IMPLEMENTASI FINANCIAL INCLUSION (KEUANGAN INKLUSIF) BAGI MASYARAKAT KELURAHAN KARAH KECAMATAN JAMBANGAN KOTA SURABAYA : STUDI KASUS DI BMT AMANAH UMMAH SURABAYA.

(1)

IMPLEMENTASIFINANCIAL INCLUSION (KEUANGAN INKLUSIF) BAGI MASYARAKAT KELURAHAN KARAH KECAMATAN

JAMBANGAN KOTA SURABAYA

(Studi kasus di BMT Amanah Ummah Surabaya)

SKRIPSI

Oleh : NUR HIDAYAH

NIM C34211145

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

Program Studi Ekonomi Syariah SURABAYA


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

v ABSTRAK

Skripsi ini adalah hasil penelitian lapangan (field research) dengan judul

“Implementasi Financial Inclusion (Keuangan Inklusif) Bagi Masyarakat Karah Kecamatan Jambangan Kota Surabaya (Kasus di KJKS BMT Amanah Ummah Surabaya). Adapun penelitian ini bertujuan untuk menjawab permasalahan tentang 1)

Bagaimana Upaya KJKS BMT Amanah Ummah dalam melaksanakan Financial

Inclusion (Keuangan Inklusif) bagi Masyarakat Karah Kecamatan Jambangan Kota

Surabaya. 2) Bagaimana ImplementasiFinancial Inclusion (Keuangan Inklusif) bagi

Masyarakat Karah Kecamatan Jambangan Kota Surabaya.

Data penelitian ini dihimpun dengan menggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Selanjutnya data yang dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pola berfikir induktif.

Hasil penelitian yang diperoleh adalah pertama upaya dalam pelaksanaan financial inclusion (keuangan inklusif) masih belum memberikan kemudahan dalam syarat dan ketentuan pembiayaan, kurangnya inovasi produk, pelayanan rama dan sopan, selain itu lokasi kantor dekat dengan masyarakat serta mudah dijangkau, pemasaran dengan menggunakan sistem jemput bola.

Pembahasan dalam skripsi ini menghasilkan analisis bahwa KJKS BMT Amanah Ummah salah satu lembaga keuangan yang memiliki peran penting dalam

pelaksanaan financial inclusion (keuangan inklusif). Syarat dan ketentuan tabungan

dirasa mudah oleh nasabah, tapi dalam hal pembiayaan syarat dan ketentuan masih dirasa rumit dan terlalu banyak persyaratan. Selain itu produk kurang berinovasi serta belum sesuai dengan kebutuhan masyarakat kelas bawah dan kurangnya memberikan edukasi bagi masyarakat. Letak lokasi kantor mudah dijangkau oleh masyarakat karah. Sistem komunikasi pemasaran menggunakan sistem jemput bola. Berdasarkan

kesimpulan diatas, maka proses pelaksanaan financial inclusion (keuangan inklusif)

masih belum maksimal sesuai dengan indikator keuangan inklusif. Dari hasil di atas, maka dapat pula disarankan untuk KJKS BMT Amanah Ummah memberikan edukasi pengetahuan tentang jasa dan produk guna meningkatkan minat menabung masyarakat serta mempermudah syarat pembiayaan, serta perlu dilakukan studi lebih lanjut tentang indikator keuangan inklusif karena terdapat indikasi ketidakmerataan penggunaan informasi jasa dan produk keuangan.


(7)

viii DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR... vi

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TRANSLITERASI ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah ... 13

C. Rumusan Masalah ... 15

D. Kajian Pustaka ... 15

E. Tujuan Penelitian ... 17

F. Kegunaan Hasil Penelitian ... 18

G. Definisi Operasional ... 18

H. Metode Penelitian ... 19

I. Sistematika Pembahasan ... 23

BAB II LANDASAN TEORI A. FinancialInclusion(Keuangan Inklusif)... 25

1. PengertianFinancial Inclusion(keuangan inklusif ... 25

2. Visi dan TujuanFinancial Inclusion(keuangan inklusif) ... 31


(8)

ix

a. Sasaran Umum Keuangan Inklusif... 33

b. Kerangka Keuangan Inklusif... 36

c. Indikator Keuangan Inklusif ... 38

B. Implementasi Strategi Nasional Keuangan Inklusif... 39

C. Peranan Bank Indonesia dalam Pelaksanaan implementasi Strategi Nasional Keuangan Inklusif... 40

BAB III Implementasi Financial Inclusion (Keuangan Inklusif) Bagi Masyarakat Karah Kecamatan Jambangan Kota Surabaya (Kasus Di Kjks Bmt Amanah Ummah Surabaya) A. Gambaran ummum tentang KJKS BMT Amanah Ummah ... 43

1. Lokasi penelitian ... 43

2. Latar belakang sejarah berdirinya KJKS BMT Amanah Ummah... 43

3. Legalitas KJKS BMT Amanah Ummah ... 45

4. Visi dan Misi ... 45

5. Letak Geografis KJKS BMT Amanah Ummah ... 46

6. Susunan Pengurus dan Pengelolaan KJKS BMT Amanah Ummah... 47

B. Produk-produk KJKS BMT Amanah Ummah ... 48

C. Upaya KJKS BMT Amanah Ummah dalam melaksanakan Financial Inclusion (keuangan inklusif) bagi Masyarakat Kelurahan Karah Kecamatan Jambangan Kota Surabaya... 52

D. Implementasi Financial Inclusion (Keuangan Inklusif) bagi Masyarakat Kelurahan Karah Kecamatan Jambangan Kota Surabaya... 57

BAB IV Analisis Implementasi Financial Inclusion (Keuangan Inklusif) Bagi Masyarakat Karah Kecamatan Jambangan Kota Surabaya (Kasus Di Kjks Bmt Amanah Ummah Surabaya)


(9)

x

A. Upaya KJKS BMT Amanah Ummah dalam melaksanakan Financial Inclusion (keuangan inklusif) bagi Masyarakat Kelurahan Karah Kecamatan Jambangan Kota Surabaya... 61

B. Implementasi Financial Inclusion (Keuangan Inklusif) bagi

Masyarakat Kelurahan Karah Kecamatan Jambangan Kota Surabaya... 64

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 70 B. Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lembaga keuangan bank dan non bank memiliki peranan penting dalam sistem keuangan suatu negara. Salah satunya adalah menjaga stabilitas keuangan dalam perekonomian suatu negara. Karena itu lembaga keuangan bank dan non bank menjadi salah satu pilar stabilitas ekonomi keuangan. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi syariah di Indonesia, secara otomatis ikut memacu perkembangan lembaga keuangan syariah baik bank maupun non bank. Oleh karena itu banyak inovasi-inovasi dari lembaga keuangan baik bank maupun non bank. Baitul ma>l wa tamwil dan koperasi syariah sebagai lembaga keuangan mikro berperan sangat penting dalam perkembangan ekonomi masyarakat. Karena lembaga-lembaga tersebut langsung bersentuhan dengan industri mikro yang dijalankan oleh masyarakat luas.

Begitu juga dengan peran lembaga keuangan bagi kalangan menengah ke bawah. Salah satu masalah kronis yang banyak menyita perhatian dunia adalah mengenai kemiskinan.1 Berbagai seminar dan pertemuan dilakukan dengan tujuan mengurangi atau bahkan menghilangkan kemiskinan di muka bumi ini.

Upaya penanggulangan kemiskinan terus digalakkan, salah satunya dengan memutus mata rantai kemiskinan melalui pemberdayaan kelompok

1


(11)

2

dengan pengembangan microfinance, yakni suatu model penyedia jasa keuangan bagi masyarakat yang memiliki usaha pada sektor paling kecil yang tidak dapat mengakses jasa bank karena berbagai keterbatasannya.2

Permasalahan yang selalu dihadapi oleh Usaha Kecil dan Menengah (UKM) adalah modal atau biaya. Hal ini disebabkan karena keterbatasan pengetahuan atau kemampuan dalam mencukupi kebutuhan prosedur atau persyaratan perbankan. Untuk itu ada beberapa pertimbangan yang diperlukan dalam membangun sistem pembiayaan, yang mencakup kepentingan usaha kecil dan menengah dan lembaga keuangan. Mengingat faktor persyaratan dan prosedur untuk mendapatkan pinjaman merupakan hal yang mendasar yang sangat penting dipenuhi oleh sebagian besar usaha kecil, maka faktor ini menjadi hal yang sangat penting untuk dipertimbangkan terutama dalam membangun sistem usaha skala mikro. Selain itu juga perlu adanya segmentasi kebutuhan dari masing-masing usaha kecil dan menengah

Seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan perekonomian dunia serta kemajuan ilmu teknologi maka suatu bangsa harus bisa bersaing dengan global, perlu dilakukannya suatu perubahan kearah yang lebih baik. Salah satu indikator kemajuan suatu bangsa dapat kita lihat dari pembangunan di berbagai sektor. Oleh karena itu keberadaan lembaga keuangan dalam pembiayaan pembangunan sangat dibutuhkan. Lembaga keuangan yang terlihat dalam suatu pembiayaan pembangunan ekonomi dibagi menjadi dua yaitu lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan non bank (LKBB)

2

Euis Amalia,Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam; Penguatan Peran LKM dan UKM di Indonesia,Jakarta: Rajawali Press, 2009, h 2


(12)

3

Lembaga keuangan syariah dibentuk sebagai perwujudan dari adanya kesadaran masyarakat terhadap aplikasi ajaran Islam dengan menggunakan sistem ekonomi Islam, yakni sistem ekonomi yang dilaksanakan dalam praktik (penerapan ilmu ekonomi) sehari-hari bagi individu, keluarga, kelompok masyarakat maupun pemerintah atau penguasa dalam rangka mengorganisasi faktor produksi, distribusi dan pemanfaatan barang dan jasa yang dihasilkan tunduk dalam peraturan atau perundang-undangan islam.3 Sehingga lembaga keuangan syariah merupakan lembaga keuangan yang menggunakan prinsip-prinsip Islam (syariah) sebagai landasan operasionalnya. Dengan demikian semua transaksi yang dioperasionalkan tidak lepas dari aturan syariat dan tidak bertentangan dengan aturan syariat.

Lembaga keuangan non bank merupakan salah satu jenis perusahaan keuangan. Fungsi dari lembaga ini hampir sama dengan lembaga perbankan yaitu dalam menghimpun dana dari masyarakat atau menyalurkan dana kepada pihak yang memerlukan. Manfaat dari lembaga keuangan non bank adalah untuk membantu menggerakan sistem perekonomian masyarakat, khususnya untuk melayani kebutuhan ekonomi masyarakat yang tidak bisa di jangkau oleh fungsi lembaga perbankan. Lembaga Keuangan Bukan Bank Syariah juga merupakan salah satu jenis perusahaan keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat atau menyalurkan dana kepada pihak yang memerlukan namun berlandaskan pada prinsip syariah (Al-Qur’an dan Al-Hadits).

