TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGGUNAAN AKAD IJARAH MULTIJASA UNTUK SEGALA MACAM BENTUK PEMBIAYAAN DI BMT AMANAH MADINA WARU SIDOARJO.

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGGUNAAN AKAD

IJA>
RAH MULTIJASA UNTUK SEGALA MACAM BENTUK PEMBIAYAAN
DI BMT AMANAH MADINA WARU SIDOARAJO

SKRIPSI
Oleh:
Syarifuddin Sahara
Nim : C02212044

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Syariah dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam Prodi Muamalah
Surabaya
2017

 

ABSTRAK
Skripsi ini adalah hasil penelitian lapangan yang diadakan di BMT Amanah

Madina Waru Sidoarjo dengan judul “ Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek
Penggunaan Akad Ija>
rah Multijasa Untuk Segala Macam Bentuk Pembiayaan di
BMT Amanah Madina Waru Sidoarajo “ Penelitian ini bertujuan untuk menjawab
rah multijasa
pertanyaan: bagaimana analisis terhadap praktek penggunaan akad ija>
untuk segala macam bentuk Pembiayaan di BMT Amanah Madina Waru Sidoarajo
rah multijasa
dan Apa alasan hukum Islam terhadap praktek penggunaan akad ija>
untuk segala macam bentuk pembiayaan di BMT Amanah Madina Waru Sidoarajo.
Dalam skripsi ini teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah
dengan menggunakan teknik obvervasi dan wawancara langsung yaitu suatu
penggalian data dengan cara memperhatikan, mengamati, mendengar dan mencatat
hal yang menjadi sumber data. Kemudian selanjutnya dianalisis dengan metode
deskriptif analisis dengan pola fikir deduktif.

rah multijasa di BMT Amanah Madina, nasabah
Hasil penelitian praktek ija>
terlebih dahulu mengisi formulir dan melengkapi pernyaratan, jika sudah
melengkapi persyaratan pihak marketing melakukan survey terhadap nasabah, dan

rah
tahap yang terakhir realisasi dan nasabah menandatangani lembar perjanjian ija>
multijasa. BMT Amanah Madina Waru Sidoarjo tidak menyediakan obyek secara
langsung melainkan dalam bentuk uang dan dikenakan ujrah yang telah disepakati
rah dan lebih mengutamakan
di depan dan dalam aplikasi ini menggunakan akad ija>
nasabah tetap untuk menghindari resiko di kemudian hari.
Di BMT Amanah Madina dalam menerapkan ija>
rah multijasa, apabila ada
nasabah yang meminjam uang dia harus menyetorkan BPKB sebagai jaminan
setelah itu BPKB tersebut ditukarkan atau dicairkan dengan uang, dan setelah itu
membayarnya atau mengangsurnya dengan cicilan, secara otomatis dikenakan ujrah
rah multijasa tersebut dan ujrah tersebut harus dibayarkan setiap hari.
dari ija>
ah ini untuk mempermudah atau memberikan keringanan kepada orang
Adanya Ijar>
lain dalam kegiatan bermuamalah.
Dari kesimpulan di atas sebaiknya Pihak BMT Amanah Madina dan LKS
(Lembaga Keuangan Syariah) semestinya sesuai fatwa DSN NO. 44/DSNrah multijasa, sehingga pihak BMT benarMUI/VII/2004 tentang pembiayaan ija>
benar menerapkan prinsip sesuai dengan ketentuan yang berlaku khususnya

prinsip Islam dan adminitrasi dengan pihak ketiga selaku penyedia jasa akan lebih
baik. Bagi nasabah sebaiknya mengetahui terlebih dahulu akad yang akan
disepakati sehingga tidak merugikan saah satu pihak terutama nasabah.

viii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………….................................i
PERNYATAAN KEASLIAN…………………………………..…………………ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………………..………………..iii
PENGESAHAN JUDUL…………………………………………..…....................iv
MOTTO………………………………………………………………..…………..v
PERSEMBAHAN………………………………………….....…………………..vii
ABSTRAK…………………………………………………………….………….viii
KATA PENGANTAR………………………………………………….…………ix
DAFTAR ISI………………………………………………………………………x
DAFTAR TRANSLITRASI……………………………………………………...xi


BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang…………………………………………….............1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah………………………...............7
C. Rumusan Masalah………………………………………...............8
D. Kajian Pustaka………………………………………….................9
E. Tujuan Penelitian………………………………………...............11
F. Kegunaan Penelitian……………………………………..............11
G. Definisi Operasional……………………………………..............12
H. Metode Penelitian……………………………………..................12
I. Sistematika Pembahasan………………………………...............16

x

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II


KONSEP PEMBIAYAAN IJA>
RAH MULTIJASA MENURU T
HUKUM ISLAM DAN FATWA DEWAN SYARIAH
NASIONAL
1.

Konsep Pembiayaan Ija>
rah Multijasa Menurut Hukum Islam..18
a.

Pengertian Ija>
rah…………………….............................18

b.

Dasar Hukum Ija>
rah…………………............................21

c.


Rukun dan Syarat Ija>
rah……………….........................25

d.

Perihal Resiko……………………….............................29

e.

Prinsip Transaksi ija>
rah…………………………………29

f.

Pembatalan dan Berakhirnya Akad Ija>
rah atau sewamenyewa…………………….........................................30

g.

Macam-macam Ija>

rah…………...........................……..33

h.

Hikmah Ija>
rah………………...........................………..35

2. Konsep Ija>
rah Multijasa Menurut fatwa DSN No. 44/DSNMUIVII/2004………………………...........................................35
1. Dewan Syariah Nasional Setelah Menimbang..............35
2. Dasar Hukum Multijasa……....................…………….36
3. Fatwa Tentang Pembiayaan Ija>
rah…………................37

BAB III

PENERAPAN AKAD IJA>
RAH PADA PRODUK
PEMBIAYAAN IJA>
RAH MULTIJASA DI BMT AMANAH

MADINA WARU SIDOARJO
A. Gambaran Umum tentang BMT Amanah Madina................39
1. Sejarah berdirinya BMT Amanah Madina.....................39

xi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2. Dasar Hukum di BMT Amanah Madina Waru
Sidoarjo..........................................................................41
3. Visi dan misi BMT Amanah Madina………...................42
4. Struktur organisasi dan struktur personalia....................45
5. Produk Pembiayaan dan Simpanan di BMT Amanah
Madinah.........................................................................45
6. Penggunaa Akad Ija>
rah di BMT Amanah Madina Waru
Sidoarjo.........................................................................47

