pengujian daya mortalitas fungisida pada arsip kertas 56823d5cbabfa

(1)

PENGUJIAN DAYA MORTALITAS FUNGISIDA

PADA ARSIP KERTAS

I. PENDAHULUAN

A . L a t a r b e l a k a n g

Arsip kertas yang berbahan dasar selulosa tidak luput dari serangan mikrobiologi yang dapat merusak arsip salah satunya adalah jamur. Bahan selulosa pada media kertas dan didukung dengan oleh kelembaban yang yang tinggi dan suhu yang memadai, maka pertumbuhan jamur akan menyebar menutupi permukaan kertas. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan yang permanen baik terhadap fisik kertas arsip maupun terhadap informasinya.

Dengan keadaan seperti hal tersebut diatas, maka untuk mencegah makin meluasnya pertumbuhan jamur pada arsip kertas sebagai bahan pertanggungjawaban nasional yang harus dirawat dan dipelihara, maka perlu adanya tindakan yang dapat menghambat bahkan membunuh jamur dari pertumbuhannya. Salah satu tindakan tersebut adalah dengan menggunakan fungisida yang dapat mengurangi daya kekebalan spora dan membunuh jamur.

Sesuai dengan tugas dan fungsi Subdit Instalasi Laboratorium yang tertuang dalam Peraturan Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia Nomor 03 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Arsip Nasional Republik Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia Nomor 05 Tahun 2010 yaitu diantaranya adalah melaksanakan tugas pengujian bahan pemeliharaan, restorasi dan reproduksi arsip, maka pada tahun anggaran 2010 Subdit Instalasi Laboratorium menyelenggarakan kegiatan pengujian daya mortalitas fungisida pada arsip kertas.


(2)

B . M a k s u d d a n T u j u a n

Pengujian laboratorium ini bertujuan daya mortalitas/bunuh jenis fungisida berdasarkan konsentrasi/dosis dan lama terpaan terhadap pertumbuhan jamur pada arsip kertas.

Sedangkan sasarannya adalah teridentifikasi satu metode fungisida yang efektif secara aman dan efektif untuk perawatan dan pemeliharaan arsip kertas yang terserang jamur.

C . R u a n g L i n g k u p

Ruang lingkup pengujian ini dilakukan pada :

- Bahan fungisida yang digunakan ortho phenil phenol, formaldehid, dan

azadirachtine (merupakan fungisida alami (botanical fungiside) dengan merk FX) .

- Konsentrasi fungisidayang digunakan 2 (dua) konsentrasi, yaitu 0.25

%, dan 0.75 % dan khusus azadirachine dosis yang digunakan 5 ml/L. - Jenis jamur yang digunakan : Aspergillus niger, Aspergillus fumigatus

dan Trichoderma.

II. PELAKSANAAN

A . T e m p a t d a n W a k t u

Pengujian ”Daya Mortalitas Fungisida Pada Arsip Kertas” dilaksanakan di Subdirektorat Instalasi Laboratorium ANRI.

Waktu untuk persiapan, pengujian laboratorium sampai pembuatan laporan dilaksanakan dari bulan Maret sampai dengan Desember 2010.

B . P e m b i a y a a n

Pelaksanaan pengujian ini dibiayai oleh Anggaran Rutin Arsip Nasional RI tahun 2010.

C . A l a t d a n B a h a n a . A l a t


(3)

3. Otoklaf portable Gallenkamp;

4. Lemari pendingin;

5. Timbangan analitik Metller AE 200;

6. Hot plate Gallenkamp;

7. Tabung reaksi;

8. Gelas piala;

9. Labu erlenmeyer;

10. Cawan petri diameter 9 cm;

11. Pipet ukur 5 ml;

12. Gelas ukur 100 ml;

13. Pembakar bunsen;

14. Pinset;

15. Jarum ose;

16. Kapas;

17. Gunting;

18. Kertas saring;

19. Batang pengaduk dan

20. Kertas bungkus

b . B a h a n

1. Media agar PDA (Potato Dextrose Agar Dehydrated)

2. Larutan ortho phenyl phenol, formaldehid, azadirachtine 3. Ethanol (Ethyl alcohol)

4. Air suling/akuades steril

5. Jamur penguji Aspergillus niger, Aspergillus fumigatus dan Trichoderma.

D. M e t o d e P e n g u j i a n

Metode pengujian yang digunakan terdiri dari :


(4)

b. Metode inokulasi jamur pada media pertumbuhan jamur (PDA =

Potato Dextrose Agar), sehingga diperoleh kultur murni jamur uji;

c. Pengujian fungisida.

