T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Deskripsi Kemampuan Siswa Kelas VIII SMP dalam Memecahkan Masalah pada Materi Aritmatika Sosial Ditinjau dari Taksonomi Solo T1 Full text

DESKRIPSI KEMAMPUAN SISWA KELAS VIII SMP DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA MATERI ARITMATIKA SOSIAL DITINJAU DARI TAKSONOMI SOLO

  TUGAS AKHIR Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana

  Oleh : Ika Wahyu Astiyana 202013062

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2017

DESKRIPSI KEMAMPUAN SISWA KELAS VIII SMP DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA MATERI ARITMATIKA SOSIAL DITINJAU DARI TAKSONOMI SOLO

  1 Ika Wahyu Astiyana 2 , Novisita Ratu Program Studi S1 Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

  Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Jl. Diponegoro 52-60 Salatiga 50711 Indonesia Email : 202013062student.uksw.edu

  ABSTRAK

  Aritmatika sosial merupakan salah satu materi di SMP yang berkaitan dengan pemecahan masalah. Pada kegiatan pembelajaran tersebut, kebanyakan guru selalu memberikan contoh bagaimana memecahkan suatu masalah, dan kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berusaha menemukan sendiri penyelesaiannya, padahal setiap siswa memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah dengan cara yang berbeda-beda. Salah satu cara untuk mendeskripsikan kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah yaitu dengan Taksonomi SOLO yang terdiri dari lima level yang berbeda yaitu prastruktural, unistruktural, multistruktural, relasional, dan abstrak diperluas. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan siswa kelas VIII SMP dalam memecahkan masalah pada materi aritmatika sosial ditinjau dari Taksonomi SOLO. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek dalam penelitian ini berjumlah tiga siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Salatiga yang masing-masing dikategorikan berdasarkan kemampuan matematika tinggi, sedang, dan rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siswa berkemampuan matematika tinggi, siswa hanya dapat mengerjakan sampai dengan level relasional. Pada siswa berkemampuan matematika sedang, siswa hanya dapat mengerjakan sampai dengan level multistruktural saja. Dan pada siswa berkemampuan matematika rendah, jawaban siswa tidak sesuai dengan yang diharapkan sehingga siswa berada pada level prastruktural. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membuka ruang untuk penelitian selanjutnya tentang pemecahan masalah yang berkaitan dengan perbedaan kemampuan matematika siswa yang berkaitan dengan Taksonomi SOLO.

  Kata Kunci : Kemampuan matematika, pemecahan masalah, aritmatika sosial, taksonomi SOLO.

PENDAHULUAN

  Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang menduduki peranan penting dalam dunia pendidikan. Tujuan utama dalam proses pembelajaran matematika adalah untuk meningkatkan kemampuan matematis siswa (Suherman, 2008). National Council of Teachers Mathematics (NCTM, 2000) menetapkan lima standar kemampuan matematis yang harus dimiliki siswa, yaitu kemampuan pemecahan masalah, kemampuan komunikasi, kemampuan koneksi, kemampuan penalaran, dan kemampuan representasi. Kemampuan pemecahan masalah adalah salah satu kompetensi yang harus dicapai siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran matematika (Permendiknas No. 22 Tahun 2006). Kemampuan memecahkan masalah matematika akan diperoleh siswa dengan baik apabila dalam pembelajaran terjadi komunikasi antara guru dan siswa atau antar siswa yang merangsang terciptanya partisipasi (Winarti, 2011:2). Akan tetapi, guru dalam memberikan contoh bagaimana menyelesaikan suatu masalah, kurang memberi kesempatan kepada siswa untuk berusaha menemukan sendiri cara penyelesaiannya, sehingga siswa menjadi kurang kreatif dan akibatnya siswa hanya mampu menyelesaikan suatu masalah bila telah diberikan contoh oleh guru (Nurannisa, 2013).

  Dalam menyelesaikan masalah matematika dibutuhkan proses berpikir. Menurut Hudojo (dalam Suparni, 2001:29-30) seseorang dikatakan berpikir apabila orang itu Dalam menyelesaikan masalah matematika dibutuhkan proses berpikir. Menurut Hudojo (dalam Suparni, 2001:29-30) seseorang dikatakan berpikir apabila orang itu

  Biggs dan Collis (1982) menjelaskan bahwa tiap tahap kognitif terdapat respon yang sama dan makin meningkat dari yang sederhana sampai yang abstrak. Teori mereka dikenal dengan Structure of The Observed Learning Outcomes (SOLO) yaitu struktur dari hasil belajar yang diamati. Taksonomi SOLO digunakan untuk mengklasifikasikan kemampuan siswa dalam merespon suatu masalah menjadi lima level berbeda yaitu prastruktural, unistruktural, multistruktural, relasional, dan abstrak diperluas. Siswa pada level prastruktural adalah level dimana siswa hanya memiliki sedikit sekali informasi yang tidak berhubungan satu dengan yang lainnya dan tidak membentuk satu kesatuan konsep serta tidak memiliki makna yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Level unistruktural adalah tingkatan dimana siswa memiliki hubungan yang jelas dan cukup sederhana mengenai keterkaitan satu konsep dengan konsep yang lainnya akan tetapi inti dari konsep ini belum seberapa detail dipahami. Level multistruktural siswa sudah memahami beberapa hal atau komponen dari materi jika melakukan pembelajaran tetapi belum tertata dengan baik dan rapi sehingga masih terpisah satu dengan yang lainnya dan masih belum bisa terbentuk pemahaman yang cukup baik. Tahapan ini dapat disimpulkan dengan pemahaman yang siswa miliki kemampuan untuk merespon dengan baik tetapi respon yang diberikan belum tersusun dan belum menemui hubungan yang tepat antara satu dengan yang lainnya. Level relasional siswa dapat menghubungkan antara fakta dengan teori serta tindakan dan tujuan. Tahapan ini dapat disimpulkan dengan kemampuan siswa untuk membandingkan, membedakan, menjelaskan hubungan sebab akibat, menggabungkan, mengaplikasikan, dan menghubungkan. Level abstrak diperluas siswa melakukan penghubungan tidak hanya konsep yang didapat melainkan hubungan konsep diluar itu. Dapat disimpulkan dalam tahapan ini siswa sudah menguasai materi dan memahami soal yang di berikan dengan sangat baik sehingga siswa sudah mampu untuk merealisasikan ke konsep yang sudah ada.