BAB


IV

ANALISIS

HUKUM

PENGGUNAAN

ISLAM

AKAD

TERHADAP

IJA>
RAH

PRAKTEK

MULTIJASA


SEGALA MACAM BENTUK PEMBIAYAAN

UNTUK
DI BMT

AMANAH MADINA WARU SIDOARAJO
A. Analisis Terhadap Praktek Penggunaan Akad Ija>
rah
Multijasa Untuk Segala Macam Bentuk Pembiayaan di
BMT Amanah Madina Waru Sidoarajo……………..49
B. Analisis Hukum Islam Terhadap Praktek Penggunaan
Akad Ija>
rah Multijasa Untuk Segala Macam Bentuk
Pembiayaan

di

BMT


Amanah

Madina

Waru

Sidoarajo………………………………………………53
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………….............59
B. Saran……………………………………………...............59
DAFTAR PUSTAKA

xii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Islam agama yang komprehensip (rahmatal lil’ a>
lami>
n) yang mengatur
semua aspek kehidupan manusia yang disampaikan kepada Rasulullah
Muhammad SAW, salah satu bidang yang diatur adalah masalah atau hukum
baik yang berlaku secara individu maupun mengatur dalam kehidupan
masyarakat, senada dengan uraian tersebut menurut Qardhawi mengemukakan
bahwa karesteristik hukum Islam komprehensif dan realistis. 1
Secara koprehensif hukum tidak ditetapkan hanya untuk seorang
individu tanpa keluarga dan tidak ditetapkan hanya untuk satu keluarga tanpa
masyarakat, bukan pula untuk satu masyarakat secara terpisah dari masyarakat
lainnya dalam lingkup umat Islam, dan tidak pula ditetapkan hanya untuk satu
bangsa secara terpisah dari bangsa-bangsa di dunia yang lainnya, baik bangsa
penganut agama ahlul kitab maupun penyembah berhala. Sedangkan secara
realistis hukum Islam tidak mengabaikan kenyataan dalam setiap apa yang
dihalalkan dan yang diharamkan dan juga tidak mengabaikan realita ini dalam
setiap apa yang di tetapkannya dari peraturan dan hukum bagi individu,
keluarga dan masyarakat, negara dan seluruh umat manusia.
Islam merupakan ajaran yang syamil (integral), kamil (sempurna) dan

mutakamil (menyempurnakan) yang diberikan oleh Allah SWT sebagai
1

Ismail Nawawi Uha, Fiqih Muamalah, (Jakarta: DwiPutra Pustaka Jaya, 2010), 7

1

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

pencipta alam beserta seluruh isinya ini kepada manusia yang diangkatnya
sebagai

khalifah

(pemimpin)

di

bumi,

yang

berkewajiban

untuk

memakmurkannya baik secara material maupun spiritual dengan landasan

aqidah dan syari’ah yang masing-masing akan melahirkan peradaban yang lurus
dan akhlakul karimah (perilaku yang mulia). Karena itu, tugas khalifah di bumi
ini adalah untuk mengatur mekanisme kerja/aktifitas yang ada, agar dapat
berjalan secara seimbang dan adil yang mengarah pada suatu tatanan
masyarakat beserta lingkungannya yang aman, tentram dan damai serta penuh
barakah dan ampunan dari Allah SWT.
Dunia, dengan berbagai macam benuk aktifitasnya memelurkan suatu
aturan yang jelas dan terarah, di mana aturan itu berguna sebagai juklak
(petunjuk pelaksanaan) dari beragam aktivitas manusia, baik aktivitas yang
bersifat vertikal (hubungan manusia dengan Tuhannya) yang dapat terungkap
melalui ibadah ritual, seperti shalat, zakat, puasa, haji, dzikir dan lain
sebagainya, maupun aktivitas yang bersifat horizontal (hubungan manusia
dengan sesamanya atau lingkungan alam lainnya) yang tergambar dalam bentuk
hubungan sosial, budaya, politik, pertahanan, dan tak kalah pentingnya dalam
bentuk mu’amalah perekonomian. Bidang ekonomi yang merupakan salah satu
tulang punggung tegaknya tatanan masyarakat yang dinamis, mendapat
perhatian

yang

khusus

dalam

konsep

Islam,

dimana

Islam

sangat

memperhatikan dari bagaimana harta (hasil kegiatan ekonomi) itu diperoleh
dan untuk apa harga itu digunakan. Oleh karena itu, Islam melarang
mendapatkan harta dengan cara pencurian, perbuatan curang, judi, penjualan
barang haram, dan tak kalah gencarnya yang diperangi oleh Islam adalah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

masalah riba. Hal ini sebagaimana pula pelarangan Islam terhadap penggunaan
harta, seperti untuk foya-foya, maksiat, membeli barang yang haram,
membangun fasilitas-fasilitas maksiat dan lain sebagainya.
Islam dalam menentukan suatu larangan terhadap aktifitas duniawiyah
tentunya mempunyai hikmah tersendiri di dalamnya, di mana hikmah itu akan
memberikan kemaslahatan, ketenangan dan keselamatan hidup di dunia
maupun di akhirat. Namun demikian, Islam tidak melarang begitu saja kecuali
di sisi lain ada alternatif konsepsional maupun operasional yang diberikannya,
misalnya saja larangan terhapa riba. Alternatif yang diberikan Islam dalam
rangka menghapuskan riba dalam praktik mu’amalah yang dilakukan manusia
melalui dua jalan.Jalan pertama shadaqah ataupun al-qard}ul h}asan (pinjaman
tanpa adanya kesepakatan kelebihan berupa apapun pada saat pelunasan) yang
merupakan solusi bagi siapa saja yang melakukan aktifitas riba untuk keperluan
biaya hidup (konsumtif) ataupun usaha dalam skala mikro. Sedangkan jalan
yang kedua adalah melalui sitem perbankan Islam yang di dalamnya
menyangkut penghimpunan dana melalui tabungan mudha>
rabah, deposito
(musyarakah), dan giro (wadi’ah) yang kemudian disalurkan melalui pinjaman
dengan prinsip bagi hasil (seperti, mudha>
rabah, musyarakah), prinsip jual beli
(bai’bitsaman a>
jil, mura>
bahah dan lain sebagainnya) serta prinsip sewa seperti

ijar>
ah, dan lain-lain. 2
Hukum dan pandangan Islam mencerminkan nuansa masalah baik di
dunia dan di akhirat, sebagaimana dalam jual-beli mengatur kemaslahatan
manusia dengan manusia agar haknya masing-masing terlindungi dan dapat
2

