Membangun kemandirian peternak sapi perah di Desa Surenlor Kecamatan Bendungan Kabupaten Trenggalek.

(1)

MEMBANGUN K SURENLOR

Diajukan Kepad Untuk

P

UNIVERSITA FAK PROGRAM ST

KEMANDIRIAN PETERNAK SAPI PERA OR KECAMATAN BENDUNGAN KABUP

TRENGGALEK

SKRIPSI

pada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel uk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperole

Gelar Sarjana Ilmu Sosial (S.Sos)

Oleh:

PRAVIJANTI DINI NUR HIDAYAH NIM B02213045

AS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SUR KULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKA

2017

RAH DI DESA PATEN

el Surabaya oleh

URABAYA SI


(2)

MEMBANGUN KEMANDIRIAN PETERNAK SAPI PERAH DI DESA SURENLOR KECAMATAN BENDUNGAN KABUPATEN

TRENGGALEK

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial (S.Sos)

Oleh:

PRAVIJANTI DINI NUR HIDAYAH NIM B02213045

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM 2017


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

ABSTRAK

Pravijanti Dini Nur Hidayah, NIM. B02213045, 2017. MEMBANGUN KEMANDIRIAN PETERNAK SAPI PERAH DI DESA SURENLOR KECAMATAN BENDUNGAN KABUPATEN TRENGGALEK. Skripsi Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.

Ketergantungan peternak sapi perah terhadap kosentrat pabrik dan pemasaran susu di Desa Surenlor disebabkan oleh kurangnya pengetahuan peternak dalam pembuatan pakan alternatif serta akses pemasaran susu selain pada tengkulak. Fokus masalah yang diteliti dalam skripsi ini adalah bagaimana upaya untuk memutus ketergantungan peternak terhadap kosentrat kimia pabrik dan penjualan susu oleh pihak luar. Adapun tujuannya adalah memberdayaan kelompok Wanita Peternak “Kartini Makmur” di Desa Surenlor yang sebelumnya belum pernah terbentuk sebuah kelompok.

Untuk mengidentifikasi masalah peneliti menggunakan metode

Participatory Action Research (PAR)denganteknik Participatory Rural Appraisal (PRA). Keseluruhan metode dan teknik penelitian menggunakan sistem partisipatif. Ditemukan beberapa aksi pemecahan masalah, diantaranya memanfaatkan dan mengolah limbah pertanian seperti, katul (tepung sekam padi), tetes tebu, polar (tepung sekam gandum) dan bungkil kelapa sebagai pakan kosentrat sapi, memberikan pembelajaran teknologi tepat guna bagi peternak dalam memanfaatkan rumput gajah pada musim hujan sebagai pakan hijauan ternak sapi ketika memasuki masa paceklik melalui fermentasi pakan yang sering disebut dengan silase. Dengan pembuatan kosentrat mandiri non kimia dapat mengurangi ketergantungan peternak terhadap konsentrat kimia pabrik yang harganya relatif mahal. Memberi pendidikan kreatifitas tentang inovasi pengolahan susu salah satunya menjadi permen susu juga sebagai teknik dalam pengurangan ketergantungan peternak dalam penjualan susu kepada pihak luar yang tidak memberikan kesempatan untuk bernego harga jual susu.

Hasil yang telah dicapai dalam aksi ini yaitu pembelajaran-pembelajaran yang telah diberikan kepada peternak telah memberikan pengetahuan serta aksi baru dalam memanajemen usaha peternakan sapi perah di Desa Surenlor, sehingga peternak mampu mengurangi ketergantungan kepada pihak luar.


(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR BAGAN ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR DIAGRAM ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Strategi Pemberdayaan ... 8

F. Penelitian Terdahulu ... 17


(9)

BAB II KAJIAN TEORI ... 22

A. Konsep Pemberdayaan Masyarakat ... 22

B. Kesetaraan Gender ... 28

C. Teori Kewirausahaan ... 30

D. Peternakan Dalam Perspektif Islam ... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 37

A. Pendekatan Penelitian ... 37

B. Prosedur / Langkah Penelitian PAR ... 42

C. Wilayah Dan Subyek Penelitian ... 50

D. Teknik Pengumpulan Data ... 51

E. Teknik Validasi Data... 52

F. Teknik Analisis Data ... 52

BAB IV PROFIL DESA SURENLOR ... 56

A. Gambaran Umum Desa Surenlor ... 56

1. Letak Geografis ... 56

2. Kondisi Demografis ... 57

B. Tingkat pendidikan... 60

C. Kondisi Perekonomian ... 61

D. Kondisi Agama dan Kebudayaan ... 64

BAB V PROBLEMATIKA PETERNAK SAPI PERAH ... 67

A. Problematika Peternak Sapi Perah ... 67


(10)

2. Kelangkaan Pakan Hijauan Ternak Ketika Musim Kemarau ... 70

3. Ketimpangan Kesejahteraan Relasi Kuasa Dalam Kelompok Ternak ... 73

4. Ketidak Seimbangan Wanita Peternak Pada Peranan Sosial ... 76

5. Rendahnya Harga Jual Susu Sapi Perah... 79

6. Ketimpangan Kesejahteraaan Dalam Relasi Penjualan Susu... 86

7. Kurangnya Partisipasi Stakeholder Terkait Tentang Usaha Ternak ... 89

B. Analisis Problematika Peternak Sapi Perah ... 96

BAB VI PENGORGANISASIAN PETERNAK MENUJU KEMANDIRIAN PAKAN TERNAK DAN PENGELOLAAN SUSU ... 100

A. Proses Membangun Komunikasi dan Kepercayaan Di Masyarakat .... 100

B. Assesmen Awal Tentang Permasalahan ... 104

C. Perencanaan Aksi Dan Membangun Partisipasi Stakeholder Terkait .. 112

1. Pengorganisasian Perencanaan Aksi Pendidikan Pembuatan Pakan Alternatif ... 117

2. Pengorganisasian Perencanaan Aksi Pelatihan Pengelolaan Susu . 120 D. Perencanaan Partisipatif Aksi Perubahan... 124

BAB VII AKSI PERUBAHAN MENUJU KEMANDIRIAN PAKAN DAN PEMASARAN SUSU ... 128

A. Pembuatan Pakan Alternatif ... 128

1. Pembelajaran Membuat Silase ... 128


(11)

B. Pelatihan Partisipatif Pengelolaan Susu dan Pemasaranya ... 135

C. Membangun Kelompok Wanita Peternak ... 140

D. Monitoring Dan Evaluasi Program ... 152

1. Monitoring Aksi ... 152

2. Evaluasi Program ... 156

BAB VIII REFLEKSI PENDAMPINGAN ... 159

A. Membangun Peternak Mandiri Pakan dan Akses Penjualan Susu ... 159

B. Pemberdayaan Perempuan dalam Prespektif Islam ... 161

C. Perubahan Penting Setelah Aksi Pendampingan... 165

BAB IX PENUTUP ... 175

A. Kesimpulan ... 175

B. Rekomendasi ... 177 DAFTAR PUSTAKA


(12)

Daftar Bagan

Bagan 1.1 : pohon Masalah Realitas Permasalahan Peternak Desa Surenlor Bagan 1.2 : Pohon Harapan Realitas Harapan Peternak Desa Surenlor Bagan 1.3 : Matriks Strategi Mencapai Tujuan

Bagan 5.1 : Analisa Pohon Masalah Bagan 6.1 : Analisa Pohon Harapan


(13)

Daftar Gambar

Gambar 4.1 : Peta Umum Desa Surenlor

Gambar 5.1 : Analisa Kalender Musiman Desa Surenlor

Gambar 5.2 : Kondisi Sapi Perah yang Kurus Dikarenakan Kelangkaan Pakan Hijauan pada Musim Kemarau dan Harga Kosentrat yang Semakin Mahal

Gambar 5.3 : Peta Tematik Kepemilikan Sapi Perah RT 14, RT 15 dan RT 16 Gambar 5.4 : Peta Tematik Kepemilikan Sapi Perah RT 17,19 dan 20

Gambar 5.5 : Peta Tematik Kepemilikan Sapi Perah RT 07

Gambar 6.1 : Teknik PRA Mapping Tematik Kepemilikan Sapi Perah di Wilayah RT 20 Bersama Ketua RT 20

Gambar 6.2 : Salah Satu Merek Kosentrat yang Beredar di Desa Surenlor

Gambar 6.3 : Suasana FGD (Focus Group Discussion) Bersama Kelompok Peternak Laki-Laki

Gambar 6.4 : Proses FGD Mengenali Masalah dengan Menggunakan Teknik PRA Secara Partisipatif

Gambar 6.5 : Menggalang Dukungan Kepada Dinas Peternakan


(14)

Gambar 6.7 : Proses Partisipatif Oleh Peneliti Bersama Ibu Listrianah Dalam Penggallangan Dukungan Kepada Ketua Kelompok Wanita Peternak

Gambar 6.8 : Perencanaan Aksi Lanjutan Gambar 7.1 : Suasana Saat Mengikuti Pelatihan

Gambar 7.2 : Praktik Pembuatan Pakan Silase yang Dibimbing Langsung Oleh Dinas Peternakan

Gambar 7.3 : Proses Pembuatan Kosentrat Mandiri

Gambar 7.4 : Proses Pembelajaran Pembuatan Permen Susu Gambar 7.5 : Mengkalkulasikan Usaha Permen Susu Gambar 7.6 : Kelompok Wanita Peternak

Gambar 7.7 : Proses Monitoring Aksi Pengelolaan Susu

Gambar 7.8 : Proses Evaluasi dengan Menggunakan Metode MSC

Gambar 7.9 : Salah Satu Hasil Evaluasi Menggunakan Ungkapan Dari Ibu Nurul

Gambar 8.1 : Ibu Sarti Telah Berhasil Memutus Ketergantungannya Terhadap Kosentrat Pabrik yang Harganya Mahal dengan Membuat Kosentrat Mandiri dengan Harga Lebih Murah


(15)

Gambar 8.2 : Ibu Nurul dan Ibu Tentrem Sudah Berhasil Menanggulangi Kelangkaan Pakan Pada Musim Kemarau Dengan Pembuatan Silase

Gambar 8.3 : Peternak Mampu Mengolah Susu Mennjadi Permen Gambar 8.4 : Produk Olahan Susu Menjadi Permen Susu


(16)

Daftar Tabel

Tabel 1.1 :Penelitian Terdahulu dengan Penelitian yang Dilaksanakan Tabel 4.1 :Jumlah Kependudukan Desa Surenlor

Tabel 4.2 :Jumlah Kependudukan Usia Produktif dan Non Produktif Desa Surenlor

Tabel 5.1 :Analisa Story List Desa Surenlor

Tabel 5.2 : Analisa Daily Activity Keluarga Peternak Sapi Perah

Tabel 5.3 :Kalkulasi Pengeluaran Pemeliharaan Ternak Perekor Sapi Perah dalam Satu Bulan pada Musim Hujan

Tabel 5.4 : Kalkulasi Pengeluaran Pemeliharaan Ternak Perekor Sapi Perah Ketika Hamil Usia 8-9 Bulan pada Musim Hujan

Tabel 5.5 : Kalkulasi Pengeluaran Pemeliharaan Ternak Perekor Sapi Perah Dalam Satu Bulan Ketika Musim Kemarau