  Pada penelitian ini, penyusunan masing-masing level pertanyaan pada setiap soal menggunakan kriteria soal berdasarkan Taksonomi SOLO yang dikemukakan oleh Collis adalah sebagai berikut: 1) Pertanyaan Unistruktural adalah pertanyaan yang menggunakan sebuah informasi yang jelas dan langsung dari soal, 2) Pertanyaan Multistruktural adalah pertanyaan yang menggunakan dua informasi atau lebih dan terpisah yang termuat dalam soal, 3) Pertanyaan Relasional adalah pertanyaan yang menggunakan suatu pemahaman Pada penelitian ini, penyusunan masing-masing level pertanyaan pada setiap soal menggunakan kriteria soal berdasarkan Taksonomi SOLO yang dikemukakan oleh Collis adalah sebagai berikut: 1) Pertanyaan Unistruktural adalah pertanyaan yang menggunakan sebuah informasi yang jelas dan langsung dari soal, 2) Pertanyaan Multistruktural adalah pertanyaan yang menggunakan dua informasi atau lebih dan terpisah yang termuat dalam soal, 3) Pertanyaan Relasional adalah pertanyaan yang menggunakan suatu pemahaman

  Menurut Oktarina (2012) model taksonomi ini dipandang sangat menarik untuk diaplikasikan dalam pembelajaran di sekolah, karena menuntut kemampuan peserta didik memberikan beberapa alternatif jawaban atau penyelesaian serta mampu mengaitkan beberapa jawaban atau penyelesaian tersebut. Taksonomi ini memberikan peluang pada peserta didik untuk selalu berpikir alternatif (kemampuan pada level multistruktural), membandingkan antara suatu alternatif dengan alternatif yang lain (kemampuan pada level relasional), serta memberikan peluang pada peserta didik untuk mampu memberikan suatu yang baru dan berbeda dari biasanya (kemampuan pada level extended abstract). Taksonomi SOLO diaplikasi secara menarik dalam memberikan beberapa alternatif jawaban atau penyelesaian yang berkaitan.

  Berdasarkan uraian di atas, maka perlu diadakan penelitian untuk mendeskripsikan kemampuan siswa kelas VIII SMP di tinjau dari Taksonomi SOLO. Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian dengan judul “Deskripsi Kemampuan Siswa Kelas VIII SMP Dalam Memecahkan Masalah Pada Materi Aritmatika Sosial Ditinjau Dari Taksonomi Solo. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan kemampuan siswa kelas VIII SMP dalam memecahkan masalah pada materi aritmatika sosial ditinjau dari taksonomi solo.

METODE PENELITIAN

  Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Melalui metode ini, peneliti menggambarkan dan menganalisis secara detail mengenai pemecahan masalah siswa dalam menyelesaikan soal aritmatika sosial dengan perbedaan kemampuan matematika siswa yang ditinjau dengan Taksonomi SOLO.

  Subjek penelitian dalam penelitian ini siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Salatiga yang sebelumnya telah mempelajari materi Aritmatika Sosial. Cara pengambilan subjek dilakukan dengan memberikan lembar tes matematika tentang Aritmatika Sosial kepada semua siswa SMP kelas VIII F yang berjumlah 26 siswa. Kemudian dari 26 siswa tadi dipilah kembali untuk dikategorikan berdasarkan tinggi, sedang, dan rendah dimana pengkategorian tersebut didasarkan pada hasil UAS dan kemudian dibuat rentang nilai dengan kriteria tinggi (81- 100), sedang (61-80), dan rendah (<60). Peneliti mengambil 3 subjek dimana 1 subjek kategori tinggi, 1 subjek kategori sedang, dan 1 subjek kategori rendah. Instrumen yang digunakan yaitu dengan pemberian lembar tes dan pedoman wawancara. Lembar tes sudah di validasi oleh dosen dan guru mata pelajaran matematika kemudian dilakukan pilot untuk menguji lembar tes tersebut sebelum soal tersebut digunakan sebagai penelitian. Data penelitian berupa hasil jawaban tes siswa yang diteliti berdasarkan cara siswa mengerjakan soal tersebut. Data penelitian yang berupa hasil jawaban siswa tadi dianalisis berdasarkan level-level pada Taksonomi SOLO. Wawancara dilakukan kepada siswa yang memenuhi kriteria dalam penelitian ini.

  Tabel 1. Indikator Soal Tes

  Level

  Soal Tes

  Unistruktural

  Andi membeli 5 lusin buku tulis dengan harga Rp3.500,00 per buku. Kemudian Andi akan Andi membeli 5 lusin buku tulis dengan harga Rp3.500,00 per buku. Kemudian Andi akan

  a. Berapa harga beli 2 buku tulis?

  Multistruktural

  b. Berapa harga pembelian dari 5 lusin buku tulis?

  Relasional

  c. Tentukan apakah Andi mengalami untung atau rugi dan berapa besarnya?

  Abstrak di perluas

  d. Bila Andi menginginkan keuntungan sebesar 40 , berapakah keuntungan yang diperoleh Andi?

  Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan mengumpulkan hasil pekerjaan siswa untuk memperoleh data yang berasal dari jawaban siswa. Peneliti meneliti semua jawaban siswa yang merupakan data, kemudian peneliti menggunakan kategori tinggi, sedang, dan rendah yang diambil dari hasil UAS siswa kemudian meneliti jawaban siswa yang termasuk dalam kategori tersebut. Dan pada tahap terakhir dari hasil jawaban siswa tadi dianalisis untuk dikategorikan berdasarkan level-level pada Taksonomi SOLO.

HASIL DAN PEMBAHASAN

  Setelah dilakukan tes dengan memberikan satu soal uraian yang bertingkat sesuai dengan tingkatan pada Taksonomi SOLO dan diambil 3 siswa untuk dijadikan subjek dalam penelitian ini, maka dilakukan analisis dan diperoleh hasil sebagai berikut :

  Tabel 2. Nama Subjek Penelitian

  INISIAL

  Kategori

  Nilai UTS

1. Analisis Jawaban Siswa Kemampuan Tinggi

  Subjek AY mengerjakan semua permasalah a sampai d. AY dikatakan sudah paham tentang penyelesaian soal cerita pada materi aritmatika sosial, pada saat mengerjakan ia bisa dan menuliskan jawabannya sesuai dengan yang ditanyakan di soal. Hal itu terlihat dari hasil wawancara penulis dengan AY.

  P

  : “Ayu, kemarin kamu sudah mengerjakan soal ini kan? Tapi sebelum kita

  membahas soal ini, miss ika mau tanya dulu sama kamu. Kamu paham tidak materi aritmatika sosial itu?”