E . P r o s e d u r k e r j a

a. Persiapan alat-alat dan akuades steril

Mensterilkan alat-alat seperti cawan petri, pipet ukur, labu erlenmeyer, gelas ukur dan gunting dalam otoklaf pada tekanan maksimum 10 lbs p.s.i selama 30 menit. Alat-alat tersebut sebelumnya dibungkus dengan kertas.

b. Persiapan bahan

1. Media agar kentang dekstrosa

Cara I :

1) Mengupas kentang 200 g, cuci bersih, kemudian

potong-potong dengan ukuran 10 mm x 10 mm x 10 mm;

2) Merendam dalam larutan asam asetat 3 % selama 30

menit, kemudian cuci dengan air suling sampai air pencucinya bebas asam;

3) Memasukkan kentang tersebut dalam gelas piala 2000 ml

dan menambahkan air suling sebanyak 1000 ml;

4) Memanaskan larutan diatas dan biarkan mendidih selama

1 jam. Jaga supaya volume larutan tetap;

5) Menyaring dengan kertas saring dan ambil filtratnya;

6) Menuangkan 750 ml filtrat ke dalam gelas piala 2000 ml,

kemudian dipanaskan kembali dan menjaga supaya volume larutan tetap;

7) Melarutkan 20 g dekstrosa dan 15 g agar dalam 250 ml filtrat sisa kemudian dituangkan dan dicampurkan dengan 750 ml filtrat diatas;

8) Mengaduk larutan tersebut dengan batang pengaduk dan dididihkan selama 5-10 menit;

9) Menuangkan larutan agar ke dalam beberapa tabung


(5)

10) Mensterilkan di dalam autoklaf dengan tekanan 103 kPa dan suhu 121ºC atau tekanan maksimum 15 lbs p.s.i selama 50 menit dan

11) Mendinginkan sampai media menjadi padat pada posisi miring kira-kira 15º.

Cara II :

1) Menimbang 39 g agar kentang dekstrosa kering (PDA

dehydrated), kemudian dilarutkan dalam 250 ml air suling atau akuadest;

2) Menuangkan larutan diatas ke dalam gelas piala 1000 ml dan diencerkan dengan air suling hingga volume 1000 ml;

3) Memanaskan larutan dan didihkan selama 5-10 menit.

Volume larutan dijaga supaya tetap;

4) Menuangkan larutan ke dalam beberapa tabung reaksi @

5 ml yang kemudian disumbat dengan kapas;

5) Mensterilkan di dalam autoklaf dengan tekanan 103 kPa dan suhu 121ºC atau tekanan maksimum 15 lbs p.s.i selama 50 menit dan

6) Mendinginkan sampai media menjadi padat pada posisi

miring kira-kira 15 ºC.

2. Larutan ortho phenyl phenol 0.25 %

1) Menimbang ortho phenyl phenol sebanyak 0,25 g dengan menggunakan timbangan.

2) Menuangkan ethanol sebanyak 100 ml dalam gelas ukur

dengan ukuran 100 ml.

3) Melarutkan ortho phenyl phenol ke dalam ethanol dengan mengaduknya secara rata.

3. Larutan ortho phenyl phenol 0.75 %

1) Menimbang ortho phenyl phenol sebanyak 0,75 g dengan menggunakan timbangan.

2) Menuangkan ethanol sebanyak 100 ml dalam gelas ukur


(6)

3) Melarutkan ortho phenyl phenol ke dalam ethanol dengan mengaduknya secara rata.

4. Larutan Formaldehid 0.25 %

1) Menimbang formaldehid sebanyak 0,25 g dengan

menggunakan timbangan.

2) Menuangkan akuades sebanyak 100 ml dalam gelas ukur

dengan ukuran 100 ml.

3) Melarutkan formaldehid ke dalam air dengan

mengaduknya secara rata.

5. Larutan Formaldehid 0.75 %

1) Menimbang formaldehid sebanyak 0,75 g dengan

menggunakan timbangan.

2) Menuangkan akuades sebanyak 100 ml dalam gelas ukur

dengan ukuran 100 ml.

3) Melarutkan formaldehid ke dalam air kemudian diaduk

dengan rata.