3


(13)

4

Selanjutnya Baitul ma>l wal tamwil(BMT) adalah balai usaha mandiri terpadu yang isinya berintikan bayt al-ma>l wa-tamwil dengan kegiatan mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi pengusaha kecil bawah dan kecil dengan antara lain mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya.4

Sedangkan Bait at-Tamwil adalah lembaga keuangan Islam informal dengan orientasi keuangan (profit oriented). Kegiatan utama dari lembaga ini adalah menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan/tabungan dan menyalurkan lewat pembiayaan usaha-usaha masyarakat yang produktif dan menguntungkan sesuai dengan sistem ekonomi Syariah.5

BMT melaksanakan dua jenis kegiatan, yaitu Bait al-Ma>ldanBait at-Tamwil.Bait al-Ma>ladalah lembaga keuangan islam yang memiliki kegiatan utama menghimpun dan mendistribusikan dana ZISWAHIB (Zakat, Infaq, Shadaqah, Waqaf, dan Hibah) tanpa adanya keuntungan (no profit oriented). Penyalurannya dialokasiakan kepada mereka yang berhak (mustahik) menerima zakat, sesuai dengan aturan agama dan manajemen keuangan modern.6

Seperti diungkapkan dalam surat Al-Hasyr ayat 7

4

Pinbuk pusat,Pedoman dan cara Pembentukan BMT Balai Usaha Mandiri Terpadu,Jakarta, h 1

5

H. A. Djazuli dan Yadi Janwari,Lembaga-lembaga Perekonomian Umat: Sebuah Pengenalan,

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002, h 183

6

Aries Mufti dan Muhammad Syakir Sula, Amanah bagi Bangsa: Konsep Sistem Ekonomi Syariah,Jakarta: Masyarakat Ekonomi Syariah, t.t.,h 199


(14)

5                                                                           

“Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota Maka adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang Kaya saja di antara kamu. apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.”(Al-Hasyr : 7).7

Dengan demikian keberadaan Baitul Ma>l wat Tamwil dapat dipandang memiliki dua fungsi utama, yaitu sebagai media penyalur pendayagunaan harta ibadah seperti zakat, infak, sedekah dan wakaf, serta dapat pula berfungsi sebagai institusi yang bergerak di bidang investasi yang bersifat produktif sebagaimana layaknya bank. Pada fungsi kedua ini dapat dipahami bahwa selain berfungsi sebagai lembaga keuangan.Baitul Ma>l wat Tamwil juga berfungsi sebagai lembaga ekonomi. Sebagai lembaga keuangan

Baitul Ma>l wat Tamwil bertugas menghimpun dana dari masyarakat (anggota BMT) yang mempercayakan dananya disimpan di Baitul Ma>l wat Tamwil dan menyalurkan dana kepada masyarakat (anggota BMT) yang diberikan pinjaman oleh BMT. Sedangkan sebagai lembaga ekonomi, Baitul Ma>l wat Tamwil berhak melakukan kegiatan ekonomi, seperti mengelola kegiatan perdagangan, industri, dan pertanian.8

7

Kementrian Agama RI, Mushaf Madinah: Al-Qur’an, Terjemahan dan Tafsir. Bandung: Jabal Rodhotul Jannah 2010, h 456

8


(15)

6

Keberhasilan pembangunan ditandai dengan terciptanya suatu sistem keuangan yang stabil dan memberi manfaat bagi seluruh lapisan masyarakat. Dalam hal ini, institusi keuangan memainkan peran penting melalui fungsi intermediasinya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, pemerataan pendapatan, pengentasan kemiskinan serta pencapaian stabilitas sistem keuangan. Hanya saja industri keuangan yang berkembang sangat pesat belum tentu disertai dengan akses ke keuangan yang memadai. Padahal, akses layanan jasa keuangan merupakan syarat penting keterlibatan masyarakat luas dalam sistem perekonomian

Seperti diungkapkan dalam surat Al-A’raf : 56

                           

“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (Tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” .(Al-A’raf : 56).9

Selanjutnya dalam isu-isu sosial yang berkaitan dengan kemiskinan dan kesenjangan pendapatan (income inequality) masih menjadi perhatian banyak negara dan organisasi kerjasama regional-multilateral seperti G20, OECD,the World Bank, IMF, ADB, dan ASEAN. Berbagai kebijakan dirumuskan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Salah satu upaya yang dilakukan oleh Forum G20 untuk mengentaskan kemiskinan dan menurunkan disparitas pendapatan masyarakat adalah melalui sistem keuangan yang inklusif

9

Kementrian Agama RI,Mushaf Madinah: Al-Qur’an, Terjemahan dan Tafsir.Bandung: Jabal Rodhotul Jannah 2010. h 157


(16)

7

(Financial Inclusion). Selain itu, keuangan inklusif juga telah masuk dalam prioritas pemerintah Indonesia. Pada bulan juni 2012, Bank Indonesia bekerjasama dengan Sekretariat Wakil Presiden – Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNPPK) dan Badan Kebijakan Fiskal.10

Menyadari pentingnya keuangan inklusif dalam mendorong pertumbuhan ekonomi melalui pemerataan pendapatan, Pengentasan kemiskinan serta stabilitas sistem keuangan maka keuangan inklusif perlu menjadi strategi yang menjadi prioritas pembangunan di Indonesia. Dalam hal ini, Pemerintah RI telah memiliki Strategi Nasional Keuangan Inklusif (SNKI) yang mencakup 6 pilar keuangan inklusif yaitu edukasi keuangan, fasilitas keuangan publik, pemerataan informasi keuangan, kebijakan/peraturan pendukung, fasilitas intermediasi dan distribusi, serta perlindungan konsumen.11

Menurut Bank Indonesia (2014), Financial Inclusion (Keuangan Inklusif) didefinisikan sebagai bentuk strategi nasional keuangan inklusif yaitu hak setiap orang untuk memiliki akses dan layanan penuh dari lembaga keuangan secara tepat waktu, nyaman, informatif, dan terjangkau biayanya, dengan penghormatan penuh kepada harkat dan martabatnya.12 Financial inclusion (keuangan inklusif) ini merupakan bentuk koreksi dari pelaksanaan

financial exclusionyang dalam penerapannya hanya menguntungkan beberapa

10

Bunga rampai pemikiran ekonomi hijau dan keuangan inklusif. www. Kemenkeu.go.id. 25 september 2015

11

Keikutsertaan Indonesia sebagai Anggota Better han Cash Alliance (BTCA). Kementerian Keuangan. www. Kemenkeu.go.id. diakses pada 22 maret 2016

12

Kementerian Keuangan. (2013).Strategi Nasional Keuangan Inklusif. Diambil dari Kementerian Keuangan RI. (Online). www.fiskal.depkeu.go.id, 23 april 2015


(17)

8

pihak atau kelompok saja. Definisi lain terkait financial inclusion (keungan inklusif) menurut World Bank (2008) yang dikutip dalam Supartoyo dan Kasmiati (2013) adalah sebagai suatu kegiatan menyeluruh yang bertujuan untuk menghilangkan segala bentuk hambatan baik dalam bentuk harga maupun non harga terhadap akses masyarakat dalam menggunakan atau memanfaatkan layanan jasa keuangan.13

Dalam lima tahun terakhir ini 2009-2014 pertumbuhan ekonomi Indonesia berada pada kisaran 6%, sebuah pencapaian yang cukup membanggakan di tengah ketidakpastian kondisi perekonomian global. Namun sepertinya manfaat pertumbuhan ini belum begitu berdampak secara merata pada kelompok masyarakat miskin. Meskipun jumlah penduduk miskin mengalami penurunan (data BPS Maret 2014), yakni dari 32 juta jiwa (2009) menjadi 28 juta jiwa (2014), namun delta penurunannya semakin kecil.14 Salah satu faktor yang diidentifikasikan oleh BI adalah masih rendahnya akses masyarakat terhadap layanan keuangan.

Hal ini tentunya dapat diketahui konsep dan tujuan dari Financial Inclusionini, besar harapan untuk dapat menyelamatkan kemiskinan yang ada di Indonesia ini tentunya. Seperti penyelamatan usaha lokal dan usaha mandiri agar tercapainya koherenitas terhadap perkembangan zaman. Dalam perencanaan ini sebagai mana mestinya masyarakat miskin bisa mendapatkan kemudahan akses untuk mengembangkan kegiatan ekonomi mereka, serta mendapatkan layanan yang pro rakyat. Dalam gencaran sosialisasi Financial

13

Strategi Nasional Keuangan Inklusif. 23 april 2015

14


(18)

9

Inclusion, Indonesia nampaknya menunjukkan peran didalamnya, seperti yang diungkapkan President RI Susilo Bambang Yudoyono pada pertemuan puncak G-20 tahun lalu, kotribusi dalam upaya global untuk menyelamatkan ekonomi global menjadi komitmen Indonesia.15

Oleh karena itu, keuangan inklusif melalui akses ke layanan keuangan seperti tabungan, kredit, asuransi, dana pensiun dan fasilitas pembayaran akan sangat membantu kelompok marjinal dan berpendapat rendah untuk meningkatkan pendapatannya, mengakumulasi kekayaan, mengelola risiko, serta melakukan upaya untuk keluar dari kemiskinan. Dengan demikian, pasar keuangan akan menjadi jantung bagi perekonomian yang dapat berkontribusi pada kesejahteraan ekonomi dengan memobilisasi tabungan, menyediakan kredit untuk bisnis, manajemen resiko dan akselerasi dunia usaha dengan menyediakan fasilitas dan pembayaran.

Keuangan inklusif menjadi penting dan mendesak karena masih banyaknya jumlah penduduk Indonesia yang belum memiliki akses ke sektor keuangan formal. Ditambah lagi bahwa sektor keuangan formal merupakan barang publik dan oleh karenanya setiap warga negara berhak untuk mengakses berbagai produk dan jasa keuangan formal yang berkualitas, tepat waktu, nyaman, jelas dan dengan biaya yang terjangkau. Oleh karena itu, akses terhadap produk dan jasa keuangan formal harus diberikan bagi semua segmen masyarakat, dengan perhatian khusus kepada kelompok miskin yang

15

M Sodikin,”Financial Inclusion Solusi Baru Kemiskinan” , http;//Kompasiana.com/post/read/518392/1/financial-inclusion-solusi-baru-kemisknan.html, 01 November 2013.


(19)

10

berpenghasilan rendah, kelompok miskin produktif, kelompok pekerja migran dan kelompok masyarakat yang tinggal di daerah terpencil.

Berdasarkan hasil survei neraca rumah tangga BI (2012), hanya 48% dari total rumah tangga di Indonesia yang memiliki tabungan di bank, lembaga keuangan non bank dan non lembaga keuangan. Dengan kata lain terdapat 52% rumah tangga di Indonesia yang belum memiliki tabungan sama sekali. Hal ini sejalan dengan Survey World Bank (2010) yang menyatakan bahwa di Indonesia, akses terhadap jasa keuangan formal hanya tersedia bagi setengah penduduk Indonesia. 32% dari penduduk Indonesia bahkan tidak memiliki tabungan (baik di sektor formal maupun informal), dan masuk ke dalam kategorifinancially excluded.16

Kondisi tersebut memberikan makna penting, bahwa pemerintah dan regulator keuangan bersama dengan seluruh pelaku industri keuangan seyogyanya memberikan akses yang seluas-luasnya kepada masyarakat yang tergolong ke dalam “unbanked society” melalui pendekatan Financial Inclusion.

