kimia.
Permasalahan pendidikan yang sering dihadapi di SMA terutama SMAN 2 Rantau
Prapat adalah bahwa banyak siswa menganggap mata pelajaran kimia sulit dipelajari,
sehingga siswa sudah terlebih dahulu merasa kurang mampu dalam memperlajarinya. Hal ini
mungkin disebabkan oleh penyajian guru yang kurang menarik, membosankan, sulit dan
menakutkan sehingga siswa kurang menguasai konsep dasar dan hasil belajar yang dimiliki
oleh siswa rendah. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa maka guru harus mempunyai
inovasi baru dalam proses pembelajaran.
Dalam menciptakan inovasi baru dalam proses pembelajaran dan membiasakan siswa
lebih aktif, guru dapat memilih salah satu alternative pengembangan model pembelajaran
yaitu pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif ini menerapkan pembelajaran
secara kelompok dan menekankan pentingnya kerjasama atau gotong royong. Dalam
pembelajaran kooperatif ini tidak ada didominasi oleh kelompok siswa tertentu atau
pemecahan masalah sendiri-sendiri. Semua anggota kelompok harus menunjukkan
aktivitasnya

sehingga

yang

berkemampuan

tinggi

dapat

membantu

siswa

yang

berkemampuan rendah karena semua anggota harus saling membantu.
Model pembelajaran kooperatif Student Team Achievement Division (STAD)
merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif dari sekian banyak tipe pembelajaran
kooperatif. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan yang paling sederhana,
dimana siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang yang merupakan
campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran
kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah
menguasai pelajaran tersebut. selanjutnya guru akan memberikan kuis pada seluruh siswa,
dimana saat kuis siswa tidak boleh saling membantu. Model pembelajaran kooperatif tipe
STAD ini menekankan pada interaksi diantara siswa untuk saling membantu dalam
menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. (Gul Nazir Khan, dkk,
2011).
Media adalah alat bantu dalam lingkungan siswa yang dapat meningkatkan motivasi
belajar siswa (Sudjana, dkk, 2009). Selain itu Arsyad (2009) mendefinisikan bahwa media
adalah bagian dari sumber belajar yang mengandung materi bahan ajar yang terdapat di
lingkungan siswa dan dapat meningkatkan kemampuan belajar siswanya. Penggunaan media
pembelajaran sangat membantu guru mengembangkan dan memperdalam proses belajar
mengajar dikelas. Penggunaan media pembelajaran yang bervariasi dengan tepat dapat
2

mempengaruhi aktivitas, minat dan motivasi belajar siswa yang tentunya akan mempengaruhi
prestasi belajarnya (Arsyad, 2009). Sesuai dengan tujuan pembelajaran dan karakteristik
materi Senyawa Karbon berupa hafalan yang sukar diingat, sehingga proses pembelajarannya
terasa membosankan, maka diperlukan media yang tepat dalam proses pembelajarannya agar
siswa mudah mengingat dan proses pembelajaran pun terasa asik, seperti media TTS (Teka
Teki Silang).
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang sederhana dikombinasikan dengan
media Teka Teki Silang yang dapat membantu siswa dalam mengingat materi pembelajaran
merupakan sebuah inovasi pembelajaran yang baru yang akan mengundang minat dan
partisipasi siswa serta merangsang daya nalarnya untuk memahami materi. Dari beberapa
pernyataan diatas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul:
“Efektifitas Model Pembelajaran Kooperatif Student Team Achievement Division
(STAD) Menggunakan Media Teka Teki Silang (TTS) Terhadap Hasil Belajar Siswa
pada Pokok Bahasan Senyawa Karbon”
1. 2

Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakng masalah diatas, beberapa masalah yang dapat

diidentifikasi adalah sebagai berikut:
1. Apakah model pembelajaran dan media yang digunakan selama ini kurang
inovatif sehingga membuat siswa pasif dalam proses belajar mengajar?
2. Apa yang menyebabkan hasil belajar kimia siswa rendah?
3. Apa yang meyebabkan rendahnya minat dan keaktifan siswa dalam pembelajaran
kimia?
1. 3

Batasan Masalah
Berdasarkan luasnya cakupan masalah yang akan diidentifikasi dibanding dengan

waktu dan kemampuan yang dimiliki peneliti. Maka, peneliti membatasi masalah sebagai
berikut:
1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif tipe
Student Team Achievement Division (STAD)
2. Media pembelajaran yang digunakan adalah Teka Teki Silang (TTS)
3. Materi pelajaran yang diajarkan adalah senyawa karbon
4. Subjek penelitian adalah siswa kelas XII IPA SMAN 2 Rantau Prapat

3

1. 4

Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah diatas yang menjadi rumusan masalah

adalah:
1. Apakah hasil belajar kimia siswa pada kelas eksperimen yang diajarkan menggunakan
model pembelaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD)
menggunakan media Teka Teki Silang lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar
kimia siswa pada kelas control yang hanya menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) ?
2. Berapa besar efektifitas penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Student
Team Achievement Division (STAD) menggunakan media Teka Teki Silang pada
pokok bahasan senyawa Karbon di kelas XII IPA SMAN 2 Rantau Utara?
1. 5

Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah hasil belajar kimia siswa pada kelas eksperimen yang
diajarkan menggunakan model pembelaran kooperatif tipe Student Team Achievement
Division (STAD) menggunakan media Teka Teki Silang lebih baik dibandingkan
dengan hasil belajar kimia siswa pada kelas control yang hanya menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD)
2. Untuk mengetahui besar efektifitas penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
Student Team Achievement Division (STAD) menggunakan media Teka Teki Silang
pada pokok bahasan senyawa Karbon di kelas XII IPA SMAN 2 Rantau Utara

1. 6

Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi tentang
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division
(STAD) menggunakan media Teka Teki Silang untuk meningkatkan hasil belajar
siswa sesuai dengan tuntutan kurikulum pembelajran
2. Bagi guru kimia SMA, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dan
bahan pertimbangan serta salah satu alternative untuk memecahkan beberapa masalah
dalam upaya meningkatkan hasil belajar dan partisipasi siswa dalam peroses belajar
mengajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team
Achievement Division (STAD) menggunakan media Teka Teki Silang

4

3. Bagi peneliti, menambah pengetahuan dan memperluas wawasan peneliti tentang
model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD)
menggunakan media Teka Teki Silang yang dapat digunakan dalam mengajar kelak.

