Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengakuan Negara Terhadap Hak Atas Tanah Adat Bagi Masyarakat Adat dalam Sistem Hukum di Indonesia T1 312007008 BAB IV
Bab IV
Penutup
A. Kesimpulan
Berdasarkan paparan dari Bab I hingga Bab III, dapat disimpulkan
beberapa hal, yaitu:
1. Keberadaan tanah adat dalam hukum positif Indonesia diakui dan
pengakuan ini terdapat dalam pasal 3 dan 5 UUPA. Namun dalam
pelaksanaannya tetap saja terjadi penyimpangan dari undang-undang
tersebut.
2. Pengaturan mulai dari UUD, UU bahkan sampai peraturan perundangundangan masih mencantumkan pengecualian, batasan, serta persyaratan
untuk dapat menerapkan hukum adat atau pengakuan terhadap masyarakat
hukum adat.
3. Pada aras pengaturan diakui keberadaannya terhadap hukum adat dan
masyarakat adat dalam pasal 18 B UUD 1945.
4. Adanya pembatasan-pembatasan terhadap keberadaan hukum adat dan
masyarakat adat bila ketentuan-ketentuan berbeda, bertentangan dengan
peraturan
perundang-undangan
Negara
serta
bertentangan
dengan
kepentingan Negara.
5. Dengan memperhatikan eksistensi Mahudat dan dengan telah diberlakunya
UU Minerba dan untuk menghindari benturan-benturan kepentingan atas
pengelolaan sumber daya alam, khususnya di bidang pertambangan, maka
77
untuk memberikan kepastian hak penguasaaan/pemilikan masyarakat adat
atas wilayah adat dan sumber daya mineral yang ada didalamnya harus
sesuai dengan amanat UUD 1945.
6. Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) menyatakan adanya
pembatasan terkait pengelolaan hutan adat yang diatur dalam UndangUndang no 41 tahun 1999.
B. Saran
Dari penelitian dan analisis yang sudah dilakukan oleh Penulis, maka
Penulis memberikan sedikit saran yang diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Posisi masyarakat adat harus memiliki hak atas tanah dan hutan atau
sumber daya alam yang ada disekitarnya serta pengetahuannya, harus
diakui, diterima dan dibenarkan dan dengan demikian wewenang mereka
untuk menjalankan hak-haknya harus dilindungi dan dihormati oleh
Pemerintah.
2.
Proses pemanfaatan hak (termasuk mengelola tanah dan hutan) yang
dilakukan masyarakat adat yang dilakukan oleh mereka sendiri, perlu
diakui, diterima atau dibenarkan.
3. Dimasa depan bentuk pengakuan terhadap masyarakat adat perlu diatur
melalui
Undang-Undang
Dasar
maupun
Undang-Undang
yang
memberikan kepastian atas perlindungan dan hak pemajuan masyarakat
adat secara lebih pasti.
78
Penutup
A. Kesimpulan
Berdasarkan paparan dari Bab I hingga Bab III, dapat disimpulkan
beberapa hal, yaitu:
1. Keberadaan tanah adat dalam hukum positif Indonesia diakui dan
pengakuan ini terdapat dalam pasal 3 dan 5 UUPA. Namun dalam
pelaksanaannya tetap saja terjadi penyimpangan dari undang-undang
tersebut.
2. Pengaturan mulai dari UUD, UU bahkan sampai peraturan perundangundangan masih mencantumkan pengecualian, batasan, serta persyaratan
untuk dapat menerapkan hukum adat atau pengakuan terhadap masyarakat
hukum adat.
3. Pada aras pengaturan diakui keberadaannya terhadap hukum adat dan
masyarakat adat dalam pasal 18 B UUD 1945.
4. Adanya pembatasan-pembatasan terhadap keberadaan hukum adat dan
masyarakat adat bila ketentuan-ketentuan berbeda, bertentangan dengan
peraturan
perundang-undangan
Negara
serta
bertentangan
dengan
kepentingan Negara.
5. Dengan memperhatikan eksistensi Mahudat dan dengan telah diberlakunya
UU Minerba dan untuk menghindari benturan-benturan kepentingan atas
pengelolaan sumber daya alam, khususnya di bidang pertambangan, maka
77
untuk memberikan kepastian hak penguasaaan/pemilikan masyarakat adat
atas wilayah adat dan sumber daya mineral yang ada didalamnya harus
sesuai dengan amanat UUD 1945.
6. Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) menyatakan adanya
pembatasan terkait pengelolaan hutan adat yang diatur dalam UndangUndang no 41 tahun 1999.
B. Saran
Dari penelitian dan analisis yang sudah dilakukan oleh Penulis, maka
Penulis memberikan sedikit saran yang diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Posisi masyarakat adat harus memiliki hak atas tanah dan hutan atau
sumber daya alam yang ada disekitarnya serta pengetahuannya, harus
diakui, diterima dan dibenarkan dan dengan demikian wewenang mereka
untuk menjalankan hak-haknya harus dilindungi dan dihormati oleh
Pemerintah.
2.
Proses pemanfaatan hak (termasuk mengelola tanah dan hutan) yang
dilakukan masyarakat adat yang dilakukan oleh mereka sendiri, perlu
diakui, diterima atau dibenarkan.
3. Dimasa depan bentuk pengakuan terhadap masyarakat adat perlu diatur
melalui
Undang-Undang
Dasar
maupun
Undang-Undang
yang
memberikan kepastian atas perlindungan dan hak pemajuan masyarakat
adat secara lebih pasti.
78