Pengaruh Elaboration Likelihood Model Da
Pengaruh Elaboration Likelihood Model Dalam Mempersepsi Media Luar
Ruang Terhadap Sikap Kampanye Pemilihan Kepala Daerah Pada
Mahasiswa Pendatang di Kota Malang
Yulia Devitarani
Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Brawijaya
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Elaboration
Likelihood Model dalam mempersepsi media luar ruang terhadap sikap kampanye
pilkada pada mahasiswa pendatang di kota Malang. Elaboration Likelihood Model
terbagi menjadi 2 jalur dalam memproses informasi, antara lain adalah Jalur
Sentral dan Jalur Periferal. Jalur Sentral di mana individu memfokuskan diri pada
pesan produk dalam iklan, sedangkan Jalur Periferal di mana individu
memfokuskan pada daya tarik iklan. Penelitian ini adalah penelitian survey atau
korelasional dengan menggunakan analisa data regresi berganda dengan jumlah
sampel sebanyak 144 orang. Hasil olah data menunjukkan Jalur Periferal (X1)
berpengaruh terhadap sikap pada kampanye (Y) pada mahasiswa pendatang,
dengan nilai statistik thitung lebih besar daripada ttabel (4,020 >1,976). Jalur Sentral
(X2) berpengaruh terhadap sikap pada kampanye (Y) pada mahasiswa pendatang,
dengan nilai statistik thitung lebih besar daripada ttabel (5,161 > 1.976). Jalur
Periferal (X1) dan Jalur Sentral (X2) secara bersama-sama memiliki pengaruh
terhadap sikap pada kampanye (Y) pada mahasiswa pendatang di kota Malang
dengan nilai statistik uji fhitung tersebut lebih besar daripada ftabel (13,234 > 3,06).
Kata kunci: Media luar ruang, Jalur Periferal, Jalur Sentral, sikap pada
kampanye pilkada
1
The Effect of Elaboration Likelihood Model in Perceiving Outdoor Media to
the Attitude toward City Mayor Election Campaign on Non Resident
Students in Malang City
Yulia Devitarani
Department of Psychology, Faculty of Social and Political Science
Brawijaya University
ABSTRACT
The purpose of this research was to analyze whether Elaboration
Likelihood Model in perceiving outdoor media have effect to the attitude toward
city mayor election campaign attitude on non resident students in Malang city.
Elaboration Likelihood Model is divided into two routes in information
processing which is central route and peripheral route. Central route in which
individuals focus on the product message in the ad, while peripheral route where
individuals focus on advertising appeal. Survey in this study was applied on 144
non resident students in Malang city by using multiple regression statistical
analysis. The result indicated that peripheral route (X1) have a significant effect to
attitude toward city mayor election campaign (Y) on immigrant students, with the
value of the t test is greater than t table (4,020 >1,976). Central route (X2) have a
significant effect to attitude toward city mayor election campaign (Y) on non
resident students, with the t test is greater than t table (5,161>1.976). Peripheral
route and central route simultaneously have significant effect to attitude toward
city mayor election campaign (Y), with the value of the F test is greater than F
table (13,234 > 3,06).
Keywords: Outdoor media, peripheral route, central route, attitude toward city
mayor election campaign
2
LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan negara demokrasi di mana kekuasaan tertinggi
dalam negara berada di tangan rakyat. Prinsip demokrasi atau kedaulatan rakyat
menjamin peran serta masyarakat dalam proses pengambilan keputusan untuk
mengatur kebijakan negara. Dalam kehidupan negara demokrasi, negara
memberikan kesempatan bagi setiap anggota masyarakat yang mempunyai
keinginan serta kemampuan untuk terlibat dalam dunia politik. Selain itu,
masyarakat juga mempunyai hak untuk mencalonkan dirinya sebagai seorang
kepala daerah.
Sejak disahkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004, kepala daerah
dipilih secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil oleh rakyat
(Suryatna, 2007). Perubahan tata cara pemilihan tersebut merubah pendekatan
kampanye politik. Saat pemilihan kepala daerah dilakukan oleh Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah, kampanye dilaksanakan dengan cara lobi politik
kepada anggota dewan. Ketika pemilihan kepala daerah secara langsung
dilakukan oleh masyarakat, kampanye pengenalan calon kepala daerah
dilaksanakan dengan menarik perhatian dan dukungan dari masyarakat daerah
setempat (Gaffar, 2012).
Kampanye dapat dilakukan dengan berbagai cara. Kampanye biasanya
meliputi berbagai pesan yang dapat disampaikan melalui beberapa media agar
memberikan pengaruh yang diinginkan. Selain itu, kampanye dibagi menjadi
beberapa jenis, salah satu jenis kampanye yang secara rutin dilakukan adalah
kampanye politik. Kampanye politik didefinisikan sebagai periode (waktu) yang
diberikan oleh panitia pemilihan umum kepada semua kontestan, baik partai
politik maupun kontestan perseorangan untuk memaparkan program-program
kerja dan mempengaruhi opini publik sekaligus memobilisasi masyarakat agar
memberikan suaranya saat pencoblosan (Kurniawan, 2009). Berdasarkan jenis
media nya, kampanye politik dapat dilakukan melalui media cetak, media
elektronik, media format kecil dan media luar ruang (Cangara, 2009). Salah satu
media yang sering dilakukan oleh para kandidat untuk memaparkan programprogram kerja adalah dengan penggunaan media luar ruang.
Menurut Tjiptono (Rosandini, 2012) media luar ruang adalah media iklan
yang biasanya berukuran besar dan dipasang di tempat-tempat terbuka seperti di
pinggir jalan, di pusat keramaian, atau tempat-tempat khusus lainnya. Bentuk
strategi penggunaan media luar ruang terdiri dari baliho, spanduk, pamplet, poster,
sticker. Media tersebut biasanya dilokasikan pada tempat yang strategis, antara
lain di tiang listrik, tembok, perempatan jalan, tikungan, batang pohon,
transportasi umum, bahkan saat ini atribut dipasang di berbagai warung makanan
daerah dan beberapa fasilitas publik.
Banyaknya penggunaan media luar ruang yang digunakan tentunya sering
timbul permasalahan yang terjadi. Salah satunya adalah timbulnya kesemrawutan
di mata masyarakat. Hal ini terlihat dari banyaknya masyarakat yang merasa
terganggu karena banyaknya media luar ruang dan meminta ruang publik sebagai
lingkungan yang indah, tertib serta memberikan kenyamanan bagi masyarakat
(Kompas, 5 September, 2013).
3
Tidak hanya kesemrawutan yang ditimbulkan akibat media luar ruang,
kampanye dengan penggunaan media ini juga memiliki efek negatif lainnya.
Berdasarkan hasil penelitian, media luar ruang yang digunakan dapat membuat
tata ruang kota menjadi berantakan dan apabila terus dibiarkan, akan menjadi
teror visual (Tinarbuko, 2009). Tabrakan visual dapat terjadi karena banyaknya
spanduk, umbul-umbul, ribuan poster tempel yang di tempel di sepanjang jalan.
Teror visual pun semakin dahsyat apabila kandidat menggunakan media luar
ruang yang lebih besar, diantaranya adalah baliho, billboard, dan neon box yang
terpasang melintang jalan dan cenderung menutupi alam raya.
Tidak jarang juga kita melihat penggunaan media luar ruang dalam dunia
politik yang sering di robek, di coret, bahkan di rusak yang semakin dapat
merusak tata kota. Permasalahan ini juga tentunya mengakibatkan tata kota yang
terlihat menjadi sesak, kumuh dan menghilangkan kesan bersih dan rapih. Hal ini
diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Amanda (2010) yang menyatakan
bahwa dengan banyaknya media luar ruang dalam pelaksanaan kampanye, akan
mengganggu keasrian suatu daerah dan menjadi kawasan kumuh serta tidak enak
dipandang.
Banyaknya media luar yang digunakan sebagai iklan politik dalam
pelaksanaan kampanye, hal tersebut secara tidak langsung sering kali memakan
tempat di berbagai jalan. Menurut Tinarbuko (2009) banyaknya partai politik dan
kandidat yang melakukan pelanggaran tanpa mengurus izin dalam penggunaan
media luar ruang dan dengan seenaknya sendiri memasang iklan politik dan alat
peraga kampanye dengan menjarah ruang publik maupun ruang terbuka hijau.
Dengan banyaknya pemasangan media luar ruang tersebut, menunjukkan
rendahnya kesadaran akan aspek ramah lingkungan dan ramah visual.
Ironisnya lagi, dalam penggunaan media luar ruang yang telah dilakukan
di beberapa kota, masih banyak anggota dan pengurus partai politik yang kurang
mampu mengkomunikasikan visi misi partainya secara proporsional dan
komunikatif. Hal ini terlihat dari banyaknya iklan politik dengan media luar ruang
yang hanya menampilkan foto setiap kandidat saja tanpa memberikan informasi di
dalamnya (Dayakisni dan Hudaniah, 2009).
Meski demikian, strategi dengan penggunaan media luar ruang tetap
digunakan oleh para kandidat pada setiap pemilihan kepala daerah. Shirvasni
(Nurmasari, 2008) mengatakan secara fungsional, media luar ruang
menyampaikan info, pesan dan pengenal bagi pengguna dengan bentuk yang
berbeda-beda.
Teori psikologi sosial memiliki teori dalam pengolahan pesan yaitu
Elaboration Likelihood Model yang dikembangkan oleh Petty dan Cacioppo.
