Peranan BI checking dalam membangun kehati-hatian pembiayaan di BRI Syariah Kantor Cabang Sidoarjo.
PERANAN BI
CHECKING
DALAM MEMBANGUN
KEHATI-HATIAN PEMBIAYAAN DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG
SIDOARJO
SKRIPSI
Oleh :CITA SUCI ISLAMIYAH NIM. C74213092
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PROGAM STUDI EKONOMI SYARIAH
SURABAYA
(2)
PERANAN BI
CHECKING
DALAM MEMBANGUN
KEHATI-HATIAN PEMBIAYAAN DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG
SIDOARJO
SKRIPSIDiajukan kepada
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu
Program Studi Ekonomi Syariah Oleh:
Cita Suci Islamiyah NIM: C74213092
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Program Studi Ekonomi Syariah
SURABAYA
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
ABSTRAK
Skripsi yang berjudul “Peranan BI checking dalam Membangun Kehati-Hatian
Pembiayaan di BRI Syariah Kantor Cabang Sidoarjo” ini bertujuan untuk menjawab
masalah-masalah tentang: (1) Bagaimana mekanisme BI checking dalam pemberian pembiayaan di BRI Syariah Kantor Cabang Sidoarjo. (2) Bagaimana peranan BI checking dalam pelaksanaan membangun kehati-hatian pembiayaan di BRI Syariah Cabang Sidoarjo.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan data penelitian yang terhimpun dari observasi lapangan, wawancara dan dokumentasi serta didukung dengan literatur-literatur yang relevan, dengan menggunakan teknik deskriptif analisis.
Hasil penelitian ini ditemukan bahwa BI checking merupakan salah satu penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengucuran pembiayaan yang dilakukan oleh BRI Syariah Cabang Sidoarjo dan mempunyai peranan sebagai filter utama dan pertama untuk mencegah pembiayaan bermasalah, dalam mekanisme BI checking menggunakan KTP nasabah sebagai instrumenya. Hasil print out dari BI checking menjadi acuan BRI Syariah Sidoarjo untuk melanjutkan analisa ketahap selanjutnya atau tidak, karena di dalam BI checking sudah terlihat karakter nasabah yang bisa dilihat melalui kolektabilitas pembiayaan. BRI Syariah Cabang Sidoarjo hanya akan menerima nasabah dengan kategori kolektabilitas satu atau yang dikatakan lancar. BI checking memiliki peranan utama yaitu sebagai alat analisa dalam menerapkan prinsip kehati-hatian pembiayaan, apabila kualitas data BI checking tidak baik, maka proses analisa selanjutnya tidak akan dilanjutkan dan otomatis pembiayaan akan ditolak. Tidak dipungkiri juga dalam analisa BI checking masih terdapat kekurangan yaitu menyetujui nasabah yang sudah mempunyai bebrapa pembiayaan baik di bank lain maupun di BRI Syariah Cabang Sidoarjo sendiri. Hal tersebut mengakibatkan masalah dikemudian hari yaitu pembiayaan bermasalah, meskipun secara capacity nasabah mampu untuk membayar kewajibanya tetapi BRIS Cabang Sidoarjo hendaknya memerhatikan motif berjaga-jaga dan tidak membebani nasabah diluar kemampuanya. Motif berjaga-jaga perlu dilakukan untuk mempersiapkan kebutuhan yang tidak terduga.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa penggunaan BI checking mempunyai dampak yang sangat penting dalam pengucuran pembiayaan di BRI Syariah Cabang Sidoarjo untuk mencegah adanya pembiayaan bermasalah. Untuk itu hendaknya pihak-pihak yang berkepentingan dalam hal ini lebih cermat dan teliti dalam menganalisis BI checking tersebut.
ABSTRAK
Skripsi yang berjudul “Peranan BI checking dalam Membangun Kehati-Hatian
Pembiayaan di BRI Syariah Kantor Cabang Sidoarjo” ini bertujuan untuk menjawab
masalah-masalah tentang: (1) Bagaimana mekanisme BI checking dalam pemberian pembiayaan di BRI Syariah Kantor Cabang Sidoarjo. (2) Bagaimana peranan BI checking dalam pelaksanaan membangun kehati-hatian pembiayaan di BRI Syariah Cabang Sidoarjo.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan data penelitian yang terhimpun dari observasi lapangan, wawancara dan dokumentasi serta didukung dengan literatur-literatur yang relevan, dengan menggunakan teknik deskriptif analisis.
Hasil penelitian ini ditemukan bahwa BI checking merupakan salah satu penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengucuran pembiayaan yang dilakukan oleh BRI Syariah Cabang Sidoarjo dan mempunyai peranan sebagai filter utama dan pertama untuk mencegah pembiayaan bermasalah, dalam mekanisme BI checking menggunakan KTP nasabah sebagai instrumenya. Hasil print out dari BI checking menjadi acuan BRI Syariah Sidoarjo untuk melanjutkan analisa ketahap selanjutnya atau tidak, karena di dalam BI checking sudah terlihat karakter nasabah yang bisa dilihat melalui kolektabilitas pembiayaan. BRI Syariah Cabang Sidoarjo hanya akan menerima nasabah dengan kategori kolektabilitas satu atau yang dikatakan lancar. BI checking memiliki peranan utama yaitu sebagai alat analisa dalam menerapkan prinsip kehati-hatian pembiayaan, apabila kualitas data BI checking tidak baik, maka proses analisa selanjutnya tidak akan dilanjutkan dan otomatis pembiayaan akan ditolak. Tidak dipungkiri juga dalam analisa BI checking masih terdapat kekurangan yaitu menyetujui nasabah yang sudah mempunyai bebrapa pembiayaan baik di bank lain maupun di BRI Syariah Cabang Sidoarjo sendiri. Hal tersebut mengakibatkan masalah dikemudian hari yaitu pembiayaan bermasalah, meskipun secara capacity nasabah mampu untuk membayar kewajibanya tetapi BRIS Cabang Sidoarjo hendaknya memerhatikan motif berjaga-jaga dan tidak membebani nasabah diluar kemampuanya. Motif berjaga-jaga perlu dilakukan untuk mempersiapkan kebutuhan yang tidak terduga.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa penggunaan BI checking mempunyai dampak yang sangat penting dalam pengucuran pembiayaan di BRI Syariah Cabang Sidoarjo untuk mencegah adanya pembiayaan bermasalah. Untuk itu hendaknya pihak-pihak yang berkepentingan dalam hal ini lebih cermat dan teliti dalam menganalisis BI checking tersebut.
(8)
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN ... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR TRANSLITASI ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Maslah... 5
C. Batasan Masalah ... 6
D. Rumusan Masalah ... 6
E. Tujuan Penelitian ... 7
F. Kegunaan Penelitian ... 7
G. Definisi Operasional... 8
H. Penelitian Terdahulu ... 9
I. Metodologi Penelitian ... 16
J. Sistematika Pembahasan ... 22
BAB II LANDASAN TEORI ... 24
A. BI Checking ... 24
(9)
C. Pembiayaan di Bank Syariah ... 47
BAB III PENYAJIAN DATA ... 60
A. Gambaran Umum BRI Syariah ... 60
1. Sejarah BRIS ... 60
2. Sejarah BRIS KC Sidoarjo ... 61
3. Visi dan Misi BRIS ... 63
4. Struktur Organisasi BRIS ... 64
B. Produk- Produk BRIS ... 65
C. Implementasi Peranan BI Checking dalam Membangun Kehati-hatian Pembiayaan di BRIS Sidoarjo ... 89
1. Alur pemberian pembiayaan di BRIS ... 89
2. BI Checking dalam Membangun Kehati-hatian Pembiayaan di BRIS Sidoarjo ... 97
a. Peran BI Checking ... 97
b. Rumus Membaca BI Checking ... 100
c. Hasil BI Checking ... 103
d. Masalah-masalah Pembiayaan Pasca BI Checking ... 109
e. Data Pembiayaan Bermasalah ... 112
f. Cara Mengatasi Pembiayaan Macet di BRIS ... 113
BAB IV ANALISIS DATA ... 61
A. Mekanisme Peranan BI Checking dalam Membangun Kehati-Hatian Pembiayaan di BRIS KC Sidoarjo ... 125
B. Peranan BI Checking dalam Pelaksanaan Membangun Kehati-Hatian Pembiayaan di BRIS KC Sidoarjo ... 127
BAB V PENUTUP ... 133
A. Kesimpulan ... 133
B. Saran ... 134
(10)
(11)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bank syariah adalah lembaga yang sangat penting dalam perkembangan perekonomian suatu negara. “Hal ini dikarenakan adanya fungsi utama dari perbankan itu sendiri sebagai lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan. Fungsi inilah yang lazim disebut sebagai intermediasi keuangan (financial intermediary function).”1 Selain itu bank juga memiliki fungsi sebagai providing financial service yang berarti bank berfungsi memberikan pelayanan jasa-jasa keuangan lainnya seperti kliring, inkaso, ATM, transfer,letter of credit, dan lain-lain.
Sistem bank Islam menawarkan fungsi dan jasa yang sama dengan sistem bank konvensional meskipun diikat oleh prinsip-prinsip Islam. Prinsip syariah di dalam bank Islam adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usahaa, atau kegiatan lainnya yang sesuai dengan Islam.2
1
Trisadini P. Usanti, Abd.Shomad,Transaksi Bank Syariah(Jakarta: Bumi Aksara,2013),1.
2
Veithzal Rivai, Arviyan Arivin, Islamic Banking: Sistem Bank Islam Bukan Hanya Solusi Menghadapi Krisis Namun Solusi Menghadapi Krisis Namun Solusi dalam Menghadapi Berbagai Persoalan Perbankan dan Ekonomi Global(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010), 31.
(12)
2
Bank Syariah melibatkan Hukum Islam dan pembebasan transaksi dari mekanisme bunga (interest free), posisi unik lainnya dari Bank Islam dibandingkan dengan bank konvensional adalah diperbolehkannya Bank Islam melakukan kegiatan-kegiatan usaha yang bersifat multi-finance dan perdagangan (trading). Hal ini berkenaan dengan beragamnya pelaksanaan pembiayaaan yang dapat dilakukan Bank Islam, seperti pembiayaan dengan prinsip mura>bahah(jual beli),ija>rah(sewa), dan lain-lain.3
Pembiayaan yang dilakukan oleh bank memegang peranan yang strategis dalam kaitannya dengan penyediaan permodalan pengembangan sektor-sektor produktif. Pembiayaan berguna untuk pengusaha dalam mengembangkan usahanya agar jauh lebih baik atau berguna bagi nasabah untuk memenuhi kebutuhan konsumsi atas suatu barang, dengan begitu bank akan mendapatkan pendapatan dari pembiayaan tersebut berupa margin. Secara garis besar produk pembiayaan bank syariah terbagi ke dalam empat kategori yaitu pembiayaan dengan prinsip bagi hasil (mudar>abah dan musha>rakah), pembiayaan dengan prinsip jual beli (mura>bahah, salam, dan istis}na), pembiayaan dengan prinsip sewa (ija>rah), dan pembiayaan atas dasarQard}(pinjam meminjam).
