Peningkatan hasil belajar siswa mata pelajaran bahasa Inggris materi Simple Present melalui strategi synergetic teaching siswa kelas VB MI Islamiyah Ujungpangkah Gresik.

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA
MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS MATERI SIMPLE PRESENT
MELALUI STRATEGI SYNERGETIC TEACHING
SISWA KELAS V B MI ISLAMIYAH UJUNGPANGKAH GRESIK

SKRIPSI
Oleh:
ENDANG FATMAWATI
NIM. D07213009

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
APRIL 2017

ABSTRAK

Endang Fatmawati, 2017. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran
Bahasa Inggris Materi Simple Present Melalui
Strategi Synergetic Teaching Siswa Kelas VB MI
Islamiyah Ujungpangkah Gresik.

Kata kunci: Hasil Belajar Siswa, Materi Simple Present Tense, Strategi
Synergetic Teaching
Keberhasilan belajar siswa adalah puncak dari seluruh aktivitas yang
dilakukan guru dan siswa saat proses KBM berlangsung. Dalam
pembelajaran Bahasa Inggris di MI Islamiyah Ujungpangkah Gresik sering
terjadi permasalahan, baik sebelum proses belajar, ketika proses belajar,
maupun sesudah proses belajar. Masalah yang terjadi setelah proses belajar
antara lain berhubungan dengan hasil belajar siswa pada materi simple
present tense.
Peneliti membatasi rumusan masalah yang hendak dikaji dalam skripsi
ini yaitu: Bagaimana penerapan strategi Synergetic Teaching dalam
meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Simple Present Tense siswa
kelas V B MI Islamiyah Ujungpangkah Gresik? dan Bagaimana peningkatan
hasil belajar siswa pada materi Simple Present Tense dengan menggunakan
strategi Synergetic Teachingsiswa kelas V B MI Islamiyah Ujungpangkah
Gresik?
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas
dengan menggunakan model PTK dari Kurt Lewin. Untuk instrument
penelitian menggunakan RPP, Soal Tes, dan Lembar Observasi Siswa Guru.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan wawancara,

observasi, dokumentasi, dan tes. Peneliti menganalisis data dengan analisis
deskriptif dan kuantitatif.
Dari hasil penelitian ini, penerapan strategi Synergetic Teaching mampu
meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Simple Present Tense. Hal itu
dibuktikan dari prosentase 75 % pada siklus I menjadi 91,6 % pada siklus II.
Begitu pula dengan peningkatan hasil belajar siswa dapat dikatakan berhasil,
dapat dilihat dari hasil analisis data ketuntasan siswa pada siklus yang meningkat
dari 73,07 % pada siklus I menjadi 92,30 % pada siklus II. Nilai rata-rata siswa
juga meningkat dari 75,53 pada siklus I menjadi 86,65 pada siklus II.

DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .............................................................................. i
HALAMAN JUDUL ................................................................................. ii
HALAMAN MOTTO ............................................................................... iii
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI .................................................... iv
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... v
ABSTRAK ................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR ............................................................................... vii
DAFTAR ISI .............................................................................................. x
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xiii

DAFTAR GRAFIK ………………………………..………………..……. xiv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xv
DAFTAR RUMUS ..................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xvii
BAB I : PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang Penelitian ..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 6
C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 7
D. Signifikansi Penelitian .......................................................................... 7
BAB II: KAJIAN TEORI ......................................................................... 9
A. Kajian tentang Hasil Belajar ................................................................ 9
1. Pengertian Hasil Belajar ................................................................ 9
2. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ..................................... 10
3. Indikator Pencapaian Hasil Belajar ................................................ 11
B. Kajian tentang Strategi ......................................................................... 14
1. Pengertian Strategi Pembelajaran ................................................... 14
2. Pengertian Strategi Synergetic Teaching......................................... 16
3. Langkah-Langkah Pelaksanaan Strategi Synergetic Teaching........ 16

4. Manfaat Strategi Synergetic Teaching............................................ 17

C. Kajian tentang Bahasa Inggris ............................................................. 19
1. Pembelajaran Bahasa Inggris di MI ............................................... 19
2. Pengertian Simple Present Tense.................................................... 20
BAB III : METODE PENELITIAN ........................................................ 24
A. Jenis Penelitian ..................................................................................... 24
B. Setting dan Subjek Penelitian ............................................................... 25
C. Prosedur Persiapan Penelitian dan Rencana Tindakan ........................ 26
D. Instrumen Penelitian ............................................................................. 32
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 43
F. Validitas Instrument ……………………………………………...…... 46
G. Analisis Data ........................................................................................ 47
H. Indikator Kinerja .................................................................................. 49
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …………...... 50
A. Deskripsi Lokasi Penelitian .................................................................. 50
1. Sejarah Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah ......................................... 50
2. Kurikulum Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah .................................... 51
3. Profil Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah ............................................ 51
4. Sarana dan Prasarana Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah ................... 55
B. Hasil Penelitian …………………………………………………....…. 55
1. Hasil Penelitian Pra Siklus ……………………………………….. 55

2. Hasil Penelitian Siklus I ………………………………………….. 60
3. Hasil Penelitian Siklus II ……………………………...………….. 76
C. Pembahasan ………………………………………………………...… 89
BAB V : PENUTUP …………………………………………………….. 94
A. Simpulan ……………………………………………………….……. 94
B. Saran ……………………………………………………………...…. 95
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 96
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................................. 98

RIWAYAT HIDUP .................................................................................... 99
LAMPIRAN-LAMPIRAN ......................................................................... 101

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Mata pelajaran bahasa Inggris telah dipelajari di madrasah sebagai
mata pelajaran umum di tingkat dasar, menengah, hingga tingkat atas.
Pelajaran bahasa Inggris adalah sebuah mata pelajaran atau keterampilan

berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Inggris sebagai sasarannya.1
Sesuai dengan fungsinya, bahasa harus bersifat komunikatif, sehingga dalam
penyampaiannya dapat mudah dipahami oleh siswa. Terdapat empat
keterampilan dalam pembelajaran bahasa Inggris yang diajarkan di sekolah
dasar yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
Empat keterampilan berbahasa sangat penting dalam pembelajaran
bahasa khususnya dalam pembelajaran bahasa Inggris, karena dalam
berbahasa membutuhkan komunikasi dua arah, yaitu antara penerima pesan
dengan pemberi pesan. Empat keterampilan tersebut harus diterapkan secara
keseluruhan. Realitanya, dalam pembelajaran bahasa Inggris guru hanya
mengajarkan satu atau dua keterampilan saja. Hal itu dikatakan sendiri oleh
guru bidang studi bahasa Inggris, bahwa dalam pembelajaran yang dilakukan
guru sering mengajarkan dua keterampilan saja.

1

EF Education First 2016, mata pelajaran bahasa inggris,
(www.ef.co.id/englishfirst/englishstudy/tatabahasainggris/mata-pelajaran-bahasainggris.aspx)diunduh tanggal 05 Oktober 2016.