Teori ini menjelaskan terdapat dua jalur proses kognitif pada individu dalam
memikirkan pesan. Jalur pertama adalah pemrosesan informasi Jalur Sentral
(central route) yang ditandai dengan kecermatan, pemikiran mendalam dan hatihati, pemrosesan informasi secara sistematis, serta penuh pertimbangan mengenai
unsur-unsur pesan (argumentasi) dari pesan. Sedangkan jalur kedua adalah
pemrosesan informasi Jalur Periferal (peripheral route) terjadi ketika individu
mempunyai motivasi dan kemampuan yang rendah untuk memproses pesan.
Kedua jalur tersebut menjelaskan apabila seseorang bersungguh-sungguh
4
mengolah pesan yang diterimanya dan berfokus pada isi pesan, orang tersebut
menggunakan pemrosesan informasi Jalur Sentral (central route) atau memproses
informasi dalam kondisi keterlibatan tinggi. Sementara apabila seseorang tidak
melakukan evaluasi yang mendalam terhadap isi pesan melainkan lebih
memperhatikan daya tarik penyampai pesan, maka ia dipandang menggunakan
pemrosesan informasi Jalur Periferal (peripheral route) atau memproses informasi
dalam kondisi keterlibatan rendah (Petty dan Cacioppo, 1990).
Pesan akan menimbulkan reaksi atau sikap bagi setiap individu yang
melihatnya. Menurut Petty dan Cacioppo (1986) apabila individu dihadapkan
pada pesan (iklan), ia akan memikirkan pesan dan argumentasi yang terkandung
di dalamnya. Pesan ditujukan untuk menimbulkan reaksi atau sebuah sikap bagi
setiap individu.
Menurut Thurstone (Dayakisni dan Hudaniah, 2009) sikap merupakan
suatu tingkatan afek, baik bersifat positif maupun negatif dalam hubungannya
dengan obyek-obyek psikologis. Sikap memiliki 3 komponen utama, yaitu
kognitif, afektif dan konatif (Walgito, 2003). Kognitif berarti bagaimana
seseorang mempersepsikan terhadap objek. Afektif di mana terdapat perasaan
senang atau tidak senang terhadap objek dan konatif sebagai komponen perilaku
yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap objek sikap.
Pemilihan kepala daerah mendorong para kandidat untuk membentuk
sikap positif masyarakat baik secara kognitif, afektif maupun konatif.
Pembentukan sikap dapat terbentuk dengan adanya media (Ahmadi, 2002). Oleh
karena itu, banyak kandidat yang memanfaatkan media sebagai alternatif dalam
membentuk sikap masyarakat.
Penelitian ini dirasa menarik dilakukan melihat fakta bahwa masih
banyaknya calon kepala daerah yang menggunakan media luar ruang sebagai
salah satu alternatif dalam membentuk sikap positif masyarakat. Padahal pada
kenyataannya, banyak sekali dampak negatif yang ditimbulkan oleh media luar
ruang. Meski demikian, media luar ruang selalu digunakan dalam pelaksanaan
kampanye politik di setiap daerah.
HIPOTESIS
Hipotesis 1 : Terdapat pengaruh pemrosesan informasi Jalur Periferal (parsial)
terhadap sikap mahasiswa pendatang dalam proses kampanye pilkada
Hipotesis 2 : Terdapat pengaruh pemrosesan informasi Jalur Sentral (parsial)
terhadap sikap mahasiswa pendatang dalam proses kampanye pilkada
Hipotesis 3 : Pemrosesan informasi Jalur Periferal dan pemrosesan informasi Jalur
Sentral secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap sikap mahasiswa
pendatang dalam proses kampanye pilkada
5
TINJAUAN PUSTAKA
Kampanye Politik
Kampanye politik didefinisikan sebagai periode (waktu) yang diberikan
oleh panitia pemilihan umum kepada semua kontestan, baik partai politik maupun
kontestan perseorangan untuk memaparkan program-program kerja dan
mempengaruhi opini publik sekaligus memobilisasi masyarakat agar memberikan
suaranya saat pencoblosan (Kurniawan, 2009). Menurut Nimmo (2011), kegiatan
komunikasi politik adalah kegiatan simbolik dimana kata-kata itu mencakup
ungkapan yang dikatakan atau dituliskan, gambar, lukisan, foto, film, gerak tubuh,
ekspresi wajah dan segala cara bertindak. Orang-orang yang mengamati simbolsimbol itu, menginterpretasikannya dengan cara-cara yang bermakna sehingga
membentuk citra mental tentang simbol-simbol tersebut.
Jenis Media Kampanye Politik
Media merupakan perantara untuk dilaksanakannya kampanye. Menurut
Cangara (2009) media yang digunakan dalam pelaksanaan kampanye terbagi
menjadi:
a. Media Cetak
Media cetak yang dapat berupa surat kabar merupakan saluran komunikasi di
mana pesan-pesan verbalnya (tertulis) maupun dalam bentuk gambar.
b. Media Elektronik
Media elektronik disampaikan melalui getaran listrik yang diterima oleh
pesawat penerima tertentu. Kelebihan pada media elektronik, informasi yang
disampaikan dapat cepat meliputi semua wilayah yang berada dalam radius
penerimaan. Selain cepat, pesan-pesan juga disertai gambar hidup yang berwarna
sehingga menarik untuk ditonton oleh pemirsa. Berikut contoh penggunaan media
elektronik.
c. Media Luar Ruang
Media luar ruang merupakan salah satu jenis media yang sering digunakan
dalam pemilihan umum. Media ini cukup memberikan pengaruh pada orang yang
melihat media tersebut. Iklan media luar ruang seringkali muncul pada saat
pelaksanaan kampanye pemilihan umum. Iklan media luar ruang yang sering ada
adalah billboard, baliho, bendera, spanduk, umbul-umbul, dan poster, yang
memvisualkan logo atau lambang partai politik lengkap dengan jargon dan slogan
yang disesuaikan dengan visi misi versi mereka (Tinarbuko, 2009).
Pembuatan media seperti ini dapat dipesan oleh partai-partai politik atau
kandidat pemilu pada perusahaan reklame Media ini dibuat lebih menarik karena
bersifat visual. Media luar ruang dapat menggunakan foto yang close-up dan
tidak membuat banyak pesan tertulis. Media ini bertujuan untuk mengingatkan
orang pada sang kandidat (Cangara, 2009).
6
Elaboration Likelihood Model
1. Definisi
Elaboration Likelihood Model (ELM) atau dapat disebut dengan teori
kemungkinan elaborasi, telah dikembangkan oleh Richard E. Petty dan John T.
Cacioppo. Teori ini merupakan menjelaskan di mana seseorang memproses pesan
koumunikasi yang dilihatnya sehingga menimbulkan sebuah sikap setelah
memproses pesan tersebut (Lien, 2001). Teori Elaboration Likelihood Model
berfokus pada proses kognitif seseorang dan menerangkan bagaimana cara orang
dalam mengevaluasi pesan.
2. Jalur Pemrosesan Informasi
a. Jalur Periferal
Pemrosesan informasi Jalur Periferal dikenal sebagai jalur pinggir, adalah
keadaan di mana hasil keputusan dalam proses kognitif muncul dari proses
berpikir yang kurang mendalam. Dalam pemrosesan informasi Jalur Periferal,
konsumen cenderung tidak memperhatikan isi pesan (Andri, 2012)
Menurut Pettty dan Cacioppo (Choi dan Salmon, 2003) pemrosesan informasi
Jalur Periferal terjadi ketika kemungkinan elaborasi berada di tingkat yang rendah.
Jalur ini terjadi ketika kemampuan untuk memproses pesan yang rendah dari
seorang individu dan memproses pesan kurang teliti.
Pemrosesan informasi Jalur Periferal ditandai dengan evaluasi pesan secara
cepat dan efisien tanpa pemikiran yang mendalam. Selain itu, jalur ini melakukan
pemrosesan berpikir yang tidak membutuhkan banyak usaha. Motivasi yang
dimiliki cenderung rendah untuk melakukan pemikiran kognitif yang berarti isu
tersebut tidak penting bagi kita atau memiliki efek yang kecil pada diri kita (Petty
dan Cacioppo, 1990). Penerima pesan mengambil keputusan justru berdasarkan
kredibilitas atau rasa suka pada komunikator atau berdasar reaksi orang lain
terhadap pesan dan tidak mempertimbangkan argumen dan bukti.
b. Jalur Sentral
Pemrosesan informasi Jalur Sentral adalah keadaan di mana konsumen
memfokuskan diri pada pesan produk dalam iklan. Konsumen menerjemahkan
pesan produk dalam iklan tersebut, lalu membentuk kepercayaan tentang ciri-ciri
dan konsekuensi produk, serta mengintegrasikan makna tersebut untuk
membentuk sikap dan keinginan (Andri, 2012)
Pemrosesan informasi Jalur Sentral memiliki ciri-ciri dalam kemampuan
memproses pesan bersifat sistematik, kecermatan, kritis dan pemikiran yang hatihati ,penuh pertimbangan mengenai unsur-unsur pesan (argumentasi) yang
disimpulkan dari pesan. Motivasi yang di miliki tinggi, memikirkan isu yang ada,
dan memiliki kemampuan untuk memahami argumen (Petty dan Cacioppo, 1986).