World Bank (2010) mengungkapkan setidaknya terdapat empat jenis layanan jasa keuangan yang dianggap vital bagi kehidupan masyarakat yakni layanan penyimpanan dana, layanan kredit, layanan sistem pembayaran dan asuransi termasuk di dalamnya dana pensiun. Keempat aspek inilah yang

16

Halim Alamsyah,Pentingnya Keuangan Inklusif dalam Meningkatkan Akses Masyarakat dan UMKM terhadap Fasilitas Jasa Keuangan Syariah. 07 November 2014.


(20)

11

menjadi persyaratan mendasar yang harus dimiliki setiap masyarakat untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik.17

Terkait dengan hal itu, BI secara aktif bekerjasama dengan Kemenkeu (BKF), OJK, dan Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K), berupaya menyusun strategi peningkatan akses keuangan yang komprehensif yaitu, Strategi Nasional Keuangan Inklusif (SNKI) yang merupakan komitmen nasional dan telah di launching Wakil Presiden RI pada Juni 2012. Dalam implementasinya, SNKI memerlukan dukungan berbagai pihak yaitu kementerian, otoritas, dan institusi atau lembaga terkait termasuk sektor swasta untuk menciptakan kolaborasi dan sinergi dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi melalui pengentasan kemiskinan dan pemerataan pendapatan sambil tetap menjaga stabilitas sistem keuangan.18

Banyak faktor yang melatarbelakangi mengapa masih terdapat kelompok masyarakat yang belum memiliki akses kepada perbankan atau lembaga keuangan, baik dalam bentuk tabungan maupun perolehan kredit. Beberapa diantaranya adalah a) jarak yang jauh dari tempat tinggal ke kantor bank, Lokasi-lokasi kantor cabang juga cenderung terkonsentrasi hanya di area-area yang menjadi pusat kegiatan ekonomi. b) produk yang ditawarkan tidak sesuai, c) informasi produk yang tidak dipahami, d) pendapatan yang rendah, sehingga pendapatan yang diterima penduduk lebih banyak digunakan untuk konsumsi. e) Dokumen identitas yang tidak ada, dan f) adanya persepsi

17

Keikutsertaan Indonesia sebagai Anggota Better han Cash Alliance (BTCA). Kementerian Keuangan. www. Kemenkeu.go.id. 22 maret 2016

18


(21)

12

bahwa bank atau lembaga keuangan bukan untuk masyarakat kecil. Dari sisi perbankan juga terdapat kendala diantaranya terkait pendirian kantor cabang dengan segmentasi kepada unbanked people membutuhkan biaya mahal, sehingga bank lebih memilih nasabah besar yang dapat memenuhi persyaratan.19

Untuk mewujudkan program financial inclusion (keuangan inklusif) yang berkesinambungan diperlukan koordinasi antara Bank Indonesia dengan kementerian dan institusi terkait dalam rangka pembangunan, penetapan perioritas dan pelaksanaan program, serta pelaksanaan monitoring dan evaluasi program. Dengan koordinasi yang baik diharapkan tujuan peningkatan akses masyarakat kepada layanan keuangan dapat tercapai.

Berkaitan denganfinancial inclusion, kehadiran BMT Amanah Ummah di tengah-tengah masyarakat diharapkan dapat menjadi mediator antara pemilik modal dan anggotanya yang membutuhkan modal usaha, pertumbuhan BMT Amanah Ummah dari tahun ketahun terus mengalami pertumbuhan yang semakin baik. Disamping itu juga, BMT Amanah Ummah memberikan kemudahan bagi calon anggotanya baik dalam hal simpanan maupun pembiayaan. Hal utama yang ditanamkan oleh BMT Amanah Ummah adalah gemar menabung. Selain itu proses pembiayaan juga tidak ada persyaratan yang rumit dan birokrasi yang berbelit-belit yang dihadapi oleh anggota, sehingga tidak memberatkan para calon anggota.

19


(22)

13

Selain kemudahan bagi anggota dalam melakukan transaksi, baik berupa simpanan maupun pembiayaan, anggota juga yang tidak harus datang ke kantor, akan tetapi dari pihak pegawai bisa langsung mendatangi anggota yang bertransaksi.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik melakukan penelitian

Financial Inclusion (keuangan inklusif) terhadap peningkatan akses masyarakat terhadap layanan keuangan yaitu penelitian mengenai “Implementasi Financial Inclusion (Keuangan Inklusif) bagi Masyarakat Kelurahan Karah Kecamatan Jambangan Kota Surabaya (Kasus di BMT Amanah Ummah Surabaya)”

B. Identifkasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, penulis paparkan beberapa masalah yang berkenaan dengan penelitian ini, antara lain:

1. Baitul Ma>l wat Tamwilmemiliki peranan penting dalam stabilitas sistem keuangan sebuah Negara

2. Baitul Ma>l wat Tamwil berperan sebagai lembaga intermediator antara masyarakat yang memiliki kelebihan dana dan masyarakat yang mengalami kekurangan dana

3. Akses kecil terhadap Baitul Ma>l wat Tamwil karena produk yang ditawarkan tidak sesuai dan mampu diakses masyarakat

4. Akses kecil terhadap Baitul Ma>l wat Tamwil karena informasi produk yang tidak dipahami masyarakat,


(23)

14

5. Pendapatan yang rendah, sehingga pendapatan yang diterima penduduk lebih banyak digunakan untuk konsumsi

6. Upaya BMT Amanah Ummah dalam melaksanakan financial inclusion

(keuangan inklusif) bagi Masyarakat Kelurahan Karah Kecamatan Jambangan Kota Surabaya

7. Implementasi Financial Inclusion (Keuangan Inklusif) bagi Masyarakat Kelurahan Karah Kecamatan Jambangan Kota Surabaya

Dari beberapa permasalahan di atas, maka penulis membatasi ruang lingkup pada penelitian ini, yaitu pada:

1. Upaya BMT Amanah Ummah dalam melaksanakan Financial Inclusion

(keuangan inklusif) bagi Masyarakat Kelurahan Karah Kecamatan Jambangan Kota Surabaya

2. Implementasi Financial Inclusion (Keuangan Inklusif) bagi Masyarakat Kelurahan Karah Kecamatan Jambangan Kota Surabaya

C. Rumusan Masalah

Perumusan Masalah ini bertujuan memberikan rumusan yang paling jelas dari permasalahan yang ada untuk mempermudah analisis. Untuk memudahkan proses penelitian dan penulisan, maka diperlukan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana upaya KJKS BMT Amanah Ummah dalam melaksanakan

Financial Inclusion (keuangan inklusif) bagi masyarakat Kelurahan Karah Kecamatan Jambangan Kota Surabaya?


(24)

15

2. Bagaimana implementasi Financial Inclusion (keuangan inklusif) bagi masyarakat Karah Kecamatan Jambangan Kota Surabaya?

D. Kajian Pustaka

Kajian pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian atau penelitian yang sudah pernah dilakukan dalam penelitian di seputar masalah yang diteliti.20

Berdasarkan penelusuran kajian kepustakaan yang penulis lakukan, berikut ada beberapa penelitian terkait permasalahan yang ada dalam penelitian ini, diantaranya:

Skripsi yang ditulis Lilis Sali Satunnisa mengkaji tentang “BMT sebagai mitra pengusaha kecil dan menengah”. Pada penelitian ini dijelaskan BMT memiliki peran yang signifikan dalam memajukan mitra pengusaha kecil dan menengah. BMT memiliki kelebihan dalam membantu pengusaha kecil dan menengah yaitu dengan program pengembangan masyarakat.21

Skripsi yang ditulis Muhammad Taufik (2003) dengan judul “Membangun Sistem Pembiayaan bagi usaha kecil, menengah dan koperasi” yang diterbitkan oleh Deputi Pengembangan dan Retrukturisasi Usaha. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa usaha kecil, menengah dan koperasi mengharapkan terpenuhinya kebutuhan modal dalam waktu yang tepat,

20

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sunan Ampel, Petunjuk Teknis Penulisan Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam. 2014

18

Lilis Sali Satunnisa “BMT sebagai Mitra Pengusaha Kecil dan Menengah” .Skripsi Kosentrasi Perbankan Syariah. Program Studi Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta 2004


(25)

16

dengan persyaratan dan prosedur yang mudah serta dengan biaya yang murah.22

Penelitian lain yang mengkaji tentang usaha kecil dan menengah yaitu dilakukan oleh Rosyidah (2005) dengan judul“AnalisisSWOT StrategiBaitul Ma>l Wat Tamwil dalam peningkatan usaha kecil dan menengah”. Pada penelitian ini dijelaskan bahwa Baitul Ma>l Wat Tamwil sebagai lembaga ekonomi dan keuangan syariah yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan umat islam dari jurang kemiskinan, meningkatkan kualitas hidup masyarakat dengan jalan pemerataan pendapatan melalui jalur investasi serta penciptaan peluang dengan memberikan pembiayaan pada usaha-usaha yang produktif berdasarkan prinsip kemiteraan dan terciptanya kemandirian dalam berusaha. Selain itu dijelaskan beberapa lembaga keuangan akan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat lapisan bawah terhadap sistem pendanaan yang dapat memberikan bantuan modal untuk meningkatkan produktifitas usaha mereka, dan sebagai upaya untuk memenuhi keterbatasan pelayanan lembaga yang selama ini yang belum atau bahkan tidak sama sekali mampu menjangkau kebutuhan masyarakat lapisan bawah terhadap akses permodalan.23

Dalam penelitian yang berjudul “Implementasi Financial Inclusion

(Keuangan Inklusif) bagi Masyarakat Kelurahan Karah Kecamatan Jambangan Kota Surabaya (Kasus di BMT Amanah Ummah Surabaya)” ini memiliki

22

Mohammad Taufiq, Membangun Sistem Pembiayaan Bagi Usaha Kecil, Menengah Dan Koperasi, (Jakarta : Deputi Pengembangan Dan Retruturisasi Usaha, 2003)

23

Rosyidah, “Analisis SWOT Strategi Baitul Mal Wat Tamwil dalam peningkatan usaha kecil dan

menengah “skripsi fakultas syariah dan hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta 2005


(26)

17

perbedaan dengan penelitian-penelitian yang telah menjadi perbandingannya. Penelitian ini penulis lebih menekankan pada akses layanan keuangan terhadap masyarakat kecil yang mana secara akses/ketersediaan, penggunaan, kualitas, dan kesejahteraan.

E. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian pasti memiliki tujuan tertentu baik untuk kepentingan pribadi atau orang lain. Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana upaya KJKS BMT Amanah Ummah dalam melaksanakan Financial Inclusion (keuangan inklusif) bagi Masyarakat Kelurahan Karah Kecamatan Jambangan Kota Surabaya

2. Untuk mengetahui bagaimana implementasi Financial Inclusion

(keuangan inklusif) bagi Masyarakat Karah Kecamatan Jambangan Kota Surabaya

F. Kegunaan Hasil Penelitian

Dari permasalahan di atas, penelitian dan penulisan ini diharapkan mempunyai nilai tambah dan manfaat baik untuk penulis maupun pembaca, sekurang-kurangnya untuk dua aspek yaitu:


(27)

18

1. Aspek keilmuan (teoritis)

a. Diharapkan berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

b. Memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan pemahaman ekonomi syariah mahasiswa fakultas ekonomi dan bisnis Islam.