Proses pengajuan dan pemberian pembiayaan di BRI Syariah Kantor Cabang Sidoarjo tidak semudah membalikan telapak tangan, dimana proses tersebut harus melewati beberapa tahapan dan melibatkan beberapa pihak untuk mendapatkan keputusan pembiayaan sehingga membutuhkan waktu yang lama
3
(13)
3
dan untuk mengurangi risiko pembiayaan bermasalah. Contoh seorang pengusaha sepatu mengajukan berkas permohonan pembiayaan melalui salah satu staff marketing lalu staff marketing memeriksa berkas tersebut apakah sesuai dengan persyaratan dan ketentuan yang berlaku atau tidak? jika tidak, calon nasabah diminta untuk melengkapi dokumen. Jika sesuai, calon debitur tadi diminta untuk mengisi dan menandatangani formulir pengajuan pembiayaan. Kemudian data yang diinput oleh staff marketing diakses oleh staff administrasi pembiayaan untuk proses BI Checking guna melihat status dan kondisi pembiayaan dari calon debitur. Dari hasil BI Checking tadi sangat menentukan apakah data tersebut bisa diproses ke tahap selanjutnya atau tidak. Nasabah yang melalaikan dan membiarkan hutang menumpuk di bank tentunya akan menghadapi hambatan tidak bisa mencairkan pembiayaan apapun dan dari bank manapun.
Pembiayaan merupakan perwujudan dari perbankan syariah sebagai agen pembangunan, hal ini dikarenakan keberadaan bank syariah sangat penting yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Melalui pembiayaan bank syariah dapat mengembangkan sektor-sektor produktif bagi masyarakat tanpa harus khawatir atas persoalan bunga. Bank BRI Syariah merupakan salah satu bank yang megaplikasikan sistem ekonomi syariah sebagai perbankan bebas bunga. Sebagai bank syariah, maka tentunya Bank BRI Syariah memiliki pengaruh positif terhadap perkembangan perekonomian Indonesia. Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan dan pertumbuhan perekonomian nasional tidak terlepas dari peran serta BRI Syariah, dengan pertumbuhan aset yang cukup pesat
(14)
4
serta jumlah pembiayaan dan perolehan dana pihak ketiga mulai dari pembiayaan usaha kecil menengah maupun pembiayaan lainnya yang semakin besar mengukuhkan keberadaan BRI Syariah, akan tetapi BRI Syariah sebagai lembaga keuangan yang menerima pengajuan pembiayaan dari nasabah tidak terlepas dari adanya pembiayaan bermasalah.
Eksistensi BRI Syariah tersebut tentunya harus memperhatikan prinsip kehati-hatian dalam pemberian pembiayaan utamanya dalam menerapkan analisis pembiayaan menggunakan BI checking mengingat bahwa pembiayaan merupakan pendapatan utama yang diterima oleh bank dan BIcheckingberfungsi sebagaifilterutama dan pertama untuk upaya pencegahan terjadinya pembiayaan bermasalah atau macet.
Masalah di atas sangat berkaitan dengan pelaksanaan prosedur prinsip kehati-hatian dalam pemberian pembiayaan oleh bank. Prinsip kehati-hatian sangat diperlukan guna mengurangi risiko pembiayaan macet. Pemahaman akan sumber masalah atau faktor penyebab pembiayaan macet diketahui dengan mengevaluasi prosedur pemberian pembiayaan yang diterapkan sudah baik atau masih terdapat kelemahan dalam anlisis sistem informasi debitur melalui BI Checking.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian terhadap BRI Syariah Kantor Cabang Sidoarjo dengan judul “Peranan BI Checking Dalam Membangun Kehati-hatian Pembiayaan Di BRI Syariah Cabang Sidoarjo”.
(15)
5
Adapun alasan pengambilan judul ini adalah : mengingat BRI Syariah memiliki berbagai macam produk pembiayaan yang dibutuhkan masyarakat dan mempunyai nasabah dengan jumlah yang besar, akan tetapi tidak terlepas dari adanya pembiayaan bermasalah. Analisa BI checking yang tepat sebagai salah satu pelaksanaan prinsip kehati-hatian perlu diperhatikan oleh Bank guna meminimlaisir pembiayaan macet atau bermasalah.
Penulis berharap dengan melakukan penelitian ini bisa memecahkan permasalahan tentang peranan BI checking dalam membangun kehati-hatian pembiayaan di BRI Syariah Cabang Sidoarjo dan peneliti mampu mensyiarkan kepada masyarakat tentang pentingnya untuk membayar kewajibannya tepat waktu dan sesuai dengan akad agar tidak terjadi masalah dikemudian hari.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka akan timbul berbagai pertanyaan sebagai berikut:
1. Fungsi bank sebagaifinancial intermediary function. 2. Fungsi bank sebagaiproviding financial service. 3. Jenis-jenis pembiayaan di bank syariah.
4. Proses pengajuan pembiayaan di bank syariah.
5. Peran Bank Indonesia dalam mengatur sistim informasi debitur.
6. Prinsip kehati-hatian guna meminimalisir risiko pembiayaan di bank syariah.
(16)
6
7. Mekanisme BI checking dalam pemberian pembiayaan di BRI Syariah Cabang Sidoarjo.
8. Peranan BI checking dalam pelaksanaan membangun kehati-hatian pembiayaan di BRI Syariah Cabang Sidoarjo.
C. Batasan Masalah
Dari beberapa permasalah di atas, maka penulis membatasi ruang lingkup pada penelitian ini, yaitu pada:
1. Mekanisme BI checking dalam pemberian pembiayaan di BRI Syariah Cabang Sidoarjo.
2. Peranan BI checking dalam pelaksanaan membangun kehati-hatian pembiayaan di BRI Syariah Cabang Sidoarjo.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana mekanisme BI checking dalam pemberian pembiayaan di BRI Syariah Cabang Sidoarjo?
2. Bagaimana peranan BI checking dalam pelaksanaan membangun kehati-hatian pembiayaan di BRI Syariah Cabang Sidoarjo?
(17)
7
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah:
1. Untuk mengetahui mekanisme BIchecking dalam pemberian pembiayaan di BRI Syariah Cabang Sidoarjo.
2. Untuk mengetahui peranan BI checking dalam pelaksanaan membangun kehati-hatian pembiayaan di BRI Syariah Cabang Sidoarjo.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoretis
a. Sebagai bahan pembanding antara teori dan fakta atau kenyataan yang terjadi di lapangan.
b. Sebagai salah satu bahan acuan di bidang penelitian yang sejenis dan pengembangan penelitian selanjutnya.
2. Manfaat praktis
a. Bagi lembaga keuangan
Hasil penelitian tersebut juga diharapkan sebagai bahan evaluasi kritis atau perbandingan atas langkah-langkah yang telah dan sedang diambil oleh perusahaan dalam mencapai tujuan dan sekaligus sebagai dasar dalam pelaksanaan prinsip kehatia-hatian bank dalam memberikan pembiayaan.
(18)
8
b. Bagi Masyarakat
Sebagai syiar kepada masyarakat untuk berbank syariah yang baik dan benar sesuai dengan peraturan-peraturan perbankan baik secara umum maupun sesuai dengan prinsip syariah agar terciptanya stabilitas ekonomi yang baik.
c. Bagi peneliti lain
Sebagai suatu hasil karya dan sebuah karya yang dapat dijadikan bahan wacana dan pustaka bagi mahasiswa atau pihak lain yang memiliki ketertarikan di bidang yang sama.
d. Bagi Penulis
Hasil penelitian ini merupakan penerapan ilmu yang diperoleh selama kuliah dan untuk menjawab permasalahan tentang peranan BICheckingdalam pemberian pembiayaan.
G. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memaknai kalimat dan memperjelas maksud dari penelitian ini maka perlu adanya definisi operasional sebagai berikut:
BI checking: BI checking merupakan salah satu fasilitas yang diijinkan oleh Bank Indonesia kepada bank untuk melihat apakah calon debiturnya tersebut bersih dan tidak masuk dalam pembiayaan bermasalah ataupun masuk dalam daftarblacklist.
(19)
9
Prinsip kehati-hatian: Secara bahasa kata “prudent” berarti kehati-hatian dan bermakna mengantisipasi (forward looking) atau mengawal potensi risiko yang mungkin timbul.4 Prinsip kehati- hatian dalam hal ini adalah suatu landasan hukum yang memberikan pedoman kepada bank syariah dalam melaksanakan kegiatan usahanya atas dasar asas-asas perbankan yang sehat.
Pembiayaan: Pembiayaan atau financing, yaitu pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri muapun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan. atau pembiayaan juga bisa untuk memenuhi kebutuhan kosumtif atas suatu barang.
BRI Syariah : Merupakan salah satu lembaga keuangan yang ada di Indonesia. BRI Syariah yang dimaksud adalah Cabang Sidoarjo di Jalan A. Yani No. 41 A-B Kelurahan Sidokumpul Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur-61212 (031-8050261)
H. Kajian Pustaka
Terdapat beberapa literatur penelitian terdahulu yang sudah ada, maka penulis akan memaparkan penelitian terdahulu sebagai rujukan diantaranya penelitian yang dilakukan oleh:
4
Heru Saptaji, “Mengelola Stabilitas Sistem Keuangan=Menjaga Kedaulatan Bangsa”, Gerai Info Bank Indonesia, (Edisi 51, 2015), 9.
(20)
10
1. Skripsi yang ditulis oleh Syaiful Anwar dengan judul: “Analisis 5C+1S dalam Pemberian Pembiayaan Mikro Sebagai Upaya Mencegah Timbulnya Pembiayaan Macet di Bank BRI Syariah Cabang Surabaya Gubeng”. Dalam skripsinya menyatakan bahwa dalam menganalisis pembiayaan mikro di Bank BRI Syariah Cabang Surabaya Gubeng menggunakan analisis 5C+1S (character, capacity, capital, collateral, condition of economy andsyariah) untuk mencegah timbulnya pembiayaan macet yang disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor internal (pihak bank) dan faktor eksternal (pihak debitur). Langkah-langkah bank BRI Syariah Cabang Gubeng Surabaya dalam mengatasi pembiayaan macet melalui mekanisme Standard Operational Procedural (SOP) yang telah ditentukan oleh pihak bank BRI Syariah dan penggunaan faktor 5C+1S sebagai tindakanpreventif terjadinya pembiayaan macet.5
Dalam penelitian yang berjudul “Peranan BI Checking dalam Pelaksanaan Membangun Kehati-Hatian Pembiayaan Di BRI Syariah Cabang Sidoarjo” ini memiliki perbedaan dengan penelitian dengan judul “Analisis 5C+1S dalam Pemberian Pembiayaan Mikro sebagai Upaya Mencegah Timbulnya Pembiayaan Macet di Bank BRI Syariah Cabang Surabaya Gubeng” yang telah menjadi perbandinganya. Pada penelitian ini, penulis lebih menekankan bagaimana peranan BI
5
Syaiful Anwar, “Analisis 5C+1S dalam Pemberian Pembiayaan Mikro sebagai Upaya Mencegah Timbulnya Pembiayaan Macet di Bank BRI Syariah Cabang Surabaya Gubeng” (Skripsi--UIN Sunan Ampel, Surabaya, 2015), 5.