Dalam mengambil keputusan, pemrosesan informasi Jalur Sentral akan berfikir
rasional dan tidak terpengaruh oleh isyarat Periferal (Choi dan Salmon, 2013)
Jalur ini melibatkan pertimbangan yang mendalam terhadap isi pesan dan ide
yang terkandung di dalamnya. Ketika penerima informasi memproses sebuah
7
pesan menggunakan pemrosesan informasi Jalur Sentral, maka penerima tersebut
dikatakan terilbat dalam elaborasi yang tinggi (Petty dan Cacioppo, 1986).
Sikap
Travers, Gagne dan Cronbach (Ahmadi, 2002) menyatakan bahwa sikap
melibatkan 3 komponen yang saling berhubungan. Komponen tersebut yaitu:
a. Komponen kognitif, yaitu berupa pengetahuan, kepercayaan, pikiran yang
didasarkan pada informasi yang berhubungan dengan objek.
b. Komponen afektif, yaitu menunjukkan pada dimensi emosional dari sikap,
yaitu emosi yang berhubungan dengan obyek. Obyek di sini dirasakan sebagai
menyenangkan atau tidak menyenangkan.
c. Komponen behavior, yaitu melibatkan salah satu predisposisi untuk bertindak
terhadap obyek. Komponen ini berhubungan dengan kecenderungan untuk
bertindak.
Apabila individu memiliki sikap positif terhadap suatu obyek maka ia akan
siap membantu, memperhatikan, berbuat sesuatu yang menguntungkan obyek itu.
Sebaliknya bila ia memiliki sikap yang negatif terhadap suatu obyek, aka ia akan
mengecam, mencela atau menyerang obyek itu (Ahmadi, 2011).
METODE PENELITIAN
Variabel Penelitian
Variabel independen (bebas) yang menjadi dasar dilakukannya penelitian
ini adalah pemrosesan informasi Jalur Periferal dan pemrosesan informasi Jalur
Sentral. Sedangkan variabel dependent (terikat) adalah sikap.
Subjek
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa dan mahasiswi pendatang
yang tidak memiliki hak pilih dalam pemilihan kepala daerah kota Malang 2013
yang sedang menempuh pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Sampel yang diambil berjumlah 144 orang yang diambil dalam setiap jurusan.
Alat Ukur
1. Skala Elaboration Likelihood Model
Dalam pengukuran pemrosesan informasi Jalur Periferal dan Sentral,
peneliti menggunakan jenis skala bedaan semantik (semantic differential). Skala
bedaan semantik tidak berbentuk pilihan ganda maupun checklist, tetapi tersusun
dalam satu garis kontinum di mana jawaban yang sangat positif terletak di bagian
kanan garis, dan jawaban sangat negatif terletak di bagian kiri garis atau
sebaliknya. Pada skala ini, subjek diberikan 6 stimulus yaitu media luar ruang
kampanye politik di mana masing-masing stimulus terdapat 10 aitem Jalur
Periferal dan 10 aitem Jalur Sentral untuk diberikan penilaian dalam mempersespi
media luar ruang.
8
2. Skala Sikap Kampanye Politik
Skala sikap memiliki 3 dimensi yaitu dimensi kognitif, afektif dan konatif.
Pengukur sikap terhadap kampanye pilkada, peneliti menggunakan skala likert
yang terdiri dari 40 aitem.
Metode Analisis
Analisis data menggunakan regresi berganda. Analisis regresi linier
berganda dilakukan dengan bantuan komputer melalui program SPSS (Statistical
Product and Service Solution) versi 17,00.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil uji statistik yang dilakukan secara simultan dengan penghitungan uji
F, diketahui Fhitung diperoleh sebesar 13,234. Sedangkan nilai Ftabel dengan derajat
bebas n1 = 2 dan n2 = 141 dengan α = 0,05 sebesar 3,06. Dari data yang diperoleh,
jika nilai Fhitung dibandingkan dengan Ftabel, maka Fhitung lebih besar daripada Ftabel
(13,234 > 3,06). Sehingga dapat disimpulkan hasil penelitian sesuai dengan
hipotesis peneliti yaitu adanya pengaruh secara simultan antara pemrosesan
informasi Jalur Periferal dan pemrosesan informasi Jalur Sentral terhadap sikap
kampanye pada mahasiswa pendatang di kota Malang.
Hasil penelitian pada uji simultan memberikan pernyataan bahwa secara
teori maupun kenyataannya di lapangan, pemrosesan informasi baik secara
pemrosesan informasi Jalur Periferal maupun pemrosesan informasi Jalur Sentral
secara bersama-sama telah memberikan kontribusi yang cukup signifikan dalam
membentuk sikap kampanye pada mahasiswa pendatang di kota Malang. Seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya, pemrosesan informasi Jalur Periferal
menekankan pada kemenarikan secara visual agar indidvidu tertarik pada iklan
tersebut. Sedangkan pemrosesan informasi Jalur Sentral menekankan pada
sejumlah informasi yang disampaikan kepada individu agar dapat mengolah
pesan-pesan yang diterima. Apabila kemenarikan secara visual yang diiringi
dengan informasi yang jelas dapat mempengaruhi sikap mahasiswa pada iklan
tersebut. Hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa penggunaan pemrosesan
informasi Jalur Periferal dan pemrosesan informasi Jalur Sentral mempunyai
peran penting dalam membentuk sikap mahasiswa. Selain itu, hasil penelitian
yang didapat dari pengujian secara simultan menunjukkan bahwa adanya motivasi
meskipun pada mahasiswa pendatang untuk menilai kualitas pesan yang
diterimanya.
Meskipun hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara
pemrosesan informasi Jalur Periferal dan pemrosesan informasi Jalur Sentral
terhadap sikap kampanye, sikap yang ditimbulkan adalah sikap negatif terhadap
penggunaan media luar ruang. Hal ini terlihat dari 144 subjek, hanya terdapat 44
subjek yang membentuk sikap positif, sedangkan 100 subjek lainnya membentuk
sikap negatif terhadap penggunaan media luar ruang.
Apabila dilihat dari data sebelumnya, sumbangsih yang diberikan dari
penggunaan media luar ruang baik di proses melalui pemrosesan informasi Jalur
Periferal maupun pemrosesan informasi Jalur Sentral sebesar 15,8% dalam
membentuk sikap mahasiswa pendatang. Sumbangsih lainnya adalah sebesar
9
84,2% yang dipengaruhi variabel lain. Hal ini berarti terdapat faktor atau stimulus
lainnya yang lebih mempengaruhi sikap mahasiswa pendatang. Faktor yang dapat
mempengaruhi sikap masyarakat pada dunia politik dapat berupa pengaruh
personal, keluarga, kelompok bermain atau bekerja (Ansor, 2009). Sedangkan dari
segi penggunaan teknik kampanye, faktor lainnya disumbangkan dari penggunaan
kampanye selain media luar ruang. Menurut medianya, media yang digunakan
dalam teknik kampanye terbagi menjadi media cetak, media elektronik yaitu
televisi, radio, internet, telepon selular dan media format kecil yang terdri dari
leaflet, selebaran, brosur, poster, kalender, stiker, pin-lencana, kaos oblong, dasi,
blocknotes, payung, kantong jinjing, topi dan sebagainya (Cangara, 2009).
Hasil penelitian yang dilakukan secara parsial pada pemrosesan informasi
Jalur Periferal, didapatkan nilai thitung sebesar 4,020 dan ttabel sebesar 1,976. Hasil
menunjukkan bahwa thitung lebih besar daripada ttabel (4,020 > 1,976) sehingga
disimpulkan hipotesis diterima dan menunjukkan adanya pengaruh pada
pemrosesan informasi Jalur Periferal terhadap sikap kampanye para mahasiswa
pendatang di kota Malang. Dengan kata lain, daya tarik secara visual yang
ditonjolkan pada penggunaan billboard kampanye mempunyai pengaruh secara
signifikan terhadap sikap mahasiswa pendatang.
Teori Elaboration Likelihood Model menjelaskan bahwa pemrosesan
pesan dengan Jalur Periferal mampu mempengaruhi sikap masyarakat. Teori yang
ada sesuai dengan kenyataan di lapangan. Meski demikian, sumbangan yang
diberikan oleh pemrosesan informasi Jalur Periferal tidak terlalu besar melainkan
hanya 10,2 % dalam mempengaruhi sikap sedangkan sumbangan lainnya di
berikan oleh variabel yang tidak digunakan dalam penelitian.
Sedangkan hasil pengujian secara parsial pada pemrosesan informasi Jalur
Sentral, didapatkan statisitik uji t sebesar 5,161 dan ttabel sebesar 1,976 Apabila
dibandingkan, nilai statistik uji thitung tersebut lebih besar daripada t tabel (5,161
>1,976). Pengujian ini menunjukkan bahwa hipotesis peneliti diterima, sehingga
disimpulkan bahwa variabel pemrosesan informasi Jalur Sentral memiliki
pengaruh terhadap sikap kampanye pada mahasiswa pendatang di kota Malang.
Hasil yang didapat sesuai dengan teori dan kenyataan yang ada di lapangan.
Sumbangan yang diberikan oleh pemrosesan informasi Jalur Sentral sebesar
15,8% sedangkan sumbangan lainnya dipengaruhi oleh variabel yang tidak
digunakan dalam penelitian.
