RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RENCANA (1)

Fisika Dasar II

57

Jika sebelumnya kita selalu membicarakan mengenai muatan yang diam
relatif,

maka

dalam

pembahasan

listrik

dinamis,

kita

akan


selalu

membicarakan muatan yang bergerak dalam suatu kawat/bahan konduktor.
Suatu bahan disebut bersifat konduktif (bahan konduktor) jika di dalamnya
terdapat cukup banyak muatan (elektron) bebas. Elektron bebas adalah
elektron yang tidak terikat pada satu inti atom, atau meskipun terikat, ia
merupakan elektron yang letaknya jauh dari inti sehingga

hanya

mendapatkan gaya tarik yang kecil saja. Elektron bebas ini kemudian, yang
akan “mengalir” dalam bahan (kawat) apabila ada perbedaan potensial
diantara dua titik pada kawat. Elektron%elektron dalam kawat yang memiliki
benda potensial mengalir dari potensial yang lebih rendah (%) ke potensial
yang lebih tinggi (+) (Namun dalam baterai yang terjadi justru sebaliknya).
Hal ini mirip dengan air di sungai yang hanya akan mengalir jika terdapat
beda potensial gravitasi (beda ketinggian) pada dua titik dalam sungai.
Kuat

arus listrik (I) didefinisikan sebagai : “Banyaknya muatan yang


mengalir dalam satu detik, sehingga secara matematis bisa dirumuskan
sebagai :

Kuat Arus ( I) =

muatan (Coulomb) dQ
=
waktu (detik)
dt

(1)

Satuan dari kuat arus dalam sistem Internasional (SI) adalah Ampere.
Arah dari arus listrik berlawanan dengan arah mengalirnya elektron,
ketentuan arah arus ini hanyalah merupakan sebuah kesepakatan yang
dilakukan sebelum diketahui bahwa penyebab utama timbulnya arus listrik
adalah partikel bermuatan negatif (elektron bebas).

! " !#


$ % % & %' %

! %

#" (%

Dalam sebuah bahan misalnya tembaga (yang merupakan bahan utama
kawat listrik) pada 300 K memiliki jumlah elektron bebas sebanyak n = 1029
58

buah setiap meter kubiknya yang bergerak sangat acak dan bertumbukan
satu sama lain dengan kecepatan rata%rata v = 106 m/s (satu juta meter tiap
detiknya). Waktu antar tumbukan satu dengan yang lainnya yang dialami
sebuah elektron τ berkisar atara 3x10%14 detik. Sebuah waktu yang sangat
pendek.

) * +,

.


/

" %

#

/ #

#" (% &

-

(%& #"(

Jika kita memberikan medan listrik pada kawat tembaga misalnya, maka
elektron%elektron sesuai dengan hukum elektrostatik yang pernah kita bahas,
akan mengalami gaya Coulomb sebesar :

F = qeE


(4)

akibatnya elektron akan mengalami percepatan mengikuti hukum Newton :

a=

F
me

(5)

Jika waktu antar tumbukan adalah τ, maka kecepatan tumbukan (atau
kecepatan drfit) adalah :

vd = a ⋅ τ

(6)

Jika kita substitusikan a dari persamaan (4) dan F dari persamaan (5), maka

dihasilkan :

vd =

qeE
⋅τ
me

(7)

ini merupakan kecepatan arus listrik (drift velocity).
Kita akan menghitung seberapa besar kecepatan elektron pada arus listrik ini.
Misalkan kita memiliki kawat tembaga sepanjang l = 10 meter, dan pada
ujung%ujungnya kita berikan beda potensial V sebesar 10 Volt. Dengan
demikian medan listriknya dapat kita hitung melalui :

E=

V
= 1 Volt / m

l
59

karena massa elektron sekitar 10%30 kg dan muatannya 1,6 x10%19 C, maka jika
hitung vd pada kawat tembaga :

(1,6 x10 −19 ) (1)
⋅ (3x10 −14 )
− 30
10
= 5x10 −3 m / s

vd =

sebuah kecepatan yang sangat rendah dan tidak diduga sebelumnya bukan ?
mengingat kecepatan elektron sendiri adalah 106 m/s. Sehingga untuk
menelusuri kawat 10 meter, elektron memerlukan waktu 10/(5x10%3) = 2000
detik atau sekitar setegah jam !! jauh lebih lambat dari seekor kura%kura
bukan ?


4#

#" (% 0&

1

/

" %
"

!
!