  AY : Yaa paham miss kayak jual beli gitu

  Selain itu, AY dalam mengerjakan soal runtut dan jelas hal itu terlihat dari jawaban AY pada saat mengerjakan soal. Selain itu pada saat ditanya AY membaca soal berapa kali, dia menjawab “1 kali” dan pada saat ditanya sudah paham, ia menjawab “sudah”.

a. Level Unistruktural

  Pada permasalahan a, AY diminta untuk menentukan harga beli dalam soal. AY menuliskan harga beli per buku yaitu RP3.500,00 kemudian dikalikan dengan 2 karena pertanyaan dalam soal menentukan harga beli 2 buku tulis. Hal itu terlihat dalam jawaban AY pada saat mengerjakan dan diperjelas dengan hasil wawancara penulis dengan AY.

  Gambar 1. Jawaban Subjek AY pada Level Unistruktural

  P

  Lalu yang soal nomor 1a maksutnya bagaimana?(sambil menunjuk soal 1a)

  AY

  Menentukan harga beli dua buku tulis miss

  P

  Apakah Ayu mengetahui informasi langsung dari soal untuk menjawab nomor 1a?

  AY

  Tau, kan sudah diketahui ini di dalam soal harga beli buku tulis nya Rp3.500,00 terus yang ditanya kan harga beli dua buku tulis, jadi kan Rp3.500,00 dikali 2.

b. Level Multistruktural

  Pada permasalahan b, AY paham maksud dari perintah tersebut. hal itu diperjelas dengan hasil wawancara penulis dengan AY.

  Gambar 2. Jawaban Subjek AY pada Level Multistruktural

  P

  : Oke, sekarang yang 1b maksutnya apa?

  AY

  : Berapa harga pembelian 5 lusin buku tulis tersebut

  P

  : Berarti langkah mengerjakannya gimana?

  AY

  : 5 lusin diubah dulu to miss , 1 lusin kan 12 kalau 5 lusin kan jadinya 12 dikali 5 sama dengan 60 buku

  P

  : Setelah mengetahui jumlah per buku terus gimana ?

  AY

  : Kan tadi harga pembelian nya per buku Rp3.500,00 laku dikalikan 60 gitu

  P

  : Informasi apa yang Ayu dapat dari soal untuk menjawab soal ini?

  AY

  : emmmmm(sambil berpikir) Harus tau jumlah 5 lusin itu

  berapa terus harga beli per buku Rp3.500,00

  Dari hasil petikan wawancara penulis dengan AY terlihat bahwa AY paham maksud dari apa yang ditanyakan pada permasalahan b dan dia juga dapat menjelaskan alasan kenapa jawaban dia bisa seperti itu.

c. Level Relasional

  Pada permasalahan ke-3 (c), AY diminta untuk menentukan besarnya untung atau rugi dari soal . AY menuliskan jawabannya dengan runtut dan dia juga dapat menjelaskan hasil dari pekerjaannya. Hal itu terlihat dari hasil wawancara penulis terhadap AY.

  Gambar 3. Jawaban Subjek AY pada Level Relasional

  P

  : Sekarang yang c, kamu carinya gimana?

  AY

  : Menentukan untung atau rugi miss

  P

  : La ini 210.000 dan 270.000 dapat nya dari mana? (sambil menunjuk jawaban subjek)

  AY

  : 210.000 itu harga beli nya dari jawaban yang b , kalau 270.000 harga jualnya kan di soal sudah diketahui.

  P

  : Jadi soal c ada kaitannya dengan soal sebelumnya?

  AY

  : Ada miss, kan harga beli berdasarkan jawaban dari soal yang b tadi.

  P

  : “Lalu kenapa Ayu menuliskan Harga jual dikurangi harga beli?”(sambil

  menunjuk jawaban subjek)”

  AY

  : Kan harga jual nya lebih besar dari harga beli jadinya untung sebesar

  Rp60.000,00

  AY menuliskan hasil akhirnya dari permasalahan soal c dengan menjawab untung sebesar Rp60.000,00.

d. Level Abstrak diperluas

  Pada permasalahan d, AY diminta untuk menentukan keinginan besarnya untung 40 sesuai dengan informasi sebelumnya (hasil jawaban permasalahan c) . Kemudian pada saat ditanya apakah ada kaitanya permasalahan c dan d, AY menjawab “ada”, dan pada saat diminta menjelaskan, AY mau menjelaskan alasannya tersebut. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara penulis dengan AY.

  Gambar 4. Jawaban Subjek AY pada Level Abstrak diperluas

  P

  : Yang soal c dan d, apakah ada kaitannya? AY : Ada, Kalau yang d ditanyakan besarnya untung 40, terus jawaban c kan sudah tau harga jual nya Rp270.000,00 . jadi 40 dikalikan Rp270.000,00 miss

  P

  : Berarti berapa hasilnya? AY : Rp108.000,00

  AY dapat menyimpulkan hasil akhir dari pekerjaannya walaupun tidak sesuai dengan yang diharapkan .

2. Analisis Jawaban Siswa Kemampuan Sedang

  Subjek RN mengerjakan semua permasalahan dari soal a sampai d. Subjek RN bisa dikatakan sedikit paham , hal itu terlihat dalam wawancara berikut ini :

  P

  : Kemarin kan kamu udah mengerjakan ini, sekarang saya ingin tanya , kamu paham gak materi aritmatika sosial? RN : Ya paham tapi lupa, hehehe

  RN menuliskan jawabannya dengan runtut sesuai dengan maksud dari masing-masing permasalahan. Hal itu terlihat dari jawaban RN pada saat mengerjakan soal.

a. Level Unistruktural

  Pada saat ditanya tentang berapa kali RN membaca soal dia menjawab ”3 kali” dan saat penulis bertanya tentang maksud dari permasalahan a, dia menjawab dengan benar dan dia paham maksud dari permasalahan a, hal ini di tunjukan dengan wawancara :

  Gambar 5. Jawaban Subjek RN pada Level Unistruktural

  RN : Maksudnya yang a kan mencari harga 2 buku tulis saja, kalau yang b disuruh mencari harga 5 lusin buku

  P

  : Apakah Ninda mengetahui informasi langsung dari soal untuk menjawab soal ini? RN : Tau, harga per buku kan Rp3.500,00 terus ditanya nya kan harga 2 buku tulis jadi ya dikalikan 2 miss

  P

  : Berarti berapa hasilnya? RN : Rp7.000,00

b. Level Multistruktural

  Pada saat penulis menanyakan kepada RN tentang maksud dari permasalahan kedua, RN dapat menjawab dengan lancar dan dapat menuliskan jawabannya sesuai dengan perintah yang diberikan. Hal ini dibuktikan dengan hasil wawancara dan jawaban RN pada saat mengerjakan

  Gambar 6. Jawaban Subjek RN pada Level Multistruktural

  P

  : Kalau yang 1b kamu paham tidak maksudnya? RN : Mencari harga pembelian 5 lusin buku tulis miss

  P

  : Langkah kamu mengerjakan bagaimana?