Tabel 5.6 : Kalkulasi Pengeluaran Pakan Ternak Ketika Sapi Perah dalam Keadaan Hamil 8-9 Bulan pada Musim Kemarau

Tabel 5.7 : Kalkulasi penghasilan Susu Sapi Perah Perbulan Setelah Masa Laktasi

Tabel 5.8 : Kalkulasi Penghasilan Susu Sapi Perah Dalam Keadaan Hamil 1-5 Bulan Menghasilkan Susu 6-8 Liter


(17)

Tabel 5.9 : Kalkulasi Penghasilan Susu Perah Dalam Usia Kandungan 6-7 Bulan Menghasilkan Susu 3-4 Liter

Tabel 5.10 : Kalkulasi Penghasilan Susu Sapi Perah Ketika Masa Laktasi dengan Penghasilan Susu 10-15 Liter

Tabel 5.11 : Kalkulasi Keseluruhan Usaha Peternak Sapi Perah Tabel 7.1 : Kalkulasi Pembuatan Kosentrat Mandiri

Tabel 7.2 : Kalkulasi Usaha Permen Susu

Tabel 8.1 : Tabel Perubahan Penting di Lihat dari Sebelum dan Sesudah Pendampingan Aksi


(18)

Daftar Diagram

Diagram 1.1 :Kepemilikan Sapi Perah di Desa Surenlor

Diagram 4.1 : Data Pendidikan Terakhir Masyarakat Desa Surenlor Diagram 4.2 : Prosentasi Pendidikan Terakhir Masyarakat

Diagram 4.3 : Prosentase Pekerjaan Kepala Keluarga Diagram 4.4 : Pendapatan KK Perbulan

Diagram 5.1 : Alur Perjalanan Penjualan Susu Diagram 5.2 : Analisa Diagram Venn


(19)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Surenlor merupakan salah satu desa penghasil susu sapi perah yang berada di Kecamatan Bendungan, Kabupaten Trenggalek. Dunia peternakan yang ada di desa tersebut selama ini belum terjamah program pemberdayaan dari pemerintahan desa, padahal beternak sapi perah merupakan salah satu mata pencaharian utama masyarakat Desa Surenlor. Berdasarkan hasil Focus Group Discussion (FGD), pada tahun 2016 ditemukan bahwa keberadaan sapi perah terletak di Dusun Tawing dan Suren, yang tersebar di RT 5, 7,14, 15, 16, 17, dan 19. Populasi terbanyak berada di RT 15.Keseluruhan peternak sapi yang berada di Desa Surenlor berjumlah 55 orang dengan jumlah kepemilikan 203 ekor sapi perah.

Perinciannya sebagai berikut, di RT 5 terdapat 1 peternak yang mempunyai sapi ternak sebanyak 5 ekor. Di RT 7, ada 11 peternak dengan kepemilikan 33 ekor sapi ternak. Sementara di RT 14 terdapat 6 peternak yang mempunyai sapi perah sebanyak 24 ekor. Sedangkan pada RT 15, ada 16 peternak yang memiliki 81 ekor sapi ternak. Di RT 16, sebanyak 12 orang memiliki 32 ekor sapi perah, 5 peternak di RT 17 memiliki 19 ekor sapi perah, dan yang terakhir berada di RT 19 terdapat 4 peternak dengan jumlah 9 ekor sapi perah


(20)

yang diternakkan. Dari perincian diagram di bawah ini, dapat dilihat jika jumlah sapi ternak terbanyak berada di RT 15 dengan 81 ekor sapi perah.

Diagram 1.1 : Kepemilikan Sapi Perah di Desa Surenlor

Sumber : Diolah dari hasil

Pada tahun 2003, peternak sapi perah yang berjumlah

membangun sebuah kelompok peternak sapi perah yang diberi nama “Tawing Subur”. Seiring berjalannya wak

berkurang akibat kebangkrutan yang melanda para peternak sapi perah. menyisakan sebanyak 43

diketuai oleh Bapak Tarni, hanya saja tidak ada program kegiatan

selama ini dilakukan oleh kelompok tersebut, kecuali sebatas penyediaan kebutuhan pangan, khususnya konsentrat. Sedangkan untuk kelompok peternak sapi perah di Dusun Suren yang diberi nama “Suren

29 orang sekarang hanya tersisa 12 orang peternak saja dan di ketuai oleh Bapak Tubi (51 tahun).

1Peserta yang mengikuti kegiatan FGD adalah (34 tahun), Sutrisno (40 tahun), Poniran (45 tahun), P 1 Desember 2017 di Rumah Bapak Tarni, pukul 19.00 WIB.

yang diternakkan. Dari perincian diagram di bawah ini, dapat dilihat jika jumlah sapi ternak terbanyak berada di RT 15 dengan 81 ekor sapi perah.1

Diagram 1.1 : Kepemilikan Sapi Perah di Desa Surenlor

Sumber : Diolah dari hasil Focus Group Discussion bersama kelompok laki-laki peternak

Pada tahun 2003, peternak sapi perah yang berjumlah

membangun sebuah kelompok peternak sapi perah yang diberi nama “Tawing Subur”. Seiring berjalannya waktu, anggota kelompok tersebut perlahan berkurang akibat kebangkrutan yang melanda para peternak sapi perah.

menyisakan sebanyak 43 orang peternak.Saat ini kelompok Tawing Subur apak Tarni, hanya saja tidak ada program kegiatan

selama ini dilakukan oleh kelompok tersebut, kecuali sebatas penyediaan kebutuhan pangan, khususnya konsentrat. Sedangkan untuk kelompok peternak sapi perah di Dusun Suren yang diberi nama “Suren Subur”, dahulunya berjumlah hanya tersisa 12 orang peternak saja dan di ketuai oleh Bapak

Peserta yang mengikuti kegiatan FGD adalah Bapak Tarni (42 tahun), Tubi (37 tahun), Sugeng 40 tahun), Poniran (45 tahun), Pahit (51 tahun) dan Senin (41 tahun), di Rumah Bapak Tarni, pukul 19.00 WIB.

0 10 20

RT

05 RT 07 RT 14 RT 15 RT

16 RT 17 RT 19

kepemilikan sapi perah di

Desa Surenlor

2

yang diternakkan. Dari perincian diagram di bawah ini, dapat dilihat jika jumlah 1

Diagram 1.1 : Kepemilikan Sapi Perah di Desa Surenlor

Focus Group Discussion (FGD) Pada tahun 2003, peternak sapi perah yang berjumlah 76 orang membangun sebuah kelompok peternak sapi perah yang diberi nama “Tawing tu, anggota kelompok tersebut perlahan-lahan berkurang akibat kebangkrutan yang melanda para peternak sapi perah.Dan hanya pok Tawing Subur apak Tarni, hanya saja tidak ada program kegiatan berarti yang selama ini dilakukan oleh kelompok tersebut, kecuali sebatas penyediaan kebutuhan pangan, khususnya konsentrat. Sedangkan untuk kelompok peternak Subur”, dahulunya berjumlah hanya tersisa 12 orang peternak saja dan di ketuai oleh Bapak

Bapak Tarni (42 tahun), Tubi (37 tahun), Sugeng ahit (51 tahun) dan Senin (41 tahun), tanggal


(21)

3

Usaha pengembangan kelompok ternak belum mendapatkan perhatian dari berbagai pihak.Selama ini belum ada program-program yang memberdayakan anggota peternak sapi tersebut.Usaha pengembangan kegiatan kelompok dilakukan oleh masyarakat sendiri pada tahun 2003 .yaitu kegiatan arisan setiap satu bulan sekali seribu rupiah.Menurut seorang informan Bapak Tarni (42 tahun) bahwa kegiatan kelompok sangat bermanfaat karena dengan seringnya ada perkumpulan dari kelompok, maka antar anggota dapat berbagi ilmu dan bercerita tentang permasalahan-permasalahan yang terjadi pada ternak dan bisnis mereka.Namun karena uang arisan sering di pinjam dan tidak kembali, kelompok peternak ini dibubarkan dari acara arisan sehingga sangat jarang sekali terdapat kumpulan.Kecuali apabila terdapat kunjungan dari Dinas Peternakan untuk vaksin sapi yang terdapat beberapa bulan sekali.

Selama ini para peternak selalu ketergantungan dengan bantuan-bantuan dari pemerintah maupun Dinas Peternakan.Mereka belum bisa memikirkan bagaimana harus mengembangkan bisnis mereka secara mandiri. Ini dikarenakan kecembururan sosial oleh desa tetangga yang mendapatkan bantuan-bantuan dari dinas terkait. karenanya mereka juga mengharapkan hal serupa. Ini ditunjukan dari keinginan-keinginan mereka yang diungkapkan ketika dalam FGD paling banyak mengarah pada keinginan adanya subsidi obat, kandang, karpet, milkcan2

dan lain-lain.

Dalam penyelesaian masalah dan pengembangan usaha ternak susu sapi perah, ibu-ibu jarang sekali dilibatkan. Padahal dalam kesehariannya wanita


(22)

4

peternak juga ikut andil dalam proses pemeliharaan sapi perah diantaranya mencari pakan, memerah susu dan mengurus rumah tangga.3Ini dibuktikan juga bahwa selama ini hanya ada kelompok peternak sapi perah laki-laki saja, sedangkan tidak ada kelompok wanita peternak sapi perah.

Untuk beternak sapi perah memang tidak semudah sapi pedaging.Baik dari kebersihan kandang, volume pakan, waktu pemberian makan, jenis pakan dan jadwal perah harus selalu teratur tidak bisa terlambat atau pun terlalu cepat. Karena jika pemberian pakan dan pemerahan sapi terlewat atau terlalu cepat dapat mempengaruhi produksi susu. Dalam sehari kebutuhan pakan hijauan sapi perah minimal 40 kg per ekornya, dan didapatkan melalui produksi tanam pribadi.Kebanyakan peternak di Desa Surenlor menanam rumput gajah di lahan terpisah dengan lahan pertanian padi. Tidak jarang pula mereka menanam di pinggiran sawah-sawah mereka sebagai pakan ternak.

Pada beberapa dekade belakangan ini para peternak sapi perah tidak memperoleh dukungan yang cukup khususnya dalam penyediaan lahan untuk tanaman pakan.Peternak sering kesulitan dalam penyediaan pakan hijauan terutama pada musim kemarau.Jika sampai kekurangan maka mereka membeli rumput di luar desa, terkadang juga mereka membeli jerami kering untuk menghemat biaya pakan.Untuk makanan konsetratnya untuk satu ekor sapi seminggu mengahabiskan 50 kg konsetrat, yang dicampur air untuk minum sapi, sebanyak 2 kali sehari.Dalam sebulan satu ekor sapi membtuhkan sebanyak 2 kwintal konsetrat, dan 3 kg mineral perbulanya.

3Wawancara dengan Ibu Sumini peternak sapi perah wanita, tanggal 02 Desember 2017, di Sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), pukul 07.33 WIB.