(21)
11
checking dalam pelaksanaan prinsip kehati-hatian di BRI Syariah Cabang Sidoarjo sedangkan pada penelitian terdahulu lebih menekankan pada analisis pembiayaan dengan 5C+1S dalam mnerapkan prinsipprudential banking principle.
2. Skripsi yang ditulis oleh Meylla Qurrata Ainy dengan judul “Penerapan Prinsip Kehati-Hatian (Prudential Principle) dalam Pelaksanaan Pembiayaan di BMT Bina Ummah Yogyakarta (Tinjauan Maqashid Asy-Syariah)”. Dalam skripsinya menyatakan bahwa BMT Bina Ummah Yogyakarta telah menerapkan prinsip kehati-hatian menyangkut the fivee of credit atau 5C, meskipun dalam penerapanya tidak rigid seperti dalam bank syariah. Dalam hal pelaksanaan pembiayaan, BMT Bina Ummah Yogyakarta menerapkan prinsip kehati-hatian dengan tetap berdasarkan pada maqasid asy-Syari’ah. Hal tersebut diatas terbukti bahwa sampai dengan saat ini tidak pernah ada pembiayaan yan bermasalah hingga harus diselesaikan secara litigasi.6
Dalam penelitian yang ini memiliki perbedaan dengan penelitian dengan judul “Penerapan Prinsip Kehati-Hatian (Prudential Principle) dalam Pelaksanaan Pembiayaan di BMT Bina Ummah Yogyakarta (Tinjauan Maqashid A sy-Syariah)” yang telah menjadi perbandinganya. Pada penelitian ini, penulis lebih menekankan
6
Meylla Qurrata Ainy, “Penerapan Prinsip Kehati-hatian (Prudential Principle) dalam Pelaksanaan Pembiayaan di BMT Bina Ummah Yogyakarta Tinjauan Maqashid Asy-Syariah” (Skripsi—UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2014), 2.
(22)
12
bagaimana peranan BI checking dalam pelaksanaan membangun kehati-hatian pembiayaan di BRI Syariah Cabang Sidoarjo sedangkan pada penelitian terdahulu lebih menekankan bagaimana penerapan prudential principledalam memberikan pembiayaan yang ditinjau dari Maqashid A sy-Syariah.
3. Skripsi yang ditulis oleh Ifah Latifah dengan judul “Peranan Account Officer dalam Menekan Pembiayaan Bermasalah Di PT.BPR Syariah Harta Insan Karimah”. Dalam skripsinya menyatakan bahwa peranan Account officer dalam menekan pembiayaan bermasalah sangat baik karena jumlah pembiayaan yang bermasalah hanya sedikit yaitu sebesar Rp.1.139.126.000 dengan presentase 3.0% terbukti dari laporan keuangan PT. BPR Syariah Harta Insan Karimah tahun 2005 jumlah seluruh pembiayaan yang disalurkan adalah sebesar Rp.36.262.887.000 dengan presentase 97.0% sedangakan pembiayaan yang non lancar adalah sebesar Rp.1.139.126.000 dengan presentase 3.0%.7
Dalam penelitian yang ini memiliki perbedaan dengan penelitian dengan judul “Peranan A ccount Officer dalam Menekan Pembiayaan Bermasalah Di PT.BPR Syariah Harta Insan Karimah” yang telah menjadi perbandinganya. Pada penelitian ini, penulis lebih menekankan bagaimana peranan BI checking dalam memberikan pembiayaan di BRI Syariah Cabang Sidoarjo sedangkan pada 7
Ifah Latifah, “Peranan Account Officer dalam Menekan Pembiayaan Bermasalah di PT.BPR Syariah Harta Insan Karimah” (Skripsi—UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008), 4.
(23)
13
penelitian terdahulunya lebih menekankan peranan A ccount Officer dalam menekan pembiayaan bermasalah.
4. Skripsi yang ditulis oleh Nadia maya Sari Dewi dengan judul “Analisis Penerapan Struktur Pengendalian Intern terhadap Prosedur Pemberian Pembiayaan Untuk Meningkatkan Pencegahan Pengembalian Macet yang Diberikan Oleh Bank BNI Syariah Cabang Semarang”. Dalam skripsinya menyatakan bahwa pembiayaan yang mengalami macet pengembalian macet pada Bank BNI Syariah Cabang Semarang mencapai tiga persen selama periode tahun2011 hal ini tidak disebabkan kurang efektifnya sistem pengendalian intern yang diterapkan dalam pemberian pembiayaan melainkan karena faktor-faktor lain seperti hal yang tidak dapat diduga sebelumnya baik pihak manajemen maupun nasabah yaitu faktor lingkungan dan faktor keadaan nasabah.8
Dalam penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian dengan judul “Analisis Penerapan Struktur Pengendalian Intern terhadap Prosedur Pemberian Pembiayaan Untuk Meningkatkan pencegahan Pengembalian Macet yang Diberikan Oleh Bank BNI Syariah Cabang Semarang” yang telah menjadi perbandinganya. Pada penelitian ini, penulis lebih menekankan bagaimana peranan BI checking dalam memberikan pembiayaan di BRI Syariah Cabang 8
Nadia maya Sari Dewi, “Analisis Penerapan Struktur Pengendalian Intern terhadap Prosedur Pemberian Pembiayaan untuk Meningkatkan Pencegahan Pengembalian Macet yang Diberikan oleh Bank BNI Syariah Cabang Semarang”(Skripsi—Universitas Diponegoro, Semarang, 2012), 6.
(24)
14
Sidoarjo sedangkan pada penelitian terdahulunya lebih menekankan pada bagaiamana penerapan struktur pengendalian intern dalam memberikan pembiayaan.
5. Skripsi yang ditulis oleh Lailina Ulfah dengan judul “Prinsip Kehati-Hatian Pembiayaan Murabahah dengan Jaminan Deposito Berjangka Syariah Pada PT.Bank Muamalat Indonesia Tbk,Cabang Jember”. Dalam skripsinya menyatakan bahwa Bank Muamalat telah melaksanakan prinsip kehati-hatian pada pembiayaan murabahah dengan jaminan deposito berjangka syariah sesuai dengan praktek di bank yang relevan dengan Undang-Undang Perbankan Syariah yakni Pasal 2 dan di atur lebih khusus dalam pasal 35. Selain itu juga prinsip kehati-hatian juga telah diimplementasikan dalam penerapan prinsip 5-C yang meliputi: Character, Capacity, Capital, Collateral, dan Condition Of Economic. Prinsip 5-P meliputi : Party, Purpose, Payment, Profitability, Protection dan prinsip 3-R meliputi: Return, Repayment, Risk Bearing A bility. Deposito berjangka itu sendiri merupakan benda bergerak tidak berwujud sehingga dalam pengikatan jaminanya memakai gadai yang sesuai dengan Pasal 1150 KUHPerdata tentang gadai. Apabila dikaitkan dengan pasal 40 ayat (1) Undang-undang Perbankan Syariah yang memperbolehkan bank untuk menjual atau melelang barang agunan jika nasabah tidak memenuhi kewajibannya, maka untuk deposito berjangka ini bank
(25)
15
akan langsung melakukan pencairan terhadap deposito apabila nasabah tidak memenuhi kewajibannya.9
Dalam penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian dengan judul “Prinsip Kehati-Hatian Pembiayaan Murabahah dengan Jaminan Deposito Berjangka Syariah Pada PT.Bank Muamalat Indonesia Tbk,Cabang Jember”. yang telah menjadi perbandinganya. Pada penelitian ini, penulis lebih menekankan bagaimana peranan BI checking dalam memberikan pembiayaan di BRI Syariah Cabang Sidoarjo sedangkan pada penelitian terdahulunya lebih menekankan pada bagaiamana penerapan prinsip kehati-hatian pada produk murabahahdengan mengguakan jaminan deposito berjangka.
Selain itu, menurut hasil investigasi penulis dan sejauh penulis ketahui bahwa dalam perpustakaan UIN Sunan Ampel Surabaya belum terdapat judul yang membahas tentang peranan BI checking dalam pemberian pembiayaan. Melihat kenyataan tersebut oleh karenanya penulis memberanikan diri dan tertarik untuk membahas judul yang diteliti, karena pada objek yang ditelitipun belum ada satupun yang membahas judul yang penulis teliti.
9
Lailina Ulfah, “Penerapan Prinsip Kehati-hatian (Prudential Principle) dalam Pelaksanaan Pembiayaan di BMT Bina Ummah Yogyakarta (Tinjauan Maqashid Asy-Syariah)” (Skripsi— Universitas Jember, 2010), 13.
(26)
16
I. Metodelogi Penelitian
Dalam menulis skripsi ini dan untuk membahas permasalahannya tentu harus disertai dengan data atau informasi yang benar dan akurat dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Bobot keilmuan yang ada dalam skripsi ini dipengaruhi oleh keakuratan data yang diperoleh untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam melengkapi bahan-bahan bagi penulisan skripsi ini, maka diadakan penelitian dalam rangka pengumpulan data. Adapun metode yang digunakan oleh penulis dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam melakukan penelitian ada beberapa macam metode yang bisa digunakan oleh peneliti yang sesuai dengan masalah yang diangkat sebagai penelitian. Penelitian ini menjelaskan bagaimana peranan BI checking dalam pelaksanaan prudential principle dalam membangun kehati-hatian pembiayaan di BRI Syariah Cabang Sidoarjo. Oleh karena itu penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif oleh Cresswell didefinisikan sebagai berikut:
“ research focues on the process that is occuring as well as the product or ouycome. Research are particulars interested in understanding how this occurs”10
10
John W. Creswell, Research Design: Qualitative and Quantitative A pproaches
(27)
17
Definisi oleh Creswell di atas menerangkan bahwa penelitian kualitatif difokuskan pada proses yang terjadi dalam penelitian. Hal ini menunjukan bahwa penelitian kualitatif tidak dapat dibatasi. Disamping itu, peneliti merupakan bagian yang penting dalam penelitian untuk memahami gejala sosial yang terjadi dalam penelitian.
Sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Studi kasus merupakan startegi penelitian dimana di dalamnyapeneliti menyelidiki secara cermat suatu program, peristiwa, aktivitas, proses, atau sekelompok individu. Kasus-kasus dibatasi oleh waktu dan aktivitas, dan peneliti mengumpulkan informasi secara lengkap dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data berdasarkan waktu yang telah ditentukan.11
2. Lokasi Penelitian
Obyek atau sasaran dalam penelitian ini adalah BRI Syariah Cabang Sidoarjo. Jalan Raya A. Yani No.41 A-B Kelurahan Sidokumpul Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur -61212 (031-8050261)
3. Data Yang Akan Dihimpun
Dalam suatu penelitian ada dua jenis data yang selalu menjadi inti dari penelitian. Kedua jenis itu adalah sebagai berikut :
a. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya, diamati dan dicatat untuk pertama kalinya. Dalam hal ini data yang 11
John W. Creswell,Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed(Bandung: Pustaka Pelajar, 2008) 10.
