T1__BAB V Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Wacana Kritis Sara Mills pada Video Blog Bayu Skak: Studi Kasus pada Video Blog Bayu Skak Episode Arek Lanang dan Arek Wedok T1 BAB V

BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan disajikan analisis data beserta pembahasannya untuk
menjawab pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan penulis dengan berdasar
pada teori yang sudah ada, sehingga akan diketahui mengenai representasi
perempuan dalam video blog Bayu Skak episode Arek Lanang dan Arek wedok.
Penelitian ini menggunakan analisis wacana kritis Sara Mills. Titik perhatian
Mills adalah wacana feminisme, yakni bagaimana perempuan ditampilkan dalam
teks, baik dalam cerpen, gambar, foto, video maupun media. Fokus perhatian
analisis ini adalah menunjukkan bagaimana teks bias gender dalam menampilkan
perempuan. Sara Mills lebih melihat pada bagaimana posisi-posisi aktor
ditampilkan dalam teks, posisi tersebut pada akhirnya menentukan bentuk teks
yang hadir ditengah khalayak. Dalam artian siapa yang menjadi subjek
penceritaan dan siapa yang menjadi objek penceritaan akan diperlakukan dalam
teks secara keseluruhan.
Selain posisi aktor, Sara Mills juga memusatkan perhatian pada bagaimana
posisi pembaca dalam teks, yang pada penelitian ini digantimenjadi penonton
karena objek kajian yang diteliti adalah video blog. Menurut Mills, teks adalah
suatu hasil negosiasi antara penulis, dalam penelitian ini yaitu vlogger dan
penonton.Oleh karena itu, penonton tidak semata sebagai pihak yang menerima

pesan dalam video blog, tetapi juga ikut melakukan transaksi sebagaimana akan
menempatkan dirinya di dalamvideo blog tersebut.
Tabel 5.1.
Model Analisis Sara Mills
TINGKAT
Posisi

YANG INGIN DILIHAT
Subjek- Bagaimana peristiwa dilihat, dari kacamata siapa
peristiwa itu dilihat. Siapa yang diposisikan sebagai

Objek

pencerita (subjek) dan siapa yang menjadi objek
yang diceritakan. Apakah masing-masing aktor dan
kelompok sosial mempunyai kesempatan untuk
menampilkan dirinya sendiri,ataukah kehadirannya,
gagasannya ditampilkan oleh orang atau kelompok
lain


Posisi

Penulis Bagaimana posisi penonton ditampilkan dalam teks

(vlogger)-Penonton

yang dalam penelitian ini adalah video. Bagaimana
penonton memposisikan dirinya dalam video yang
ditampilkan. Kepada kelompok manakah penonton
mengidentifikasi dirinya.

Sumber: Eriyanto. 2001. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media .
Yogyakarta: LKiS. hlm 211
Sesuai dengan metode analisis wacana yang dikembangkan Sara Mills (yang
juga disebut sebagai metode analisis wacana perspektif feminis), analisis
mengenai representasi perempuan dalamvideo blog Bayu Skak episode Arek
Lanang dan Arek wedok ini akan dilakukan dengan melihat pada aspek Posisi

Subjek-Objek serta Posisi Pemirsa. Namun sebelum analisis terhadap representasi
perempuan melalui kedua aspek tersebut dilakukan, terlebih dahulu penulis akan

menganalisis

bagaimana

Posisi

vlogger

terepresentasikan

dalam

video

blogepisode Arek Lanang dan Arek wedok dan beberapa video blog lain yang

dibuat oleh vlogger yang juga mengangkat tema bahasan video mengenai
perempuan. Analisis terhadap posisi vlogger ini bertujuan agar diketahui
keberpihakan vlogger sebagai penulis terhadap satu posisi tertentu, dalam hal ini
apakah vlogger tersebut memihak terhadap kepentingan perempuan atau

sebaliknya, karena apa pun representasi perempuan yang muncul dalam video ini
salah satunya juga sangat dipengaruhi oleh posisi vlogger itu sendiri.
5.1 Analisis Posisi Vlogger

Video Blog atau vlog merupakan salah satu produk dari media sosial yang

berupa blog dan kontennya berisi unggahan video yang dibuat oleh seorang
vlogger . Dalam hal ini, vlogger merupakan subjek yang mengkonstruksikan

realitas, beserta dengan pandangan, pemikiran dan keberpihakannya, yang
kemudian dituangkannya ke dalam bentuk video dan diunggah menjadi sebuah
vlog. Dengan kata lain bahwa dalam mendefinisikan dan menampilkan sebuah

realitas, seorang vlogger sangat dipengaruhi oleh keberpihakannya dan cara
pandangnya terhadap suatu fenomena yang diangkatnya (Wardani, 2011).
Pada penelitian ini, Bayu Skak sebagai vlogger memiliki peranan yang
besar dalam pembuatan vlognya yang berjudul Arek Lanang dan Arek Wedok.
Vlog tersebut bukanlah vlog satu-satunya dari Bayu Skak yang mengangkat isu
atau tema mengenai perempuan. Hingga saat ini, dari 170 comedy vlog yang
dibuatnya, Bayu Skak telah mengunggah kurang lebih 10 vlog dengan membahas

konten yang berhubungan dengan perempuan. Setiap vlog tersebut telah ditonton
lebih dari ratusan ribu viewers. (sumber akun link akun youtube bayu skak).
Berikut ini adalah beberapa daftar judul vlog dari Bayu Skak yang konten
videonya membahas tentang perempuan;
1. Relationship Sh#t
2. No Arek Wedok, No Cry
3. Arek Wedok
4. Pria Idaman Wanita
5. Arek Wedok Rule The World
6. Arek Lanang & Arek Wedok
7. 10 Tipikel Cewek yang Dibenci Cowok
8. Definisi Cantik Menurut Semua Orang
9. Tindakan yang Tepat Ketika Putus Cinta
10. Kenapa Kok Single?

Dari kesepuluh vlog yang mengangkat isu perempuan tersebut, hampir dari
keseluruhan menampilkan realitas mengenai sisi negatif dari perempuan, dan
tidak sedikit yang merendahkan perempuan, baik dari segi judul vlog maupun
konten dari vlog itu sendiri. Seperti pada vlog yang berjudul Arek Wedok. Vlog ini
menceritakan tentang pendapat Bayu Skak mengenai beberapa fakta dari

perempuan. Bayu Skak merangkumnya ke dalam lima poin utama mengenai
perempuan. Dari kelima poin tersebut, keseluruh poinnya menceritakan tentang
kelemahan dan sifat buruk dari perempuan. Salah satu pernyataan yang diucapkan
oleh Bayu Skak sebagai kalimat pengantar dalam video Arek Wedok pada menit
pertama, menunjukan bahwa dirinya tidak menaruh keberpihakannya pada kaum
perempuan.
Bayu Skak (Narator) : “Oke. Kenopo kok arek wedok? Soale arek wedok iku
hal sing paling ruwet ndek dunia iki. Saking ruwete, aku kudu nggawe
episode akeh tentang arek wedok. Cekno kon kabeh paham”.
Dari kalimat tersebut, dapat diketahui bahwa Bayu Skak sebagai vlogger
membuat beberapa vlog tentang perempuan dengan berangkat dari salah satu sifat
buruk perempuan menurut pemikirannya, yakni ‘ruwet’. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI), kata ruwet memiliki makna; kusut, kalut, sulit, rumit.
Jadi dari kalimat pernyataan dalam vlog yang berjudul Arek Wedok tersebut dapat
disimpulkan bahwa menurut Bayu Skak, perempuan adalah hal yang paling sulit
dan rumit untuk dipahami. Sehingga ia merasa perlu membuat banyak vlog yang
menampilkan realitas mengenai perempuan dari sudut pandangnya kepada
khalayak yang menonton vlog tersebut agar penonton memahami perempuan
sesuai dengan realitas yang ditampilkan di dalam vlog. Oleh karena itulah, hampir
dari kesepuluh vlog yang membahas tentang perempuan, banyak menampilkan

sisi negatif dan bahkan cenderung merendahkan perempuan.
Selain itu, dalam video Arek Wedok tersebut,ada salah satu pernyataan lain
yang dilontarkan Bayu Skak mengenai realitas perempuan menurut pemikirannya.

