PERBEDAAN SIKAP WANITA MENIKAH TERHADAP POLIGAMI DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN

  

PERBEDAAN SIKAP WANITA MENIKAH TERHADAP

POLIGAMI DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN

  Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

  

Oleh:

PRISCILIA THEA NOVENA

029114015

JURUSAN PSIKOLOGI PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

  

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, Penulis

  Priscilia Thea Novena

  Kau membentuk hidupku dari dalam rahim ibuku Kau mengenal hatiku lebih dari yang aku tahu Kau siapkan diriku Tuhan Tuk nyatakan sgala rancanganMu bagiku….

  Kunyanyikan…keindahanMu Tuhan atas kebaikanMu dalam hidupku… Kunantikan…keajaibanMu Tuhan yang pasti kan terjadi di dalam hidupku Sbab itu ku memuji namaMU…..

  “ Tetapi aku mau menyanyikan kekuatanMu Pada waktu pagi aku mau bersorak sorai karena kasih setiaMu Sebab Engkau telah menjadi kota bentengku

  Tempat pelarianku pada waktu kesesakanku ” ( Mazmur 59 : 17 ) Sssh……suatu bisikan Gema yang lembut, tetapi….. Oh…, begitu jelas Perempuan itu berkata Hari-hari yang berirama pun… Berhenti lalu mendengarkan Dalam nalurinya… Menjadi kehidupan…..

  Ibuku,……. Saudara perempuanku,…. Diriku sendiri,….. Perempuan penuh misteri dan kelembutan Perempuan itu memasuki Keberadaan yang satu dan yang lain sama Yang membuat utuh dan penuh Jiwa yang bijak “Damn..!!” laki-laki berkata “Kelembutan pergilah..!! Layanilah,…kebutuhanku yang menggebu… Masaklah dan cucilah pakaianku Tetapi jangan sampai orang lain tahu..

  Bohonglah….dan cintailah aku saja…!!” Laki-laki itu tertidur Kebenaran mengalir…..dari bibirnya,..ia berkata… “Kekuasaanku dapat menutupi kelemahanku” “Kekerasanku dapat menyembunyikan rasa maluku” Suatu kedipan atau cahaya,….

  Sebuah tangisan..? Sebuah senyuman…? Perempuan itu tahu dan membawa,.. Kedamaian…!!!

  ♥ Ketika sebuah ketidakadilan diperjuangkan dalam kedamaian ♥

  

Karya kecil ini

kupersembahkan untuk..

  

¤ Tuhan Yesus Kristus…Terang dari segala terang

¤ Bunda Maria…yang selalu setia mendampingi dan

menguatkan aku

¤ Papa dan mama…cinta terbesar dalam hidup aku

  

¤ Mba Lia & de Theo…Kasih terindah dalam hidup aku

¤ Wedhasmara…partner sejati dalam setiap proses menuju cita &

cinta

dan untuk semua perempuan di dunia ini…..

  ‘ be sensitive & figt’r girls !!!

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Priscilia Thea Novena

  Nomor Mahasiswa : 029114015

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

Perbedaan Sikap Wanita Menikah Terhadap Poligami Ditinjau Dari Tingkat

Pendidikan beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya

memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk

menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk

pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di

Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari

saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama

saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 28 Februari 2008 Yang menyatakan ( Priscilia Thea Novena )

  

PERBEDAAN SIKAP WANITA MENIKAH TERHADAP

POLIGAMI DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN

Priscilia Thea Novena

029114015

  

Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat perbedaan sikap wanita menikah terhadap poligami ditinjau dari tingkat pendidikan. Penelitian ini merupakan penelitian perbandingan. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada perbedaan sikap yang signifikan pada wanita menikah terhadap poligami ditinjau dari tingkat pendidikan, dimana wanita menikah dengan tingkat pendidikan lebih tinggi cenderung memiliki sikap yang lebih negatif terhadap poligami, demikian sebaliknya.

  Subjek dalam penelitian ini terdiri dari 20 wanita menikah dengan tingkat pendidikan tinggi, 20 wanita menikah dengan tingkat pendidikan menengah, dan 20 wanita menikah dengan tingkat pendidikan dasar. Data diperoleh dengan menggunakan skala sikap terhadap poligami. Daya diskriminasi skala menggunakan batas nilai ≥ 0,3 dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,978. Data penelitian dianalisis menggunakan One Way Anova, dan dalam menentukan diterima atau ditolaknya hipotesis, dilakukan dengan cara melihat besar F hitung dan signifikansinya.