!2" 0 (/!"3 & !
#
#(
4

#" (%


!

Sepertinya hal tersebut sangat mengherankan kita, jika kita menyalakan
saklar lampu dengan begitu cepat “rasanya” elekton mengalir dan membuat
lampu menyala. Namun mengapa kecepatan aliran elektron begitu rendah ?
Sesungguhnya hal ini tidaklah bertentangan.
Untuk memudahkan memahami dua hal yang sepertinya paradoks ini
bayangkanlah sebuah selang yang terhubung dengan keran air. Jika pada
awalnya selang berada dalam keadaan kosong, maka air akan membutuhkan
waktu yang lama untuk keluar dari ujung selang yang lain. Namun jika
selang telah terisi penuh dengan air, maka begitu keran sedikit saja dibuka,
maka seketika itu juga air memancar dari ujung selang yang lain. Demikian
juga halnya yang terjadi pada aliran elektron. Sejumlah besar elektron telah
berada dalam kawat konduktor, sehingga meskipun aliran elektron ini
lambat, namun ketika beda potensial dihubungkan dengan kawat, seketika
itu pula lampu menyala.

60


.

5

Ketika

-

& %

“mengalir”

dalam

0

suatu

kawat


ρ
konduktor,

elektron

berhadapan/mengalami rintangan dari molekul%molekul dan ion%ion dalam
konduktor tersebut sehingga mengalami aliran arus listrik mengalami
semacam hambatan. Seberapa besar hambatan ini dinyatakan dengan
resistansi (hambatan) yang disimbolkan dengan R. Satuan dari hambatan
dalam SI adalah ohm. Besarnya resistansi suatu bahan atau konduktor
dengan luas penampang A dan panjang l serta hambat%jenis (resistivitas) ρ
adalah :

%

%'

$ " & %' %
& % %7 %'

R =ρ

l
A

(8)

dengan
R

: Hambatan/resistansi (ohm)

ρ

: Hambatan jenis/Resistivitas (ohm. Meter)

l

: panjang kawat (m)

A

: luas penampang kawat (m2)

Resistivitas merupakan sifat dari medium. Zat dengan sifat konduktivitas
yang baik memiliki resistivitas yang sangat kecil, sedangkan zat yang bersifat
isolator sebalikya.
"

!2 " #(%& #"!2!"

& %

! "!)!"

σ
(%& #"( 5 !#

5

%

ρ

+6

+46

+4 .4 +4 ,

+ .4 +

+4.

( "( 5 !#

61

,

+.+

Resistansi juga merupakan fungsi dari temperatur (dipengaruhi temperatur)
dengan rumusan sebagai berikut :
(9)

R = R o + α ⋅ R o ⋅ (T − To )
dengan :

R = resistansi pada temperatur T
Ro= resistiansi pada temperatur To (temperatur kamar)
α =koefisien temperatur resistansi

Bagaimana perubahan resistansi terhadap temperatur dapat dilihat pada
kurva berikut :

8#

)

%

! " % !"

&

"

"

%" #

%"

'

kurva di atas merupakan kurva perubahan resistansi terhadap temperatur
untuk bahan tembaga dengan resistansi pada temperatur kamar 1,7 x10%8
dan koefisien temperatur pada temperatur kamar 3,9 x 10%3 C%1.
Resistansi (juga resistivitas) suatu bahan akan meningkat dengan naiknya
temperatur, dalam hal ini yang terjadi adalah kenaikan temperatur membuat
elektron bergerak lebih aktif dan lebih banyak tumbukan yang terjadi
sehingga arus listrik menjadi terhambat.
Berikut ini data resistivitas untuk beberapa bahan pada temperatur kamar
(berkisar 20oC) :

62

.

"

5

! "!)!"

& % #(% " %" "

"

! " % !

%

ρ

%

α -

Alumunium

2,8 x 10%8

3,9 x 10%3

Besi

10 x 10%8

5,0 x 10%3

Belerang

1 x 1015

Kaca

1010%1014

Kayu

108%1014

Karet

1013%1016

Karbon

3,5 x103

%0,5 x 10%3

Perak

1,6 x 10%8

3,8 x 10%3

Tembaga

1,7 x 10%7

3,9 x 10%3

Timah

22 x 10%8

4,3 x 10%3

Contoh :

!