Bayu Skak (Narator) : “Huuu, kaum hawa. Yo ngono iku arek wedok. Iyo
kan? Iyo. Saiki ceritane guduk wanita seng ditindas pria, tapi pria seng
ditindas wanita. Ayolah, ancen kenyataane koyok ngene kan.”
Kalimat tersebut diucapkan oleh Bayu Skak sebagai pengantar pada scene
yang menceritakan sebuah ilustrasi dimana saat perempuan dan laki-laki
mengingkari janji untuk bertemu satu sama lain. Dalam scene itu diceritakan
bahwa pada saat tokoh perempuan yang memberikan alasan mengapa ia tidak bisa
menepati janjinya untuk bertemu, sang tokoh laki-laki bisa bersikap baik, lembut
dan mampu berespon positif terhadap tokoh perempuan. Namun, sebaliknya, saat
tokoh laki-laki yang mencoba untuk memberikan penjelasan mengapa ia tidak
bisa menepatinya janjinya, sang tokoh perempuan justru memberikan respon
negatif.
Pada cuplikan scene dalam vlog Arek Wedok tersebut, Bayu Skak sebagai
vlogger menempatkan perempuan pada posisi superior namun bercitra negatif.

Sedangkan, Bayu Skak menempatkan laki-laki pada posisi kaum inferior yang

bercitra positif. Hal itu sangat nampak pada kalimat pernyataan yang diucapkan
Bayu Skak sebagai narator pada vlog dan semakin diperjelas dengan ilustrasi
kisah yang ditampilkan. Berbeda dengan fenomena dalam masyarakat patriarki
pada umumnya, dimana marjinalisasi perempuan terjadi, yakni kondisi yang
menempatkan perempuan pada posisi yang tidak lebih penting ataupun unggul
dibandingkan perempuan dan kekuasaan ada di tangan laki-laki (Hollows,
2010:8).

Namun,

justru

dengan

menempatkan

perempuan

pada


posisi

superioritasnya,vlogger ingin menyampaikan kepada khalayak sebagai penonton,
melalui realitas perempuan yangditampilkandi dalam video, bahwa perempuan
adalah pihak yang memiliki banyak sisi negatif jika dibandingkan dengan lakilaki.
Hal serupa juga dapat ditemukan pada salah satu vlog lain yang dibuat
oleh Bayu Skak dengan judul No Arek Wedok No Cry. Vlog ini menceritakan
tentang sifat-sifat dari perempuan yang merugikan atau menyusahkan kaum laki-

laki. Pada akhir video, Bayu Skak merangkum inti dari cerita yang ada dalam vlog
tersebut adalah bagaimanapun kondisinya akan lebih baik jika tanpa perempuan
sebagai kekasih.

Bayu Skak (Narator) : “Oke rek, dadi penjelasane arek wedok iku;
kemenyek, kemayu, seneng macak, wedi ireng, racun, metuek, seneng
ngatur, nyocot, terus megelno.”

Pada kalimat tersebut, Bayu Skak mengungkapkan 9 sifat atau karakter
dari perempuan, antara lain; kemenyek, kemayu, seneng macak, wedi ireng,
racun, metuek, seneng ngatur, nyocot, dan megelno. Beberapa kata tersebut biasa

digunakan oleh masyarakat Jawa Timur atau yang biasa dikenal dengan sebutan
bahasa Jawa Timuran.Seperti yang sudah dibahas pada bab sebelumnya, bahwa
Bayu Skak merupakan vlogger yang berasal dari kota Malang, Jawa Timur.
Sehingga, banyak dari video blog yang dibuatnya dengan menggunakan bahasa
jawa timuran malang dan itu menjadi ciri khas dari vlog buatan Bayu Skak.Jika
diartikan satu persatu, maka definisi dari kesembilan karakter tersebut adalah;
1. Kemenyek adalah salah satu kata yang berasal dari bahasa jawa timuran.
Jika dilihat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata kemenyek biasa
digunakan untuk menunjukan seseorang yang berlaga tau atau berlaga
pintar.
2. Kemayu adalah salah satu kata yang berasal dari bahasa jawa. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, kemayu merupakan kata sifat yang berarti
centil atau genit.
3. Seneng macak. Jika diartikan dalam bahasa Indonesia, seneng macak
berarti

suka

bersolek


atau

suka

menggunakan

kosmetik

untuk

mempercantik diri. Benton (1986) dalam Pramuningtyas, mengatakan
bahwa

kosmetika

merupakan

bahan

tambahan

terutama

untuk

meningkatkan daya tarik bagi orang yang memakainya. Jadi kosmetika
merupakan alat perlengkapan tertentu untuk menjadikan seseorang terlihat
bertambah cantik dan manis. Pengguna kosmetika kecenderungan

memiliki tingkat kepercayaan diri yang rendah sehingga ia merasa perlu
untuk menggunakan kosmetik sebagai cara dalam mempercantik dirinya.
(Pramuningtyas: 2007)
4. Wedi ireng. Jika diartikan dalam bahasa Indonesia, wedi ireng berarti takut
hitam. Dalam hal ini berarti salah satu sifat atau karakter dari perempuan
yang dimaksudkan oleh Bayu Skak, yakni memiliki rasa ketakutan apabila
kulitnya berwarna hitam. Seperti yang dikatakan oleh Jojor dalam
penelitiannya, bahwa realitas sosial yang terbangun dalam masyarakat
Indonesia menunjukan bahwa perempuan cantik harus memiliki ciri-ciri
ideal, salah satunyaberkulit putih dan mulus. Sehingga, Bayu Skak
menyebutkan perempuan yang ingin dianggap cantik memiliki rasa takut
apabila kulitnya menjadi hitam.
5. Racun. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, racun berarti suatu zat
yang dapat menyebabkan penyakit maupun kematian.
6. Metuek adalah kata yang berasal dari bahasa jawa timuran dan memiliki
arti berlaga lebih tua. Dalam budaya jawa, orang dengan usia yang lebih
tua haruslah dihormati. Jadi, kata metuek ditujukan untuk orang yang
berlaga lebih tua untuk bisa dihormati oleh orang lain.
7. Seneng ngatur atau suka mengatur memiliki arti gemar membuat sesuatu
menjadi lebih baik menurut apa yang dianggapnya baik.
8. Nyocot adalah kata yang berasal dari bahasa jawa timuran yang memiliki
arti

banyak

bicara.