6. Larutan azadirachtine 5 ml/L

1) Memipet azadirachtine sebanyak 1 ml.

2) Menuangkan akuades sebanyak 200 ml dalam gelas ukur.

3) Melarutkan azadirachtine ke dalam air kemudian diaduk dengan rata.

c. Isolasi jamur dari ruangan penyimpanan arsip

Pada tahapan ini, isolasi jamur dilakukan pada udara ruangan arsip yaitu dengan membuka cawan petri yang mengandung PDA dan antibiotik di ruangan depo arsip. Cawan petri diletakkan di atas rak arsip dalam keadaan terbuka selama 30 menit. Kemudian setelah 30 menit, cawan segera ditutup.


(7)

Tahap-tahap dibawah ini dikerjakan secara aseptik (keadaan bebas dari semua jenis mikroorganisme) :

1. Membiakkan kultur murni jamur penguji pada beberapa tabung

reaksi yang berisi media PDA dengan menggunakan jarum ose steril;

2. Kultur murni jamur diinkubasi dalam inkubator selama 14 hari

pada suhu 28 ± 1ºC dan kelembaban udara 85-95 %. Setelah 14 hari akan tampak seluruh permukaan media diliputi oleh spora jamur.

3. Identifikasi jenis jamur yang terdapat di ruangan depo arsip

e. Prosedur pengujian

Tahap-tahap dibawah ini dikerjakan secara aseptik :

1. Media agar PDA dicairkan dalam penangas air;

2. Fungisida dituangkan sebanyak 1 ml ke dalam cawan petri

kemudian ditambahkan media PDA hangat. Setelah PDA memadat, diletakkan biakan jamur berdiameter 0.5 cm di tengah-tengah cawan. Kemudian diinkubasi pada suhu kamar dan diamati pertambahan diameter jamur setiap hari. Semua dilakukan dengan 3 kali ulangan.

III. HASIL PENGAMATAN

Fungisida merupakan zat yang dapat membunuh atau merusak jamur. Aktifitas fungisida terjadi karena adanya pembebasan zat aktif yang dikandung fungisida kemudian masuk atau diserap oleh jamur sehingga jamur akan mati atau terhambat. Efektifitas suatu fungisida terhadap suatu jamur dipengaruhi jenis fungisida dan adanya bahan aktif yang terkandung dalam fungisida.

Dalam pengujian ini digunakan fungisida ini ortho phenyl phenol (OPP),

formaldehid, dan azadirachtine. OPP dipilih karena karena bahan ini telah dikenal sebagai fungisida yang kurang beracun dibandingkan dengan thymol (isopropyl meta cresol) dan telah diaplikasikan sebagai agen fungisida dalam kertas untuk melindungi komoditi buah-buahan terhadap serangan jamur. Thymol yang sudah umum digunakan sebagai fungisida digambarkan sebagai bahan kimia yang “agak berbahaya” dan juga memiliki bau yang sangat menyengat


(8)

lembaga bahkan telah menyarankan penggantian thymol dengan OPP. Formaldehida digunakan karena menurut literatur formaldehid ini efektif

digunakan dalam membunuh jamur sedangkan azadirachtine digunakan karena

fungisida ini terdapat bebas di pasaran dan merupakan fungisida alami.

Hasil perlakuan fungisida dengan berbagai konsentrasi terhadap sampel uji yang sebelumnya telah ditumbuhi jamur Aspergillus niger, Aspergillus fumigatus, Trichoderma, diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 1. Pengamatan Diameter Pertumbuhan Jamur Aspergillus niger

No Konsentrasi

Rata-Rata Diameter Pertumbuhan hari ke- (cm)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 22

1. Orto Phenyl Phenol

0,25 % 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5

0.75 % 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5

2. Formaldehid

0,25 % 0.5 1.0 1.8 2.1 2.2 2.3 2.8 3 3 3.2 3.8 6

0.75 % 0.5 0.6 0.9 1.3 1.4 1.7 1.9 2.1 2.3 2.5 3 4.9

3. Azadirachtine


(9)

Gambar 1. Diameter Pertumbuhan Jamur Aspergillus niger

Dari Tabel 1. Dapat dilihat bahwa ortho phenyl phenol dengan konsentrasi 0.25 % dan 0.5 % dapat menghambat pertumbuhan jamur Aspergillus niger. Ini terlihat bahwa diameter jamur sama sekali tidak menunjukkan pertambahan walaupun setelah 22 hari inkubasi. Sedangkan untuk formaldehid dan azadirahtine sedikit menghambat pertumbuhan jamur karena setelah hari ke 22 inkubasi seluruh permukaan cawan tidak penuh ditumbuhi jamur. Urutan daya hambat fungisida terhadap pertumbuhan jamur yaitu ortho phenyl phenol 0.75 % dan 0.25 %, formaldehid 0.75 %, formaldehid 0.25 %, dan azadirachtine (Gambar 1.).