2. Aspek terapan (praktis)

a. Dapat digunakan sebagai pertimbangan bagi peneliti berikutnya untuk membuat skripsi yang lebih baik.

b. Guna dijadikan sebagai pedoman dalam rangka pelaksanaanFinancial Inclusionuntuk BMT Amanah Ummah Surabaya.

G. Definisi Operasional

Konsep-konsep perlu didefinisikan secara jelas oleh peneliti agar pembaca atau orang lain mengetahui maksud dari konsep yang dipakai peneliti dalam penelitian tersebut. Konsep-konsep yang sama bisa jadi dapat diartikan berbeda oleh pembaca. Definisi operasional merupakan suatu langkah yang dapat memberitahukan bagaimana cara mengukur variabel dan untuk memudahkan pengukuran masing-masing variabel berdasarkan kenyataan yang terjadi di lapangan.

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memaknai kalimat dan memperjelas maksud dari penelitian ini maka perlu adanya definisi operasional sebagai berikut:


(28)

19

1. Financial Inclusion:

Merupakan sebagai bentuk strategi nasional keuangan inklusif yaitu hak setiap orang untuk memiliki akses dan layanan penuh dari lembaga keuangan secara tepat waktu, nyaman, informatif, dan terjangkau biayanya, dengan penghormatan penuh kepada harkat dan martabatnya.24

2. Baitul ma>l wal tamwil (BMT)

BMT Amanah Ummah adalah koperasi yang kegiatan usahanya bergerak dibidang pembiayaan, investasi dan simpan pinjam sesuai pola syariah, dimana tingkat persaingan antara perusahaan dibidang yang sejenis semakin tinggi, maka BMT Amanah Ummah selalu berusaha untuk memuaskan dan memenuhi keinginan nasabahnya, sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai.25

H. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah suatu teknik, cara dan alat yang digunakan untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran sesuatu dengan menggunakan metode ilmiah.

1. Jenis Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek alamiah, dalam hal ini penulis adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data

24

Kementerian Keuangan. (2013). Strategi Nasional Keuangan Inklusif. Diambil dari Kementerian Keuangan RI. (Online). www.fiskal.depkeu.go.id, 23 april 2015

25

KJKS BMT Amanah Ummah, Sejarah Singkat KJKS BMT Amanah Ummah. www. kjksbmtamanahummah.blogspot.com. 9 mei 2015


(29)

20

dilakukan secara trianggulasi (gabungan), sedangkan analisis data bersifat induktif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi26. Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang paling dasar. Penelitian ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia. Penelitian ini mengkaji bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaannya dengan fenomena lain.27

2. Sumber data

Untuk menggali kelengkapan data tersebut, maka diperlukan sumber-sumber data sebagai berikut:

a. Sumber Primer

Sumber data primer yaitu subyek penelitian yang dijadikan sebagai sumber informasi penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau pengambilan data secara langsung. Sumber primer yang dimaksud adalah Kepala Cabang BMT Amanah Ummah, Marketing Funding BMT Amanah Ummah, Marketing Lending BMT Amanah Ummah, Account Officer BMT Amanah Ummah, serta Masyarakat Kelurahan Karah Kecamatan Jambangan Surabaya

b. Sumber Sekunder

Peneliti menggunakan sumber data sekunder ini untuk memperkuat penemuan dan melengkapi informasi yang telah

26

Sugiyono,“Memahami Penelitian Kualitatif“, (Bandung: Alfabeta, 2010), 1.

27

Nana Syaodih Sukmadinata, “Metode Penelitian Pendidikan” , (Bandung: Remaja Rosda Karya. Cet. III, 2007), h 72.


(30)

21

dikumpulkan dari data primer. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder adalah data yang diperoleh dari literature-literature kepustakaan seperti buku-buku, internet, artikel, surat kabar, serta sumber lainnya yang berkaitan dengan materi penulis skripsi ini.

3. Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan permasalahan yang diangkat, maka dalam pengumpulan data skripsi ini, penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:

a. Observasi yaitu cara mengumpulkan data dengan mengadakan pengamatan langsung pada objek penelitian.28

b. Interview, disebut juga dengan wawancara merupakan tulang punggung suatu penelitian survei.29 Dengan melakukan interview kepada praktisi BMT Amanah Ummah dan Masyarakat Karah.

c. Dokumentasi adalah merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain.30

4. Teknik Pengolahan Data

28

Sukudin dan Mundir,Metode Penelitian: Menimbang dan Mengantar Kesuksesan Anda dalam Dunia Penelitian.Surabaya: Insan Cendekia, 2005, h 218.

29

Suharsimi Arikunto,Menejemen Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1998, h 312.

30

Sugiyono,Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung : Alfabeta, CV 2013, h 240


(31)

22

Sedangkan tahapan-tahapan pengolahan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:31

a. Editing, yaitu pemeriksaan kembali dari semua data yang diperoleh terutama dari segi kelengkapannya, kejelasan makna, keselarasan antara data yang ada dan relevansi dengan penelitian. Dalam hal ini peneliti akan mengambil data yang akan dianalisis dengan rumusan masalah saja.

b. Organizing, yaitu proses menyusun kembali data yang telah didapat dalam penelitian yang diperlukan dalam kerangka paparan yang telah direncanakan dengan rumusan masalah secara sistematis.

c. Penemuan Hasil, yaitu dengan menganalisis data yang telah diperoleh dari penelitian untuk memperoleh kesimpulan mengenai kebenaran fakta yang ditemukan, yang akhirnya merupakan sebuah jawaban dari rumusan masalah

5. Teknik Analisis Data

Untuk menganalisis penelitian ini digunakan teknik Deskriptif Analitis,32 yaitu untuk memberikan pemecahan masalah dengan mengumpulkan data lapangan, menyusun, atau mengklarifikasikan, menganalisis data dan menjelaskan gambaran secara mendalam.

I. Sistematika Pembahasan

31

Soeratno dan Lincoln Arsyad, “Metode Penelitian Untuk Ekonomi dan Bisnis, Cet Ke-4 Edivisi

Revisi”, Yogyakarta : UPP AMP YKPN, 2003, h 127.

32

Winarmo Surachmad, “ Dasar dan Teknik Research”, Bandung: CV. Tarsito, 1972, ed V, h.131


(32)

23

Untuk mempermudah dalam skripsi ini, maka penulis membuat sistematika penulisan:

BAB I: PENDAHULUAN

Dalam bab ini memuat Latar Belakang Masalah, Identifikasi dan Batasan Masalah, Rumusan Masalah, Kajian Pustaka, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Definisi Operasional, Metode Penelitian, dan Sistematika Pembahasan.

BAB II: LANDASAN TEORI

Dalam landasan teori, penulis membahas tinjauan umum tentang teori Financial Inclusion (keuangan inklusif), dan baitul ma>l wa tamwil.

BAB III: Implementasi Financial Inclusion (Keuangan Inklusif) Bagi Masyarakat Karah Kecamatan Jambangan Kota Surabaya (Kasus di KJKS BMT Amanah Ummah Surabaya)

Dalam objek penelitian ini di isi tentang latar belakang KJKS BMT Amanah Ummah. Visi dan Misi KJKS BMT Amanah Ummah. Struktur organisasi KJKS BMT Amanah Ummah. Produk-produk yang ada di KJKS BMT Amanah Ummah, dan hasil penelitian. BAB IV: Analisis ImplementasiFinancial Inclusion(Keuangan Inklusif) Bagi

Masyarakat Karah Kecamatan Jambangan Kota Surabaya (Kasus di KJKS BMT Amanah Ummah Surabaya)

Dalam bab ini penelitian memaparkan seluruh hasil penelitian baik secara matematis maupun secara penjelasan.


(33)

24

BAB V: PENUTUP

Pada bab ini akan berisi tentang kesimpulan yang diperoleh dari penelitian serta saran untuk instansi-instansi terkait, kemudian dicantumkan lampiran-lampiran


(34)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Financial Inclusion(Keuangan Inklusif)

1. PengertianFinancial Inclusion(keuangan inklusif)

Istilah financial inclusion atau keuangan inklusif menjadi tren pasca krisis 2008 terutama didasari dampak krisis kepada kelompokin the bottom of the pyramid (pendapatan rendah yang tidak teratur, tinggal di daerah terpencil, orang cacat, buruh yang tidak mempunyai dokumen identitas legal, dan masyarakat pinggiran) yang umumnya unbanked yang tercatat sangat tinggi di luar Negara maju.1

Walau mereka tergolong in the bottom of the pyramid serta tidak mempunyai tabungan (saving) dapat dipercaya antara mereka masih memiliki benda bergerak tidak produktif (holding) yang dipakai sehari-hari seperti cincin/kalung dsb yang dapat diuangkan dan dipergunakan untuk hal yang produktif seperti untuk modal usaha mikro non formal atau bercocok tanam dan beternak, dsb. Sampai pada pemikiran inipun adakalanya mereka lupa. Dengan menguangkan holding diharapkan bisa menjadi salah satu jalan menyelesaikan permasalahan. Apalagi jika mereka dibantu dan dibina.2

Bagi sebagian masyarakat mungkin hal ini merupakan sesuatu yang mustahil dilakukan. Memang membangun masyarakat kelas bawah

1

www.bi.go.id 30 Mei 2016

2

Bahctiar Hassan Miraza, Membangun Keuangan Inklusif, Jurnal Ekonomi Manajemen dan Akuntansi, vol. 23, no 2 (Desember 2014) h 1


(35)

26

(in the bottom of the pyramid)pada umumnya tidak semudah membangun kelas atas (middle and high income) mereka mempunyai pandangan yang terbatas, sempit dan lepas dari pemikiran kehidupan masa depan serta suka melakukan jalan pintas. Dengan keadaan seperti ini mereka perlu dibina karena pada dasarnya di dalam diri mereka ada kekuatan yang perlu diluruskan untuk kehidupan masa depan. Mental negatif seperti inilah yang perlu dilenyapkan dari diri mereka agar mereka bisa menjadi masyarakat mandiri sesuai kemampuan mereka.3

Financial inclusion (keuangan inklusif) didefinisikan sebagai upaya mengurangi segala bentuk hambatan yang bersifat harga maupun non harga, terhadap akses masyarakat dalam memanfaatkan layanan jasa keuangan.4

Financial inclusion merupakan sebagai bentuk strategi nasional keuangan inklusif yaitu hak setiap orang untuk memiliki akses dan layanan penuh dari lembaga keuangan secara tepat waktu, nyaman, informatif, dan terjangkau biayanya, dengan penghormatan penuh kepada harkat dan martabat.5

Global Financial Development Report (2014) mendefinsikan

Financial Inclusion sebagai “The proportion of individuals and firms that use financial service has become a subject of considerable interest among policy makers, researchers and other stakeholders.’’ financial inclusion 3

Ibid h 2

4

Halim Alamsyah, “Pentingnya Keuangan Inklusif dalam Meningkatkan Akses Masyarakat dan UMKM terhadap Fasilitas Jasa Keuangan Syariah.”19 April 2015

5

Kementerian Keuangan (2013), Strategi Nasional Keuangan Inklusif,www.fiskal.depkeu.go.id. 23 April 2015


