DASAR PENDIDIKAN KARAKTER berbangsa negara

Pendidikan Karakter adalah upaya dalam rangka membangun karakter (character
building) peserta didik untuk menjadi lebih baik. Sebab, karakter dan kepribadian peserta
didik sangat mudah untuk dibentuk. Secara etimologis karakter dapat dimaknai sesuatu yang
bersifat pembawaan yang mempengaruhi tingkah laku, budi pekerti, tabiat, ataupun perangai.
Sedangkan secara terminologis, karakter dapat dimaknai dengan sifat kejiwaan, akhlak atau
budi pekerti yang menjadi ciri seseorang atau suatu kelompok. Hal ini bertujuan untuk
menciptakan karakter peserta didik yang paripurna, sampai mendekati titik terwujudnya insan
kamil. Namun, bisa diperjelas pada upaya untuk mewujudkan kecerdasan spiritual, emosional,
intelektual, dan estetika.
Menyadari pentingnya karakter, dewasa ini banyak pihak menuntut peningkatan
intensitas dan kualitas pelaksanaan pendidikan karakter pada lembaga pendidikan formal.
Tuntutan tersebut didasarkan pada fenomena sosial yang berkembang, yakni meningkatnya
kenakalan remaja dalam masyarakat, seperti perkelahian massal dan berbagai kasus dekadensi
moral lainnya. Bahkan di kota-kota besar tertentu, gejala tersebut telah sampai pada taraf yang
sangat meresahkan. Lembaga pendidikan formal sebagai wadah resmi pembinaan generasi
muda diharapkan dapat meningkatkan peranannya dalam pembentukan kepribadian peserta
didik melalui peningkatan intensitas dan kualitas pendidikan karakter. Oleh karena itu kami
akan membahas mengenai dasar hukum pendidikan karakter. Agar peserta didik memiliki
karakter mulia sesuai norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat,
maka perlu dilakukan pendidikan karakter secara memadai.


1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan kami bahas yaitu,
1) Dasar hukum apa sajakah yang melatar belakangi pendidikan karakter ?
2) Jelaskan Undang-undang RI nomor 20 tahun 2003!
1.3 Tujuan Rumusan Masalah
Dari rumusan masalah yang telah kami buat, kami memiliki beberapa tujuan sebagai
berikut,
1) Untuk mengetahui dasar hukum dari pendidikan karakter.
2) Untuk mengetahui penjelasan mengenai UU RI nomor 20 tahun 2003
2.1 Dasar Hukum Pendidikan Karakter
Dasar hukum dalam pembinaan pendidikan karakter antara lain:
Pancasila
Sebagai dasar negara mengandung nilai-nilai: Ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
kerakyatan dan keadilan
Undang-undang Nomor 12 Tahun 1954
“Tujuan pendidikan dan pengajaran ialah membentuk manusia susila yang cakap dan
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan
tanah air”
Undang-undang RI Nomor 2 Tahun 1989
“Tujuan pendidikan adalah mencerdasakan kehidupan bangsa dan mengembangkan

manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan yang
Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan
jasmani dan rohani, kepribandian yang mantap dan mandiri serta rasa taggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan”
Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen.


Bab XIII ( Pendidikan dan KebudayaanI) Pasal 31 Ayat 3
“Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang
meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang”



Bab XIII ( Pendidikan dan KebudayaanI) Pasal 31 Ayat 5

“Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilainilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat
manusia”



Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Bab I (Ketentuan Umum) Pasal 1 Ayat 1
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”



Bab I (Ketentuan Umum) Pasal 1 Ayat 2
“Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama,
kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman”



Bab II (Dasar, Fungsi, dan Tujuan) Pasal 1
“Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945”