Biasanya

kata

tersebut

digunakan

untuk

mengungkapkan sebuah makian.
9. Megelno juga merupakan kosa kata yang berasal dari bahasa jawa timuran
yang berarti menyebalkan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
menyebalkan memiliki makna sebuah tindakan yang menimbulkan rasa
kesal di dalam hati.
Berdasarkan beberapa uraian diatas, dari kesembilan kata sifat atau karakter
yang diucapkan Bayu Skak untuk menggambarkan perempuan dalam video No
Arek Wedok No Cry, hampir seluruhnya memiliki makna yang negatif. Maka,

sudah tampak jelas bahwa Bayu Skak sebagai vlogger tidak menaruh
keberpihakannya kepada perempuan.
Salah satu faktor yang menyebabkan kecenderungan Bayu Skak untuk
menampilkan lebih banyak sisi negatif dari perempuan adalah latar belakang
hubungan asmara yang pernah dialaminya. Pada sebuah artikel dari internet,
dituliskan bahwa kisah asmara Bayu Skak kandas dikarenakan perempuan yang
menjadi kekasihnya diduga melakukan pereselingkuhan ataupun kecurangan
dalam menjalani suatu hubungan. Bayu Skakpun sempat menuliskan pada akun
instagramnya dan mengatakan ‘beruntung punya teman hacker, jadi bisa tahu’.
Menurut artikel tersebut, setelah menuliskan caption seperti itu, Bayu Skakpun
menghapus semua videonya bersama sang kekasih yang dulu sempat diunggahnya
ke Youtube dan kemudian iapun meng-unfollow akun Instagram gadis tersebut.
Selain itu, pada salah satu video blog yang di unggahnya, Bayu Skak memberikan
komentar yang negatif mengenai salah satu kisah percintaannya yang lain, yang
juga tidak berakhir bahagia.

Gambar 1.
Sumber : Komentar dalam vlog Bayu Skak
Jika diartikan dalam bahasa Indonesia, maka pernyataan dalam komentar
tersebut bisa dipahami seperti ini ‘Meskipun videonya bagus, tapi masih ada
sampah di video ini, tepatnya ketika adegan vlog di kamarku. Segera dan sebisa

mungkin, minggu depan sudah aku buang sampah itu’. Setelah melihat beberapa
komentar dari para subscribber, ternyata yang dimaksud sampah dalam komentar
tersebut adalah sebuah pigura foto dari sang mantan yang berada pada rak yang
menjadi latar atau background pada scene vlog yang diambil di kamar Bayu
Skak. Dengan menyebut sang mantan kekasih dengan kata ‘sampah’, maka dapat

dipahami bahwa Bayu Skak menyimpan rasa kebencian kepada mantannya
tersebut. Dari penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa kisah asmara Bayu Skak
yang sudah pernah dialaminya tidak berakhir bahagia dan justru menimbulkan
luka bagi dirinya. Saat inipun Bayu Skak belum memiliki kekasih. Sehingga,
dapat dipahami bahwa latar belakang dan pengalaman dalam menjalani hubungan
asmara dengan perempuan yang berakhir buruk, menjadi salah satu faktor dari
cara Bayu Skak menampilkan perempuan dalam vlog-vlog yang dibuatnya.

Gambar 2.
Sumber : Komentar dalam vlog Bayu Skak

Gambar 4.
Sumber : Komentar dalam vlog Bayu
Skak

Gambar 3.
Sumber : vlog Bayu Skak
Hal serupa juga ditemukan dalam video blog yang menjadi objek kajian dalam
penelitian ini dengan judul Arek Lanang dan Arek Wedok.
Bayu Skak (Narator) : “Rek, tapi selalu ono lebih dan kurange rek. Iyo bener
iku, koyok toh saiki arek lanang a keh lebihe ketimbang arek wedok.”

Jika diartikan dalam bahasa Indonesia, maka kalimat tersebut menjadi
“Rek, tapi selalu ada kekurangan dan kelebihannya. Iya, benar itu, seperti halnya
saat ini, laki-laki lebih banyak kelebihannya jika dibandingkan dengan
perempuan”. Bayu Skak mengawali pernyataannya dengan kalimat yang
mengandung kesetaraan, bahwa dimana ada kekurangan pasti selalu ada
kelebihannya pula. Namun kemudian, Ia menutup pernyataannya dengan kalimat
yang

mengandung

makna

ketidaksetaraan

gender.

Dengan

jelas

ia

mengungkapkan bahwa laki-laki memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan
perempuan. Setelah itu, vlog tersebut dilanjutkan dengan menampilkan
beberapascene berisi ilustrasi yang menceritakan tentang kebiasaan perempuan
yang kemudian dibandingkan dengan kebiasaan laki-laki. Kembali lagi, Bayu
Skak menyajikan realitas dalam video blog Arek Lanang dan Arek Wedok dengan
menggunakan sudut pandang dari kacamata pemikirannya yang tidak berpihak
terhadap kaum perempuan. Bagian ini akan dibahas lebih lanjut pada poin
pembahasan selanjutnya mengenai representasi perempuan dalam video blog
Bayu Skak yang berjudul Arek Lanang dan Arek Wedok.
5.2 Representasi Perempuan dalam Video Blog Bayu Skak Arek Lanang dan
Arek Wedok
Secara garis besar, video blog Bayu Skak yang berjudul Arek Lanang dan
Arek Wedok ini menceritakan perbandingan beberapa sifat dari laki-laki dan

perempuan yang dilihat melalui sudut pandang Bayu Skak sebagai vlogger
sekaligus pengarang cerita. Dalam video blog Arek Lanang dan Arek Wedok,
terdapat 3 aktor, yakni narator cerita, tokoh perempuan dan tokoh laki-laki.
Dimana dalam video tersebut posisi subjek ditempati oleh narator cerita sebagai
satu-satunya pihak yang berperan menceritakan segala fenomena yang
ditampilkan dalam video. Seperti yang diungkapkan oleh Sara Mills, bahwa posisi
subjek adalah aktor yang berperan dominan menceritakan kejadian, serta posisi
yang ditarik ke dalam cerita kejadian itu sendiri disebut sebagai posisi objek.
Posisi objek dalam video blog ini ditempati oleh tokoh laki-laki dan tokoh
perempuan yang muncul di dalam video untuk memerankan suatu kejadian sesuai

dengan arahan yang diucapkan oleh sang narator cerita. Sehingga, dalam hal ini,
posisi perempuan ditempatkan sebagai objek untuk mengkonstruksi suatu
fenomena yang sesuai dengan apa yang diceritakan oleh narator cerita.
Aktor narator cerita dan tokoh laki-laki dalam vlog ini diperankan oleh
Bayu Skak sendiri. Sedangkan tokoh perempuannya diperankan oleh seorang lakilaki yang mengenakan rambut palsu sepanjang bahu dan dress berwarna cream,
dengan corak batik tanpa lengan. Seorang laki-laki yang berperan sebagai tokoh
perempuan ini memiliki postur tubuh yang langsing dan memiliki warna kulit
kuning langsat. Penampilan yang seperti ini, cukup merepresentasikan tokoh
perempuan meskipun diperankan oleh seorang laki-laki.
Dalam vlog ini, posisi narator sebagai subjek bukanlah pihak yang netral,
karena apapun yang ia sampaikan dipengaruhi oleh ideologi yang diusung oleh
sang vlogger . Seperti yang telah dibahas dalam poin sebelumnya, pada analisis
posisi vlogger , dapat dilihat bahwa vlogger memiliki kecenderungan yang cukup
tinggi untuk tidak berpihak kepada kaum perempuan. Posisi naratorpun dalam
video ini diperankan oleh vlogger itu sendiri, yakni Bayu Skak. Oleh karena itu,
representasi yang perempuan yang terbentuk dalam video inipun akan sangat
bergantung pada peran narator dalam mendefinisikan peristiwa mengenai
perbandingan sikap diantara laki-laki dan perempuan.
Seperti yang telah terlampir pada bab sebelumnya, penulis telah
membreakdown vlog ini berdasarkan visual dan audionya ke dalam beberapa
scene. Dari hasil analisis wacana kritis yang telah dilakukan, representasi
perempuan dalam video blog Bayu Skak yang berjudul Arek Lanang dan Arek
Wedok tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut;

