Pengaruh Good Corporate Governance Ukura

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Pada era globalisasi ini Corporate Social Responsibility (CSR) atau disebut
pertanggungjawaban sosial sedang marak dibicarakan banyak kalangan.
Corporate Social Responsibilty (CSR) merupakan suatu elemen yang penting
dalam kerangka sustainability, yang mencakup aspek ekonomi, lingkungan
dan sosial budaya. Dalam wikipedia (2015) menjelaskan bahwa Tanggung
jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) adalah
suatu konsep bahwa organisasi, khususnya (namun bukan hanya) perusahaan
adalah memiliki berbagai bentuk tanggung jawab terhadap seluruh pemangku
kepentingannya, yang di antaranya adalah konsumen, karyawan, pemegang
saham, komunitas dan lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan
yang mencakup aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Konsep Corporate
Social Responsibilty (CSR) dapat diartikan sebagai sebagai komitmen
perusahaan dalam menjaga keharmonisan dengan lingkungan sosial di sekitar
tempatnya berusaha dan tidak hanya berupaya mencari keuntungan dalam
menjalankan bisnisnya.
Perkembangan CSR tidak hanya berada pada ekonomi kovensional, tetapi
juga berkembang pada ekonomi Islam. Perkembangan ini juga berpengaruh

terhadap lembaga atau institusi yang berbasis syariah. Perbankan syariah di
Indonesia berkembang sangat pesat dari tahun ketahun. Hal ini dapat

dibuktikan dengan progres perkembangan perbankan syariah yang impresif,
yang mencapai rata-rata pertumbuhan aset lebih dari 65% pertahun dalam
lima tahun terakhir menurut Otoritas Jasa keuangan (2014). Dengan
berkembangnya perbankan syariah maka meningkatkan perhatian masyrakat
dalam hal pengungkapan tanggung jawab sosial yang sesuai dengan
perspektif islam.
Fitria dan Hartanti (2010) menyatakan bahwa indeks Islamic Social reporting
(ISR) diyakini dapat menjadi pijakan awal dalam hal standar pengungkapan
CSR yang sesuai dengan perspektif Islam. ISR pertama kali dikemukakan
oleh Haniffa (2002) lalu dikembangkan secara lebih ekstensif oleh Othman et
al. (2009) di Malaysia.
Pengungkapan ISR adalah hal yang wajib dilakukan oleh institusi bisnis yang
berbasis syariah, menimbang bahwa pengungkapan CSR pada bank
konvesional merupakan suatu kewajiban sesuai dengan Undang Undang No.
40 tahun 2007 pasal 74 tentang perseroan terbatas (PT) yang berkaitan
dengankewajiban perusahaan yang menjalankan usahanya dibidang atau yang
berkaitan dengan sumber daya alam untuk melaksanakan tanggung jawab

sosial dan lingkungan. Oleh karena itu perbankan syariah harus
mengungkapkan ISR yang sesuai dengan prinsip-prinsip islam.
Pengungkapan ISR dipengaruhi oleh beberapa faktor. F aktor yang diduga
mempengaruhi ISR adalah elemen GCG yaitu ukuran dewan komisaris dan
ukuran dewan pengawas, ukuran perusahaan, dan profitabilitas.

Oleh karena itu, penelitian ini akan mengkaji “PENGARUH GOOD
CORPORATE GOVERNANCE (GCG), UKURAN PERUSAHAAN, DAN
PROFITABILITAS TERHADAP PENGUNGKAPAN ISLAMIC SOCIAL
REPORTING (ISR) PADA PERBANKAN UMUM SYARIAH DI
INDONESIA TAHUN 2010-3013”.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1.

Apakah ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap pengungkapan
Islamic Social reporting (ISR)?


2.

Apakah ukuran dewan pengawas berpengaruh terhadap pengungkapan
Islamic Social reporting (ISR)?

3.

Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan Islamic
Social reporting (ISR)?

4.

Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap pengungkapan Islamic
Social reporting (ISR)?

1.3 Tujuan dan Manfaat penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1.


Mengetahui apakah ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap
pengungkapan Islamic Social reporting (ISR)?

2.

Mengetahui apakah dewan pengawas berpengaruh terhadap
pengungkapan Islamic Social reporting (ISR)?

3.