Tabel 2. Pengamatan Diameter Pertumbuhan Jamur Aspergillus fumigatus

0 1 2 3 4 5 6 7

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 22

OPP 0.25 %

OPP 0.75 %

Formaldehid 0.25 %

Formaldehid 0.75 %

Azadirachtine

No Konsentrasi

Diameter Pertumbuhan hari ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 22

1. OPP

0,25 % 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5

0,75 % 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5

2. Formaldehid

0,25 % 0.5 0.5 0.7 0.9 1.0 1.2 1.4 1.7 1.8 2 2.6 4.5


(10)

Gambar 2. Diameter Pertumbuhan Jamur Aspergillus fumigatus

Berdasarkan pada Tabel 2, jamur Aspergillus fumigatus sama sekali tidak mengalami pertumbuhan setelah diberi perlakuan fungisida ortho phenyl phenol

konsentrasi 0.25 % dan 0.75 % serta formaldehid 0.75 %. Pemberian formaldehid 0.25 % dan azadirachtine sedikit menghambat pertumbuhan jamur

Aspergillus fumigatus tetapi jika dibandingkan, formaldehid 0.25 % memberikan efek yang lebih baik. Urutan daya hambat fungisida terhadap pertumbuhan jamur yaitu ortho phenyl phenol (0.75 %, 0.25 %) dan formaldehid 0.75 %,

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 22

OPP 0.25 %

OPP 0.75 %

Formaldehid 0.25 %

Formaldehid 0.75 %

Azadirachtine

3. Azadirachtine


(11)

Tabel 3. Pengamatan Diameter Pertumbuhan Jamur Trichoderma

Gambar 3 . Diameter Pertumbuhan Jamur Trichoderma

Dari Tabel 3. Dapat dilihat bahwa pemakaian fungisida ortho phenyl phenol

untuk semua konsentrasi dapat menekan pertumbuhan jamur Trichodema karena pada hari ke 22 inkubasi diameter koloni jamur Trichoderma masih tetap 0.5 cm. Namun, penggunaan fungisida formaldehid 0.75 %, 0.25 % dan azadirachtine tidak dapat menghambat pertumbuhan jamur Trichoderma karena pada pada hari ke tiga inkubasi, jamur Trichoderma sudah tumbuh dengan

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 22

OPP 0.25 %

OPP 0.75 %

Formaldehid 0.25 %

Formaldehid 0.75 %

Azadirachtine

No Konsentrasi Diameter Pertumbuhan hari ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1. OPP

0,25 % 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5

0.75 % 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5

2. Formaldehid

0,25 % 0.7 2.0 5.1 8.5 9.0 9.4 9.5 9.5 9.5 9.5 9.5 9.5

0.75 % 0.8 3.0 3.5 5.2 6.0 9.2 9.5 9.5 9.5 9.5 9.5 9.5

3. Azadirachtine


(12)

cepat. Namun daya hambat formaldehid 0.75 % masih lebih baik dari formaldehid 0.25 %, dan azadirachtine (Gambar 3).

IV. PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Ortho phenyl phenol konsentrasi 0.25 % dan 0.75 % efektif membunuh jamur Aspergillus niger, Aspergillus fumigatus dan Trichoderma.

2. Fungisida formaldehid konsentrasi 0.75 %, 0.25 % dan azadirachtine

dapat sedikit menghambat pertumbuhan jamur Aspergillus niger, dan

Aspergillus fumigatus tetapi tidak dapat menghambat pertumbuhan jamur trichoderma. Fungisida formaldehid konsentrasi 0.75 % lebih baik dari formaldehid konsentrasi 0.25 % dan azadirachtine dalam

menghambat pertumbuhan jamur Aspergillus niger, Aspergillus

fumigatus dan Trichoderma. B. Saran

Sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan mengenai efektifitas fungisida terhadap pertumbuhan jamur yang tumbuh di kertas.