(23)

5

Harga konsetrat sapi per karung berisi 50 kg dengan harga Rp.175.000. sedangkan harga mineral per 1 kg nya yakni Rp.11.000. konsetrat ini dipasok langsung dari pengepul susu yang ada di Blitar melalui ketua kelompok peternak sapi perah. Kenaikan harga konsetrat yang terus menerus juga merupakan salah satu faktor masyarakat enggan melanjutkan menjadi peternak sapi perah. Misalnya Kenaikan konsetrat Rp. 10.000 pada bulan Januari, namun harga susu baru akan naik sebesar Rp. 50 – 100 setelah 3 bulan masa harga kosentrat naik. Dengan demikian produksi usaha susu sapi perah dan harganya di pasaran akan menentukan besar kecilnya pendapatan masyarakat. Demikan juga dengan persoalan usaha ternak sapi perah apabila secara langsung mempengaruhi produktifitasnya, akan dirasakan sebagai masalah yang urgen.

Berdasarkan hasil Focus Group Discussion (FGD) ditemukan bahwa usaha ternak susu sapi di Desa Surenlor menunjukkan bahwa biaya operasional per ekor sapi perah tiap bulannya mulai dari biaya pakan ternak yang meliputi konsentrat yang harganya sekitar Rp. 700.000/200 kg, belanja mineral Rp. 33.000/3 kg, Kebutuhan rumput gajah per ekor dalam satu bulan Rp. 900.000/120 kg, dan kebutuhan akan obat cacing Rp. 20.000/botol. Biaya air untuk minum dan pembersihan kandang satu bulan membutuhkan 200 liter air dengan harga Rp.10.000. jadi jumlah seluruh pengeluaran ternak sapi perah mencapai Rp. 1.663.000. Sedangkan untuk pemasukan perbulannya adalah 300 liter susu sapi yang perharinya mampu menghasilkan 10 liter susu per ekor sapi. Jadi total pemasukan perbulan yakni Rp. 1.141.000. untuk mengatahui analisa usaha ternak


(24)

6

sapi perah maka pendapatan Rp. 1.141.000 dikurangi dengan pengeluaran Rp. 1.633.000 hasilnya adalah Rp. -522.000.

Para peternak sapi perah merasa mengalami kerugian dengan harga jual yang ditetapkan oleh tengkulak yakni Rp.4700,- perliternya. Karena tidak memiliki akses lain selain pada tengkulak tersebut maka para peternak menyetujui harga yang diberikan oleh tengkulak. Mereka lebih memilih yang pasti terjual meskipun dengan harga jual murah, dari pada mengolah susu menjadi makanan atau minuman lainya dengan harga jual tinggi namun belum tentu laku dipasaran. Mengingat kebutuhan konsetrat, makanan rumput dan harga mineral yang mahal dengan pengasilan susu perhari hanya 10 liter per ekor setiap harinya maka tidaklah mampu bagi peternak mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Karna faktor inilah para peternak banyak yang mengundurkan diri dari beternak sapi beralih ke sapi pedaging.Namun ternak sapi pedaging bukanlah mata pencaharian utama tetapi hanya sebagai sampingan dan tabungan hidup saja.dampak yang disebabkan dari kerugian seluruh peternak sapi perah yang ada di RT 20 beralih profesi menjadi buruh proyek di luar Jawa diantaranya adalah Papua dan Sumatra Utara.4

Pada saat ini yang perlu diperhatikan adalah upaya pemecahan masalahnya haruslah mendapatkan prioritas utama. Saat ini paling tidak teridentifikasi persoalan terkait usaha ternak adalah menurunya produktifitas, tingginya pengeluaran produksi (kebutuhan pangan) dan rendahnya harga jual hasil

4Wawancara dengan Bapak Parnud, pada tanggal 20 november 2016. Di rumah Bapak Parnud RT. 20 Dusun Tawing, pukul 14.17 WIB.


(25)

7

produksi susu, hampir dialami seluruh peternak di desa ini. Sampai saat ini persoalan tersebut belum dapat diselesaikan oleh masyarakat.

B. Fokus Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka fokus masalah adalah berikut: 1. Bagaimana bentuk ketergantungan peternak sapi perah?

2. Bagaimana upaya memandirikan peternak sapi perah di Desa Surenlor?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan fokus masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bentuk ketergantungan yang dialami peternak sapi perah. 2. Untuk mengetahui upaya memandirikan peternak sapi perah.

D. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian di atas mmaka penelitian ini diharapkan memiliki manfaat dalam beberapa hal sebagai berikut:

1. Secara teoritis

a. Sebagai tambahan refrensi tentang pengetahuan yang berkaitan dengan program studi pengembangan masyarakat islam

b. Sebagai tugas akhir perkuliahan di Fakultas Dakwah dan Komunikasi program studi Pengembangan Masyarakat Islam, Universitas Islam Negri Sunan Ampel Surabaya


(26)

8

2. Secara Praktis

a. Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan awal informasi penelitian yang sejenis.

b. Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan informasi mengenai upaya menciptakan kemandirian peternak sapi perah di Desa Surenlor

E. Strategi Pemberdayaan

Sebelum mencapai keberdayaan, berkembang dan maju terdapat beberapa tahapan dalam proses pemberdayaan dengan menggunakan metodeparcitipatory Action Research(PAR), diantaranya adalah to know, to understand, to plan, to action and to reflection and evaluation. Untuk dapat merumuskan program, maka terlebih dahulu peternak harus mengetahui masalah-masalah yang dialaminya, baik masalah ekonomi, sosial maupun budaya yang terdapat di Desa Surenlor.Setelah mengetahui, peternak harus diajak untuk memahami permasalahan yang ada, sebab dibentuknya suatu program dapat diimplementasikan berpacu pada beberapapermasalahan. Kemudian mengemas secara partisipatif ungkapan-ungkapan peternak tentang masalah yang mereka alami dengan menggunakan teknikParcitipatory Rural Appraisal(PRA) berupa pohon masalah, untuk dapat lebih mudah dalam pembacaan masalah secara partisipatif


(27)

9

Bagan 1.1 :Pohon Masalah Realitas permasalahan Peternak Desa Surenlor

Sumber : Diolah Dari Hasil FGD bersama Ibu Sumini, Nurul, Muti’ah, Setiowati, Hidayah Dan Tentrem Di PAUD Tanggal 14 November 2017 Pukul 08.23

Ketergantungan peternak sapi perah terhadap pakan ternak dan Pemasaran susu oleh pihak luar

Peternak belum memiliki akses pasar untuk menjual hasil susunya Peternak belum memiliki kapasitas dalam pemenuhan kebutuhan pakan alternatif Belum ada partisipasi untuk menciptakan peluang pasar untuk menjual hasil susu Belum ada pelatihan

tentang pembuatan pakan alternatif

Belum ada inovasi pengelolahan hasil susu

Belum adanya insiatif bersama untuk mengadakan pelatihan pembuatan pakan ternak alternatif Kelompok ternak belum mampu menyediakan pakan ternak alternatifdanmengemb angkan akses pemasaran susu Belum ada dukungan dari berbagai pihak untuk menyediakan pakan ternak alternatifdanmengembangk an akses pemasaran susu

Belum ada advokasi untuk melibatkan partisipasi dalam menyediakan pakan ternak alternatif dan akses pemasaran susu

Tingginya pengeluaran

pakan ternak Menurunnya minat untuk bekerja sebagai peternak sapi

Rendahnya Keuntungan hasil produksi susu


(28)

10

Berdasarkan analisa pohon diatas yang telah dibuat secara pasrtisipatif dalam FGD, 5bahwa inti masalah yang dihadapi peternak sapi perah adalah ketergantungan peternak sapi perah terhadap pakan dan pemasaran hasil produksi susu oleh pihak luar. Pihak luar disini meliputi colling, pengepul besar Blitar dan pabrik Nestle. Hal ini berdampak pada minimnya keuntungan hasil jual produksi susu dan menurunnya minat masyarakat sebagai peternak sapi perah, beralih profesi hingga merantau ke luar kota.

Ketergantungan peternak terhadap pakan dan pemasaran hasil susu di sebabkan oleh empat aspek. Pertama, karena peternak Peternak belum memiliki kapasitas dalam pemenuhan kebutuhan pakan alternatif.Sementara harga kosentrat yang selalu naik namun harga jual harus menunggu tiga bulan terlebih dahulu baru di naikkan. Dan selama ini belum ada pendidikan mengenai pembuatan pakan ternak alternatif dari kelompok maupun dari Dinas Peternakan Kabupaten Trenggalek, karena sama sekali belum ada insiatif dari peternak untuk mengajukan pelatihan pembuatan pakan alternatif sebagai pengganti kosentrat.

Kedua, di sebabkan oleh lembaga kelompok yang selama ini belum ada program-program pemberdayaan anggotanya. Misalnya kelompok peternak belum mampu menyediakan pakan ternak alternatif danmengembangkan akses pemasaran susu desa sebagai penguat ekonomi masyarakat. Karena selama ini belum ada dukungan dari berbagai pihak untuk menyediakan pakan ternak alternatif dan mengembangkan akses pemasaran susu, serta belum adanya

5Peserta yang mengikuti FGD adalah Ibu Sumini (32 tahun), Nurul (23 tahun), Muti’ah (39 tahun), Setiowati (25 tahun), Hidayah (23 tahun) dan Tentrem (37 tahun).


(29)

11

advokasi untuk melibatkan partisipasi dalam menyediakan pakan ternak alternatif dan akses pemasaran susu.

Ketiga, disebabkan oleh peternak belum memiliki akses pasar untuk menjual hasil susunya, dikarenakan belum ada partisipasi untuk menciptakan peluang pasar untuk menjual hasil susu. Selama ini belum ada inovasi dalam penjualan hasil produksi susu, susu hanya dijual mentah dengan harga yang ditetapkan oleh tengkulak. Jika saja peternak mempunyai kreativitas dalam mengolah susu, maka dengan inovasi penjualan susu peternak dapat menentukan harga jual susunya.

Dengan melihat permasalahan-permasalahan diatas maka terdapat harapan dari para peternak, yakni peternak tidak lagi ketergantungan dengan pakan pabrik dan pemasaran pada tengkulak.Peternak berharap adanya pendidikan tentang pembuatan pakan secara mandiri sehingga mereka bisa menghemat biaya pemeliharaan terhadap sapi perah karena harga yang sudah di tetapkan oleh tengkulak tidak sesuai dengan pengeluaran pemeliharaan sapi perah mereka. Jadi jalan lain adalah dengan pembuatan pakan alternatif yang kualitasnya sama dengan yang dijual di pasaran namun dengan harga murah. Peternak juga berharap adanya pendidikan tentang kewirausahaan, dan pendidikan tentang inovasi pengolahan susu agar mereka mampu membuka akses pemasaran lain selain di tengkulak yang selama ini menjadi satu-satunya akses jualan mereka. Peternak berharap kelompok terak sapi perah aktif dalam program-program pemberdayaan terhadap anggotanya. Dari beberapa uraian harapan-harapan peternak diatas maka dapat di bentuk pohon harapan seperti dibawah ini:


(30)

12

Bagan 1.2 :Pohon Harapan Realitas Harapan Peternak Desa Surenlor

Sumber : Diolah Dari Hasil FGD Bersama Ibu Sumini, Nurul, Muti’ah, Setiowati, Hidayah Dan Tentrem Di PAUD Tanggal 14 November 2017 Pukul 08.23

Kemandirian peternak sapi perah terhadap pakan ternak dan Pemasaran susu oleh pihak luar

Peternak memiliki kapasitas dalam pemenuhan kebutuhan pakan alternatif Peternak memiliki akses pasar untuk menjual hasil susunya adanya pelatihan tentang pembuatan pakan alternatif adanya partisipasi untuk menciptakan peluang pasar untuk menjual hasil susu adanya insiatif bersama untuk mengadakan pelatihan pembuatan pakan ternak alternatif adanya inovasi pengelolahan hasil susu Adanya Kelompok ternak

mampu menyediakan pakan ternak

alternatifdanmengembang kan akses pemasaran susu

adanyadukungan dari berbagai pihak untuk menyediakan pakan ternak alternatif dan

mengembangkan akses pemasaran susu adanya advokasi untuk melibatkan partisipasi dalam menyediakan pakan ternak alternatif dan akses pemasaran susu

pengeluaran pakan ternak dapat di minimalisir

meningkatnya minat untuk bekerja sebagai peternak sapi perah

meningkatnya Keuntungan hasil produksi susu


(31)

13

Harapan-harapan yang telah di utarakan oleh peternak akan lebih mudah jika dibentuk bagan melalui teknik PRA yakni pohon harapan. Dengan pembuatan secara partisipatif dalam FGD , maka ini bisa menjadi symbol harapan bersama peternak, bukan harapan perorangan peternak. Demikian pula dengan pembacaan harapan bersama melalui pohon harapan, akan memudahkan peternak bersama peneliti merumuskan perencanaan aksi program untuk memecahkan masalah-masalah peternak sehingga terwujudlah semua harapan para peternak yang telah dibentuk menjadi kerangka pohon dan akan dijelaskan satu persatu harapan-harapan tersebut secara rinci.