1. 7

Definisi Operasional
1. Model pembelajaran pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement
Division (STAD)
Student Team Achievement Division (STAD) adalah jenis pembelajaran kooperatif
yang paling sederhana yang diranjang agar siswa saling bekerjasama, saling
memotivasi dalam memahami materi pelajaran guna mencapai prestasi yang
maksimal.
2. Media pembelajaran Teka Teki Silang
Teka Teki Silang merupakan permainan bahasa dengan cara mengisi kotak-kotak
dengan huruf-huruf sehingga membentuk kata yang dapat dibaca, baik secara vertikal
maupun horizontal.
3. Hasil belajar
Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa dari selisih nilai tes awal dan tes akhir
siswa pada pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement
Division (STAD) menggunakan media TTS dengan pembelajaran yang hanya
menggunakan model Student Team Achievement Division (STAD)
4. Senyawa Karbon
Senyawa karbon merupakan pokok bahasan kimia yang digunakan peneliti pada kelas
XII IPA semester genap yang membahas tentang senyawa Alkohol, Alkoksi Alkana
(Eter), Aldehida (Alkanal), Keton, Asam Alkanoat (Asam Karboksilat), Ester.

5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Pembelajaran Kimia di Sekolah Menengah Atas
Pendidikan merupakan mengembangkan dan membina sumber daya manusia melalui

berbagai kegiatan pembelajaran. Pendidikan di sekolah mempunyai tujuan untuk mengubah
siswa agar memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap belajar sebagai bentuk perubahan
perilaku. Pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan pendidik dan materi atau sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar.
Kegiatan pembelajaran merupakan suatu kondisi yang sengaja diciptakan supaya
terjadi interaksi antar komponen pembelajaran yaitu guru, siswa dan sumber belajar. Interaksi
antara guru, siswa dan sumber belajar tersebut diarahkan untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah dirumuskan sebelum pelaksanaan pembelajaran. Tujuan
pembelajaran disekolah adalah agar siswa mampu memahami dan memecahkan persoalan
materi yang dipelajari sehingga dapat mencapai hasil belajar maksimal. Keberhasilan
kegiatan pembelajaran sangat ditentukan oleh model dan media yang digunakan guru dalam
menyampaikan materi. Model dan media yang digunakan disesuaikan dengan karakteristik
materi yang diajarkan.
Mata pelajaran kimia diberikan di jenjang pendidikan menengah atas terutama yang
mengambil program Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pendidikan di sekolah mempunyai tujuan
untuk mengubah siswa agar memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap belajar sebagai
bentuk perubahan perilaku siswa (Siswoyo, dkk, 2011).
IPA dipandang sebagai cara berpikir terhadap alam, cara menyelidiki gejala, dan
kumpulan pengetahuan yang dihasilkan dari penyelidikan (Djamarah, dkk, 2010). Pendidikan
IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri dan alam sekitar
serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di kehidupan sehari-hari.
Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk
mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam secra
ilmiah. Ilmu kimia sebagai bagian dari IPA merupakan ilmu yang mempelajari materi yang
meliputi struktur, sifat, susunan serta perubahan energi yang menyertai suatu reaksi kimia.
Ilmu kimia menjadi sarana, hasrat dan kerinduan terdalam manusia untuk menyelidiki dan
mengetahui materi alam semesta ini. Namun kimia bagi sebagian siswa terutama siswa
SMAN 2 Rantau Prapat merupakan salah satu pelajaran yang sulit. Beberapa siswa merasa
6

tidak mampu dalam mempelajari kimia. Pelajaran kimia menjadi momok yang menakutkan
karena adanya pandangan yang salah tentang kimia itu sendiri. Selama ini para siswa
menganggap konsep-konsep abstrak yang sulit diaplikasikan kedalam kehidupan yang nyata.
2.1

Hasil Belajar
Secara kodrati manusia terlahir sebagai pembelajar. Rasa keingintahuannya

mendorong manusia mengeksplorasi berbagai pengetahuan. Belajar adalah suatu proses yang
ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Pembelajaran merupakan suatu
proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam lingkungannya.
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh setelah mengalami
aktivitas belajar. Menurut Sudjana hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang
dimiliki setelah siswa menerima pengalaman belajarnya. Ranah kognitif berkenaan dengan
hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan atau ingatan,
pemahaman, aplikasi, analisis, internalisasi (Latuheru, 1988).
Perilaku penilaian terhadap proses dan hasil belajar diantaranya internal dan eksternal.
Penilaian internal merupakan penilaian yang dilakukan dan direncanakan oleh guru ada saat
pembelajaran berlangsung. Sedangkan penilaian eksternal merupakan penilaian yang
dilakukan oleh pihak luar yang tidak melaksanakan proses pembelajaran, biasanya dilakukan
oleh suatu institusi atau lembaga baik didalam maupun diluar negeri (Tarigan, 2014)
Hasil belajar dapat dikatakan efektif ketika dapat mencapai ketuntasan belajar.
Seorang peserta didik dipandang tuntas jika ia mampu menyelesaikan, menguasi kompetensi
atau mencapai tujuan pembelajaran minimal 65% dari seluruh tujuan pembelajaran.
Sedangkan keberhasilan kelas dilihat dari jumlah peserta didik yang mampu menyelesaikan
atau mencapai minimal 65% dari jumlah peserta didik yang ada dikelas tersebut (Sudjana,
2009).
2.2.1