(36)

27

merupakan suatu keadaan dimana mayoritas individu dapat memanfaatkan jasa keuangan yang tersedia serta meminimalisir adanya kelompok individu yang belum sadar akan manfaat akses keuangan melalui akses yang telah tersedia tanpa biaya yang tinggi.6

Definisi lain terkait financial inclusion menurut World Bank (2008) yang dikutip dalam supartoyo dan kasmiati (2013) adalah sebagai suatu kegiatan menyeluruh yang bertujuan untuk menghilangkan segala bentuk hambatan baik dalam bentuk harga maupun non harga terhadap akses masyarakat dalam menggunakan atau memanfaatkan layanan jasa keuangan.7

Menurut Otoritas Jasa Keuangan, Keuangan inklusif adalah segala upaya yang bertujuan untuk meniadakan segala bentuk hambatan yang bersifat harga maupun non-harga terhadap akses masyarakat dalam memanfaatkan layanan jasa keuangan sehingga dapat memberikan manfaat yang signifikan terhadap peningkatan taraf hidup masyarakat terutama untuk daerah dengan wilayah dan kondisi geografis yang sulit dijangkau atau daerah perbatasan.8

Pada dasarnya, kebijakan keuangan inklusif adalah suatu bentuk pendalaman layanan keuangan (financial service deepening) yang ditujukan kepada masyarakat in the bottom of the pyramid untuk

6

Meilisa Salim et.al, Analisis Implementasi Program Financial Inclusion Di Wilayah Jakarta Barat Dan Jakarta Selatan(Studi pada Pedagang Golongan Mikro, Instansi Perbankan, Otoritas Jasa Keuangan dan Bank Indonesia), [Skripsi], Universitas Bina Nusantara, 2014

7

Strategi Nasional Keuangan Inklusif. www.fiskal.depkeu.go.id, 23 april 2015

8

Triana Fitriastuti, et . al,Implementasi Keuangan Inklusif Bagi Masyarakat Perbatasan (Studi Kasus Pada Kutai Timur, Kabupaten Kutai Kartanegara Dan Kota Samarinda, Kalimantan Timur, Indonesia),(2015), h 40


(37)

28

memanfaatkan produk dan jasa keuangan formal seperti sarana menyimpan uang yang aman (keeping), transfer, menabung maupun pinjaman dan asuransi. Hal ini dilakukan tidak saja menyediakan produk dengan cara yang sesuai tapi dikombinasikan dengan berbagai aspek

Strategi keuangan inklusif bukanlah sebuah inisiatif yang terisolasi. Sehingga keterlibatan dalam keuangan inklusif tidak hanya terkait dengan tugas Bank Indonesia, namun juga regulator, kementerian dan lembaga lainnya dalam upaya pelayanan keuangan kepada masyarakat luas. Melalui strategi nasional keuangan inklusif diharapkan kolaborasi antar lembaga pemerintah dan pemangku kepentingan tercipta secara baik dan terstruktur.9

Kamalesh Shailesh C. Chakrobarty (2011) mengatakan financial inclusion mempromosikan penghematan dan mengembangkan budaya menabung, meningkatkan akses kredit, baik kewirausahaan maupun konsumsi dan juga memungkinkan mekanisme pembayaran yang efisien, sehingga memperkuat basis sumber daya lembaga keuangan yang mampu memberikan manfaat ekonomi sebagai sumber daya dan tersedianya mekanisme pembayaran yang efisien dan alokatif. Bukti empiris menunjukan bahwa Negara-negara dengan populasi penduduk yang besar, belum mempunyai akses yang luas terhadap sektor formal lembaga keuangan dan juga menunjukan rasio kemiskinan yang lebih tinggi dan ketimpangan yang lebih tinggi. Dengan demikian, financial inclusion hari

9


(38)

29

ini bukanlah merupakan pilihan, tetapi menjadi sebuah keharusan dan perbankan merupakan pendorong utama untuk implementasi financial inclusion.10

Partisipasi lembaga keuangan dalam pengembangan financial inclusionsecara tepat adalah dengan mengembangkan program yang tidak hanya mengandalkan usaha pada penghimpunan dana tabungan atau kredit dengan bunga ringan, tetapi harus ikut aktif mengentaskan kemiskinan melalui pembangunan keluarga dengan akses kredit yang lebih luas bagi keluarga miskin.

Financial Inclusion ini bukan sekedar institusi perbankan, bukan sekedar mendapatkan kredit. Tetapi lebih kepada bagaimana mereka yang tidak pernah menabung, tidak pernah menggunakan fasilitas kredit diberikan kesempatan untuk menabung dan mendapat kredit sesuai dengan instruksi Presiden Nomor 3 tahun 2010 tentang program pembangunan yang pro rakyat.

Untuk mewujudkan inklusif keuangan tentunya diperlukan sebuah lembaga keuangan yang langsung bersentuhan dengan masyarakat terutama kelas menengah ke bawah. Salah satu keuangan mikro berbasis syariah adalahbaitul ma>l wat tamwil, selain prinsip-prinsip syariah yang menjadi basis fundamentalnya, operasional BMT dilakukan dengan cara pendampingan kepada para anggotanya sehingga model pendekatan ini

10

Novia Nengsih,Peran Perbankan Syariah dalam Mengimplementasikan Keuangan Inklusif di Indonesia,Etikonomi, Vol 14 No 2 (Oktober 2015), h 223-224


(39)

30

memunculkan sebuah tingkat kepercayaan yang sangat tinggi kepada para anggotanya.

Lembaga keuangan mikro seperti BMT mempunyai peran signifikan dalam pengembangan ekonomi masyarakat melalui berbagai pembiayaan mikronya. Hal ini tidak terlepas dari kemudahannya akses oleh masyarakat.

Dalam rangka mengoptimalkan peran BMT untuk mengembangkan sektor ekonomi riil, maka fungsi BMT di bidang penyaluran dana khususnya dalam bentuk pembiayaan diharapkan kesejahteraan masyarakat dapat terwujud secara andil dan merata.11

Kegiatan keuangan inklusif diharapkan dapat mendukung stabilitas keuangan yang menjadi landasan pokok bagi pembangunan ekonomi yang kokoh. Dari sisi makro, kegiatan ini diharapkan dapat mendukung pertumbuhan ekonomi yang semakin inklusif dan berkelanjutan, serta dapat memberi manfaat bagi kesejahteraan rakyat banyak.12

2. Visi dan TujuanFinancial Inclusion(keuangan inklusif)

Visi nasional Financial Inclusion (keuangan inklusif) dirumuskan untuk mewujudkan sistem keuangan yang dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, penanggulangan kemiskinan, pemerataan pendapatan, dan terciptanya stabilitas sistem keuangan di Indonesia.

11

Hermansyah. Bank Syariah: Lokomotif Inklusif Keuangan.Kompasiana, (27 Februari 2014)

12

Farhan Maulani, Pengertian Financial inclusion, http://handuk-qu.blogspot.com/2013/12/pengertian-financial-inclusion.html#. 16 juni 2015


(40)

31

TujuanFinancial Inclusion(keuangan inklusif) tersebut dijabarkan dalam beberapa tujuan sebagai berikut:

a. Menjadikan strategi keuangan inklusif sebagai bagian dari strategi besar pembangunan ekonomi, penanggulangan kemiskinan, pemerataan pendapatan dan stabilitas sistem keuangan. Kelompok miskin dan marjinal merupakan kelompok yang memiliki keterbatasan akses ke layanan keuangan. Memberikan akses ke jasa keuangan yang lebih luas bagi setiap penduduk, namun terdapat kebutuhan untuk memberikan fokus lebih besar kepada penduduk miskin.

b. Menyediakan jasa dan produk keuangan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Konsep keuangan inklusif harus dapat memenuhi semua kebutuhan yang berbeda dari segmen penduduk yang berbeda melalui serangkaian layanan holistik yang menyeluruh.

c. Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai layanan keuangan. Hambatan utama dalam keuangan inklusif adalah tingkat pengetahuan keuangan yang rendah. Pengetahuan ini penting agar masyarakat merasa lebih aman berinteraksi dengan lembaga keuangan.13

d. Meningkatkan akses masyarakat ke layanan keuangan. Hambatan bagi orang miskin untuk mengakses layanan keuangan umumnya berupa masalah geografis dan kendala administrasi. Menyelesaikan

13

Moh Agung Setiawan, “Implikasi Program Financial Inclusion terhadap Financial Literacy Masyarakat dalam Pengelolaan Keuangan Personal melalui Unit Perantara Layanan Keuangan

(UPLK) atau Branchless Banking”, http//:Moh-angscorp2.blogspot.com/2014/08/financial-inclusion-banchless-banking.html?m=1,”15 April 2015”


(41)

32

permasalahan tersebut akan menjadi terobosan mendasar dalam menyederhanakan akses ke jasa keuangan.

e. Memperkuat sinergi antara bank, lembaga keuangan mikro, dan lembaga keuangan non bank. Pemerintah harus menjamin tidak hanya pemberdayaan kantor cabang, tetapi juga peraturan yang memungkinkan perluasan layanan keuangan formula. Oleh karena itu, sinergi antara Bank, Lembaga Keuangan Mikro (LKM), dan Lembaga Keuangan Bukan Bank menjadi penting khususnya dalam mendukung pencapaian stabilitas sistem keuangan.

f. Mengoptimalkan peran teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk memperluas cakupan layanan keuangan. Teknologi dapat mengurangi biaya transaksi dan memperluas sistem keuangan formal melampaui sekedar layanan tabungan dan kredit. Namun pedoman dan peraturan yang jelas perlu ditetapkan untuk menyeimbangkan perluasan jangkauan dan resikonya.14

3. Strategi Nasional Keuangan Inklusif

a. Sasaran Umum Keuangan Inklusif

Keuangan inklusif ini merupakan strategi pembangunan nasional untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui pemerataan pendapatan, pengentasan kemiskinan serta stabilitas sistem keuangan.

14


(42)

33

Strategi yang berpusat pada masyarakat ini perlu menyasar kelompok yang mengalami hambatan untuk mengakses layanan keuangan.15

Pengelompokan kategori miskin: 1) Termiskin dari yang miskin

Penduduk miskin yang tidak memiliki sumber pendapatan karena berbagai faktor seperti sakit, cacat fisik sehingga tidak memiliki pendapatan.

2) Miskin berpendapatan rendah

Mereka yang memiliki akses sangat terbatas atau tanpa akses sama sekali ke semua jenis layanan keuangan. Termasuk kelompok miskin yang bekerja sebagai buruh dengan penghasilan sangat terbatas dan bersifat tidak tetap atau musiman yang pada umumnya bekerja di sektor pertanian atau sektor-sektor lainnya yang bersifat padat karya.

3) Miskin bekerja

Kelompok penduduk miskin yang berpenghasilan relatif cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup dasar dengan bekerja di sektor informal.