(28)
18
dihimpun adalah tentang bagaimana peranan BI Checking dalam membangun kehati-hatian pembiayaan di BRI Syariah Cabang Sidoarjo.
b. Data skunder adalah data yang diperoleh dari dokumentasi, maksudnya yang bersumber dari bahan bacaan. Data yang diteliti adalah gambaran tentang obyek penelitian.Misalnya dari majalah, keterangan-keterangan publikasi lainnya. Dalam data skunder ini data yang dihimpun adalah data tentang visi dan misinya, perkembangan dan kemajuan organisasi, produk-produk yang ditawarkan dan Perkembangan BRI Syariah Cabang Sidoarjo.
4. Sumber Data
Sumber data yang diperoleh dari penelitian bersumber pada : a. Sumber data primer
1) Manager Pembiayaan 2) A ccount Officer 3) Staff atau karyawan 4) Nasabah
b. Sumber data sekunder adalah sumber data yang akan diperoleh dari dokumentasi, arsip, laporan dan kepustakaan yang ada hubunganya dengan penelitian diantaranya adalah:
1) Islamic Bank; Sistem Bank Islam Bukan Hanya Solusi menghadapi Krisis Namun Solusi Dalam Menghadapi Berbagai
(29)
19
Persoalan Perbankan dan Ekonomi Global, Veithzal Rivai dan Arviyan arivin.
2) Bank Syariah Dari Teori ke Praktik, Muhammad Syafi’i Antonio.
3) Transaksi Bank Syariah, Trisadini P.Usanti dan Abdul Shomad. 4) Dasar-dasar Perbankan, Kasmir.
5) Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di Bank Syariah, Faturrahman Djamil.
6) Manajemen Risiko, Ismail Nawawi.
7) Implementasi Prudential Banking Dalam Perbankan Syariah, Misbahul Munir.
8) Bebaskan Utangmu, Pulo Siregar 9) www. Bankmuamalat.co.id 5. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi adalah mengamati dan mendengarkan dalam rangkamemahami, mencari jawaban terhadap fenomina-fenomina yang ada.12 Teknik ini digunakan untuk mengetahui dan mencatat secara langsung tentang:
1) Letak geografis BRI Syariah Cabang Sidoarjo. 2) Kondisi gedung BRI Syariah Cabang Sidoarjo.
3) Fasilitas yang dimiliki dan digunakan BRI Syariah Cabang Sidoarjo. 12
Imam Suprayogo dan Tobroni,Metode Penelitian Sosial A gama (Bandung, PT. Remaja Rosda Karya, 2001), 167.
(30)
20
b. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.13 Dengan wawancara diperoleh antara lain:
1) Latar belakang berdirinya BRI Syariah Cabang Sidoarjo. 2) Visi dan misi dan tujuan BRI Syariah Cabang Sidoarjo.
3) Bagaimana peranan BI Checking dalam pelaksanaan mikro prudential banking dalam membangun kehati-hatian pembiayaan di BRI Syariah Sidoarjo.
4) Struktur Organisasi BRI Syariah Cabang Sidoarjo. 6. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang diperoleh melalui dokumentasi-dokumentasi dan cenderung menjadi data sekunder. Penggunaan dokumentasi adalah dengan cara mengumpulkan data meliputi data tertulis misalnya buku-buku, majalah, dokumen, foto, dan sebagainya.14
7. Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan
13
Lexy J. Moleong,Metodologi penelitian kualitatif,..., 135.
14
Hosniyatul Hasanah, “Strategi Pemasaran Produk Simpanan Haji Mabrur Dalam Menarik Minat Nasabah”, Skripsi—UIN Sunan Ampel, Surabaya, 2014), 76.
(31)
21
dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sentesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami diri sendiri maupun orang lain.15
Setelah data diperoleh dan terkumpul serta melalui proses pengolahan data, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data tersebut dengan metode deskriptif analisis. Dalam kegiatan ini peneliti mengadakan pemeriksaan kembali terhadap semua data yang telah terkumpul kemudian dianalisis serta mendeskripsikannya.
8. Instrumen Penelitian
instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Berdasarkan teknik pengumpulan data yang digunakan, maka instrumen penelitian ini menggunakan panduan wawancara dan panduan dokumentasi.16
9. Keabsahan data
Penelitian kualitatif harus mengungkap kebenaran yang objektif. Karena itu keabsahan data dalam sebuah penelitian kualitatif sangat penting. Melalui keabsahan data kredibilitas (kepercayaan) penelitian
15
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan (pendekatak Kuantitatif, Kualitatif dan R&D), (Bandung: Alfabeta, 2006), 333.
16
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis Edisi Revisi (Jakarta: PT.Renika Cipta, 2002), 136.
(32)
22
kualitatif dapat tercapai. Dalam penelitian ini untuk mendapatkan keabsahan data dilakukan dengan triangulasi. Adapun triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.17 Dalam memenuhi keabsahan data penelitian ini dilakukan triangulasi dengan sumber. Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif.18
Triangulasi dengan sumber yang dilaksanakan pada penelitian ini yaitu membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan.
J. Sistematika Pembahasan
Secara keseluruhan Skripsi tersusun dalam lima bab dan masing-masing bab terdiri dari beberapa sub bab pembahasan, hal ini diaksudkan untuk mempermudah dalam pemahaman serta penelaahan, adapun sistematikanya adalah sebagai berikut:
Bab I, pada Bab ini memuat, Latar Belakang, Identifikasi Masalah, Batasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, 17
Lexy J Moleong, Metodologi penelitian kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1989), 330.
18
(33)
23
Penelitian Terdahulu yang Relevan, Definisi Operasional, Metodologi Penelitian dan Sistematika Pembahasan.
Bab II Merupakan landasan teori berisi paparan tentang pengertian bank syariah, pembiayaan dalam perbankan syariah, bentuk-bentuk risiko pembiayaan dalam bank syariah, Analisis pembiayaan dan BI checking dan prinsip kehati-hatian dalam bank syariah.
BAB III Memuat paparan data penelitian, bab ini membahas tentang penerapan BI checking dalam pemberian pembiayaan dalam menerapkan prinsip kehati-hatian di BRI Syariah Cabang Sidoarjo.
BAB IV Memuat paparan analisis data penelitian, bab ini mengungkapkan peranan BI checking dalam pemberian pembiayaan dan penerapan prinsip kehati-hatian di BRI Syariah Cabang Sidoarjo.
Bab V Pada bab ini merupakan bab terakhir yang merupakan kesimpulan dan saran.
(34)
BAB II
BICHECKING, PRINSIP KEHATI-HATIAN DAN PEMBIAYAAN DI BANK SYARIAH
A. BIchecking
1. Pengertian BIchecking
BI checking merupakan salah satu fasilitas yang diijinkan oleh Bank Indonesia kepada bank untuk melihat apakah calon debiturnya tersebut bersih dan tidak masuk dalam pembiayaan bermasalah ataupun masuk dalam daftarblacklist.
Pada dasarnya yang lazim melakukan BIcheckingadalah pihak Bank yang mendapat pengajuan pembiayaan dari nasabah atau calon nasabahnya. Maksud dan tujuan dalam melakukan BI checking ini adalah untuk mengetahui sejauh mana informasi-informasi terkini mengenai status pinjaman di bank lian, kalau memang ada, di Bank mana saja, lalu bagaimana riwayat pmbayarannya apakah lancar atau tidak atau malah dalam keadaan macet. Berkat Sistem Informasi yang dikelola Bank Indonesia itu, semuanya akan tersaji dalam hitungan menit yang dilakukan secara online.1
1
(35)
25
2. Landasan Hukum BIchecking
BI checkingdiatur dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/14/PBI/2007 Tentang Sistem Informasi Debitur (PBI) yang dalam prakteknya adalah dengan pengecekan data calon nasabah melalui BIChecking dan penyampaian laporan debitur oleh pelapor dalam hal ini adalah bank yang pernah memberikan pembiayaan kredit kepada Bank Indonesia secara lengkap, akurat, terkini, utuh dan tepat waktu pada setiap bulan untuk posisi akhir bulan. Pelaksanaan Sistem Informasi Debitur di setiap bank berlaku secara otomatis tanpa melalui Surat Keputusan Direktur Utama atau Direksi dari bank yang bersangkutan dan petunjuk pelaksanaan ada pada PBI tersebut.2
Hasil BI checking itulah yang nantinya menjadi salah satu faktor penentu apakah pengajuan pembiayaan nasabah atau calon nasabahnya disetujui atau tidak. Pelaksanaan BI checking ini merupakan salah satu unsur penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengucuran pembiayaan.
Selain pihak bank, warga juga bisa melakukan BI checking sendiri, bertujuan untuk dokumentasi pribadi, mengonfirmasi apakah pihak bank telah melakukan pelaporan data yang sesuai 2
E.Esti Kodariah A, “Tanggung jawab bank Atas Kerugian Nasabah Sebagai Akibat Kelalaian Melaporkan Pelunasan Kredit Kepada Bank Indonesia Ditinjau dari Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/14/PBI/2007 tentang Sistem Informasi Debitur” (Skripsi—UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015), 8.
(36)
26
ke Bank Indonesia dengan yang sebenarnya terjadi. Hal ini berfungsi untuk melakukan pengecekan ketika akan mengajukan pinjaman lagi, sehingga tidak akan mengalami hambatan, khususnya yang terkait BI checking. Berikut ini adalah cara melakukan BIcheckingsecara mandiri:
a. Datang ke Bank Indonesia setempat. Bagian gerai info atau Biro Informasi Kredit.
b. Mengajukan permohonan untuk melihat data IDI Historis. c. Petugas gerai info akan melakukan BIchecking.
d. Petugas Gerai Info memberikan IDI Historis dalam bentuk hardcopykepada masyarakat yang meminta.
Prosesnya berlangsung sekitar kurang lebih 30 menit dan biayanya gratis. Akan dijelaskan juga cara membacanya bagi yang menginginkan penjelasan. Kalau hanya ingin mengetahui terdaftar atau tidaknya dalam Sistem Informasi Debitur, tidak perlu harus ke Bank Indonesia, bisa diakses secara online melalui web Bank Indonesia.
3. Cara Melakukan BIchecking
Masyarakat mengajukan permohonan untuk melihat data IDI Historis dengan mengisi formulir di website BI (secara online). BI akan melakukan pengecekan data debitur. Apabila data yang diisi tidak ada yang dilaporkan lembaga keuangan, maka Bank Indonesia
(37)
27
akan mengirimkan jawaban kepada pemohon melalui email bahwa data yang bersangkutan tidak ada.