1


2

Sama halnya dengan pembelajaran bahasa Inggris di atas yang hanya
mengajakan dua keterampilan dalam proses pembelajaran, di MI Islamiyah
Ujungpangkah Gresik, dalam proses pembelajaran guru juga hanya
mengajarkan dua keterampilan saja, yaitu keterampilan membaca dan menulis
dengan strategi dan metode yang kurang variasi. Strategi yang digunakan
guru sangat mempengaruhi kualitas proses belajar mengajar siswa. Apabila
kualitas dari proses belajar mengajar tinggi, maka tingkat keberhasila
belajarnya pun tinggi.
Keberhasilan belajar siswa adalah puncak dari seluruh aktivitas yang
dilakukan guru dan siswa saat proses KBM berlangsung. Dalam pembelajaran
Bahasa Inggris di MI Islamiyah Ujungpangkah Gresik sering terjadi
permasalahan, baik sebelum proses belajar, ketika proses belajar, maupun
sesudah proses belajar. Masalah yang terjadi setelah proses belajar salah
satunya berhubungan dengan hasil belajar karena pemahaman2 siswa masih
kurang. Banyak siswa yang masih belum paham terhadap materi yang
diajarkan oleh guru karena guru hanya memberikan perintah untuk membaca
materi tanpa memahaminya.

Sesuai fakta di kelas, pemahaman mata pelajaran bahasa Inggris
yang membahas tentang materi Simple Present Tense kelas V B MI Islamiyah
Ujungpangkah Gresik ini masih di bawah standart karena hanya mencapai

2

Pemahaman adalah kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan,
atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya.

3

tingkat pemahaman terjemahan.3 Di sini, siswa hanya mampu memahami
pengertian, mengetahui rumus dari Simple Present Tense dan belum mampu
membuat contoh dari Simple Present itu sendiri. Ketika guru bertanya kepada
lima siswa tentang pengertian Simple Present mereka mampu menjawab
dengan menggunakan bahasanya sendiri.
Seharusnya, setelah mencapai pemahaman terjemahan guru harus
mampu meningkatkan lagi kemampuan pemahaman ke tingkat berikutnya
yaitu pemahaman penafsiran.4 Dalam pemahaman penafsiran, guru harus
mendorong siswa untuk mampu mengklasifikasikan atau membedakan kata

yang masuk dalam subject, verb, dan object atau complement serta
membedakan rumus Simple Present Tense yang verbal sentence dan nominal
sentence. Sebagai contohnya, dalam proses belajar mengajar di kelas V B MI
Islamiyah terdapat siswa yang masih belum mampu membedakan subjek dan
objek. Guru menuliskan contoh You are student di papan tulis, kemudian
siswa disuruh untuk membedakan subjek dan objeknya siswa masih bingung.
Karena sebelum ada contoh di atas, guru memberikan contoh Student read a
book, dimana yang dijadikan patokan subjek siswa adalah student.

3

Pemahaman terjemahan adalah kemampuan seseorang dapat mengomunikasikan informasi yang
diperoleh ke dalam bahasa lain, istilah lain atau menjadi bentuk lain.
4
Pemahaman penafsiran adalah kemampuan seseorang yang memungkinkan penataan kembali ideide dari informasi yang diperoleh ke dalam pikiran individu itu sendiri, baik dengan
mengklasifikasikan, menggeneralisasikan informasi tersebut.

4

Selain pemahaman penafsiran, guru juga harus mampu untuk

meningkatkan pemahaman ekstrapolasi5, yaitu guru mendorong siswa untuk
membuat contoh dari Simple Present Tense serta mampu menyebutkan
alasannya. Sesuai observasi di kelas, siswa masih belum mampu membuat
contoh meskipun guru sudah menyediakan contoh kalimat Simple Present
Tense yang diacak. Selain itu, siswa belum bisa membedakan kapan
penggunaan do dan does, penambahan s/es dalam kalimat Simple Present.
Siswa sering menambahkan es pada kata kerja yang subjeknya adalah orang
pertama tunggal. Contoh: I goes to school.
Hasil wawancara kepada siswa dan guru kelas V B MI Islamiyah
Ujungpangkah Gresik, dalam proses pembelajaran bahasa Inggris materi
Simple Present Tense, guru tidak menerapkan strategi yang dapat menarik
perhatian dan motivasi siswa dalam belajar, sehingga siswa kurang
bersemangat dalam pembelajaran. Selain itu, dalam proses pembelajaran,
guru hanya menggunakan metode ceramah. Jika dalam proses belajar
mengajar bahasa Inggris seperti ini, maka siswa akan cepat bosan. Faktorfaktor-faktor itulah yang mempengaruhi rendahnya pemahaman siswa
terhadap materi Simple Present Tense.
Hal itu terbukti dari prosentase data ketuntasan siswa kelas VB MI
Islamiyah Ujungpangkah Gresik yang berjumlah 26 siswa, hanya 38 % siswa
5


Pemahaman ekstrapolasi adalah kemampuan seseorang untuk memprediksi kebenaran suatu
informasi yang diperoleh. Biasanya pemahaman di tingkat ini, seseorang mampu menyimpulkan
sekaligus mengetahui konsekuensi dari informasi tersebut.

5

yang nilainya memenuhi KKM. Sedangkan yang 62 % siswa masih belum
mampu mencapai KKM yang ditentukan. Nilai KKM untuk mata pelajaran
bahasa Inggris adalah 70.
Dari penjabaran masalah di atas, dapat diketahui bahwa terjadi
ketidakseimbangan pada proses
rendahnya kemampuan siswa

belajar mengajar yang mengakibatkan
dalam memahami materi Simple Present

Tense. Salah satu faktornya adalah kurang variasinya strategi dan metode
yang digunakan guru ketika proses KBM berlangsung. Strategi pembelajaran
yang tepat untuk digunakan dalam meningkatkan kemampuan memahami
materi Simple Present Tense adalah strategi active learning “Synergetic
Teaching”. Strategi ini sesuai digunakan pada materi yang bersifat kognitif.
Strategi Synergetic Teaching merupakan strategi pembelajaran yang
menggunakan dua cara belajar yang berbeda. Pembelajaran ini memberi
kesempatan kepada siswa untuk saling berbagi hasil belajar dari materi yang
sama dengan membandingkan catatan.
Dengan srategi ini, siswa akan dapat lebih memahami materi yang
telah didapatkannya. Jika siswa merasa malu dengan bertanya kepada guru
mengenai materi yang belum dipahami, siswa akan lebih mudah dan tidak
malu untuk bertanya kepada temannya. Sehingga diharapkan siswa mampu
memahami materi Simple Present Tense dan dapat belajar dengan nyaman
dan senang.