4) Bukan miskin

Kategori ini meliputi semua penduduk yang tidak memenuhi criteria untuk masuk dalam kelompok masyarakat miskin berpendapatan terendah dan miskin bekerja.16

15

Group Pengembangan Keuangan Inklusif Departemen Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM,Nasional Strategy for Financial Inclusion Fastering Economic Growth and Accelerating


(43)

34

5) Pekerja migrant domestik dan intenasional

Indonesia merupakan Negara penerima remitansi ketiga terbesar di wilayah asia-pasifik. Sekitar 80 persen pekerja migran atau lazim disebut TKI (Tenaga Kerja Indonesia) adalah perempuan dan lebih dari 85 persen bekerja di sektor informal. TKI biasanya kurang terlayani oleh sektor keuangan, atau memiliki akses yang terbatas ke layanan keuangan. Mereka terutama membutuhkan sarana untuk mengirim uang secara aman, cepat, dan murah dari tempat kerja ke rumah, yang sering kali terletak di daerah terpencil dan tertinggal. TKI umumnya berasal dari rumah tangga pertanian yang miskin, yang terletak di daerah pedesaan dengan tingkat pendapatan rendah.

16


(44)

35

6) Perempuan

Di banyak Negara berkembang, kerap terdapat perbedaan besar antara laki-laki dan perempuan dalam hal akses, kebutuhan, dan pilihan mereka terhadap jasa keuangan. Sehingga dalam mengembangkan akses terhadap layanan keuangan adalah penting untuk mengenali perbedaan-perbedaan tersebut. Di Indonesia, laki-laki dan perempuan miliki kesempatan yang sama untuk mempunyai rekening tabungan. Namun, motivasi utama laki-laki saat membuka rekening tabungan bank lebih sering adalah untuk memperoleh kredit, sedangkan perempuan menabung demi keperluan mendatang. Dalam hal kepemilikan asuransi, perempuan lebih sering membeli asuransi pendidikan, sementara laki-laki lebih memilih asuransi jiwa, dan pada taraf tertentu juga memiliki asuransi harta benda.17

7) Penduduk daerah terpencil

Sekitar 52 persen penduduk Indonesia hidup di daerah perdesaan dan sekitar 60 persennya tidak memiliki akses ke jasa keuangan formal. Dari sekitar 12,49 persen penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan, sekitar 64 persen tinggal di daerah pedesaan. Angka-angka ini ditambah dengan kondisi sebaran geografis dari kepulauan Indonesia, menunjukkan pentingnya bagi strategi nasional keuangan inklusif untuk member perhatian khusus

17

Group Pengembangan Keuangan Inklusif Departemen Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM,Nasional Strategy for Financial Inclusion Fastering Economic Growth and Accelerating Poverty Reduction,h 10


(45)

36

kepada masyarakat di daerah-daerah terpencil. Kesenjangan akses ke jasa keuangan untuk kategori ini sebagian dapat diatasi dengan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.18

b. Kerangka keuangan inklusif

Kerangka kerja umum keuangan inklusif dibangun di atas enam pilar sbb:

1) Edukasi keuangan. Bertujuan meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat luas tentang produk-produk dan jasa-jasa keuangan yang ada dalam pasar keuangan formal. Ruang lingkup edukasi keuangan ini meliputi: a) pengetahuan dan kesadaran tentang ragam produk dan jasa keuangan, b) pengetahuan dan kesadaran tentang risiko terkait dengan produk keuangan, c) perlindungan nasabah, d) ketrampilan mengelola keuangan.

2) Fasilitas keuangan publik. Strategi pada pilar ini mengacu pada kemampuan dan peran pemerintah dalam menyediakan pembiayaan keuangan publik baik secara langsung maupun bersyarat guna mendorong pemberdayaan ekonomi masyarakat. Beberapa inisiatif dalam pilar ini meliputi: a) subsidi dan bantuan sosial, b) pemberdayaan masyarakat, c) pemberdayaan UMKM.19 3) Pemetaan informasi keuangan. Bertujuan untuk meningkatkan

kapasitas masyarakat terutama yang sebenarnya dikategorikan tidak layak untuk menjadi layak atau dari unbankable menjadi

18

Ibid h 10

19


(46)

37

bankable oleh institusi keuangan normal, terutama kaum miskin produktif serta serta usaha mikro kecil. Inisiatif pilar ini meliputi: a) peningkatan kapasitas melalui penyediaan pelatihan dan bantuan teknis, b) sistem jaminan alternatif, c) penyediaan layanan kredit yang lebih sederhana, d) identifikasi nasabah potensial.

4) Kebijakan atau peraturan yang mendukung. Pilar ini mengacu pada kebutuhan untuk menambah atau memodifikasi peraturan, baik oleh pemerintah atau BI, untuk meningkatkan akses akan jasa keuangan. Pilar ini meliputi beberapa aspek: a) kebijakan mendorong sosialisasi produk jasa keuangan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, b) menyusun skema produk yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, c) mendororng perubahan ketentuan dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian secara proporsional, d) menyusun peraturan mekanisme penyaluran dana bantuan melalui perbankan, e) memperkuat landasan hukum untuk meningkatkan perlindungan konsumen jasa keuangan, f) menyusun kajian yang berkaitan dengan keuangan inklusif untuk menentukan arah kebijakan secara berkelanjutan.20

5) Fasilitas intermediasi dan saluran distribusi. Bertujuan untuk meningkatkan kesadaran lembaga keuangan akan keberadaan segmen potensial di masyarakat dan memperluas jangkauan layanan jasa keuangan dengan memanfaatkan metode distribusi

20


(47)

38

alternatif. Beberapa aspek pada pilar ini meliputi: a) fasilitas forum intermediasi dengan mempertemukan lembaga keuangan dengan kelompok masyarakat produktif (layak dan unbanked) untuk mengatasi masalah informasi yang asimetri, b) peningkatan kerjasama antar lembaga keuangan untuk meningkatkan skala usaha, c) eksplorasi berbagai kemungkinan produk, layanan, jasa, dan saluran distribusi inovatif dengan tetap memberikan perhatian pada prinsip kehati-hatian.

6) Perlindungan konsumen. Bertujuan agar masyarakat memiliki jaminan rasa aman dalam berinteraksi dengan institusi keuangan dalam memanfaatkan produk dan layanan jasa keuangan yang ditawarkan. Komponen yang ada pada pilar ini meliputi: a) transparansi produk, b) penanganan keluhan nasabah, c) mediasi, d) edukasi konsumen.21

c. Indikator keuangan inklusif.

Untuk mengetahui sejauh mana perekembangan kegiatan keuangan inklusif diperlukan suatu ukuran kinerja. Dari beberapa referensi, indikator yang dapat dijadikan ukuran sebuah Negara dalam mengembangkan keuangan inklusif adalah:

1) Ketersediaan / akses: mengukur kemampuan penggunaan jasa keuangan formal dalam hal keterjangkauan fisik dan harga.

21


(48)

39

2) Penggunaan: mengukur kemampuan penggunaan aktual produk dan jasa keuangan (a.l. keteraturan, frekuensi dan lama penggunaan).

3) Kualitas: mengukur apakah atribut produk dan jasa keuangan telah memenuhi kebutuhan pelanggan.

4) Kesejahteraan: mengukur dampak layanan keuangan terhadap tingkat kehidupan pengguna jasa.22

B. Implementasi Strategi Nasional Keuangan Inklusif

Berbagai inisiatif telah dilakukan oleh kementerian/instansi terkait dalam rangka implementasi strategi nasional keuangan inklusif. Hal ini menunjukan komitmen dari berbagai kementerian/instansi terkait untuk secara aktif berupaya mengimplementasikan rencana-rencana masa depan serta program-program yang berkaitan dengan strategi nasional keuangan inklusif diantaranya:

1. Peran keuangan inklusif sangat penting untuk pengentasan kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas keuangan.

2. Penerapan SNKI memerlukan kerja sama dan koordinasi yang baik dari berbagai pemangku kepentingan, baik dari lembaga pemerintah, swasta, dan masyarakat sendiri.

3. Proses implementasi dan pemantauan strategi nasional keuangan inklusif akan terbagi dalam

a. Inventarisasi ketersediaan data dan diagnose kondisi saat ini

22


(49)

40

b. Penentu target dan tujuan yang tercantum dalam indikator kinerja utama

c. Peran sektor publik dan swasta, dan d. Pemantauan kemajuan kegiatan

4. Kepemimpinan diperlukan untuk mengkoordinasikan tindakan dan mempertahankan dorongan serta momentum untuk reformasi.23

C. Peranan Bank Indonesia dalam Pelaksanaan Implementasi Strategi Nasional Keuangan Inklusif

Bank Indonesia mendukung pelaksanaan implementasi Strategi Nasional Keuangan Inklusif melalui penanan sebagai berikut:24

1. Mengkoordinasi kegiatan keuangan inklusif dengan kementerian/lembaga terkait. Melakukan koordinasi dengan kementerian/lembaga terkait dalam perencanaan dan pelaksanaan program keuangan inklusif

2. Melakukan pemetaan potensi daerah sebagai dasar penetapan program dan prioritas kegiatan keuangan inklusif. Pemetaan potensi daerah antara lain dilakukan terhadap sektor ekonomi, pihak penerima program dan stakeholder terkait

3. Menetapkan program dan prioritas kegiatan keuangan inklusif. Menetapkan program dan prioritas kegiatan keuangan inklusif yang akan dilakukan setelah berkoordinasi dengan kementerian/lembaga terkait. Penetapan program dan prioritas kegiatan dilakukan sesuai dengan hasil

23

Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Financial Inclusion Strategi Nasional Keuangan Inklusif (SNKI), Jurnal,(juni 2013), h 22

24

National Strategi For Financial Inclusion Fastering Economic Growth and Poverty Reduction,


(50)

41

pemetaan potensi daerah yang dilakukan oleh Bank Indonesia, selanjutnya untuk mempermudah pelaksanaanya, dibuat pedoman pelaksanaan program keuangan inklusif

4. Sebagai focal point (titik fokus) untuk kegiatan tertentu yang menjadi kewenangan Bank Indonesia dalam rangka pelaksanaan strategi nasional keuangan inklusif. Bank Indonesia menjadi focal point dengan fokus pada edukasi, perlindungan konsumen, pengaturan dan pengawasan dibidang sistem pembayaran; edukasi perencanaan keuangan; pengaturan dan pemetaan sistem informasi untuk keuangan inklusif; serta pengembangan akses keuangan UMKM

5. Mensosialisasikan program keuangan inklusif. Khususnya kepada kantor perwakilan wilayah Bank Indonesia serta pemangku kepentingan terkait 6. Membangun kerja sama dengan pemangku kepentingan terkait di luar

Bank Indonesia. Dalam rangka memperluas pengembangan keuangan inklusif diperlukan kerja sama dengan berbagai lembaga baik di tingkat nasional, regional maupun internasional

7. Melaksanakan kegiatan keuangan inklusif yang relevan dengan tugas dan wewenang Bank Indonesia

8. Mengevaluasi program kegiatan keuangan inklusif. Bersama dengan kementerian/lembaga terkait melakukan evaluasi perkembangan keuangan inklusif untuk bahan perbaikan dan penyempurnaan kegiatan di masa datang.25

25


(51)

BAB III

IMPLEMENTASIFINANCIAL INCLUSION(KEUANGAN INKLUSIF)

BAGI MASYARAKAT KARAH KECAMATAN JAMBANGAN KOTA SURABAYA

(Kasus di KJKS BMT Amanah Ummah Surabaya) A. Gambaran umum tentang KJKS BMT Amanah Ummah

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian terletak di KJKS BMT Amanah Ummah yang berlokasi di jalan Karah Agung No. 42 B Surabaya yang didirikan pada tahun 1995. KJKS BMT Amanah Ummah adalah koperasi yang kegiatan usahanya bergerak di bidang pembiayaan, investasi, dan simpanan sesuai pola syariah, dimana tingkat persaingan antara perusahaan dibidang yang sejenis semakin tinggi. Maka KJKS BMT Amanah Ummah selalu berusaha untuk dapat memuaskan dan memenuhi keinginan anggotanya, sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai.