a. Perempuan dengan Irasionalitas dan Tingkat Emosional yang Tinggi
Irasionalitas merupakan lawan kata dari rasionalitas, yang berarti
sesuatu atau perihal yang tidak masuk akal. Jika rasional dipahami sebagai
tindakan yang berdasarkan atas pikiran yang sehat dan pertimbangan yang
logis, maka irasional adalah tindakan yang sebaliknya. Pada pemahaman

masyarakat patriarki, irasional sangat melekat pada diri perempuan.
Pemahaman itu menciptakan subordinasi terhadap perempuan di tengahtengah lingkungan masyarakat. Pemahaman tersebut memunculkan suatu
anggapan bahwa perempuan tidak bisa bersifat rasional. Mereka
dipandang selalu mengedepankan emosional dan lebih banyak berbicara
atas dasar perasaan daripada akal sehatnya.
Seperti halnya yang nampak dalam video blog ini. Secara
keseluruhan vlogger menampilkan 5 scene yang membahas mengenai
perempuan. Scene seputar perempuan yang pertama membahas tentang
salah satu sifat buruk dari perempuan, yaitu cara pandang perempuan
mengenai kaum laki-laki, bahwa tidak ada satupun kaum laki-laki yang
baik dimata perempuan, yang bisa mengerti dan memberikan kasih sayang
kepada perempuan. Secara visual, tokoh perempuan dalam scene ini
ditampilkan sedang beradegan sedih, menangis, bahkan hingga berteriak
marah atas kebenaran yang dipahaminya mengenai kaum laki-laki.
Sedangkan secara verbal, ia bersikeras mengatakan bahwa memang tidak
ada satupun laki-laki di dunia yang sesuai dengan kriteria lelaki baik yang
diharapkannya. Bahkan, ia mengatakan bahwa semua kaum laki-laki itu
brengsek. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata brengsek sendiri
memiliki makna sebuah umpatan atau makian kasar yang biasanya
dilontarkan kepada orang yang berkelakuan buruk.

Gambar 1.
Sumber : Penyajian data tabel 4.1.1

Gambar 2.

Gambar 3.

Sumber: Penyajian data tabel 4.1.2

Sumber : Penyajian data tabel 4.1.3

Dari scene tersebut sangat nampak ditampilkan seorang tokoh
perempuan yang sangat mengedepankan perasaannya dalam berkata-kata
tanpa mempertimbangkan akal sehatnya. Jika dipikir dengan akal sehat,
maka tentu saja tidak semua laki-laki yang ada di dunia ini berkelakuan
buruk. Tentu banyak juga laki-laki yang bisa memahami bahkan
memberikan kasih sayang kepada perempuan dan melindunginya. Dalam
scene itupun ditampilkan seorang tokoh laki-laki yang berusaha dengan

sabar beberapa kali meyakinkan si tokoh perempuan bahwa dirinya adalah
lelaki

yang

baik.

Namun,

tokoh

perempuan

itu

tetap

tidak

menghiraukannya dan justru semakin meluapkan emosinya. Dari situlah
sangat nampak jelas bahwa tokoh perempuan yang ditampilkan dalam
scene tersebut sulit berpikir secara rasional dan lebih mengedepankan

perasaannya dalam bertindak.
Hal yang serupa juga nampak pada scene seputar perempuan yang
kedua. Scene ini menceritakan tentang kebiasaan perempuan dalam
menggunakan make up. Secara visual, ditampilkan seorang tokoh
perempuan

sedang

menggunakan

lipstik.

Namun

perempuan

itu

menunjukan raut muka kesedihan yang kemudian semakin lama berubah
menjadi raut muka yang penuh dengan amarah. Hingga si tokoh
perempuanpun ditampilkan menggunakan lipstik dengan tidak semestinya
karena ia tidak bisa mengendalikan kesedihan dan kemarahan melalui raut
wajah dan tindakannya.

Gambar 4.
Sumber : Penyajian data tabel 4.6.1

Gambar 5.
Sumber : Penyajian data tabel 4.6.2

Dalam scene kedua tersebut, secara verbal, si tokoh perempuan
mengatakan sebagai berikut; “Kamu enak ya, gitu aja bisa langsung
keluar, bisa langsung cabut. Sementara kamu tau gak kalau cewek gimana
dia harus dandan dan itu butuh waktu yang lama. Dia harus dandan,

kamu tau gak sih? Hah, ngertiin kita dong…”.Dari kalimat tersebut dapat
dilihat bahwa si tokoh perempuan mengatakan hal tersebut ditujukan
kepada kaum laki-laki. Perempuan dalam scene, ditampilkan ingin
menyampaikan pada kaum laki-laki bahwa kebiasaan yang dilakukannya
dalam hal mempercantik diri dengan kosmetik adalah hal yang justru
mempersulit perempuan. Secara visual dan secara verbal disampaikan
bahwa perempuan menggunakan make up dengan perasaan sedih dan
tertekan. Dengan kata lain, tokoh perempuan dalam video menggunakan
make up dengan rasa terpaksa. Hal yang mendorong perempuan untuk

tetap menggunakan make up adalah rasa kepercayaan diri yang rendah di
dalam dirinya. Menurut Korichi, Pelle-de-Queral, Gazano, dan Aubert
(2008) make-up secara psikologis memiliki dua fungsi yaitu fungsi
seduction dan camouflage. Fungsi seduction artinya make up mampu

meningkatkan kepercayaan diri dari penggunanya. Umumnya individu
yang menggunakan make-up untuk fungsi seduction merasa bahwa dirinya
akan terlihat lebih menarik apabila ia menggunakan make up. Fungsi yang
kedua yakni camouflag, artinya individu menggunakan make-up untuk
menutupi kekurangan diri secara fisik. Umumnya individu yang
menggunakan make-up untuk camouflage merasa dirinya memiliki suatu
kekurangan fisik yang bisa ditutupi melalui penggunaan make up. Oleh
karena itu, perempuan ditampilkan sebagai sosok yang rela mempersulit
dirinya dengan tetap menggunakan make up karena rasa kurang percaya
diri yang dialami oleh tokoh perempuan di dalam video blog tersebut.

Scene berikutnya menjelaskan secara singkat mengenai salah satu

kelemahan perempuan dalam hal memilih lelaki. Bayu Skak sebagai
narator cerita mengatakan bahwa perempuan cenderung memilih laki-laki
dari segi fisik. Dikatakan bahwa perempuan lebih teratrik kepada laki-laki
yang memiliki postur tubuh yang kekar atau macho. Dalam scene ini tidak
begitu menonjolkan gambaran perempuan yang memiliki tingkat
irasionalitas dan emosional yang tinggi. Scene ini hanya berlangsung
selama….. detik dan hanya berupa narasi dari narator cerita tanpa
menampilkan tokoh perempuan sebagai ilustrasi kejadian seperti pada
scene-scene sebelumnya.