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Jika pada umumnya bahwa hasil belajar merupakan sebagai perubahan tingkah laku,

maka besar kecilnya perubahan tersebut akan dipengaruhi berbagai hal. Faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar dikemukakan oleh purwanto terdapat dua faktor, yaitu:
1)

Faktor dari dalam, pada bagian ini meliputi kondisi fisik dan panca indra terdiri dari:
a) Faktor fisiologis dan panca indra siswa.
Kondisi fisik dan panca indra siswa memberikan pengaruh terhadap hasil
belajar yang dicapai. Keadaan jasmani yang sehat dan panca indra yang berfungsi
7

dengan baik memegang peranan penting dalam proses pembelajaran sehingga hasil
yang diperoleh maksimal.
b) Faktor psikologi yang meliputi bakat, minat, kecerdasan, motivasi dan
kemampuan kognitif.
Dari pengaruh faktor-faktor tersebut maka muncul siswa yang berprestasi tinggi dan
berprestasi rendah atau gagal sama sekali. Dalam hal ini, seorang guru yang
professional

diharapkan

mampu

mengantisipasi

kemungkinan-kemungkinan

munculnya kelompok siswa yang menunjukkan gejala kegagalan dengan berusaha
mengetahui dan mengatasi faktor yang menghambat proses belajar mereka.
2.3

Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan dari teori belajar kontruktivisme yang

lahir dari Piaget dan Vigosky. Berdasarkan penelitian Piaget yang pertama dikemukakan
bahwa pengetahuan itu dibangun dalam pikiran anak (Padmaningrum, dkk, 2010).
Dalam model pembelajaran kooperatif, guru yang lebih berperan sebagai fasilitator
yang berfungsi sebagai jembatan penghubung kearah pemahaman yang lebih tinggi. Guru
tidak hanya memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi juga harus membangun
pengetahuan dalam pikirannya. Siswa mempunyai kesempatan untuk mendapatkan
pengalaman langsung dalam menerapkan ide-ide mereka (Lie, 2007).
Pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi
siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi. Dalam pembelajaran kooperatif
para peserta didik dikelompokkan secara acak dan proporsional (Adesoji,2009).
Pengelompokkan peserta didik dalam suatu kelompok dapat didasarkan pada fasilitas yang
tersedia, perbedaan individu dalam minat belajar dan kemampuan belajar, jenis kelamin atau
berdasarkan pada lotre atau random. Dalam pembagian kelompok ini, kelompok dibagi
secara heterogen baik dari segi kemampuan belajar maupun dari jenis kelamin agar terjadi
dinamika kegiatan belajar yang lebih baik dari kelompok, sehingga tidak terkesan ada
kelompok yang kuat dan lemah (Setiawati, dkk, 2013).
Untuk mencapai hasil yang maksimal ada lima unsur model pembelajaran kooperatif
yang harus diterapkan, yaitu:
1. Saling Ketergantungan Positif
Artinya setiap siswa harus melaksanakan tugas masing-masing yang diberikan
untuk menyelesaikan tugas dalam kelompok itu. Setiap siswa mempunyai peluang
yang sama untuk mengambil bagian dalam kelompok. Siswa yang mempunyai

8

kelebihan harus membantu temannya dalam kelompok itu untuk tercapai tugas
yang diberikan kepada kelompok itu. Setiap anggota kelompok harus saling
berhubungan, saling memnuhi dan bantu-membantu.
2. Tanggung Jawab Perseorangan
Dalam kooperatif, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan
yang terbaik untuk kelompoknya, karena penilaian dilakukan secara individu dan
kelompok. Siswa yang berprestasi tinggi ataupun rendah mempunyai kesempatan
yang sama untuk memberikan kontribusi. Sehingga timbul rasa tanggung jawab
untuk keberhasilan kelompoknya.
3. Interaksi Tatap Muka
Setiap kelompok diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi.
Kegiatan interaksi ini akan memberikan keuntungan bagi anggota kelompok
karena siswa akan memperoleh sumber belajar yang bervariasi.
4. Komunikasi Antar Anggota
Pembelajaran kooperatif membutuhkan suatu komunikasi yang efektif dan positif
tanpa menyinggung perasaan anggota yang lain. Dengan adanya komunikasi yang
baik, pencapaian tujuan akan lebih mudah.
5. Evaluasi Proses Kelompok
Guru perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi
proses kerja kelompok dan hasil kerja sama agar selanjutnya bisa bekerja sama
dengan lebih efektif.
2.4

Pembelajaran Kooperatif Student Team Achievement Division (STAD)
Metode Student Team Achievement Division (STAD) dikembangkan oleh Robert

Slavin dari Universitas John Hopkins. Metode Student Team Achievement Division (STAD)
adalah metode yang paling sederhana dari semua tipe pembelajaran kooperatif. Slavin
memaparkan bahwa gagasan utama di belakang STAD adalah memacu siswa saling
mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan yang diajarkan
guru. Jika siswa menginginkan kelompok memperoleh hadiah, mereka harus membantu
teman sekelompok mereka dalam mempelajari pelajaran (Slavin, 2008).
2. 4. 1 Komponen Utama Pembelajaran Kooperatif Student Team Achievement Division
(STAD)
Secara umum STAD terdiri dari 5 komponen utama, yaitu:

9

1. Presentasi Kelas.
Materi dalam STAD diperkenalkan dalam persentasi didalam kelas. Hal ini
dapat dilakukan melalui pengajaran secara langsung atau pengajaran diskusi dengan
guru. Presentasi kelas dalam STAD umumnya hanya menekankan hal-hal pokok saja.
Kemudian siswa harus mendalaminya melalui pembelajaran dalam kelompok
menggunakan media pembelajaran yang ada.
2. Tim atau Kelompok
Tim atau kelompok terdiri dari 4 atau 5 orang siswa mempunyai karakteristik
yang berbeda-beda atau heterogen, baik dalam penguasaan materi, jenis kelamin
maupun suku. Fungsi utama dari tim adalah memastikan bahwa semua anggota tim
telah menguasai materi yang diberikan dan juga untuk mempersiapkan anggota tim
dalam menghadapi kuis, sehingga semua anggota tim dapat mengerjakan dengan baik.
Setelah guru mempersentasikan materi, anggota tim secara bersama-sama
mempelajari materi yang diberikan guru. Pada tahap ini siswa diberi lembar tugas
sebagai bahan yang akan dipelajari. Kemudian siswa mendiskusikan kesulitan yang
ada, membandingkan jawaban dari masing-masing anggota tim dan membetulkan
kesalahan konsep dari anggota tim. Tim merupakan hal penting yang harus
ditonjolkan dalam STAD.
3. Kuis.
Setelah satu atau dua kali pertemuan guru mempersentasikan materi dikelas
dan setelah satu atau dua kali tim melakukan latihan dalam kelompoknya, siswa diberi
kuis secara individual. Jadi setiap siswa bertanggung jawab secara individu dalam
menguasai materi pelajaran yang diberikan. Hasil selanjutnya adalah diberi skor. Hal
ini dimaksudkan untuk mengetahui pemahaman materi setiap individu. Skor individu
didata/ diarsipkan dan digunakan pada perhitungan skor kelompok.
4. Skor Perkembangan Individu
Skor perkembangan individu dihitung berdasarkan skor awal. Berdasarkan
skor tersebut setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan
sumbangan skor maksimal bagi kelompoknya berdasarkan skor tes yang
diperolehnya. Perhitungan skor perkembangan individu dimaksudkan agar siswa
terpacu untuk memperoleh prestasi terbaik sesuai dengan kemampuannya. Untuk skor
tes dengan skala 100 berlaku seperti table 2.1

10

Tabel 2.1 Skor perkembangan individu
Skor Individu
Turun lebih dari 10 dari skor awal
Turun sampai dengan 10 dari skor awal
Tetap atau naik sampai dengan 10
Naik lebih dari 10 dari skor awal
Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor awal)

Skor Perkembangan Individu
5
10
20
30
30

5. Pengakuan/Penghargaan Tim
Pemberian penghargaan diberikan berdasarkan perolehan skor rata-rata yang
dikategorikan menjadi kelompok baik, hebat dan super. Perhitungan skor kelompok
dilakukan dengaan cara menjumlahkan masing-masing skor perkembangan individu
dan hasilnya dibagi sesuai jumlah anggota kelompok. Adapun kriteria yang digunakan
untuk menentukan pemberian penghargaan terhadap kelompok ditunjukkan dalam
tabel 2.2
Tabel 2.2. Penghargaan Tim
Rata-rata Skor Kelompok
15
20
25

Penghargaan
Tim Baik
Tim Hebat
Tim Super

2. 4. 2 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Student Team Achievement
Division (STAD)
Sebuah tim STAD merupakan sebuah kelompok terdiri dari empat atau lima siswa
yang mewakili heterogenitas kelas yang ditinjau dari kinerja, suku, dan jenis kelamin.
Metode STAD terdiri dari lima komponen utama yaitu presentasi kelas, kerja tim, kuis, skor
perbaikan individu dan penghargaan tim (Nur, 2005). Anggota tim menggunakan lembar
kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya dan
kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui diskusi
dan kuis.
Tabel 2.4.2 Sintaks model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams
Achivement Division)

11

2.5 Tahapan
Tahap 1 : Presentase Kelas

Tahap 2: Kerja Tim

Tahap 3 : Kuis

Tahap 4 : Skor Perbaikan
Individu
Tahap 5 : Penghargaan Tim

Guru
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, dan
melakukan pengajaran langsung atau ceramah,
presentasi ini dapat meliputi presentasi audio-visual
atau penemuan kelompok.
Guru membagi kelompok terdiri dari empat atau lima
siswa yang heterogen berdasarkan prestasi belajar,
jenis kelamin dan suku. Kemudian guru membagikan
lembar kerja yang akan dikerjakan bersama tim. Kerja
tim yang paling sering dilakukan adalah membetulkan
setiap kekeliruan atau miskonsepsi apabila teman
sesama tim membuat kesalahan.
Sejauh mana keberhasilan siswa dalam belajar dapat
diketahui dengan diadakannya kuis oleh guru
mengenai materi yang dibahas. Kepada setiap
individu, guru memberikan skor yang digunakan
untuk menentukan skor bersama bagi setiap
kelompok.
Guru memberikan rata-rata skor peningkatan dari tiap
individu dalam suatu kelompok akan digunakan untuk
menentukan perhargaan bagi kelompok yang
berprestasi.
Guru memberikan penghargaan kepada tim berupa
sertifikat atau penghargaan lain atas usaha dan kerja
keras yang dilakukan kelompok.

Media Pendidikan.
Adapun pengertian media pendidikan, fungsi media pendidikan, kriteria pemilihan
media pendidikan, serta jenis-jenis media pendidikan akan dijelaskan dibawah ini:
2. 5. 1 Pengertian Media Pendidikan
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya
pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar mengajar. Para
guru dituntut agar mampu memnggunakan alat-alat yang dapat disediakan di sekolah, dan
tidak tertutup kemungkinan bahwa alat-alat tersebut sesuai dengan perkembangan tuntutan
zaman. Guru sekurang-kurangnya dapat menggunakan alat yang murah dan bersahaja tetapi
merupakan keharusan dalam upaya mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan (Ayu, dkk.
2013). Disamping mampu menggunakan alat-alat yang tersedia, guru juga dituntut untuk
dapat mengembangkan keterampilan membuat media pengajaran yang akan digunakannya
apabila media tersebut belum tersedia.
Menurut Sudjino (2008) yang dimaksud media adalah semua bentuk perantara yang
digunakan untuk mengungkapkan ide, pikiran atau gagasan itu sampai kepada penerima.
Sedangkan bahwa media adalah sarana yang disebut chanel (saluran), karena pada hakikatnya
12

