Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Eksistensi Peradilan Adat Kabupaten Biak Numfor dalam Sistem Hukum di Indonesia T1 312008033 BAB IV
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis pada Bab III maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Dari kajian sosilogis hukum dapat diketahui bahwa “eksistennsi hukum adat
dari pengadilan adat di Kabupaten Biak Numfor dalam sistem peradilan di
Indoensia yang dibutuhkan adalah adanya pengakuan terhadap peradilan adat
dalam politik hukum kekuasaan kehakiman di Indonesia mengalami dinamika
sesuai dengan perkembangan politik, hukum, dan pemerintahan. Hal ini tidak
lepas dari realita bahwa politik hukum termasuk politik hukum kekuasaan
kehakiman dipengaruhi oleh konfigurasi politik yang berlangsung.
2. Meskipun tidak diatur dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004
keberadaan peradilan adat justru diakui dalam Undang-undang Otonomi
Khusus Bagi Provinsi Papua (Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001),
sehingga saat ini terjadi inkonsistensi dalam peraturan perundang-undangan
RI terkait dengan pengakuan terhadap peradilan adat.
3. KKN (Kankain Kankain Byak) memiliki peran penting dalam kehidupan
masyarakat Kabupaten Biak Numfor semenjak adanya pengakuan terhadap
Peradilan Adat dari UUD 1945 dan UU No 21 Tahun 2001 tentang Otonomi
Khusus dan Perdasus No 20 Tahun 2008 tentang Peradilan Adat.
4. Berdasarkan Pasal 8
Perdasus No. 20 Tahun 2008
memberi legitimasi
terhadap Peradilan adat di Kabupaten Biak memiliki wewenang dalam
penyelesaian sengketa pidana adat dan perdata adat
B. Saran
1. Pemerintah Kabupaten Biak dan DPRD Kabupaten Biak lebih memperhatikan
Peradilan Adat yang diselenggarakan oleh Dewan Adat Papua Kabupaten Biak dalam
menjalankan wewenangnya dalam menangani kasus pidana adat dan perdata adat
diluar peradilan yang diakui dalam Undang-Undang Kehakiman yang mana Peradilan
Adat merupakan budaya hukum yang terlahir dan asli dari Papua yang harus
dilindungi dan dilestarikan melalui pembuatan Perda yang senantiasa menyertakan
Peradilan Adat sebagai lembaga penyelesaian sengketa.
2. Diharapakan ke depan, para pembuat Undang-Undang dalam hal ini Pemerintah dan
DPR harus mengapresiasi dan mengakomodasi pengakuan terhadap peradilan adat
melalui undang-undang yang mengatur kesatuan masyarakat hukum adat dengan
sendirinya, dan menjadi salah satu peradilan yang tidak hanya diakui dalam undangundang kekuasaan kehakiman dan Undang-Undang Otonomi Daerah.
3. Disiapkannya rancangan undang-undang tentang kesatuan masyarakat hukum adat
yang sudah masuk dalam program legislasi nasional (prolegnas) di Dewan Perwakilan
Rakyat Republik Indonesia, dalam mana peradilan adat diakui keberadaannya.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis pada Bab III maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Dari kajian sosilogis hukum dapat diketahui bahwa “eksistennsi hukum adat
dari pengadilan adat di Kabupaten Biak Numfor dalam sistem peradilan di
Indoensia yang dibutuhkan adalah adanya pengakuan terhadap peradilan adat
dalam politik hukum kekuasaan kehakiman di Indonesia mengalami dinamika
sesuai dengan perkembangan politik, hukum, dan pemerintahan. Hal ini tidak
lepas dari realita bahwa politik hukum termasuk politik hukum kekuasaan
kehakiman dipengaruhi oleh konfigurasi politik yang berlangsung.
2. Meskipun tidak diatur dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004
keberadaan peradilan adat justru diakui dalam Undang-undang Otonomi
Khusus Bagi Provinsi Papua (Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001),
sehingga saat ini terjadi inkonsistensi dalam peraturan perundang-undangan
RI terkait dengan pengakuan terhadap peradilan adat.
3. KKN (Kankain Kankain Byak) memiliki peran penting dalam kehidupan
masyarakat Kabupaten Biak Numfor semenjak adanya pengakuan terhadap
Peradilan Adat dari UUD 1945 dan UU No 21 Tahun 2001 tentang Otonomi
Khusus dan Perdasus No 20 Tahun 2008 tentang Peradilan Adat.
4. Berdasarkan Pasal 8
Perdasus No. 20 Tahun 2008
memberi legitimasi
terhadap Peradilan adat di Kabupaten Biak memiliki wewenang dalam
penyelesaian sengketa pidana adat dan perdata adat
B. Saran
1. Pemerintah Kabupaten Biak dan DPRD Kabupaten Biak lebih memperhatikan
Peradilan Adat yang diselenggarakan oleh Dewan Adat Papua Kabupaten Biak dalam
menjalankan wewenangnya dalam menangani kasus pidana adat dan perdata adat
diluar peradilan yang diakui dalam Undang-Undang Kehakiman yang mana Peradilan
Adat merupakan budaya hukum yang terlahir dan asli dari Papua yang harus
dilindungi dan dilestarikan melalui pembuatan Perda yang senantiasa menyertakan
Peradilan Adat sebagai lembaga penyelesaian sengketa.
2. Diharapakan ke depan, para pembuat Undang-Undang dalam hal ini Pemerintah dan
DPR harus mengapresiasi dan mengakomodasi pengakuan terhadap peradilan adat
melalui undang-undang yang mengatur kesatuan masyarakat hukum adat dengan
sendirinya, dan menjadi salah satu peradilan yang tidak hanya diakui dalam undangundang kekuasaan kehakiman dan Undang-Undang Otonomi Daerah.
3. Disiapkannya rancangan undang-undang tentang kesatuan masyarakat hukum adat
yang sudah masuk dalam program legislasi nasional (prolegnas) di Dewan Perwakilan
Rakyat Republik Indonesia, dalam mana peradilan adat diakui keberadaannya.