"

#

Jawab :
Menggunakan persamaan (8) :

R =ρ

l
A

dengan A adalah luas penampang lingkaran πr2 sehingga :

R=ρ

10 −2
l
−8
=
≈ 4.5x10 %6
(
1
,
76
x
10
)
2( 3 ,14 )( 2 ,5x10 − 3 ) 2
2 πr 2

Contoh :
%

$

%" (

&&

α )* &

" '
&

%

Jawab :
Dari persamaan (9) :

R = R o + α ⋅ R o ⋅ (T − To ) = 3,35 + (4,3x10 !3 )( 3 ,35)( 50 − 0 ) = 4 ,57 ohm

Dalam rangkaian listrik komponen yang digunakan sebagai hambatan adalah
resistor yang biasa dilambangkan dengan garis zigzag
63

Besarnya nilai resistansi dalam sebuah resistor biasanya ditunjukan oleh
cincin%cincin warna yang terdapat pada badan resistor tersebut, pada
umumnya sebuah resistor memiliki 4 cincin, meskipun kadang terdapat 5
cincin atau bahkan 6 cincin. Namun di sini kita pakai resistor 4 warna.
Warna%warna tersebut adalah kode%kode yang manunjukan besaran%besaran
tertentu seperti yang ditunjukkan pada tabel berikut :
1

9 %

:!%/!% # 4
&!'!"

"

#(& $ %

:!%/!% # 4.

&

! "(

:!%/!% # 41

&!'!" # &

%' !

:!%/!% # 4
"(

% !

Hitam

0

0

1

Coklat

1

1

10

1%

Merah

2

2

100

2%

Jingga

3

3

1000

Kuning

4

4

10000

Hijau

5

5

100000

Biru

6

6

1000000

Ungu

7

7

%

Abu%abu

8

8

%

Putih

9

9

%

Emas

%

%

0,1

5%

Perak

%

%

0,01

10 %

kosong

%

%

%

20 %

Dengan :
Cincin%1 : Digit pertama
Cincin%2 : Digit kedua
Cincin%3 : Faktor Pengali
Cincin%4 : Toleransi

Untuk resistor dengan 5 cincin, tiga warna pertama menunjukan digit angka
dan cincin keempat menunjukkan pengali, sedangkan digit kelima
mengindikasikan toleransi.

64

Contoh :
+

,

!

# %!%'

Jawab :
Cincin%1 : merah benilai 2
Cincin%2 : biru bernilai 6
Cincin%3 : kuning bernilai 10000
Cincin%4 : emas bernilai 5 %
Sehingga nilai dari resistor tersebut adalah : 620000 ± 5%

1

;

George Simon Ohm (1789%1854) merumuskan hubungan antara kuat arus
listrik

(I), hambatan (R) dan beda potensial (V) yang kemudian dikenal

dengan hukum Ohm yang penurunannya sebagai berikut :
Sekarang pandanglah sebuah kawat konduktor dengan panjang l dan luas
penampang A
;

&0

&
,

$ "

(%& #"( & %' %

%7 %'

% )(

&0

Arus didefinisikan sebagai banyaknya elektron yang melalui sebuah
konduktor tiap waktu (atau satu detik). Kita hitung kuat arus yang mengalir
pada panampang dengan volum dV seperti pada gambar.
Karena berbentuk silinder volume dari dV adalah :

dV = A ⋅ dl
karena dl adalah jarak yang ditempuh elektron dengan kecepatan Vd dengan
waktu 1 detik maka :

dl = v d ⋅ 1 = v d
65

sehingga :

dV = A ⋅ v d
sehingga banyaknya muatan yang mengalir pada dV adalah :

I = A ⋅ vd ⋅ n ⋅ qe
jika kita substitusikan persamaan persamaan (7) untuk vd, maka diperoleh :

 q 2τ ⋅ n 
AE
I =  e
 me 

(10)

yang berada dalam kurung pada persamaan (10) merupakan sifat bahan dan
sering disebut konduktivitas σ, sehingga :

I = σAE
karena E=V/l, maka :

σAV
l

I=

(11)

karena konduktivitas σ merupakan kebalikan dari resistivitas ρ (σ=1/ρ),
maka persamaan 11 menjadi :

I=

AV
ρ⋅l

atau :

I=

V
ρ⋅l


 A 

bagian di dalam kurung dari persamaan (8) kita ketahui sebagai R (resistansi),
sehingga :

I=

V
R

(12)

ini tidak lain merupakan hukum Ohm.
Jika persamaan (12) dinyatakan dalam :

V = RI
kemudian disketsa dalam grafik, hasilnya nampak bahwa kurva berupa garis
lurua dengan gradien menunjukkan nilai dari R. Sifat material

yang

menunjukkan kurva V%I berbentuk garis lurus seperti gambar 4.7 disebut
materal ohmik. Selain material Ohmik ada juga material non ohmik di mana

66

hambatan R bergantuk juga pada arus listrik I dan jika diplot dalam gravik V
terhadap I tidak lagi linier

θ

θ
<

)

!%!