Jika dibandingkan dengan pemrosesan informasi Jalur Periferal,
pemrosesan informasi Jalur Sentral memberikan kontribusi yang lebih besar
daripada pemrosesan informasi Jalur Periferal yang hanya 10,2%. Hal ini
menunjukkan penggunaan informasi lebih berpengaruh daripada pengandalan
isyarat periferal saja. Selain itu, jika dibandingkan dengan pengujian secara
simultan, sumbangsih yang diberikan sebesar 15,8%. Sumbangsih yang diberikan
pada pengujian secara simultan seluruhnya diberikan oleh Jalur Sentral. Apabila
pada sebuah media menampilkan isyarat periferal dan sentral, maka masyarakat
akan lebih memperhatikan informasi di dalamnya dalam mengolah pesan yang
diterimanya.
10
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
a. Pengujian hipotesis model regresi secara simultan atau secara serentak dengan
menggunakan uji F. Nilai statistik menunjukkan nilai Ftabel dengan derajat
bebas n1 = 2 dan n2 = 141 dengan α = 0,05 adalah sebesar 3,06. Jika nilai Fhitung
dibandingkan dengan Ftabel, maka Fhitung lebih besar daripada Ftabel (13,234 >
3,06), sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa pemrosesan informasi Jalur
Periferal dan pemrosesan informasi Jalur Sentral secara bersama-sama
(simultan) mampu mempengaruhi sikap kampanye pada mahasiswa pendatang
di kota Malang
b. Pengujian hipotesis model regresi secara parsial dengan menggunakan uji
regresi sederhana, menunjukkan nilai statistik uji thitung lebih besar daripada
ttabel (4,020 < 1,976), sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa pemrosesan
informasi Jalur Periferal secara parsial mempunyai pengaruh terhadap sikap
kampanye pada mahasiswa pendatang di kota Malang.
c. Pengujian hipotesis model regresi secara parsial dengan menggunakan uji
regresi sederhana, menunjukkan nilai statistik uji thitung tersebut lebih besar
daripada ttabel (5,161 > 1,976), sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa
pemrosesan informasi Jalur Sentral secara parsial mempunyai pengaruh
terhadap sikap kampanye pada mahasiswa pendatang di kota Malang
d. Sumbangsih yang diberikan dari penggunaan media luar ruang baik melalui
pemrosesan informasi Jalur Periferal maupun pemrosesan informasi Jalur
Sentral sebesar 15,8% dalam membentuk sikap mahasiswa, sedangkan
sumbangsih lainnya adalah sebesar 84,2% yang dipengaruhi variabel lain yang
tidak diukur dalam penelitian.
e. Sedangkan pengujian secara parsial, sumbangsih yang diberikan pada
pemrosesan informasi Jalur Periferal hanya sebesar 10,2% dan pada
pemrosesan informasi Jalur Sentral sebesar 15,8%.
f. Pada hasil penelitian, pemrosesan informasi Jalur Sentral mempunyai pengaruh
yang lebih besar daripada pemrosesan informasi Jalur Periferal. Hal ini
menunjukkan penggunaan informasi pada media luar ruang lebih berperan
penting dalam mempengaruhi sikap mahasiswa.
g. Apabila pemrosesan informasi Jalur Periferal diiringi secara bersamaan dengan
Jalur Sentral, mahasiswa akan lebih memperhatikan informasi yang
disampaikan dalam iklan tersebut.
h. Penggunaan media luar ruang dengan kemenarikan secara visual yang diiringi
dengan informasi yang jelas akan lebih efektif dalam upaya mempengaruhi
sikap mahasiswa dari pada hanya sekedar menarik tetapi tidak memberikan
informasi.
i. Dari data penelitian, menunjukkan lebih banyak mahasiswa pendatang yang
membentuk sikap negatif daripada sikap positif terhadap pemakai billboard
untuk kampanye pilkada. Hal ini menunjukkan perasaan tidak suka pada
penggunaan media luar ruang kampanye pilkada.
11
2. Saran
a. Saran Metodologis
1) Penelitian selanjutnya hendaknya menggunakan sampel pada masyarakat yang
mempunyai hak pilih dalam pemilihan kepala daerah.
2) Penelitian selanjutnya hendaknya menggunakan metode kualitatif agar dapat
memberikan informasi yang lebih mendalam. Metode kualitatif dianggap
mampu mengungkap suatu permasalahan secara lebih mendalam.
3) Penelitian selanjutnya hendaknya mempertimbangkan variasi tingkat
pendidikan dalam menggunakan variabel Jalur Periferal dan Jalur Sentral,
karena pada penelitian ini tingkat pendidikan yang dijadikan sampel adalah
homogen.
4) Pada penelitian selanjutnya hendaknya melakukan uji coba terlebih dahulu,
sehingga saat melakukan penelitian sudah menggunakan skala yang teruji
validitas dan reliabilitasnya.
b. Saran Praktis
1) Bagi praktisi politik hendaknya dalam melaksanakan kampanye dengan media
luar ruang tidak hanya menampilkan isyarat periferal saja, tetapi diiringi
dengan informasi yang lebih jelas bersama-sama dengan isi pesan politik,
karena masyarakat lebih menggunakan Jalur Sentral dalam memproses
informasi yang diterimanya sehingga mempengaruhi pada sikap.
2) Hendaknya bagi praktisi politik tidak terlalu banyak membuang dana dalam
menggunakan media luar ruang dalam kampanye, mengingat sumbangsih yang
diberikan tidak terlalu besar, hanya sebesar 15,8%.
3) Bagi praktisi politik, untuk semakin menarik perhatian, hendaknya
menggunakan teknik kampanye yang lebih inovatif untuk mendapatkan sikap
yang positif dari masyarakat yang mempunyai hak pilih maupun yang tidak
mempunyai hak pilih.
4) Bagi praktisi politik hendaknya dapat membangun perasaan positif masyarakat,
karena perasaan merupakan salah satu faktor dari keefektifan iklan yang
ditampilkan. Salah satu upaya membangun perasaan yang baik pada
masyarakat, praktisi politik disarankan untuk tidak memasang media luar ruang
dalam jangka waktu yang lama sehingga membuat masyarakat yang
melihatnya dapat jenuh dan dianggap merusak tata ruang kota.
12
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, A. (2002). Psikologi Sosial. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Amanda, N. (2010). Estetika Baliho Iklan Calon Legislatif Pada Pemilu Legislatif
2009. Jurnal Ilmiah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Volume 1 No.
1.p.1-10.
Andri, G. (2012). Strategi Pemasaran dan Efektivitas Periklanan Dengan
Menggunakan Metoda Komunikasi, Empati, Persuasi dan Dampak Pada
Perusahaan PT. Bhineka Lestari LTD. Jurnal Manajemen dan
Kewirausahaan.Volume 3 No.2.p.30-60.
Ansor. (2011). Peran Iklan Politik Pencitraan dan Dampaknya pada Pilkada di
Kabupaten Sleman. Jurnal Penelitian IPTEK-KOM. Volume 13 No.2.p.125134.
Cangara, H. (2009). Komunikasi Politik: Konsep, Teori dan Strategi. Jakarta:
Rajawali Press.
Choi, S.M.,Charles,T.S. (2003). The Elaboration Likelihood Model of Persuassion
Aftre Two Decades: A review of Criticisms and Contributions. The Kentucky
Journal of Communication. Volume 22 No.1.p.47-77.
Dyakisni, T., Hudaniah. (2009). Psikologi Sosial. Malang: UMM Press.
Gaffar, J.M. (2012). Politik Hukum Pemilu. Jakarta: Konstitusi Press.
Kurniawan, R.C. (2009). Kampanye Politik: Idealitas dan Tantangan. Jurnal Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik. Volume 12 No. 3.p.257-390.
Lien, N. (2001). Elaboration Likelihood Model in Consumer Research:A
Review.Journal of Consumer Research. Volume 11 No.4.p.301-310.
Nimmo, D. (2011). Komunikasi Politik Komunikator, Pesan, dan Media.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Nurmasari, S. (2008). Hubungan Media Ruang Luar (Menggunakan Pencahayaan
Buatan) Dengan Kualitas Visual Koridor Di Malang Hari Menurut Persepsi
Masyarakat.Tesis.Program Pasca Sarjana Teknik Arsitektur.Universitas
Diponegoro.Semarang.
Petty, R.E., John,C. (1986). The Elaboration Likelihood Model of
Persuassion.Advances in Experimental Social Psychology. Volume 19.p. 123162.
___________________. (1990). Involvement and Persuassion:Tradition Versus
Intergration. Psychological Bulletin.Volume 107 No.3.p.367-374.
13
Rosandini, G. (2012). Analisis Pengaruh Daya Tarik Media Luar Ruang,
Popularitas Endorser, dan Kreatifitas Iklan Terhadap Efektifitas Iklan Guna
Menumbuhkan Top of Mind Produk SIMCARD GSM Prabayar Mentari.
Skripsi. Fakultas Ekonomika dan Bisnis. Universitas Diponegoro.Semarang.
Suryatna, U. (2007). Hubungan Karakteristik Pemilih dan Terpaan Informasi
Kampanye Politik Dengan Perilaku Memilih (Kasus Pemilihan Bupati dan
Wakil Bupati Cianjur Tahun 2006). Tesis. Program Pasca Sarjana
Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Tinarbuko, S. (2009). Menakar Iklan Politik Pemilu 2009. Jurnal Desain
Komunikasi Visual Nirmana . Volume 11 No. 2.p.114-124.
Tinarbuko, S. (2013). Publik Terganggu Alat Peraga Kampanye. KOMPAS, 5
Juni 2013.