Pertama, yakni Peternak berharap dapat memiliki kapasitas dalam pemenuhan kebutuhan pakan alternatif.Selama ini mereka selalu memenuhi kebutuhan pakan ternak seperti kosentrat, mineral dan obat cacing dengan membeli kepada ketua kelompok ternak.Karenanya mereka menginginkan agar dapat memenuhi kebutuhan pakan-pakan tersebut secara mandiri agar lebih hemat sehingga dapat meminimalisir pengeluaran pemeliharaan terutama pada kosentrat. Keinginan menuju kemandirian pakan tersebut peternak berharap adanya pelatihan tentang pembuatan pakan alternatif.Untuk mengadakan penelitian tersebut peternak juga berharap adanya insiatif bersama untuk mengadakan pelatihan pembuatan pakan ternak alternatif.

Harapan kedua yakni, adanya Kelompok ternak yang mampu menyediakan pakan ternak alternative dan mengembangkan akses pemasaran susu. Selama ini memang sudah terdapat kelompok ternak, namun itu hanya kelompok laki-laki sedangkan untuk perempuan belum di bentuk kelompok


(32)

14

peternak sapi perah.Untuk membangun sebuah kelompok yang sesuai dengan harapan mereka, maka dibutuhkan dukungan dari beberapa pihak. Oleh karena itu peternak juga berharap adanyadukungan dari berbagai pihak untuk menyediakan pakan ternak alternatif dan mengembangkan akses pemasaran susu.Maka peternak harus mengadaka advokasi untuk melibatkan partisipasi dalam menyediakan pakan ternak alternatif dan akses pemasaran susu.

Ketiga, Peternak berharap memiliki akses pasar lain selain kepada cooling6untuk menjual hasil susunya. Harapan itu tidak akan terwjud tanpa adanya partisipasi untuk menciptakan peluang pasar untuk menjual hasil susu. Selama ini susu hanya dijual dalam keadaan mentah dengan harga Rp. 4700. Kemudian peternak mulai berfikir bagaimana agar susu mampu dijual dengan harga tinggi?, yakni dengan adanya inovasi pengelolahan hasil susu.

Beberapa uraian pohon harapan diatas dapat memudahkan untuk merumuskan perencanaan program aksi, maka dibentuklah sebuah perencanaan menggungakan teknik logical framework approach (LFA) yang merupakan satu alat analisis yang baik dalam penilaian, tindak lanjut dan evaluasi suatu program dengan menggunakan pendekatan logika. pendekatan logika yang dimaksud dalam LFA ini adalah membangun hieraki kerangka logis yang berorientasi pada tujuan program tersebut. Pertama untuk merencanakan suatu gerakan aksi maka diperlukan menggunakan teknik LFA berupa Matriks Strategi Mencapi Tujuan.Yang didalamnya terdapat sebuah pembacaan yang berawal dari masalah

6Colling (pendinginan)adalah tempat pendinginan susu sebelum di setor ke pabrik Blitar agar susu tidak rusak, colling merupakan pengepul kecil yang ada di Desa Surenlor


(33)

15

kemudian memunculkan beberapa harapan-harapan dari peternak sehingga dapat dirumuskan beberapa strategi aksi perubahan.

Bagan 1.3 : Matriks Strategi Mencapai Tujuan Tujuan Akhir (Goal) Tujuan (purpose) Hasil (Result/ou t put) Kegiatan

Kontribusi untuk Meningkatkan pendapatan dan menumbuhkan minat masyarakat bekerja sebagai peternak sapi perah

Menciptakan kemandirian peternak sapi perah dalam memenuhi kebutuhan pakan dan pemasaran hasil susu secara mandiri

Peternak memiliki kapasitas dalam pemenuhan kebutuhan pakan alternatif

Kelompok ternak mampu menyediakan pakan ternak alternatifdanmengembangk an akses pemasaran susu

Peternak memiliki akses pasar untuk menjual hasil susunya pelatihan tentang pembuatan pakan alternatif Pendampingan peternak dan strake holder terkait Menggalang dukungan advokasi

Membentuk visi dan misi

Membentuk struktur dan anggota kelompok sosialisasi Membangun insiatif bersamapeterna FGD bersama peternak menciptakan peluang pasar untuk menjual hasil susu Survey lokasi pasar dan minat konsumen Membangun insiatif inovasi pengelolahan hasil susu bersama peternak Pendidikan kewirausahaan dan inovasi pengolahan hasil susu Menggalang dukungan FGD perencanaan

acara bersama monev


(34)

16

Tujuan awal dari dibentuknya beberapa program pemberdayaan adalah agar peternak mampu memenuhi kebutuhan pakan alternative dan pemasaran hasil produksi susu. Sedangkan tujuan akhir atau goal dalam bagan matriks adalah tingkatan dengan tujuan tertinggi merupakan hasil akan tetap sudah terlepas dari kontrol program. Di sana peternak mengungkapkan bahwa tujuan akhirnya adalah berharap agar adanya Kontribusi untuk Meningkatkan pendapatan dan menumbuhkan minat masyarakat bekerja sebagai peternak sapi perah.

Melihat tujuan awal para peternak yang berupa initi dari harapan mereka, maka menghasilkan output yang diinginkan sesuai dengan tujuan program. Diantaranya adalah pelatihan pembuatan pakan alternatif Kelompok ternak mampu menyediakan pakan ternak alternatif danmengembangkan akses pemasaran susu, dan yang terakhir adalah peternak memiliki akses pasar untuk menjual hasil susunya. Setelah menghasilkan output maka perlu dibentuk perencanaan program bersama, secara sistematis. Dan ditampilkan pada setiap output, beberapa kegiatan untuk merencanakan program aksi. Mulai dari FGD, penggalangan Dukungan, melaksanakan aksi program sehingga monev.

Pelatihanpembu atan

pakanalternative oleh dinas peternakan monev


(35)

17

F. Penelitian Terdahulu

Sebagai bahan pembelajaran dalam pemberdayaan serta sebagai bahan acuan dalam penulisan tentang pakan ternak, maka disajikan penelitian terdaulu yang relefan sebagai berikut:

Tabel 1.1 : Penelitian Terdahulu dengan Penelitian yang Dilaksanakan No

. Judul Fokus Tujuan Metode Hasil

1. Upaya

Pengembangan Agribisnis Sapi Perah Dan

Peningkatan Produksi Susu Melalui

Pemberdayaan Koperasi Susu

Pengembangan Agribisnis sapi perah melalui pemberdayaan koperasi

Untuk

meningkatkan skala usaha, meningkatkan kemampuan

produksi susu, dan menekan biaya produksi.

Kualitatif

Deskriptif Peningkatan skala usaha dan kemampuan berproduksi susu sapi perah induk dapat dilakukan melalui

pemberdayaan koperasi susu, penyediaan

sumber bibit sapi perah betina dan penyediaan

kosentrat yang berkualitas tinggi dengan harga yang terjangkau. 2. Keragaman

Dan Kebutuhan Teknologi Pakan

Peternak Sapi Perah di Kabupaten Enrekang

Peningkatan pengetahuan

formulasi bahan pakan lokal untuk produksi kosentrat dan Complete Feed.

Untuk mengetahui potensi,

permasalahan, dan kebutuhan peternak skala kecil akan teknologi pakan.

Modifikasi PRA dan Preference Rangking

Permasalahan yang ditemukan di daerah sentra meliputi kualitas pakan yang rendah dan rendahnya

pengetahuan tentang kebutuhan nutrien serta formulasi ransum sapi perah.

Terdapat persamaan pada Penelitian dengan judul Upaya Pengembangan Agribisnis Sapi Perah Dan Peningkatan Produksi Susu Melalui Pemberdayaan Koperasi Susu, yakni terdapat pemberdayaan peternak tentang pakan kosentrat


(36)

18

melalui koperasi susu. Bedanya peneliti melakukan pemberdayaan pakan kosentrat tidak dalam wadah koperasi susu melainkan dalam pembentukan Kelompok Wanita Ternak yang didalamnya terdapat pemberdayaan tentang pakan ternak dan penjualan susu. Metode dari penelitian tersebut juga berbeda dengan peneliti, penelitian tersebut menggunakan kualitatif deskriptif sedangkan peneliti menggunakan metode PAR untuk menjamin ke sustainbilitas dari program yang dilaksanakan bersama.

Penelitian nomor dua hampir sama dengan penelitian yang peneliti lakukan selama 3 bulan di Desa Surenlor Kecamatan Bendungan Kabupaten Trenggalek. Seperti penelitian diatas yang berjudul “ Keragaman dan Kebutuhan Teknologi Pakan Peternak Sapi Perah di Kabupaten Enrekang”. Penelitian tersebut meneliti tentang masalah-masalah yang dialami peternak sapi perah. Penelitian tersebut hampir sama dengan teknik penelitian yang digunakan oleh peneliti yakni dengan menggunakan alat analisis berupa Participatory Rural Apprasial (PRA). Penemuan masalahnya pun terdapat kesamaan dengan yang peneliti temukan di Desa Surenlor.

Namun, tidak ada keberlanjutan penelitian dari Muktiani, penelitian ini berhenti setelah penemuan masalah, jadi seperti terlihat penggalian informasi dari masyarakat kemudian pergi.Biasanya penelitian seperti ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Bereda dengan penelitian yang sedang peneliti lakukan, dapat berlanjut dengan beberapa aksi yang terbangun dengan menggunakan system buttom up. Yakni dalam penelitian ini peneliti dan peternak tidak terdapat status subyek dan obyek melainkan peneliti dan peternak disini berperan sama-sama


(37)

19

sebagai subyek, sama- sama sebagai peneliti dan menjadikan realitas masalah yang ada sebagai objek penelitian.

Setelah diuraikan perbedaan dengan penelitian terdahulu, baik dari metode, maupun tempat penelitian, maka peneliti dapat menjamin bahwasanya penelitian yang telah dilakukan peneliti murni penelitian yang belum pernak dilaksanakan sebelumnya.