" %;

!# & % %(%4;

!#

Contoh :
"
0

E

.

/
&0

1 2"

Jawab :
Pada voltmeter dianggap tidak mengalir arus listrik karena hambatan
dalamnya yang sangat besar dibanding R, sehingga dapat kita anggap aurs
yang terbaca pada amperemeter adalah juga arus yang mengalir pada resistor
sehingga menurut hukum Ohm, hambatan dapat dihitung menggunakan
persamaan :

R=

V
3
=
= 1 ,5 k
I 2 x10 − 3

67

5

5

=

Untuk membuat suatu rangkaian elektronika bekerja, kita memerlukan
sebuah sumber beda potensial (tegangan) agar menghasilkan arus yang tetap.
Alat semacam ini disebut sumber GGL (gaya gerak listrik), misalnya baterai
65 "
&
/(%"(
' %' %

!
"

dan accu. Pada baterai beda tegangan yang dihasilkan biasanya 1,5 V,
meskipun ada juga beberapa baterai yang menghasilkan tegangan lebih kecil
atau lebih besar. Ketika dirangkaikan pada sebuah komponen elektronika,
misalnya saja sebuah resistor. Arus akan mengalir menurut hukum Ohm.
Untuk memudahkan, katakanlah nilai hambatan dari resistor sebesar 1 ohm,
maka arus yang seharusnya mengalir dalam kawat adalah :

I=

V 1,5 V
=
= 1,5A
R
1

Namun pada kenyataannya tidak demikian, baterai sesungguhnya memiliki
hambatan%dalamnya sendiri yang berasal dari material penyusunnya, dan
terutama proses kimiawi yang dihasilkannya. Nilai r ini cenderung membesar
karena residu proses kimiawi dalam baterai.

Kita akan menamakan

hambatan dalam ini dengan r. Dengan adanya r, arus listrik yang mengalir
menjadi lebih kecil, atau cenderung mengecil.
Arus yang dihasilkan karena hambatan%dalam ini menjadi :

I=
>

E
1,5
=
= 1A
R + r 1 + 0 ,5

anggaplah r = 0,5 untuk sekedar memudahkan perhitungan.
Arus yang dihasilkan menjadi mengecil ketika r bertambah. Sebuah baterai
yang memiliki hambatan dalam r besar, kita sebut telah rusak, meskipun jika
anda ukur tegangan baterai memakai voltmeter pada kedua ujungnya,
tegangan yang dihasilkan nampak tidak berkurang.
Berikut sebuah ilustrasi yang dibuat agak ekstrim dengan membuat
hambatan dalam membesar dari 0 hingga 2 ohm, dan anda lihat bagaimana
kuat arus mengecil.

68

?

%

% %

! %
" %

! " !# #! " 5 "
5 " !

%3

Contoh :
+

3
,

" 2
" .
Jawab :
a. Arus yang mengalir dalam rangkaian akan lebih kecil dari arus ideal yang
diharapkan I= E/R karena adanya hambatan dalam dari baterai yakni :

I=

E
6
=
= 0 , 6A
R+r 9+1

b. Tegangan yang terukur pun akan berkurang tidak lagi 6 volt seperti
mungkin tertera dalam label baterai namun akan berkurang karena
adanya sejumlah tegangan yang terambil karena hambatan dalam :

V = E −I⋅r
= 6 − 0 ,6 ⋅ 1 = 5 , 4 Volt

8
8

;
%'# ! %

5

5

!& %

Pada umumnya rangkaian dalam sebuah alat listrik terdiri dari banyak jenis
komponen yang terangkai secara tidak sederhana, akan tetapi untuk
mempermudah

mempelajarinya

biasanya

jenis

rangkaian

itu

biasa

dikelompokkan dalam RANGKAIAN SERI dan RANGKAIAN PARALEL.
69

Beberapa resistor dirangkai untuk tujuan tertentu seperti untuk membagi
arus (memperkecil arus) ataupu membagi tegangan.
Rangkaian seri adalah rangkaian yang tidak memiliki percabangan, seperti
pada gambar berikut :

R1
+

R2

R3

%'# ! %

R4

" % 3 %'

!