media telah memperluas dan memperpanjang kemampuan manusia untuk merasakan,
mendengar, dan melihat dalam batas jarak dan waktu tertentu.
Selain itu media adalah saluran komunikasi atau medium yang digunakan untuk
membawa atau menyampaikan suatu pesan, dimana medium itu merupakan jalan atau alat
yang menghubungkan antara komunikator dan komunikan (Davis, dkk, 2009).
Media menurut Gregory (2007) media adalah segala alat dan bahan selain buku teks
yang dapat dipakai untuk menyampaikan informasi dalam suatu situasi belajar mengajar.
Dari beberapa pendapat mengenai pengertian media di atas dapat disimpulkan bahwa
media adalah suatu alat atau sarana yang berfungsi sebagai perantara atau saluran, atau
jembatan, dalam kegiatan komunikasi, antara komunikator (penyampai pesan) dan
komunikan (penerima pesan) untuk menyampaikan informasi dalam situasi belajar mengajar
(Basuki, dkk, 2001).
2. 5. 2 Fungsi Media Pendidikan
Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang sangat penting adalah metode
mengajar dan media pengajaran. Kedua aspek ini saling berkaitan. Pemilihan salah satu
metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media pengajaran yang sesuai meskipun
masih ada berbagai aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain
tujuan pengajaran, jenis tugas dan respon yang diharapkan siswa kuasai setalah pengajaran
berlangsung, dan konteks pembelajaran termasuk karakteristik siswa (Rakhmadhani, dkk,
2013). Meskipun demikian, dapat dikatakan bahwa slah satu fungsi utama pengajaran adalah
sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi dan lingkungan belajar
yang ditata dan diciptakan oleh guru.
Harry C. Mc. Kwon dalam bukunya “Audio Visual Aids To Instruction”
mengemukakan mengenai empat fungsi media, yaitu:
1) Mengubah titik berat pendidikan formal, artinya bahwa dengan menggunakan
media, pembelajaran yang pada mulanya abstrak menjadi konkret.
2) Membangkitkan motivasi belajar, dalam hal ini penggunaan media menjadi
motifasi ekstrinsik bagi pelajar, sebab penggunaan media, pembelajaran menjadi
lebih menarik dan memusatkan perhatian belajar
3) Memberikan kejelasan, agar pengetahuan dan pengalaman belajar dapat lebih jelas
dan mudah dimengerti.
4) Memberikan stimulasi belajar.

13

Menurut Gregory (2007) fungsi media adalah (1) meningkatkan motivasi belajar
siswa (2) memenuhi keperluan siswa pada kegiatan pembelajaran, (3) memudahkan
pemahaman materi pembelajaran dan (4) menambah kegembiraan.
Selain beberapa manfaat media seperti yang dikemukakan oleh Gregory dan Harry
MC Kwon, tentu saja kita masih dapat menemukan banyak manfaat-manfaat praktis yang
lain. Manfaat praktis media pembelajaran didalam proses belajar mengajar sebagai berikut:
1) Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga
dapat mempelancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar.
2) Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak
sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung
antara siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan siswa untuk belajar sendirisendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya.
3) Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu.
Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang
peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung
dengan guru, masyarakat, dan lingkungannya melalui karya wisata. Kunjungan-kunjungan ke
museum atau kebun binatang (Daryanto, 2010).
2. 5. 3 Kriteria Pemilihan Media Pendidikan
Memilih media yang baik untuk pembelajaran bukanlah pekerjaan yang mudah untuk
dilakukan. Untuk kebutuhan suatu Proses Belajar Mengajar (PBM), masalah pemilihan media
perlu dikuasai oleh guru. Pemilihan media pembelajaran yang baik dapat menghindari adanya
kegagalan dalam mencapai tujuan pembelajaran dengan menggunakan media. Jika suatu
media digunakan untuk memfasilitasi suatu proses belajar mengajar maka media itu harus
dipilih dan digunakan karena media ini memiliki potensi untuk mempermudah belajar. Media
tidak dapat langsung digunakan begitu saja oleh pengajar karena diperlukan suatu prosedur
dalam proses pemilihannya. Oleh sebab itu, pemilihan dan penggunaan media dapat
menunjang efektifitas, efisiensi dan daya tarik dalam pembelajaran.
Menurut Sihkabuden (1985) dalam memilih dan menggunakan media pembelajaran
perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a) Media hendaknya dipilih yang dapat menunjang pencapaian tujuan pembelajaran.
b) Media dipilih yang paling efektif (tepat guna) untuk pencapaian tujuan
pembelajaran.