G. Sistematika Penulisan

Adapun susunan dan sistematika dalam skripsi yang mengangkat tema tentang kemandirian peternak adalah:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini merupakan bab awal yang berkaitan dengan judul proposal skripsi, mulai dari latar belakang masalah, fokus permasalahan, tujuan pendampingan, strategi pemberdayaan, dan sistematika pembahasan yang menjelaskan gambaran dari masing-masing bab. Selanjutnya akan dipaparkan penelitian-penelitian terdahulu untuk mengetahui perbedaan dan kebaharuan penelitian ini.

BAB II : KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN TERKAIT

Bab ini akan menjelaskan tentang teori pemberdayaan, ketergantungan, kewirausahaan, pemberdayaan menurut prespektif islam dan teori gender yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat khususnya pengembangan usaha peternak sapi perah.


(38)

20

BAB III :METODE PENELITIAN

Adapun metode penelitian partisipatif yang digunakan adalah metode Participatory Action Research (PAR). Melalui penelitian partisipatif ini, pendamping akan menyajikan konsep dan pengertian PAR, ruang lingkup, prosedur, strategi mencapai tujuan, subyek pendampingan, teknik pengumpulan data dan sumber data serta analisis pihak terkait dalam proses pendampingan.

BAB IV : PROFIL DESA PETERNAK WANITA MANDIRI

Bab ini berisi tentang gambaran umum desa dari aspek geografis, kondisi demografis, ekonomi, pendidikan, sosial dan budaya.analisis situasi kehidupan peternak wanita Desa Surenlor.

BAB V: MEMAHAMI PROBLEMATIKA PETERNAK SAPI PERAH SECARA PASRTISIPATIF

Bab ini merupakan uraian dari temuan masalah di wilayah tersebut. Di dalamnya juga menjelaskan proses diskusi bersama para peternak dengan menganalisis problematika dari beberapa temuan

BAB VI : PENGORGANISASIAN PETERNAK MENUJU

KEMANDIRIANPAKAN TERNAK DAN PENGELOLAAN SUSU .Kemudian akan dipaparkan tentang proses perencanaan dan pengorganisasian yang dilakukan oleh kelompok wanita ternak sebagai pendorong partisipasi dalam pengembangan usaha ternak


(39)

21

BAB VII : AKSI PERUBAHAN MENUJU KEMANDIRIAN PAKAN DAN PEMASARAN SUSU

memaparkan tentang pelaksanaan berserta Monitoring dan Evaluasi (MONEV) program-programpengembangan usaha ternak berbasis kelompok wanita ternak. Program ini dilaksanakan dengan pendekatan partisipasi untuk melibatkan peran aktif perempuan dalam meningkatkan status sosial dan ekonomi keluarganya.

BAB VIII : SEBUAH REFLEKSI TEORITIK

Pada bab ini akan menjelaskan tentang refleksi dari penalaman lapangan serta perpaduan antara teori dan temuan data penelitian. Teori-teori yang relevan digunakan untuk menganalisis masalah dan merumuskan pemecahannya adalah pemberdayaan, ketergantungan, jender, kewirausahaan dan peternak prespektif Al Qur’an.

BAB IX : PENUTUP

Bab ini akan menjawab fokus masalah, saran dan rekomendasi untuk penelitian ini.


(40)

BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Pemberdayaan Masyarakat

Menurut Resnick dan Wolf sebagaimana yang dikutip oleh Mansour Fakih, mendefinisikan kelas sebagai proses dalam masyarakat yang di satu pihak pada anggota masyarakat menduduki posisi tertentu dalam proses tersebut yakni bekerja dan menghasilkan nilai lebih (buruh maupun buruh tani), sedangkan di pihak lain ada anggota masyarakat yang tidak bekerja (majikan) tetapi mengambil nilai lebih dan mendistribukan nilai lebih tersebut dalam formasi sosial kapitalis disebut sebagai kaum kapitalis. Dengan demikian masyarakat dipahami terbagi dalam dua proses kelas berbeda, antara pengambil nilai lebih (kapitalis) dan penghasil nilai lebih tersebut (pekerja). Proses kelas ini dinamakan kelas utama (fundamental). Hubungan antara posisi dua kelas menentukan keberadaan kelas menengah perantara atau summed class. Dalam pengertian ini proses kelas berarti suatu proses pengambilan nilai lebih dari pekerja penghasil langsung nilai tersebut.7

Kelas menengah dengan begitu diartikan dan diberikan kepada mereka yang menduduki posisi dalam pendistribusian nilai lebih yang telah diberikan kepada bagian lain non-kelas dari kehidupan seperti manajer, distributor dan lain-lain. Tidak seperti proses kelas utama, kelas menengah perantara tidak mengendalikan produksi atau tidak terlibat dalam pengambilan nilai lebih secara

7Mansour Fakih, Runtuhnya Teori Pembangunan Dan Globalisasi,(Yogyakarta:INSIST PRESS,2013) hal.,109.


(41)

23

langsung, melainkan hanya sebagai pendistribusi nilai lebih. Interaksi dalam kelas utama dan kelas menengah perantara teradi dalam formasi social tertentu. Namun demikian keberadaan proses kelas utama sangat tergantung pada kelas menengahdan sebaliknya. Kaitan antara proses kelas utama dan kelas menengah dikenal sebagai proses kontradiksi tetapi berkaitan.8

Tiap-tiap kelas menengah perantara pada dasarnya saling bersaing untuk mendapatkan lebih yang dihasilkan oleh proses kelas utama. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sistem ekonomi yang digunakan oleh pembangunan mengandung ketidak adilan, karena ada kelompok masyarakat yang memproduksi nilai lebih yang diambil oleh mereka yang tidak bekerja. Mereka tidak diajak bernegosiasi tentang berapa upah mereka, serta tidak diberi kebebaan untuk berorganisasi mendidik diri untuk mampu memperjuangkan nasibnya.9

Realitas yang terjadi pada kelompok peternak sapi perah di Desa Surenlor adalah sebagai seorang yang menghasilkan nilai lebih namun peternak tidak mampu menikmati nilai lebih dari apa yang mereka hasilkan. pengepulah yang mengambil nilai tebih tersebut. selama ini menjual susu kepada pengepul kecil atau yang biasa mereka sebut dengan colling. Dalam hal penjualan susu petetrnak tidak pernak diberikan kekuasaan untuk menentukan harga jual dari susu tersebut, juga tidak diberikan kesempatan untuk bernego dengan tengkulak terhadap harga yang telah ditetapkannya.


(42)

24

Masyarakat yang berdaya adalah masyarakat yang memiliki kuasa atas segala hak yang melekat pada dirinya sebagai manusia.10Peternak seharusnya mempunyai kuasa terhadap dirinya dalam penentuan pemberian pakan pada ternaknya. Namun peternak tidak memiliki pemahaman tentang pakan selain pada kosentrat kimiawi yang telah disediakan oleh pihak pengepul besar Kota Blitar dengan motto: instan dan hasil maksimal. Instan dalam hal ini diartikan masyarakat tidak lagi perlu berfikir bagaimana cara mendapatkan kosentrat yang baik karena sudah disediakan oleh pengepul besar Kota Blitar yang dipasok melalui ketua kelompok. Dan kualitas baik dalam arti mampu menghasilkan susu berlebih. Peternak tidak sadar bahwa dengan menggunakan kosentrat kimiawi secara terus menerus dapat mempengaruhi kondisi ternaknya dan juga keuntungan dari usaha beternaknya.

Menurut Gurnadi sebagaimana yang dikutip oleh Adi Fahrudin, pemberdayaan mengandung arti bahwa pengembangan masyarakat seharusnya memberikan kesempatan, pengetahuan dan keterampilan untuk meningkatkan kapasitas atau kemampuan untuk menentukan masa depan sendiri dan berpatisipasi dalam mempengaruhi kehidupan komunitasnya.11 Realitas yang dialami oleh peternak adalah belum pahamnya mereka terhadap manajemen pakan ternak yang baik. Sebenarnya sudah terdapat pembelajaran tentang pengawetan pakan kepada setiap ketua kelompok ternak, oleh Dinas Peternakan.Namun, ketua ternak tidak mau menyalurkan ilmunya kepada anggota

10Agus Afandi dkk., Dasar-Dasar Pengembangan Masyarakat Islam, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel press, 2013), hal., 13.

11Adi Fahrudin, Pemberdayaan, Partisipasi Dan Penguatan Kapasitas Masyarakat,(Bandung: Humaniora,2010) hal., 120.


(43)

25

kelompok peternaknya. Peternak juga belum memiliki keterampilan pengolahan susu sehingga mereka selalu menjual susu dalam keadaan mentah.

Menurut Anthony Giddens sebagaimana dikuti oleh Saipullah Hasan dan Devy Andriyany, berpandangan bahwa pada dasarnya setiap manusia adalah makhluk aktif dan kreatif yang bersumber dari pengalaman nyata mereka. Pengetahuan dan pengalaman yang mereka dapatkan secara komulatif dalam kehidupannya merupakan kearifan yang telah teruji dalam jangka waktu yang lama. Dengan demikian, masyarakat dianggap sebagai pihak yang paling mengetahui apa yang mereka butuhkan, tahu bagaimana mengatasi permasalahan yang dihadapi dengan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki. Dalam hal ini, peran perusahaan atau pemangku kepentingan lainnya hanya sebagai stimulant dan bukan pendominasi.12

Selama ini terdapat program-program untuk peternak seperti program yang beberapa bulan sekali berupa vaksin sapi oleh Dinas Peternakan. Namun, pemberian program ini bersifat top down dimana program tersebut secara tiba-tiba diberikan kepada peternak, tanpa melibatkan masyarakat untuk mengetahui apa yang dibutuhkan oleh peternak.

Misi utama pemberdayaan masyarakat adalah bukanlah memberikan bantuan konsumtif kepada masyarakat, melainkan bantuan produktif yang membuat si penerima memiliki kapasitas untuk menolong dirinya sendiri dan tidak bergantung pada bantuan atau belas kasihan dari orang lain.13 Seperti halnya juga bantuan-bantuan dari Dinas Peternakan berupa sapi perah yang setiap

12Saipullah Hasan dan Devy Andriany, pengantar CSR : Sejarah, Pengertian Dan Praksis, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2015), hal.,112.


(44)

26

beberapa tahun diberikan kepada kelompok peternak. Ini bukanlah upaya pemberdayaan masyarakat sesungguhnya. Justru hanya akan menambah ketergantungan peternak sapi perah oleh dinas-dinas terkait, sehingga mereka tidak dapat memecahkan masalah yang mereka alami secara mandiri.