R5
%'

!

(13)

RTOTAL = R1 + R2 + R3 + R4 + R5

Rangkaian paralel untuk tiga resistor diilustrasikan sebagai berikut :

%'# ! %

" % 3 %'

!

%'

!

Seperhambatan totalnya adalah :

1
R TOTAL

=

1
1
1
+
+
R1 R2 R3

(14)

atau :

R TOTAL =

R1 ⋅R2 ⋅R3
R 2 ⋅ R 3 + R 1R 3 + R 1R 2

Anda harus berhati%hati, rumusan di atas hanya berlaku untuk tiga resistor
yang dipasang paralel dan bukan rumusan umum, untuk lebih dari tiga
resistor hambatan total tidaklah menjadi :

R TOTAL =

R 1 ⋅ R 2 ⋅ R 3 ⋅ R 4 .......
R 2 ⋅ R 3 + R 1 R 3 + R 1 R 2 + .........

yang berlaku adalah persamaan (14).
Sebuah contoh soal akan mempertajam pemahaman anda :

70

Contoh :
+

4 )41)4&)4*)1

,

Jawab :
Untuk menyelesaikan sebuah rangkaian hambatan yang terdiri dari seri dan
parallel, dahulukan rangkaian parallel R2 dengan R3.

Hasil paralel R2 dan R3 :

RP =

R2 ⋅R3
2⋅2
=
=1
R2 + R3 2 + 2

Sehingga kita dapatkan rangkaian ekivalen sebagai berikut :

Ini merupakan rangkaian seri sehingga hambatan penggantinya dapat
diperoleh sebagai berikut :
RT=R1+RP+R4 = 2

8.

'!

+1

+2

& %

=5

'!

' %' %

Sebuah rangkaian hambatan yang dipasang paralel sesungguhnya juga
berfungsi untuk membagi arus. Dalam suatu rangkaian paralel (seperti
gambar di bawah) tegangan di A, B dan C sama besar :

.

%'# ! %

71

'!

Namun arus yang mengalir dalam setiap cabang tidak sama dengan aarus
utamanya I karena arus telah terbagi dalam tiga cabang.
Hal yang sebaliknya terjadi di dalam suatu rangkaian seri, di mana kuat arus
pada setiap titik adalah sama, namun besarnya tegangan dalam setiap resistor
tidaklah sama :

IA = IA = IB
1

%'# ! %

'!

' %' %

Contoh :
-

,

4 )41)1
56 7

4& 56&7

4&)4* ) *

8 ) 11 0

41

"

Jawab :
, kita harus menyederhanakan rangkaian hambatan di atas
menjadi sebuah hambatan ekivalen dengan menggunakan aturan seri dan
paralel, yaitu dengan ”memparalelkan” R2 dengan

R3, kemudian ”men%

serikan” hasilnya dengan R1 dan R4. Tujuannya adalah untuk memperoleh
arus utama I.
Hasil paralel antara R2 dengan R3 (kita sebut dengan Rp) adalah 4/3 ohm dan
jika diserikan dengan R1 dan R4 hasilnya adalah R= 22/3 ohm, sehingga
rangkaian di atas ekivalen dengan rangkaian berikut :

72

Arus utama I dapat dihitung menggunakan hukum Ohm :

I=

E
22
=
= 3A
R 22 / 3

, kita hitung tegangan di antara titik a%b, b%c dan c%d juga
dengan hukum ohm
/

&

Arus yang mengalir pada ketiga hambatan R1, R4 dan Rp yang merupakan
hasil paralel dari R2 dan R3 adalah arus utama I, sehingga tegangan pada R1 ,
R4 dan Rp Yakni Vab, Vcd, dan Vbc, adalah :

Vab = I ⋅ R 1 = 3 ⋅ 2 = 6 V
Vcd = I ⋅ R 4 = 3 ⋅ 4 = 12 V
Vbc = I ⋅ R p = 3 ⋅

4
= 4V
3

Jika kita jumlahkan Vab, Vcd, dan Vbc, maka hasilnya sama dengan tegangan
sumber sebesar 22 volt. Karena kita akan menghitung arus yang mengalir
pada hambatan R2 dan R3, maka kita perhatikan tegangan yang ada pada
ujung%ujung kedua hambatan tersebut yakni Vbc. Tegangan di R2 dan R3 sama
dengan Vbc karena keduanya paralel

, kita hitung arus yang melalui hambatan R2 sebutlah I1 dan
arus I2 yang melalui R3 dengan hukum ohm :

I1 =

Vbc 4
= = 2A
R2 2

I2 =

Vbc 4
= = 1A
R3 4

Jika kita jumlahkan I1 dengan I2 hasilnya akan sama dengan arus utama I
yakni 3 A.