Jamal Lulail Yunus, Manajemen Bank Syariah Mikro ( UIN Malang Press, 2009), 3- 5

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

din). Di samping itu juga menciptakan
mencapai saling suka sama suka (antara>
kondisi spiritual yang dapat dipertanggungjawakan di hadapan Allah SWT.
Selama ini orang muslim mendambakan lembaga jasa keuangan yang
membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya dengan
menggunakan prinsip syariah. Dalam hal ini maka lahirlah lembaga keuangan
syariah, antara lain baitul ma>
l yang terdiri dari kata BMT (rumah harta) yaitu
lembaga yang mengelola dana zakat, infaq dan sedekah (ZIS) dan baitul tamwi>
l
(rumah pembiayaan) yaitu lembaga yang mengelola dana nasabah.
BMT adalah lembaga keuangan mikro yang dalam operasionalnya
dengan menggunakan prinsip bagi hasil, menumbuh kembangkan bisnis usaha
mikro dalam rangka mengangkat derajat dan martabat serta membela
kepentingan kaum fakir miskin. Lembaga ini ditumbuhkan atas prakarsa dan
modal awal dari tokoh-tokoh masyarakat setemapat dengan berlandasan pada
sistem ekenomi syariah.
Secara legal formal BMT sebagai lembaga keuangan mikro terbentuk
badan hukum koperasi dan secara operasional BMT mengadaptasi sistem
perbankan syariah.Kehadiran BMT adalah untuk membantu masyarakat
kalangan menengah ke bawah yang tidak terjangkau oleh bank. Firman Allah
SWT dalam al-Qur’an surat al-Baqarah Ayat 245.

         
       
“Siapakah yang mau memberikan pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik
(menafkahkan hartanya dijalan Allah), maka Allah akan melipat gandakan yang

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

bnyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (Rizeki) dan kepadanyalah
kamu kembalikan” (QS. Al-Baqarah Ayat 245)
Dalam oprasionalnya, BMT bukan hanya sekedar lembaga keuangan
yang bersifat sosial, melainkan juga sebagai lembaga yang harus menjalankan
amanah dari nasabah yang telah memberikan kepercayaannya untuk dapat
mengelola dana yang dititipkan dengan baik. Oleh karena itu, BMT juga
berorientasi kepada keuntungan (profit), di mana keuntungan ini bukan hanya
untuk pemilik dan pendiri, tetapi juga untuk pengembangan BMT itu sendiri.
Demikian juga dengan Lembaga keuangan syari’ah (Baitul Ma>
l wat

Tanwi>
l) “Amanah Madina” merupakan sebuah lembaga keuangan yang
bergerak dibidang pembiayaan, investasi, dan simpanan dengan pola bagi hasil
yang berlandaskan berdasarkan prinsip-prinsip syariah, yang berpedoman
terhadap Al-Qur’an dan Al-Hadis. Dengan menerapkan lembaga keuangan
syariah dalam kehidupan masyarakat akan menghasilkan individu yang
produktif, kreatif, dan inovatif. Lembaga keuangan syariah mencakup lembaga
keuangan bank dan lembaga keuangan non bank, Lembaga keuangan syari’ah
(Baitul Ma>
l wat Tanwi>
l) “Amanah Madina” disini termasuk dalam lembaga
keuangan syariah non bank. Biasanya dalam Lembaga keuangan non bank ini
banyak dimanfaatkan oleh masyarakat menengah ke bawah untuk mendapatkan
bagi hasil yang halal yang disarankan oleh agama, yakni yang berlandaskan
prinsip syariah (al-Qur’an dan al-hadits).
Lembaga keuangan syariah non bank yang dikelola secara syariah
tersebut kini telah banyak dipraktekkan sehingga tumbuh dan berkembang di
masyarakat serta mengambil bagian penting dalam memberdayakan ekonomi
masyarakat. Sampai saat ini selain peraturan tentang koperasi dengan segala

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

bentuk usahanya, BMT diatur seacra khusus dengan Keputusan Menteri Negara
Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah No 91/Kep/M.KUKM/IX/2004
tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan
Syari’ah. Dengan keputusan ini, segala sesuatu yang terkait dengan pendirian
dan pengawasan BMT berada di bawah Departemen Koperasi dan Usaha Kecil
dan Menengah. Dengan demikian semua BMT yang ada di Indonesia dapat
digolongkan dalam KJKS, mempunyai payung Hukum dan Legal kegiatan
operasionalnya asal saja memenuhi ketentuan perundang-undangan yang
berlaku.

Baitul Ma>
l wat Tamwi>
l Amanah Madina yang memiliki tujuan
memberdayakan

ekonomi

umat

terutama

masyarakat

miskin

yang

membutuhkan melalui penerimaan titipan dana zakat, infak dan sedekah
maupun peminjaman dana melalui produk pembiayaannya (bai’ bi thaman

a>
jil, mura>
bahah, mudha>
rabah, al-qard}ul h}asan) serta penitipan dana melalui
produk simpanannya (simpanan amanah dan amanah berjangka), ataupun
dari segi kegiatan pengembangan usaha-usaha produktif dan investasi dalam
meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha mikro dan kecil antara lain
dengan mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan
ekonomi.