6

Atas dasar pemikiran itu, peneliti akan melakukan penelitian
tindakan kelas dan menyusun skripsi dengan judul “Peningkatan Hasil
Belajar Siswa Mata Pelajaran Bahasa Inggris Materi Simple Present
Tense Melalui Strategi Synergetic Teaching Siswa Kelas V B MI
Islamiyah Ujungpangkah Gresik”. Penelitian ini diperkuat dengan
penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Nur Lailatul Warda yang
menggunakan strategi Synergetic Teaching di MI Salafiyah Bahauddin
Ngelom Taman Sidoarjo untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Pada siklus
I, hasil belajar dari nilai rata-rata kelas yaitu 76,16 menjadi 90,5 pada siklus
II. Sedangkan untuk prosentase ketuntasan dari 73,07 % pada siklus I menjadi
92,30 % pada siklus II. Ketika proses pembelajaran pada siklus I, guru belum
mampu menerapkan dengan baik strategi synergetic teaching. Namun,
dengan adanya refleksi guru mampu memperbaiki penerapan strategi pada
siklus II. Hasil penelitian yang dilakukan ternyata sangat baik apabila
diterapkan pada siswa kelas V-1 khususnya mata pelajaran IPS.6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka didapat rumusan
masalah sebagai berikut:

6

Nur Lailatul Warda, Skripsi:Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial)
pada Siswa Kelas V-1 dengan Menggunakan Strategi Synergetic Teaching (Pengajaran
Bersinergi) di MI Salafiyah Bahauddin Ngelom Taman Sidoarjo, (Surabaya: UINSA, 2013), hal
113-115.

7

a. Bagaimana penerapan strategi Synergetic Teaching dalam meningkatkan
hasil belajar siswa pada materi Simple Present Tense siswa kelas V B MI
Islamiyah Ujungpangkah Gresik?
b. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa pada materi Simple Present
Tense dengan menggunakan strategi Synergetic Teachingsiswa kelas V B
MI Islamiyah Ujungpangkah Gresik?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka didapat tujuan
penelitian sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada materi Simple
Present Tensedengan menggunakan strategi Synergetic Teachingsiswa
kelas V B MI Islamiyah Ujungpangkah Gresik.
b. Untuk mengetahui penerapan strategi Synergetic Teaching dalam
meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Simple Present Tense siswa
kelas V B MI Islamiyah Ujungpangkah Gresik.
D. Signifikansi Penelitian
Signifikansi yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Bagi Peneliti
Dapat menjadi wahana dalam mengaplikasikan kemampuan yang telah
diperoleh selama menjalani perkuliahan, sebagai pengalaman yang
berharga dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas, mengetahui

8

permasalahan real yang ada di kelas, sebagai proses adaptasi dengan
lingkungan kelas untuk bekal sebelum menjadi guru yang sesungguhnya,
dan memperoleh wawasan pengetahuan serta keterampilan penggunaan
strategi Synergetic Teaching.
b. Bagi Guru
Menjadi bahan masukan untuk mengatasi permasalahan yang muncul
pada pembelajaran bahasa Inggris, terutama dalam upaya meningkatkan
pemahaman siswa pada materi Simple Present Tense. Selain itu, guru
mampu menambah strategi yang dapat diterapkan saat proses
pembelajaran berlangsung.
c. Bagi Siswa
Siswa tidak merasa bosan dalam belajar sehingga dapat dengan cepat dan
mudah meningkatkan pemahaman terhadap materi yang dipelajari.
d. Bagi Madrasah
Dapat memberikan masukan positif dalam meningkatkan mutu
pendidikan.

9

BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kajian tentang Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan tujuan akhir dilaksanakannya kegiatan
pembelajaran di sekolah. Hasil belajar dapat ditingkatkan melalui usaha
sadar yang dilakukan secara sistematis yang mengarah pada proses
pembelajaran. Akhir dari proses pembelajaran adalah perolehan hasil
belajar siswa. Dari sisi guru, tindak mengajar di akhiri dengan proses
evaluasi hasil belajar, namun dari pihak siswa, hasil belajar merupakan
berakhirnya penggal dan puncak proses belajar.1
Menurut sudjana, hasil belajar adalah kemampuan siswa setelah
menerima

pengalaman

belajar.2

Warsito

mengungkapkan

dalam

Dekdiknas, bahwa hasil dari kegiatan belajar ditandai dengan adanya
perubahan positif yang tertanam dalam diri orang yang belajar. Perubahan
tersebut di antaranya dari segi kemampuan berpikirnya, keterampilannya,
atau sikapnya terhadap suatu objek.
Dari pengertian di atas, pengertian hasil belajar adalah suatu
kemampuan yang dimiliki siswa sebagai hasil dari proses belajar yang di

1

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), 3.
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010),
22.
2

9

10

dalamnya tampak perubahan ke arah positif. Dengan demikian, dapat
disimpulkan apa yang telah diperoleh siswa selama proses belajar dan
mengarah ke perubahan yang positif, baik itu dari segi berpikir, tingkah
laku itu dinamakan hasil belajar. Untuk mengetahui hasil belajar siswa,
dapat dilakukan dengan tes dan pengukuran.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai
berikut:3
a. Faktor internal (dari diri sendiri), antara lain:
(a) Faktor Jasmani (fisiologis) yang meliputi kesehatan yang prima,
tidak dalam keadaan lelah, tidak dalam keadaan cacat. Hal tersebut
dapat mempengaruhi siswa dalam menerima materi pelajaran.
(b) Faktor psikologi. Setiap siswa pada dasarnya memiliki kondisi
psikologis yang berbeda, tentunya hal ini turut mempengaruhi
hasil belajarnya. Beberapa faktor psikologis meliputi intelegensi,
perhatian, minat, bakat, motivasi, dan daya nalar siswa.
b. Faktor eksternal (dari luar diri sendiri), diantaranya:
(a) Faktor lingkungan. Faktor lingkungan dapat mempengaruhi hasil
belajar. Faktor lingkungan ini meliputi lingkungan fisik dan

3

Rusman, Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer Mengembangkan Profesionalisme Guru
Abad 21, (Bandung: Alfabeta, 2012), 124.

11

lingkungan sosial. Lingkungan alam misalnya suhu, kelembapan,
dan lain-lain.
(b) Faktor

instrumental

yaitu

faktor

yang

keberadaan

dan

penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang
diharapkan. Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai
sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar yang direncanakan.
Faktor ini berupa kurikulum, sarana dan prasarana.
3. Indikator Pencapaian Hasil Belajar
Setelah guru menjelaskan materi, diharapkan siswa mampu
untuk memahami materi yang telah dijelaskan guru. Siswa dikatakan
memahami suatu materi apabila memenuhi tingkatan dari ranah
kognitif pada taksonomi bloom. Tingkatan ranah kognitif ini dibagi
dari tingkatan terendah hingga tingkatan yang tertinggi, antara lain: 4
Pertama,

Pengetahuan

(knowledge).

Pada

jenjang

ini

menekankan pada kemampuan dalam mengingat kembali materi yang
telah dipelajari, dan hanya menjawab pertanyaan dari hafalan saja.
Contoh: siswa mampu menjelaskan pengertian dari Simple Present
berdasarkan apa yang dijelaskan guru. Siswa hanya mengulang katakatanya saja.