Scene keempat dan kelima seputar perempuan menampilkan cerita
mengenai perempuan dan diet. Diet merupakan salah satu cara yang
dilakukan sebagai upaya untuk menurunkan berat badan seseorang
(Wirakusuma dalam Putri, 2008). Diet dilakukan untuk mencapai bentuk
tubuh yang lebih ideal karena rasa ketidakpuasan seseorang terhadap
bentuk tubuhnya. Rasa tidak puas itu muncul karena seseorang telah
memiliki konsep tubuh ideal dalam pikirannya, namun dia merasa bahwa
tubuhnya sendiri tidak atau belum memenuhi kriteria tubuh ideal tersebut
(Cash & Szymansk dalam Grogan, 1999).
Dalam video tersebut ditampilkan seorang tokoh perempuan yang
memiliki keinginan untuk melakukan diet. Pada awalnya, tokoh
perempuan nampak sangat menggebu-gebu ketika memutuskan akan
melakukan diet. Bahkan secara visual, ditampilkan pada scene keempat
dan kelima ekspresi muka dari tokoh perempuan tersebut saat menunjukan
rasa ambisinya dalam berdiet. Ambisi diet pada scene keempat
digambarkan dengan aktivitas tokoh perempuan ketika memposting status
di akun media sosial twitter . Sedangkan pada scene kelima, ambisi dari
tokoh perempuan ditampilkan melalui tindakan yang terkesan mengancam
yang dilakukannya kepada tokoh laki-laki. Namun semangat untuk
melakukan diet itu tidak berlangsung lama. Diceritakan setelah 15 menit
berlalu, tokoh perempuan itu justru asyik mengunyah makanan. Pada

scene kelima juga ditampilkan emosi dari si tokoh perempuan yang

meluap-luap saat tokoh laki-laki mengingatkan dirinya mengenai
keinginan awalnya untuk berdiet.

Gambar 6.
Sumber : Penyajian data tabel 4.7.2

Gambar 7.
Sumber : Penyajian data tabel 4.8.1

Gambar 8.
Sumber : Penyajian data tabel 4.8.5

Secara verbal, ambisi berdiet dan emosi tokoh perempuan itu
nampak dari perkataan-perkataan yang diucapkan tokoh perempuan itu
sendiri. Seperti beberapa naskah yang diucapkan oleh tokoh perempuan
berikut ini;
Perempuan :
(datang dengan menggebrak pintu)
Hehh kamu, dengerin aku yaa.. aku udah mutusin buat diet. Hari ini aku bakal
diet. Ga bakal makan lagi. Kamu liat aja ntar !

(kemudian pergi dan membanting pintu)

Perempuan :
Yaa mauuu siihh, tapi susah. Susah kamu tau gak sih susah?
Jadi cewek itu selalu susah, kamu itu cowok, cowok itu sukanya merintahmerintah aja. Merintah-merintah mulu, kamu gak ngerti perasaanku gimana.
Huhh!

(kemudian berlalu pergi)

Dalam scene keempat dan kelima ini, perempuan ditampilkan
sebagai sosok dengan tingkat emosional yang tidak stabil atau labil. Hal ini
serupa dengan pernyataan dari beberapa responden, yang berpendapat
bahwa salah satu kelemahan dari sosok perempuan yang ditampilkan
dalam video tersebut adalah tingkat emosional yang labil. Seperti
pernyataan dari salah satu responden berikut ini;
Responden YA (Mahasiswa)
Ya, cewek itu ribet, cewek itu perlu dimengerti. Arek wedok itu labil. Arek
wedok iki tingkat emosine tinggi dalam keadaan tertentu.

Empat dari kelima scene yang membahas seputar perempuan di
dalam video blog tersebut menampilkan tokoh perempuan yang beradegan
marah bahkan menangis. Sangat nampak jelas bahwa perempuan
cenderung ditampilkan sebagai pihak yang mengedepankan perasaan dan
emosinya yang meluap-luap. Melakukan tindakan atas dasar apa yang
dirasakan tanpa menunjukan adanya tindakan dalam berpikir secara logis
atau masuk akal. Penggambaran perempuan seperti inilah yang
menyebabkan munculnya subordinasi terhadap perempuan.

b. Superioritas Perempuan dengan Citra Negatif
Berbeda

dengan

budaya

patriarki

pada

umumnya,

yang

menempatkan kaum laki-laki pada posisi superior dan perempuan pada
posisi inferior , Bayu Skak justru seolah-olah menempatkan perempuan
pada posisi superior atas laki-laki. Namun, posisi superior perempuan
yang digambarkan oleh Bayu Skak di dalam video tersebut, justru menjadi

media yang menjelaskan sisi-sisi negatif dari perempuan. Hal itu nampak
dari beberapa scene berikut ini;
Scene yang pertama yakni scene dimana tokoh perempuan

mengungkapkan kesedihan yang dirasakannya karena ia beranggapan
bahwa tidak ada satu laki-lakipun yang baik dimatanya. Pada scene ini,
karakter tokoh perempuan yang cukup menonjol adalah emosional dan
keras kepala. Seperti yang telah dibahas pada poin sebelumnya, bahwa
sebagian

besar

scene

yang

membahas

mengenai

perempuan

menggambarkan perempuan yang memiliki tingkat emosional tinggi.
Karakter emosional dan keras kepala ini sangat nampak secara verbal
seperti pada penggalangan naskah dalam scene berikut ini;

Perempuan :
Aku gak pernah dapet cowok yang baik, yang bisa ngertiin aku, yang bisa
nyayangin aku. Gak ada satupun. Kalian semua para cowok semua brengsek,
sama aja.

Laki-laki :
Aku apikan

Perempuan :
Gak ada, beneran gak ada satupun cowok itu.
Laki-laki :
Aku apikan

Perempuan :
Gak ada satupuuunn! Huuhh!

Laki-laki :
Aa.. aku temenan apikan, sumpah.

Perempuan :
Gak adaaa ! Gak adaa ya ampun gak ada! Adapun itu selalu dapet yang jelek.

Pada penggalan naskah tersebut, tokoh perempuan ditampilkan
sedang mengekspresikan kesedihan dan amarahnya. Hampir seluruh
kalimat diucapkan dengan menggunakan nada yang tinggi. Berbanding
terbalik dengan lawan bicaranya, yakni tokoh laki-laki. Tokoh laki-laki
pada scene ini ditampilkan dengan karakter penakut dan terkesan sabar
saat berhadapan dengan tokoh perempuan. Seluruh kalimat yang dikatakan
oleh si tokoh laki-laki daalam penggalan naskah di atas, diucapkan dengan
nada yang lembut karena tokoh laki-laki digambarkan seolah memiliki
rasa

takut

kepada

tokoh

perempuan

sehingga

ia

mengucapkan

perkataannya dengan ragu-ragu dan nada yang pelan. Si tokoh laki-laki ini
juga ditampilkan dengan sabar mau berusaha untuk meyakinkan si tokoh
perempuan bahwa dirinya adalah laki-laki yang baik. Ia beberapa kali
mengatakan hal itu kepada tokoh perempuan meskipun tokoh perempuan
itu tetap bersikeras beranggapan bahwa tidak ada laki-laki yang baik. Dari
hal tersebut sangat nampak bahwa Bayu Skak menempatkan perempuan
pada posisi superior dan laki-laki pada posisi inferior .
Dengan menempati posisi superior tersebut, perempuan semakin
ditampilkan dengan citra negatif. Seperti contohnya pada salah satu
kalimat yang diucapkan oleh tokoh perempuan; “Aku gak pernah dapet
cowok yang baik, yang bisa ngertiin aku, yang bisa nyayangin aku. Gak
ada satupun. Kalian semua para cowok semua brengsek, sama aja .”