  Dari perhitungan menunjukkan nilai F sebesar 22,883, dengan p (sig.) 0,00 (p < 0,01). Dengan demikian hipotesis dalam penelitian ini diterima. Artinya ada perbedaan sikap yang sangat signifikan pada wanita menikah terhadap poligami ditinjau dari tingkat pendidikan, dimana wanita menikah dengan tingkat pendidikan lebih tinggi cenderung memiliki sikap yang lebih negatif terhadap poligami, dan wanita yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih rendah cenderung memiliki sikap yang lebih positif terhadap poligami.

  

THE ATTITUDE DIFFERENCES OF MARRIED WOMEN TO

POLYGAMY AS OBSERVED FROM EDUCATIONAL LEVEL

Priscilia Thea Novena

029114015

Faculty of Psychology

Sanata Dharma University

  

Yogyakarta

  The purpose of this research was to see the differences of attitude of married women to polygamy as observed from educational level. This research was a comparison research. The Hypothesis of this research was there were some significant differences on the attitude of married women to polygamy as observed from educational level, where the high educated married women tend had more negative sense of attitude to polygamy, vice versa.

  The subject in this research contains of 20 married women with high education, 20 married women with medium-education, and 20 married women with low education. The data were collected using attitude to polygamy scale. Discrimination scale power was limited in

  ≥ 0,3 with the reliability coefficient 0,978. The research data is measured using One Way Anova, and to determine whether hypothesis could be accepted or unaccepted, it was done by sawing the value of F-count and its significance.

  From the counting it showed that the value of F is 22,883 with p (sig.) 0,00 (less than 0,01). As a result the hypothesis of this research was accepted. It means that there was a significant difference on the attitude of married women to polygamy as observed from educational level, where the high educated married women tent had more negative sense of attitude to polygamy, and the lower educated married women tend had more positive sense of attitude to polygamy.

KATA PENGANTAR

  Puji syukur pada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan tuntunan, penyertaan, dan kasihNya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelas sarjana Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Penulis menyadari keterbatasan yang dimiliki penulis, sehingga dengan bantuan dari berbagai pihaklah penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada :

  1. Tuhan Yesus Kristus yang agung dan ajaib, terima kasih Yesus untuk setiap langkah dan proses yang aku lalui. Jesus you are savior of my soul !!... “Saat sinar kasihMu bertemu dengan derai kesedihanKu, muncullah pelangi janjiMu ya Yesus”

  2. Bapak Edy Suhartanto, S.Psi., M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi.

  3. Ibu Sylvia Carolina MYM, S.Psi, M.Psi selaku Kepala Program Studi Psikologi.

  4. Ibu Titik Kristiyani, S.Psi selaku dosen pembimbing akademik. Terima kasih atas bimbingan ibu selama saya menjadi mahasiswa di fakultas psikologi Universitas Sanata Dharma.

  5. Bapak C. Wijoyo Adinugroho, S.Psi & Ibu Tanti Arini, S.Psi M.Psi

  6. Ibu Nimas Eki S, S.Psi, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi.

  Terima kasih atas kesabaran, perhatian, serta arahan yang senantiasa ibu berikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

  7. Bapak Y. Heri Widodo, S.Psi, M.Psi & Bapak Agung Santoso, S.Psi yang selalu memberi kritikan, koreksi dan masukan sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi dengan baik.

  8. Mas Gandung, Mas Muji, Mas Doni & Mba Nanik yang telah membantu dalam banyak hal dan memberi kemudahan bagi penulis selama penulis belajar di fakultas psikologi ini.

  9. Pak Gi…terima kasih banyak atas senyuman, ketulusan dan semangat yang selalu bapak pancarkan di fakultas psikologi ini.

  10. Bapak Budi Wiyono, selaku Kepala Desa Argomulyo, Kecamatan Cangkringan, Sleman Yogyakarta, yang telah banyak membantu penulis selama proses penulisan skripsi ini.

11. Ibu-ibu di Pedukuhan Kebur Lor dan Kidul Cangkringan Argomulyo Sleman Yogyakarta, yang telah bersedia mengisi skala penelitian ini.

  terima kasih banyak….

  12. Papa & mama…terima kasih banyak untuk kasih sayang, cinta, dukungan, pengertian…semuaanya…Bangga, seneng, puji syukur thea bisa tumbuh di tengah keluarga ini.. Kasih mama papa banyak mengajarkan thea untuk menerima tanpa syarat..Cintaaaa banget sama mama papa! muaaacch…

  13. Mbak Lia...terima kasih sudah menjadi kakak terbaikku! Bersama kamu mengajarkan aku untuk melihat betapa kedewasaan dan ketulusan hanya suatu pilihan dan kesadaran penuh untuk belajar..Sayaang kamu mbak! muaach…

  14. Adekku yang tampan…Theo…Makasiih banget udah jadi adek sekaligus kakak untukku..Kedewasaanmu terkadang membuat aku terperangah!!