4

Susi Susanti, (https://santisusanti1995.wordpress.com/2013/12/10/taksonomi-bloom-ranahkognitif-afektif-dan-psikomotor-serta-identifikasi-permasalahan-pendidikan-di-indonesia/),
diunduh pada tanggal 25 April 2017.

12

Kedua, tingkatan pemahaman (comprehension). Pada jenjang
ini, pemahaman diartikan sebagai kemampuan dalam memahami
materi tertentu yang dipelajari. Kemampuan tersebut adalah translasi,
yaitu kemampuan mengubah simbol dari satu bentuk ke bentuk lain;
interpretasi yaitu kemampuan menjelaskan materi; ekstrapolasi yaitu
kemampuan memperluas arti. Jenjang ini, siswa harus mampu
menjelaskan

sendiri

pengertian

dari

Simple

Present

dengan

menggunakan bahasanya sendiri.
Ketiga, tingkatan penerapan (application). Aplikasi diartikan
sebagai kemampuan menerapkan informasi pada situasi nyata, dimana
peserta didik mampu menerapkan pemahamannya dengan cara
menggunakannya secara nyata. Contoh: siswa mampu membuat
contoh Simple Present sesuai dengan kebiasaan sehari-hari.
Keempat, tingkatan analisis (analysis). Pada jenjang ini,
kemampuan menguraikan materi menjadi komponen-komponen yang
lebih jelas. Kemampuan ini dapat berupa analisis elemen/unsur,
analisis hubungan, analisis pengorganisian prinsip.
Kelima, tingkatan sintesis (synthesis). Jenjang ini, sintesis
dimaknai sebagai kemampuan memproduksi dan mengombinasikan
elemen untuk menggabungkan, merangkum materi. Dalam hal ini,
siswa harus mampu merangkum penjelasan guru mulai dari
pengertian, rumus, dan mampu membuat contoh dari Simple Present.

13

Keenam, tingkatan evaluasi (evaluation). Evaluasi diartikan
sebagai kemampuan menilai manfaat suatu hal tujuan tertentu
berdasarkan kriteria yang jelas. Kegiatan ini berkenaan dengan nilai
suatu ide, cara atau metode. Pada jenjang ini siswa dipandu untuk
mendapatkan pengetahuan yang lebih baik.
Dalam tingkatan kognitif, dijabarkan lagi menjadi KKO (Kata
Kerja Operasional) yang sesuai dengan Taksonomi Bloom dalam
pembelajaran oleh Anderson dan Krathwoll, 2001:5
Tabel 2.1
Dimensi Kognitif dan Kata Kerja Taksonomi Bloom dalam
Pembelajaran (Anderson & Karthwohl, 2001)
Dimensi
Kognitif
Mengingat (C1)

Memahami (C2)

Definisi
Memanggil pengetahuan
dari
memori
jangka
panjang
Mengkonstruk makna atau
pengertian
berdasarkan
pengetahuan awal yang
telah diintegrasikan dengan
pengetahuan baru

Mengaplikasikan Menggunakan
prosedur
(C3)
untuk
menyelesaikan
masalah atau tugas
Menganalisis
Menguraikan suatu obyek
(C4)
ke dalam unsur-unsurnya
atau mengaitkan antar
5

Kata Kerja Relevan
Mengidentifikasi

Menafsirkan,
menerjemahkan,
memberi
contoh,
mengklasifikasi,
menyimpulkan,
memprediksi,
membandingkan,
menjelaskan
Melaksanakan,
mengimplementasika
n, menggunakan
Membedakan,
menguraikan,
memilih,

Nur Wakhidah, Strategi Scaffolding Inspiring-Modeling-Writing-Reporting (IMWR) dalam
Menerapkan Pendekatan Saintifik untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan
Penguasaan Konsep, (Disertasi UINSA Surabaya, 2016), 54-55

14

unsur-unsur tertentu

Mengevaluasi
(C5)
Mencipta (C6)

mengorganisasikan,
membuat,
menemukan
koherensi,
menstruktur
keputusan Memeriksa, menguji,
kriteria mengkritik, menilai

Mengambil
berdasarkan
tertentu
Menggabungkan
unsur Merumuskan,
menjadi sesuatu yang baru membuat hipotesis,
merancang,
mendesain,
memproduksi

B. Kajian tentang Strategi
1. Pengertian Strategi Pembelajaran
Pada mulanya istilah strategi digunakan dalam dunia militer yang
dartikan sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk
memenangkan suatu peperangan. Dalam dunia pendidikan, strategi
diartikan sebagai a plan, or series of activities designed to achieves a
particular educational goal (J. R. David, 1976). Sedangkan istilah
pembelajaran merupakan padanan dari kata bahasa Inggris instruction,
yang berarti proses membuat orang belajar. Gagne dan Briggs (1979)
mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu rangkaian kegiatan yang
secara sengaja dirancang untuk mempengaruhi peserta didik agar proses
belajarnya berlangsung dengan mudah.6

6

Mulyono, Strategi Pembelajaran Menuju Efektivitas Pembelajaran di Abad Global, (Malang:
UIN Maliki Press, 2012), hal 7.

15

Kemp (1995) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah
satu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar
tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Senada
dengan pendapat di atas, Dick and Carey (1985) juga menyebutkan bahwa
strategi pembelajaran itu adalah suatu set materi dan prosedur
pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan
hasil belajar pada siswa.7
Dalam buku yang berjudul Belajar dan Pembelajaran Teori dan
Konsep Dasar, pengertian strategi pembelajaran adalah rangkaian
kegiatan dalam proses pembelajaran yang terkait dengan pengelolaan
siswa, guru, kegiatan pembelajaran, lingkungan belajar, sumber belajar
dan penilaian agar pembelajaran lebih efektif dan efisien sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan.8
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi
pembelajaran adalah rencana kegiatan termasuk penggunaan metode dan
pemanfaatan berbagai sumber daya yang didesain untuk mencapai tujuan
dari suatu pembelajaran.

7

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Kencana, 2006), hal 126.
8
Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2012), hal 20.

16

2. Pengertian Strategi Synergetic Teaching
Pembelajaran aktif (Active Learning) itu sendiri merupakan suatu
pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar secara aktif. Dengan
belajar aktif ini, mereka ikut serta dalam setiap proses pembelajaran.
Melalui cara ini juga mereka akan merasakan suasana yang lebih
menyenangkan sehingga hasil belajar dapat dimaksimalkan.
Ada beberapa strategi yang dapat digunakan untuk mengaktifkan
siswa, antara lain Index Card Match (mencari pasangan), Question
Students

Have

(pertanyaan

dari

siswa),

Synergetic

Teaching

(pembelajaran bersinergi), Listening Teams (tim pendengar), Guide Note
Taking (catatan terbimbing), Jigsaw Learning (belajar model jigsaw), dan
masih banyak lagi. Disini peneliti menggunakan strategi Synergetic
Teaching (pembelajaran bersinergi).
Strategi Synergetic Teaching adalah strategi pembelajaran yang
menggunakan dua cara belajar yang berbeda. Pembelajaran ini memberi
kesempatan kepada siswa untuk saling berbagi hasil belajar dari materi
yang sama dengan membandingkan catatan.9
3. Langkah-Langkah Pelaksanaan Strategi Synergetic Teaching
Langkah-langkah penggunaan strategi synergetic teaching adalah
sebagai berikut:

9

Melvin L. Silbermen, Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif, (Bandung: Nusamedia,
2006), hal 128.