Selain tingkat emosionalnya yang terlalu tinggi, citra negatif perempuan
sangat jelas nampak pada akhir kalimat yang diucapkan oleh tokoh

perempuan dalam video. Kalimat tersebut termasuk dalam salah satu
bentuk kekerasan secara verbal dengan mengucapkan kata makian.
Dengan begitu tokoh perempuan dalam video tersebut telah melakukan
stereotip atau adanya pelabelan cap negatif terhadap kaum laki-laki.
Hal yang serupa juga nampak pada scene yang menampilkan
tentang tokoh perempuan yang telah mengambil keputusan untuk
melakukan diet. Pada tersebut diceritakan bahwa si tokoh perempuan
menghampiri tokoh laki-laki untuk memberitahukan niatnya melakukan
diet dengan cara yang scene kurang sopan. Secara verbal, si tokoh
perempuan mengutarakan niat dietnya kepada tokoh laki-laki dengan
kalimat sebagai berikut;
Perempuan:
Hehh kamu, dengerin aku yaa.. aku udah mutusin buat diet. Hari ini aku
bakal diet. Ga bakal makan lagi. Kamu liat aja ntar !

Kalimat tersebut diawali dengan kata sapaan yang dilakukan oleh
si tokoh perempuan kepada tokoh laki-laki tanpa menyebutkan nama yang
kemudian diikuti oleh kalimat perintah. Bagi masyarakat Indonesia, pada
umumnya orang akan merasa lebih dihargai apabila kata sapaan diucapkan
dengan menyertakan nama orang yang bersangkutan. Apalagi jika
komunikasi yang terjadi merupakan komunikasi langsung atau tatap muka
yang hanya melibatkan dua orang. Selain itu, kalimat tersebut diakhiri
dengan kalimat “kamu lihat aja ntar” yang jika kita lihat dalam video
beserta dengan intonasi pengucapannya, maka kalimat tersebut akan
sangat terkesan menyiratkan kesombongan dan seolah-olah menantang
lawan bicaranya untuk membuktikan apa yang telah diucapkannya.
Kemudian, secara visual ditampilkan si tokoh perempuan masuk ke
dalam kamar tokoh laki-laki tanpa mengetuk pintu. Gestur yang
diperagakan oleh tokoh perempuan

juga semakin membuatnya tampak kurang sopan dan kurang beretika.
Menurut Purnama, Gesture adalah salah satu bentuk komunikasi non
verbal dengan akasi atau gerakan dari tubuh yang menyampaikan pesanpesan teretentu (Purnama, 2014:48). Si tokoh perempuan itu mengarahkan
jari telunjuknya kepada si tokoh laki-laki yang hanya duduk tercengang
mendengarnya, diikuti dengan nada berbicara yang tinggi. Dalam budaya
Indonesia, menunjuk orang lain dengan jari telunjuk merupakan salah satu
tindakan yang dianggap tidak sopan (Ratna, 2014). Apalagi jika dikikuti
dengan penggunaan intonasi dan nada yang tinggi dalam pengucapannya.
Setelah itu si tokoh perempuan meninggalkan si tokoh laki-laki yang tidak
berkata-kata sama sekali dengan membanting pintu keras-keras.
Gambar 9.
Sumber : Penyajian data tabel 4.8.1

Scene ini diakhiri dengan adegan dimana si tokoh perempuan

merasa kesal dan marah karena tokoh laki-laki mempertanyakan apa yang
sudah dikatakan oleh si tokoh perempuan mengenai niatnya untuk
melakukan diet. Diceritakan di dalam scene ini bahwa 15 menit berlalu
setelah tokoh perempuan mengatakan niat dietnya, si tokoh laki-laki
melihat tokoh perempuan tersebut sedang asyik mengunyah makanan dan
memegang 2 toples makanan. Berikut ini adalah penggalan naskah dari
adegan tersebut;
Laki-laki :
Looo, katanya diet?

Perempuan :
Yaa mauuu siihh, tapi susah. Susah kamu tau gak sih susah? Jadi cewek itu
selalu susah, kamu itu cowok, cowok itu sukanya merintah-merintah aja.
Merintah-merintah mulu, kamu gak ngerti perasaanku gimana. Huhh!

Jika kita lihat, pada awal scene ditampilkan bahwa tokoh
perempuan itu sendirilah yang mengambil keputusan untuk melakukan
diet tanpa adanya perintah dari si tokoh laki-laki. Bahkan si tokoh laki-laki
ditampilkan hanya duduk diam dan tidak mengeluarkan suara sama sekali.
Kemudian dalam penggalan naskah tersebut, sangat nampak bahwa tokoh
perempuan digambarkan sedang menyalahkan tokoh laki-laki karena
merasa bahwa tokoh laki-laki tersebut terlalu menuntut dirinya. Kembali
lagi ditampilkan dalam scene ini bahwa si tokoh perempuan melakukan
stereotip atau pelabelan negatif terhadap kaum laki-laki dengan
mengatakan “kamu itu cowok, cowok itu sukanya merintah-merintah aja.
Merintah-merintah mulu.” Padahal, ditampilkan dalam video bahwa si

tokoh laki-laki hanya bertanya dengan mengucapkan 3 kata saja, yakni
“Looo, katanya diet? ” tanpa adanya kalimat yang menunjukan suatu
perintah. Scene inipun diakhiri dengan adegan si tokoh perempuan yang
pergi meninggalkan tokoh laki-laki tersebut tanpa adanya gambaran
adegan mengenai pembelaan yang diberikan oleh tokoh laki-laki. Padahal
sangat jelas bahwa tokoh laki-laki dalam scene tersebut tidak bersalah dan
sama sekali tidak seperti yang dituduhkan oleh si tokoh perempuan.
Dari penjelasan mengenai uraian beberapa scene tersebut, maka
dapat kita lihat bahwa Bayu Skak sebagai vlogger menempatkan
perempuan pada posisi superior dalam aspek secara emosional. Dimana
perempuan digambarkan dapat leluasa mengungkapkan apapun yang
dirasakannya terhadap kaum laki-laki baik secara verbal melakui
perkataannya, maupun secara non verbal yakni melalui tingkah lakunya.
Sebaliknya, kaum laki-laki ditampilkan sama sekali tidak memiliki
kesempatan dan hak suara untuk membela dirinya atas semua perkataan
yang dituduhkan oleh perempuan. Namun, kondisi seperti itulah yang
justru semakin membuat perempuan terlihat memiliki banyak sisi-sisi
negatif.

c. Inkonsistensi Perempuan
Representasi perempuan yang inkonsisten sangat nampak jelas
pada scene yang menampilkan kisah tokoh perempuan dan tekad dietnya.
Selain merepresentasikan superioritas perempuan dengan citra yang
negatif, scene tersebut juga merepresentasikan sifat perempuan yang
sangat inkonsisten. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, inkonsisten
memiliki arti suka berubah-ubah, bertentangan, dan tidak sesuai.
Inkonsisten sendiri merupakan lawan kata dari konsisten. Jika konsiten
dipahami sebagai ketetapan hati akan prinsip yang telah ditetapkan oleh
dirinya sendiri apa yang telah ia ucapkan, makan inkonsisten berarti suatu
tindakan yang tidak sesuai dengan ketetapan hati dan apa yang telah
diucapkannya.
Representasi perempuan dengan sikap inkonsisten ini sangat
nampak pada scene yang menampilkan perempuan dengan obsesi satau
tekad dietnya. Scene mengenai tekad diet dari perempuan ini dibagi dalam
dua scene. Kedua scene ini ditampilkan dengan mengisahkan kejadian
yang hampir sama, namun perbedaannya pada scene yang pertama tidak
melibatkan tokoh laki-laki dan scene yang kedua melibatkan tokoh lakilaki
Scene pertama yang menampilkan perempuan dengan tekad
dietnya diawali dengan kalimat pengantar dari Bayu Skak sebagai narator
yang menjelaskan mengenai salah satu sifat dari perempuan yang juga
ingin ditampilkan oleh Bayu Skak sebagi vlogger, yakni sifat inkonsisten.

