Hubungan Faktor Eksternal Dengan Kadar Enzim Kolinesterase Pada Penyemprot Pestisida Di Perkebunan Kelapa Sawit Tanjung Garbus Pagar Merbau PTPN II Tahun 2017

BABI
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Indonesia memiliki wilayah perkebunan kelapa sawit yang cukup luas.

Tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan perkebunan
nasional. Dengan adanya perkebunan kelapa sawit, maka mampu menciptakan
kesempatan kerja bagi masyarakat mulai dari persiapan lahan, penanaman,
pemeliharaan tanaman sampai dengan masa panen. Hai ini mengarah pada
kesejahteraan masyarakat. Perkebunan kelapa sawit juga dapat dijadikan sebagai
sumber perolehan devisa negara (Fauzi, 2014).
Pestisida merupakan salah satu hasil teknologi modern yang secara nyata
berkontribusi positif terhadap peningkatan produksi tanaman. Pada masa sekarang
ini, hampir seluruh pertanian maupun perkebunan memakai pestisida dalam
mengendalikan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dan penyakit tanaman.
Namun, pestisida adalah bahan beracun berbahaya, bila tidak dikelola dengan baik
dan bijaksana, dapat menimbulkan dampak bagi kesehatan masyarakat
(Djojosumarto, 2000).
Risiko bagi keselamatan pengguna adalah kontak langsung terhadap

pestisida yang dapat mengakibatkan keracunan akut maupun kronis. Keracunan
akut dapat menimbulkan gejala sakit kepala, mual, muntah, dan sebagainya,
bahkan beberapa pestisida dapat menimbulkan iritasi kulit dan kebutaan.
Keracunan kronis tidak selalu mudah dideteksi karena efeknya tidak segera
dirasakan,

walaupun

akhirnya

juga

menimbulkan

gangguan

kesehatan.

Universitas Sumatera Utara


Menurut Ketaren (2013) yang mengutip pendapat Gallo Keracunan
langsung (akut) dapat menurunkan kadar enzim kolinesterase. Penurunan kadar
enzin kolinesterase akan mempengaruhi serat-serat otot secara sadar dengan
gerakan halus maupun kasar akibatnya penyemprot pestisida mengalami iritasi
mata dan gerakan otot yang lemah.
Beberapa faktor penggunaan pestisida yang mempengaruhi kadar enzim
kolinesteraseantara lain pencampuran dosis pestisida, waktu penyemprotan,
frekuensi penyemprotan, lama menyemprot, tindakan penyemprotan pada arah
angin, pemakaian alat pelindung diri. Pestisida dapat mengontaminasi pekerja
pada saat menyimpan dan memindahkan pestisida, menyiapkan larutan pestisida,
mengaplikasikan pestisida dan mencuci alat-alat aplikasi. Mengaplikasikan
pestisida pada saat penyemprotan sering menimbulkan kontaminasi pestisida
(Djojosumarto, 2008).
Penggunaan pestisida oleh penyemprot bukan atas dasar keperluan
pengendalian secara indikatif lagi, namun dilaksanakan secara ―Cover Blanket
System‖ artinya ada atau tidak ada hama tanaman, racun berbahaya ini terus
disemprotkan ke tanaman, teknik penyemprotan yang kadang melawan arah angin
menyebabkan pekerja memiliki kedudukan ganda yang di kenal sebagai pelaku
dan penderita keracunan pestisida. Sebagai pelaku karena sistem penggunaan
yang tidak tepat sasaran, sehingga dapat menimbulkan bahaya terhadap orang

lain. Sebagai penderita, peyemprot akan mengalami ancaman keracunan akibat
pekerjaannya.