Walgito, B. (2003). Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Yogyakarta: Andi Offset.
14
Ruang Terhadap Sikap Kampanye Pemilihan Kepala Daerah Pada
Mahasiswa Pendatang di Kota Malang
Yulia Devitarani
Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Brawijaya
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Elaboration
Likelihood Model dalam mempersepsi media luar ruang terhadap sikap kampanye
pilkada pada mahasiswa pendatang di kota Malang. Elaboration Likelihood Model
terbagi menjadi 2 jalur dalam memproses informasi, antara lain adalah Jalur
Sentral dan Jalur Periferal. Jalur Sentral di mana individu memfokuskan diri pada
pesan produk dalam iklan, sedangkan Jalur Periferal di mana individu
memfokuskan pada daya tarik iklan. Penelitian ini adalah penelitian survey atau
korelasional dengan menggunakan analisa data regresi berganda dengan jumlah
sampel sebanyak 144 orang. Hasil olah data menunjukkan Jalur Periferal (X1)
berpengaruh terhadap sikap pada kampanye (Y) pada mahasiswa pendatang,
dengan nilai statistik thitung lebih besar daripada ttabel (4,020 >1,976). Jalur Sentral
(X2) berpengaruh terhadap sikap pada kampanye (Y) pada mahasiswa pendatang,
dengan nilai statistik thitung lebih besar daripada ttabel (5,161 > 1.976). Jalur
Periferal (X1) dan Jalur Sentral (X2) secara bersama-sama memiliki pengaruh
terhadap sikap pada kampanye (Y) pada mahasiswa pendatang di kota Malang
dengan nilai statistik uji fhitung tersebut lebih besar daripada ftabel (13,234 > 3,06).
Kata kunci: Media luar ruang, Jalur Periferal, Jalur Sentral, sikap pada
kampanye pilkada
1
The Effect of Elaboration Likelihood Model in Perceiving Outdoor Media to
the Attitude toward City Mayor Election Campaign on Non Resident
Students in Malang City
Yulia Devitarani
Department of Psychology, Faculty of Social and Political Science
Brawijaya University
ABSTRACT
The purpose of this research was to analyze whether Elaboration
Likelihood Model in perceiving outdoor media have effect to the attitude toward
city mayor election campaign attitude on non resident students in Malang city.
Elaboration Likelihood Model is divided into two routes in information
processing which is central route and peripheral route. Central route in which
individuals focus on the product message in the ad, while peripheral route where
individuals focus on advertising appeal. Survey in this study was applied on 144
non resident students in Malang city by using multiple regression statistical
analysis. The result indicated that peripheral route (X1) have a significant effect to
attitude toward city mayor election campaign (Y) on immigrant students, with the
value of the t test is greater than t table (4,020 >1,976). Central route (X2) have a
significant effect to attitude toward city mayor election campaign (Y) on non
resident students, with the t test is greater than t table (5,161>1.976). Peripheral
route and central route simultaneously have significant effect to attitude toward
city mayor election campaign (Y), with the value of the F test is greater than F
table (13,234 > 3,06).
Keywords: Outdoor media, peripheral route, central route, attitude toward city
mayor election campaign
2
LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan negara demokrasi di mana kekuasaan tertinggi
dalam negara berada di tangan rakyat. Prinsip demokrasi atau kedaulatan rakyat
menjamin peran serta masyarakat dalam proses pengambilan keputusan untuk
mengatur kebijakan negara. Dalam kehidupan negara demokrasi, negara
memberikan kesempatan bagi setiap anggota masyarakat yang mempunyai
keinginan serta kemampuan untuk terlibat dalam dunia politik. Selain itu,
masyarakat juga mempunyai hak untuk mencalonkan dirinya sebagai seorang
kepala daerah.
Sejak disahkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004, kepala daerah
dipilih secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil oleh rakyat
(Suryatna, 2007). Perubahan tata cara pemilihan tersebut merubah pendekatan
kampanye politik. Saat pemilihan kepala daerah dilakukan oleh Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah, kampanye dilaksanakan dengan cara lobi politik
kepada anggota dewan. Ketika pemilihan kepala daerah secara langsung
dilakukan oleh masyarakat, kampanye pengenalan calon kepala daerah
dilaksanakan dengan menarik perhatian dan dukungan dari masyarakat daerah
setempat (Gaffar, 2012).
Kampanye dapat dilakukan dengan berbagai cara. Kampanye biasanya
meliputi berbagai pesan yang dapat disampaikan melalui beberapa media agar
memberikan pengaruh yang diinginkan. Selain itu, kampanye dibagi menjadi
beberapa jenis, salah satu jenis kampanye yang secara rutin dilakukan adalah
kampanye politik. Kampanye politik didefinisikan sebagai periode (waktu) yang
diberikan oleh panitia pemilihan umum kepada semua kontestan, baik partai
politik maupun kontestan perseorangan untuk memaparkan program-program
kerja dan mempengaruhi opini publik sekaligus memobilisasi masyarakat agar
memberikan suaranya saat pencoblosan (Kurniawan, 2009). Berdasarkan jenis
media nya, kampanye politik dapat dilakukan melalui media cetak, media
elektronik, media format kecil dan media luar ruang (Cangara, 2009). Salah satu
media yang sering dilakukan oleh para kandidat untuk memaparkan programprogram kerja adalah dengan penggunaan media luar ruang.
Menurut Tjiptono (Rosandini, 2012) media luar ruang adalah media iklan
yang biasanya berukuran besar dan dipasang di tempat-tempat terbuka seperti di
pinggir jalan, di pusat keramaian, atau tempat-tempat khusus lainnya. Bentuk
strategi penggunaan media luar ruang terdiri dari baliho, spanduk, pamplet, poster,
sticker. Media tersebut biasanya dilokasikan pada tempat yang strategis, antara
lain di tiang listrik, tembok, perempatan jalan, tikungan, batang pohon,
transportasi umum, bahkan saat ini atribut dipasang di berbagai warung makanan
daerah dan beberapa fasilitas publik.
Banyaknya penggunaan media luar ruang yang digunakan tentunya sering
timbul permasalahan yang terjadi. Salah satunya adalah timbulnya kesemrawutan
di mata masyarakat. Hal ini terlihat dari banyaknya masyarakat yang merasa
terganggu karena banyaknya media luar ruang dan meminta ruang publik sebagai
lingkungan yang indah, tertib serta memberikan kenyamanan bagi masyarakat
(Kompas, 5 September, 2013).
3
Tidak hanya kesemrawutan yang ditimbulkan akibat media luar ruang,
kampanye dengan penggunaan media ini juga memiliki efek negatif lainnya.
Berdasarkan hasil penelitian, media luar ruang yang digunakan dapat membuat
tata ruang kota menjadi berantakan dan apabila terus dibiarkan, akan menjadi
teror visual (Tinarbuko, 2009). Tabrakan visual dapat terjadi karena banyaknya
spanduk, umbul-umbul, ribuan poster tempel yang di tempel di sepanjang jalan.
Teror visual pun semakin dahsyat apabila kandidat menggunakan media luar
ruang yang lebih besar, diantaranya adalah baliho, billboard, dan neon box yang
terpasang melintang jalan dan cenderung menutupi alam raya.
Tidak jarang juga kita melihat penggunaan media luar ruang dalam dunia
politik yang sering di robek, di coret, bahkan di rusak yang semakin dapat
merusak tata kota. Permasalahan ini juga tentunya mengakibatkan tata kota yang
terlihat menjadi sesak, kumuh dan menghilangkan kesan bersih dan rapih. Hal ini
diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Amanda (2010) yang menyatakan
bahwa dengan banyaknya media luar ruang dalam pelaksanaan kampanye, akan
mengganggu keasrian suatu daerah dan menjadi kawasan kumuh serta tidak enak
dipandang.
Banyaknya media luar yang digunakan sebagai iklan politik dalam
pelaksanaan kampanye, hal tersebut secara tidak langsung sering kali memakan
tempat di berbagai jalan. Menurut Tinarbuko (2009) banyaknya partai politik dan
kandidat yang melakukan pelanggaran tanpa mengurus izin dalam penggunaan
media luar ruang dan dengan seenaknya sendiri memasang iklan politik dan alat
peraga kampanye dengan menjarah ruang publik maupun ruang terbuka hijau.
Dengan banyaknya pemasangan media luar ruang tersebut, menunjukkan
rendahnya kesadaran akan aspek ramah lingkungan dan ramah visual.
Ironisnya lagi, dalam penggunaan media luar ruang yang telah dilakukan
di beberapa kota, masih banyak anggota dan pengurus partai politik yang kurang
mampu mengkomunikasikan visi misi partainya secara proporsional dan
komunikatif. Hal ini terlihat dari banyaknya iklan politik dengan media luar ruang
yang hanya menampilkan foto setiap kandidat saja tanpa memberikan informasi di
dalamnya (Dayakisni dan Hudaniah, 2009).
Meski demikian, strategi dengan penggunaan media luar ruang tetap
digunakan oleh para kandidat pada setiap pemilihan kepala daerah. Shirvasni
(Nurmasari, 2008) mengatakan secara fungsional, media luar ruang
menyampaikan info, pesan dan pengenal bagi pengguna dengan bentuk yang
berbeda-beda.
Teori psikologi sosial memiliki teori dalam pengolahan pesan yaitu
Elaboration Likelihood Model yang dikembangkan oleh Petty dan Cacioppo.