73

,

: ;@@

Menyederhanakan rangkaian dengan cara seri dan paralel seperti contoh di
atas mungkin bisa dilakukan untuk rangkaian%rangkaian yang sederhana,
namun untuk rangkaian yang lebih rumit, cara tersebut sulit dilakukan.
Salah satu contoh rangkaian yang sulit diselesaikan dengan cara tersebut
adalah sebuah rangkaian yang terdapat pada gambar di bawah ini :
R2

E2

R1

R3

R5
E1

R4

Kita akan kesulitan ketika memandang hambatan R5 apakah paralel ataukah
seri ? Ia nampaknya paralel terhadap R4 atau R3, namun hal tersebut tidak
benar.
Cara lain untuk memecahkan rangkaian%rangkaian yang lebih rumit adalah
dengan menggunakan hukum%hukum Kirchoff seperti yang akan diuraikan
di bawah ini.

,

#

! / (22

Hukum pertama Kirchoff didasari oleh hukum konservasi energi yang
menyatakan bahwa dalam suatu rangkaian tertutup, tegangan yang diperoleh
dan tegangan yang berkurang haruslah sama besar.

Pada rangkaian di atas, karena loop (kurva melingkar) searah dengan arus,
ketika loop melewati E maka terjadi pertambahan potensial, namun saat
melewati R yang terjadi penurunan potensial karena adanya hambatan
sehingga berlaku :

E −I⋅R = 0
atau : E = I ⋅ R
Sesuai dengan hukum Ohm.
74

(15)

Misalnya jika terdapat dua loop pada rangkaian seperti di bawah :

!

"

Maka pada loop 1 :
E % I1R1 % I2R2 % I1R3 = 0
pada loop 2 :
% I3R4 – I3R5 % I3R6 + I2R2 = 0
dengan : I1=I2+I3

,.

#

! / (22

Kuat arus I yang masuk dalam suatu titik percabangan A sama dengan arus
yang keluar dari titik percabangan B :

5

.

1

Ini berarti bahwa berlaku :

IA = IB = I1 + I 2 + I 3

(16)

yang merupakan bentuk lain dari hukum konservasi muatan.

Contoh :
9

4
1
8 )!0

81 )

1

*

1

41 4& 4*

*

0
R2

R1

E2

R3

R5
E1

R4

75

4

Jawab :
, mari kita terapkan dua loop pada rangkaian tersebut :
R2

E2

.

.
1

R1

R3

R5
E1

R4

Arah arus belum dapat kita ketahui dengan pasti, sebab terdapat dua baterai
pada rangkaian ini, sehingga kita asusmikan arah arus seperti gambar di atas.
Asumsi arah arus ini dapat kita buat sekehendak kita asalkan memenuhi
aturan Kirchoff II tentang konservasi muatan (arus), yaitu bahwa :

I1 = I2 + I3

A

jika terdapat kesalahan asumsi arah arus, hasil perhitungan kita hanya akan
bernilai negatif yang berarti arah yang seharusnya adalah sebaliknya.

, kita hitung hukum Kirchoff I pada masing%masing loop
tersebut :
Pada loop 1 :
Arah arus I2 berlawanan dengan arah loop, namun arah arus I3 searah dengan
loop, dan loop mendapatkan potensial positif dari E1, sehingga :

E1 + I 2 R 1 + I 2 R 2 − I 3R 5 = 0
8 + 4I 2 − 4I 3 = 0

AA

Pada loop II :
Kedua arah arus baik I1 dan I3 berlawanan dengan arah loop, namun
kehilangan tegangan dari E2 :

− E 2 + I 1R 3 + I 1R 4 + I 3R 5 = 0
AAA

− 10 + 6I 1 + 4I 3 = 0

, selesaikan ketiga persamaan (*), (*) dan (***) dengan
substitusi atau eliminasi :
Jika kita substitusi (*) pada (***)