Apabila data yang diisi tidak ada yang cocok dengan data yang dilaporkan lembaga keuangan, maka BI akan mengirimkan jawaban kepada pemohon melalui email bahwa data yang bersangkutan ada dan dapat diambil di Gerai Info Bank Indonesia pada hari dan jam tertentu dengan membawa persyaratan yang diperlukan.
B. Prinsip kehati-hatian pembiayaan
Salah satu kewajiban yang wajib dipenuhi adalah tentang penerapan prinsip mengenal costumer ”(Know Y our Custumer Principles). Prinsip mengenal custumer merupakan suatu hal baru. Oleh karena itu, dibutuhkan pedoman suatu pedoman dalam rangka pelaksanaanya. Dengan menerapkan prinsip mengenal customerberarti bank juga dapat meminimalkan kemungkinan risiko yang mungkin timbul3
Dalam melaksanakan prinsip kehati-hatian bank syariah harus memperhatikan rambu-rambu kesehatan bank yang diataur di dalam Undang-Undang Perbankan Syariah dan Peraturan Bank Indonesia, untuk mengantisipasi dan mengeliminasi kerugian yang mungkin terjadi, sejak dini bank syariah harus menerapkan menejemen risiko sebagaimana telah diamanatkan dalam pasal 2 Undang-Undang Perbankan Syariah yang menegaskan prinsip syariah, demokrasi ekonomi dan prinsip kehati-hatian.
3
Veithzal Rivai dan Andria, Islamic Financial Management, (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2008), 619.
(38)
28
Upaya yang berisat preventif untuk mengurangi resiko pembiayaan tersebut wajib dilakukan oleh bank syariah atau lembaga keuangan syariah lainya sebelum melakukan pembiayaan yaitu bank syariah atau lembaga keuanga syariah lainya harus mempunyai keyakinan atas kemampuan dan kemmpuan caln nasabah atau anggota penerima fasilitas untuk melunasi seluruh kewajiban pada waktunya, sebelum bank atau lembaga keuangan syariah lainya menyalurkan dana kepada penerima fasilitas.4
Rambu-rambu kesehatan pada perbankan syariah pada prinsipnya tidak berbeda dengan rambu-rambu untuk kegiatan usaha pada perbankan konvensional, tetapi dalam beberapa hal rambu-rambu kesehatan tersebut perlu ditambah atau dikurangi oleh prinsip syariah, hal ini dapat diuraikan di bawah ini:5
1. Kewajiban penyusunan dan pelaksanaan kebijaksanaan pembiayaan bank
Salah satu penyebab dari kegagalan usaha bank adalah penyediaan dana yang tidak didukung dengan kemampuan bank mengelola konsentrasi penyediaan dana secara efektif. Dalam rangka mengurangi potensi kegagalan usaha bank maka bank wajib menerapkan prinsip kehati-hatian dalam pemberian pembiayaan, antara lain dengan melakukan penyebaran (diversifikasi) portofolio
4
Wangsawidjaja,Pembiayaan Bank Syariah,(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2012) 9.
5
Trisadini P.Usanti dan Abd. Shomad,Transaksi bank syariah(Jakarta: Bumi Aksara, 2013),61-67.
(39)
29
penyediaan dana melalui pembatasan penyediaan dana, baik kepada pihak terkait maupun kepada pihak bukan terkait. Pembatasan penyediaan dana adalah persentase tertentu dari modal bank yang dikenal dengan batas maksimum pemberian kredit (BMPK). BMPK mendapatkan dasar pengaturan dalam UU Perbankan.
Pengaturan tersebut selanjutnya dijabarkan oleh Bank Indonesia dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 7/3/PBI/2005 tentang batas maksimum pemberian kredit bank umum. Berdasarkan PBI tersebut, BMPK adalah persentase maksimum penyediaan dana yang diperkenankan terhadap modal bank.6 yang telah ditetapkan sedemikian rupa sehingga tidak terpusat pada peminjam dan atau kelompok peminjam tertentu.
Seluruh portofolio penyediaan dana kepada pihak terkait dengan bank dapat dilakukan paling tinggi 10 % dari modal bank. Untuk penyediaan dana kepada seorang peminjam yang bukan merupakan pihak terkait dengan bank dapat dilakukan paling tinggi 20 % dari modal bank. Sementara, penyediaan dana kepada satu kelompok peminjam yang bukan merupakan pihak terkait dapat dilakukan paling tinggi 25 % dari modal bank.
Pengecualian diberlakukan terhadap perusahaan-perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan/atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang tidak diperlakukan sebagai kelompok 6
videPasal 1 angka 2 PBI No. 7/3/PBI/2005 tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit Bank Umum
(40)
30
peminjam sepanjang hubungan tersebut semata-mata disebabkan karena kepemilikan langsung pemerintah Indonesia, selain itu penyediaan dana bank kepada BUMN untuk tujuan pembangunan dan mempengaruhi hajat hidup orang banyak dapat dilakukan paling tinggi sebesar 30 % dari modal bank.7
2. Penilaian kualitas aktiva debitur
Penetapan kualitas kredit dilakukan dengan melakukan analisis terhadap faktor penilaian yang meliputi prospek usaha, kinerja debitur dan kemampuan membayar. Penilaian terhadap prospek usaha meliputi penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut :8
a. potensi pertumbuhan usaha
b. kondisi pasar dan posisi debitur dalam persaingan c. kualitas manajemen dan permasalahan tenaga kerja d. dukungan dari grup atau afiliasi
e. upaya yang dilakukan debitur dalam rangka memelihara lingkungan hidup.
Sementara, penilaian terhadap kinerja debitur meliputi penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:9
a. perolehan laba
7
Ramlan Ginting, “Pengaturan Pemberian Kredit Bank Umum”,Jurnal A spek Hukum Perbankan, Perdata, dan Pidana,No. 2, Vol. 4 (6 Agustus 2015), 5.
8
Ibid., 9.
9
Ramlan Ginting, “Pengaturan Pemberian Kredit Bank Umum”,Jurnal A spek Hukum Perbankan, Perdata, dan Pidana,No. 2, Vol. 4 (6 Agustus 2015), 10.
(41)
31
b. struktur permodalan c. arus kas
d. sensitivitas terhadap risiko pasar.
Kemudian penilaian terhadap kemampuan membayar meliputi penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:10
a. ketepatan pembayaran pokok dan bunga
b. ketersediaan dan keakuratan informasi keuangan debitur c. kelengkapan dokumentasi kredit
d. kepatuhan terhadap perjanjian kredit e. kesesuaian penggunaan dana
f. kewajaran sumber pembayaran kewajiban
Penetapan kualitas kredit dilakukan dengan melakukan analisis terhadap faktor penilaian (prospek usaha, kinerja debitur, dan kemampuanmembayar) dengan mempertimbangkan komponen-komponen di atas. Penetapan kualitas kredit dilakukan dengan mempertimbangkan signifikansi dan materialitas dari setiap faktor penilaian dan komponen serta relevans dari faktor penilaian dan komponen terhadap debitur yang bersangkutan. Berdasarkan penilaian itu, kualitas kredit ditetapkan menjadi:11
10
Ibid.
11
Veithzal Rivai,Islamic Financial Management: Teori, Konsep, dan A plikasi Panduan Praktis untuk Lembaga Keuangan, Nasabah, Praktisi, dan Mahasiswa (Jakarta: CV. Kharisma Putra Utama, 2008), 742.
(42)
32
a. Pembiayaan lancar (pass)yaitu pembayaran angsuran pokok dan margin atau bagi hasil tepat waktu
b. Perhatian khusus (special mention) yaitu terdapat tunggakan angsuran pokok dan margin atau bagi hasil yang belum melampaui sembilan puluh hari.
c. Kurang lancar (substandar) yaitu terdapat tungggakan angsuran pokok dan atau bunga yang telah melampaui sembilan puluh hari.
d. Diragukan (doubtful) yaitu terdapat tunggakan angsuran pokok dan margin atau bagi hasil yang telah melampaui 180 hari. e. Macet (loss) yaitu terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau
bunga yang telah melampaui 270 hari. 3. Sistem Informasi Debitur
Kelancaran proses kredit dan penerapan manajemen risiko kredit yang efektif serta ketersediaan informasi kualitas debitur yang diandalkan dapat dicapai apabila didukung oleh sistem informasi yang utuh dan komprehensif mengenai profil dan kondisi debitur, terutama debitur yang sebelumnya telah memperoleh penyediaan dana. Dalam proses kredit, sistem informasi mengenai profil dan kondisi debitur dapat mendukung percepatan proses analisa dan pengambilan keputusan pemberian kredit. Untuk kepentingan manajemen risiko, sistem informasi mengenai profil dan kondisi debitur dibutuhkan untuk menentukan profil risiko kredit debitur.
(43)
33
Selain itu tersedianya informasi kualitas debitur, diperlukan juga untuk melakukan sinkronisasi penilaian kualitas debitur di antara bank pelapor. Sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, Bank Indonesia berperan untuk mengatur dan mengembangkan penyelenggaraan sistem informasi antar bank yang dapat diperluas dengan menyertakan lembaga lain di bidang keuangan. Sehubungan dengan itu Bank Indonesia mengembangkan sistem informasi debitur yang dari waktu ke waktu selalu disempurnakan untuk disesuaikan dengan perkembangan ekonomi dan teknologi.12
Ketentuan mengenai sistem informasi debitur tersebut diatur dalam PBI No. 7/8/PBI/2005 tentang Sistem Informasi Debitur. Berdasarkan ketentuan PBI tersebut, bank umum, penyelenggara kartu kredit selain bank dan BPR yang memiliki total aset Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) atau lebih wajib menyampaikan laporan debitur kepada Bank Indonesia setiap bulan meliputi informasi mengenai debitur, pengurus dan pemilik, fasilitas penyediaan dana, agunan, penjamin dan laporan keuangan debitur (bagi debitur yang merupakan nasabah perusahaan atau badan yang enerima penyediaan dana Rp 5.000.000.000,00 atau lebih). Sementara, Lembaga Keuangan Bukan Bank (antara lain meliputi asuransi, dana pensiun, perusahaan pembiayaan) dan BPR yang
12
(44)
34
memiliki total aset kurang dari Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) dapat menjadi pelapor dalam Sistem Informasi Debitur dengan menandatangani surat pernyataan keikutsertaan anggota.13
Pelapor yang telah memenuhi kewajiban pelaporan dapat meminta informasi debitur kepada Bank Indonesia meliputi antara lain identitas debitur, pemilik dan pengurus, fasilitas penyediaan dana yang diterima debitur, agunan, penjamin dan atau kolektibilitas. Informasi yang diperoleh pelapor tersebut hanya dapat digunakan untuk keperluan pelapor dalam rangka penerapan manajemen risiko, kelancaran proses penyediaan dana, dan atau identifikasi kualitas debitur untuk pemenuhan ketentuan yang berlaku.
Hal-hal yang juga perlu diketahui nasabah tentang sistem informasi debitur adalah sebagai berikut:14
a. Semua nasabah yang memiliki pinjaman di bank atau BPR dan lembaga keuangan non bank yang telah menjadi anggota SID Bank Indonesia otomatis terdaftar dalam sistem informasi debitur (SID).
b. Hal yang tidak kalah penting lainnya adalah bahwa nasabah lembaga keuangan non bank seperti leasing yang berafiliasi dengan bank juga masuk dalam sistem informasi debitur karena 13
Ibid.
