Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pemahaman Konsep Fungsi pada Siswa SMP Negeri 01 (RSBI) Salatiga T1 202008089 BAB II
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1.
Pengertian Konsep
a. Konsep
Konsep (concept ), atau sering disebut juga const ruct , lat ent variable dan
variabel,
unobserved
adalah
simbol
yang
digunakan
untuk
memaknai
fenomenon, Ihalauw (2008). Husserl
dalam Manalaksak (2004), menyatakan
bahwa fenomena merupakan seluruh kenyataan sejauh disadari dan proses
masuknya fenomena adalah konstitusi, maka pada Sartre, simbol
merupakan penghimpunan pengertian antara fenomena dan konstitusi,
yang hasilnya adalah terbentuknya representasi objek di dalam kesadaran,
sehingga bilamana pengamatan tidak terjadi, objek tersebut tetap ada
dalam kesadaran dalam bentuk perwakilannya.
Sebuah konsep muncul karena dibentuk, untuk m embentuk sebuah
konsep diperlukan tiga unsur sebagaimana tampak dari peraga. M enurut Dubin
dalam Ihalauw (2008) ketiga unsur itu meliputi simbol, muatan makna
(konsepsi), dan fenomenon. Simbol
dapat berbentuk kata tunggal, kata
majemuk, kalimat pendek, atau jika dalam matematika sering berbentuk notasi.
Russeffendi dalam Hajiyati (2008) menggemukakan bahw a konsep
dalam matematika adalah ide atau gagasan yang memungkinkan kita untuk
mengelompokan tanda (objek) kedalam contoh. Atau dapat diartikan bahw a
konsep matematika abstrak yang memungkinkan kita untuk mengelompokan
(mengklasifikasikan) objek atau kejadian. Konsep dapat dipelajari definisi atau
pengamatan
langsung seperti
melihat, mendengar, mendiskusikan, dan
memikirkan tentang kebenaran contoh
b.
Konsepsi
Konsepsi menurut Sarkim (2009), adalah proses pembentukan konsep
atau pengetahuan pada umumnya, yang dilakukan oleh orang yang belajar.
Teori dari Piaget menjelaskan konsepsi melalui pengertian-pengertian skema,
asimilasi, akomodasi dan ekuilibrasi. Konsepsi diisi ke dalam sebuah simbol
dinyatakan melalui definisi supaya menghilangkan kerancuan, mengurangi
kekaburan, menjelaskan secara teoritis, serta mempengaruhi sikap hal ini sesuai
dengan pendapat Ihalauw (2008).
6
2.
Pola Pikir Sisw a
Aliran terapi Gestalt dalam Suryadi (2005) memandang bahw a pola pikir
siw a terbentuk melalui konsep atau pengetahuan baru yang merupakan struktur
terorganisir dan masalah bagi anak. M enurut aliran Gestalt, dengan bantuan
guru, anak secara tidak langsung diberikan kesempatan untuk menganalisis
masalah-masalah yang diberikan untuk menjadi struktur yang lebih sederhana
sehingga mudah dipahami anak. Setelah anak menyusun atau mensintesis
masalah itu berdasarkan struktur yang lebih sederhana dan sudah dimengerti
anak. Selanjutnya anak mensintesis konsep atau pengetahuan dalam bentuk
yang lebih umum. Akhirnya anak mencoba melakukan penerapan dari konsep
yang sudah dipelajarinya
3.
Pemahaman Konsep Siswa.
Pembelajaran matematika, kini yang diperlukan tidak lagi mentransfer
pengetahuan. Pembelajaran matematika itu memberikan lingkup belajar bagi
murid agar dapat termotivasi untuk menggali sendiri pengetahuan matematika
(Hudojo, 2005), sehingga, sisw a dilatih untuk memahami sendiri setiap konsep
matematika.
Setiap siswa memiliki pemahaman konsep yang berbeda, pemahaman
konsep bergantung pada pengalaman dan perspektifnya yang dipergunakan
dalam menginterprestasikan pengalaman itu. Keanekaragaman pemahaman
dan pengetahuan itu bisa benar atau salah (Dew i, 2006).