17

a. Guru membagi kelas menjadi dua kelompok
b. Kelompok pertama dipindahkan ke kelas lain, atau tempat lain dengan
memberi mereka bacaan tentang materi yang akan dibahas. Guru
memastikan bahwa bacaan dapat dipahami dengan baik dan sesuai
c. Dalam waktu yang sama, guru menyampaikan materi tersebut kepada
kelompok kedua dengan metode ceramah di kelas
d. Setelah selesai, siswa diminta untuk berpasangan dengan kawan yang
tadi menerima pelajaran dengan cara yang berbeda. Anggota
kelompok satu mencari kawan dari anggota kelompok dua
e. Keduanya diminta untuk menggabungkan hasil belajar yang mereka
peroleh dengan cara yang berbeda tersebut
f. Guru meminta beberapa siswa untuk menyampaikan hasil belajar
mereka atau menjawab pertanyaan yang sudah disiapkan
g. Guru memberi penjelasan untuk setiap jawaban siswa yang dirasa
belum jelas10
Dengan strategi ini, selain memberikan kesempatan kepada siswa
untuk saling berbagi hasil belajar, juga dapat mengakrabkan siswa satu
dengan yang lainnya.
4. Manfaat Strategi Synergetic Teaching
Belajar memerlukan interaksi aktif antara guru dan siswa. Guru
yang hanya bercerita dan berceramah tidak akan memberikan hasil yang
10

Sihabuddin, Strategi Pembelajaran SAL (Student Active Learning),... hal 10.

18

maksimal kedapa siswa karena pembelajaran yang baik adalah
pembelajaran yang melibatkan siswa untuk aktif dalam proses
pembelajaran. Adapun manfaat dari strategi Synergetic Teaching sebagai
berikut:
a. Mengaktifkan kerja otak
Melalui strategi Sinergetic Teaching, siswa diajak secara aktif
baik di dalam maupun di luar kelas. Mereka diberi tanggung jawab
untuk menguasai pelajaran untuk mereka presentasikan atau diajarkan
kepada teman kelasnya. Ketika siswa belajar aktif, berarti mereka
mendominasi aktivitas pembelajaran. Dengan ini mereka secara aktif
menggunakan otak, baik untuk menemukan ide pokok dari materi
pelajaran hingga mengaplikasikan apa yang baru mereka pelajari ke
dalam persoalan yang ada dalam kehidupan nyata.
b. Tidak mudah melupakan materi pelajaran
Ketika siswa pasif atau hanya menerima materi dari guru, ada
kecenderungan untuk cepat melupakan apa yang telah diberikan.
Dengan strategi Synergetic Teaching yang mengaktifkan siswa, maka
pelajaran akan susah untuk dilupakan, karena disini siswa berperan
sebagai student centered.
c. Proses pembelajaran yang menyenangkan
Strategi Synergetic Teaching merupakan strategi pembelajaran
yang mengajak siswa untuk belajar secara aktif. Dengan cara ini,

19

siswa turut serta dalam proses pembelajaran, sehingga tercipta suasana
belajar yang menyenangkan dan ceria.
C. Kajian tentang Bahasa Inggris
1. Pembelajaran Bahasa Inggris
Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh
seseorang dalam pergaulannya atau hubungannya dengan orang lain.
Bahasa merupakan alat bergaul. Oleh karena itu, penggunaan bahasa
menjadi efektif sejak seorang individu memerlukan berkomunikasi
dengan orang lain.11
Di sekolah, perkembangan bahasa anak diperkuat dengan
diberikannya mata pelajaran bahasa ibu dan bahasa Indonesia (bahkan di
sekolah tertentu diberikan bahasa Inggris). Dengan diberikannya bahasa
di sekolah, para siswa diharapkan dapat menguasai dan menggunakannya
sebagai alat untuk (1) berkomunikasi secara baik dengan orang lain; (2)
mengekspresikan pikiran, perasaanm sikap, atau pendapatnya; (3)
memahami isi dari setiap bahan bacaan yang dibacanya.12
Bahasa Inggris sebagai salah satu bahasa internasional yang
memiliki peranan penting untuk berkomunikasi dengan dunia luar. Salah
satu aspek yang perlu dikuasai oleh siswa adalah kemampuan berbahasa
11

Sunarto dan Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), hal
136.
12
Rizky Wuning Cahyani, Skripsi: Peningkatan Kemampuan Vocabulary Bahasa Inggris
Menggunakan Media Scrabble Pada Kelas III MI Salafiyah Bahauddin Ngelom Taman Sidoarjo,
(Surabaya: UINSA, 2014) hal 13.

20

Inggris yang baik, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan bahasa Inggris
yang baik harus menguasai keempat keterampilan berbahasa, kosa kata,
dan tata bahasa (grammar).
Dalam bahasa Inggris terdapat tiga komponen, yaitu tata bahasa
(grammar), kosa kata (vocabulary), dan pelafalan (pronounciation).13
a. Tata bahasa (grammar) merupakan pola dan aturan yang harus diikuti
bila mau belajar suatu bahasa yang benar.
b. Kosa kata (vocabulary) merupakan kumpulan kata yang dimiliki oleh
suatu bahasa dan memberikan makna ketika menggunakan bahasa
tersebut.
c. Pelafalan (pronounciation) adalah cara mengucapkan kata-kata suatu
bahasa.
2. Pengertian Simple Present Tense
Simple Present Tense adalah pola kalimat yang digunakan untuk
menunjukkan bahwa kegiatan atau pekerjaan dilakukan sebagai kebiasaan
atau sesuatu yang bersifat rutin.14 Bentuk present tense adalah bentuk
pertama dari kata kerja (V1) dengan menambah s/es untuk pelaku tunggal
(he, she, it, Kittie, Een) dan tanpa s/es (I, you, they, we) untuk pelaku

13

Aroyad, Pembelajaran Komponen Bahasa,
(http://aroyad.wordpress.com/2013/12/14/pembelajaran-komponen-bahasa), diunduh tanggal 5
Oktober 2016.
14
M. Pangesti, Cara Mudah Belajar Grammar dan Conversation dalam Bahasa Inggris Sistem
Cepat, (Yogyakarta: Bintang Cemerlang, 2000), hal 40.