Mengetahui apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap
pengungkapan Islamic Social reporting (ISR)?

4.

Mengetahui apakah profitabilitas berpengaruh terhadap
pengungkapan Islamic Social reporting (ISR)?

1.3.2 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi:

1. Bagi perusahaan: diharapkan penelitian ini dapat meningkatkan
kinerja perusahaan di masa yang akan datang, sehingga dapat
meningkatkan tanggung jawab sosial di luar perusahaan.
2. Bagi universitas dan mahasiswa: diharapkan penelitian ini dapat
menjadi bahan bacaan dan refernsi untuk penelitian selanjutnya.

BAB II
Tinjauan Pustaka

2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Legitimasi
Legitimasi diartikan sebagai seberapa jauh masyarakat mau menerima
dan mengakui kewenangan, keputusan atau kebijakan yang diterapkan
oleh suatu organisasi atau perusahaan. Legitimasi merupakan hal yang
penting bagi organisasi karena legitimasi mengandung batasan berupa
norma-norma dan nilai-nilai sosial serta reaksinya sehingga mendorong
organisasi agar berperilaku dengan memperhatikan nilai-nilai sosial di
lingkungan perusahaan.
Ghozali dan Chariri (2007) mengungkapkan definisi teori legitimasi
sebagai suatu kondisi atau status, yang ada ketika suatu sistem nilai

perusahaan sejalan dengan sistem nilai dari sistem sosial yang lebih
besar di mana perusahaan merupakan bagiannya.
Dalam rangka mengembangkan perusahaan kedepannya faktor yang
harus diperhatikan diantaranya adalah legitimasi masyarakat. Teori ini
menganjurkan perusahaan agar dalam aktivitas dan kinerja perusahaan
yang bertujuan utuk mengembangkan perusahaan bertanggung jawab
terhadap sosial dan dapat diterima oleh masyrakat. Perusahaan tidak

dapat menutup diri dari lingkungan sekitarnya, perusahaan harus
memposisikan diri dengan lingkungan masyarakat sekitar.
Dapat didefinisikan bahwa legitimasi adalah suatu bentuk tanggung
jawab perusahaan yang berorientasi pada keberpihakan terhadap
masyarakat (society), pemerintah, individu, dan kelompok masyarakat.
Untuk itu, sebagai suatu sistem mengedepankan keberpihakan kepada
society, operasi perusahaan harus bertanggung jawab terhadap
lingkungan sekitar dan berpihak sesuai dengan harapan masyarakat.
Septi (2012;12) Teori legitimasi telah menjadi salah satu teori yang
paling sering digunakan terutama ketika berkaitan dengan wilayah
sosial dan akuntansi lingkungan meskipun masih terdapat pesimisme
yang kuat yang dikemukakan oleh banyak peneliti, teori ini telah

menawarkan sudut pandang yang nyata mengenai pengakuan sebuah
perusahaan secara sukarela oleh masyarakat.

2.1.2 Corporate Social Responsibility (CSR) dan Pengungkapan Islamic
Social Reporting (ISR)
Daniri(2008) mendefinisikan CSR sebagai tanggung jawab moral suatu
perusahaan terhadap para strategi stakeholdersnya, terutama komunitas
atau masyarakat disekitar wilayah kerja dan operasinya.
Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan suatu pelaporan
sukarela oleh perusahaan yang diungkapkan dalam laporan tahunan
perusahaan. Saat ini CSR bukan lagi sebagai suatu pelaporan sukarela

namun sebagai kewajiban bagi perusahaan yang harus diungkapkan
perusahaan dalam rangka tanggung jawab sosial terhadap masyarakat
dan lingkungan.
Kewajiban pengungkapan CSR di Indonesia telah diatur dalam
beberapa regulasi, antara lain pernyataan Ikatan Akuntan Indonesia
(IAI) yang menyarankan perusahaan agar mengungkapkan tanggung
jawab mengenai sosial dan lingkungan sebagaimana dituangkan dalam
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) nomor 1 (Revisi