Narator (Bayu Skak) :
Terus opo maneh yoh? Oh iyo, masalah diet. Arek wedok mesti terobsesi
gawe diet, iyo kan ? IYO! Tapi niat diete arek wedok iki ga bertahan suwe
akeh-akehane, iya kan? Iyoo..

Kalimat terakhir pada pernyataan di atas menunjukan bahwa
narator ingin mengatakan bahwa salah satu sifat buruk dari perempuan
adalah tidak konsisten bahkan pada keputusan yang menjadi obsesinya.
Hal itu dijelaskan lebih dalam lagi melalui scene yang ditampilkan. Dalam
scene tersebut diceritakan mengenai tokoh perempuan yang sangat
menggebu-gebu dan bersemangat untuk melakukan diet. Sebagai
ungkapan semangatnya, iapun menuliskan niatan besarnya dalam
melakukan diet pada akun twitter nya dengan disertai hastag #letsgodiet.
Kemudian secara visual ditampilkan tulisan yang menyatakan keterangan
waktu ’15 ment kemudian’. Setelah itu, munculah tokoh perempuan yang
membawa satu toples makanan dan iapun berkata bahwa dirinya merasa
kelaparan dan hendak menghabiskan seluruh makanan yang tersimpan di
kulkas. Hal itupun ia tuliskan di aku twitter nya dengan disertai
#dietudahterlalumainstream.
Dari scene tersebut dapat dilihat bahwa dalam waktu 15 menit saja,
tokoh perempuan dalam video bisa merubah keputusan dan niat yang
diambilnya. Jika dipikir kembali, waktu 15 menit bukanlah waktu yang
lama bahkan bisa dikatakan relatif sangat singkat dalam melakukan proses
diet. Bahkan tanpa niatan dietpun, pada umumnya orang masih bisa
menahan untuk tidak makan lebih dari 15 menit. Dengan kata lain dapat
diartikan bahwa dengan gamabaran obsesi diet yang begitu menggebugebu dari tokoh perempuan yang kemudian dibatalkannya hanya dalam
waktu 15 menit, sangat menunjukan tingkat inkonsistensi yang tinggi dari
tokoh perempuan yang ditampilkan dalam video tersebut.
Hal serupa juga nampak pada scene berikutnya yang juga masih
membahas

mengenai

perempuan

dan

obsesi

dietnya.

Namun

perbedaannya, tokoh perempuan menyampaikan keputusan niatnya untuk
melakukan diet ini kepada si tokoh laki-laki. Dimana secara visual tokoh
perempuan ditampilkan lebih menggebu-gebu lagi dibandingkan dengan
scene yang pertama. Hal itu dapat dilihat dari bagaimana cara tokoh

perempuan menyampaikan niat dietnya kepada tokoh laki-laki. Dengan
menggebrak pintu keras-keras, berbicara dengan intonasi yang tinggi,
menunjuk tokoh laki-laki dengan jari telunjuk, dan juga ekspresi muka
yang menunjukan keseriusan seperti yang sudah dibahas pada poin
sebelumnya. Kemudian, secara verbalpun sangat menunjukan bahwa si
tokoh perempuan begitu bersemangat akan melakukan komitmen dietnya.
Jika dilihat secara visual dan verbal, tokoh perempuan tersebut
ditampilkan sangat memiliki semangat yang tinggi dan keputusan yang
diambilnyapun nampak sudah sangat bulat. Namun, sama dengan scene
sebelumnya, semangat itu hanya bertahan selama 15 menit. Setelah 15
menit berlalu, ditampilkan tokoh perempuan sedang memegang beberapa
toples makanan dan nampak sedang asyik mengunyahnya. Bahkan saat
tokoh laki-laki melihat hal tersebut dan berusaha untuk mengingatkannya,
si tokoh perempuan justru tidak mau mendengarkannya dan malah
menyalahkan si tokoh laki-laki tersebut. Dari scene itulah sangat nampak
tokoh perempuan ditampilkan dengan sifat inkonsistensi yang tinggi.

5.3 Analisis Posisi Penonton
Sesuai dengan model analisis wacana kritis yang dikemukakan oleh Sara
Mills, aspek lain yang juga penting untuk dianalisa adalah mengenai posisi
penonton. Analisis ini dilakukan untuk melihat khalayak seperti apa yang
diimajinasikan oleh sang penulis. Sara Mills berpendapat bahwa penempatan
posisi penonton berhubungan dengan bagaimana penyebutan/penyapaan kepada
penonton yang dilakukan di dalam video blog. Sara Mills juga menjelaskan bahwa
penyapaan ini dilakukan secara tidak langsung (indirect address), yaitu melalui
‘mediasi’ dan ‘kode budaya’.
Mediasi. Dalam proses ini dilihat bahwa video secara tidak langsung
mensugestikan kepada penonton agar menempatkan dirinya pada posisi atau
karakter tertentu yang terdapat dalam video. Di dalam video ini sendiri kebenaran

sudah diposisikan secara hierarkis, dimana posisi kebenaran ditempatkan pada
pihak yang menjadi pemain utama dalam penceritaan. Kepada posisi inilah
penonton biasanya akan mengidentifikasikan dirinya. Seperti yang nampak pada
pernyataan dari keenam responden di bawah ini saat peneliti memberikan
pertanyaan tentang pada posisi siapakah responden mengidentifikasikan dirinya
pada saat menonton video tersebut
Pertanyaan :
Saat menonton video tersebut, pada posisi siapakah Anda
mengidentifikasikan diri? Bayu Skak sebagai narator? Tokoh perempuan?
Atau Tokoh Laki-laki?
Responden BF: Kalau aku ngerasanya lebih ke naratornya sih.
Responden GY : Tokoh laki-laki mbak. Yang diwakili Bayu Skak kayaknya.
Responden TY : Tokoh laki-laki.

Responden EM : Kalau saya sebagai narator, jadi bayu skak yaa.
Responden YC : Narator. Ya ada benernya juga sih yang dibilang sama
Bayu Skak tadi.

Responden YA : Sebagai Bayu Skak sebagai narator aja. Yaa terkadang juga
saya sering melakukan istilahnya, seperti yang Bayu Skak lakukan.
Terkadang kalau ga ada hal yang dibahas ya ngbahas cewek dan membedabedakan dan cewek itu seperti ini seperti ini, cowok itu seperti ini seperti ini.
Istilahnya perbandingan-perbandingan antara arek lanang dan arek wedok itu
sendiri.