  RN : 1 lusin itu kan 12 to miss, la ini yang ditanya kan 5 lusin berarti kan 5 dikalikan dengan 12 sama dengan 60 terus dikalikan Rp3,500,00 hasilnya Rp210.000,00

  : Informasi apa yang Ninda dapatkan untuk dapat menyelesaikan soal ini? RN : Mengubah 1 lusin dulu terus dikali 5 Dari wawancara tersebut terlihat bahwa RN paham maksud dari soal yang diberikan dan dia

  P

  mampu menerapkan informasi sebelumnya untuk menyelesaikan permasalah b.

c. Level Relasional

  Pada permasalahan c, RN diminta untuk mencari besarnya untung atau rugi dari soal. RN menggunakan cara lain untuk menentukan untung atau rugi. Dalam membaca soal RN terlihat tidak paham apa maksudnya dan terlihat bingung. Selain itu, dia juga masih belum yakin dengan apa yang ia tulis. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara penulis dengan RN.

  Gambar 7 : Jawaban Subjek RN pada Level Relasional

  P

  Oke, yang c ini maksutnya bagaimana?

  RN :

  Emmm (sambil berpikir) mencari harga jual dulu ya miss?

  P

  Gimana caranya? Kok ini bisa menuliskan 270.000 dibagi 60 kenapa ? (sambil menunjuk jawaban dari subjek)

  RN :

  Kan harga jual nya 270.000 terus dibagi 60 kan beli nya tadi 5 lusin hasilnya ketemu 4.200 miss

  P

  Ada tidak kaitannya soal yang c dengan soal yang sebelumnya?

  RN :

  Ada, kan sudah diketahui tadi harga jual Rp270.000,00 terus saya bagi 60 karena belinya 6 lusin

  P

  Terus untung atau rugi? Berapa besarnya?

  RN :

  Ya untung miss, kan harga jual nya lebih besar dari harga belinya. Jadi 4200 dikurangi dengan 3500 kan jadi untung nya sebesar Rp700,00

d. Level Abstrak diperluas

  Pada permasalahan d, RN diminta untuk mencari keinginan besarnya untung 40. Dia menuliskan jawabannya dan kurang teliti dalam menghitung dan menyebabkan jawabannya tidak sesuai dengan yang diharapkan. RN juga tidak yakin dengan jawabannya karena dia tidak bisa mengerjakan permasalahan sebelumnya (c) Hal itu dibuktikan dengan wawancara terhadap RN.

  Gambar 8. Jawaban Subjek RN pada Level Abstrak diperluas

  P

  : Terus kalau perintah ini kan disuruh cari besarnya untung 40, kamu carinya gimana?

  RN

  : (sambil berpikir dan senyum-senyum) sebentar miss saya agak lupa

  P

  : Terus seinget kamu carinya gimana?

  RN

  : Carinya, 40 dikalikan 270.000 karena sudah diketahui di soalnya tadi kan 270.000 to, terus dicoret-coret gini miss(sambil menunjuk jawabannya sendiri)

  P

  : Lalu besarnya keuntungan yang diinginkan Dina berapa?

  RN

  : Ini miss, jadi Dina ingin untung Rp18.000,00

  P

  : Kamu yakin tidak dengan jawaban ini?

  RN

  : Enggak yakin karena cari yang c kayaknya salah dehh miss

  P

  : Ada cara yang lain gak kira-kira?

  RN

  : Gak ada miss

  RN kurang teliti dalam membaca soal sehingga menyebabkan dia salah dalam memahami soal dan kurang tepat dalam menuliskan hasil akhirnya.

3. Analisis Kemampuan Siswa Kategori Rendah

  Subjek EK mengerjakan semua permasalahan dari soal a sampai d. Subjek EK masih dikatakan belum paham , hal itu terlihat dalam wawancara berikut ini :

  P

  : Kemarin kan kamu udah mengerjakan ini, sekarang saya ingin tanya , kamu paham gak materi aritmatika sosial?

  EK

  : Ya paham tapi lupa, hehehe

  EK menuliskan jawabannya dengan runtut namun EK masih bingung dan kurang paham maksud dari masing-masing permasalahan soal. Hal itu terlihat dari jawaban EK pada saat mengerjakan soal. Selain itu saat ditanya EK membaca soal berapa kali, dia menjawab “lebih dari 5 kali”.

a. Level Unistruktural

  Pada permasalahan a, EK diminta untuk menentukan harga pembelian 2 buku tulis, namun EK tidak mengetahui informasi langsung dari soal untuk menentukan jawaban akhir, sehingga dalam menuliskan jawaban EK belum sesuai dengan yang diharapkan. Hal itu diperkuat dengan hasil wawancara penulis dengan EK

  Gambar 9. Jawaban Subjek EK pada Level Unistruktural

  P

  : Langkah-langkah untuk mengerjakan soal ini bagaimana?

  EK

  : Kan 1 lusin sama dengan 12 terus dikali 5 sama dengan 60. Terus Rp3.500,00 dikali 60 sama dengan Rp210.000,00 dikurangkan dengan Rp270.000,00 jadi ketemu 60.000,00 terus dibagi 60 jadinya Rp1000,00

  P

  : Jadi Rp1000,00 itu harga beli per buku?

  EK

  : Bukan miss, kan tadi yang pertama Rp3.500,00 ditambah dengan Rp1000,00 sama dengan Rp4500,00, jadi harga satu buku tulis itu Rp4500,00. Kalau 2 buku jadi Rp4500 dikali 2 sama dengan Rp9.000,00

b. Level Multistruktural

  Pada permasalahan b, EK diminta untuk menentukan harga beli buku tulis seluruhnya. EK menuliskan harga perbuku Rp4500,00 dikalikan dengan 60 sama dengan Rp270.000,00 kemudian EK menuliskan lagi Rp4500,00 dikalikan dengan 12 sama dengan Rp54.000,00 dan kemudian dijumlahkan. Tetapi pada saat ditanya maksud dari permasalahan b, dia menjawab masih ragu dengan hasil jawabannya. Kemudian pada saat ditanya lagi mengenai hasil yang dia tulis pada lembar penyelesaiannya (Rp324.000,00), dia menjawab kalau itu harga pembelian 5 lusin buku tulis. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara penulis dengan EK.

  Gambar 10. Jawaban Subjek EK pada Level Multistruktural

  P

  : Soal 1b maksutnya gimana?

  EK

  : Menentukan harga pembelian 5 lusin buku tulis

  P

  : Lalu langkah-langkah mengerjakannya bagaimana?

  EK

  : 1 lusin kan 12 terus dikali 5 sama dengan 60 dikali dengan harga beli Rp4500,00 jadi ketemu Rp270.000,00.