1998) Paragraf kesembilan:
“Perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti
laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah
(added value statement), khususnya bagi industri dimana faktorfaktor lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi
industri yang menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna
laporan yang memegang peranan penting.”
Daniri (2008) menyatakan bahwa tanggung jawab perusahaan harus
berpijak pada triple bottom line yaitu selain aspek finansial juga aspek
sosial dan lingkungan. Perusahaan tidak hanya berfokus pada
keuntungan atau laba tetapi juga harus memperhatikan dampak terhadap
masyarakat dan juga terhadap lingkungan.
Di Indonesia CSR telah berkembang dengan pesat baik itu dalam
lingkup perusahaan manufaktur, perusahaan pertambangan, maupun

perbankan. Dalam perbankan syariah yang merupakan suatu organisasi
yang menjalankan bisnisnya berlandaskan prinsip islam juga memiliki
konsep CSR.
Islamic Social Reporting (ISR) diartikan sebagai suatu konsep tanggung
jawab sosial dimana konsep ini menekankan prinsip syariah yang
merupakan salah satu prinsip yang ada dalam agama islam sebagai

landasannya. Siwar dan Hossain (2009) menyatakan bahwa landasan
dasar dari agama Islam adalah aqidah (belief and faith), ibadah
(worship), dan akhlaq (morality and ethics).
IslamicSocial Reporting (ISR) merupakan perluasan dari pelaporan
sosial yang tidakhanya berupa keinginan besar dari seluruh masyarakat
terhadap perananperusahaan dalam ekonomi melainkan berkaitan
dengan perspektif spiritual (Haniffa,2002).
Pemerintah telah mengeluarkan beberapa regulasi menanggapi
perkambangan CSR pada perbankan syariah yang semakin pesar,
diantaranya adalah UU No. 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah.
Pada pasal 4 ayat (1) dinyatakan bahwa bank syariah dan Unit Usaha
Syariah (UUS) wajib menjalankan fungsi menghimpun dan
menyalurkan dana masyarakat. Selanjutnya ayat (2) dijelaskan bahwa
bank syariah dan UUS dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk
lembaga baitul mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak,
sedekah, hibah atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya kepada
organisasi pengelola zakat. Kemudian pada ayat (3) disebutkan bahwa

bank syariah dan UUS dapat menghimpun dana sosial yang berasal dari
wakaf uang dan menyalurkannya kepada pegelola wakaf (nazir) sesuai

dengan kehendak pemberi wakaf (wakif).
Indeks ISR merupakan suatu indikator dalam pengungkapan dalam
pelaporan kinerja institusi bisnis syariah. Haniffa (2002) membuat
enam tema pengungkapan indeks ISR, yaitu tema pendanaan dan
investasi (Finance and Investment Theme), tema produk dan jasa
(Product And Service Theme), tema karyawan (Employee Theme), tema
masyarakat (Society Theme), tema lingkungan hidup (Environtment
Theme), dan tema tata kelola persahaan (Corporate Governance
Theme), yang kemudian dibagi kembali menjadi 42 sub-tema
(Rizkiningsih: 2012).
Scoring indeks ISR dalam penelitian ini menggunakan metode content
analysis tanpa pembobotan. Masing-masing item pengungkapan
memiliki nilai 1 atau 0. Nilai 1 akan diberikan apabila item pada ISR
terdapat dalam data perusahaan dan nilai 0 akan diberikan apabila
sebaliknya. Nilai-nilai tersebut kemudian dijumlahkan baik menurut
masing-masing tema maupun secara keseluruhan.. Berikut rumus untuk
menghitung besarnya disclosure level setelah scoring pada indeks ISR
selesai dilakukan.
Disclosure Level = Jumlah skor disclosure yang dipenuhi
Jumlah skor maksimum


2.1.3 Good Corporate Governance (GCG)
Good Corporate Governance (GCG) adalah suatu tata kelola
perusahaan yang Corporate Governance timbul karena kepentingan
perusahaan untuk memastikan kepada pihak penyandang dana
(principal/investor) bahwa dana yang ditanamkan digunakan secara
tepat dan efisien. Corporate Governance timbul karena kepentingan
perusahaan untuk memastikan kepada pihak penyandang dana
(principal/investor) bahwa dana yang ditanamkan digunakan secara
tepat dan efisien (Setyapurnama dan Norpratiwi; 2007).
Inti dari kebijakan tata kelola perusahaan atau GCG adalah agar pihakpihak yang berperan dalam menjalankan perusahaan memahami dan
menjalankan fungsi dan peran sesuai wewenang dan tanggung jawab.
Pihak yang berperan meliputi pemegang saham, dewan komisaris,
komite, direksi, pimpinan unit dan karyawan.
GCG dalam syariah diatup dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI)
No.11/33/PBI/2009 tentang Pelaksanaan GCG bagi bank umum syariah
dan unit usaha syariah, Good Corporate Governance yang selanjutnya
disebut GCG adalah suatu tata kelola Bank yang menerapkan prinsipprinsip keterbukaan (transparency), akuntabilitas (accountability),
pertanggungjawaban (responsibility), profesional (professional), dan
kewajaran (fairness). Dalam pelaksanaan GCG bagi Bank Umum
Syariah (BUS) paling kurang diwujudkan dalam:

1. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris dan
Direksi.
2. Kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite-komite dan satuan
kerja yang menjalankan fungsi pengendalian intern BUS.
3. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah
(DPS).
4. Penerapan fungsi kepatuhan, audit intern dan audit ekstern.
5. Batas maksimum penyaluran dana
6. Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan BUS.

2.1.4 Ukuran Perusahaan (Size)
Ferry dan Jones (dalam Sujianto, 2001), mengemukakan bahwa ukuran
perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang
ditunjukkan oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata–rata total
penjualan dan rata–rata total aktiva. Dengan kata lain, ukuran
perusahaan merupakan ukuran atau besarnya asset yang dimiliki oleh
perusahaan.
Cowen et al (1987) dalam Sembiring (2003) menyatakan bahwa
perusahaan yang lebih besar mungkin akan memiliki pemegang saham
yang memperhatikan program sosial yang dibuat perusahaan dalam
laporan tahunan, yang merupakan media untuk menyebarkan informasi
tentang tanggung jawab sosial keuangan perusahaan.

Perusahaan dengan skala yang lebih besar berpotensi untuk
mengungkapkan laporan tanggung jawab dengan kualitas yang lebih
tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang berskala kecil. Hal ini
disebabkan karena perusahaan memiliki keterbatasan kesediaan sumber
daya dan dana yang cukup besar dalam laporan tahunan. Seorang
menajeman khawatir apabila dengan adanya pengungkapan yang lebih
banyak akan membahayakan posisi perusahaan terhadap kompetitor
lain. Ketersediaan sumber daya dan dana membuat perusahaan merasa
perlu membiayai penyediaan informasi untuk pertanggungjawaban
sosialnya.
Francis (1986), Grubber dan Elton (1995) serta Fama dan French
(1995) dalam Panjaitan, dkk (2004) berpendapat bahwa perusahaan
yang mempunyai nilai skala kecil cenderung kurang menguntungkan
dibandingkan dengan perusahaan yang berskala besar. Perusahaan kecil
hanya memiliki faktor-faktor pendukung untuk memproduksi barang
dengan jumlah terbatas. Oleh karena itu, perusahaan yang berskala kecil
mempunyai risiko yang lebih besar daripada perusahaan besar.
Seperti telah dipaparkan bahwa ukuran perusahaan merupakan ukuran
atau besarnya aset yang dimiliki oleh perusahaan, maka dalam
penelitian ini ukuran perusahaan dihitung dengan melihat besarnya total
aset yang dimiliki perusahaan.

2.1.5 Profitabilitas
Profit adalah suatu keuntungan atau laba sebenarnya yang sudah
terealisasi. Sedangkan Profitablitas merupakan kemampuan dalam
memperoleh laba yang diukur dalam persentase yang digunakan untuk
menilai sejauh mana perusahaan mampu menghasilkan laba pada
tingkat yang dapat diterima.
Angka profitabilitas dinyatakan antara lain dalam angka laba sebelum
atau sesudah pajak, laba investasi, pendapatan per saham, dan laba
penjualan. Nilai profitabilitas menjadi norma ukuran bagi kesehatan
perusahaan
Semakin tinggi tingkat profitabilitas suatu perusahaan maka semakin
besar pula tanggung jawab perusahaan dalam mengungkapkan laporan
tanggung jawab sosial. Hubungan antara pengungkapan tanggung
jawab sosial perusahaan dan profitabilitas perusahaan telah diyakini
mencerminkan pandangan bahwa reaksi sosial memerlukan gaya
manajerial yang dilakukan oleh pihak manajemen untuk membuat suatu
perusahaan memperoleh keuntungan (Bowman dan Haire, 1976 dalam
Sembiring, 2003).