Jakarta, Desember 2010 Koordinator Penguji


(1)

Laporan Pengujian Daya Mortalitas Fungisida Pada Arsip Kertas Tahun 2010

7 Tahap-tahap dibawah ini dikerjakan secara aseptik (keadaan bebas dari semua jenis mikroorganisme) :

1. Membiakkan kultur murni jamur penguji pada beberapa tabung reaksi yang berisi media PDA dengan menggunakan jarum ose steril;

2. Kultur murni jamur diinkubasi dalam inkubator selama 14 hari pada suhu 28 ± 1ºC dan kelembaban udara 85-95 %. Setelah 14 hari akan tampak seluruh permukaan media diliputi oleh spora jamur.

3. Identifikasi jenis jamur yang terdapat di ruangan depo arsip

e. Prosedur pengujian

Tahap-tahap dibawah ini dikerjakan secara aseptik : 1. Media agar PDA dicairkan dalam penangas air;

2. Fungisida dituangkan sebanyak 1 ml ke dalam cawan petri kemudian ditambahkan media PDA hangat. Setelah PDA memadat, diletakkan biakan jamur berdiameter 0.5 cm di tengah-tengah cawan. Kemudian diinkubasi pada suhu kamar dan diamati pertambahan diameter jamur setiap hari. Semua dilakukan dengan 3 kali ulangan.

III. HASIL PENGAMATAN

Fungisida merupakan zat yang dapat membunuh atau merusak jamur. Aktifitas fungisida terjadi karena adanya pembebasan zat aktif yang dikandung fungisida kemudian masuk atau diserap oleh jamur sehingga jamur akan mati atau terhambat. Efektifitas suatu fungisida terhadap suatu jamur dipengaruhi jenis fungisida dan adanya bahan aktif yang terkandung dalam fungisida.

Dalam pengujian ini digunakan fungisida ini ortho phenyl phenol (OPP), formaldehid, dan azadirachtine. OPP dipilih karena karena bahan ini telah dikenal sebagai fungisida yang kurang beracun dibandingkan dengan thymol (isopropyl meta cresol) dan telah diaplikasikan sebagai agen fungisida dalam kertas untuk melindungi komoditi buah-buahan terhadap serangan jamur. Thymol yang sudah umum digunakan sebagai fungisida digambarkan sebagai bahan kimia

yang “agak berbahaya” dan juga memiliki bau yang sangat menyengat sedangkan OPP digambarkan sebagai “sedikit iritasi beracun”. Beberapa


(2)

lembaga bahkan telah menyarankan penggantian thymol dengan OPP. Formaldehida digunakan karena menurut literatur formaldehid ini efektif digunakan dalam membunuh jamur sedangkan azadirachtine digunakan karena fungisida ini terdapat bebas di pasaran dan merupakan fungisida alami.

Hasil perlakuan fungisida dengan berbagai konsentrasi terhadap sampel uji yang sebelumnya telah ditumbuhi jamur Aspergillus niger, Aspergillus fumigatus, Trichoderma, diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 1. Pengamatan Diameter Pertumbuhan Jamur Aspergillus niger

No Konsentrasi

Rata-Rata Diameter Pertumbuhan hari ke- (cm)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 22

1. Orto Phenyl Phenol

0,25 % 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5

0.75 % 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5

2. Formaldehid

0,25 % 0.5 1.0 1.8 2.1 2.2 2.3 2.8 3 3 3.2 3.8 6

0.75 % 0.5 0.6 0.9 1.3 1.4 1.7 1.9 2.1 2.3 2.5 3 4.9

3. Azadirachtine


(3)

Laporan Pengujian Daya Mortalitas Fungisida Pada Arsip Kertas Tahun 2010

9 Gambar 1. Diameter Pertumbuhan Jamur Aspergillus niger

Dari Tabel 1. Dapat dilihat bahwa ortho phenyl phenol dengan konsentrasi 0.25 % dan 0.5 % dapat menghambat pertumbuhan jamur Aspergillus niger. Ini terlihat bahwa diameter jamur sama sekali tidak menunjukkan pertambahan walaupun setelah 22 hari inkubasi. Sedangkan untuk formaldehid dan azadirahtine sedikit menghambat pertumbuhan jamur karena setelah hari ke 22 inkubasi seluruh permukaan cawan tidak penuh ditumbuhi jamur. Urutan daya hambat fungisida terhadap pertumbuhan jamur yaitu ortho phenyl phenol 0.75 % dan 0.25 %, formaldehid 0.75 %, formaldehid 0.25 %, dan azadirachtine (Gambar 1.).