Bab II (Dasar, Fungsi, dan Tujuan) Pasal 2
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”
Undang-undang RI Nomor 17 Tahun 2007 tentang RPJPN 2005-2025)
“Tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong,
patriotik, dinamis, berbudaya, dan berorientasi ipteks berdasarkan pancasila dan dijiwai oleh
iman dan takwa kepada tuhan yang maha esa.”
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.
Bab II (lingkup, Fungsi, dan Tujuan) Pasal 4
“Standar Nasional Pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat”
Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan
Pendidikan.
Bab III (Penyelenggaraan Pendidikan Formal)


Bagian Pertama (Pendidikan Anak Usia Dini)
Pasal 61 Ayat 2
Pendidikan anak usia dini bertujuan:
a.

membangun landasan bagi berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia berkepribadian luhur,
sehat, berilmu, cakap, kritis, kreatif, inovatif, mandiri, percaya diri, dan menjadi warga negara
yang demokratis dan bertanggung jawab; dan

b.

mengembangkan potensi kecerdasan spiritual, intelektual, emosional, kinestetis, dan social
peserta didik pada masa emas pertumbuhannya dalam lingkungan bermain yang edukatif dan
menyenangkan.
Tujuan Pendidikan Tingkat Selanjutnya
Pasal 67 Ayat 3 : Pasal 77 : Pasal 84 Ayat 2
Pendidikan dasar bertujuan membangun landasan bagi berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang:


a. beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, dan berkepribadian
luhur;
b. berilmu, cakap, kritis, kreatif, dan inovatif;
c. sehat, mandiri, dan percaya diri; dan
toleran, peka sosial, demokratis, dan bertanggung jawab.
Kepres RI Nomor 145
“Tujuan pendidikan supaya : melahirkan negara sosialis Indonesia yang susila, yang
bertanggungjawab atas terselenggaranya masyarakat sosialis Indonesia, adil dan makmur baik
spiritual maupun materil dan berjiwa pancasila”
Ketetapan MPRS No.XXVII/MPR/1966
“Tujuan pendidikan yaitu membentuk manusia Pancasila Sejati berdasarkan ketentuanketentuan seperti yang dikehendaki oleh pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dan isi
Undang-undang Dasar 1945”
Ketetapan MPR No.IV/MPR/1973
“Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian
dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Sesuai dengan
hakekat pembnagunan yang menekankan kepada “Pembangunan manusia Indonesia
seutuhnya dan masyarakat Indonesia”
Ketetapan MPR No.II/MPR/1988


“memformulasikan tujuan pendidikan sebagai berikut : untuk meningkatkan kualitas
manusia Indonsia yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan yang Maha Esa,
berbudi pekerti luhur, berkepribadian, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri,
cerdas, dan terampil serta sehat jasmani dan rohani, juga harus mampu menumbuhkan dan
memperdalam rasa cinta pada tanah air, mempertebal semangat kebangsaan dan rasa
kesetiakawanan sosial”
Ketetapan MPR No.11/MPR/1983
“Tujuan pendidikan nasional adalah meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, kecerdasan dan keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat
kepribadian, mempertebal semangat kebangsaan dan cita tanah air, agar dapat menumbuhkan
manusia-manusia pembangunan yang dapat membnagun dirinya sendiri serta bersama-sama
bertanggung jawab atas pembangunan bangsa”
Permendiknas No 39 Tahun 2008 Tentang Pembinaan Kesiswaan.
Bab I (Tujuan, Sasaran, dan Ruang Lingkup) Pasal 1
Tujuan pembinaan kesiswaan :
a. Mengembangkan potensi siswa secara optimal dan terpadu yang meliputi bakat, minat, dan
kreativitas;
b. Memantapkan kepribadian siswa untuk mewujudkan ketahanan sekolah sebagai lingkungan
pendidikan sehingga terhindar dari usaha dan pengaruh negatif dan bertentangan dengan
tujuan pendidikan;