− 10 + 6I 2 + 10I 3 = 0

AAAA

76

dengan mengalikan 3 terhadap (**) dan 2 terhadap (****) dapat diperoleh
solusi dengan mengurangkannya :

24 + 12I 2 − 12I 3 = 0
− 20 + 12 I 2 + 20 I 3 = 0

4

44 − 32 I 3 = 0
sehingga kita peroleh bahwa I3 = 44/32 A
I2 dapat kita peroleh dengan mensubstitusikan nilai I3 pada persamaan (***) :

− 10 + 6I 1 + 4

44
=0
32
=−
I1 =

44 80
+
8
8

6
A
8

Nilai I2 kita peroleh dengan mensubstitusikan nilai I3 pada persamaan (**) :

8 + 4I 2 − 4

44
=0
32
5
I2 = − A
8

Ternyata asumsi kita untuk arah I2 adalah salah, karena bernilai negatif,
sehingga arah%arah arus seharusnya seperti di bawah :
R2

E2

.

.
1

R1

R3

R5
E1

R4

Dan persamaan (*) harus dikoreksi menjadi :

I3 = I1 + I2
Jika kita coba jumlahkan I2 dengan I1, maka hasilnya haruslah sama dengan I3
sesuai dengan hukum Kirchoff :

I2 + I1 =

5 6 11 44
A = I3
+ =
=
8 8 8 32

terbukti.

77

<

;@ 9

Selain dapat menganalisis menggunakan cara%cara analitis di atas, anda juga
dapat menggunakan bantuan software untuk menganalisis rangkaian. Salah
satu software yang dapat diperoleh dengan gratis (freeware) adalah
Electronics Workbench atau biasanya disingkat dengan nama EWB (kunjungi
www.electronicsworkbench.com). Dengan menggunakan software ini, anda
dapat men%simulasikan rangkaian anda sebelum anda benar%benar membeli
komponen%komponen

elektronika

dan

merangkainya.

Namun,

kita

menggunakan EWB ini sekedar untuk melakukan pengujian terhadap
perhitungan terhadap beberapa rangkaian sederhana kita, selain untuk
mengenal cara kerjanya. Di bawah ini contoh tampilan dari program EWB :

:(%"( "

! % 95

Berikut sebuah contoh persoalan, di mana kita bandingkan perhitungan yang
dilakukan secara manual dengan hasil yang didapat dari EWB.
Kita pecahkan dengan cara analitik
R2
R1
R3

78

Kita sederhanakan rangkaian di atas menjadi :

RP =

2⋅4 8 4
= =
2+4 6 3

=

Kemudian :

RT = 2 +

4 10
=
3
3

Sehingga I1 :

I=

12
36
A
=
10 / 3 10

sehingga tegangan yang melalui hambatan R1 :

V = I1 ⋅ R 1 =

36
72
⋅2 =
volt
10
10

# $ %

&

%$ %' ( &# $ %'

79

)$ %

Tegangan di R2 dan R3 bernilai sama 48/10 volt karena dirangkai secara
paralel. Dengan demikian arus di R2 adalah :

I2 =

48

10 = 48 A = 2 , 4A
2
20

anda bisa menghitung besar I3 juga. Kerjakanlah sendiri.
Dengan menggunakan EWB kita dapatkan :

Perbedaan antara 2,4 A dengan 2,399 A hanyalah masalah pembulatan
saja.

80

;

4 ;

1. Jika diketahui suatu kawat konduktor mengalirkan arus listrik sebesar 1
Ampere, berapakah muatan yang mengalir dalam kawat tersebut setiap
satu menitnya ?
2. Jika suatu lampu pijar dialiri arus listrik 0,5 Ampere, berapakah jumlah
muatan yang mengalir setiap menitnya melalui lampu tersebut ?
3. Sebuah alat listrik hambatannya 240

. Berapa besarkah arus akan

mengalirinya apabila dihubungkan dengan sumber potensial 120 V ?
4. Sebuah alat pemanas listrik memakai arus 5 Ampere jika dihubungkan
dengan sumber tegangan 110 V. Berapakah hambatannya ?
5. Sebuah kompor listrik dengan hambatan 24

memakai arus 5 A dalam

opeasinya. Berapakah beda potensial pada kedua ujungnya ?