2. Latar belakang sejarah berdirinya KJKS BMT Amanah Ummah

Tahun 1995. Didirikan oleh 14 orang pemuda lulusan short course “Perbankan Syariah” dengan modal awal per masing-masing orang antara Rp 100.000 s/d 500.000,- sehingga terkumpul Rp 2.850.000,- (dua juta delapan ratus lima puluh ribu rupiah).1

Tepat pada tanggal 15 Juli 1995 KSM-BMT Amanah Ummah diresmikan dengan keadaan yang sangat sederhana karena mebeler dan

1

KJKS BMT Amanah Ummah, “Sejarah Singkat”, dalam http://kjksamanahummah.co.id/profile/sejarah-singkat/, diakses pada tanggal 4 Juni 2016.


(52)

44

peralatan kantor sifatnya masih ‘pinjam’. Tenaga kerja berjumlah 4 orang dan menempati ruangan ukuran 3 x 3 M2 di daerah Darmorejo 3 No. 4, Surabaya

Tahun 1999 merupakan tahun yang sulit, selain karena adanya pengaruh krisis ekonomi global yang melanda Indonesia. Perkembangan jumlah anggota mencapai 356 orang dengan outstanding simpanan mencapai Rp 47,8 juta dan outstanding pembiayaan mencapai Rp 68,6 juta.

Tahun 2000 bergabung dengan Koperasi Cahaya Amanah sebagai unit usaha simpan pinjam secara syariah dengan nama BMT Amanah Ummah.

Tahun 2006 perubahan usaha cukup signifikan dengan perolehan asset mencapai Rp 1,172 Miliar sehingga sesuai dengan ketentuan Lembaga Keuangan Syariah dan Dinas Koperasi dapat membentuk badan hukum secara terpisah. Pada tanggal 18 Juli 2006 dihadapan Notarisresmi menjadi Koperasi Syariah BMT Amanah Ummah Jawa Timur. Kemudian pada tanggal 7 Agustus 2006 telah disahkan oleh Dinas Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah Propinsi Jawa Timur.

Tahun 2007, KJKS Amanah Ummah (lebih dikenal dengan nama tersebut) berpindah tempat ke lokasi yang cukup representative untuk menjaring masyarakat mikro yaituJl Karah Agung no 42 B, Surabaya.

Tahun 2009, KJKS Amanah Ummah mendirikan kantor Cabang pertamanya di Wilayah Sidoarjo tepatnya di Raya Sukodono 41 Sidoarjo


(53)

45

dan diikuti pendirian kantor cabang kedua diawal tahun 2010 di Jl. Darmokali 79 Surabaya.

Tahun 2012, KJKS Amanah Ummah mendirikan kembali kantor cabang Jojoran yang beralamatkan di Jl. Jojoran 1 no 40f Surabaya2

3. Legalitas KJKS BMT Amanah Ummah

Nama Perusahaan : Koperasi Jasa Keuangan Syariah Baitul Ma>l Wat TamwilAmanah Ummah Jawa Timur

Alamat Perusahaan : Jl. Karah Agung No. 42 B, Surabaya 60254 Legalitas Perusahaan :

a. Akte Pendirian no. 16 tanggal 18 Juli 2006 dihadapkan notaries Lucia Suryani Widodo, Sarjana Hukum

b. Akte Perusahaan no. 518.1/BH/92/103/2006 tanggal 7 Agustus 2006 oleh dinas koperasi, pengusaha kecil dan menengah propinsi jawa timur.

c. Nomor Pokok Wajib Pajak No. 02.699.946.6-609.000 pertanggal 30 Agustus 2007 atas nama KJKS Amanah Ummah.

d. Tanda Daftar Perusahaan No 130126500555 s/d 23 Oktober 2012

4. Visi dan Misi

a. Visi

“Menjadi Koperasi Syariah Terdepan dan Terdekat di Hati Masyarakat Ekonomi Kecil Mikro”

2

KJKS BMT Amanah Ummah, Sejarah Singkat KJKS BMT Amanah Ummah, dalam www.kjksamanahummah.blogspot.com, 26 Juni 2015


(54)

46

b. Misi

1) Memberikan pelayanan dan pendampingan kepada masyarakat usaha kecil mikro untuk meningkatkan kualitas hidup.

2) Membudayakan dan mendekatkan masyarakat pada lembaga keuangan syariah dan bermuamalah secara syariah.

c. Tujuan

1) Mengarahkan kegiatan ekonomi masyarakat mikro untuk bermuamalah secara islami.

2) Memberdayakan pengusaha mikro dan kecil dengan profesional dan tanpa mengenyampingkan keuntungan sosial

d. Motto

“Menjalin Ukhuwah Meningkatkan Ekonomi Umat”.3

5. Letak Geografis KJKS Amanah Ummah Surabaya

KJKS Amanah Ummah Surabaya dalam beroperasi memiliki kantor pusat sendiri beralamat di Jl. Karah Agung No. 42B Surabaya. Kantor tersebut memiliki luas 5x10 meter, kantor tersebut memiliki 3 lantai,. Lantai 1 berfungsi sebagai bagian front office, yakni customer service dan teller. Lantai 2 berfungsi sebagai bagian back office, yakni tempat kerja direktur dan wakilnya, accounts office funding, lending, dan

collecting. Lantai 3 berfungsi sebagai tempat sholat, tempat rapat, dan ruang berkas, serta gudang.

3

KJKS BMT Amanah Ummah, “Visi Misi”, dalam http://kjksamanahummah.co.id/profile/visi -dan-misi/, diakses pada tanggal 4 Juni 2016.


(55)

47

6. Susunan Pengurus dan Pengelola KJKS Amanah Ummah Surabaya

Susunan pengurus Koperasi Jasa Keuangan Syariah Amanah Ummah Surabaya

Ketua : H. Imam Hambali, SE, MSEI Sekrtearis : Drs. H. M.Shufyan Bahri. MPSDM Bendahara : Tri Wahyuni, SE

Susunan Pengelola Koperasi Jasa Keuangan Syariah Amanah Ummah Surabaya

Cabang Karah

Direktur : Teguh Rahayu Wismiati, SE

Hrd : Syifaani Usrul Wiladah, SM

Manager Cabang Karah : Alfans Arianto, SE Marketing Cabang Karah : Dian Aisyi ZK, SE Marketing Cabang Karah : Vivi Endarti

Marketing Cabang Karah : Amalia Rizki Ichwana Teller Karah : Shenja Nursela

Administrasi Keuangan : Linake Septi Elfianti Administasi Lending : Dina Nurisma Administrasi Collecting : Yuswitasari

Collecting : Nabilah Qonitah


(56)

48

B. Produk-Produk KJKS BMT Amanah Ummah

1. SimpananMud}a>rabah

Simpananmud}a>rabahharian adalah tabungan yang fleksibel dan memberikan bagi hasil sesuai syariah. Fleksibilitas yang ditawarkan berupa persyaratan mudah dan setoran awal ringan, serta transaksi penyetoran dan penarikan yang dapat dilakukan sesuai keinginan.4

2. PembiayaanMud}a>rabah

Pembiayaan mud}a>rabah adalah akad kerjasama permodalan usaha. Koperasi sebagai pemilik modal (s}ahibul ma>l) menyetorkan modalnya kepada anggota, calon anggota, koperasi lain, dan atau anggotanya sebagai pengusaha (mud}a>rib) untuk melakukan kegiatan dengan ketentuan pembagian keuntungan dibagi sesuai kesepakatan (nisbah) dan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal sepanjang bukan kelalaian penerima pembiayaan.5

3. Simpanantilmid}un

Simpanan tilmid}un adalah tabungan khusus bagi pelajar dan mahasiswa yang penyetorannya dapat dilakukan sewaktu-waktu, ringan, dan bebas biaya administrasi.

4. SimpananFitri

Simpanan Fitri adalah tabungan yang penarikannya dikhususkan untuk kebutuhan hari raya Idul Fitri. Simpanan Fitri membantu anda menabung untuk kebutuhan hari raya.

4

Ibid 9

5


(57)

49

5. SimpananWalimah

Simpanan Walimah adalah tabungan perencanaan dan persiapan kebutuhan menghadapi hari pernikahan. Penarikan dana dapat dilakukan berdasarkan kesepakatan bersama atau menjelang pelaksanaan pernikahan. 6. SimpananQurban

Simpanan Qurban adalah tabungan yang merupakan simpanan terprogram perencanaan kebutuhan pembelian hewan qurban. Simpanan

qurban membantu secara rutin mempersiapkan dana untuk kebutuhan pembelian hewanqurbandalam 11 bulan menjelang Idul Adha.6

7. SimpananAqiqoh

Simpanan Aqiqoh adalah tabungan perencanaan dan persiapan

aqiqoh. Tabungan untuk mengatur penyimpanan dana menjelang dilaksanakannyaaqiqoh.

8. Simpanan Haji dan Umrah

Simpanan Haji dan Umrah adalah tabungan yang diperuntukkan bagi anda yang telah berniat untuk menunaikan ibadah haji/umrah ke tanah suci. Simpanan haji dan umrah membantu anda secara disiplin dan rutin menyisihkan dana untuk mewujudkan niat beribadah ke tanah suci.

6


(58)

50

9. Simpanan Berjangka

Simpanan Berjangka adalah tabungan yang setoran sekaligus penarikannya dapat disesuaikan dengan perjanjian yang telah disepakati bersama untuk jangka waktu tertentu (1, 3, 6, atau 12 bulan).7

10. Simpanan Beasiswa

Simpanan Beasiswa adalah tabungan yang diperuntukkan bagi anak saat memasuki jenjang pendidikan dasar hingga perguruan tinggi. Simpanan beasiswa dapat membantu merencanakan pendidikan yang terbaik bagi anak.

11. Simpanan Sejahtera

Simpanan Sejahtera adalah tabungan perencanaan persediaan keuangan masa depan yang waktunya dapat disesuaikan dengan perjanjian yang telah disepakati bersama dalam jangka waktu tertentu (5, 10, 20, 25, atau 30 Tahun).

12. PembiayaanMusha>rakah

Pembiayaan Musha>rakah adalah akad kerjasama permodalan usaha antara koperasi dengan satu atau beberapa pihak sebagai pemilik modal pada usaha tertentu untuk menggabungkan modal dan melakukan usaha dalam suatu kemitraan, dengan nisbah sesuai kesepakatan semua pihak yang telah ditentukan pada awal perjanjian, sedangkan kerugian ditanggung secara proporsional sesuai dengan kontribusi modal.