  P

  : Soal b ini Eka paham tidak maksudmya bagaimana?

  EK

  : Saya lupa miss

  P

  : Coba diingat-ingat lagi bagaimana penyelesaiannya.

  EK

  : 1 lusin sama dengan 12 dikali Rp4500,00 sama dengan Rp54.000,00 terus ditambahkan Rp270.000,00 jadi ketemunya harga beli 5 lusin itu Rp324.000,00

  P

  : Informasi apa yang Eka peroleh untuk dapat menyelesaikan permasalahan ini?

  EK

  : Mengubah 1 lusin sama dengan 12 dulu terus dikali 5.

c. Level Relasional

  Pada permasalahan c, EK diminta untuk menentukan untung atau rugi dan berapa besarnya. EK mengerjakan dengan menuliskan dahulu harga beli dan harga jual kemudian dikurangkan sehingga mengetahui besarnya kerugian, hal ini diperkuat dengan hasil wawancara penulis dengan EK.

  P

  : Kalau yang c perintah soalnya bagaimana? FE : Menentukan untung atau rugi dan berapa besarnya

  P

  : Caranya gimana? FE : Jadi harga beli nya Rp 324.000,00 dan ini harga jual nya Rp270.000,00 jadi rugi ini miss

  P

  : Kenapa bisa menyimpulkan kalau itu rugi? FE : Ya karena harga belinya lebih besar terus harga jual nya sedikit jadikan mengalami rugi

  P

  : Terus besarnya kerugian yang dialami berapa? FE : Rp324.000,00 dikurangi Rp270.000,00 hasilnya Rp54.000,00

  P

  : Apakah ada kaitannya dengan soal a dan b tadi? FE : Ada (sambil berpikir) sudah tau harganya dijawaban b Rp270.000,00

  Gambar 11. Jawaban Subjek EK pada Level Relasional

  Pada saat mengerjakan, EK tidak begitu yakin dalam menjawab, namun EK bisa menjelaskan mengapa jawaban nya bisa seperti itu. Hal itu diperkuat dengan hasil jawaban FE pada saat mengerjakan.

  d. Level Abstrak diperluas

  Gambar 12. Jawaban Subjek EK pada Level Abstrak diperluas

  Pada permasalahan d, EK diminta untuk menentukan besarnya keinginan untung sekian persen dan permasalahan ini masih ada kaitannya dengan permasalahan sebelumnya tetapi pada saat ditanya apakah ada hubungannya soal c dan d, EK menjawab “ada” dan pada saat dikonfirmasi ulang, EK menjawab “tidak yakin”. EK masih sering ragu-ragu dalam menjawab dan tidak percaya diri dengan jawaban yang dia tuliskan. Hal itu diperkuat dengan hasil wawancara penulis dengan EK.

  P

  : Sekarang coba liat soal c dan d, apakah ada kaitannya?

  : Terus kalau perintah ini kan disuruh cari besarnya untung 40, kamu carinya gimana

  EK

  : (sambil berpikir) kayaknya ini salah

  P

  : Kenapa bisa bilang ini salah? Coba di ingat-ingat kembali caranya bagaimana?

  EK

  : Caranya 270.000 dikali 40 terus dibagi 100 kan bisa dicoret-coret miss tingal 2700 dikali 40 sama dengan Rp108.000,00

  P

  : Sudah yakin dengan jawaban ini?

  EK

  : Kayaknya salah ini miss (ragu-ragu dalam menjawab)

4. Analisis Jawaban Siswa Menggunakan Taksonomi SOLO

4.1 Siswa Kategori Tinggi

  Berdasarkan pekerjaan subjek diketahui bahwa subjek AY dapat menuliskan semua jawaban yang ditanyakan dalam soal. AY dapat memenuhi indikator tingkat prastruktural karena mampu mengerjakan soal yang diberikan dengan tepat. Pada permasalahan a (Level Unistruktural) sampai d walaupun pada saat diwawancara AY mengaku ada bagian yang lupa. Tapi kenyataannya dalam hal ini AY dapat menuliskan jawaban dengan benar. Hal itu dibuktikan dengan jawaban AY pada saat mengerjakan permasalahan a. AY menuliskan jawabannya sesuai dengan konteks soal yaitu menentukan harga beli 2 buku tulis. Hal ini berarti AY dapat memenuhi indikator tingkat unistruktural yaitu dapat menggunakan sebuah informasi yang tersedia dalam soal untuk mendapatkan penyelesaiannya.

  Pada permasalahan b (Level Multistruktural), AY diminta untuk menentukan harga keseluruhan dari pembelian 5 lusin buku tulis dan AY dapat menuliskan hasil jawabannya dengan tepat dan pada saat wawancara AY juga dapat menjelaskan jawabannya dengan baik. Sehingga dapat dikatakan AY mencapai tingkat multistruktural karena dapat memenuhi indikator yang terdapat pada tingkat multistruktural yaitu dia dapat menggunakan lebih dari satu informasi untuk mendapatkan penyelesaian yaitu dengan cara dia menghitung jumlah semua buku dan kemudian dikalikan dengan harga per buku.

  Pada permasalahan c (Level Relasional), AY diminta untuk menentukan untung atau rugi dan berapa besarnya dan terbukti AY dapat menentukan keuntungan dan menghitung besarnya untung tersebut dan AY dapat menjelaskan cara yang dia pakai dan hal ini diperjelas dengan wawancara terhadap AY, sehingga AY dapat menentukan besarnya untung Pada permasalahan c (Level Relasional), AY diminta untuk menentukan untung atau rugi dan berapa besarnya dan terbukti AY dapat menentukan keuntungan dan menghitung besarnya untung tersebut dan AY dapat menjelaskan cara yang dia pakai dan hal ini diperjelas dengan wawancara terhadap AY, sehingga AY dapat menentukan besarnya untung

  Pada permasalahan d (Level Abstrak di Perluas), AY diminta untuk menghitung besarnya keuntungan yang diketahui dalam soal dan AY tidak dapat menentukan besarnya keuntungan yang diinginkan karena dia salah dalam perhitungan dan kurang memahami maksut dari soal. Sehingga didapatkan suatu kesimpulan bahwa AY tidak dapat memenuhi indikator abstrak di perluas karena subjek tidak dapat menghubungkan konsep diluar itu sehingga tidak didapat suatu kesimpulan yang tepat.

  Berdasarkan penjelasan di atas, maka subjek berkemampuan matematika tinggi (AY) dalam memecahkan masalah aritmatika berdasarkan taksomomi solo hanya mampu mencapai Level unistruktural sampai level relasional.