4.
Konsep Fungsi
a. Fungsi
Di dalam logika, pertalian antara berbagai proposisi tidaklah sekedar
untuk membentuk serangkaian proposisi yang memiliki pola tertentu, namun
juga memiliki tujuan untuk menentukan nilai kebenaran (t rut h value). Untuk
memperoleh kebenaran, maka masing-masing term dalam sebuah proposisi
perlu diikat oleh aturan. Aturan yang mengikat proposisi dalam menyusun
proses penalaran inilah yang dikenal sebagai “ Fungsi” . Istilah “ Fungsi” telah
muncul dalam geometri analitik Descartes tahun 1637. Leibniz memasukkan
istilah ini ke dalam matematika pada 1694 dan Bernoulli menggunakan istilah
tersebut pada 1698. Penggunaan dew asa ini sering dilambangkan dengan notasi
“ f(x)” yang diperkenalkan oleh Euler pada 1734 Bagus (2000).
b. Konsep Fungsi
Konsep adalah ” ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiw a
kongkret.” Fungsi adalah ” besaran yang berhubungan, jika besaran berubah,
7
maka yang lain juga berubah.” Soedjadi (2000).
Pengertian konsep dalam matematika menurut Bahri (2008) adalah ide
abstrak yang memungkinkan seseorang menggolongkan objek atau kejadian
dalam menentukan apakah objek atau kejadian merupakan contoh atau bukan
contoh ide abstrak itu
Konsep fungsi dalam matematika umumnya diartikan sebagai pemetaan
yang menghubungkan dua himpunan yang terpisah, yaitu daerah asal (domain )
dan daerah hasil atau jelajahan (range). Bertrand Russell menuangkan
pendapatnya tentang pengertian fungsi yang berhubungan dengan keberadaan
himpunan di dalam konsep tentang logika hubungan yang berkaitan dengan
relasi antar himpunan. Persamaan atau kesamaan akan terjadi apabila jumlah
anggota himpunan yang berhubungan adalah sama, sehingga satu anggota
daerah asal berhubungan hanya dengan satu anggota daerah hasil Edw ards
dalam M analaksak (2004).
B. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kusnanto (1998) dengan
judul “ Kesulitan-kesulitan dan M iskonsepsi tentang Konsep Fungsi pada
M ahasisw a” . Penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan bahw a pola pikir
tentang konsep fungsi mahasisw a saat ini masih terpengaruh dengan konsep
yang mereka terima sew aktu di sekolah menengah dulu. M engingat konsep
fungsi yang merupakan bagian penting dari matematika sudah harus diajarkan
sejak sisw a berada di sekolah menengah baik sekolah manengah pertama
maupun sekolah menengah umum, dan konsep fungsi seringkali sulit dipahami,
maka sebaliknya dalam pengajaran konsep fungsi disajikan fungsi-fungsi dalam
bentuk grafik dan dalam bentuk aljabar dalam jumlah yang sama banyaknya.
Berdasarkan
pengamatan
di
atas
dapat
disimpulkan
bahw a
mahasisw a/ sisw a lebih mudah mempelajari fungsi dalam bentuk grafik daripada
dalam bentuk aljabar. Penyajian secara grafik lebih komunikatif karena daerah
asal, daerah jelajah, dan aturan korespondensinya dapat diamati sekaligus, juga
karakter fungsi lebih mudah dilihat. Beberapa buku teks matematika di sekolahsekolah menengah saat ini, penyajian fungsi secara aljabar selalu ditampilkan
lebih dulu daripada penyajian grafik fungsi. Penyajian bentuk grafik untuk
konsep fungsi dapat diberikan di aw al pengenalan fungsi.
Hasil penelitian kelas ini diharapkan dapat menjadi data baru untuk
pengembangan kurikulum sekolah menengah berkaitan dengan konsep fungsi.