14

c) Media dipilih sesuai dengan kemampuan pengetahuan dan menarik perhatian
siswa.
Haryanto (1997) mengungkapkan prosedur dalam pemilihan suatu media dalam
proses belajar mengajar:
1. Identifikasi ciri-ciri media yang diperlukan sesuai kondisi.
2. Identifikasi karakteristik pembelajar
3. Identifikasi karakteristik lingkungan belajar berkenaan dengan media yang akan
digunakan.
4. Identifikasi pertimbangan praktis yang memungkinkan media mana yang mudah
digunakan dan dilaksanakan.
5. Identifikasi faktor ekonomi
2. 5. 4 Jenis Media Pendidikan
Media pembelajaran banyak sekali jenis dan macamnya. Mulai yang paling kecil
sederhana dan murah hingga media yang canggih dan mahal harganya.Media pembelajaran
dapat berupa media alamiah dan media buatan. Media alamiah adalah media pembelajaran
langsung, misalnya yang berupa lingkungan keluarga, pasar, alam, lingkungan sekolah dan
sebagainya (Sastradiraja, 1971). Sedangkan media buatan adalah media yang dibuat oleh
guru, percetakan, pabrik, dan lain-lain. Contoh media buatan adalah surat kabar, majalah,
media elektronik, komputer dan sebagainya.
Selain itu ada media yang dapat dibuat oleh guru sendiri, ada media yang diproduksi
pabrik. Meskipun banyak ragamnya, namun kenyataannya tidak banyak jenis media yang
biasa digunakan oleh guru disekolah. Beberapa media yang paling akrab dan hampir semua
sekolah memamfaatkannya adalah media cetak. Selain itu banyak juga sekolah yang telah
memamfaatkan jenis media lain gambar, model dan Overhead Projector(OHP) dan objekobjek nyata. Sedangkan media lain seperti kaset audio, video, VCD, slide (film bingkai),
program pembelajran computer sudah tidak asing lagi bagi sebagian besar guru.
Aderson (1976) mengelompokkan media menjadi 10 golongan, yaitu yang terdapat
pada table 2.3. Untuk mengoptimalkan hasil belajar pemamfaatan kedua jenis media tersebut
dapat saling melengkapi. Oleh karena itu, penggunaannya hendaknya bervariatif. Dalam
pembelajaran kimia penggunaan media hendaknya penting dilakukan, karena mengingat
pelajaran kimia merupakan pelajaran yang dianggap susah oleh siswa dan menjenuhkan.
Dengan media diharapkan mendongkrak semangat siswa untuk belajar sehingga hasil belajar

15

siswa akan meningkat. Media dalam penelitian ini termasuk media buatan berupa gambar
yaitu penggunaan media Teka-Teki Silang (TTS).
Table 2.5.4 Golongan Media Pembelajaran
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Golongan Media
Audio
Cetak
Audio-cetak
Proyeksi Visual diam

Contoh dalam Pembelajaran.
Kaset audio, siaran radio, CD, telepon
Buku pelajaran, modul, brosur, leaflet, gambar
Kaset audio yang dilengkapi bahan tertulis
Overhead
transparansi
(OHT),
film

Proyeksi Audio Visual Diam
Visual Gerak
Audio Visual
Objek Fisik
Manusia dan LIngkungan
KOmputer

bingkai(slide)
Film bingkai (slide) bersuara
Film bisu
Film gerak bersuara, video, televise
Benda nyata, Model
Guru, Laboran
CAI (pembelajaran berbantuan computer), CBI
(Pembelajaran berbasi computer).

2. 5. 5 Media Teka Teki Silang
Dalam bahasa Indonesia, Crossword Puzzle adalah Teka-Teki Silang (TTS). Teka-teki
silang merupakan sebuah permainan yang cara mainnya yaitu mengisi ruang-ruang kosong
yang berbentuk kotak dengan huruf-huruf sehingga membentuk kata yang sesuai dengan
petunjuk. Petunjuknya biasa dibagi kedalam kategori “Mendatar dan Menurun” tergantung
posisi kata yang harus diisi (Sugiarti, dkk, 2013).
Catatan sejarah menyatakan bahwa format TTS seperti sekarang sudah ada sejak
jaman kuno. Bentuknya masih cukup sederhana, yaitu sebuah bujur sangkar berisi kata-kata,
huruf-huruf yang sama pada bujur sangkar itu menghubungkan kata-kata secara vertical dan
horizontal. Dalam buku Tell Me When – Science and Technology, TTS pertama kali muncul
di surat kabar New York World pada tanggal 21 Desember 1913. TTS pertama ini disusun
oleh Arthur Winn dan diterbitkan pada lembar tambahan edisi hari minggu surat kabar
tersebut.
Mengisi sebuah teka-teki silang berguna untuk mengingat kosakata yang popular
selain itu mengisi sebuah teka-teki silang membuat kita berpikir untuk mencari jawaban. Dan
apabila belum menemukan jawabannya maka perasaan penasaran melanda dan mencari cara
untuk memecahkannya .
Menurut The New York Times ada beberapa syarat dalam pembuatan teka-teki silang,
yaitu:

16

a) Panjang kata tebakan minimal terdiri dari tiga huruf dan kata ini dibuat seminimal
mungkin
b) Berbentuk simetris terhadap garis miring
c) Setiap kotak huruf dihubungkan dengan dua kata (mendatar dan menurun).
d) Kotak kosong tidak melebihi 20%.
Perlu digaris bawahi bahwa di Indonesia syarat-syarat ini banyak tidak ditemukan
atau diabaikan dalam teka-teki silang. Teka-teki silang di Indonesia bersifat bebas baik dalam
bentuk dan pemakaian kosakata karena tujuan utamanya adalah untuk menghibur.
Walaupun sifatnya rekreatif, namun teka-teki silang dapat digunakan untuk mengasah
otak dan melatih konsentrasi. TTS melibatkan partisipasi peserta didik sejak kegiatan
pembelajaran. Peserta didik diajak untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran, tidak
hanya mental akan tetapi juga melibatkan fisik. Dengan ini peserta didik akan merasakan
suasana

yang

lebih

menyenangkan

sehingga

hasil

belajar

dapat

dimaksimalkan

(Septianingrum, dkk. 2014).
Selain itu, TTS adalah media pembelajaran yang digunakan untuk meninjau ulang
materi-materi yang sudah disampaikan. Peninjauan ini berguna untuk memudahkan peserta
didik dalam mengingat-ingat kembali materi apa yang telah disampaikan. Sehingga peserta
didik mampu mencapai tujuan pembelajaran baik aspek kognitif, afektif maupun
psikomotorik.
Fungsi kegunaan dari teka-teki silang itu sendiri yaitu membangun saraf-saraf otak
yang memberikan efek menyegarkan ingatan sehingga fungsi kerja otak kembali optimal
karena otak dibiasakan untuk terus menerus belajar dengan santai. Karena belajar dengan
santai inilah dapat membuat siswa tidak mudah lupa dengan materi yang sudah diajarkan.
2.6