7


(59)

51

13. PembiayaanBai’ Bithamanil Ajil

Pembiayaan Bai’ Bithamanil Ajil adalah akad transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (marjin) yang disepakati pihak penjual (koperasi) dan pembeli (anggota, calon anggota, koperasi lain, dan/ anggotanya) dan atas transaksi jual beli tersebut, yang mewajibkan anggota untuk melunasi kewajibannya sesuai jangka waktu tertentu disertai dengan pembayaran imbalan berupa marjin keuntungan yang disepakati di muka, sesuai akad sebagaimana seharusnya.

14. Pembiayaan Kepemilikan Barang

Pembiayaan yang menggunakan prinsip sebagaimana pembiayaan bai’ bithamanil ajil, tetapi dengan tujuan untuk kepentingan konsumtif.8 15. PembiayaanIja>rah

Ija>rah adalah akad sewa-menyewa antara muajir

(lessor/penyewa/anggota, calon anggota, koperasi lain, dan atau anggotanya) dengan musta’jir (lessee/yang menyewakan/koperasi) atas ma’jur (objek sewa) untuk mendapatkan imbalan atas barang/jasa yang disewakan.

16. PembiayaanKafa>lah

Kafa>lah adalah akad pemberian jaminan/menanggung hutang/kewajiban dari makful/anggota, calon anggota, koperasi lain, dan atau anggotanya kepada pihak ketiga (makful alaih) dengan dikenakan biaya penjaminan (upah/ujroh) atas hutang atau kewajiban tersebut.

8


(60)

52

17. PembiayaanHawa>lah

Hawa>lah adalah akad perpindahan hutang dari tanggungan as}il

(muhil)/Pihak ke tiga kepadamuhal alaih/anggota, calon anggota, koperasi lain, dan atau anggotanya (orang yang bertanggung jawab setelah

hiwa>lah) dengan dikenakan biaya penanggungan (upah/ujroh) atas hutang atau kewajiban tersebut.

18.Qard}ul Hasan(pinjaman sosial)

Qard}ul Hasan adalah kegiatan transaksi dengan akad pinjaman dana non-komersial, peminjam mempunyai kewajiban untuk membayar pokok dana yang dipinjam kepada koperasi yang meminjamkan tanpa imbalan atau bagi hasil dalam waktu tertentu sesuai kesepakatan.9

C. Upaya KJKS BMT Amanah Ummah dalam melaksanakan Financial

Inclusion (keuangan inklusif) bagi masyarakat Kelurahan Karah Kecamatan Jambangan Kota Surabaya

Upaya KJKS BMT Amanah Ummah dalam melaksanakan Financial Inclusion (keuangan inklusif) bagi masyarakat kelurahan Karah kecamatan Jambangan kota Surabaya, disajikan pada bagian ini dengan menjelaskan kualitas apakah atribut produk dan jasa keuangan telah memenuhi kebutuhan anggota Karah Surabaya.

Program keuangan inklusif dinilai sebagai salah satu wahana untuk percepatan pengentasan kemiskinan di Indonesia dan sekaligus meningkatkan kedalaman sistem keuangan nasional. Lembaga keuangan memiliki peran

9


(1)

67

menunjukan hasil yang diharapkan, perlu diperhatikan juga keluhan yang disampaikan anggota. Karena dengan keluhan anggota bisa menjadi bahan evaluasi dalam meningkatkan keuangan inklusif yang lebih baik lagi.

Dalam pengembangan keuangan inklusif tidak dipungkiri pasti akan ditemui banyak kendala di sana sini. Hal tersebut yang mendasari perlunya penguatan regulasi dari penggunaan strategi yang efektif, karena implementasi yang menjadi faktor berikutnya yang akan menentukan dalam pelaksanaan suatu strategi secara efektif.


(2)

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian-uraian yang telah dijelaskan dan dianalisis, maka dalam penelitian ini dapat ditarik beberapa kesimpulan yang menjadi jawaban atas beberapa masalah yang telah dirumuskan. Kesimpulan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Adapun upaya pelaksanaan keuangan inklusif KJKS BMT Amanah Ummah sudah memberikan kemudahan dalam bertransaksi seperti syarat dan ketentuan simpanan dan pembiayaannya.

2. Dalam implementasi, lokasi kantor KJKS BMT Amanah Ummah mudah dijangkau oleh masyarakat Karah Surabaya, sedangkan komunikasi pemasaran dengan menggunakan sistem jemput bola. Dari semua usaha yang dilakukan KJKS BMT Amanah Ummah juga terbukti berperan besar dalam pelaksanaan program inklusi keuangan di Indonesia. KJKS BMT Amanah Ummah merupakan sumber pembiayaan utama kedua terbesar untuk masyarakat berpenghasilan rendah, dan merupakan pelaku ketiga terbesar yang memberikan akses bagi masyarakat untuk menabung atau memperoleh pinjaman secara nasional. Peran BMT jauh lebih besar dengan jangkauan layanan yang lebih luas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berpenghasilan rendah dan menengah daripada lembaga keuangan formal lainnya, seperti: BPD, BPR, bank umum syariah dan sejenisnya.


(3)

69

B. SARAN

Dengan terselesaikannya skripsi ini, penulis memiliki beberapa saran yang dapat diajukan berkaitan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan sebagai berikut:

1. Sebaiknya KJKS BMT Amanah Ummah mempermudah atau

menyederhanakan syarat pembiayaan.

2. Sebaiknya KJKS BMT Amanah Ummah mengembangkan kegiatan edukasi keseluruh wilayah Karah Surabaya. Kegiatan edukasi diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang jasa dan fasilitas lembaga keuangan serta keuntungan yang dapat diperoleh sehingga meningkatkan minat menabung masyarakat.

3. Sebaiknya perlu dilakukan studi lebih lanjut tentang indikator keuangan inklusif karena terdapat indikasi ketidakmerataan penggunaan informasi jasa dan produk keuangan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah Halim, Pentingnya Keuangan Inklusif dalam Meningkatkan Akses Masyarakat dan UMKM terhadap Fasilitas Jasa Keuangan Syariah,t. tp., t. p., 2014.

Amalia Euis,Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam; Penguatan Peran LKM dan UKM di Indonesia,Jakarta: Rajawali Press, 2009.

Aries Mufti dan Muhammad Syakir Sula, Amanah bagi Bangsa: Konsep Sistem Ekonomi Syariah,Jakarta: Masyarakat Ekonomi Syariah, t.t.,

Arikunto Suharsimi,MenejemenPenelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1998. Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Financial

Inclusion Strategi Nasional Keuangan Inklusif (SNKI), Jurnal, 2013

Djazuli DKK, Lembaga-lembaga Perekonomian Umat: Sebuah Pengenalan,

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002.

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sunan Ampel, Petunjuk Teknis

Penulisan Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis,2014

Fitriastuti Triana, et . al, Implementasi Keuangan Inklusif Bagi Masyarakat Perbatasan (Studi Kasus Pada Kutai Timur, Kabupaten Kutai Kartanegara Dan Kota Samarinda, Kalimantan Timur, Indonesia),2015 Group Pengembangan Keuangan Inklusif Departemen Pengembangan Akses

Keuangan dan UMKM,Nasional Strategy for Financial Inclusion Fastering Economic Growth and Accelerating Poverty Reduction”,2012 Hermansyah. Bank Syariah: Lokomotif Inklusif Keuangan.Kompasiana, 2014 Kementerian Keuangan, Strategi Nasional Keuangan Inklusif. Diambil dari

Kementerian Keuangan RI. t.tp., t.p., 2015.

Kementrian Agama RI, Mushaf Madinah: Al-Qur’an, Terjemahan dan Tafsir.

Bandung: Jabal Rodhotul Jannah 2010.

Lubis Suhrawardi,Hukum Ekonomi Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2002.

Miraza, Bahctiar Hassan, Membangun Keuangan Inklusif, Jurnal Ekonomi Manajemen dan Akuntansi, vol. 23, no 2, 2014


(5)

Nengsih Novia, Peran Perbankan Syariah dalam Mengimplementasikan

Keuangan Inklusif di Indonesia,Etikonomi, Vol 14 No 2, 2015

Otoritas Jasa Keuangan dan Bank Indonesia), [Skripsi], Universitas Bina Nusantara, 2014

Peraturan Dasar dan Contoh AD-ART BMT, Jakarta: PINBUK, 2000.

Pinbuk pusat, Pedoman dan cara Pembentukan BMT Balai Usaha Mandiri Terpadu, Jakarta, t.p., t. t,.

Rosyidah, Analisis SWOT Strategi Baitul Mal Wat Tamwil dalam peningkatan

usaha kecil dan menengah, skripsi fakultas syariah dan hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta 2005

Salim Meilisa et.al, Analisis Implementasi Program Financial Inclusion Di Wilayah Jakarta Barat Dan Jakarta Selatan (Studi pada Pedagang Golongan Mikro, Instansi Perbankan.

Satunnisa Lilis, BMT sebagai Mitra Pengusaha Kecil dan Menengah. Skripsi Kosentrasi Perbankan Syariah. Program Studi Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta 2004 Shodikin,Financial Inclusion Solusi Baru Kemiskinan,t. tp., Kompasiana.2013

Soeratno dan Lincoln Arsyad, “Metode Penelitian Untuk Ekonomi dan Bisnis,

Yogyakarta : UPP AMP YKPN, 2003.

Subagyo Ahmad, “Strategi Nasional Kebijakan Keungan Inklusif”,2016 Sugiyono,Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta. 2010.

Sukmadinata, Nana, 2007, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Remaja Rosda Karya. Cet. III, .2007

Sukudin dan Mundir,Metode Penelitian: Menimbang dan Mengantar Kesuksesan Anda dalam Dunia Penelitian. Surabaya: Insan Cendekia, 2005.

Sumitra, Andri,Bank dan Lembaga Keuangan Syariah,Jakarta: Kencana. 2009 Surachmad Winarmo,Dasar dan Teknik Research,Bandung: CV. Tarsito, 1972.

Taufik Mohammad, Membangun Sistem Pembiayaan Bagi Usaha Kecil,

Menengah Dan Koperasi, Jakarta: Deputi Pengembangan Dan Retruturisasi Usaha, 2003.


(6)

Data BPS 2014 www.bps.go.id. Maret 2014.

Keikutsertaan Indonesia sebagai Anggota Better han Cash Alliance (BTCA). Kementerian Keuangan. www. Kemenkeu.go.id. diakses pada 22 maret

2016

Kementerian Keuangan, Strategi Nasional Keuangan Inklusif,

www.fiskal.depkeu.go.id. 2013 KeuanganInklusif,www.bi.go.id, 2015

KJKS BMT Amanah Ummah, Sejarah Singkat KJKS BMT Amanah Ummah. www. kjksbmtamanahummah.blogspot.com. 2016

Maulani Farhan, Pengertian Financial inclusion,

http://handuk-qu.blogspot.com/2013/12/pengertian-financial-inclusion.html#. 2013 Setiawan Moh A, “Implikasi Program Financial Inclusion terhadap Financial

Literacy Masyarakat dalam Pengelolaan Keuangan Personal melalui Unit Perantara Layanan Keuangan (UPLK) atau Branchless Banking”,

http//:Moh-angscorp2.blogspot.com/2014/08/financial-inclusion-banchless-banking.html?m=1,” 2015

StrategiNasional Keuangan Inklusif. www.fiskal.depkeu.go.id, 2015 www.bi.go.id 2016