Dalam penelitian ini profitabilitas diukur dengan menggunakan rasio
Return on Equity (ROE), yakni:
ROE = Laba setelah pajak (Earning After Income Tax)
Total Equity

2.2 Kerangka Pemikiran
Variabel Independen

Variabel dependen

Ukuran dewan komisaris

X1
X2
X3

Ukuran dewan pengawas
Ukuran perusahaan

Pengungkapan
Islamic Social
reporting (ISR)
(Y)

Profitabilitas

X4
2.3 Pengembangan Hipotesis
2.3.1 Pengaruh ukuran dewan komisaris terhadap pengungkapan
Islamic Social Reporting (ISR)
Dewan Komisaris merupakan fungsi yang penting dalam institusi bisnis
syariah. Dewan komisaris bertugas mengawasi perusahaan dan
menyampaikan semua informasi kepada stakeholders, termasuk
informasi pengungkapan tanggung jawab sosial. Semakin besar ukuran
dewan komisaris, maka pengawasan akan semakin baik.
Hasil penelitian sebelumnya (Amirul:2013) menunjukan bahwa ukuran
dewan komsiaris berpengaruh positif terhadap pengungkapan ISR pada
pebankan di Indonesia. Maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai
berikut:
H 1 : Ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap
Islamic Social Reporting (ISR)

2.3.2 Pengaruh dewan pengawas terhadap pengungkapan Islamic Social
Reporting (ISR)
Dewan pengawas Syariah mempunyai fungsi untuk mengawasi
jalannya operasional perusahaan agar sesuai dengan prinsip syariah.
Fungsi tersebut antara lain mengawasi kegiatan penyaluran dana zakat,
infak, sedekah yang termasuk bentuk ISR perusahaan. Selain itu
terdapat dana kebajikan (qard) yang dapat dikategorikan sebagai ISR
dan DPS memiliki wewenang untuk mengawasi kegiatan ini.
Chariri (2012) melakukan penelitian mengenai pengaruh Islamic
corporate governance terhadap pengungkapan CSR pada bank syariah
di Asia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Islamic corporate
governance terbukti berpengaruh terhadap pengungkapan CSR pada
bank syariah di Asia. Penelitian ini menunjukkan bahwa DPS memiliki
pengaruh terhadap penggungkapan CSR. Semakin banyak jumlah DPS
maka akan semakin efektif pengawasan terhadap prinsip syariah dan
pengungkapan ISR yang sesuai dengan syariah. Bedasarkan uraian
diatas diajukan hipotesis sebagai berikut:
H 2 : Ukuran dewan pengawas syariah berpengaruh positif
terhadap Islamic Social reporting (ISR)
2.3.3 Pengaruh ukuran perusahaan terhadap pengungkapan Islamic
Social Reporting (ISR)

Ukuran perusahaan merupakan faktor penting dalam pengungkapan
laporan tanggung jawab sosial. Semakin besar ukuran perusahaan maka
semakin tinggi kualitas pengungkapan laporan tanggung jawab sosial,
begitu pula sebaliknya semakin kecil ukuran suatu perusahaan maka
semakin rendah tingkat kualitas pengungkapan pelaporannya.
Penelitian terdahulu Desta Swastiningrum (2012) yang meneliti
Pengaruh Ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage, dan tipe
kepemilikan terhadap Islamic Social responsibility (ISR) menunjukan
hasil bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap ISR.
Berdasarkan fakta yang ada maka diajukan hipotesis sebagai berikut:
H 3 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap Islamic
social reporting (ISR).
2.3.4 Pengaruh profitabilitas terhadap pengungkapan Islamic Social
Reporting (ISR)
Semakin tinggi tingkat profitabilitas suatu perusahaan maka akan
semakin besar pula kewajiban perusahaan tersebut dalam
mengungkapkan laporan tanggung jawab sosial. Profitabilitas dapat
diukurdengan beberapa cara, antara lain ROA, ROE, ROCE, laba per
saham, deviden dalam suatu periode, marjin keuntungan, tingkat
penegmbalian, dan lain-lain.