4.2 Siswa Kategori Sedang

  Berdasarkan pekerjaan subjek diketahui bahwa subjek RN dapat menuliskan semua jawaban yang ditanyakan dalam soal. RN dapat memenuhi indikator tingkat prastruktural karena mampu mengerjakan soal yang diberikan dengan tepat. Pada permasalahan a (Level Unistruktural) sampai d walaupun pada saat diwawancara RN mengaku ada bagian yang lupa. Tapi kenyataannya dalam hal ini RN dapat menuliskan jawaban dan mampu menjelaskan mengapa jawabannya bisa seperti itu. Hal itu dibuktikan dengan jawaban RN pada saat mengerjakan permasalahan a. RN menuliskan jawabannya sesuai dengan konteks soal yaitu menentukan harga beli 2 buku tulis. Hal ini berarti RN dapat memenuhi indikator tingkat unistruktural yaitu dapat menggunakan sebuah informasi yang tersedia dalam soal untuk mendapatkan penyelesaiannya.

  Pada permasalahan b (Level Multistruktural), RN diminta untuk menentukan harga keseluruhan dari pembelian 5 lusin buku tulis dan RN dapat menuliskan hasil jawabannya dengan tepat. Sehingga dapat dikatakan RN mampu mencapai tingkat multistruktural karena dapat memenuhi indikator yang terdapat pada tingkat multistruktural yaitu dia dapat menggunakan lebih dari satu informasi untuk mendapatkan penyelesaian yaitu dengan cara dia menghitung jumlah semua buku dan kemudian dikalikan dengan harga per buku.

  Pada permasalahan c (Level Relasional), RN diminta untuk menentukan untung atau rugi dan berapa besarnya namun pada saat wawancara dengan RN dia merasa tidak yakin dengan jawabannya dan dia juga bisa menjelaskan mengapa menuliskan jawaban seperti itu. RN belum mampu menghubungkan pada permasalahan soal sebelumnya dan kurang tepat menuliskan kesimpulan. Dapat dikatakan RN belum mampu memenuhi indikator relasional yaitu dapat menghubungkan berbagai informasi untuk mendapatkan jawaban sehingga dapat menarik suatu kesimpulan yang relevan.

  Pada permasalahan d (Level Abstrak Diperluas), RN kurang teliti dalam membaca soal dan perintah permasalahan d, dimana RN diminta untuk menentukan besarnya keuntungan yang diinginkan namun RN masih kurang teliti dan kurang cermat dalam perhitungan, Pada permasalahan d (Level Abstrak Diperluas), RN kurang teliti dalam membaca soal dan perintah permasalahan d, dimana RN diminta untuk menentukan besarnya keuntungan yang diinginkan namun RN masih kurang teliti dan kurang cermat dalam perhitungan,

  Berdasarkan penjelasan di atas, maka subjek berkemampuan matematika sedang (RN) dalam memecahkan masalah aritmatika berdasarkan taksomomi solo hanya mampu mencapai Level unistruktural sampai level multistruktural.

4.3 Siswa Kategori Rendah

  Pada permasalahan a (Level Unistruktural), EK diminta untuk menentukan harga beli 2 buku tulis. EK menuliskan jawabannya namun dia tidak menggunakan informasi langsung dari soal untuk meperoleh jawaban akhir, sehingga menyebabkan jawabannya EK tidak sesuai yang diharapkan. Dapat dikatakan EK belum mampu memenuhi indikator soal tingkat unistruktural yaitu menggunakan sebuah informasi yang tersedia dalam soal untuk mendapatkan penyelesaian.

  Pada permasalahan b (Level Multistruktural), EK diminta menentukan harga keseluruhan buku tulis. EK tidak dapat menggunakan dua informasi dari soal sehingga jawaban yang dia tuliskan menjadi kurang tepat. Dapat dikatakan EK belum mampu memenuhi indikator soal tingkat multistruktural karena belum mampu menggunakan informasi dalam soal untuk dapat memecahkan masalah.

  Pada permasalahan c (Level Relasional), EK diminta menentukan harga keseluruhan buku tulis. EK menuliskan jawabannya harga beli dan harga jual kemudian menarik kesimpulan. EK dapat berpikir dengan menggunakan dua penggal informasi atau lebih dari soal yang diberikan tetapi tidak dapat menghubungkan informasi-informasi tersebut karena tidak menghitung harga beli dengan benar. Sehingga, kesimpulan yang EK tuliskan belum sesuai dengan yang diharapkan. Dapat dikatakan EK belum mampu memenuhi indikator soal tingkat relasional karena belum mampu menghubungkan informasi-informasi dan kesimpulan tidak relevan.

  Pada permasalahan d (Level Abstrak diperluas), EK diminta untuk menghitung besarnya keuntungan sekian persen. EK tidak dapat menghubungkan informasi-informasi dari soal dengan benar karena tidak menghitung dulu harga pembelian tetapi langsung dikalikan dengan harga penjualan, sehingga jawaban yang EK tuliskan belum sesuai dengan yang diharapkan. Dapat dikatakan EK belum mampu memenuhi indikator soal tingkat abstrak diperluas karena belum mampu berpikir secara konseptual.

  Berdasarkan penjelasan di atas, maka subjek berkemampuan matematika rendah (EK) dalam memecahkan masalah aritmatika sosial berdasarkan taksomomi solo tidak ada yang sesuai dengan indikator soal pada taksonomi solo sehingga subjek hanya berada pada level prastruktural karena jawaban subjek tidak sesuai dengan yang diharapkan.

PENUTUP

  Berdasarkan tujuan penelitian dan analisis data yang telah dilakukan peneliti mengenai kemampuan matematika siswa dalam memecahkan masalah di kelas VIII SMP ditinjau dari taksonomi SOLO, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

  1. Siswa Berkemampuan Matematika Tinggi

  Dari keterpenuhan indikator level kemampuan taksonomi SOLO siswa berkemampuan matematika tinggi dalam memecahkan masalah aritmatika sosial pada saat mengerjakan siswa hanya dapat memenuhi indikator level unistruktural, level multistruktural, dan level relasional, maka dapat disimpulkan bahwa siswa berkemampuan matematika tinggi mampu mengerjakan sampai dengan level relasional.

  2. Siswa Berkemampuan Matematika Sedang

  Dari keterpenuhan indikator level kemampuan taksonomi SOLO siswa berkemampuan matematika sedang dalam memecahkan masalah aritmatika sosial pada saat mengerjakan siswa hanya dapat memenuhi indikator level unistruktural dan level multistruktural, maka dapat disimpulkan bahwa siswa berkemampuan matematika sedang hanya mampu mengerjakan sampai dengan level multistruktural saja.