Universitas Sumatera Utara

World Health Organization (WHO) memperkirakan terjadi 1-5 juta kasus
keracunan pestisida pada petani dengan tingkat kematian mencapai 220.000 jiwa
setiap tahun. Sekitar 80% keracunan dilaporkan terjadi di negara sedang
berkembang dan sekitar 5000 - 10.000 orang per tahun mengalami dampak yang
sangat fatal seperti kanker, cacat tubuh, kemandulan, dan penyakit lever.
(Achmadi, 2005).
Di Indonesia, banyak terjadi kejadian keracunan seperti dalam penelitian
Budiyonodi Ngawi provinsi Jawa Timur terdapat hubungan faktor pemaparan
pestisida dengan keracunan, tingkat keracunan petani penyemprot melonsebesar
35 orang (79,55 0/0) dari 44 orangdan hubungan pemakaian alat pelindung diri
dan arah angin menyemprot dengan tingkat keracunan pada penyemprot lebih
signifikan dibanding faktor pemapar lainnya (Prastowo dkk, 2005).
Hasil penelitian Prijanto (2009) dalam tesisnya menyatakan bahwa Istri
petani hortikultura di Desa Sumberejo yang mengalami keracunan pestisida
organofosfat sebanyak 71,02%, berumur lebih 39 tahun sebanyak 31,89%, tingkat

pengetahuan tentang pestisida kurang sebanyak 75,36%, cara penyimpanan
pestisida buruk sebanyak 60,87%, tempat pencampuran pestisida buruk sebanyak
62,32% dan cara penanganan pestisida buruk sebanyak 78,26%. Di Kebun Dolok
Ilir PTPN IV (2010) terdapat 21 orang (70%) penyemprot dari 30 pekerja
penyemprot yang mengalami gejala keracunan berupa kulit gatal (Bernido, 2010).
HasilpenelitianPrasetya di desa Karangjati Kabupaten Ngawiada hubungan
yang signifikan antara faktor paparan pestisida terhadap kadar kolinesterase. Nilai
R sebesar negatif 0,774 menunjukkan ada hubungan yang kuat antara faktor

Universitas Sumatera Utara

paparan pestisida terhadap kadar kolinesterase dan berbanding terbalik semakin
tinggi paparan pestisida maka semakin rendah kadar kolinesterase (Prasetya dkk,
2010)
Keracunan pestisida 1 tahun terakhir sebesar 36,7% pada petani
penyemprot jeruk di Desa Cinta Rakyat Kecamatan Merdeka (Rapael, 2010).
Hasil penelitian Sularti dan Muhlisin (2012), menunjukkan yang menderita
keracunan dari 45 pekerja penyemprot, sebanyak 30 pekerja penyemprot
mengalami gejala keracunan sebesar 67 % akibat paparan pestisida pada
kelompok tani di Kecamatan Mojogedang Kabupaten Karanganyar.

Dalam Penelitian Mualimberdasarkan hasil pemeriksaan kolinesterase
darah dari 52 responden, yang mengalami keracunan sebanyak 41 orang (78,80%)
dengan rincian keracunan ringan 22 orang, keracunan sedang 17 orang, dan
keracunan berat 2 orang, sedangkan yang normal sebanyak l orang (21,20%) pada
penjual pestisida di kota bengkulu (Widada dkk, 2012).Di Perkebunan Kelapa
Sawit PTPN II Tanjung Garbus Pagar Merbau Lubuk Pakam tahun 2015 terdapat
Penyemprot pestisida yang mengalami gejala keracunan sebanyak 15 orang
(83,3%) dari 30 pekerja penyemprot akibat tidak menggunakan alat pelindung diri
(Desi, 2015).
Deteksi dini

mengenai keracunan

pestisida dengan

pemeriksaan

kolinesterase perlu dilakukan untuk mencegah timbulnya gangguan kesehatan
yang kronis dan mematikan. Penggunaan pestisida yang tidak sesuai dengan
standar keamanan dapat menimbulkan keracunan pada penyemprot. Prosedur