14
(45)
35
nasabah leasing tersebut otomatis menjadi nasabah bank tempat menginduk atau grupnya.
c. Dalam pelaksanaanya, setiap bulan pihak bank atau anggota SID lainnya melaporkan data transaksi, dan informasi-informasi lain nasabahnya yang dalam hal ini debiturnya secaraonline ke Bank Indonesia, sehingga setiap bulan datanya akan selalu dalam keadaan terkini di server Bank Indonesia.
d. Seluruh data dari bank atau anggota SID lainnya dikonsolidasi di server Bank Indonesia yang kemudian menghasilkan output seperti BIchecking.
4. Analisis Pembiayaan
Kelayakan pembiayaan merupakan fokus dan hal yang terpenting di dalam pengambilan keputusan pembiayaan karena sangat menentukan kualitas pembiayaan kepada nasabah, Bank syariah melakukan upaya preventif dengan melakukan analisis 5 C+1S, yaitu:
a. Character
Character adalah keadaan watak atau sifat dari customer, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam lingkungan usaha. Kegunaan dari penilaian terhadap karakter ini adalah untuk mengetahui sampai sejauh mana iktikad atau kemauancostumer untuk memenuhi kewajiban sesuai dengan perjanjian yang telah ditetapkan.
(46)
36
Pemberian pembiayaan harus atas dasar kepercayaan, sedangkan yang mendasari suatu kepercayaan yakni adanya keyakinan dari pihak bank, bahwa si peminjam mempunyai moral, watak, dansifat-sifat pribadi yang positif dan kooperatif. Disamping itu mempunyai rasa tanggung jawab, baik dalam kehidupan pribadi sebagai manusia, kehidupan sebagai anggota masyarakat, maupun dalam menjalankan kegiatan usahanya. Karakter merupakan faktor yang domain, sebab walaupun calon mudharib tersebut cukup mampu untuk menyelesaikan utangnya, kalau tidak mempunyai iktikad baik, tentu akan membawa kesulitan bagi bank dikemudian hari.15
Dalam firman Allah menjelaskan dalam surat Al-Anfal ayat 58:
dan jika kamu khawatir akan (terjadinya) pengkhianatan dari suatu golongan, Maka kembalikanlah Perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang jujur. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berkhianat.
Adapun cara yang perlu dilakukan oleh bank untuk mengetahui character calon nasabah adalah dengan mencari informasi dari pihak lain. Dalam hal calon nasabah masih belum memiliki pinjaman di bank lain, maka cara yang efektif ditempuh yaitu dengan meneliti calon nasabah melalui pihak-pihak lain
15
Veithzal Rivai dan Andria, Islamic Financial Management, (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2008), 348.
(47)
37
yang mengenal dengan baik calon nasabah. Misalnya, mencari informasi tentang karakter calon nasabah melalui tetangga, teman kerja, atasan langsung, dan rekan usahanya. Informasi dari pihak lain tentang calon nasabah, akan lebih menyakinkan bagi bank untuk mengetahuicharactercalon nasabah.16
Setidaknya, ada tiga hal yang dievaluasi dari dimensi characterini yaitu:
1) Integritas calon debitur. Yang dimaksud dengan integritas adalah kesesuaan pikiran, ucapan, dan perbuatan. Debitur yang memiliki integritas tinggi akan melaksanakan hal yang diucapkan dengan konsisten. 2) Kejujuran calon debitur, bank hanya ingin membina
hubungan dengan debitur yang mengemukakan segala sesuatu sesuai dengan kenyataan. Menilai karakter adalah pekerjaan yang paling sulit dalam analisis pembiayaan. Alasan pertama, keterbatasan waktu. Bank tidak memiliki waktu lama dalam mengevaluasi suatu proposal pengajuan pembiayaan. Berapa lama waktu yang dimiliki oleh bank dalam mengevaluasinya, satu minggu, dua minggu atau satu bulan. Dengan waktu yang sangat terbatas, bagaimana bank dapat mengenal karakter calon
16
(48)
38
debitur tersebut belum pernah berhubungan dengan bank lain sebelumnya.
3) Informasi dari catatan internal bank sendiri. Hal ini berlaku terutama terhadap calon debitur yang telah atau pernah memiliki hubungan dengan bank. Misalnya memeriksa sejarah hubungan perkreditan dengan bank, dokumen pembiayaan, mutasi, dan kualitas transaksi sehari-hari.
b. Capacity
Capacity adalah suatu penilaian kepada calon debitur mengenai kemampuan melunasi kewajiban-kewajibannya dari kegiatan usaha yang dilakukanya atau kegiatan usaha yang akan dilakukanya, yang akan dibiayai dengan pembiayaan dari Bank. Maksut dari penilaian capacity ini untuk menilai sampai dimana hasil usaha yang akan diperolehnya tersebut, akan mampu untuk melunasinya tepat waktu sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati.17
Apabila kemampuan bisnisnya kecil, tentu tidak layak diberikan pembiayaan dalam sekala besar. Demikian jika trend bisnisnya menurun, maka pembiayaan juga semestinya tidak diberikan, kecuali jika penurunan itu karena kekurangan biaya sehingga dapat diantisipasi bahwa dengan tambahan biaya lewat 17
Veithzal Rivai, Financial Institution Management (Manajemen Kelembagaan Keuangan),(Jakarta: Rajawali Press 2013), 618-619.
(49)
39
peluncuran pembiayaan, maka trend atau kinerja bisnisnya tersebut dipastikan semakin membaik.18 Beberapa cara yang dapat ditempuh dalam mengetahui kemampuan keuangan calon nasabah antara lain:19
1) Melihat Laporan Keuangan Dalam laporan keuangan calon nasabah, maka akan dapat diketahui sumber dananya, dengan melihat laporan arus kas. Di dalam laporan arus kas secara keseluruhan dapat diketahui kondisi keuangan secara tunai dari calon nasabah, dengan membandingkan antara sumber dana yang diperoleh dan penggunaan dana.
2) Memeriksa Slip Gaji dan Rekening Tabungan Cara lain yang dapat ditempuh oleh bank syariah, bila calon nasabah pegawai, maka bank dapat meminta fotokopi slip gaji tiga bulan terakhir dan didukung oleh rekening. Dari data slip gaji dan fotokopi rekening tabungan tiga bulan terakhir, maka akan dapat dianalisis sumber dana dan penggunaan dana calon nasabah. Data keuangan digunakan sebagai asumsi dasar tentang kondisi keuangan calon nasabah setelah mendapat pembiayaan dari bank syariah.
18
Rochmadi Usman,A spek-aspek Hukum Perbankan Di Indonesia (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2001), 247.
19
(50)
40
3) Survei ke Lokasi Usaha Calon Nasabah Survei ini diperlukan untuk mengetahui usaha calon nasabah dengan melakukan pengamatan secara langsung.
c. Capital
Capital adalah menilai jaminan modal sendiri yang diinvestasikan oleh nasabah dalam usahanyya termasuk kemampuan untuk menambah modal apabila diperlukan sejalan dengan perkembangan usahanya.Analisis capital juga harus menganalisis dari sumbermana saja modal yang sekarang ini, termasuk presentase modal yang digunakan untuk membiayai proyek yang akan dijalankan, berapa modal sendiri dan beberapa modal pinjaman.
d. Condition
yaitu kondisi nasabah yang dipengaruhi oleh situasi sosial dan ekonomi. yang mempengaruhi kondisi antara lain peraturan-peraturan pemerintah, situasi politik dan perekonomian dunia, kondisi ekonomi yang memengaruhi pemasaran, produk dan keuangan, apabila keadaan ekonomi memburuk seperti yang terjadi pada krisis ekonomi tahun 1997 atau krisis ekonomi keuangan global tahun 2009, perbankan lebih berhati-hati dalam memeberikan pembiayaan investasi maupun pembiayaan konsumtif. Selain kondisi perekonomian, bank juga mempertimbangkan keadaan politik dan pemerintah secara
(51)
41
umum. Keadaan politik yang tidak setabil, banyaknya kerusuhan, maupun kekacauan dapat menurunkan penelitian terhadap kondisi ekonomi.20 Beberapa analisis yang terkait dengancondition of economy antara lain:21
1) Kebijakan pemerintah. Perubahan kebijakan pemerintah digunakan sebagai pertimbangan bagi bank untuk melakukan analisiscondition of economy.
2) Bank syariah tidak terlalu fokus terhadap analisis kondisi ekonomi ini pada pembiayaan konsumsi. Bank akan mengkaitkan antara tempat kerja calon nasabah dan kondisi ekonomi saat ini dan saat mendatang, sehingga dapat diestimasikan tentang kondisi perusahaan di mana calon nasabah bekerja. Kelangsungan hidup perusahaan dan pekerjaan calon nasabah menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
e. Collateral
Collateral yaitu aset atau benda yang diserahkan nasabah sebagai jaminan terhadap pembiayaan yang diterimannya. Penilaian jaminan dilakukan untuk memelihara sejauh mana tingkat kemudahan diperjual belikannya objek jaminan (marketable), semakin mudah asset tersebut diperjual belikan, tingkat risiko bank semakin berkurang. Jaminan tidak 20
Karmila,Kredit Bank, (klaten:PT Intan Sejati Klaten, 2014), 19.
21
(52)
42
diciptakan untuk harus kembalinya modal akan tetapi meyakinkan kegiatan mudarib sesuai dengan kontrak yang disepakati bahwa kontrak tidak main-main. Seperti yang dijelaskan pada surat Al-Baqarah ayat 283
jika kamu dalam perjalanan (dan bermu’amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, Maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang[180] (oleh yang berpiutang). akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, Maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) Menyembunyikan persaksian. dan Barangsiapa yang menyembunyikannya, Maka Sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Untuk memahami istilah jaminan dan agunan dalam praktik bank, secara historis dapat kita lihat dalam peraturan yang pernah dikeluarkan oleh bank Indonesia berupa Surat Keputusan No. 23/69/KEP/DIR tanggal 28 februari 1991 tentang jaminan pemberian kredit dan surat edaran No. 23/6/UKU tanggal 28 februari 1991 prihal jaminan pemberian kredit. Dalam pasal 1 huruf b dan huruf c Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.23/69/KEP/DIR ditegaskan bahwa:
(53)
43
1) Jaminan pemberian kredit adalah keyakinan bank atas kesanggupan debitur untuk melunasi kredit sesuai dengan perjanjian.
2) Agunan adalah jaminan material, surat berharga, garansi resiko yang disediakan oleh debitur untuk menanggung pembayaran kembali suatu kredit apabila debitur tidak dapat melunasi kredit sesuai dengan yang diperjanjikan.