21

jamak. Bisa juga dengan menggunakan bentuk ‘to be’ (am, are, is)
sebagai kata kerja.
Penggunaan Present Tense digunakan ketika:
a. Untuk menunjukkan keadaan/tindakan kebiasaan (habitual action)
b. Untuk menggambarkan kenyataan, kebenaran, dan gejala umum
(general truth/facts)15
Biasanya, untuk menandakan kebiasaan dan fakta, terdapat
keterangan waktu dan rekuensi dalam kalimat, seperti everyday, every
mont, every year, always, often, usually, never.16 Dalam Present Tense,
pola kalimat terdiri dari kalimat positif, negatif, dan interrogatif.
a) Kalimat positif
Pola kalimat : S + Verb I + Obj/Adj/Adverb, untuk kalimat verbal
S + to be + Obj/Adj/Adverb, untuk kalimat nominal
Catatan : Berlaku penambahan s/es sesuai dengan subyek
Contoh:

We get up at 5 o’clock every morning, untuk kalimat verbal
We are very happy at present, untuk kalimat nominal

b) Kalimat negatif
Untuk kalimat negatif dalam Simple Present Tense menggunakan
kata kerja bantu (auxiliary verb) “do dan does”.
Pola kalimat
15

:

Sofia Rangkuti dan Hasibuan, English Language Structure A Complete Reference Book, (Jakarta:
Djambatan, 1996), hal 53.
16
Muntaha dan Alimin, Mastering English Grammar, (Gresik: Palanta, 2009), hal 137.

22

S + do/does not + Verb I + Obj/Adj/Adverb, untuk kalimat verbal
S + „to be’ (am, are, is) not + Obj/Adj/Adverb, untuk kalimat
nominal
Catatan :
(a) Untuk subyek I, You, They, We menggunakan auxiliary do.
Sedang untuk subyek She, He, It, Name menggunakan auxiliary
does.
(b) Penambahan s/es pada kalimat negatif tidak berlaku, sehingga
kata kerja kembali ke bentuk awal.
Contoh

: She Does not go to school, untuk kalimat verbal
I am not very hungry, untuk kalimat nominal

c) Kalimat interrogatif
Untuk kalimat interrogatif, auxiliary verb, “do/does” diletakkan di
awal kalimat.
Pola kalimat:
Do/Does + S + Obj/Adj/Adverb, untuk kalimat verbal
Am, Are, Is + S + Obj/Adj/Adverb, untuk kalimat nominal
Catatan :
(a) Penambahan s/es tidak berlaku
(b) Jawaban

dari

kalimat

pertanyaan

jika

menunjukkan

setuju/kebenaran, maka di jawab Yes, S + auxiliary/to be

23

(c) Jawaban dari kalimat interrogatif jika menunjukkan tidak setuju,
maka di jawab No, S + auxiliary/to be not
(d) Untuk pertanyaan yang di awali Are, maka jawabannya harus
menggunakan subyek I
Contoh:
Do they cook delicious food? Untuk kalimat verbal
Yes, they do / No, they do not
Are you very happy in this morning? Untuk kalimat nominal
Yes, I am/ No, I am not

24

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas
(Classroom Action Research). Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian
yang dilakukan guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan
tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga proses
pembelajaran dapat berjalan dengan baik, dan hasil belajar siswa meningkat.1
Menurut Sumadi penelitian tindakan merupakan penelitian yang bertujuan
mengembangkan keterampilan-keterampilan baru atau cara pendekatan baru
dan untuk memecahkan masalah dengan penerapan langsung di dunia kerja
atau dunia aktual lainnya2.
Tujuan PTK sendiri adalah untuk memecahkan masalah, memperbaiki
kondisi, mengembangkan dan meningkatkan mutu pembelajaran. Sementara
Suharsimi menyatakan PTK merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan
belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam
sebuah kelas secara bersama3. Tindakan yang diambil dalam penelitian ini
berupa penggunaan strategi Synergetic Teaching untuk meningkatkan
kemampuan memahami materi Simple Present Tense.
1

Hamzah B. Uno dkk, Menjadi Peneliti PTK yang Profesional, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), hal
41.
2
Suryabrata Sumadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010), 94.
3
Suharsimi Arikunto dkk., Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: Bumi Aksara, 2014), 3.

24

25

B. Setting dan Subjek Penelitian
1. Setting Penelitian
a. Waktu Penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan setiap hari
Minggu pada tanggal 05 dan 19 Maret 2017. Dimana untuk siklus I
dilakukan pada tanggal 05 Maret 2017 dan untuk siklus II pada
tanggal 19 Maret 2017. Berikut adalah jadwal pelaksanaan penelitian
pembelajaran untuk mata pelajaran bahasa Inggris adalah:
Tabel 3.1
Jadwal Penelitian Tindakan Kelas
No
1
2

Mata Pelajaran
Bahasa Inggris
Bahasa Inggris

Waktu
05 Maret 2017
19 Maret 2017

Ket
Siklus I
Siklus II

b. Lokasi Penelitian
Peneliti melakukan penelitian tindakan kelas di MI Islamiyah
Ujungpangkah Gresik yang beralamat di jalan Setro Barat No 09 Desa
Pangkah Kulon Kecamatan Ujungpangkah Kabupaten Gresik Propinsi
Jawa Timur. Lokasi penelitian ini tidak jauh dari rumah peneliti yaitu
kurang lebih 200 meter, sehingga dapat dengan mudah dijangkau
peneliti.

26

2. Subjek Penelitian
Subjek dari penelitian tindakan kelas yang dilakukan peneliti
adalah siswa kelas V MI Islamiyah Ujungpangkah Gresik. Kelas V ini
dibagi menjadi dua kelas, yaitu kelas V A dan V B. Peneliti memilih kelas
V B untuk dijadikan penelitian tindakan kelas, dimana dalam satu kelas
berjumlah 26 siswa, terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 12 siswa
perempuan.
C. Prosedur Persiapan Penelitian dan Rencana Tindakan
1. Prosedur Persiapan Penelitian
Prosedur penelitian yang ditempuh peneliti adalah sebagai
berikut:
a. Membuat proposal permohonan ijin untuk melakukan penelitian yang
selanjutnya

dikonsultasikan

terlebih

dahulu

kepada

dosen

pembimbing.
b. Mengajukan surat permohonan ijin penelitian kepada kepala dekan
fakultas Tarbiyah dan Keguruan UINSA Surabaya yang ditujukan
kepada kepala MI Islamiyah Ujungpangkah Gresik.
c. Meminta ijin kepada kepala MI tempat penelitian yang akan
dilaksanakan.
d. Mengadakan observasi di MI tempat penelitian.
e. Menentukan jadwal dan waktu untuk melakukan penelitian atau
pengambilan data.