Universitas Sumatera Utara

penggunaan pestisida yang aman akan dapat mengurangi terjadinya keracunan
akibat paparan pestisida.
Pestisida yang dipakai pada saat itu adalah herbisida dengan nama dagang
One Up. Heribisida ini memiliki bahan aktif yaitu glifosat yang termasuk
herbisida golongan organophosfat. Cara kerja bahan aktif tersebut yaitu
menghambat enzim pembentuk asam amino pada tumbuhan sehingga tumbuhan
yang disemprot akan mati. Pajananglifosat akan menyebabkan turunnya kadar
enzim kolinesterase.
Berdasarkan survei awal pada bulan Januari terlihat banyak bahaya pada
proses kerja mulai dari persiapan hingga proses pencampuran pestisida yang
dilakukan di dekat wilayah kebun yang akan disemprot. Pestisida, alat semprot,
dan tempat pencampuran dibawa ke lokasi tempat penyemprotan. Setelah itu
pestisida dicampur langsung ke dalam tempat pencampuran tanpa memperhatikan
aturan pencampuran dosis dan ketika mencampur pestisida pekerja tidak memakai
sarung tangan maka ada kemungkinan pekerja dapat terpapar melalui kulit.
Waktu dalam melakukan penyemprotan sudah baik yaitu dilakukan pada
jam 08.00 WIB sampai 11.00 WIB dengan istirahat pada jam 09.00 WIB sampai

09.30 WIB. Pada saat peneliti mewawancarai salah satu pekerja untuk
menanyakan berapa kali dalam seminggu bekerja sebagai penyemprot pestisida
mengatakan melakukan penyemprotan 4 sampai 5 kali dan lama bekerja dalam
satu hari selama 4 jam. Pada saat survei juga dilihat bahwa pekerja menyemprot
dengan cara mengangkat alat semprot ke punggung kemudian memompa alat
tekan yang berada disebelah kiri punggung penyemprot dan penyemprot berjalan

Universitas Sumatera Utara

secara melingkar dan tidak beraturan arahnya karena pada saat itu yang disemprot
adalah hama tumbuhan seperti rumput lalang di sekitar piringan kelapa sawit.
Dengan cara menyemprot melingkar dan tidak beraturan maka kemungkinan
pekerja dapat terpapar pestisida, seharusnya menyemprot dilakukan searah dengan
angin beberapa penyemprot juga tidak memakai alat pelindung diri. Kondisi ini
dapat meningkatkan faktor risiko terjadinya keracunan akibat kontak langsung
dengan pestisida, karena pestisida umumnya bersifat kontak oleh sebab itu
penggunaan alat pelindung diri penting untuk menghindari kontak langsung
dengan pestisida.
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka perlu dilakukan
penelitian hubunganfaktor eksternaldengan kadar enzim kolinesterase pada

penyemprot pestisida di perkebunan kelapa sawit tanjung garbus pagar merbau
PTPN II tahun 2017.
1.2

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut yang menjadi permasalahan yaitu bagaimana
hubunganfaktor eksternal dengan kadar enzim kolinesterase pada penyemprot
pestisidadi perkebunan kelapa sawit tanjung garbus pagar merbau PTPN II tahun
2017.
1.3

Tujuan Penelitian

1.3.1

Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubunganfaktor eksternal dengan kadar enzim kolinesterase
pada penyemprot pestisidadi perkebunan kelapa sawit tanjung garbus pagar

merbau PTPN II tahun 2017.

Universitas Sumatera Utara

1.3.2
a.

Tujuan Khusus
Untuk mengetahui hubungan dosis dengan kadar enzim kolinesterase pada
penyemprot.

b.

Untuk mengetahui hubungan frekuensi menyemprot dengan kadar enzim
kolinesterase pada penyemprot.

c.

Untuk mengetahui hubungan lama menyemprot dengan kadar enzim
kolinesterase pada penyemprot.


d.

Untuk mengetahui hubungan arah semprot terhadap arah angin dengan
kadar enzim kolinesterase pada penyemprot.

e.