Teori ini menjelaskan terdapat dua jalur proses kognitif pada individu dalam
memikirkan pesan. Jalur pertama adalah pemrosesan informasi Jalur Sentral
(central route) yang ditandai dengan kecermatan, pemikiran mendalam dan hatihati, pemrosesan informasi secara sistematis, serta penuh pertimbangan mengenai
unsur-unsur pesan (argumentasi) dari pesan. Sedangkan jalur kedua adalah
pemrosesan informasi Jalur Periferal (peripheral route) terjadi ketika individu
mempunyai motivasi dan kemampuan yang rendah untuk memproses pesan.
Kedua jalur tersebut menjelaskan apabila seseorang bersungguh-sungguh
4
mengolah pesan yang diterimanya dan berfokus pada isi pesan, orang tersebut
menggunakan pemrosesan informasi Jalur Sentral (central route) atau memproses
informasi dalam kondisi keterlibatan tinggi. Sementara apabila seseorang tidak
melakukan evaluasi yang mendalam terhadap isi pesan melainkan lebih
memperhatikan daya tarik penyampai pesan, maka ia dipandang menggunakan
pemrosesan informasi Jalur Periferal (peripheral route) atau memproses informasi
dalam kondisi keterlibatan rendah (Petty dan Cacioppo, 1990).
Pesan akan menimbulkan reaksi atau sikap bagi setiap individu yang
melihatnya. Menurut Petty dan Cacioppo (1986) apabila individu dihadapkan
pada pesan (iklan), ia akan memikirkan pesan dan argumentasi yang terkandung
di dalamnya. Pesan ditujukan untuk menimbulkan reaksi atau sebuah sikap bagi
setiap individu.
Menurut Thurstone (Dayakisni dan Hudaniah, 2009) sikap merupakan
suatu tingkatan afek, baik bersifat positif maupun negatif dalam hubungannya
dengan obyek-obyek psikologis. Sikap memiliki 3 komponen utama, yaitu
kognitif, afektif dan konatif (Walgito, 2003). Kognitif berarti bagaimana
seseorang mempersepsikan terhadap objek. Afektif di mana terdapat perasaan
senang atau tidak senang terhadap objek dan konatif sebagai komponen perilaku
yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap objek sikap.
Pemilihan kepala daerah mendorong para kandidat untuk membentuk
sikap positif masyarakat baik secara kognitif, afektif maupun konatif.
Pembentukan sikap dapat terbentuk dengan adanya media (Ahmadi, 2002). Oleh
karena itu, banyak kandidat yang memanfaatkan media sebagai alternatif dalam
membentuk sikap masyarakat.
Penelitian ini dirasa menarik dilakukan melihat fakta bahwa masih
banyaknya calon kepala daerah yang menggunakan media luar ruang sebagai
salah satu alternatif dalam membentuk sikap positif masyarakat. Padahal pada
kenyataannya, banyak sekali dampak negatif yang ditimbulkan oleh media luar
ruang. Meski demikian, media luar ruang selalu digunakan dalam pelaksanaan
kampanye politik di setiap daerah.
HIPOTESIS
Hipotesis 1 : Terdapat pengaruh pemrosesan informasi Jalur Periferal (parsial)
terhadap sikap mahasiswa pendatang dalam proses kampanye pilkada
Hipotesis 2 : Terdapat pengaruh pemrosesan informasi Jalur Sentral (parsial)
terhadap sikap mahasiswa pendatang dalam proses kampanye pilkada
Hipotesis 3 : Pemrosesan informasi Jalur Periferal dan pemrosesan informasi Jalur
Sentral secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap sikap mahasiswa
pendatang dalam proses kampanye pilkada
5
TINJAUAN PUSTAKA
Kampanye Politik
Kampanye politik didefinisikan sebagai periode (waktu) yang diberikan
oleh panitia pemilihan umum kepada semua kontestan, baik partai politik maupun
kontestan perseorangan untuk memaparkan program-program kerja dan
mempengaruhi opini publik sekaligus memobilisasi masyarakat agar memberikan
suaranya saat pencoblosan (Kurniawan, 2009). Menurut Nimmo (2011), kegiatan
komunikasi politik adalah kegiatan simbolik dimana kata-kata itu mencakup
ungkapan yang dikatakan atau dituliskan, gambar, lukisan, foto, film, gerak tubuh,
ekspresi wajah dan segala cara bertindak. Orang-orang yang mengamati simbolsimbol itu, menginterpretasikannya dengan cara-cara yang bermakna sehingga
membentuk citra mental tentang simbol-simbol tersebut.
Jenis Media Kampanye Politik
Media merupakan perantara untuk dilaksanakannya kampanye. Menurut
Cangara (2009) media yang digunakan dalam pelaksanaan kampanye terbagi
menjadi:
a. Media Cetak
Media cetak yang dapat berupa surat kabar merupakan saluran komunikasi di
mana pesan-pesan verbalnya (tertulis) maupun dalam bentuk gambar.
b. Media Elektronik
Media elektronik disampaikan melalui getaran listrik yang diterima oleh
pesawat penerima tertentu. Kelebihan pada media elektronik, informasi yang
disampaikan dapat cepat meliputi semua wilayah yang berada dalam radius
penerimaan. Selain cepat, pesan-pesan juga disertai gambar hidup yang berwarna
sehingga menarik untuk ditonton oleh pemirsa. Berikut contoh penggunaan media
elektronik.
c. Media Luar Ruang
Media luar ruang merupakan salah satu jenis media yang sering digunakan
dalam pemilihan umum. Media ini cukup memberikan pengaruh pada orang yang
melihat media tersebut. Iklan media luar ruang seringkali muncul pada saat
pelaksanaan kampanye pemilihan umum. Iklan media luar ruang yang sering ada
adalah billboard, baliho, bendera, spanduk, umbul-umbul, dan poster, yang
memvisualkan logo atau lambang partai politik lengkap dengan jargon dan slogan
yang disesuaikan dengan visi misi versi mereka (Tinarbuko, 2009).
Pembuatan media seperti ini dapat dipesan oleh partai-partai politik atau
kandidat pemilu pada perusahaan reklame Media ini dibuat lebih menarik karena
bersifat visual. Media luar ruang dapat menggunakan foto yang close-up dan
tidak membuat banyak pesan tertulis. Media ini bertujuan untuk mengingatkan
orang pada sang kandidat (Cangara, 2009).
6
Elaboration Likelihood Model
1. Definisi
Elaboration Likelihood Model (ELM) atau dapat disebut dengan teori
kemungkinan elaborasi, telah dikembangkan oleh Richard E. Petty dan John T.
Cacioppo. Teori ini merupakan menjelaskan di mana seseorang memproses pesan
koumunikasi yang dilihatnya sehingga menimbulkan sebuah sikap setelah
memproses pesan tersebut (Lien, 2001). Teori Elaboration Likelihood Model
berfokus pada proses kognitif seseorang dan menerangkan bagaimana cara orang
dalam mengevaluasi pesan.
2. Jalur Pemrosesan Informasi
a. Jalur Periferal
Pemrosesan informasi Jalur Periferal dikenal sebagai jalur pinggir, adalah
keadaan di mana hasil keputusan dalam proses kognitif muncul dari proses
berpikir yang kurang mendalam. Dalam pemrosesan informasi Jalur Periferal,
konsumen cenderung tidak memperhatikan isi pesan (Andri, 2012)
Menurut Pettty dan Cacioppo (Choi dan Salmon, 2003) pemrosesan informasi
Jalur Periferal terjadi ketika kemungkinan elaborasi berada di tingkat yang rendah.
Jalur ini terjadi ketika kemampuan untuk memproses pesan yang rendah dari
seorang individu dan memproses pesan kurang teliti.
Pemrosesan informasi Jalur Periferal ditandai dengan evaluasi pesan secara
cepat dan efisien tanpa pemikiran yang mendalam. Selain itu, jalur ini melakukan
pemrosesan berpikir yang tidak membutuhkan banyak usaha. Motivasi yang
dimiliki cenderung rendah untuk melakukan pemikiran kognitif yang berarti isu
tersebut tidak penting bagi kita atau memiliki efek yang kecil pada diri kita (Petty
dan Cacioppo, 1990). Penerima pesan mengambil keputusan justru berdasarkan
kredibilitas atau rasa suka pada komunikator atau berdasar reaksi orang lain
terhadap pesan dan tidak mempertimbangkan argumen dan bukti.
b. Jalur Sentral
Pemrosesan informasi Jalur Sentral adalah keadaan di mana konsumen
memfokuskan diri pada pesan produk dalam iklan. Konsumen menerjemahkan
pesan produk dalam iklan tersebut, lalu membentuk kepercayaan tentang ciri-ciri
dan konsekuensi produk, serta mengintegrasikan makna tersebut untuk
membentuk sikap dan keinginan (Andri, 2012)
Pemrosesan informasi Jalur Sentral memiliki ciri-ciri dalam kemampuan
memproses pesan bersifat sistematik, kecermatan, kritis dan pemikiran yang hatihati ,penuh pertimbangan mengenai unsur-unsur pesan (argumentasi) yang
disimpulkan dari pesan. Motivasi yang di miliki tinggi, memikirkan isu yang ada,
dan memiliki kemampuan untuk memahami argumen (Petty dan Cacioppo, 1986).