Disamping itu hasil penelitian ini dapat mengarahkan ke pengembangan
8
pengajaran konsep fungsi melalui metode penemuan, pemecahan masalah, dan
investigasi matematika. Hal ini sesuai dengan pendapat Soedjadi (1996) yang
menyarankan penerapan konstruktivisme, dalam pembahasan disini dapat
diartikan sebagai mahasisw a/ sisw a perlu mengkonstruksikan sendiri konsep
fungsi yang dipelajari, sedangkan guru hanya bertindak sebagai fasilitator.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Duskri (2005) dalam judulnya
“ Analisis Pemahaman Konsep Fungsi pada M ahasisw a Jurusan Pendidikan
M atematika Angkatan 2005.” memperoleh kesimpulan bahw a pemahaman
konseptual fungsi mahasisw a secara umum dikategorikan dalam batas cukup.
Pemahaman secara konseptual ini dapat dirinci lagi pada pemahaman secara
simbolik dan pemahaman pengguanaan prinsip sehingga secara lebih khusus
dapat disimpulkan berikut ini. Pemahaman mahasisw a secara simbolik dan
dengan bahasa sendiri cukup .
Pemahaman mahasisw a pada penggunaan
prinsip fungsi dalam menyelidiki keberadaan fungsi rendah . Pemahaman
prosedural mahasisw a pada konsep fungsi secara umum baik. Secara lebih
khusus pemahaman secara prosedural ini diperoleh kesimpulan berikut.
Pemahaman mahasisw a dalam mencari nilai suatu fungsi dengan diberikan
fungsinya adalah istimew a. Pemahaman mahasisw a dalam mencari nilai fungsi
dalam
bentuk
diagram
panah
dan
diagram
cartsius tergolong cukup .
Pemahaman mahasisw a dalam mencari selesaian nilai fungsi dengan stubtiusi
langsung nilai fungsi yang diberikan dengan prinsip fungsi yang berbeda rendah .
Pemahaman mahasisw a secara konseptual dan prosedural serta pemahaman
prosedural dan konseptual mahasisw a pada konsep fungsi secara umum
rendah. Secara lebih khusus pemahaman secara prosedural dan konseptual
diperoleh kesimpulan berikut: Pemahaman
mahasisw a secara Substitusi
Langsung Daerah Asal (SLDA) alami konsep fungsi terlalu rendah. Pemahaman
mahasisw a cara stubtitusi langsung pada konsep fungsi terlalu rendah.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Gusni (2008) dengan judul
“ M enggunakan Fungsi-fungsi untuk M embuat Konesi-koneksi M atematika” .
M enghasilkan sebuah kesimpulan dalam standart Kurikulum dan Evaluasi
M atematika Sekolah, Nat ional Council of Teachers of M at hemat ic (NCTM ), salah
satu tema utama dalam studi matematika adalah mengenai fungsi. Standar
penelitian ini menekankan pada eksplorasi sisw a tentang pola-pola dan relasirelasi. Standar-standar tersebut menganjurkan penetapan dasar yang kuat pada
konsep fungsi dengan menggunakan investigasi informal di tingkat dasar dan
menengah dengan perluasan pada simbol formal dan diskusi tentang fungsi di
sekolah tinggi.
9
Pada tingkat dasar relasi fungsi memberikan peluang yang baik untuk
membuat koneksi matematika. Sebagai kesatuan ide dalam matematika, konsep
fungsi membantu siswa menghubungkan prosedur dan ide-ide matematika yang
berbeda. Relasi fungsi juga melengkapi suatu konteks dimana sisw a tingkat
dasar dapat membuat koneksi matematika. Kumpulan data untuk sebagian
kelas, digeneralisasikan melalui kegiatan, sisw a dapat juga membuat gambaran
fungsi secara visual. Terdapat hubungan relasi fungsi pada analisis data dan
statistik. Hal itu adalah hanya sedikit dari koneksi matematika yang dapat kita
buat dalam mengeksplorasi fungsi di tingkat dasar.