Baitul Ma>
l wat Tamwi>
l adalah balai usaha mandiri terpadu dengan
kegiatan mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam
meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi pengusaha menengah ke bawah dan
kecil antara lain dengan mendorong kegiatan menabung dan menunjang
pembiayaan kegiatan ekonominya.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

Oleh karena itu BMT ini berharap menjadi salah satu lembaga yang tidak
hanya bergerak dalam bidang komersil tapi juga dalam bidang sosial, dengan
saling tolong-menolong dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat miskin,
dengan adanya peningkatan sumber daya manusia dalam peran serta
meningkatkan pendapatan rakyat miskin yang lebih mandiri.
Tapi dari macam-macam produk pembiayaan di BMT Amanah Madina
hanya satu produk yang ditawarkan kepada nasabah yaitu ijar>
ah multijasa
dimana BMT memberikan pinjaman berupa uang kepada pihak ketiga untuk
modal usaha dan nasabah untuk melunasi pinjaman tersebut dengan cara
mencicilannya setiap hari. Atas transaksi peggunaan dana pinjaman tersebut
dikenakan membayar sebesar 4 % (empat %). Dalam ijar>
ah multijasa ini
besarnya ujrah ditentukan bukan berdasarkan nominal tetapi berdasarkan
prosentase atas besarnya pinjaman. serta tidak sesuai dalam fatwa No. 44/DSNMUI/VII/2004 dan No.09/DSN-MUI/IV/2000.
Dari latar belakang tersebut penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut
dalam penyusunan skripsi yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap
Praktek Penggunaan Akad Ijar>
ah Multijasa Untuk Segala Macam Bentuk
Pembiayaan Di BMT Amanah Madinah Waru-Sidoarjo”

B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Identifikasi masalah dilakukan untuk menjelaskan kemungkinankemungkinan

cakupan

masalah

yang

dapat

muncul

dalam

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

penelitian. 3Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat didentifikisi
masalah-masalah sebagai berikut :
1. Pembiayaan Bai’Bithaman Ajil
2. Pembiayaan Murabahah
3. Pembiayaan Mudharabah
4. Pembiayaan Al-Qardlu Hasan
Dari beberapa masalah yang mungkin dapat dikaji tersebut, penulis
batasi dalam rangka menetapkan batas-batas masalah secara jelas sehingga bisa
ditentukan mana saja yang masuk dan mana saja yang tidak masuk dalam
masalah yang akan dibahas, di antaranya yaitu:
1. Akad ijar>
ah multijasa
2. Praktik penggunaan akad ija>
rah multijasa
3. Macam bentuk pembiayaan di BMT

C. Rumusan Masalah
Setelah penulis paparkan latar belakang, identifikasi, dan batasan
masalah, maka untuk mempermudah pembahasan dalam penelitian ini, peneliti
merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana praktik penggunaan akad ija>
rah multijasa untuk segala bentuk
pembiayaan di BMT Amanah Madina ?
2. Apa alasan hukum Islam terhadap praktik penggunaan akad ija>
rah multijasa
untuk segala macam bentuk pembiayaan di BMT Amanah Madina ?

3

Tim Penyusun Fakultas Syariah IAIN Sunan Ampel Surabaya, Petunjuk Penulisan Skripsi
(Surabaya: Fakultas Syariah IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2012),8.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

D. Kajian Pustaka
Kajian pustaka merupakan deskripsi ringkas tentang kajian/penelitian yang
sudah pernah dilakukan di seputar masalah yang diteliti sehingga tidak terjadi
pengulangan atau bahkan duplikasi kajian/penelitian yang sudah ada. Kemudian,
dari hasil pengamatan peneliti tentang kajian-kajian sebelumnya, peneliti
temukan beberapa kajian di antarannya:
1.

Alkiya Fata Ilahy yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Akad
Pembiayaan Ijar>
ah Multijasa Di BMT Batik Mataram, Wirobrayan,
Yogyakarta (2013). Jurusan Muamalah Fakultas Syariah UIN Sunan
Kalijaga. Pada skripsi tersebut menjelaskan tentang praktik akad
pembiayaan ijar>
ah multijasa karena dalam proses bagi hasilnya sama
dengan akad murabahah yang digunakan dalam batik BMT batik Mataram
dan pembiayaan ijar>
ah multijasa merupakan pembiayaan konsumtif bukan
produktif yang orientasinya pada akad tabarru’ yang sebenarnya akad
tabarru’ itu sendiri tidak ada tambahan hutang. 4

2. Ajeng Mar’atus Solihah yang berjudul “ Penerapan Akad Ijarah Pada
Pembiayaan Multijasa Dalam Perspektif Hukum Islam (Studi Pada BMT
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 2014). Jurusan muamalah Fakultas
Syariah UIN Sunan Kalijaga. Pada skripsi tersebut menjelaskan bahwa BMT
unversitas muhammdiyah yogyakarta

(UMY)

dalam

operasionalnya

membiayai kebutuhan anggota dalam bidang kesehatan dan pendidikan
dengan menggunakan akad ijar>
ah, pelaksanaannya adalah BMT UMY
memberikan dana kepada anggota untuk biaya pendidikan dan rumah sakit,
4

Alkiya Fata Ilahy “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Akad Pembiayaan Ija>
rahMultijasa di BMT
Batik Mataram, Wirobrayan, Yogyakarta (2013). UIN Sunan Kalijaga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

setelah itu anggota membayar kepada BMT UMY secara angsuran dengan
ujrah yang telah ditetapkan. Setelah penulis mengamati tentang pelaksanaan
akad ijar>
ah yang diterapkan dalam pembiayaan multijasa seperti biaya
pendidikan dan kesehatan BMT UMY, praktek tersebut kurang sesuai
dengan ajaran islam. Karena pengertian jasa dalam akad ijar>
ah adalah produk
jasa yang dimiliki oleh lembaga keuangan, selain itu tidak adanya kerjasama
yang dilakukan oleh BMT UMY dengan pihak pemilik obyek sewa. 5
3. Yuyun setia wahyuni yang berjudul “Analisis Hukum Islam Terhadap
Pembiayaan Talangan Haji Dengan Menggunakan Akad Ijar>
ah Multijasa Di
BNI Syari’ah Cabang Surabaya 2008” Jurusan Muammalah Fakultas
Syari’’ah UIN Sunan Ampel Surabaya. Pada skripsi tersebut menjelaskan
bahwa yang membahas tentang talangan haji yang menggunakan sistem
multijasa. Hasil penelitian ini menyimpulkan aplikasi pembiayaan talangan
haji dengan ijarah multijasa tidak sesuai dengan hukum islam. Karena pihak
bank di rasa tidak melakukan pekerjaan yang di nilai dengan jasa sehingga
tidak seharusnya ada upah. 6
Dari beberapa kajian pustaka tersebut penulis mempunyai persamaan
dan perbedaan yaitu : persamaannya adalah sama-sama menggunakan akad

ijar>
ah multijasa sedangkan perbedaannya dari skripsi terdahulu menjelaskan
tentang adanya sistem tabarru’ kalau penulis menjelaskan tentang pinjaman
dengan menggunakan uang.