Menurut Rapport sebagaimana dikutip oleh Edi Suharto, mengartikan

impowerment sebagai suatu cara di mana rakyat, organisasi, dan komunitas diarahkan agar dapat berkuasa atas kehidupannya. Menurut Keffier sebagaimana dikutip oleh Edi Suharto, pemberdayaan mencakup tiga dimensi yang meliputi kompetensi kerakyatan, kemampuan sosiopolitik, dan kompetensi parsitipatif . Parson sebagaimana dikutib oleh Edi Suharto, juga mengajukan tiga dimensi yang pemberdayaan yang merujuk pada: pertama Suatu proses perkembangan yang dimulai ketika individu tumbuh dan mungkin dapat mencapai puncak dalam perubahan social yang lebih besar. Kedua Suatu keadaan psikologis yang ditandai; keyakinan diri, efikasi diri, dan control diri. Ketiga Kebebasan sebagai hasil dari suatu gerakan social, dimana bermula dengan pendidikan dan politisasi kekuasaan rakyat secara kolektif dengan kekuasaanya untuk memperoleh kekuatan dan untuk merubah struktur-struktur social yang timpang dan menekan.14Untuk melakukan perubahan sosial yang ideal dalam masyarakat diperlukan adanya kekuatan berpikir, wawasan sosial, dan metode yang tepat untuk mendesain perubahan itu.15

14 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat: Kajian Praktis Strategis

Pembangunan Kesejahteraan Sosial & Pekerjaan Sosial,(Bandung:Refika Aditama, 2009) hal 63. 15Syarifuddin Jurdi,Sosiologi Islam Dan Masyarakat Modern Teori, Fakta Dan Aksi Sosial, (Jakarta, Prenadamedia Group,2014), hal., 100.


(45)

27

Menurut Roem Topatimasang, pengorganisasian adalah suatu kerangka proses menyeluh untuk memecahkan permasalahan tertentu di tengah rakyat, sehingga bisa juga diartikan sebagai suatu cara pendekatan bersengaja dalam melaksanakan kegiatan tertentu dalam rangka memecahkan permasalahan masyarakat.16Menurut hasil FGD penuturan masyarakat ditemukan bahwa sampai pada tahun 2016 tidak ada proses pengorganisasian baik dari pemerintah maupun kelompok peternak.

Keseluruhan proses pengorganisasian rakyat terdiri dari serangkaian tahapan yang berkaitan satu sama lain sebagai satu kesatuan yang terpadu, adapun tahap-tahap proses pengorganisasian adalah memulai pendekatan, memfasilitasi proses, merancang strategi, mengerahkan tindakan, menata organisasi dan keberlangsunganya, dan yang terakhir membangun sistem pendukung.17

Menurut hasil studi lapangan yang telah dilakukakn oleh Hafni Indriati, bahwa untuk menanggulangi ketergantungan peternak dalam kebutuhan pakan baik pakan hijauan maupun pakan tambahan (kosentrat) adalah dengan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peternak dalam pengelolahan pakan. Misalnya keterampilan pengawetan pada jerami sebagai pakan hijauan musim kemarau.18

16Roem Topatimasang,Mengorganisir Rakyat: Refleksi Pengalaman pengorganisasian Rakyat di Asia Tenggara, (Yogyakarta: SEAPCP-Read, 2003),Hal., 5.

17Roem Topatimasang,Mengorganisir Rakyat …,Hal., 16.

18Hafni Indriati dkk., IbM Kelompok Ternak Sekar Jaya dan Sri Wangi Desa


(46)

28

Pemberdayaan dapat terwujud dengan mengorganisir masyarakat untuk mengenali masalah mereka, jika rakyat yang diorganisir telah mampu mengorganisir dirinya sendiri sehingga tidak lagi memerlukan sang mengorganisir memfasilitasi mereka maka pengorganisiran masyarakat dianggap berhasil.19

B. Kesetaraan Jender

Jender adalah sekumpulan nilai atau ketentuan yang membedakan identitas perempuan dan apa yang harus dilakukan oleh laki-laki dalam hal ekonomisocial laki-laki dan perempuan. Ia membahas apa yang harus dilakukan oleh, politik, sosial dan budaya baik dalam kehidupan keluarga, dalam masyarakat dan bahkan dalam hal berbangsa.20

Alasan pokok kenapa perhatian terhadap jender dibutuhkan, adalah Karena adanya “diskriminasi jender”. Ini merupakan gejala umum di masyarakat mana pun. Diskriminasi jender adalah perilaku yang berbeda dari orang-orang karena perbedaan antara peran laki-laki dan perempuan. Hal ini menyebabkan adanya ketidakadilan struktur dalam masyarakat. Pembedaan jender berdampak terhadap pembedaan dalam pemberian kekuasaan antara laki-laki dan perempuan.21 seperti permasalahan yang dialami wanita peternak sapi perah, mereka tidak pernah diikut sertakan dalam upaya pengembangan ternak. Mereka tidak diberikan kesempatan untuk berpendapat tentang pengembangan usaha sapi perah

19Roem Topatimasang,Mengorganisir Rakyat …. ,Hal.,4

20Syahyuti, 30 Konsep Penting Dalam Pembangunan Pedesaan Dan Pertanian, (Jakarta:Bina Rena Pariwara,2006), hal., 64.


(47)

29

dikarenakan perbedaan peran dalam status sosial antara laki-laki dan perempuan. Keadaan ini dibuktikan bahwa selama ini tidak terdapat kelompok wanita peternak sapi perah di Desa Surenlor melainkan hanya kelompok laki-laki peternak. Padahal dalam keseharian keluarga yang memiliki sapi perah, wanita juga ikut andil dalam proses pemeliharaan sapi perah.

Konsep wawasan jender didasarkan atas tiga prinsip yaitu efesiensi, kesetaraan dan sustainbilitas. Pendekatan wawasan jender meliputi komponen analisis yang terdiri atas analisis konteks pembangunan, analisis stakeholders,

analisis mata pencaharian, serta analisis kebutuhan sumber daya dan kendala. Tingkatkan analisis terdiri atas tingkat makro (nasional, dan internasional), tingkat intermediate (sektor) dan tingkat mikro (masyarakat dan keluarga). Kesadaran tersebut, diwujudkan dalam bentuk “pengarusutamaan jender”, yaitu suatu sikap yang menempatkan jender dalam semua kebijakan, program, dan sektor. Pendekatan ini digunakan untuk mengintegrasikan kebutuhan dan pengalaman pria dan wanita ke dalam desain, implementasi, monitoring dan evaluasi kebijakan dan program untuk seluruh bidang kehidupan (politik, ekonomi, religi dan sosial).22

Sebagai akibat dari keterlibatan wanita dalam sektor pekerjaan, maka memunculkan kemampuan untuk menghidupi dirinya sendiri, bahkan juga keluarganya. Kemandirian wanita tentu diindikatori dengan kecukupan penghasilan dirinya untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Dalam pendapatan


(48)

30

yang dihasilkannya.23 Seperti hal nya keluarga petani di Desa Surenlor, suami dan istri sama-sama bekerja di sawah secara bersama maupun bergantian waktunya. Dengan keterlibatan wanita dalam sektor pekerjaan tersebut,petani wanita mendapatkan ilmu dari pengalamanya bertani bersama suami di sawah. Karena itu sebagian dari wanita petani Desa Surenlor mampu mencukupi kebutuhannya sendiri dengan menanam sayur dan buah di sekitar rumah maupun di sekitar lahan kosong sawahnya, kemudian sayur dan buah tersebut dijual, dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan dapurnya. Uang hasil jual sayur dan buah digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya karena tidak mungkin menunggu pemasukan hanya dari bertani yang panennya 3 bulan sekali. Begitu pula dengan wanita peternak sapi Desa Surenlor yang juga sebenarnya mampu untuk mencukupi kebutuhan hidupnya sendiri dengan inovasi pengelolaan susu, namun selama ini tidak ada yang mau menampung aspirasi dari peternak wanita. keberadaan wanita hanyalah sebagai pembantu suami dalam mengurus usaha ternaknya.

C. Teori Kewirausahaan

Menurut Joseph Schumpeter sebagaimana dikutib oleh Dede Janjang wirausaha adalah orang yang mendobrak system ekonomi yang ada dengan memperkenalkan barang dan jasa yang baru, dengan mengolah barang bahan

23Muhammad Thohir,at.all., Perempuan Dalam Sorotan Bunga Rampai Penelitian, (Surabaya: Sinar Terang 2003), hal., 59.


(49)

31

baku baru. Orang tersebut melakukan kegiatannya melalui organisasi bisnis yang sudah ada.24

Kewirausahaan tidaklah selalu identik dengan pedagang. kewirausahaan merupakan nilai-nilai yang menjunjung tinggi kreativitas, tantangan, kerja keras dan kepuasan. Artinya, kewirausahaan merupakan budaya yang selalu merangsang masyarakat untuk selalu mencari nilai tambah untuk memperoleh keunggulan dari setiap bidang yang ditekuni.25

Enam hakikat penting kewirausahaan diantaranya adalah : pertama,

kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan dasar sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses dan hasil bisnis.

Kedua, kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Ketiga, kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas dan keinovasian dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan usaha. Keempat, kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk menciptakan suatu usaha dan perkembangan usaha.

Kelima, kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru, dan sesuatu yang berbeda yang bermanfaat dan memberikan nilai lebih.26

Jika kewirausahaan mendorong minat seseorang untuk mendirikan dan mengelola usaha secara profesional. Hendaknya minat tersebut diikuti dengan perencanaan dan perhitungan yang matang. Misalnya, dalam hal memilih atau menyeleksi bidang usaha yang akan dijalankan sesuai dengan prospek dan

24Dede Janjang Suyaman, Kewirausahaan Dan Bisnis…, hal., 6.

25Buya Ismail Hasan Metarium dkk., Membangun Masyarakat Dinamis Demokratis Dan Berkeadilan, (Yogyakarta: Ababil, 1996), hal.35


(50)

32

kemampuan pengusaha. Pemilihan bidang usaha seharusnya disertai dengan berbagai pertimbangan, seperti minat, modal, kemampuan, dan pengalaman sebelumnya, seseorang dapat menimba pengalaman sebelumnya. Jika belum memiliki pengalaman sebelumnya, seseorang dapat menimba pengalaman dari orang lain. Pertimbangan lainnya adalah seberapa lama jangka waktu perolehan keuntungan yang diharapkan.27

Pemasaran adalah suatu proses social di mana individu dan kelompok mendapat kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan, menawarkan dan bertukar sesuatu yang bernilai satu sama lain.28 Dengan kata lain pemasaran bukanlah hanya memasarkan produk saja, melainkan juga terlibat langsung dalam proses perencanaan pengadaan suatu produk.

Konsep pemasaran adalah : pertama, mengidentifikasi kebutuhan pasar (konsumen). Kedua, mengembangkan penawaran kepada pasar. Ketiga,

mengkoordinasi pekerja dan modal. Keempat menyediakan kepuasan pelanggan.

Kelima, mencapai sasaran pasar.29 Langkah-langkah pokok dalam perencanaan diantaranya adalah pertama, melakukan analisis situasi. kedua,menetapkan sasaran. Ketiga,mengembangkan strategi dan program. Keempat, menyediakan alat koordinasi dan pengendalian. 30

Konsep pemahaman pemasaran yang harus dijadikan pedoman adalah: memenuhi kebutuhan dengan menguntungkan, temukan keinginan dan penuhilah,

27Kasmir, Kewirausahaan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,2014), hal.,20.

28Philip Kotler, A.B. Susanto, Manajemen Pemasaran Di Indonesia: Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian , (Jakarta: Salemba Empat, 2000), hal., 11.

29Joseph P. Gultinan, Gordon W. Paul dan Agus Maulana, Strategi dan Program Managemen Pemasaran, (Jakarta : Erlangga, 1987), hal., 5.