Berdasarkan penelitian jurnal internasional oleh Sheehy (1996) dengan
judul ” The Hist ory Of The Funct ion Concept In The Int ended High School
Curriculum Over The Past Cent ury: What Has Changed And What Has Remained
The Same
In The Roles That Funct ions Are To Play?” hasil dari penelitian
tersebut adalah standarisasi kurikulum mengenai fungsi dimulai sejak sekolah
menengah pertama. Peran guru mengenai konsep fungsi yang selama ini
diabaikan oleh sebagian besar lembaga kependidikan. Hal tersebut di atas
semata karena konsep fungsi memiliki peran andil yang cukup besar dalam
materi Aljabar.
Dew i (2006) juga mengadakan penelitian mengenai pemahaman konsep
sisw a SM P, kesimpulan yang Dewi dapatkan adalah kesulitan sisw a memahami
sebuah konsep matematika dikarenakan banyak dan rumitnya rumus yang harus
dipelajari sisw a. Timbulnya perspeksi tersebut
dikarenakan sisw a tidak
dilibatkan secara langsung dalam menemukan rumus.
M analaksak (2004) meninjau
matematika, disimpulkan bahw a
konsep
fungsi
berdasarkan
filsafat
konsep “ Fungsi” merupakan hasil dari
sistematisasi atas cara manusia memperoleh pengetahuan, yang berw ujud
formalisasi terhadap penalaran. Hal semacam ini seharusnya menjadi perhatian
bagi guru matematika yang mengajarkan tentang betapa pentingnya konsep
dalam pembelajaran, terutama konsep fungsi pada materi sisw a kelas VIII.
Wahyu
(2008)
mengamati
satuan
penting
dalam
pendidikan
matematika dimana konsep fungsi merupakan salah satu indikator pencapaian
kompetensi seorang guru mata pelajaran matematika di aras SM P. Berdasarkan
13 indikator, ternyata kemampuan guru akan mempengaruhi pemahaman
konsep sisw a terhadap materi fungsi.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1.
Pengertian Konsep
a. Konsep
Konsep (concept ), atau sering disebut juga const ruct , lat ent variable dan
variabel,
unobserved
adalah
simbol
yang
digunakan
untuk
memaknai
fenomenon, Ihalauw (2008). Husserl
dalam Manalaksak (2004), menyatakan
bahwa fenomena merupakan seluruh kenyataan sejauh disadari dan proses
masuknya fenomena adalah konstitusi, maka pada Sartre, simbol
merupakan penghimpunan pengertian antara fenomena dan konstitusi,
yang hasilnya adalah terbentuknya representasi objek di dalam kesadaran,
sehingga bilamana pengamatan tidak terjadi, objek tersebut tetap ada
dalam kesadaran dalam bentuk perwakilannya.
Sebuah konsep muncul karena dibentuk, untuk m embentuk sebuah
konsep diperlukan tiga unsur sebagaimana tampak dari peraga. M enurut Dubin
dalam Ihalauw (2008) ketiga unsur itu meliputi simbol, muatan makna
(konsepsi), dan fenomenon. Simbol
dapat berbentuk kata tunggal, kata
majemuk, kalimat pendek, atau jika dalam matematika sering berbentuk notasi.
Russeffendi dalam Hajiyati (2008) menggemukakan bahw a konsep
dalam matematika adalah ide atau gagasan yang memungkinkan kita untuk
mengelompokan tanda (objek) kedalam contoh. Atau dapat diartikan bahw a
konsep matematika abstrak yang memungkinkan kita untuk mengelompokan
(mengklasifikasikan) objek atau kejadian. Konsep dapat dipelajari definisi atau
pengamatan
langsung seperti
melihat, mendengar, mendiskusikan, dan
memikirkan tentang kebenaran contoh
b.
Konsepsi
Konsepsi menurut Sarkim (2009), adalah proses pembentukan konsep
atau pengetahuan pada umumnya, yang dilakukan oleh orang yang belajar.