5

Ajeng mar’atus solihah “Penerapan Akad Ija>
rah Pada Pembiayaan Multijasa Dalam Perspektif
Hukum Islam (Studi Pada BMT Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 2014). UIN Sunan Kalijaga
6
Yuyun setia wahyuni “ Analisis Hukum Islam Terhadap Pembiayaan Talangan Haji dengan
rah Multijasa di BNI Syariah Cabang Surabaya. IAIN Sunan Ampel (2008)
Menggunakan Akad Ija>

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

E. Tujuan Penelitian
Sehubungan dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan pembahasan yang
ingin di capai oleh penulis pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Menjelaskan pengaruh pembiaayan ijar>
ah multijasa di BMT Amanah
Madina.
2. Menjeaskan segi hukum Islam dalam penggunaan akad ijar>
ah multujasa
berbagai macam produk di BMT Amanah Madina.

F. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian yang digunakan ini diharapkan bermanfaat untuk hal-hal
sebagai berikut:
1. Dari segi teoritis
a. Diharapkan berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan tentang
ajaran Islam dan fiqih muammalah.
b. Hasil penelitian ini bisa dijadikan tolak ukur pandangan hukum Islam
terhadap pembiayaan ija>
rah multijasa.
2. Dari segi praktis
a. Untuk memberikan masukan yang berguna bagi pembahasan lebih lanjut
tentnag pembiayaan ijar>
ah multijasa di BMT Amanah Madina.
b. Dapat digunakan sebagai perbandingan penelitian berikutnya.

G. Definisi Operasional
Untuk memperoleh pengetahuan yang luas dan jelas dalam pembahasan
judul skripsi yang membahas tentang Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

ah Multijasa Untuk Segala Macam Bentuk Pembiayaan Di
Penggunaan Akad Ijar>
BMT Amanah Madina Waru-Sidoarjo, maka penyusun perlu mengemukakan
secara jelas maksud judul tersebut.
1) Hukum Islam : Tentang pendapat Menurut Ulama Syafi’iyah al-

ijar>
ah adalah suatu jenis akad atau transaksi terhadap suatu manfaat
yang dituju, tertentu, bersifat mubah dan boleh dimanfaatkan, dengan
cara memberi imbalan tertentu. 7
2) Ija>
rah Multijasa di BMT Amanah Madina dalam menerapkan ija>
rah
multijasa itu seperti ini. Ada nasabah yang meminjam uang dia harus
menyetorkan BPKB sebagai jaminan setelah itu BPKB tersebut
ditukarkan atau dicairkan dengan uang, dan setelah itu membayarnya
atau mengangsurnya dengan cicilan, secara otomatis dikenakan ujrah
dari ija>
rah multijasa tersebut dan ujrah tersebut harus dibayarkan
setiap hari.

H. Metode Penelitian
Penelitian yang akan dilaksanakan ini merupakan penelitian lapangan
yang didasarkan pada kaidah-kaidah kualitatif. Penelitian lapangan adalah
penelitian yang data utamanya diperoleh dari informasi di lapangan dan bukan
dari kepustakaan. 8 Sedangkan maksud dari kaidah-kaidah kualiatif adalah bahwa
penelitian ini tidak menggunakan rumusan statistik dalam analisinya.
1. Data yang dikumpulkan
a. Data primer
7
8

Asy- Sarbaini al-Khitab, Mughni al-Mukhtar (Beirut: Dar al-Fikr, 1978), 223
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian dari Teori Ke Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), 75.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

ah Multijasa
1) Data mengenai aplikasi dari Penggunaan Akad Ijar>
Untuk Segala Macam Bentuk Pembiayaan Di BMT Amanah
Madinah Waru-Sidoarjo.
2) Jenis produk pembiayaan
3) Teori Ijar>
ah
b. Data sekunder
1) Profil BMT
2) Akad-akad dalam Islam
3) Visi-misi BMT
2. Sumber data
a. Sumber primer adalah sumber data yang diperoleh sumbernya secara
langsung dari masyarakat baik yang dilakukan melalui wawancara,
maupun obvervasi, sumber informasi yang memiliki kompetensi sesuai
dengan obyek penelitian dan diperoleh dengan melakukan tinjauan
langsung ke obyek penelitian. 9 Data primer dari penelitin ini adalah data
tentang tinjauan hukum Islam terhadap praktek penggunaan akad ija>
rah
multijasa untuk segala macam bentuk pembiayaan di BMT Amanah
Madina Waru-Sidoarjo. Sumber data peneliti ini adalah dengan dokumen
serta yang berhubungan dengan pinjaman nasabah ke BMT dengan
transaksi ijar>
ah multijasa.
b. Sumber sekunder adalah sumber data yang diperoleh dari literaturliteratur sebagai mendukung penelitian yaitu buku-buku, hasil penelitian
yang berwujud laporan dan sebagainya. Sumber ini adalah sumber yang
9

P. Joko Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: PT, Rieneka Cipta, 2004),
87.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

bersifat membantu atau menunjang untuk melengkapi dan memperkuat
serta memberikan penjelasan mengenai sumber-sumber data primer,10
dan beberapa dokumen-dokumen yang terkait dengan pembiayaan akad

ijar>
ah multijasa di BMT Amanah Madina. Diantara sumber-sumber data
tersebut adalah :
1) Fiqih muamalah Ismail Nawawi
2) Metode penelitian dalam teori dan praktek karya P. Joko Subagyo
3) Fatwa

DSN

mengenai

pembiayaan

multijasa

No.

44/DSN-

MUI/VII/2004.
4) Fatwa DSN tentang pembiayaan ijar>
ah No.09/DSN-MUI/IV/2000.
3. Subyek penelitian
Subyek penelitian ini adalah BMT Amanah Madina mengaplikasikan
pinjaman dengan menggunkan sistem akad ija>
rah multijasa.
4.

Teknik pengumpulan data
Dalam hal pengumpulan data yang diperlukan dalam peneliti ini
penulis menggunakan beberapa metode yaitu :

a.

Wawancara
Wawancara adalah satu bentuk metode pengumpulan data dengan
jalan komunikasi, yakni melalui kontak atau hubungan pribadi antara
pewawancara dengan sumber data (responden) . 11 pengumpulan data dengan
cara pihak BMT Amanah Madina dari bagian marketingnnya melakukan
transaksi ke pada nasabah yang melakukan akad pembiayaan ijar>
ah
multijasa.