(51)

33

cintailah pelanggan bukan produknya.31 Menurut Suwartoyo dan Schumpeter sebagaimana dikutip oleh Rambat Lupiyoadi dkk.,bahwa pada awalnya bentuk usaha yang sesuai bagi wirausahawan baru adalah usaha kecil. Hal ini Karena usaha kecil biasanya hanya memiliki beberapa pekerja sehingga memudahkan wirausaha mengorganisir usahanya.32

D. Peternakan Dalam Prespektif Islam

Dalam tulisannya Dr. Rusfidra, S. Pt menerangkan tentang hubungan Agama Islam dengan peternakan, dia menyebutkan bahwa ilmu peternakan merupakan ilmu terapan yang disebut secara eksplisit di dalam Al Qur’an. Bahkan beberapa nama hewan ternak dijadikan sebagai nama surat di dalam Al Qur’an, misalnya sapi betina (Al Baqoroh) , hewan ternak (Al An’am), dan ternak lebah (An-nahl). Bahkan ternak telah lama akrab dalam kehidupan kaum muslimin, baik dalam pelaksanaan ibadah (zakat, kurban) maupun manfaat yang multi guna dalam kehidupan.33

Sebagaimana yang terdapat dalam Al-Qur’an Surat An-Nahl ayat 66:





















31Philip Kotler, A.B. Susanto, Manajemen Pemasaran Di Indonesia…, hal,. 26.

32Rambat Lupiyoadi dkk.,Culturpreneurship Membangkitkan Budaya Kewirausahaan Bangsai, (Jakarta: Mitra Wacana Media,2016), hal., 13.


(52)

34

Artinya:

“Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu. Kami memberimu minum dari pada apa yang berada dalam perutnya (berupa) susu yang bersih antara tahi dan darah, yang mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya”.

Firman-Nya “(berupa) susu yang bersih antara tahi dan darah,”

maksudnya, warna putihnya, juga rasanya, dan manisnya benar-benar bersih, yang berada diantara kotoran (tahi) dan darah dalam perut binatang. Yang masing-masing berjalan pada alirannya jika makanan telah matang dan selesai dicerna di dalam pencernaan. Kemudian darinya, darah mengalir ke seluruh urat, dan susu menuju ke tetek, sedangkan urine ke kandung kemih, dan kotoran ke rektum. Masing-masing dari semuanya itu tidak ada yang saling mengkontaminasi satu dengan yang lainnya, tidak juga bercampur setelah keterpisahannya, serta tidak berubah. Firman-Nya “ berupa susu yang bersih yang mudah ditelan bagi orang – orang yang meminumnya. ” maksudnya, tidak ada seorangpun yang merasa tercekik karena meminumnya.34

Ini merupakan seruan ajakan Allah SWT untuk lebih bersyukur dengan nikmat yang telah Dia berikan berupa Susu yang murni. Cara mensyukuri nikmat tersebut salah satunya yakni memelihara ternak dengan baik, dan ini merupakan pekerjaan sebagai peternak.

Melihat banyaknya ayat yang menggunakan nama-nama hewan ternak, ini patut menjadi bahan renungan. Hewan ternak merupakan sumber pelajaran yang penting di alam karena terdapat banyak hikmah dalam penciptaanya. Lihatlah bagaimana Allah memberikan kemampuan pada ternak ruminansia


(53)

35

(sapi,kambing,domba dan kerbau) yang mampu mengubah rumput menjadi daging dan susu. Kemampuan yang dimiliki lebah menjadi madu yang bermanfaat dan berkhasiat obat bagi manusia. Sedimikian besarnya peran usaha peternakan dalam kehidupan, maka sudah semestinya mendapat perhatian serius dari para pemimpin di negri ini.35 Juga diperkuat oleh Al-Qur’an Surat Al-mukminun ayat 21:



















Artinya,

Dan sesungguhnya pada binatang-binatang ternak, benar-benar terdapat pelajaran yang penting bagimu, kami memberimu minum dari air susu yang ada di dalam perutnya, dan (juga) pada binatang-binatang ternak itu terdapat faedah yang banyak untuk kamu, dan sebagian darinya kamu makan”.

Allah Ta’ala menyebutkan bahwa apa yang telah dia ciptakan bagi makhluk-Nya pada binatang ternak terdapat berbagai manfaat, dimana mereka dapat meminum dari susu-susunya yang keluar dari saluran antara tempat kotoran dan saluran darah, mereka juga memiliki punggung binatang-binatang tersebut, bahkan mereka juga membebani binatang-binatang itu dengan berbagai beban berat menuju ke Negara yang jauh.36

Sebagaimana yang tertulis dalam Al-qur’an, maka jelaslah bahwa peternak merupakan profesi yang dianjurkan oleh Allah. SWT “semua nabi pernah

35https://disnakkeswan.ntbprov.go.id/peternakan-dalam-kacamata-islam/diunduh pada tanggal 24 April 2017, pukul 22.00.


(54)

36

menggembala kambing”, kata Rasulullah Shollallahu ‘Alaihi Wasallam. Dalam suatu perbincangan dengan para sahabat. Seorang sahabat bertanya, “engkau sendiri bagaimana, ya Rasul? ”. “Aku sendiri pernah mengembala kambing, “ jawab Nabi. Dialog singkat tersebut mengisyaratkan bahwa menjadi peternak atau penggembala ternak adalah profesi yang pernah dilakoni oleh para nabi. Peternak bukanlah profesi hina. Bahkan, banyak penulis Shirah Nabi menjelaskan bahwa ketika berusia muda, beliau SAW adalah seorang penggembala kambing yang mahir dan sukses. Beberapa riwayat menjelaskan, nabi yang mulia itu sering memerah susu domba piaraanya untuk konsumsi keluarga beliau.37

37https://bunghatta.ac.id/artikel-144-hewan_ternak_.html.diunduh pada tanggal 04 April 2017, pukul 21.03.


(55)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian skripsi ini, menggunakan metode penelitian PAR (Paerticipatory Action Research) yang mana dalam berbagai literaratur, PAR bisa disebut dengan berbagai sebutan, diantaranya adalah :

Action Research, Learning by doing, Action Learning, Action Science, Action Inquiry, Collaborative Research, Partisipatory Action Research, Participatory Research, Policy-oriented Action Research, Emancipatory Research, Conscientizing Research, Collaborative Inquiry, Participatory Action Learning, dan Dialectical Research.38

Sesungguhnya, tidak ada definisi baku mengenai apa yang dimaksud dengan Participatory Action Research (PAR), namun demikian beberapa definisi telah dikemukakan oleh para ahli, Yoland Wadworth sebagaimana dikutip oleh Agus Afandi dkk, PAR adalah istilah yang memuat seperangkat asumsi yang mendasari paradigma baru ilmu pengetahuan dan bertentangan dengan paradigma pengetahuan tradisional atau kuno. Asumsi-asumsi baru tersebut menggaris bawahi arti penting proses sosial dan kolektif dalam mencapai kesimpulan-kesimpulan mengenai “apa kasus yang sedang terjadi” dan “apa implikasi pemahamannya”yang dipandang berguna oleh orang-orang yang berada pada situasi problematis, dalam mengantarkan untuk melakukan penelitian awal.39

38Agus Afandi, dkk., Modul Participatory Action Research,(Surabaya: LPPM UIN Sunan Ampel


(56)

38

Definisi selanjutnya dikemukakan oleh Syahyuti, Participatory Action Research (PAR) merupakan suatu pendekatan yang banyak digunakan para aktivis yang bekerja untuk memperkuat masyarakat lokal, untuk menghasilkan

power politik yang lebih kuat. Efektivitasnya tergantung kepada seberapa jauh kesadaran dan kecakapan politis mereka untuk bekerja sama dengan pendukung dari luar. PAR menekankan pada partisipasi, capability building, penguasaan pengetahuan dan pemberdayaan. Pendekatan ini sangat menyita kemampuan intelektual para pelaksanaanya.40

Pada dasarnya, PAR merupakan penelitian yang melibatkan secara aktif semua pihak-pihak yang relevan (stakeholders) dalam mengkaji tindakan yang sedang berlangsung (dimana pengalaman mereka sendiri sebagai persoalan) dalam rangka melakukan perubahan dan perbaikan kearah yang lebih baik. Untuk itu, mereka harus melakukan refleksi kritis terhadap konteks sejarah, politik, budaya, ekonomi, geografis dan konteks lain lain terkait. Yang mendasari dilakukannya PAR adalah kebutuhan kita untuk mendapatkan perubahan yang diinginkan.41

PAR memiliki tiga kata yang selalu berhubungan satu sama lain, yaitu partisipasi, riset dan aksi. Semua riset harus diimplementasikan dalam aksi. Betapapun juga, riset mempunyai akibat-akibat yang ditimbulkannya. Segala sesuatu berubah sebagai akibat dari riset. Situasi baru yang diakibatkan riset bisa jadi berbeda dengan situasi sebelumnya. PAR merupakan intervensi sadar yang tak terelakkan terhadap situasi-situasi sosial. Riset berbasis PAR dirancang untuk mengkaji sesuatu dalam rangka merubah dan melakukan perbaikan terhadapnya.

40Syahyuti, 30 Konsep Penting dalam Pembangunan Pedesaan dan Pertanian, (Jakarta: PT Bina

Rena Pariwara,2006), hal., 150.


(57)

39

Hal itu seringkali muncul dari situasi yang tidak memuaskan yang kemudian mendorong keinginan untuk berubah kepada situasi yang lebih baik. Namun, ia bisa juga muncul dari pengalaman yang sudah berlangsung secara baik yang mendorong keinginan untuk memproduksinya kembali atau menyebarkannya.42

PAR merupakan pendekatan dalam penelitian yang mendorong peneliti dan orang-orang yang mengambil manfaat dari penelitian (misalnya, keluarga, profesional dan pemimpin politik) untuk bekerja bersama-sama secara penuh dalam semua tahapan penelitian. Dengan tekanan khusus pada hasil-hasil riset dan bagaimana hasil-hasil itu digunakan, PAR membantu untuk menjamin bahwa hasil-hasil penelitian itu berguna dan sungguh-sungguh membuat perubahan dalam kehidupan seluruh keluarga. Semua anggota tim PAR dilibatkan sejak dari awal penelitian untuk menentukan hal-hal berikut:

1. Menentukan pertanyaan-pertanyaan penelitian 2. Merancang program-program penelitian 3. Melaksanakan semua kegiatan penelitian 4. Menganalisa dan menginterpretasi data

5. Menggunakan hasil riset dalam suatu cara yang berguna bagi keluarga. 43

Dalam buku panduan PAR yang diterbitkan oleh LPTP solo, inti PAR dapat dikenali dari dapat dikenali dari berbagai teori dan praktek sebagai berikut:

1. Sebuah gerakan dengan semangat pembebasan masyarakat dari belenggu ideologi dan relasi kekuasaan yang menghambat manusia mencapai perkembangan harkat dan martabat kemanusiaannya. PAR berorientasi pada


(58)

40

perubahan pola relasi kuasa sosial dari situasi beku, membelenggu dan menindas menjadi pola relasi kemanusiaan yang memungkinkan setiap orang berekembang mencapai harkat dan martabat kemanusiaannya. Atas dasar itu, PAR merupakan sistem pemikiran yang tujuan dasarnya memperbaiki kondisi kemanusiaan dalam upaya pembebasan individu atau kelompok masyarakat dari distorsi pola hubungan kekuasaan dan kontrol. Par berusaha menemukan alternatif dari kondisi sosial yang ada yang lebih manusiawi.