Dalam mengambil keputusan, pemrosesan informasi Jalur Sentral akan berfikir
rasional dan tidak terpengaruh oleh isyarat Periferal (Choi dan Salmon, 2013)
Jalur ini melibatkan pertimbangan yang mendalam terhadap isi pesan dan ide
yang terkandung di dalamnya. Ketika penerima informasi memproses sebuah
7
pesan menggunakan pemrosesan informasi Jalur Sentral, maka penerima tersebut
dikatakan terilbat dalam elaborasi yang tinggi (Petty dan Cacioppo, 1986).
Sikap
Travers, Gagne dan Cronbach (Ahmadi, 2002) menyatakan bahwa sikap
melibatkan 3 komponen yang saling berhubungan. Komponen tersebut yaitu:
a. Komponen kognitif, yaitu berupa pengetahuan, kepercayaan, pikiran yang
didasarkan pada informasi yang berhubungan dengan objek.
b. Komponen afektif, yaitu menunjukkan pada dimensi emosional dari sikap,
yaitu emosi yang berhubungan dengan obyek. Obyek di sini dirasakan sebagai
menyenangkan atau tidak menyenangkan.
c. Komponen behavior, yaitu melibatkan salah satu predisposisi untuk bertindak
terhadap obyek. Komponen ini berhubungan dengan kecenderungan untuk
bertindak.
Apabila individu memiliki sikap positif terhadap suatu obyek maka ia akan
siap membantu, memperhatikan, berbuat sesuatu yang menguntungkan obyek itu.
Sebaliknya bila ia memiliki sikap yang negatif terhadap suatu obyek, aka ia akan
mengecam, mencela atau menyerang obyek itu (Ahmadi, 2011).
METODE PENELITIAN
Variabel Penelitian
Variabel independen (bebas) yang menjadi dasar dilakukannya penelitian
ini adalah pemrosesan informasi Jalur Periferal dan pemrosesan informasi Jalur
Sentral. Sedangkan variabel dependent (terikat) adalah sikap.
Subjek
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa dan mahasiswi pendatang
yang tidak memiliki hak pilih dalam pemilihan kepala daerah kota Malang 2013
yang sedang menempuh pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Sampel yang diambil berjumlah 144 orang yang diambil dalam setiap jurusan.
Alat Ukur
1. Skala Elaboration Likelihood Model
Dalam pengukuran pemrosesan informasi Jalur Periferal dan Sentral,
peneliti menggunakan jenis skala bedaan semantik (semantic differential). Skala
bedaan semantik tidak berbentuk pilihan ganda maupun checklist, tetapi tersusun
dalam satu garis kontinum di mana jawaban yang sangat positif terletak di bagian
kanan garis, dan jawaban sangat negatif terletak di bagian kiri garis atau
sebaliknya. Pada skala ini, subjek diberikan 6 stimulus yaitu media luar ruang
kampanye politik di mana masing-masing stimulus terdapat 10 aitem Jalur
Periferal dan 10 aitem Jalur Sentral untuk diberikan penilaian dalam mempersespi
media luar ruang.
8
2. Skala Sikap Kampanye Politik
Skala sikap memiliki 3 dimensi yaitu dimensi kognitif, afektif dan konatif.
Pengukur sikap terhadap kampanye pilkada, peneliti menggunakan skala likert
yang terdiri dari 40 aitem.
Metode Analisis
Analisis data menggunakan regresi berganda. Analisis regresi linier
berganda dilakukan dengan bantuan komputer melalui program SPSS (Statistical
Product and Service Solution) versi 17,00.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil uji statistik yang dilakukan secara simultan dengan penghitungan uji
F, diketahui Fhitung diperoleh sebesar 13,234. Sedangkan nilai Ftabel dengan derajat
bebas n1 = 2 dan n2 = 141 dengan α = 0,05 sebesar 3,06. Dari data yang diperoleh,
jika nilai Fhitung dibandingkan dengan Ftabel, maka Fhitung lebih besar daripada Ftabel
(13,234 > 3,06). Sehingga dapat disimpulkan hasil penelitian sesuai dengan
hipotesis peneliti yaitu adanya pengaruh secara simultan antara pemrosesan
informasi Jalur Periferal dan pemrosesan informasi Jalur Sentral terhadap sikap
kampanye pada mahasiswa pendatang di kota Malang.
Hasil penelitian pada uji simultan memberikan pernyataan bahwa secara
teori maupun kenyataannya di lapangan, pemrosesan informasi baik secara
pemrosesan informasi Jalur Periferal maupun pemrosesan informasi Jalur Sentral
secara bersama-sama telah memberikan kontribusi yang cukup signifikan dalam
membentuk sikap kampanye pada mahasiswa pendatang di kota Malang. Seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya, pemrosesan informasi Jalur Periferal
menekankan pada kemenarikan secara visual agar indidvidu tertarik pada iklan
tersebut. Sedangkan pemrosesan informasi Jalur Sentral menekankan pada
sejumlah informasi yang disampaikan kepada individu agar dapat mengolah
pesan-pesan yang diterima. Apabila kemenarikan secara visual yang diiringi
dengan informasi yang jelas dapat mempengaruhi sikap mahasiswa pada iklan
tersebut. Hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa penggunaan pemrosesan
informasi Jalur Periferal dan pemrosesan informasi Jalur Sentral mempunyai
peran penting dalam membentuk sikap mahasiswa. Selain itu, hasil penelitian
yang didapat dari pengujian secara simultan menunjukkan bahwa adanya motivasi
meskipun pada mahasiswa pendatang untuk menilai kualitas pesan yang
diterimanya.
Meskipun hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara
pemrosesan informasi Jalur Periferal dan pemrosesan informasi Jalur Sentral
terhadap sikap kampanye, sikap yang ditimbulkan adalah sikap negatif terhadap
penggunaan media luar ruang. Hal ini terlihat dari 144 subjek, hanya terdapat 44
subjek yang membentuk sikap positif, sedangkan 100 subjek lainnya membentuk
sikap negatif terhadap penggunaan media luar ruang.
Apabila dilihat dari data sebelumnya, sumbangsih yang diberikan dari
penggunaan media luar ruang baik di proses melalui pemrosesan informasi Jalur
Periferal maupun pemrosesan informasi Jalur Sentral sebesar 15,8% dalam
membentuk sikap mahasiswa pendatang. Sumbangsih lainnya adalah sebesar
9
84,2% yang dipengaruhi variabel lain. Hal ini berarti terdapat faktor atau stimulus
lainnya yang lebih mempengaruhi sikap mahasiswa pendatang. Faktor yang dapat
mempengaruhi sikap masyarakat pada dunia politik dapat berupa pengaruh
personal, keluarga, kelompok bermain atau bekerja (Ansor, 2009). Sedangkan dari
segi penggunaan teknik kampanye, faktor lainnya disumbangkan dari penggunaan
kampanye selain media luar ruang. Menurut medianya, media yang digunakan
dalam teknik kampanye terbagi menjadi media cetak, media elektronik yaitu
televisi, radio, internet, telepon selular dan media format kecil yang terdri dari
leaflet, selebaran, brosur, poster, kalender, stiker, pin-lencana, kaos oblong, dasi,
blocknotes, payung, kantong jinjing, topi dan sebagainya (Cangara, 2009).
Hasil penelitian yang dilakukan secara parsial pada pemrosesan informasi
Jalur Periferal, didapatkan nilai thitung sebesar 4,020 dan ttabel sebesar 1,976. Hasil
menunjukkan bahwa thitung lebih besar daripada ttabel (4,020 > 1,976) sehingga
disimpulkan hipotesis diterima dan menunjukkan adanya pengaruh pada
pemrosesan informasi Jalur Periferal terhadap sikap kampanye para mahasiswa
pendatang di kota Malang. Dengan kata lain, daya tarik secara visual yang
ditonjolkan pada penggunaan billboard kampanye mempunyai pengaruh secara
signifikan terhadap sikap mahasiswa pendatang.
Teori Elaboration Likelihood Model menjelaskan bahwa pemrosesan
pesan dengan Jalur Periferal mampu mempengaruhi sikap masyarakat. Teori yang
ada sesuai dengan kenyataan di lapangan. Meski demikian, sumbangan yang
diberikan oleh pemrosesan informasi Jalur Periferal tidak terlalu besar melainkan
hanya 10,2 % dalam mempengaruhi sikap sedangkan sumbangan lainnya di
berikan oleh variabel yang tidak digunakan dalam penelitian.
Sedangkan hasil pengujian secara parsial pada pemrosesan informasi Jalur
Sentral, didapatkan statisitik uji t sebesar 5,161 dan ttabel sebesar 1,976 Apabila
dibandingkan, nilai statistik uji thitung tersebut lebih besar daripada t tabel (5,161
>1,976). Pengujian ini menunjukkan bahwa hipotesis peneliti diterima, sehingga
disimpulkan bahwa variabel pemrosesan informasi Jalur Sentral memiliki
pengaruh terhadap sikap kampanye pada mahasiswa pendatang di kota Malang.
Hasil yang didapat sesuai dengan teori dan kenyataan yang ada di lapangan.
Sumbangan yang diberikan oleh pemrosesan informasi Jalur Sentral sebesar
15,8% sedangkan sumbangan lainnya dipengaruhi oleh variabel yang tidak
digunakan dalam penelitian.