0
6. Suatu kawat logam sepanjang 2 m berdiameter 8 mm. Jika resistivitas
(hambat jenis) logam itu 1,76 x 10%8

m. Berapakah resistansi kawat

tersebut ?
7. Kawat A berdiameter 2,59 mm. Berapakah panjang kawat alumunium B
yang diperlukan agar mendapatkan resistansi 1 ohm jika diketahui
resistivitas alumunium 2,8 x 10%8 ohm meter ?
8. Kawat tembaga berdiameter 0,0201 m (resistivitas 1,73 x 10%9

m):

a. Hitunglah luas penampang kawat
b. Resistansi kawat sepanjang 100 m
9. Resistansi (hambatan) lilitan tembaga pada temperatur 0o ternyata 3,35
ohm. Berapakah resistansinya pada temperatur 50o ? (α=4,3 x 10%3 0C%1)
10. Sebuah kawat dengan resistansi 5

direntangkan secara beraturan

sehingga panjangnya menjadi tiga kali. Apakah besarnya resistansi tetap ?

81

;
11. Arus pada gambar di bawah ini adalah 0,125 A dengan arah sesuai pada
gambar.

Untuk

setiap

pasangan

titik

berikut

berapakah

beda

potensialnya, dan titik mana yang potensialnya lebih tinggi ?
9V

10

3

5
12 V

6
I=0,125 A

a. A ke B
b. B ke C
c. C ke D
d. D ke E
e. C ke E
f.

E ke C

12. Arus sebesar 2 A mengalir pada sebuah rangkaian di bawah berapakah
beda potensial pada titik :
a. A dan B
b. A dan C
c. A dan D

;
13. Sebagai latihan, hitunglah resistor ekivalen (total) pada rangkaian
resistor%rangkaian resistor berikut :
R1=2 ; R2=4 ; R3=2 ; R4=2 ; R5=4 ; R6= 2 ; R7=4 ; R8=2 ; R9=4 ;
R10=2

;

82

: ;@@
14. Perhatikan rangkaian listrik berikut, jika R1 = 2 ohm, R2 = 4 ohm, dan R3 =
2 ohm. Jika E = 6 Volt hitunglah I, I1, I2, I3 secara analitik dan ujilah hasil
perhitungan anda dengan EWB.

15. Jika R1 = 1 ohm, R2 = 2 ohm R3 = 4 ohm dan R4 3 ohm serta sumber
tegangan 6 Volt hitungah I, I1, I2, dan uji pula dengan EWB.

83

16. Hitunglah arus yang mengalir pada tiap hambatan R1, R2, R3, R4 dan R5
yang masing%masing nilainya 1 ohm, 2 ohm, 3 ohm, 2 ohm, 1 ohm pada
rangkaian berikut jika E1 = 6 V dan E2 = 8 V
R2

E2

R1

R3

R5
E1

R4

17. Hitunglah arus yang mengalir pada tiap hambatan R1, R2, R3, R4, R5 dan R6
yang masing%masing nilainya 1 ohm, 2 ohm, 3 ohm, 2 ohm, 1 ohm dan 4
ohm pada rangkaian berikut jika E1 = 6 V dan E2 = 10 V
,

.

.
8

1

18. Hitunglah arus yang mengalir pada tiap hambatan R1, R2, R3 yang
masing%masing nilainya 1 ohm, 2 ohm, 3 ohm, pada rangkaian berikut jika
E1 = 6 V, E2 = 10 V dan E2 = 3 V

1
.

1

.

84

Dokumen yang terkait

STUDI PENJADWALAN DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB) PADA PROYEK PEMBANGUNAN PUSAT PERDAGANGAN CIREBON RAYA (PPCR) CIREBON – JAWA BARAT

34 235 1

STUDI ANALISA PERHITUNGAN RENCANA ANGGARAN BIAYA GEDUNG KULIAH STIKES SURYA MITRA HUSADA KEDIRI JAWA TIMUR

24 197 1

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

2 5 46

DESKRIPSI PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT USAHA RAKYAT KEPADA USAHA MIKRO KECIL dan MENENGAH (Studi Pada Bank Rakyat Indonesia Unit Way Halim)

10 98 46

MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA REALIA DI KELAS III SD NEGERI I MATARAM KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012

21 126 83

PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERTAMBAKAN DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

6 47 9

PENGARUH KEMAMPUAN AWAL MATEMATIKADAN MOTIFBERPRESTASI TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

8 74 14

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA DESA KUBULIKU JAYA KECAMATAN BATU TULIS KABUPATEN LAMPUNG BARAT DALAM PELAKSANAAN PEMERINTAHAN DESA

13 91 69

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62