27

f. Menyiapkan instrumen penelitian, termasuk juga angket dan informasi
lain yang diperlukan untuk pengambilan data.
g. Pengambilan data.
2. Rencana Tindakan
Model yang digunakan peneliti dalam PTK ini adalah model
Kurt Lewin yang menjelaskan bahwa di setiap siklu mencakup 4 hal yang
harus dilakukan dalam proses penelitian tindakan yakni perencanaan
(planning), tindakan (acting), observasi (observing), dan refleksi
(reflecting). Pelaksanaan penelitian tindakan adalah proses yang terjadi
dalam suatu lingkaran yang terus-menerus. Apabila digambarkan, proses
penelitian tindakan adalah sebagai berikut: 4
Perencanaan

Refleksi

Tindakan

Observasi
Gambar 3.1
Penelitian Tindakan Model Kurt Lewin
Perencanaan (planning) adalah proses menentukan program
perbaikan yang berangkat dari suatu ide gagasan peneliti; sedangkan
4

Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Kencana, 2010), hal 49-50.

28

tindakan (acting) adalah perlakuan yang dilakukan oleh peneliti sesuai
dengan perencanaan yang telah disusun oleh peneliti. Observasi
(observating) adalah pengamatan yang dilakukan untuk mengetahui
efektivitas tindakan atau mengumpulkan informasi tentang berbagai
kelemahan (kekurangan) tindakan yang telah dilakukan. Refleksi
(reflecting) adalah kegiatan analisis tentang hasil observasi hingga
memunculkan program atau perencanaan baru.5
Sesuai dengan rancangan penelitian yang terdiri dari tiga
tahapan, yaitu pra siklus, siklus I dan siklus II. Peneliti menjabarkan
rencana tindakan di setiap siklus sebagai berikut:
a. Sebelum melakukan PTK (Pra Siklus), terlebih dulu peneliti
melakukan observasi awal untuk (1) menemukan masalah; (2)
melakukan identifikasi masalah; (3) menentukan batasan masalah; (4)
menganalisis masalah dengan menentukan faktor yang diduga sebagai
penyebab utama terjadinya masalah; (5) merumuskan hipotesis
tindakan

sebagai

pemecah

masalah;

(6)

merumuskan

judul

perencanaan kegiatan pembelajaran berbasis PTK.
b. Siklus I
a) Tahap perencanaan (planning)
Dalam tahap perencanaan, peneliti menyusun RPP dengan
materi Simple Present Tense (verbal sentence). Setelah RPP
5

Ibid,. Hal 50.

29

selesai dibuat kemudian diserahkan guru dan diteliti jika masih
ada hal yang kurang tepat. Langkah selanjutnya adalah
menyiapkan perangkat tes hasil belajar yang memuat indikator
penguasaan materi tersebut. Perangkat tes yang digunakan adalah
tes tulis menjodohkan, jawaban singkat dan uraian. Di mana tes
menjodohkan terdiri dari 8 soal, jawaban singkat terdiri dari 5
soal, dan uraian terdiri dari 3 soal. Langkah terakhir dalam tahap
perencanaan adalah menggunakan strategi Synergetic Teaching
dalam

pembelajaran

materi

Simple Present

Tense

untuk

meningkatkan kemampuan memahami materi tersebut.
b) Tahap pelaksanaan tindakan (acting)
Peneliti menggunakan alokasi waktu 2 x 35 menit dalam
tahap pelaksanaan ini. Kegiatan pembelajaran di tahap ini peneliti
mengaplikasikan semua kegiatan yang terdapat dalam RPP.
Setelah kegiatan pendahuluan, peneliti menjelaskan pengertian
dari Simple Present Tense kemudian siswa disuruh untuk
mempelajari materi tersebut di buku paket selama 3menit.
Kemudian siswa dalam kelas dibagi menjadi dua kelompok.
Kelompok satu terdiri dari siswa yang duduk di sebelah kanan dan
kelompok dua adalah siswa yang duduk di sebelah kiri. Untuk
kelompok satu tetap berada di kelas untuk mendengarkan

30

penjelasan dari guru, sedang kelompok dua berada diperpustakaan
membaca materi yang terdapat di buku paket.
Setelah itu, kelompok satu kembali ke kelas dan guru
mengajak diskusi singkat yang terdiri dari 6 siswa mengenai hal
yang telah dipelajari. Di sini guru hanya memantau diskusi siswa
tersebut dan memberikan klarifikasi pada saat akhir diskusi. Guru
mengjak siswa untuk ice breaking sebelum mengerjakan tes.bagi
siswa yang salah diberi hadiah berupa pertanyaan tentang materi
yang sudah dipelajari. Limamenit kemudian, guru membagikan
LKS. Dua siswa disuruh menyimpulkan tentang materi Simple
present Tense (verbal sentence).
c) Tahap observasi (observating)
(1) Mengamati

perilaku

siswa

dalam

mengikuti

kegiatan

pembelajaran pada siklus I
(2) Memantau

kegiatan

diskusi

tentang

materi

Simple

present Tense (verbal sentence)
(3) Mengamati pemahaman tiap-tiap anak terhadap penguasaan
materi yang telah dirancang pada siklus I
d) Tahap refleksi (reflecting)
Setelah pelaksanaan tindakan dilakukan, maka langkah
selanjutnya adalah tahap refleksi. Dalam refleksi ini peneliti
menganalisis hasil evaluasi tertulis, hasil lembar observasi siswa

31

dan guru. Setelah semua data berhasil dianalisis peneliti bersama
guru merefleksikan bagaimana hasil tindakan yang telah
dilakukan, apakah sudah sesuai dengan tujuan penelitian atau
belum sesuai dengan tujuan penelitian. Peneliti meminta masukan
dari guru untuk melakukan langkah-langkah perbaikan untuk
dilaksanakan pada siklus selanjutnya.
c. Siklus II
a) Tahap perencanaan (planning)
Dalam tahap perencanaan di siklus II, peneliti meembuat
RPP berdasarkan refleksi dari siklus I dan penetapan alternatif
pemecahan masalah. Selain itu, peneliti juga mengembangkan
program tindakan dari siklus I.
b) Tahap pelaksanaan tindakan (acting)
Melaksanakan pembelajaran bahasa Inggris materi Simple
Present Tense dengan menggunakan strategi synergetic teaching
sesuai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) hasil refleksi
pada siklus I dan dengan menggunakan bantuan media kartu kecil
berisi kata kerja/kata sifat.
c) Tahap observasi (observating)
(1) Mengamati perilaku siswa dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran pada siklus II.