  3. Siswa Berkemampuan Matematika Rendah

  Dari keterpenuhan indikator level kemampuan taksonomi SOLO siswa berkemampuan matematika rendah dalam memecahkan masalah aritmatika sosial pada saat mengerjakan siswa tidak sesuai dengan indikator soal pada level Taksonomi SOLO sehingga menyebabkan jawabannya tidak sesuai dengan yang diharapkan, maka dapat disimpulkan bahwa siswa berkemampuan matematika rendah berada pada level prastruktural.

SARAN

  Berdasarkan penelitian mengenai deskripsi kemampuan siswa kelas VIII SMP dalam memecahkan masalah pada materi aritmatika sosial ditinjau dari Taksonomi SOLO, maka didapatkan beberapa saran sebagai berikut:

  1. Kepada peneliti selanjutnya, disarankan jika ada satu atau lebih subjek yang belum

  memenuhi tingkatan level berdasarkan Taksonomi SOLO agar bertanya kepada subjek tersebut agar benar-benar dapat mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.

  2. Kepada guru, disarankan untuk mengasah kemampuan pemecahan masalah matematika

  siswa dengan memperbanyak latihan mengerjakan soal-soal pemecahan masalah yang berhubungan dengan soal uraian sehingga bisa meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.

  3. Kriteria pertanyaan dalam tes pemecahan masalah lebih runtut sesuai dengan tingkat

  pertanyaan berdasarkan taksonomi SOLO yaitu unistruktural, multistruktural, relasional, dan abstrak yang diperluas.

DAFTAR PUSTAKA

  Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian. Jakarta: RINEKA CIPTA Biggs J. And Collis, K.F. 1982. Evaluating the Quality of Learning. The SOLO Taxonomy.

  New York:Academic Press. Biggs, J. 2011. Biggs’Structure of The Observed Learning Outcome (SOLO) Taxonomy.

  http:ebookbrowse.combiggs-solo-pdf-d2294438393 diakses pada tanggal 20 Agustus 2016 pukul 10.00 WIB

  Depdiknas.2006. Peraturan menteri pendidikan nasional republik indonesia tentang standar

  isi dan standar kompetensi lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah (Permen No.22 tahun 2006). Jakarta : Depdiknas

  Fitra Rizki, dkk. (2015). Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Berdasarkan

  Taksonomi SOLO pada Sub Pokok Bahasan Balok Siswa Kelas VIII-H SMP Negeri 7 Jember. 1(1). 2015: Artikel Ilmiah Mahasiswa. 1-7

  tersedia dalam

  https:hasanahworld.wordpress.comtagtaksonomi-solo diakses Rabu, 26 Oktober 2016 Pukul 10.30 WIB

  Hattie, J.A.C., Brown, G.T.L. (2004) : Cognitive processes in asTTle: The SOLO

  taxonomy. asTTle Technical Report, University of AucklandMinistry of Education. Miles, Matthew B. A. Michael Huberman, (2009) Analisis Data Kualitatif, Jakarta : UI-

  Press NCTM.2000. Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics. Reston. VA:

  National Council of Teachers of Mathematics Oktarina Puspita Wardani. (2012). Pengembangan Perangkat Evaluasi Berdasarkan

  Taksonomi The Structure Of Observed Learning Outcome (SOLO) Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kompetensi Membaca Peserta Didik Kelas X SMA. 1(2), 2012: Universitas Negeri Semarang.

  Santrock, John W. 2010. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Sugiyono. (2012) : Memahami Penelitian Kualitatif (Cetakan Ketujuh). Bandung : Alfabeta.

  Suherman, Erman. (2008) : Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung :

  JICA.UPI Suparno, Paul. (2001) : Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget, Kanisius: Yogyakarta. Winarti, Titi W. 2011. Profil Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Kelas VIII

  Berdasarkan Taksonomi SOLO Dilihat Dari Perbedaan Kemampuan Matematika dan Perbedaan Gender. 2011 : Surabaya

DESKRIPSI KEMAMPUAN SISWA KELAS VIII SMP DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA MATERI ARITMATIKA SOSIAL DITINJAU DARI TAKSONOMI SOLO

  1 Ika Wahyu Astiyana 2 , Novisita Ratu Program Studi S1 Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

  Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Jl. Diponegoro 52-60 Salatiga 50711 Indonesia Email : 202013062student.uksw.edu

  ABSTRAK

  Aritmatika sosial merupakan salah satu materi di SMP yang berkaitan dengan pemecahan masalah. Pada kegiatan pembelajaran tersebut, kebanyakan guru selalu memberikan contoh bagaimana memecahkan suatu masalah, dan kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berusaha menemukan sendiri penyelesaiannya, padahal setiap siswa memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah dengan cara yang berbeda-beda. Salah satu cara untuk mendeskripsikan kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah yaitu dengan Taksonomi SOLO yang terdiri dari lima level yang berbeda yaitu prastruktural, unistruktural, multistruktural, relasional, dan abstrak diperluas. Penelitian Aritmatika sosial merupakan salah satu materi di SMP yang berkaitan dengan pemecahan masalah. Pada kegiatan pembelajaran tersebut, kebanyakan guru selalu memberikan contoh bagaimana memecahkan suatu masalah, dan kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berusaha menemukan sendiri penyelesaiannya, padahal setiap siswa memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah dengan cara yang berbeda-beda. Salah satu cara untuk mendeskripsikan kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah yaitu dengan Taksonomi SOLO yang terdiri dari lima level yang berbeda yaitu prastruktural, unistruktural, multistruktural, relasional, dan abstrak diperluas. Penelitian

  

  Kata Kunci : Kemampuan matematika, pemecahan masalah, aritmatika sosial, taksonomi SOLO.

PENDAHULUAN

  Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang menduduki peranan penting dalam dunia pendidikan. Tujuan utama dalam proses pembelajaran matematika adalah untuk meningkatkan kemampuan matematis siswa (Suherman, 2008). National Council of Teachers Mathematics (NCTM, 2000) menetapkan lima standar kemampuan matematis yang harus dimiliki siswa, yaitu kemampuan pemecahan masalah, kemampuan komunikasi, kemampuan koneksi, kemampuan penalaran, dan kemampuan representasi. Kemampuan pemecahan masalah adalah salah satu kompetensi yang harus dicapai siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran matematika (Permendiknas No. 22 Tahun 2006). Kemampuan memecahkan masalah matematika akan diperoleh siswa dengan baik apabila dalam pembelajaran terjadi komunikasi antara guru dan siswa atau antar siswa yang merangsang terciptanya partisipasi (Winarti, 2011:2). Akan tetapi, guru dalam memberikan contoh bagaimana menyelesaikan suatu masalah, kurang memberi kesempatan kepada siswa untuk berusaha menemukan sendiri cara penyelesaiannya, sehingga siswa menjadi kurang kreatif dan akibatnya siswa hanya mampu menyelesaikan suatu masalah bila telah diberikan contoh oleh guru (Nurannisa, 2013).