Materi Senyawa Karbon
Dalam kurikulum SMA, materi senyawa karbon diajarkan pada kelaas XII semester

genap. Adapun sub materi yang di pelajari dalam pokok bahasan ini adalah tatanama, isomer,
sifat fisik dan sifat kimia, serta kegunaan dari senyawa karbon. Dimana senyawa karbon ini
terdiri atas alkohol, eter, aldehida, keton, asam karboksilat dan ester. Model pembelajaran
yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement
Division (STAD) dengan menggunakan media Teka Teki Silang dengan materi terlampir.
2.7

Kerangka Konseptual
Pada haekaktnya semua yang diperoleh siswa melalui belajar adalah hasil belajar

yang menunjukkan adanya perubahan tingkah laku siswa. Perubahan tingkah laku tersebut
17

menyangkut perubahan pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik) maupun
menyangkut nilai dan sikap (afektif). Salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar
siswa adalah dengan menggunakan model pembelajaran disertai media yang tepat. Semakin
baik model serta media yang digunakan maka akan semakin efektif pencapaian tujuan
pembelajaran, untuk membiasakan siswa lebih aktif selama proses belajar mengajar
berlangsung sekaligus mengembangkan keterampilan siswa, pembelajaran kooperatif tipe
Student Team Achievement Division (STAD) dengan menggunakan media Teka Teki Silang
adalah pilihan yang tepat.
Dengan dilakukannya pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement
Division (STAD) dengan menggunakan media Teka Teki Silang akan memacu siswa lebih
aktif dan meningkatkan daya ingat dan pemahamannya dalam mengisi soal dalam Teka Teki
Silang. Sehingga keterampilan sosial dan hasil belajar siswa akan meningkat.
2.8

Hipotesis Penelitian.
Berdasarkan latar belakang masalah, perumusan masalah, dan tujuan penelitian maka

yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Ha :

hasil belajar kimia siswa yang diajar dengan pembelajaran kooperatif tipe Student
Team Achievement Division (STAD) dengan menggunakan media Teka Teki Silang
lebih tinggi dari hasil belajar kimia siswa yang diajar dengan pembelajaran kooperatif
tipe Student Team Achievement Division (STAD) tanpa menggunakan media.

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1

Lokasi Penelitian

18

Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 2 Rantau Utara, Kabupaten Labuhan Batu yang
beralamatkan jalan menara no 4 kecamatan Rantau Utara Kabupaten Labuhan Batu pada
bulan Februari sampai Juli 2016 tahun ajaran 2016/2017.
3.2

Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa SMA kelas XII di Sumatera Utara pada

Tahun Ajaran 2016/2017.
Sampel penelitian ini adalah siswa kelas XII IPA SMAN 2 Rantau Utara sebanyak 2
kelas yang diambil secara cluster random sampling. Dimana satu kelas nya terdiri dari 40
siswa
3.3

Variabel penelitian
Variabel penelitian merupakan objek penelitian atau yang menjadi titik perhatian

suatu penelitian. Variabel penelitian ini terbagi tiga yaitu, variabel bebas, variabel terikat, dan
variabel kontrol.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran kooperatif tipe Student Team
Achievement Division (STAD) dengan menggunakan media Teka Teki Silang.
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa pada pokok bahasan
senyawa karbon.
Variabel control dalam penelitian ini adalah materi yang diajarkan, guru yang
mengajar, buku pegangan siswa, soal tes awal dan tes akhir siswa
3.4

Desain Penelitian
Desain (rancangan) penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Control

group pre-test-post-test (Arikunto, 2006). Dalam desain penelitian ini, kelas sampel 1
menjadi kelas eksperimen yang dibelajarkan dengan pembelajaran kooperatif tipe Student
Team Achievement Division (STAD) menggunakan media TTS, sedangkan kelas sampel 2
menjadi kelas kontrol yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Student
Team Achievement Division (STAD). Desain penelitian ditunjukkan pada tabel 3.4

Tabel 3.4 Desain Penelitian
Kelas
Eksperimen
Kontrol
Keterangan :
T1

Pretest
T1
T1

Perlakuan
X1
X2

Postest
T2
T2

= Pemberian test awal (pretest)
19

T2

= Pemberian test akhir (postest)

X1

= Perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen selama penelitian berlangsung
dengan pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD)
menggunakan Teka Teki Silang

X2

= Perlakuan yang diberikan pada kelas control selama penelitian berlangsung dengan
pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) tanpa
menggunakan media TTS

3.5

Instrumen Penlitian
Instrument penelitian ini adalah evaluasi belajar berupa pretest dan postest. Untuk

kelas eksperimen dan kelas control dengan materi yang sama. Jumlah soal yang digunakan
dalam bentuk uraian. Sebelum soal diujikan pada sampel, maka terlebih dahulu soal diuji
cobakan pada siswa diluar sampel.
Langkah ini dilakukan untuk mengetahui validitas, reliabitas, daya beda, dan tingkat
kesukaran soal. Dengan demikian akan diperoleh soal yang memenuhi kualitas yang akan
diujikan pada kelas eksperimen dan control.
3.5. 1 Uji Validitas Tes
Validitas adalah ketelitian dan ketetapan suatu alat pengukur (instrument) dimana jika
instrumen tersebut digunakan akan memberikan hasil yang sesuai dengan besar kecilnya
gejala yang diukur. Suatu instrument dikatakan “valid” apabila tes tersebut tepat dan teliti
mengukur apa yang hendak diukur. Penentuan validitas butir tes dilakukan dengan
menghitung koefisien korelasi (koefisien validitas) antara skor butir tes dengan skor total,
dengan rumus:
Product Moment:

rxy 

NXY  XY

 NX

2

  X 

2

  N Y

2

  Y 

2



Keterangan:
N

= Banyak data

rxy

= Koefisien korelasi

Σx

= Jumlah jawaban benar kelompok x

Σy

= Jumlah jawaban benar kelompok y

Σ xy = Jumlah perkalian kelompok x dan kelompok y

20

Koefisien validitas yang diperoleh (rxy) dibandingkan dengan nilai r tabel Product
Moment dengan derajat bebas (db=N-2) pada α = 0,05, dengan kriteria jika r hitung > rtabel maka
butir tes tersebut dikatakan valid (Silitonga, 2011).
3.5. 2 Uji Reliabitas Tes
Uji ini dilakukan tes tersebut mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi sehingga
dapat memberikan hasil yang tepat. Untuk menguji reliabitas, maka digunakan rumus KR=20
yang dikemukakan oleh Kude Richardson yaitu:

S 2−∑ pq
n
r 11 =
n−1
S2

( )(

)

Keterangan:
n

= Jumlah item

q

= Kontribusi skor salah (1-p)

s2

= Standar deviasi

r11

= Reliabitas

p

= Kontribusi skor yang benar

Varians dapat dihitung dengan rumus:

∑ X 2−

(∑ X )

(Silitonga, 2011)

2

N

N

2

S =

3.5. 3 Taraf Kesukaran Tes
Untuk menentukan tingkat kesukaran masing-masing soal digunakan rumus:

B
P = JS
Keterangan:

P = Indeks kesukaran
B = Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
JS = Jumlah Siswa

(Silitonga, 2011)

Kriteria tingkat kesukaran soal adalah:
1. Soal dengan P = 0,00 – 0,30 adalah sukar
2. Soal dengan P = 0,30 – 0,70 adalah sedang
3. Soal dengan P = 0,70 – 1,00 adalah mudah
3.5. 4 Uji Daya Beda
Untuk menentukan daya beda masing-masing soal digunakan rumus:

BA BB

D = JA JB
Keterangan:

JA

= Banyaknya peserta kemompok atas
21

JB

= Banyaknya peserta kemompok bawah

BA

= Banyaknya peserta kemompok atas yang menjawab benar

BB

= Banyaknya peserta kemompok bawah yang menjawab benar

Klasifikasi daya beda tes:
D = 0,00 – 0,20 : jelek
D = 0,20 – 0,40 : cukup
D = 0,40 – 0,70 : baik
D = 0,70 – 1,00 : baik sekali
3.6

Pelaksanaan Penelitian
Sampel yang diambil dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua kelas. Kelas

ekperimen dalam proses belajar mengajar diberi perlakuan menggunakan media Teka Teki
Silang dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division
(STAD). Sedangkan kelas control diberi perlakuan tanpa media pembelajaran dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD). Tahapan
penelitiannya adalah:
3.6. 1 Pelaksanaan kegiatan penelitian pada kelas eksperimen
Tahapan pelaksaan kegiatan penelitian pada kelas eksperimen adalah:
1. Menyusun dan mempersiapkan seluruh perangkat pembelajaran
2. Memberikan pretest kepada siswa. Pretest bertujuan untuk mengetahui kemampuan
awal dari sampel penelitian
3. Membagi siswa menjadi 8 kelompok, dimana setiap kelompok terdiri dari 5 orang
4. Melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student
Team Achievement Division (STAD).
5. Guru memberikan Teka Teki Silang untuk dikerjakan secara kelompok dengan
kelompok masing-masing.
6. Memberikan penghargaan kepada kelompok yang memiliki skor paling tinggi.
7. Menyimpulkan materi pembelajaran senyawa karbon
8. Melakukan posttest pada kelas eksperimen. Posttest ini bertujuan untuk mengetahui
kemampuan akhir dari sampel penelitian.
9. Melakukan pengolahan data pretest dan posttest dengan uji normalitas, uji
homogenitas dan uji hipotesis.
10. Menyimpulkan hasil penelitian yang telah dilakukan.
3.6. 2 Pelaksanaan kegiatan penelitian pada kelas kontrol
Tahapan pelaksaan kegiatan penelitian pada kelas kkontrol adalah:
22

1. Menyusun dan mempersiapkan seluruh perangkat pembelajaran
2. Memberikan pretest kepada siswa. Pretest bertujuan untuk mengetahui kemampuan
awal dari sampel penelitian.
3. Membagi siswa menjadi 8 kelompok, dimana setiap kelompok terdiri dari 5 orang
4. Melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student
Team Achievement Division (STAD) tanpa menggunakan media Teka Teki Silang
dengan pokok bahasan senyawa karbon.
5. Memberikan penghargaan kepada kelompok yang memiliki skor paling tinngi.
6. Menyimpulkan materi pembelajaran senyawa karbon
Populasi
7. Melakukan posttest pada kelas eksperimen. Posttest ini bertujuan untuk mengetahui
kemampuan akhir dari sampel penelitian.
8. Melakukan pengolahan data pretest dan posttest dengan uji normalitas, uji
Sampel
homogenitas dan uji hipotesis.
9. Menyimpulkan hasil penelitian yang telah dilakukan.
Penelitian yang dilakukan dapat disusun
Pretestdalam bentuk skema penelitian dapat dilihat
pada gambar 3 sebagai berikut:

Kelas Eksperimen

Kelas Kontrol

Pembelajaran dengan model
kooperatif tipe STAD dengan
menggunakan media TTS

Pembelajaran dengan model
kooperatif tipe STAD tanpa
menggunakan media TTS

Postest

Uji Normalitas

Uji Homogenitas

Uji Hipotesis

23

Gambar 3 Pelaksanaan Penelitian

3.7

Teknik pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian dilakukan dengan cara:
1. Mengadakan Observasi.

24

Observasi dilakukan untuk mengambil data siswa dari pihak sekolah sehubungan
dengan penentuan sampel dan populasi. Hasil observasi berupa jumlah siswa populasi dan
sampel, jam belajar siswa, guru yang mengajar di sekolah.
2. Metode Tes
Tes adalah pertanyaan atau latihan serta alat lain yang dipergunakan untuk
mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan, atau bakat yang dimiliki
oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2006). Metode tes digunakan untuk memperoleh
data hasil belajar kimia siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, yang
dilaksanakan p