Penelitian sebelumnya Amalia (2012) menunjukan bahwa profitabilitas
tidak berpengaruh signifikan terhadap ISR. Namun, hasil penelitian
Desta Swastiningrum (2012) dan Priyesta Rizkiningsih (2012)
menunjukan bahwa profitabilitas berpengaruh positif signifikan
terhadap ISR. Maka hipotesis yang diajukan yakni
H 4 : Profitabilitas berpengaruh positif terhadap Islamic Social
reporting (ISR)

2.4 Penelitian Terdahulu
No.

1

Nama

Amalia
Nurul
Raditya
(2012)

Judul penelitian

Analisis FaktorFaktor yang
Mempengaruhi
Tingkat
Pengungkapan
Islamic Social
Reporting (ISR)
pada Perusahaan
yang Masuk Daftar
Efek Syariah
(DES)

Variabel

Hasil

Independen:
Penerbitan
sukuk,
ukuran
perusahaan,
profitabilitas,
jenis industri,
dan
umur
perusahaan.

Penerbitan
sukuk,
jenis industri
dan
umur
perusahaan
terbukti tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap tingkat
pengungkapan
ISR. Sedangkan,
ukuran
perusahaan dan
profitabilitas
berpengaruh
positif terhadap
tingkat
pengungkapan
ISR.

Dependen:
Islamic
Social
Reporting

2

Amirul

Corporate

Independen:

Ukuran dewan

Khoirudin Governance dan
(2013)
Pengungkapan
Islamic Social
Reporting pada
perbankan Syariah di
Indonesia

Ukuran
Dewan
Komisaris
dan Ukuran
Dewan
pengawas
Dependen:
Islamic
Social
Reporting
(ISR)

3

Priyesta
Rizkining
sih (2012)

Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi
pengungkapan ISR:
Studi Empiris pada
Bank Syariah di
Indonesia, Malaysia
dan Negara—Negara
Gulf Cooperation
Council

Independen:
Tekanan
politik dan
pemerintah di
negara
dimana bank
syariah
beroperasi,
rasio populasi
muslim di
negara
tersebut,
islamic
governance
score,
leverage, dan
profitabilitas
bank syariah

komisaris
berpengaruh
positif
signifikan
terhadap
pengungkapan
Islamic Social
Reporting,
sedangkan
Ukuran dewan
pengawas tidak
berpengaruh
terhadap
pengungkapan
Islamic Social
Reporting.
Tekanan politik
dan pemerintah,
rasio populasi
muslim,
leverage, dan
profitabilitias
secara signifikan
mempengaruhi
bank-bank
syariah dalam
mengungkapkan
ISR

Dependen:
Islamic
Social
Reporting
(ISR)
4

Desta
Swastiningrum
(2013)

Pengaruh Ukuran
perusahaan,
profitabilitas,
leverage, dan tipe
kepemilikan
terhadap Islamic

Independen:
Ukuran
perusahaan,
profitabilitas,
leverage, dan
tipe

Ukuran
perusahaan
berpengaruh
positif terhadap
pengungkapan
ISR, sedangkan

Social responsibility
(ISR)
Laporan
tahunanyang
terdapat pada bank
syariah tahun 20112013

kepemilikan
Dependen:
Islamic
Social
Reporting
(ISR)

profitabilitas,
leverage, dan
tipe kepemilikan
tidak
berpengaruh
terhadap
pengungkapan
ISR

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Populasi dan Sampel Penelitian
3.1.1 Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan objek yang tidak seluruhnya diobservasi
tetapi merupakan objek penelitian. Populasi merupakan keseluruhan
unsur-unsur yang memiliki satu atau beberapa karakteristik yang sama.
Dalam penelitian ini, populasi pada penelitian ini adalah semua bank
umum syariah yang ada di Indonesia yang berjumah 11 bank.
3.1.2 Sampel Penelitian
Sampel adalah objek yang diobservasi yang merupakan bagian dari
populasi atau objek penelitian, dengan tujuan memperoleh gambaran
mengenai seluruh objek. Metode dalam pengumpulan sample pada
penelitian ini adalah dengan metode purposive sampling. Kriteria
dalam purposive sampling ini yakni bank umum syariah yang
menerbitkan lapran tahunan tahun 2010-2013 yang dipublikasikan
melalui Bursa Efek Indonesia (BEI) atau melalui website resmi bank
umum syariah terkait.