Teori dari Piaget menjelaskan konsepsi melalui pengertian-pengertian skema,
asimilasi, akomodasi dan ekuilibrasi. Konsepsi diisi ke dalam sebuah simbol
dinyatakan melalui definisi supaya menghilangkan kerancuan, mengurangi
kekaburan, menjelaskan secara teoritis, serta mempengaruhi sikap hal ini sesuai
dengan pendapat Ihalauw (2008).
6
2.
Pola Pikir Sisw a
Aliran terapi Gestalt dalam Suryadi (2005) memandang bahw a pola pikir
siw a terbentuk melalui konsep atau pengetahuan baru yang merupakan struktur
terorganisir dan masalah bagi anak. M enurut aliran Gestalt, dengan bantuan
guru, anak secara tidak langsung diberikan kesempatan untuk menganalisis
masalah-masalah yang diberikan untuk menjadi struktur yang lebih sederhana
sehingga mudah dipahami anak. Setelah anak menyusun atau mensintesis
masalah itu berdasarkan struktur yang lebih sederhana dan sudah dimengerti
anak. Selanjutnya anak mensintesis konsep atau pengetahuan dalam bentuk
yang lebih umum. Akhirnya anak mencoba melakukan penerapan dari konsep
yang sudah dipelajarinya
3.
Pemahaman Konsep Siswa.
Pembelajaran matematika, kini yang diperlukan tidak lagi mentransfer
pengetahuan. Pembelajaran matematika itu memberikan lingkup belajar bagi
murid agar dapat termotivasi untuk menggali sendiri pengetahuan matematika
(Hudojo, 2005), sehingga, sisw a dilatih untuk memahami sendiri setiap konsep
matematika.
Setiap siswa memiliki pemahaman konsep yang berbeda, pemahaman
konsep bergantung pada pengalaman dan perspektifnya yang dipergunakan
dalam menginterprestasikan pengalaman itu. Keanekaragaman pemahaman
dan pengetahuan itu bisa benar atau salah (Dew i, 2006).
4.
Konsep Fungsi
a. Fungsi
Di dalam logika, pertalian antara berbagai proposisi tidaklah sekedar
untuk membentuk serangkaian proposisi yang memiliki pola tertentu, namun
juga memiliki tujuan untuk menentukan nilai kebenaran (t rut h value). Untuk
memperoleh kebenaran, maka masing-masing term dalam sebuah proposisi
perlu diikat oleh aturan. Aturan yang mengikat proposisi dalam menyusun
proses penalaran inilah yang dikenal sebagai “ Fungsi” . Istilah “ Fungsi” telah
muncul dalam geometri analitik Descartes tahun 1637. Leibniz memasukkan
istilah ini ke dalam matematika pada 1694 dan Bernoulli menggunakan istilah
tersebut pada 1698. Penggunaan dew asa ini sering dilambangkan dengan notasi
“ f(x)” yang diperkenalkan oleh Euler pada 1734 Bagus (2000).
b. Konsep Fungsi
Konsep adalah ” ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiw a
kongkret.” Fungsi adalah ” besaran yang berhubungan, jika besaran berubah,
7
maka yang lain juga berubah.” Soedjadi (2000).
Pengertian konsep dalam matematika menurut Bahri (2008) adalah ide
abstrak yang memungkinkan seseorang menggolongkan objek atau kejadian
dalam menentukan apakah objek atau kejadian merupakan contoh atau bukan
contoh ide abstrak itu
Konsep fungsi dalam matematika umumnya diartikan sebagai pemetaan
yang menghubungkan dua himpunan yang terpisah, yaitu daerah asal (domain )
dan daerah hasil atau jelajahan (range). Bertrand Russell menuangkan
pendapatnya tentang pengertian fungsi yang berhubungan dengan keberadaan
himpunan di dalam konsep tentang logika hubungan yang berkaitan dengan
relasi antar himpunan. Persamaan atau kesamaan akan terjadi apabila jumlah
anggota himpunan yang berhubungan adalah sama, sehingga satu anggota
daerah asal berhubungan hanya dengan satu anggota daerah hasil Edw ards
dalam M analaksak (2004).
B. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kusnanto (1998) dengan
judul “ Kesulitan-kesulitan dan M iskonsepsi tentang Konsep Fungsi pada
M ahasisw a” . Penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan bahw a pola pikir
tentang konsep fungsi mahasisw a saat ini masih terpengaruh dengan konsep
yang mereka terima sew aktu di sekolah menengah dulu. M engingat konsep
fungsi yang merupakan bagian penting dari matematika sudah harus diajarkan
sejak sisw a berada di sekolah menengah baik sekolah manengah pertama
maupun sekolah menengah umum, dan konsep fungsi seringkali sulit dipahami,
maka sebaliknya dalam pengajaran konsep fungsi disajikan fungsi-fungsi dalam
bentuk grafik dan dalam bentuk aljabar dalam jumlah yang sama banyaknya.
Berdasarkan
pengamatan
di
atas
dapat
disimpulkan
bahw a
mahasisw a/ sisw a lebih mudah mempelajari fungsi dalam bentuk grafik daripada
dalam bentuk aljabar. Penyajian secara grafik lebih komunikatif karena daerah
asal, daerah jelajah, dan aturan korespondensinya dapat diamati sekaligus, juga
karakter fungsi lebih mudah dilihat. Beberapa buku teks matematika di sekolahsekolah menengah saat ini, penyajian fungsi secara aljabar selalu ditampilkan
lebih dulu daripada penyajian grafik fungsi. Penyajian bentuk grafik untuk
konsep fungsi dapat diberikan di aw al pengenalan fungsi.
Hasil penelitian kelas ini diharapkan dapat menjadi data baru untuk
pengembangan kurikulum sekolah menengah berkaitan dengan konsep fungsi.
Disamping itu hasil penelitian ini dapat mengarahkan ke pengembangan
8
pengajaran konsep fungsi melalui metode penemuan, pemecahan masalah, dan
investigasi matematika. Hal ini sesuai dengan pendapat Soedjadi (1996) yang
menyarankan penerapan konstruktivisme, dalam pembahasan disini dapat
diartikan sebagai mahasisw a/ sisw a perlu mengkonstruksikan sendiri konsep
fungsi yang dipelajari, sedangkan guru hanya bertindak sebagai fasilitator.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Duskri (2005) dalam judulnya
“ Analisis Pemahaman Konsep Fungsi pada M ahasisw a Jurusan Pendidikan
M atematika Angkatan 2005.” memperoleh kesimpulan bahw a pemahaman
konseptual fungsi mahasisw a secara umum dikategorikan dalam batas cukup.
Pemahaman secara konseptual ini dapat dirinci lagi pada pemahaman secara
simbolik dan pemahaman pengguanaan prinsip sehingga secara lebih khusus
dapat disimpulkan berikut ini. Pemahaman mahasisw a secara simbolik dan
dengan bahasa sendiri cukup .
Pemahaman mahasisw a pada penggunaan
prinsip fungsi dalam menyelidiki keberadaan fungsi rendah . Pemahaman
prosedural mahasisw a pada konsep fungsi secara umum baik. Secara lebih
khusus pemahaman secara prosedural ini diperoleh kesimpulan berikut.
Pemahaman mahasisw a dalam mencari nilai suatu fungsi dengan diberikan
fungsinya adalah istimew a. Pemahaman mahasisw a dalam mencari nilai fungsi
dalam
bentuk
diagram
panah
dan
diagram
cartsius tergolong cukup .
Pemahaman mahasisw a dalam mencari selesaian nilai fungsi dengan stubtiusi
langsung nilai fungsi yang diberikan dengan prinsip fungsi yang berbeda rendah .