c. Mengaktualisasikan potensi siswa dalam pencapaian prestasi unggulan sesuai bakat dan
minat;
d. Menyiapkan siswa agar menjadi warga masyarakat yang berakhlak mulia, demokratis,
menghormati hak-hak asasi manusia dalam rangka mewujudkan masyarakat madani (civil
society).
Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi .
Bab I (Pendahuluan) Pafagraf 1
“Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk
mengemban fungsi tersebut pemerintah menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional

sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.”
Bab I (Pendahuluan) Paragraf 2
“Pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan,
peningkatan mutu dan relevansi serta efisiensi manajemen pendidikan. Pemerataan

kesempatan pendidikan diwujudkan dalam program wajib belajar 9 tahun. Peningkatan mutu
pendidikan diarahkan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya melalui
olahhati, olahpikir, olahrasa dan olahraga agar memiliki daya saing dalam menghadapi
tantangan global. Peningkatan relevansi pendidikan dimaksudkan untuk menghasilkan lulusan
yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan berbasis potensi sumber daya alam Indonesia.
Peningkatan efisiensi manajemen pendidikan dilakukan melalui penerapan manajemen
berbasis sekolah dan pembaharuan pengelolaan pendidikan secara terencana, terarah, dan
berkesinambungan.”
Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan.
a. Pendidikan Dasar, yang meliputi SD/MI/SDLB/Paket A dan SMP/MTs./SMPLB/Paket B
bertujuan: Meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
b. Pendidikan Menengah yang terdiri atas SMA/MA/SMALB/Paket C bertujuan: Meningkatkan
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri
dan mengikuti pendidikan lebih lanjut .
c. Pendidikan Menengah Kejuruan yang terdiri atas SMK/MAK bertujuan: Meningkatkan
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri
dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya
2.2 Undang Undang RI Nomor 20 Tahun 2003
Dalam UU No 20 Tahun 2003

Bab I Pasal 1 Ayat ke 2
“Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama,
kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.”
Pancasila yang merupakan falsafah bangsa. Namun, fenomena keseharian kita
menunjukkan bahwa perilaku masyarakat belum sejalan dengan karakter bangsa yang dijiwai
oleh falsafah Pancasila. Kondisi ini menyebabkan munculnya keinginan pemerintah dan

berbagai kalangan masyarakat untuk merevitalisasi peran Pancasila dalam membangun
karakter bangsa.
Tujuan dari pembangunan karakter adalah untuk mengembangkan karakter bangsa agar
mampu mewujudkan nilai-nilai luhur Pancasila. Pembangunan karakter ini berfungsi untuk
mengembangkan potensi dasar agar berbaik hati, berpikiran baik, dan berperilaku baik;
memperbaiki perilaku yang kurang baik dan menguatkan perilaku yang sudah baik; serta
menyaring budaya yang kurang sesuai dengan nilai-nilai luhur Pancasila.
Dalam UU No 20 Tahun 2003
Bab II Pasal 3
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman

dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”
Tujuan pendidikan yang mencakup tiga dimensi. Yaitu dimensi ketuhanan, pribadi dan
sosial. Artinya, pendidikan bukan diarahkan pada pendidikan yang sekuler, bukan pada
pendidikan individualistik, dan bukan pula pada pendidikan sosialistik. Tapi pendidikan yang
diarahkan di Indonesia itu adalah pendidikan mencari keseimbangan antara ketuhanan,
individu dan sosial. Dimesi ketuhanan yang menjadi tujuan pendidikan ini tak menjadikan
pendidikan menjadi pendidikan yang sekuler. Karena dalam pendidikan sekuler, agama hanya
akan dijadikan sebagai salah satu mata pelajaran tanpa menjadikannya dasar dari ilmu yang
dipelajari.
Namun terkadang kita bangga melihat corak dan karakteristik pendidikan Barat yang
unik dan maju. Tetapi tidak bisa mengesampingkan kebobrokan moral dan etika yang
menghancurkan sendi-sendi kehidupan sosial manusia yang agung. Dan juga menghilangkan
fitrah asal manusia itu sendiri. Seperti teori Darwin. Jadi pendidikan di Indonesia tidak
memisahkan antara agama dan pendidikan, namun keduanya disandingkan untuk mencapai
generasi yang berotak Jerman dan berhati Mekkah. Sehingga generasi yang terbentuk itu tidak
menjunjung tinggi nilai-nilai materialistik saja. Dengan menjadikan agama sebagai
landasasan, generasi Indonesia menjadi generasi mempunyai karakterisitik sendiri
sebagaimana yang sering disebut dalam pendidikan karakter.
Orang sering terjebak, pendidikan karakter itu diterjemahkan hanya sebagai sopan
santun. Padahal lebih dari itu. Yang mau dibangun adalah karakter-budaya yang