Untuk mengetahui hubungan penggunaan alat pelindung diri dengan kadar
enzim kolinesterase pada penyemprot.

1.4

Hipotesis Penelitian

a.

Ada hubungan dosis dengan kadar enzim kolinesterase pada penyemprot.

b.


Ada hubungan frekuensi menyemprot kadar enzim kolinesterase pada
penyemprot.

c.

Ada hubungan lama menyemprot dengan kadar enzim kolinesterase pada
penyemprot.

d.

Ada hubungan arah semprot terhadap arah angin dengan kadar enzim
kolinesterase pada penyemprot.

e.

Ada hubungan penggunaan alat pelindung diri dengan dengan kadar enzim
kolinesterase pada penyemprot.

Universitas Sumatera Utara

1.5

Manfaat Penelitian

a.

Sebagai masukan bagi perkebunan kelapa sawit tanjung garbus pagar
merbau PTPN II terkait dalam hal pemeriksaan kolinesterase dan
pengawasanpenggunaan pestisida.

b.

Sebagai masukan kepada penyemprot tentang dampak penggunaan pestisida
dengan kesehatan pekerja itu sendiri.

c.

Untuk menambah wawasan dan pengalaman bagi penulis tentang
pajananpestisida dengan kadar enzim kolinesterase.

d.

Sebagai masukan dan referensi bagi peneliti lain yang ingin melakukan
penelitian

sejenis.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Hubungan Pemakaian Alat Pelindung Diri dengan Gejala Keracunan Pada Penyemprot Pestisida di Perkebunan Kelapa Sawit Tanjung Garbus Pagar Merbau Tahun 2015

7 108 119

Hubungan Faktor Eksternal Dengan Kadar Enzim Kolinesterase Pada Penyemprot Pestisida Di Perkebunan Kelapa Sawit Tanjung Garbus Pagar Merbau PTPN II Tahun 2017

0 0 17

Hubungan Faktor Eksternal Dengan Kadar Enzim Kolinesterase Pada Penyemprot Pestisida Di Perkebunan Kelapa Sawit Tanjung Garbus Pagar Merbau PTPN II Tahun 2017

1 4 3

Hubungan Faktor Eksternal Dengan Kadar Enzim Kolinesterase Pada Penyemprot Pestisida Di Perkebunan Kelapa Sawit Tanjung Garbus Pagar Merbau PTPN II Tahun 2017

2 8 50

Hubungan Faktor Eksternal Dengan Kadar Enzim Kolinesterase Pada Penyemprot Pestisida Di Perkebunan Kelapa Sawit Tanjung Garbus Pagar Merbau PTPN II Tahun 2017

0 0 2

Hubungan Faktor Eksternal Dengan Kadar Enzim Kolinesterase Pada Penyemprot Pestisida Di Perkebunan Kelapa Sawit Tanjung Garbus Pagar Merbau PTPN II Tahun 2017

0 0 16

I. Identitas Pekerja penyemprot - Hubungan Pemakaian Alat Pelindung Diri dengan Gejala Keracunan Pada Penyemprot Pestisida di Perkebunan Kelapa Sawit Tanjung Garbus Pagar Merbau Tahun 2015

0 0 22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pestisida 2.1.1 Pengertian Pestisida - Hubungan Pemakaian Alat Pelindung Diri dengan Gejala Keracunan Pada Penyemprot Pestisida di Perkebunan Kelapa Sawit Tanjung Garbus Pagar Merbau Tahun 2015

0 0 40

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Hubungan Pemakaian Alat Pelindung Diri dengan Gejala Keracunan Pada Penyemprot Pestisida di Perkebunan Kelapa Sawit Tanjung Garbus Pagar Merbau Tahun 2015

0 1 7

HUBUNGAN PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI DENGAN GEJALA KERACUNAN PADA PENYEMPROT PESTISIDA DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT TANJUNG GARBUS PAGAR MERBAU PTPN II TAHUN 2015

0 2 16