Dari pernyataan-pernyataan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa
empat dari enam responden yang telah menonton video blog dari Bayu Skak yang

berjudul Arek Lanang dan Arek wedok tersebut, telah memposisikan dirinya
sebagai narator yakni Bayu Skak, yang dalam video tersebut merupakan pemain
utama dalam penceritaan, sekaligus sebagai pihak pembawa kebenaran dalam
video tersebut. Dua responden lainnyapun memposisikan dirinya sebagai tokoh
laki dan tidak ada responden yang menempatkan dirinya sebagai tokoh perempuan
bahkan ketiga responden perempuan sekalipun. Sehingga secara hierarkis dapat
dilihat bahwa posisi pemegang kebenaran jika dilihat dari sudut pandang
penonton, dipegang oleh Bayu Skak dengan posisi narator cerita.
Dalam video blog Arek Lanang dan Arek Wedok posisi kebenaran secara
jelas tidak ditempatkan pada pihak perempuan. Penempatan kebenaran ini dapat
dilihat melalui posisi vlogger yang sekaligus berperan sebagai narator di dalam
video. Dengan materi dan konsep penceritaan yang lebih banyak menonjolkan sisi
negatif pada perempuan,

maka tanpa sadar

penonton dituntun untuk

memposisikan dirinya pada pihak ‘narator cerita’ dalam video tersebut.
Selanjutnya, cara penyapaan yang kedua adalah melalui pendekatan kode
budaya. Kode budaya disini merujuk pada nilai-nilai atau sejumlah informasi
yang dipercaya dan diakui bersama yang dianggap sebagai kebenaran bersama
oleh masyarakat. Kode budaya yang dipakai oleh penonton akan membantu
penonton dalam menempatkan dirinya pada posisi yang sesuai dengan orientasi
nilai yang disetujui dan dianggap benar oleh penonton tersebut. Pada cara ini,
Bayu Skak membangun realitas atau kebenaran dalam video dengan cara
mengambil suatu fenomena mengenai kelemahan perempuan yang muncul di
kalangan masyarakat, kemudian ia merepresentasikan semua perempuan sesuai
dengan realitas yang ditemukannya tersebut. Dengan kata lain, melalui video
blognya, Bayu Skak mengkontruksi suatu kebenaran bahwa fenomena-fenomena
yang ditampilkan di dalam video tersebut dialami atau dilakukan oleh seluruh
perempuan. Padahal, belum tentu satu karakter yang muncul pada salah satu
perempuan juga muncul pada perempuan-perempuan yang lain.

Anis Matta menjelaskan, secara garis besar ada dua faktor yang
mempengaruhi karakter seseorang, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor
internal adalah semua unsur kepribadian yang secara kontinyu mempengaruhi
perilaku manusia, yang meliputi instink biologis, kebutuhan psikologis, dan
kebutuhan pemikiran. Sedang faktor eksternal adalah faktor yang bersumber dari
luar manusia, akan tetapi dapat mempengaruhi perilaku manusia, baik langsung
maupun tidak langsung. Hal-hal yang termasuk dalam faktor eksternal ini adalah
lingkungan keluarga, lingkungan sosial, dan lingkungan pendidikan. Maka, akan
tidak mungkin bahwa semua perempuan memiliki sifat atau karakter yang sama,
karena setiap perempuan memiliki faktor eksternal dan internal yang berbedabeda. (Anis : 2001).
Penempatan posisi penonton dalam sebuah program tidak hanya dapat
dilihat melalui aspek mediasi maupun kode budaya yang ada dalam program saja.
Dalam model Sara Mills, posisi penonton juga dapat dilihat dari pendekatan
gender. Pada pendekatan ini dianggap bahwa perbedaan persepsi antara laki-laki
dan perempuan dalam memandang suatu teks akan membuat mereka berbeda juga
dalam menempatkan posisinya dalam suatu teks. Yang dimaksud teks dalam
penelitian ini adalah kebenaran-kebenaran yang ditampilkan di dalam video.
Pertama, posisi pembaca ditentukan oleh pembacaan dominan (dominant
reading) atas suatu teks, apakah teks cenderung ditujukan untuk penonton

perempuan atau laki-laki. Seperti yang telah diulas pada analisis posisi subjekobjek sebelumnya, dapat dilihat bahwa dalam video blog Arek Lanang dan Arek
Wedok ini, sangat menonjolkan sisi negatif dari perempuan walaupun judul dari

video ini menyiratkan kesetaraan, namun konsep penceritaan mengenai
perempuan hanya menampilkan kelemahan perempuan. Hal ini disebabkan karena
pembuat konsep cerita video atau vlogger adalah seorang laki-laki dengan
ideologinya yang memihak atas kaum Adam. Sehingga, sudut pandang dan
ideologi dari sang vlogger sangat mempengaruhi bagaimana posisi perempuan
ditampilkan dalam video. Dengan demikian, pembacaan dominan dalam video ini
ditujukan kepada penonton laki-laki dengan tujuan menghibur dan sebagai media

informasi, sedangkan ditujukan kepada penonton perempuan tidak hanya untuk
menghibur maupun sebagai media informasi namun juga untuk menjadi bahan
evaluasi diri dan merupakan salah satu bentuk dari kritik sosial.
Kedua, posisi penonton ini juga ditentukan oleh bagaimana teks
ditafsirkan oleh penonton, dalam arti bagaimana penonton perempuan dan lakilaki menempatkan dirinya dalam teks. Menurut Sara Mills, belum tentu penonton
perempuan akan menempatkan dirinya sebagai tokoh perempuan dalam teks
tersebut, demikian pula dengan penonton laki-laki. Mereka bisa saja
menempatkan diri mereka pada posisi sebaliknya.
Dalam video blog Arek Lanang dan Arek Wedok sendiri, baik penonton
laki-laki maupun penonton perempuan umumnya memposisikan diri mereka pada
pihak ‘narator cerita’. Hal itu nampak dari jawaban-jawaban yang diberikan oleh
keenam responden seperti yang sudah dibahas sebelumnya.
Dari pernyataan responden diatas terlihat bahwa Bayu Skak sebagai
narator cerita telah berhasil menuntun penonton untuk memposisikan diri sebagai
pihak ’narator cerita’ dan tokoh laki-laki. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa posisi penonton dalam video blog Arek Lanang dan Arek Wedok ini berada
pada pihak laki-laki yang diwakili oleh Bayu Skak sebagai narator cerita dan
tokoh laki-laki dalam video tersebut. Hal inilah yang perlu menjadi pertimbangan
baik bagi vlogger maupun bagi khalayak sebagai penonton. Bayu Skak sebagai
vlogger memiliki peran yang penting dalam proses penyampaian pesan yang
dikemasnya melalui karya video blog yang dibuatnya dan di ungguh pada akun
youtube miliknya. Pesan itu akan sampai kepada khalayak yang menonton video
blog tersebut. Posisi Bayu Skak sebagai vlogger dengan tingkat kepopuleran yang

cukup tinggi di Indonesia akan membuat video blog miliknya digemari dan
ditonton banyak orang. Hal itu terbukti dari jumlah viewers pada setiap vlog yang
diunggahnya mencapai ratusan ribu bahkan hingga jutaan viewers. Maka menjadi
hal yang sangat penting utnuk dipertimbangkan, bahwa pesan apa yang dikemas
oleh Bayu Skak di dalam vlog akan besar kemungkinannya diterima oleh

masyarakat luas sama persis dengan sudut pandang dan cara berfikir dari Bayu
Skak dalam menanggapi suatu isu yang diangkatnya. Besar kemungkinannya
khalayak sebagai penonton akan menerima pesan tersebut secara mentah-mentah
tanpa disertai dengan tindakan berpikir kritis. Secara tidak sadar,

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25