Dari redaksi Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia di atas maka jaminan kredit berupa keyakianan bank atas kesanggupan debitur untuk melunasi kredit adalah bersifat abstrak.Sedangkan agunan adalah jaminan kredit yang bersifat nyata (riil), meliputi benda bergerak, benda tidak bergerak, dan penanggungan (garansi).Menurut Undang-Undang Perbankan Syariah aguanan adalah jaminan tambahan yang meliputi barang bergerak dan barang tidak bergerak. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan fungsi dari jaminan dan atau agunan pembiayaan adalah22
a) Jaminan pembiayaan berupa watak, kemampuan, dan prospek usaha yang dimiliki debitur merupakan jaminan immaterial yang berfungsi sebagai fist way out. Dengan jaminan imateriel tersebut debitur diharapkan dapat
22
(54)
44
mengelola modal dan perusahaanya dengan baik sehingga memperoleh pendapatan (revenue) bisnis guna melunasi pembiayaan yang telah diterimanya dari bank syariah atau UUS atau Lembaga keauangan lainnya sesuai akad pembiayaan.
b) Jaminan pembiayaan berupa agunan yang bersifat materiel/kebendaan berfungsi sebagai second way out. Sebagai second way out, pelaksanaan penjualan agunan ( eksekusi) baru dilakukan apabila debitur gagal (wanprestasi) atau macet dalam pelunasan atau pembayaran kembali pembiayaan melalui fisrt way out.
(1) Jenis Agunan pembiayaan
Dikaitkan dengan objek yang dibiayai, maka agunan pembiayaan terdiri dari:
(2) Agunan pokok yaitu berupa barang, proyek, atau hak tagih yang dibiayai dengan pemberian yang bersangkutan.
(3) Agunan tambahan, yaitu berupa barang, surat berharga, atau garansi resiko yang tidak berkaitan langsung dengan objek yang dibiayai.
Berdasarkan ketentuan Pasal 23 Undang-Undang Perbankan syariah tentang kelayakan penyaluran dana bahwa bank syariah wajib memperoleh agunan dari
(55)
45
nasabah penerima fasilitas. Kewajiban bank syariah untuk memperoleh agunan dari nasabah penerima fasilitas diatur dalam pasal 23 Undang –Undang syariah yang berbunyi sebagai berikut:
(a) Bank syariah dan/atau UUS harus mempunyai keyakinan atas kemauan dan kemampuan calon nasabah penerima fasilitas untuk melunasi seluruh kewajiban pada waktunya, sebelum bank syariah dan atau UUS menyalurkan dana kepada Nasabah penerima fasilitas.
(b) Untuk memperoleh keyakinan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, bank syariah dan/atau UUS wajib melakukan penilaian yang saksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan, dan prospek usaha dari calon nasabah penerima fasilitas.23
f. Aspek Syariah
Prinsip-prinsip dasar perbankan syariah adalah meniadakan riba dalam bentk transaksi apapun, melakukan kegiatan bisnis atau usaha yang berlandaskan kepada prinsip keadilan dan keuntungan yang halal, menyalurkan zakat, melarang monopoli, melakukan kerjasama untuk mencapai manfaat bagi masyarakat
23
(56)
46
dan mengembangkan seluruh aspek kehalalan di dalam bisnis dan investasi yang tidak dilarang oleh syariat Islam.24
Berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) tentang pembiayaan menjelaskan bahwa semua bentuk pembiayaan yang diberikan oleh pihak bank syariah kepada calon debitur harus tidak menyalahi hukum syariat Islam dalam tindakan maupun transaksi-transaksi yang lain.25
Disamping itu juga, pernyataan ini diperkuat dengan adanya Pasal 8 ayat (1) UU No. 7 tahun 1992 sebagaimana diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan maupundalam penjelasan 37 UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.26
g. Tujuan Prinsip 5C+1S
Penerapan prinsip 5C pada pembiayaan merupakan langkah penting untuk merealisasikan pembiayaan yang layak dengan menilai dari calon peminjam, penekanan resiko agar pengembaliantidak macet.
Penerapan analisis pembiayaan merupakan bentuk kegiatan pada lembaga kauangan yang tercakup dalam prinsip 5C.Penerapan prinsip5C pada Lembaga Keuangan Syariah atau
24
Ascarya,A kad dan Produk Bank Syariah(Jakarta: Rajawali Pers, 2011), 4.
25
Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 07/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Pembiayaan Mud}a>rabah (Qirad>}).
26
Faturahman Djamil, Peyelesaian Pembiayaan Bermasalah di Bank Syariah (Jakarta: Sinar Grafika, 2012), 42.
(57)
47
perbankan syariah dalam kegiatan pemberian pembiayaan merupakan salah satu cara untuk menciptakan perbankan syariah yang sehat, yang pada gilirannya akan berdampak positif terhadap perekonomian secara mikro.
C. Pembiayaan di Bank Syariah 1. Pengertian pembiayaan
Istilah pembiayaan, pada dasarnya lahir dari pengertianI belive, I Trust, yaitu ‘saya percaya’ atau saya ‘saya menaruh kepercayaan’. Perkataan pembiayaan yang artinya kepercayaan (trust) yang berarti bank menaruh kepercayaan kepada seseorang untuk melaksanakan amanah yang diberikan oleh bank selaku shahibul maal. Dana tersebut harus digunakan dengan benar, adil dan harus disertai dengan ikatan dan syarat-syarat yang jelas serta saling menguntungkan bagi kedua belah pihak.27
2. Unsur Pembiayaan
Pada dasarnya pembiayaan diberikan oleh bank kepada nasabah atas dasar kepercayaan. Sehingga dapat dikatakan bahwa pembiayaan adalah pemberian kepercayaan. Hal ini berarti prestasi yang diberikan benar-benar diyakini dapat dikembalikan oleh nasabah pembiayaan sesuai dengan waktu dan syarat-syarat yang telah disepakati oleh
27
(58)
48
kedua belah pihak. Berdasarkan hal diatas, terdapat beberapa unsur yaitu:28
a. Bank, yang merupakan badan usaha yang memberikan pembiayaan kepada pihak yang membutuhkan dana.
b. Mitra usaha, yang merupakan pihak yang mendapatkan pembiayaan dari bank syariah, hubungan pemberi pembiayaan dan penerima pembiayaan merupakan hubungan kerja sama yang saling menguntungkan, yang diartikan pula sebagai kehidupan saling tolong-menolong.
c. Adanya kepercayaan pemberi pembiayaan kepada penerima pembiayaan yang didasarkan atas prestasi.
d. Adanya persetujuan, berupa kesepakatan pihak pemberi dana dengan pihak lainnya yang berjanji membayar (pihak penerima dana kepada pihak pemberi dana). Janji membayar tersebut dapat berupa janji lisan, tertulis (akad pembiayaan) yang disertai dengan saksi.
e. Adanya akad dan penyerahan barang, jasa atau uang dari pemberi pembiayaan kepada penerima pembiayaan.
f. Adanya unsur waktu yang merupakan umur esensial dalam pembiayaan. Pembiayaan terjadi karena unsur waktu, baik dilihat dari pemberi dana maupun dilihat dari penerima dana.
28
(59)
49
g. Adanya unsur risiko dari kedua belah pihak, baik di pihak pemberi dana atau pihak penerima dana. Risiko di pihak pemberi dana adalah risiko gagal bayar, baik karena kegagalan usaha (pinjaman komersil) atau ketidakmampuan membayar. Risiko dari pihak penerima dana adalah kecurangan dari pihak pembiayaan, antara lain berupa pemberi dana yang semula imaksudkan oleh pemberi dana untuk megambil perusahaan yang diberi pembiayaan.
h. Adanya balas jasa atas dana yang disalurkan oleh bank syariah kepada nasabah. Hal ini juga disebut dengan nisbah dari akad yang telah disepakati antara bank dan nasabah.
3. Tujuan Pembiayaan
Tujuan pembiayaan mencakup lingkup yang luas. Tujuan pembiayaan dapat dikelopokkan menjadi dua kelompok yaitu tujuan pembiayaan secara makro dan mikro.29 Secara makro, pembiayaan di Bank Syariah mempuyai tujuan untuk memberdayakan umat, meningkatkan perekonomian, meningkatkan produktivitas, memperbesar usaha, membuka lapangan kerja dan pendistribusian pendapatan. Sedangkan secara mikro, pembiayaan bertujuan untuk memaksialkan laba, meminimalisir risiko, pendayagunaan sumber ekonomi dan penyaluran dana.
29
(60)
50
Maka dapat diketahui bahwa tujuan pembiayaan adalah tidak hanya sekedar meningkatkan keuntungan saja, melainkan juga pada aspek benefit. Tujuan pembiayaan ini harus memberikan manfaat, baik bagi bank selaku pemberi pinjaman ataupun nasabah pembiayaan selaku pengelola dana.
4. Fungsi Pembiayaan
Pembiayaan mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian. Secara garis besar fungsi pembiayaan di dalam perekonomian, perdagangan dan keuangan adalah pembiayaan dapat meningkatkan daya guna dari modal tersebut, meningkatkan daya guna suatu barang, meningkatkan peredaran lalu lintas uang, menimbulkan gairah usaha masyarakat, pembiayaan sebagai alat stabilitas ekonomi, sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional dan sebagai alat hubungan ekonomi internasional.30Pembiayaan juga memberikan manfaat tidak hanyabagi bank dan nasabah pembiayaan. Namun juga pemerintah dan masyarakat luas.31
5. Jenis Pembiayaan
Pembiayaan dapat dijelaskan dari berbagai segi. Salah satunya dari segi tujuannya. Pembiayan jika dilihat dari tujuannya, terdapat dua pengelompokkan yaitu:32
30
Ibid., 715.
31
Ismail Nawawi,Perbankan Syariah...,110.
32
(61)
51
a. Pembiayaan Konsumtif
Pembiayaan konsumtif bertujuan untuk memperoleh barang-barang atau kebutuhan-kebutuhan lainnya guna memenuhi keputusan dalam konsumsi. Pembiayaan konsumsi dibagi menjadi dua bagian yaitu pembiayaan konsumtif untuk umum dan pembiayaan konsumtif untuk pemerintah.
Berdasarkan uraian di atas, maka pembiayaan konsumtif memiliki arti ekonomis juga dengan adanya penarikan pembiayaan konsumtif oleh suatu perusahaan, maka proses produksi akan dapat berjalan lancar dan memberikan hasil yang maksimal.
b. Pembiayaan Produktif
Pembiayaan produktif bertujuan untuk memungkinkan penerima pembiayaan dapat mencapai tujuannya yang apabila tanpa pembiayaan tersebut tidak dapat diwujudkan. Pembiayaan produktif adalah bentuk pembiayaan yang bertujuan untuk memperlancar jalannya proses produksi, mulai dari saat pengumpulan bahan mentah, pengolahan dan sampai kepada proses penjualan barang-barang yang sudah jadi. Pembiayaan produktif di bank syariah meliputi pembiayaan investasi dan pembiayaan modal kerja.