Pemahaman mahasisw a secara konseptual dan prosedural serta pemahaman
prosedural dan konseptual mahasisw a pada konsep fungsi secara umum
rendah. Secara lebih khusus pemahaman secara prosedural dan konseptual
diperoleh kesimpulan berikut: Pemahaman
mahasisw a secara Substitusi
Langsung Daerah Asal (SLDA) alami konsep fungsi terlalu rendah. Pemahaman
mahasisw a cara stubtitusi langsung pada konsep fungsi terlalu rendah.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Gusni (2008) dengan judul
“ M enggunakan Fungsi-fungsi untuk M embuat Konesi-koneksi M atematika” .
M enghasilkan sebuah kesimpulan dalam standart Kurikulum dan Evaluasi
M atematika Sekolah, Nat ional Council of Teachers of M at hemat ic (NCTM ), salah
satu tema utama dalam studi matematika adalah mengenai fungsi. Standar
penelitian ini menekankan pada eksplorasi sisw a tentang pola-pola dan relasirelasi. Standar-standar tersebut menganjurkan penetapan dasar yang kuat pada
konsep fungsi dengan menggunakan investigasi informal di tingkat dasar dan
menengah dengan perluasan pada simbol formal dan diskusi tentang fungsi di
sekolah tinggi.
9
Pada tingkat dasar relasi fungsi memberikan peluang yang baik untuk
membuat koneksi matematika. Sebagai kesatuan ide dalam matematika, konsep
fungsi membantu siswa menghubungkan prosedur dan ide-ide matematika yang
berbeda. Relasi fungsi juga melengkapi suatu konteks dimana sisw a tingkat
dasar dapat membuat koneksi matematika. Kumpulan data untuk sebagian
kelas, digeneralisasikan melalui kegiatan, sisw a dapat juga membuat gambaran
fungsi secara visual. Terdapat hubungan relasi fungsi pada analisis data dan
statistik. Hal itu adalah hanya sedikit dari koneksi matematika yang dapat kita
buat dalam mengeksplorasi fungsi di tingkat dasar.
Berdasarkan penelitian jurnal internasional oleh Sheehy (1996) dengan
judul ” The Hist ory Of The Funct ion Concept In The Int ended High School
Curriculum Over The Past Cent ury: What Has Changed And What Has Remained
The Same
In The Roles That Funct ions Are To Play?” hasil dari penelitian
tersebut adalah standarisasi kurikulum mengenai fungsi dimulai sejak sekolah
menengah pertama. Peran guru mengenai konsep fungsi yang selama ini
diabaikan oleh sebagian besar lembaga kependidikan. Hal tersebut di atas
semata karena konsep fungsi memiliki peran andil yang cukup besar dalam
materi Aljabar.
Dew i (2006) juga mengadakan penelitian mengenai pemahaman konsep
sisw a SM P, kesimpulan yang Dewi dapatkan adalah kesulitan sisw a memahami
sebuah konsep matematika dikarenakan banyak dan rumitnya rumus yang harus
dipelajari sisw a. Timbulnya perspeksi tersebut
dikarenakan sisw a tidak
dilibatkan secara langsung dalam menemukan rumus.
M analaksak (2004) meninjau
matematika, disimpulkan bahw a
konsep
fungsi
berdasarkan
filsafat
konsep “ Fungsi” merupakan hasil dari
sistematisasi atas cara manusia memperoleh pengetahuan, yang berw ujud
formalisasi terhadap penalaran. Hal semacam ini seharusnya menjadi perhatian
bagi guru matematika yang mengajarkan tentang betapa pentingnya konsep
dalam pembelajaran, terutama konsep fungsi pada materi sisw a kelas VIII.
Wahyu
(2008)
mengamati
satuan
penting
dalam
pendidikan
matematika dimana konsep fungsi merupakan salah satu indikator pencapaian
kompetensi seorang guru mata pelajaran matematika di aras SM P. Berdasarkan
13 indikator, ternyata kemampuan guru akan mempengaruhi pemahaman
konsep sisw a terhadap materi fungsi.