32

(2) Memantau

kegiatan

diskusi

tentang

materi

Simple

present Tense (nominal sentence)
(3) Mengamati pemahaman tiap-tiap anak terhadap penguasaan
materi yang telah dirancang pada siklus II
d) Tahap refleksi (reflecting)
Melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus I dan siklus
II serta diskusi dengan guru kolaborator untuk mengevaluasi dan
membuat kesimpulan atas pelaksanaan pembelajaran bahasa
Inggris materi simple present tense melalui strategi synergetic
teaching setelah melaksanakan serangkaian kegiatan mulai dari
siklus I sampai siklus II.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan oleh peneliti
dalam mengupulkan data agar memudahkan pekerjaan dan hasilnya akurat
serta sistematis jadi mudah diolah. Instrumen yang digunakan oleh peneliti
antara lain:
1. RPP
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran disusun untuk setiap atau
beberapa kali pelaksanaan pembelajaran yang akan dilakukan guru.
Dengan demikian RPP adalah rencana paling operasional dari guru
sebelum guru tersebut melaksanakan pembelajaran. Dalam penelitian
tindakan kelas ini, peneliti membuat dua RPP dengan materi yang

33

berbeda namun strateginya sama. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
pada siklus I materinya Simple Present Tense (verbal sentence), pada
siklus II Simple Present Tense (nominal sentence). Kedua siklus ini
menggunakan strategi Synergetic Teaching.
Berikut adalah langkah kegiatan dalam RPP pada siklus I:
Tabel 3.2
Langkah Kegiatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I
KEGIAT
AN
Pendahul
uan

Inti

DESKRIPSI KEGIATAN

METODE

- Guru mengucapkan salam
- Salah satu siswa memimpin
doa,
kemudian
guru
mengabsen siswa
- Guru
menyampaikan
apersepsi dengan rumus ceramah
Simple Present Tense
- Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran
- Siswa diberikan lagu ice
breaking,
“are
you
ready?”(terlampir)
 Eksplorasi
- Guru menjelaskan pengertian Ceramah
dari Simple Present Tense
- Siswa
menggali
pengetahuannya
tentang
Simple Present Tense dari
buku
siswa
(buku
paket/LKS)
 Elaborasi
- Guru
membagi
siswa
menjadi
2
kelompok,
kelompok 1 adalah anak yang
duduk di sebelah kanan dan
kelompok 2 adalah anak yang

WAKTU

10 menit

50 menit
5 menit

34

duduk di sebelah kiri.
Kelompok 1 diminta untuk
tetap berada di kelas, sedang
kelompok 2 berada di
perpustakaan. Cara belajar
kelompok
1
yaitu
mendapatkan
materi
langsung dari guru, untuk
kelompok 2, mereka belajar
sendiri dengan membaca dan
memahami
materi
yang
terdapat di buku.
- Setelah 15 menit berlalu,
kelompok 2 kembali ke
kelas. Guru memberikan
instruksi/perintah
untuk
berdiskusi selama 5 menit
secara berpasangan (satu
bangku).
- Siswa diajak bermain tebak
angka, yaitu apabila guru
memegang dada dengan
tangan menyilang siswa
mengucapkan “One”, apabila
guru mengepalkan tangan
kanan ke depan siswa
mengucapkan “Two”, dan
apabila guru mengepalkan
kedua tangan ke depan lalu
ditarik ke bawah siswa
mengucapkan “Three” atau
sebaliknya.
- Siswa mengerjakan LKS
yang sudah disiapkan guru
- Siswa mengumpulkan LKS
yang sudah dikerjakan
 Konfirmasi
Siswa ditanyai oleh guru
tentang hal yang belum
dipahami

Cermah dan
diskusi

20 menit

Performanc
e

5 menit

Penugasan
15 menit
Ceramah
5 menit

35

Penutup

- Dua siswa ditunjuk untuk
membuat kesimpulan tentang
materi yang sudah dipelajari
Ceramah
hari ini
- Siswa bersama-sama berdoa
untuk mengakhiri kegiatan
pembelajaran
- Guru mengucapkan salam
penutup

10 menit

Langkah kegiatan pembelajaran di siklus II adalah sebagai berikut:
Tabel 3.3
Langkah Kegiatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II
KEGIAT
AN
Pendahul
uan

Inti

DESKRIPSI KEGIATAN

METODE

- Guru mengucapkan salam
- Salah satu siswa memimpin
doa,
kemudian
guru
mengabsen siswa
- Guru
menyampaikan Ceramah
apersepsi dengan rumus
Simple
Present
Tense
(nominal sentence)
- Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran
- Siswa diberikan ice breaking,
“macam-macam to be”
 Eksplorasi
- Guru
mengulas
materi Ceramah
kemarin
- Siswa mempelajari rumus
Simple
Present
Tense
(nominal sentence) dari buku
siswa (buku paket/LKS)
 Elaborasi
- Guru
membagi
siswa

WAKTU

10 menit

50 menit
5 menit

36

Penutup

menjadi
2
kelompok,
kelompok 1 adalah anak yang
duduk di sebelah kiri dan
kelompok 2 adalah anak yang
duduk di sebelah kanan.
Kelompok 1 diminta untuk
tetap berada di kelas, sedang
kelompok 2 berada di
perpustakaan. Cara belajar
kelompok
1
yaitu
mendapatkan
materi
langsung dari guru, untuk
kelompok 2, mereka belajar
sendiri dengan membaca dan
memahami
materi
yang
terdapat di buku.
- Setelah 15 menit berlalu,
kelompok 2 kembali ke
kelas. Guru memberikan
instruksi/perintah
untuk
berdiskusi selama 5 menit
secara berpasangan (satu
bangku)
- Siswa diajak untuk bernyanyi
sambil
bermain,
“konsentrasi”
- Siswa mengerjakan LKS
yang suda

Dokumen yang terkait

Penerapan Pendekatan Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (Ctl) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS

0 5 205

Peningkatan hasil belajar siswa dengan metode diskusi pada mata pelajaran IPS di kelas V MI Ta’lim Mubtadi I Kota Tangerang

0 12 121

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN STRATEGI CRITICAL INCIDENT MATA PELAJARAN Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Strategi Critical Incident Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Materi Mengarang Pada Siswa Kelas V SD Negeri 1 Juru

0 3 15

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN STRATEGI CRITICAL INCIDENT MATA PELAJARAN Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Strategi Critical Incident Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Materi Mengarang Pada Siswa Kelas V SD Negeri 1 Juru

0 9 21

Upaya meningkatkan kemampuan menjelaskan materi pesawat sederhana di kelas V MI Islamiyah Ujungpangkah Gresik melalui pemanfaatan alat peraga.

0 1 117

Peningkatan kemampuan menemukan ide pokok paragraf dalam pelajaran Bahasa Indonesia melalui strategi The Power Of Two pada siswa Kelas IV Di MI Ihyaul Islam Ujungpangkah Gresik.

0 0 120

Peningkatan pemahaman mata pelajaran IPA materi benda dan sifatnya melalui strategi guided note taking pada siswa kelas 4 di MI Islamiyah Geluran.

1 1 102

Peningkatan hasil belajar kosakata bahasa inggris materi Weather melalui metode the learning cell siswa kelas V MI Islamiyah Nurul Anwar Montong Tuban.

0 1 101

Peningkatan pemahaman mata pelajaran PKn materi harga diri melalui metode pair check pada siswa kelas III MI Ihyaul Ulum Canga’an Ujungpangkah Gresik.

0 0 144

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI METODE DEBAT PADA SISWA KELAS V MI TARBIYATUL AKHLAQ GRESIK.

0 0 128