  Dalam menyelesaikan masalah matematika dibutuhkan proses berpikir. Menurut Hudojo (dalam Suparni, 2001:29-30) seseorang dikatakan berpikir apabila orang itu melakukan kegiatan seperti mengingat, mensimbolkan, memecahkan masalah, dan menciptakan merupakan suatu proses untuk mencapai pengetahuan yang disebut dengan kognitif. Pemecahan masalah adalah suatu proses kognitif dalam mencari solusi atau cara penyelesaian yang tepat untuk mencapai tujuan (Santrock, 2010). Untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah perlu dikembangkan keterampilan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh (Depdiknas, 2006:1). Dalam pembelajaran matematika, salah satu pokok bahasan yang terkait dengan pemecahan masalah dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari adalah aritmatika sosial. Materi ini sebenarnya bukan merupakan materi baru bagi siswa SMP, karena dasar-dasar materi tersebut telah dipelajari di tingkat SD. Aritmatika sosial merupakan bagian dari matematika yang membahas tentang perhitungan keuangan dalam perdagangan dan kehidupan sehari-hari beserta aspek-aspeknya. Materi aritmatika sosial lebih menekankan pada kemampuan siswa dalam memahami konsep matematika kontektual yang menggambarkan kehidupan sehari-hari.

  Biggs dan Collis (1982) menjelaskan bahwa tiap tahap kognitif terdapat respon yang sama dan makin meningkat dari yang sederhana sampai yang abstrak. Teori mereka dikenal dengan Structure of The Observed Learning Outcomes (SOLO) yaitu struktur dari hasil belajar yang diamati. Taksonomi SOLO digunakan untuk mengklasifikasikan kemampuan siswa dalam merespon suatu masalah menjadi lima level berbeda yaitu prastruktural, unistruktural, multistruktural, relasional, dan abstrak diperluas. Siswa pada level prastruktural adalah level dimana siswa hanya memiliki sedikit sekali informasi yang tidak berhubungan satu dengan yang lainnya dan tidak membentuk satu kesatuan konsep serta tidak memiliki makna yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Level unistruktural adalah tingkatan dimana siswa memiliki hubungan yang jelas dan cukup sederhana mengenai keterkaitan satu konsep dengan konsep yang lainnya akan tetapi inti dari konsep ini belum seberapa detail dipahami. Level multistruktural siswa sudah memahami beberapa hal atau komponen dari materi jika melakukan pembelajaran tetapi belum tertata dengan baik dan rapi sehingga masih terpisah satu dengan yang lainnya dan masih belum bisa terbentuk pemahaman yang cukup baik. Tahapan ini dapat disimpulkan dengan pemahaman yang siswa miliki kemampuan untuk merespon dengan baik tetapi respon yang diberikan belum tersusun dan belum menemui hubungan yang tepat antara satu dengan yang lainnya. Level relasional siswa dapat menghubungkan antara fakta dengan teori serta tindakan dan tujuan. Tahapan ini dapat disimpulkan dengan kemampuan siswa untuk membandingkan, membedakan, menjelaskan hubungan sebab akibat, menggabungkan, mengaplikasikan, dan menghubungkan. Level abstrak diperluas siswa melakukan penghubungan tidak hanya konsep yang didapat melainkan hubungan konsep diluar itu. Dapat disimpulkan dalam tahapan ini siswa sudah menguasai materi dan memahami soal yang di berikan dengan sangat baik sehingga siswa sudah mampu untuk merealisasikan ke konsep yang sudah ada.

  Pada penelitian ini, penyusunan masing-masing level pertanyaan pada setiap soal menggunakan kriteria soal berdasarkan Taksonomi SOLO yang dikemukakan oleh Collis adalah sebagai berikut: 1) Pertanyaan Unistruktural adalah pertanyaan yang menggunakan sebuah informasi yang jelas dan langsung dari soal, 2) Pertanyaan Multistruktural adalah pertanyaan yang menggunakan dua informasi atau lebih dan terpisah yang termuat dalam soal, 3) Pertanyaan Relasional adalah pertanyaan yang menggunakan suatu pemahaman terpadu dari dua informasi atau lebih yang termuat dalam soal, 4) Pertanyaan Abstrak diperluas adalah pertanyaan yang menggunakan prinsip umum yang abstrak atau hipotesis yang diturunkan dari informasi dalam soal atau yang disarankan oleh informasi dalam soal.

  Menurut Oktarina (2012) model taksonomi ini dipandang sangat menarik untuk diaplikasikan dalam pembelajaran di sekolah, karena menuntut kemampuan peserta didik memberikan beberapa alternatif jawaban atau penyelesaian serta mampu mengaitkan beberapa jawaban atau penyelesaian tersebut. Taksonomi ini memberikan peluang pada peserta didik untuk selalu berpikir alternatif (kemampuan pada level multistruktural), membandingkan antara suatu alternatif dengan alternatif yang lain (kemampuan pada level relasional), serta memberikan peluang pada peserta didik untuk mampu memberikan suatu yang baru dan berbeda dari biasanya (kemampuan pada level extended abstract). Taksonomi SOLO diaplikasi secara menarik dalam memberikan beberapa alternatif jawaban atau penyelesaian yang berkaitan.

  Berdasarkan uraian di atas, maka perlu diadakan penelitian untuk mendeskripsikan kemampuan siswa kelas VIII SMP di tinjau dari Taksonomi SOLO. Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian dengan judul “Deskripsi Kemampuan Siswa Kelas VIII SMP Dalam Memecahkan Masalah Pada Materi Aritmatika Sosial Ditinjau Dari Taksonomi Solo. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan kemampuan siswa kelas VIII SMP dalam memecahkan masalah pada materi aritmatika sosial ditinjau dari taksonomi solo.

METODE PENELITIAN

  Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Melalui metode ini, peneliti menggambarkan dan menganalisis secara detail mengenai pemecahan masalah siswa dalam menyelesaikan soal aritmatika sosial dengan perbedaan kemampuan matematika siswa yang ditinjau dengan Taksonomi SOLO.

Dokumen yang terkait

AN ANALYSIS OF GRAMMATICAL ERRORS IN WRITING DESCRIPTIVE PARAGRAPH MADE BY THE SECOND YEAR STUDENTS OF SMP MUHAMMADIYAH 06 DAU MALANG

44 306 18

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Diskriminasi Perempuan Muslim dalam Implementasi Civil Right Act 1964 di Amerika Serikat

3 55 15