3.2 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yakni data
yang diperoleh secara tidak langsung atau melalui perantara media, yakni
laporan tahunan perbankan syariah yang diambil baik melalui Bursa Efek
Indonesia (BEI) ataupun melalui laporan tahunan yang dipublikasikan dalam
website perbankan syariah di Indonesia.

3.3 Metode Analisa Data
3.3.1 Analisis statistik deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data
yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standard deviasi, varian,
maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness
(kemencengan distribusi) (Ghozali, 2011).
3.3.2 Uji Normalitas
Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi,
variabel-variabel dependen, variabel independen, dan keduanya
memiliki distribusi yang normal. Pada proses uji normalitas dilakukan
dengan uji statistik dan analisis grafik, yaitu Uji Kolmogorov-Smirnov
dan grafik histogram.
1. Uji Kolmogorov-Smirnov

Uji Kolmogorov-Smirnov merupakan pengujian normalitas dengan
membandingkan distribusi data (yang akan diuji normalitasnya)
dengan distribusi normal baku. Distribusi normal baku adalah data
yang telah ditransformasikan ke dalam bentuk Z-Score dan
diasumsikan normal. Apabila nilai signifikansi di atas 0,05
menunjukkan bahwa tidak terdapat adanya perbedaan yang
signifikan dan jika nilai signifikan bawah 0,05 maka terdapat adanya
perbedaan yang signifikan atau hasil tidak normal sehingga perlu
dilakukan uji grafik histogram untuk mengetahui kemencengan
grafik (ke kanan atau kiri).
2. Grafik Histogram
Grafik histogram membandingkan antara data observasi dengan
distribusi yang mendekati distribusi normal. Adanya uji ini
dapat diketahui apakah data berdistribusi secara normal atau
tidak berdasarkan kemencengan grafik, baik ke kiri ataupun ke
kanan. Selain itu, grafik histogram dapat digunakan untuk
menentukan bentuk transformasi data yang akan digunakan
untuk menormalkan data yang tidak berdistribusi secara normal.

3.3.3 Uji Asumsi Klasik
Untuk menguji hipotesis penelitian ni dengan menggunakan regresi
linier berganda. Sebagai prasyarat regresi linier berganda dilakukan uji
asumsi klasik untuk memastikan bahwa data penelitian valid, tidak bias,

konsisten, dan penaksiran koefisien regresinya bersifat efisien (Ghozali,
2009). Pengujian asumsi klasik meliputi uji multikolinearitas, uji
heterokedastisitas dan uji autokorelasi.
1. Uji Multikolinearitas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya kolerasi antar variabel bebas. Jika
variabel independen saling berkolerasi, maka variabel-variabel ini
tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen
yang nilai korelasi antar variabel independennya sama dengan nol
(Ghozali, 2011).
2. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan
ke pengamat lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika
berbedadisebut Heteroskedastisitas (Ghozali, 2011).
3. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu
model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya), uji
autokorelasi dapat dilakukan dengan menggunakan metode Run
Test. Metode ini digunakan untuk menguji apakah antar residual
terdapat korelasi yang tinggi. Jika antar residual tidak terdapat

hubungan korelasi maka dikatakan bahwa residual adalah acak atau
random. Apabila nilai signifikansinya di bawah 0,05 berarti tedapat
gejala autokorelasi.
3.3.2 Analisis Regresi Berganda
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi
linier berganda (Multiple Linear Regression) dengan alasan bahwa
variabel independennya lebih dari satu. Analisis ini digunakan untuk
menentukan hubungan
antara ISR dengan variabel-variabel independennya Analisis regresi
berganda digunakan untuk mengukur pengaruh atau hubungan variabel
independen dengan variabel independen dengan variabel dependen.
Model persamaan analisis regresi dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Y = α + β1 UDK + β2 UDPS + β3 SIZE + β4 PROFIT + ε

Keterangan:
Y = Pengngkapan ISR yang berdasarkan Islamic Social Reporting
Index
α

= regresi yang diterima

βi

= Parameter yang diestimasi

UDK = Ukuran dewan komisaris
UDPS = Ukuran Dewan Pengawas Syariah
SIZE

= Ukuran Perusahaan, Ln (Asset)

PROFIT = Profitabilitas, ROE
ε

= error term