menumbuhkan kepenasaranan intelektual (intellectual curiosity) sebagai modal untuk
mengembangkan kreativitas dan daya inovatif yang dijiwai dengan nilai kejujuran dan
dibingkai dengan kesopanan dan kesantunan.
Dalam UU No 20 Tahun 2003 di sebutkan bahwa
“Pendidikan

adalah

usaha

sadar

dan

terencana untuk mewujudkan

suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara.”
Berdasarkan pasal diatas ditemukan 3 (tiga) pokok pikiran utama yang terkandung di
dalamnya, yaitu: (1) usaha sadar dan terencana; (2) mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya; dan (3) memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.Di bawah ini akan
dipaparkan secara singkat ketiga pokok pikiran tersebut.
 Usaha sadar dan terencana.
Pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana menunjukkan bahwa pendidikan adalah sebuah
proses yang disengaja dan dipikirkan secara matang (proses kerja intelektual). Oleh karena
itu, di setiap level manapun, kegiatan pendidikan harus disadari dan direncanakan, baik
dalam tataran nasional (makroskopik), regional/provinsi dan kabupaten kota (messoskopik),
institusional/sekolah (mikroskopik) maupun operasional (proses pembelajaran oleh guru).

 Mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan
potensi dirinya
Pada

pokok

pikiran

yang

kedua

adanya pengerucutan istilah

pendidikan

menjadi

pembelajaran. Jika dilihat secara sepintas mungkin seolah-olah pendidikan lebih dimaknai
dalam setting pendidikan formal semata (persekolahan). Terlepas dari benar-tidaknya
pengerucutan makna ini, pada pokok pikiran kedua ini, menangkap pesan bahwa pendidikan
yang dikehendaki adalah pendidikan yang bercorak pengembangan (developmental) dan
humanis, yaitu berusaha mengembangkan segenap potensi didik, bukan bercorak
pembentukan yang bergaya behavioristik. Selain itu, saya juga melihat ada dua kegiatan
(operasi) utama dalam pendidikan: (a) mewujudkan suasana belajar, dan (b) mewujudkan
proses pembelajaran.
 Memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pokok pikiran yang ketiga ini, selain merupakan bagian dari definisi pendidikan sekaligus
menggambarkan pula tujuan pendidikan nasional kita, yang menurut hemat saya sudah
demikian lengkap. Di sana tertera tujuan yang berdimensi ke-Tuhan-an, pribadi, dan
sosial. Artinya, pendidikan yang dikehendaki bukanlah pendidikan sekuler, bukan pendidikan
individualistik, dan bukan pula pendidikan sosialistik, tetapi pendidikan yang mencari
keseimbangan diantara ketiga dimensi tersebut.
Jika belakangan ini gencar disosialisasikan pendidikan karakter, dengan melihat pokok
pikiran yang ketiga dari definisi pendidikan ini maka sesungguhnya pendidikan karakter
sudah implisit dalam pendidikan, jadi bukanlah sesuatu yang baru.
Jadi bukan sekuler, bukan individualistik dan bukan sosialistik, namun penyeimbangan
dari ketiganya. Pendidikan dalam UU no 20 tahun 2003 itu adalah mengembangkan potensi
peserta didik yang menjadikan agama sebagai landasan utama hidupnya, tidak mementingkan
kepentingan sendiri dan memiliki keterampilan yang berguna untuk dirinya dan orang-orang
sekitarnya. Dan tidak hanya sekedar menggambarkan apa pendidikan itu, tetapi memiliki
makna dan implikasi yang luas tentang siapa sesunguhnya pendidik itu, siapa peserta didik
(siswa) itu, bagaimana seharusnya mendidik, dan apa yang ingin dicapai oleh pendidikan.

BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
 Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan
di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter atau akhlak mulia peserta
didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan.
 Pendidikan karakter pada tingkatan institusi mengarah pada pembentukan budaya sekolah, yaitu
nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang
dipraktikkan oleh semua warga sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah.
 Sasaran pendidikan karakter adalah seluruh warga sekolah di Indonesia negeri maupun swasta.
Semua warga sekolah, meliputi para peserta didik, guru, karyawan administrasi, dan pimpinan
sekolah.
 Dasar Hukum Pendidikan Karakter
 Pancasila
 Undang-undang Nomor 12 Tahun 1954
 Undang-undang RI Nomor 2 Tahun 1989
 Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen
 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
 Undang-undang RI Nomor 17 Tahun 2007 tentang RPJPN 2005-2025)
 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan
 Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan
Pendidikan.
 Kepres RI Nomor 145
 Ketetapan MPRS No.XXVII/MPR/1966
 Ketetapan MPR No.IV/MPR/1973
 Ketetapan MPR No.II/MPR/1988
 Ketetapan MPR No.11/MPR/1983
 Permendiknas No 39 Tahun 2008 Tentang Pembinaan Kesiswaan.
 Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi .
 Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan.
3.2 Saran
Diharapkan disamping memberi materi pembelajaran, tidak hanya sekedar memberi
materi saja. Tapi juga strategi pembelajaran yang digunakan turut serta dalam pembentukan
karakter siswa, karena melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik mampu secara

mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi
serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam
perilaku sehari-hari.
Agar lulusan siswa memiliki keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, kompetensi akademik yang utuh dan terpadu, sekaligus memiliki
kepribadian yang baik sesuai norma-norma dan budaya Indonesia. Pada tataran yang lebih
luas, pendidikan karakter nantinya diharapkan menjadi budaya sekolah.

DAFTAR PUSTAKA
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/12/04/definisi-pendidikan-definisi-pendidikan-menurutuu-no-20-tahun-2003-tentang-sisdiknas/\ di akses pada tanggal 15 November 2012
http://dikdas.kemdiknas.go.id/application/media/file/PP%20No_17%20Tahun%202010%20ttg
%20PENGELOLAAN%20DAN%20PENYELENGGARAAN%20PENDIDIKAN.pdf

di

akses pada tanggal 17 November 2012
http://ftp.unm.ac.id/permendiknas-2006/Nomor%2022%20Tahun%202006.pdf

di

akses

pada

tanggal 17 November 2012
http://hukum.unsrat.ac.id/men/permendiknas_39_2008.pdf di akses pada tanggal 17 November
2012
http://juprimalino.blogspot.com/2012/04/tujuan-pendidikan-karakter-dan-karakter.html.

di

akses

pada tanggal 17 November 2012
http://lugtyasyonos3ip.staff.fkip.uns.ac.id/files/2011/12/1.-pp-no-19-tahun-2005-tentang-snp.pdf di
akses pada tanggal 17 November 2012
http://ulfiarahmi.wordpress.com/2010/12/20/pendidikan-karakter-dalam-uu-no-20-tahun-2003/

di

akses pada tanggal 15 November 2012
http://www.dikti.go.id/files/atur/UU20-2003Sisdiknas.pdf. di akses pada tanggal 17 November 2012
http://www.inherent-dikti.net/files/sisdiknas.pdf di akses pada tanggal 15 November 2012