(62)
BAB III
MEKANISME BICHECKINGDALAM MEMBANGUN KEHATI-HATIAN
PEMBIAYAAN DI BRI SYARIAH CABANG SIDOARJO
A. Gambaran Umum BRI Syariah 1. Sejarah BRI Syariah
Sejarah BRI Syariah Berawal dari akuisisi Bank Jasa Arta oleh Bank Rakyat Indonesia pada tanggal 19 Desember 2007 dan kemudian diikuti dengan perolehan izin dari Bank Indonesia untuk mengubah kegiatan usaha Bank jasa Arta dari bank umum konvensional menjadi bank umum yang menjalankan kegiatan usaha berdasrakan prinsip syariah pada tanggal 16 oktober 2008, maka lahirlah Bank umum syariah yang diberi nama PT Bank Syariah BRI (yang kemudian disebut dengan nama BRI Syariah) pada tanggal 17 November 2008. Nama BRI Syariah dipilih untuk menggambarkan secara langsung hubungan Bank dengan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, selanjutnya disebut Bank Rakyat Indonesia. BRI Syariah Cabang Sidoarjo merupakan anak perusahaan dari Bank Rakyat Indonesia yang akan melayani kebutuhan perbankan masyarakat Indonesia dengan mengunakan prinsip-prinsip syariah.1
1
Tim Praktek Kerja Lapangan,Laporan Praktek Kerja Lapangan di BRI Syariah KC Sidoarjo,
(63)
53
Pada tanggal 19 Desember 2008, telah ditandatangani akta pemisahan unit usaha syariah. Penandatanganan akta pemisahan telah dilakukan oleh Sofyan Basir selaku Direktur Utama Bank Rakyat Indonesia dan Ventje Rahardjo selaku Direktur Utama BRI Syariah Cabang Surabaya Gubeng, sebagaimana akta pemisahan No. 27 tanggal 19 Desember 2008 dibuat dihadapan notaris Fathiah Helmi,SH di Jakarta. Peleburan unit usaha syariah Bank Rakyat Indonesia kedalam BRI Syariah ini berlaku efektif pada tanggal 1 Januari 2009. Setelah peleburan, total aset BRI Syariah mencapai Rp 1.466.664.279.742.2 2. Sejarah Berdirinya BRI Syariah Cabang Sidoarjo
Sejarah berdirinya Kantor Cabang BRI Syariah Sidoarjo Jalan Ahmad Yani Sidoarjo. Awal berdiri BRI Syariah KC Sidoarjo pada tahun 2010, masih sebagai Kantor Cabang Pembantu (KCP), lokasi pada awal berdiri masih menumpang di gedung BRI konvensional. Setelah itu pindah di jl. Jenggolo, masih sebagai KCP dan mengontrak gedung sebagai kantor selama dua tahun bersebelahan dengan AJBS. Setelah selang satu setengah tahun kembali pindah di jalan A. yani yang sampai sekarang menjadi kantor, dimana gedung tersebut dibeli oleh BRI Syariah, tapi status kantor masih sebagai KCP. Sekitar tahun 2014 tepatnya bulan April tanggal satu, status kantor BRI Syariah KCP Sidoarjo berubah menjadi BRI Syariah KC Sidoarjo. Sebenar nya dari bulan januari sudah mendapat surat rekomendasi dari
2
(1)
✟✠ ✟
mempunyai beberapa pembiayaan di bank lain tetapi diloloskan
pembiayaanya, meskipun secara aspek capacity nasabah tergolong untuk
mampu membayar, tetapi pada kenyataanya manusia perlu
memperhitungkan kebutuhan darurat dan untuk berjaga-jaga kebutuhan
yang tidak terduga, seperti terjadi musibah sakit yang tidak diperkirakan
sebelumnya, motif untuk berjaga-jaga dan tidak membebani nasabah
melebihi kemampuanya.
BRI Syariah Cabang Sidoarjo dalam melaksanakan prinsip
kehati-hatian pembiayaan tidak hanya melakukan analisa melalui BI checking
saja, tetapi juga menerapkan prinsip kehati-hatian lainnya yaitu dengan
menggunakan metode 5 C+1S.
Analisa 5C+1S merupakan salah satu bentuk tindakan nyata dari
pihak BRI Syariah Cabang Sidoarjo untuk meminimalisir
kejadian-kejadian yang tidak diharapkan yaitu adanya pembiayaan bermasalah atau
macet.
Berbagai kebijakan yang telah diterapkan di BRI Syariah Cabang
Sidoarjo tujuanya bukan untuk mempersulit nasabah, tetapi untuk
mengantisipasi segala kegiatan yang tidak diharapkan. Semua kebijakan
yang diterapkan untuk kemaslahatan kedua belah pihak, baik nasbah
(2)
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis, maka dapat
disimpulkan penulis yakni:
1. Mekanisme BI checking dalam pemberian pembiayaan di BRI
Syariah Kantor Cabang Sidoarjo dilakukan menggunakan KTP
nasabah atau calon nasabah sebagai instrumenya, dari hasil
pengecekan tersebut maka dapat dilihat hasil BI checking yang
berisi informasi, nama dan alamat debitur sesuai KTP, pekerjaan
debitur, Nama dan kode bank pelapor, Sifat dan jenis pembiayaan,
plafon pembiayaan, margin atau bagi hasil, Kolektabilitas
pembiayaan, tanggal pembayaran, tanggal akad dan jatuh tempo.
2. Peranan BIcheckingdalam pelaksanaan membangun kehati-hatian
pembiayaan di BRI Syariah Cabang Sidoarjo, dari penelitian ini
dapat diketahui bahwa BI checking adalah salah satu unsur
pertama dalam pelaksanaan prinsip kehati-hatian dalam
pengucuran pembiayaan di BRI Syariah Cabang Sidoarjo untuk
(3)
☞✌ ✍
B. Saran
Dengan selesainya penelitian ini, dapat kiranya penulis memberikan
saran sebagai berikut:
1. BRI Syariah Cabang Sidoarjo hendaknya melakukan pengecekan
instrumen BI checking dengan teliti, hal ini untuk menghidari
pemalsuan dokumen nasabah.
2. BRI Syariah Cabang Sidoarjo hendaknya melakukan klarifikasi
untuk menanyakan alasan nasabah apabila dalam laporan BI
checkingberada dalam kategori pembiayaan bermasalah.
3. Bank pelapor hendaknya memasukan data BI checking secara
teliti dan up to date untuk menghindari ketidaksesuaian data
nasabah misalnya nasabah sudah melunasi pembiayaanya, tetapi
saat dilakukan BI checking belum terlihat adanya tulisan lunas.
Hal seperti ini bisa terjadi karena petugas pelapor BI checking
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Ainy, Qurrata Meylla. “Penerapan Prinsip Kehati-Hatian (Prudential Principle) dalam Pelaksanaan Pembiayaan Di BMT Bina Ummah Yogyakarta
(Tinjauan Maqashid Asy-Syariah)”. Skripsi—UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, 2014.
Antonio, Muhammad Syafii.Bank Syariah: dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema
Insani, 2001.
Anwar, Syaiful. “Analisis 5C+1S Dalam Pemberian Pembiayaan Mikro Sebagai upaya Mencegah Timbulnya Pembiayaan Macet Di Bank BRI Syariah Cabang Surabaya Gubeng”. Skripsi--UIN Sunan Ampel Surabaya, 2015.
Arifin, Veithzal Rivai dan Arviyan. Islamic Banking; Sistem Bank Islam Bukan
Hanya Solusi Menghadapi Krisis Namun Solusi Menghadapi Krisis Namun Solusi dalam Menghadapi Berbagai Persoalan Perbankan dan Ekonomi Global. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis Edisi Revisi.
Jakarta: PT.Renika Cipta,2002.
Ascarya.A kad dan Produk Bank Syariah.Jakarta: Rajawali Pers, 2011.
Damayanti, Deni. Panduan Lengkap Menyusun: Proposal, Skripsi, Tesis,
Disertasi.Yogyakarta: Araska, 2013.
Dewi, maya Sari Nadia. “Analisis Penerapan Struktur Pengendalian Intern terhadap Prosedur Pemberian Pembiayaan Untuk Meningkatkan pencegahan Pengembalian Macet Yang Diberikan Oleh Bank BNI Syariah Cabang Semarang”Skripsi—Universitas Diponegoro Semarang,2012.
E. Esti Kodariah A, “Tanggung jawab bank Atas Kerugian Nasabah Sebagai Akibat Kelalaian Melaporkan Pelunasan Kredit Kepada Bank Indonesia Ditinjau dari Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/14/PBI/2007 tentang Sistem Informasi Debitur”.Skripsi—UIN Syarif Hidayatullah, 2015.
Djamil, Faturahman Djamil. Peyelesaian Pembiayaan Bermasalah di Bank
Syariah.Jakarta: Sinar Grafika, 2012.
Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 07/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Pembiayaan Mudharabah (Qiradh).
(5)
✒✓ ✔
Ginting, Ramlan. “Pengaturan Pemberian Kredit Bank Umum”, Jurnal A spek
Hukum Perbankan, Perdata, dan Pidana,No. 2, Vol. 4, Agustus 2015.
Hasanah, Hosniyatul. Strategi Pemasaran Produk Simpanan Haji Mabrur Dalam
Menarik Minat Nasabah. Surabaya: UIN-Surabaya, 2014.
Ismail.Perbankan Syariah. Jakarta: Kencana Prenada, Media Group, 2011.
Latifah, Ifah. “Peranan Account Officer Dalam Menekan Pembiayaan
Bermasalah Di PT.BPR Syariah Harta Insan Karimah”Skripsi—UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.
Moleong, J Lexy. Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 1989.
Nawawi, Ismail.Perbankan Syariah.Jakarta: Kencana, 2011.
Penjelasan atas peraturan bank Indonesia Nomor: 9/14/PBI/2007 Tentang Sistem Informasi Debitur.
Saptaji, Heru. Makro Prudential Mencegah Gelombang Krisis. Jakarta: Gerai
Info Bank Indonesia, 2015.
Siregar, Pulo.Bebaskan Utangmu.Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2014.
Sugiono. Metode Penelitian Pendidikan (pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D). Bandung: Alfabeta, 2006.
Sumber BRI Syariah Kantor Cabang Sidoarjo
Suprayogo, Imam dan Tobroni. Metode Penelitian Sosial A gama.
Bandung:PT. Remaja Rosda Karya, 2001.
Ulfah, Lailina. “Penerapan Prinsip Kehati-Hatian (Prudential Principle) Dalam Pelaksanaan Pembiayaan Di BMT Bina Ummah Yogyakarta (Tinjauan Maqashid Asy-Syariah)” Skripsi—Universitas Jember, 2010.
Usman, Rochmadi. A spek-aspek Hukum Perbankan Di Indonesia, Jakarta: PT
Gramedia, 2013.
Usanti, P Trisadini dan Abd.Shomad. Transaksi Bank Syariah. Jakarta: Bumi
(6)
✕✖6
---.Islamic Financial Management: Teori, Konsep, dan A plikasi Panduan
Praktis untuk Lembaga Keuangan, Nasabah, Praktisi, dan Mahasiswa. Jakarta: CV. Kharisma Putra Utama, 2008.