Tabel 2. Pengamatan Diameter Pertumbuhan Jamur Aspergillus fumigatus

0 1 2 3 4 5 6 7

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 22

OPP 0.25 %

OPP 0.75 %

Formaldehid 0.25 %

Formaldehid 0.75 %

Azadirachtine

No Konsentrasi

Diameter Pertumbuhan hari ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 22

1. OPP

0,25 % 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5

0,75 % 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5

2. Formaldehid

0,25 % 0.5 0.5 0.7 0.9 1.0 1.2 1.4 1.7 1.8 2 2.6 4.5


(4)

Gambar 2. Diameter Pertumbuhan Jamur Aspergillus fumigatus

Berdasarkan pada Tabel 2, jamur Aspergillus fumigatus sama sekali tidak mengalami pertumbuhan setelah diberi perlakuan fungisida ortho phenyl phenol konsentrasi 0.25 % dan 0.75 % serta formaldehid 0.75 %. Pemberian formaldehid 0.25 % dan azadirachtine sedikit menghambat pertumbuhan jamur Aspergillus fumigatus tetapi jika dibandingkan, formaldehid 0.25 % memberikan efek yang lebih baik. Urutan daya hambat fungisida terhadap pertumbuhan jamur yaitu ortho phenyl phenol (0.75 %, 0.25 %) dan formaldehid 0.75 %, formaldehid 0.25 %, dan azadirachtine (Gambar 2).

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 22

OPP 0.25 %

OPP 0.75 %

Formaldehid 0.25 %

Formaldehid 0.75 %

Azadirachtine

3. Azadirachtine


(5)

Laporan Pengujian Daya Mortalitas Fungisida Pada Arsip Kertas Tahun 2010

11 Tabel 3. Pengamatan Diameter Pertumbuhan Jamur Trichoderma

Gambar 3 . Diameter Pertumbuhan Jamur Trichoderma

Dari Tabel 3. Dapat dilihat bahwa pemakaian fungisida ortho phenyl phenol untuk semua konsentrasi dapat menekan pertumbuhan jamur Trichodema karena pada hari ke 22 inkubasi diameter koloni jamur Trichoderma masih tetap 0.5 cm. Namun, penggunaan fungisida formaldehid 0.75 %, 0.25 % dan azadirachtine tidak dapat menghambat pertumbuhan jamur Trichoderma karena pada pada hari ke tiga inkubasi, jamur Trichoderma sudah tumbuh dengan

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 22

OPP 0.25 %

OPP 0.75 %

Formaldehid 0.25 %

Formaldehid 0.75 %

Azadirachtine

No Konsentrasi Diameter Pertumbuhan hari ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1. OPP

0,25 % 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5

0.75 % 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5

2. Formaldehid

0,25 % 0.7 2.0 5.1 8.5 9.0 9.4 9.5 9.5 9.5 9.5 9.5 9.5

0.75 % 0.8 3.0 3.5 5.2 6.0 9.2 9.5 9.5 9.5 9.5 9.5 9.5

3. Azadirachtine


(6)

cepat. Namun daya hambat formaldehid 0.75 % masih lebih baik dari formaldehid 0.25 %, dan azadirachtine (Gambar 3).

IV. PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Ortho phenyl phenol konsentrasi 0.25 % dan 0.75 % efektif membunuh jamur Aspergillus niger, Aspergillus fumigatus dan Trichoderma.

2. Fungisida formaldehid konsentrasi 0.75 %, 0.25 % dan azadirachtine dapat sedikit menghambat pertumbuhan jamur Aspergillus niger, dan Aspergillus fumigatus tetapi tidak dapat menghambat pertumbuhan jamur trichoderma. Fungisida formaldehid konsentrasi 0.75 % lebih baik dari formaldehid konsentrasi 0.25 % dan azadirachtine dalam menghambat pertumbuhan jamur Aspergillus niger, Aspergillus fumigatus dan Trichoderma.

B. Saran

Sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan mengenai efektifitas fungisida terhadap pertumbuhan jamur yang tumbuh di kertas.

Jakarta, Desember 2010 Koordinator Penguji