2. Sebuah proses dimana kelompok sosila kelas bawah mengontrol ilmu pengetahuan dan membangun kekuatan politik melalui pendidikan orang dewasa, penelitian kritis, dan tindakan sosial politik.

3. Proses masyarakat membangun kesadaran diri melalui dialog dan refleksi kritis.

4. PAR mengharuskan adanya pemihakan baik bersifat epistemologis, ideologis maupun teologis dalam rangka melakukan perubahan yang signifikan.

a. Pemihakan epistemologis mendorong intuk menyadari bahwa ada banyak cara untuk melihat masyarakat. Peneliti harus meyakini bahwa masyarakat memiliki daya dan kuasa untuk merubah kehidupan mereka sendiri, masyarakat memiliki sistem pengetahuan dan sistem nilai sendiri yang sarat nilai, masyarakat memiliki tradisi dan budaya sendiri, dan masyarakat memiliki sarana penyelesaian prsoalan sendiri.

b. Pemihakan ideologis mengharuskan peneliti memiliki empati dan kepedulian yang tinggi terhadap semua individu dan kelompok masyarakat yang lemah, tertindas, terbelenggu dan terdominasi.


(59)

41

Kepedulian tersebut mengantarkan mereka untuk mengadakan upaya-upaya penyadaran secara partisipatif dalam rangka mengentaskan mereka dari jurang belenggu, dominasi dan ketertindasan sehingga terbentuk masyarakat demokratis tanpa dominasi.

c. Pemihakan teologis menyadarkan peneliti bahwa teks-teks agama yang termuat didalam al-qur’an dan al-hadist memberikan dorongan yang besar dengan imbalan yang besarpula kepada semua orang beriman yang melakukan upaya-upaya pertolongan dan pemberdayaan terhadap individu maupun kelompok masyarakat (individu/kelompok lemah), mustad’afin (individu/kelompok yang didzolimi). Rasulullah Muhammad SAW merupakan teladan yang telah berhasil melakukan upaya pemberdayaan dan transformasi sosial kelompok-kelompok tertindas seperti budak dan perempuan menuju situasi sosial yang memungkinkan mereka untuk memaksimalkan potensi dirinya sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan.

5. Riset sosial dengan prinsip: produksi pengetahuan oleh masyarakat mengenai agenda kehidupan mereka sendiri, partisipasi masyarakat dalam pengumpulan dan analisa data, dan kontrol masyarakat terhadap enggunaan hasil riset. 6. Orientasi masyarakat lebih tertumpu pada proses perubahan relasi sosial

(transformasi sosial).44


(60)

42

B. Prosedur/ Langkah penelitian PAR

Landasan yang dijadikan dalam cara kerja PAR, terutama adalah gagasan-gagasan yang datang dari rakyat. Oleh karena itu, peneliti PAR harus melakukan cara kerja sebagai berikut. 1) perhatikan dengan sungguh-sungguh gagasan yang dari rakyat yang masih terpenggal dan belum sistematis. 2) pelajari gagasan tersebut secara bersama-sama dengan mereka sehingga menjadi gagasan yang sistematis. 3) menyatulah dengan rakyat. 4) kaji kembali gagasan yang datang dari mereka, sehingga mereka sadar dan memahami bahwa gagasan itu milik mereka sendiri. 5)terjemahkan gahasan tersebut dalam bentuk aksi. 6) uji kebenaran melalui aksi. 7) dan seterusnya secara berulang-ulang sehingga gagasan tersebut menjadi lebih benar, lebih penting dan lebih bernilai sepanjang masa.45

Untuk lebih mudah cara kerja diatas dapat dirancang dengan suatu daur gerakan sosial sebagai berikut:

1. Pemetaan Awal (Preleminary Mapping)

Pemetaan awal sebagai alat untuk memahami komunitas, sehingga peneliti akan mudah memahami realitas problem dan relasi sosial yang terjadi. Dengan demikian akan memudahkan masuk kedalam komunitas baik melalui key people (kunci masyarakat) maupun komunitas akar rumput yang sudah terbangun, seperti kelompok keagamaan (yasinan), dan kelompok ekonomi (petani, peternak dan pedagang).


(1)

177

tahun. Untuk itu Dinas Peternakan memperkenalkan salah satu teknologi pengawetan pakan hijauan ternak yaitu Silase.

2. Pengelolaan Susu menjadi Permen Susu Untuk Meningkatkan Harga Jual dan Kesejahteraan Peternak

Peternak mengeluhkan tentang Tingginya biaya yang dikeluarkan untuk membeli kosentrat ternyata cukup dikeluhkan, sehingga dari kondisi itu memunculkan ide untuk membuat kosentrat secara mandiri. Hal ini diharapkan pengeluaran pemeliharaan dapat diminimalisir terutama pada pengeluaran biaya kosentrat. Ketika biaya pengeluaran bisa ditekan, maka keuntungan petani akan meningkat.

3. Membentuk Kelompok Wanita Peternak Sapi Perah

Setelah menekan biaya pengeluaran pemeliharaan maka yang di menjadi masalah masyarakat yakni ketergantungan terhadap pasar jual hasil produksi susu. Keinginan dari masayarakat sendiri yakni ingin agar terdapat pelatihan pengolahan hasil susu agar dapat meningkatkan harga jualnya. Mereka pun memilih untuk mengolah menjadi permen susu.

B. Rekomendasi

Rekomendasi yang dapat dihasilkan guna keberlanjutan aksi dilapangan diantaranya:

1. Adanya perhatian dari pemerintah desa untuk kelompok wanita peternak yang baru saja terbentuk. Karena peran kelompok tersebut mampu melakukan terobosan baru dengan mengolah susu menjadi hasil yang bernilai jual tinggi,


(2)

178

yakni permen susu dan es cream. Alasan diperlukannya perhatian pemerintah desa yakni sebagai bentuk perlindungan kepada peternak agar tidak berpaling dari profesi tersebut, karena semakin tingginya produksi susu yang dihasilkan maka akan berdampak kepada meningkatnya kepercayaan pemerintah terhadap hasil produksi dalam negeri.

2. Kelompok Wanita Peternak diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan mampu memperluas skala inovasi dan juga gerakan. Sehingga inovasi yang ada tidak hanya sebatas pembuatan permen susu dan es cream semata.

3. Pembelajaran yang dilakukan oleh Dinas Peternakan sebaiknya juga melibatkan anggota yang bernaung dalam kelompok peternak, dan tidak memberikan pelatihan kepada para ketua kelompok saja. Terutama dalam materi pembelajaran pembuatan pakan ternak alternatif. Karena pakan merupakan masalah yang paling mendesak bagi peternak sapi perah.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Referensi Buku:

Abdullah. Lubabut Tafsiir Min Ibni Katsiir. Bogor: Pustaka Imam As-Syafii. 2004.

Afandi, Agus Dkk. Dasar-Dasar Pengembangan Masyarakat Islam. Surabaya:

IAIN Sunan Ampel press.2013.

Affandi, Agus Dkk. Modul Participatory Action Research. Surabaya: LPPM

UIN.2011.

Buya, Ismail Hasan Metarium Dkk. Membangun Masyarakat Dinamis

Demokratis Dan Berkeadilan. Yogyakarta: Ababil. 1996.

Eko, Tri Susilorini. Budidaya 22 Ternak Potensial. Depok: Penebar Swadaya. 2011.

Fahrudin, Adi. Pemberdayaan, Partisipasi dan Penguatan Kapasitas. Bandung: Humaniora. 2010.

Fakih, Mansour. Runtuhnya Teori Pembangunan Dan Globalisasi.

Yogyakarta:INSIST PRESS. 2013.

Hasan, Sapullah dan Devy Andriany. Pengantar CSR, Pengertian dan Praktis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.2015.

Indriati, Hafni dkk. IbM Kelompok Ternak Sekar Jaya dan Sri Wangi Desa Wonosari, pemanfaatan Limbah Jerami Padi Menjadi Pakan Ternak Sapi Alternatif pengganti Pakan Hijauan. Dalam jurnal Pengabdian Masyarakat vol 21. No 81. 2015.


(4)

180

Jurdi, Syarifuddin.Sosiologi Islam dan Masyarakat Modern Teori, Fakta dan aksi sosial.Jakarta: Prenada Media Group.2014.

Kasmi.Kewirausahaan.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.2014.

Kotler, Philip. dan A.B. Susanto. Manajemen Pemasaran Di Indonesia: Analisis,

Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian . Jakarta: Salemba

Empat.2000.

Lupiyoadi, Rambat Dkk. Culturepreneurship Membangkitkan Budaya

Kewirausahaan Bangsa.Jakarta: Mitra Wacana. 2016.

Lupiyoadi, Rambat Dkk. Culturpreneurship Membangkitkan Budaya

Kewirausahaan Bangsai. Jakarta: Mitra Wacana Media. 2016.

P. Joseph Gultinan. Paul, Gordon W. dan Maulana, Agus. Strategi dan Program

Managemen Pemasaran. Jakarta : Erlangga. 1987.

Prasetya, Haryadi. Prospek Beternak Sapi Perah. Yogyakarta: Pustaka Baru Press. 2012.

Prasetya, Haryadi. Prospek Beternak Sapi Perah. Yogyakarta: Pustaka Baru Press. 2012.

Ritzer, George dan Douglas D. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prenada Media

2004.


(5)

181

Suharto, Edi. Membangun Masyarakat Membudayakan Masyarakat Kajian

Praktis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. Bandung: Refika Aditama . 2009.

Suyaman, Dede Janjang. Kewirausahaan dan Bisnis Kreatif. Bandung: Alfabeta 2015.

Syahyuti. 30 Konsep Penting dalam Pembangunan Pedesaan dan Pertanian.

Jakarta: PT Bina Rena Pariwara. 2006.

Thohir, Muhammad. Perempuan dalam Sorotan Bunga Rampai Penelitian.

Surabaya: Sinar Terang. 2003.

Topatimasang, Roem. Mengorganisir Rakyat: Refleksi Pengalaman

pengorganisasian Rakyat di Asia Tenggara. Yogyakarta: SEAPCP-Read. 2003.

Referensi internet:

https://bunghatta.ac.id/artikel-144-hewan_ternak_.html

https://disnakkeswan.ntbprov.go.id/peternakan-dalam-kacamata-islam/

https://abuazfa87.blogspot.co.id/2015/05/prespektif-gender-dalam-pendidikan-islam.html?m=1


(6)

182

Wawancara dengan Ibu Sumini peternak sapi perah wanita, tanggal 02 Desember 2017, di Sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), pukul 07.33 WIB.

Wawancara dengan Bapak Parnud, pada tanggal 20 november 2016. Di rumah Bapak Parnud RT. 20 Dusun Tawing. pukul 14.17 WIB.

wawancara dengan Bapak Joko (52 tahun) di Kantor Dinas Peternakan pada tanggal 15 November 2017. pukul 10.30.

wawancara dengan Sujiono (46 tahun) di kantor Balai Desa Surenlor pada tanggal 15 November. pukul 08.00.

Wawancara dengan Bapak Yoyon, merupakan seorang pegawai kantor Dinas Peternakan berusia 39 tahun.

Wawancara dengan Bapak Sayuti (sekertaris desa, 41 tahun) di Rumah Bapak sayuti 22 Desember 2017 pukul 07.00.