Jika dibandingkan dengan pemrosesan informasi Jalur Periferal,
pemrosesan informasi Jalur Sentral memberikan kontribusi yang lebih besar
daripada pemrosesan informasi Jalur Periferal yang hanya 10,2%. Hal ini
menunjukkan penggunaan informasi lebih berpengaruh daripada pengandalan
isyarat periferal saja. Selain itu, jika dibandingkan dengan pengujian secara
simultan, sumbangsih yang diberikan sebesar 15,8%. Sumbangsih yang diberikan
pada pengujian secara simultan seluruhnya diberikan oleh Jalur Sentral. Apabila
pada sebuah media menampilkan isyarat periferal dan sentral, maka masyarakat
akan lebih memperhatikan informasi di dalamnya dalam mengolah pesan yang
diterimanya.
10
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
a. Pengujian hipotesis model regresi secara simultan atau secara serentak dengan
menggunakan uji F. Nilai statistik menunjukkan nilai Ftabel dengan derajat
bebas n1 = 2 dan n2 = 141 dengan α = 0,05 adalah sebesar 3,06. Jika nilai Fhitung
dibandingkan dengan Ftabel, maka Fhitung lebih besar daripada Ftabel (13,234 >
3,06), sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa pemrosesan informasi Jalur
Periferal dan pemrosesan informasi Jalur Sentral secara bersama-sama
(simultan) mampu mempengaruhi sikap kampanye pada mahasiswa pendatang
di kota Malang
b. Pengujian hipotesis model regresi secara parsial dengan menggunakan uji
regresi sederhana, menunjukkan nilai statistik uji thitung lebih besar daripada
ttabel (4,020 < 1,976), sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa pemrosesan
informasi Jalur Periferal secara parsial mempunyai pengaruh terhadap sikap
kampanye pada mahasiswa pendatang di kota Malang.
c. Pengujian hipotesis model regresi secara parsial dengan menggunakan uji
regresi sederhana, menunjukkan nilai statistik uji thitung tersebut lebih besar
daripada ttabel (5,161 > 1,976), sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa
pemrosesan informasi Jalur Sentral secara parsial mempunyai pengaruh
terhadap sikap kampanye pada mahasiswa pendatang di kota Malang
d. Sumbangsih yang diberikan dari penggunaan media luar ruang baik melalui
pemrosesan informasi Jalur Periferal maupun pemrosesan informasi Jalur
Sentral sebesar 15,8% dalam membentuk sikap mahasiswa, sedangkan
sumbangsih lainnya adalah sebesar 84,2% yang dipengaruhi variabel lain yang
tidak diukur dalam penelitian.
e. Sedangkan pengujian secara parsial, sumbangsih yang diberikan pada
pemrosesan informasi Jalur Periferal hanya sebesar 10,2% dan pada
pemrosesan informasi Jalur Sentral sebesar 15,8%.
f. Pada hasil penelitian, pemrosesan informasi Jalur Sentral mempunyai pengaruh
yang lebih besar daripada pemrosesan informasi Jalur Periferal. Hal ini
menunjukkan penggunaan informasi pada media luar ruang lebih berperan
penting dalam mempengaruhi sikap mahasiswa.
g. Apabila pemrosesan informasi Jalur Periferal diiringi secara bersamaan dengan
Jalur Sentral, mahasiswa akan lebih memperhatikan informasi yang
disampaikan dalam iklan tersebut.
h. Penggunaan media luar ruang dengan kemenarikan secara visual yang diiringi
dengan informasi yang jelas akan lebih efektif dalam upaya mempengaruhi
sikap mahasiswa dari pada hanya sekedar menarik tetapi tidak memberikan
informasi.
i. Dari data penelitian, menunjukkan lebih banyak mahasiswa pendatang yang
membentuk sikap negatif daripada sikap positif terhadap pemakai billboard
untuk kampanye pilkada. Hal ini menunjukkan perasaan tidak suka pada
penggunaan media luar ruang kampanye pilkada.
11
2. Saran
a. Saran Metodologis
1) Penelitian selanjutnya hendaknya menggunakan sampel pada masyarakat yang
mempunyai hak pilih dalam pemilihan kepala daerah.
2) Penelitian selanjutnya hendaknya menggunakan metode kualitatif agar dapat
memberikan informasi yang lebih mendalam. Metode kualitatif dianggap
mampu mengungkap suatu permasalahan secara lebih mendalam.
3) Penelitian selanjutnya hendaknya mempertimbangkan variasi tingkat
pendidikan dalam menggunakan variabel Jalur Periferal dan Jalur Sentral,
karena pada penelitian ini tingkat pendidikan yang dijadikan sampel adalah
homogen.
4) Pada penelitian selanjutnya hendaknya melakukan uji coba terlebih dahulu,
sehingga saat melakukan penelitian sudah menggunakan skala yang teruji
validitas dan reliabilitasnya.
b. Saran Praktis
1) Bagi praktisi politik hendaknya dalam melaksanakan kampanye dengan media
luar ruang tidak hanya menampilkan isyarat periferal saja, tetapi diiringi
dengan informasi yang lebih jelas bersama-sama dengan isi pesan politik,
karena masyarakat lebih menggunakan Jalur Sentral dalam memproses
informasi yang diterimanya sehingga mempengaruhi pada sikap.
2) Hendaknya bagi praktisi politik tidak terlalu banyak membuang dana dalam
menggunakan media luar ruang dalam kampanye, mengingat sumbangsih yang
diberikan tidak terlalu besar, hanya sebesar 15,8%.
3) Bagi praktisi politik, untuk semakin menarik perhatian, hendaknya
menggunakan teknik kampanye yang lebih inovatif untuk mendapatkan sikap
yang positif dari masyarakat yang mempunyai hak pilih maupun yang tidak
mempunyai hak pilih.
4) Bagi praktisi politik hendaknya dapat membangun perasaan positif masyarakat,
karena perasaan merupakan salah satu faktor dari keefektifan iklan yang
ditampilkan. Salah satu upaya membangun perasaan yang baik pada
masyarakat, praktisi politik disarankan untuk tidak memasang media luar ruang
dalam jangka waktu yang lama sehingga membuat masyarakat yang
melihatnya dapat jenuh dan dianggap merusak tata ruang kota.
12
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, A. (2002). Psikologi Sosial. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Amanda, N. (2010). Estetika Baliho Iklan Calon Legislatif Pada Pemilu Legislatif
2009. Jurnal Ilmiah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Volume 1 No.
1.p.1-10.
Andri, G. (2012). Strategi Pemasaran dan Efektivitas Periklanan Dengan
Menggunakan Metoda Komunikasi, Empati, Persuasi dan Dampak Pada
Perusahaan PT. Bhineka Lestari LTD. Jurnal Manajemen dan
Kewirausahaan.Volume 3 No.2.p.30-60.
Ansor. (2011). Peran Iklan Politik Pencitraan dan Dampaknya pada Pilkada di
Kabupaten Sleman. Jurnal Penelitian IPTEK-KOM. Volume 13 No.2.p.125134.
Cangara, H. (2009). Komunikasi Politik: Konsep, Teori dan Strategi. Jakarta:
Rajawali Press.
Choi, S.M.,Charles,T.S. (2003). The Elaboration Likelihood Model of Persuassion
Aftre Two Decades: A review of Criticisms and Contributions. The Kentucky
Journal of Communication. Volume 22 No.1.p.47-77.
Dyakisni, T., Hudaniah. (2009). Psikologi Sosial. Malang: UMM Press.
Gaffar, J.M. (2012). Politik Hukum Pemilu. Jakarta: Konstitusi Press.
Kurniawan, R.C. (2009). Kampanye Politik: Idealitas dan Tantangan. Jurnal Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik. Volume 12 No. 3.p.257-390.
Lien, N. (2001). Elaboration Likelihood Model in Consumer Research:A
Review.Journal of Consumer Research. Volume 11 No.4.p.301-310.
Nimmo, D. (2011). Komunikasi Politik Komunikator, Pesan, dan Media.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Nurmasari, S. (2008). Hubungan Media Ruang Luar (Menggunakan Pencahayaan
Buatan) Dengan Kualitas Visual Koridor Di Malang Hari Menurut Persepsi
Masyarakat.Tesis.Program Pasca Sarjana Teknik Arsitektur.Universitas
Diponegoro.Semarang.
Petty, R.E., John,C. (1986). The Elaboration Likelihood Model of
Persuassion.Advances in Experimental Social Psychology. Volume 19.p. 123162.
___________________. (1990). Involvement and Persuassion:Tradition Versus
Intergration. Psychological Bulletin.Volume 107 No.3.p.367-374.
13
Rosandini, G. (2012). Analisis Pengaruh Daya Tarik Media Luar Ruang,
Popularitas Endorser, dan Kreatifitas Iklan Terhadap Efektifitas Iklan Guna
Menumbuhkan Top of Mind Produk SIMCARD GSM Prabayar Mentari.
Skripsi. Fakultas Ekonomika dan Bisnis. Universitas Diponegoro.Semarang.
Suryatna, U. (2007). Hubungan Karakteristik Pemilih dan Terpaan Informasi
Kampanye Politik Dengan Perilaku Memilih (Kasus Pemilihan Bupati dan
Wakil Bupati Cianjur Tahun 2006). Tesis. Program Pasca Sarjana
Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Tinarbuko, S. (2009). Menakar Iklan Politik Pemilu 2009. Jurnal Desain
Komunikasi Visual Nirmana . Volume 11 No. 2.p.114-124.
Tinarbuko, S. (2013). Publik Terganggu Alat Peraga Kampanye. KOMPAS, 5
Juni 2013.
Walgito, B. (2003). Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Yogyakarta: Andi Offset.
14