10

Ibid., 88

11

Rianto Adi ,Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum, (Jakarta: Granit, 2004) 72.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

b.

Observasi
Data untuk menjawab masalah penelitian dapat dilakukan pula
dengan cara pengamatan, yakni mengamati gejala yang diteliti. Apa yang
ditangkap harus dicatat dan catatan itu kemudian dianalisis. 12 Observasi
dilakukan di BMT Amanah Madina dengan mengamati praktek penggunaan
akad ijar>
ah multijasa.

c.

Studi Dokumen
Studi dokumen adalah salah satu metode yang digunakan dalam
metodologi penulisan sosial. Pada intinya studi dokumen adalah metode
yang digunakan untuk menelusuri data historis. 13 Teknik pengumpulan data
ini dilakukan untuk memperoleh data tentang akad pembiayaan ijar>
ah
multijasa dari dokumen yang berkaitan dengan penggunaan akad ijar>
ah
multijasa di BMT Amanah Madina Waru Sidoarjo.

5. Teknik analisis data
Metode yang digunakan untuk menganalisi hasil penelitian yaitu
menggunakan metde deskriptif analisis yaitu teknik untuk menggambarkan
atau menjelaskan data yang terkait dengan pembahasan. 14 Dalam teknik
penelitian ini menggambarkan apa yang terjadi didalam praktek aplikasi
akad pembiayaan ijar>
ah multijasa di BMT Amanah Madinah Waru Sidoarjo.
Kemudian data tersebut dianalisis dalam perspektif hukum Islam.
Analisis tersebut menggunakan pola fikir deduktif yaitu dimulai dengan
menggunakan teori-teori atau dalil-dalil terhadap aplikasi akad pembiayaan

12

Ibid .,70

13

M. Burhan Bungin, PenelitianKualitatif, (Jakarta: Kencana prada Media Grup, 2007), 121.
Moh. Nasir Metode penelitian,(Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999),63.

14

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

ijar>
ah multijasa kemudian di temukan pemahaman secara umum menurut
perspektif hukum Islam untuk selanjutnya dapat diambil kesimpulan bersifat
khusus. 15

I. Sistematika Pembahasan
Secara keseluruhan skripsi ini tersusun dalam lima bab masingmasing bab terdiri dari beberapa sub bab pembahasan, hal ini dimaksud untuk
mempermudah dalam pembahasan serta penelaahan adapun sitematikanya adalah
sebagai berikut:
Bab pertama pendahuluan, berisi uraian tentang latar belakang
masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah kajian pustaka,
tujuanpenelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, metode
penelitian dan sitematika pembahasan.
Bab kedua memuat tentang akad multijasa menurut hukum Islam dan
fatwa DSN-MUI No. 44/DSN MUI/VII/2004 tentang pengertian pembiayaan
multijasa, pengertian ijar>
ah, dasar hukum ijarah, rukun dan syarat ijar>
ah, perihal
resiko, prinsip transaksi ijar>
ah, macam-macam ijar>
ah, berakhirnya akad ijar>
ah
dan hikmah ijar>
ah, pengertian pembiayaan, pengertian pembiayaan Bai’

Bithaman a>
jil, pembiayaan mura>
bahah, pembiayaan mudha>
rabah, pembiayaan AlQardhul Ha>
san
Bab tiga merupakan pembahasan dari hasil penelitian yang dilakukan
oleh penulis, berisi tentang gambaran umum serta sejarah BMT Amanah Madina
Waru Sidoarjo, visi-misi, legalitas hukum struktur organisasi, job description,

15

M. Toha Anggoro, Metode Penelitian, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), 6

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

jenis-jenis produk yang dikeluarkan, serta penjelasan tentang latar belakang
adanya pembiayaan ijar>
ah multijasa, syarat-syarat pembiayaan, dan kasus
pembiayaan ijar>
ah multijasa.
Bab keempat berisi tentang analisis hukum Islam terhadap
pembiayaan ijar>
ah multijasa di BMT Amanah Madina Waru Sidoarjo. Dalam bab
ini peneliti menganalisis tentang aplikasi pembiayaan ijar>
ah multijasa.
Bab kelima penutup yang berisi tentang kesimpulan dari hasil
penelitian dan saran.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II
KONSEP PEMBIAYAAN IJA>
RAH MULTIJASA MENURUT HUKUM ISLAM
DAN FATWA DAN SYARIAH NASIONAL

1.

rah Multijasa Menurut Hukum Islam
Konsep Ija<
a. Pengertian Ija>
rah

Ija>
rah adalah perjanjian sewa-menyewa suatu barang dalam waku
tetentu melalui pembayaran sewa.Atau ija>
rah adalah transaksi sewamenyewa atas suatu barang dan atau upah- mengupah atas suatu jasa
dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa atau imbalan jasa 1.
Dari pengertian diatas terlihat bahwa yang dimaksud dengan sewa–
menyewa itu adalah mengambilan manfaat sesuatu benda, jadi dalam hal
ini bendanya tidak berkurang sama sekali, dengan perkataan lain dengan
terjadinya peristiwa sewa–menyewa, yang berpindah hanyalah manfaat
dari benda yang disewakan tersebut, dalam hal ini dapat berupa manfaat
barang seperti kendaraan, rumah dan manfaat karya seperti pemusik,
bahkan dapat juga berupa karya pribadi seperti pekerja.
Di dalam istilah hukum Islam orang menyewakan disebut dengan

mu’ajjir sedangkan orang yang menyewa disebut dengan musta’jir, benda
yang disewakan diistilahkan dengan ma’jur dan uang sewa atau imbalan
atas pemakaian manfaat barang tersebut disebut dengan ujrah.

1

Abdul Ghafur Anshari, Reksa Dana Syariah, (Bandung: Refika Aditama, 2008), 25

18

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

Sewa–menyewa sebagaimana perjanjian lainnya, adalah merupakan
perjanjian yang bersifat konsensual, perjanjian ini mempunyai kekuatan
hukun yaitu pada saat sewa – menyewa berlangsung, dan apabila akad
sudang

berlangsung,

maka

pihak

yang

menyewakan

(mu’ajjir)

berkewajiban untuk menyerahkan barang (ma’jur) kepada pihak penyewa
(musta’jir), dan dengan diserahkannya manfaat barang atau benda maka
pihak penyewa berkewajiban pula untuk menyerahkan uang sewanya
(ujrah). 2
Adapun secara terminologi, para ulama fiqh berbeda pendapatnya,
antara lain :
a. Menurut Sayyid Sabiq, al-ija>
rah adalah suatu jenis akad atau transaksi untuk
mengambil manfaat dengan jalan memberi penggantian. 3
b. Menurut Ulama Syafi’iyah al-ija>
rah adalah suatu jenis akad atau transaksi
terhadap suatu manfaat yang dituju, tertentu, bersifat mubah dan boleh
dimanfaatkan, dengan cara memberi imbalan tertentu. 4
c. Menurut Amir Syarifuddin al-ija>
rah secara sederhana dapat diartikan tertentu.
Bila yang menjadi obyek transaksi adalah manfaat atau jasa dari suatu benda
disebut Ija>
rah al’Ain, seperti sewa-menyewa rumah untuk ditempati. Bila
menjadi obyek transaksi manfaat atau jasa dari tenaga seseorang disebut Ija>
rah

Ad-dzimah atau upah mengupah, seperti upah mengetik skripsi. Sekalipun
obyeknya berbeda keduanya dalam konteks fiqh disebut al-ijar>
ah. 5

2

H. Chairuman Pasaribu dan Suhrawardi K. Lubis,Hukum Perjanjian dalam Islam (Jakarta: Sinar
Grafika, 1994), 52
3
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah (Beirut:Dari Kitab al-Arabi, 1978), 177
4
Asy- Sarbaini al-Khitab, Mughni al-Mukhtar(Beirut: Dar al-Fikr, 1978), 223
5
Amir Syarifuddin, Garis-garis Besar Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2003), 216

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

ah dan al-kira mempunyai kata yang
d. Menurut Malikiyah menjelaskan al-ijar>
semakna. Hanya saja kata al-ijar>
ah mengatur dalam pemberian nama dari
perjanjian atas manfaat manusia dan benda bergerak selain kapal laut dan
binatang. Menamakan perjanjian persewaan atas benda tetap, yaitu secara
khusus dengan istlah “al-kira”, meskipun keduanya termasuk barang yang bisa
dipindahkan. 6
e. Menurut Hanafiyah

ِ ‫ﺒْ ِﻹ َﺟ َﺎرةُ َ ْ ٌﺪ َﻠَﻰ ﺒْﳌْـ َﻔ َ ِﺔ ِ ِ َﻮ‬
‫ض َ ٍﺎل‬
َ
Artinya : “ijar>
ah adalah akad atas suatu kemanfaatan dengan
imbalan berupa harta” 7
Menurut Hanafiyah bahwa maksud dari akad perjanjian adalah ijab
dan qabul.Misal seorang nyewa mobil selama dua hari, maka
setelah dua hari masanya telah habis, pemilik mobil berhak
meminta mobil tersebut.Jika orang yang menyewa mobil tersebut
belum mengembalikan barang yang disewa maka baginya setiap
hari sejak masa habis ada ongkosnya tiap hari sampai dia
mengembalikan barang tersebut.Maksud dari mahzab Hanafiyah ini
adalah yang menyewakan berhak mendapatkan uang ganti rugi atau
denda apabila si penyewa mangkir dalam pembayaran sewa
tersebut.

6
7

Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002,) 114-115
H. Ahmad Wardy Muslich, Fiqih Muamalah, (Jakarta : Amzah, 2010), 316

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

rah adalah suatu akad sewa-menyewa
Dengan demikian ija>
barang yang pada hakikatnya mengambil suatu manfaat atas barang
yang telah kita sewa.
b. Dasar Hukum Ijar>
ah
Para fuqaha’ sepakat ijar>
ah merupakan akad yang dibolehkan oleh
syara’, kecuali

beberapa ulama’ seperti Abu Bakar Al-Asham, Ismail

Bin’Aliyah, Hasan Al-Bashari , Nahrawani dan Ibnu Kisan. Mereka tidak
membolehkan ijar>
ah karena ijar>
ah adalah jual-beli manfaat, sedangkan
manfaat saat dilakukannya akad tidak bisa diserahterimakan. Setelah
beberapa waktu baru manfaat itu dapat dinikmati sedikit demi
sedikit.Sedangkan sesuatu yang tidak ada pada waktu akad tidak boleh
diperjual-belikan.
Alasan jumhur ulama’ tentang diperbolehkan ijar>
ah
1. Al-Qur’an
a) Surat al-Baqarah ayat 233

        
         
          

          
         
        

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

          
 
Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun
penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan.dan
kewajiban ayah memberi makan dan Pakaian kepada para ibu
dengan cara ma'ruf. seseorang tidak dibebani melainkan menurut
kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita
kesengsaraan Karena anaknya dan seorang ayah Karena anaknya,
dan warispun berkewajiban demikian. apabila keduanya ingin
menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan
permusyawaratan, Maka tidak ada dosa atas keduanya. dan jika
kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada
dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut
yang patut. bertakwalah kamu kepada Allah dan Ketahuilah
bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan. 8
b) Surat al-Qashash ayat 26

       
   
Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku
ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), Karena
Sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk
bekerja (pada kita) ialah orang yang Kuat lagi dapat dipercaya". 9
c) Surat at-Thalaq ayat 6

       
         

        

8
9

Departemen Agama RI. Al Qur’andanTerjemah. (Bandung: PT CV Penerbit J-ART, 2005), 37

Ibid, 388

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

        

Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat
tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu
menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka. dan
jika mereka (isteri-isteri yang sudah ditalaq) itu sedang hamil,
Maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka
bersalin, Kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu
untukmu Maka berikanlah kepada mereka upahnya, dan
musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu) dengan baik;
dan jika kamu menemui kesulitan Maka perempuan lain boleh
menyusukan (anak itu) untuknya. 10
Ayat di atas menjadi dasar hukum adanya sistem sewa dalam
hukum Islam, seperti yang diungkapkan dalam ayat bahwa seseorang itu
boleh menyewa orang lain untuk menyusui anaknya, tentu saja ayat ini
akan berlaku umum terhadap segala bentuk sewa – menyewa. 11
2. As-sunnah

َ‫ﺒﻪِ ﺻﻠﱠﻰ َﻠَْﻴ ِ َو َﺳﻠﱠ َ أَ ْ ﻄُﻮﺒ ﺒﻷ‬
َ َ ‫ﺎل‬
َ َ ‫َ ْﻦ َْ ِﺪﷲِ ْ ِﻦ ُ َ َﺮ‬
ّ ‫ﺎل َر ُﺳ ْﻮ ُل‬
ِ
‫أﺟَﺮُ َـْ َﻞ أ ْن َِﳚ ﱠ‬
ُ َ‫ﻒ ََﺮ‬
ْ ‫ﺟْﻴـَﺮ‬
Dari Ibnu Umar ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : berikanlah
kepada tenaga kerja itu upahnya sebelum keringatnya kering.
(HR. Ibnu Majah) 12

3. Ijma’ Ulama
Mengenai

disyariatkan

ijar>
ah

para

ulama

keilmuan

dan

cendekiawan bersepakat tentang pengertian ijar>
ah, sekalipun ada hanya

10

Ibid, 559
Zainuddin Ali, Hukum Perbankan Syari’ah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), 43
12
Imam Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, jilid 2, (Beirut: Dar Al-Kutub Al-Ilmiyah, t.t), 817.

11

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

sebagian kecil diantara mereka yang berbeda pendapat tetapi itu tidak
dianggap. 13
Dari ayat-ayat al-Qur’an dan beberapa hadis Rasulullah tersebut
dijelaskan bahwa akad ijar>
ah atau sewa-menyewa hukumnya dibolehkan,
karena memang akad tersebut dibutuhkan oleh masyarakat.
Di samping al-Qur’an dan Sunnah, dasar hukum ijar>
ah adalah
ijma’.Sejak zaman sahabat sampai sekarang ijar>
ah telah disepakati oleh
para ahli hukum Islam, kecuali beberapa ulama yang telah disebutkan di
atas.Hal tersebut dikarenakan masyarakat sangat membutuhkan akad
ini. 14Dalam kehidupan sehari-hari, ada orang yang memiliki persewaan
mobil. Disisi lain ada orang yang membutuhkan mobil. Dengan adanya
akad ijar>
ah maka orang tersebut tidak usah membeli mobil karena bisa
menyewa untuk beberapa waktu atau hari yang telah disepakati, dengan
memberi uang sewa berupa imbalan yang telah disepakati bersama.
c. Rukun dan Syarat Ijar>
ah
1) Rukun Ijar>
ah
Menurut ulama Hanafiyah, rukun ijar>
ah adalah ijab dan qabul,
antara lain dengan menggunakan kalimat: al-ijar>
ah, al-istij>
ar, al-iktir>
a’,
dan al-ikr>
a.Adapun menurut Jumhur ulama, rukun ijar>
ah ada (4) empat,
yaitu:
a. ‘Aqid (orang yang berakat).
b. S{ighat akad.

13

Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah II dan Terjemahan Kamaluddin A. Marzuki jilid 13, (Bandung PT. Alma’arif, 1987), 11
14
H. Ahmad Wardi Muslich, Fiqih Muamalah, (Jakarta: Amzah, 2010), 329

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

c. Ujrah (upah).
d. Manfaat.
2) Syarat Ijar>
ah
Syarat-syarat al-ijar>
ah terdiri dari 4 jenis persyaratan, yaitu :
a. Syarat terjadinya akad
b. Syarat berlangsungnya akad
c. Syarat sahnya akad
d. Syarat mengikatnya syarat
Agar ija>
rah mengikat diperlukan 2 syarat yaitu:
1) Benda yang disewakan harus terhindar dari cacat yang
menyebabkan

terhalangnya

manfaat

atas

benda

yang

disewakan itu. Apabila terjadi cacat maka penyewa boleh
memilih meneruskan ija>
rah dengan pengurangan untuk sewa
dan membatalkannya.
2) Tidak terdapat alasan yang membatalkan ija>
rah. 15
Sedangkan untuk sahnya perjanjian sewa–menyewa harus
terpenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a. Masing–masing pihak rela untk melakukan perjanjian
sewa–menyewa, maksudnya kalau didalam perjanjian
sewa–menyewa itu terdapat unsur pemaksaan, maka sewa–
menyewa itu tidak sah. Ketentuan ini sejalan dengan bunyi
surat An-Nisa’ ayat 29 :

15

Ibid, 321

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

      
         
        
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali
dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka
di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu,
Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu (QS.
An-Nisa ayat 29) 16
b. Harusjelas dan terang mengenai obyek yang diperjanjikan;
Harus jelas dan terang mengenai obyek sewa–menyewa, yaitu
barang yang dipersewakan disaksikan sendiri, termasuk juga
masa sewa (lama waktu sewa–menyewa berlangsung) d

Dokumen yang terkait

Analisa Terhadap Aplikasi Pembiayaan Ijarah Multijasa Pada BMT Al-Munawwarah

5 26 82

Rancang bangun sistem informasi pembiayaan pada produk ijarah multijasa: studi kasus BMT Al-Munawwarah Cabang Pamulang Timur

0 7 239

Aplikasi Produk Ijarah Pada Pembiayaan Multijasa Di Bmt Ubasyada – Ciputat

3 38 95

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK AKAD PEMBIAYAAN IJĂRAH Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Akad Pembiayaan Ijarah (Studi Kasus di BMT Al-Madinah Jajar Laweyan Surakarta).

0 3 16

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK AKAD PEMBIAYAAN IJĂRAH Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Akad Pembiayaan Ijarah (Studi Kasus di BMT Al-Madinah Jajar Laweyan Surakarta).

0 3 16

PENDAHULUAN Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Akad Pembiayaan Ijarah (Studi Kasus di BMT Al-Madinah Jajar Laweyan Surakarta).

0 4 5

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH ANTARA Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktik Akad Pembiayaan Murabahah Antara Nasabah Pasar Dengan Bmt Surya Dana Makmur Kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten.

0 0 10

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH ANTARA Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktik Akad Pembiayaan Murabahah Antara Nasabah Pasar Dengan Bmt Surya Dana Makmur Kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten.

0 1 18

Tinjauan hukum Islam terhadap praktik akad ijarah pada pembiayaan pendidikan di KSPPS muamalah Berkah Sejahtera.

0 0 89

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENETAPAN UJRAH DALAM PEMBIAYAAN MULTIJASA AKAD IJĀRAH DI KOPERASI BMT MUDA JAWA TIMUR KANTOR CABANG BUNGAH GRESIK.

0 0 89