  ☺ seriuss….Bersama kamu, kadang aku berasa jadi kakak..tapi terkadang juga berasa jadi adek??...Proud of u!! muach…

  15. Wedhasmara..sahabatku..saudaraku..partnerku..kekasihku..cintaku (atau apalah namanya..buat aku ga penting..) makasiiiih bangeth!! Hon, makasiiiih bangeth buat kebersamaan, pengertian, dukungan, kritikan, masukan, koreksi, kasih, cinta,..semua..semuaanya..Hon, kebersamaan kita mengajarkan aku untuk terus berusaha mencintai dengan kebebasan..i

  ♥ u so much bujelku!! ☺ 16. Bapak & Ibu Bambang Widjokongko…terima kasih banyak untuk sambutan yang hangat, dukungan, doa serta perhatian om & tante…Mengenal om & tante mengajarkan thea untuk selalu berusaha menjadi lebih baik lagi…terima kasih …

  17. Mas Uki Sadewa…terima kasih banyak atas persahabatan, doa dan kasih yang hangat…Terima kasih sudah menunjukkan bahwa psikologi adalah sebuah seni…Mengenal mas, membuat aku sadar bahwa belajar psikologi bukan hanya memindahkan informasi dari satu tersentuh...sistematis...ga berseni….Yang ada cuma hafalan lalu hilang setelah tujuan didapat..(ups ??..) Yang jelas mengenal mas membuat aku bergairah setiap bertemu individu dengan segala keunikannya…Yah, ternyata hanya dengan hati yang penuh kasih kita mampu memahami semua…Terima kasih banyak mas…sudah mengajarkan thea banyak hal…Kasih Yesus beserta kita semua…

  18. Saudara-saudaraku di Asta Mistika…Bujelku, Djenking, Nopex, Aning, Wiwin, Mz.Nano’, Mz.Budi & Mz.Usman…Makasih banget buat dukungan, kebersamaan juga doanya…Jangan pernah lelah untuk selalu menengadah dan bersyukur... Nice to have friends like you !! 19. Sahabat-sahabatku yang cute2…Fista, Adjenk, Lita, Nopex, Mita,

  Uciex, Ntrie, Lisna, Tanti, Lia juga Triza… Makasih…makasiih…banget. Mengenal kalian, menyadarkan aku untuk terus berproses..Semua sesi pertemuan yang kita lalui bareng menyentuh & mendewasakan... Buat keceriaan, kegilaan, keluhan, tangisan..ugh, full of colour bgt!! LoveUallGuys

  20. Buat teman-teman seperjuangan…Fika, Galih, Cahya, Dewi, Echa, dkk smua..teman-temanku satu bimbingan…hihihi…ada banyak rasa yang kita alami yaa..Makasih buat support dan masukannya teman..

  21. Ga lupa & ga kalah puenting…Mz. Harry ‘kiting’… Ga ada dirimu, skripsi gw nggatung mas… Tengkyu banggets… Upahmu besar di surga! amien……

  ☺

  22. The last but not the least…semua teman2 angkatan 2002…( suka deh sama kalian semua… ☻)

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu dengan segenap kerendahan hati penulis menerima kritik dan saran yang membangun untu menunjang kesempurnaan skripsi ini.

  Yogyakarta, Penulis

  Priscilia Thea Novena

  DAFTAR ISI

  Halaman Judul.................................................................................................. i Halaman Persetujuan........................................................................................ ii Halaman Pengesahan ....................................................................................... iii Pernyataan Keaslian Karya .............................................................................. iv Halaman Motto ................................................................................................ v Halaman Persembahan ..................................................................................... vii Abstrak ............................................................................................................. viii Abstract ............................................................................................................ ix Kata Pengantar ................................................................................................. x Daftar Isi .......................................................................................................... xv Daftar Tabel ..................................................................................................... xix Daftar Bagan .................................................................................................... xx Daftar Lampiran ............................................................................................... xxi

  BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1 A. LATAR BELAKANG ...................................................................... 1 B. RUMUSAN MASALAH .................................................................. 11 C. TUJUAN PENELITIAN................................................................... 11 D. MANFAAT PENELITIAN............................................................... 11 BAB II. KAJIAN PUSTAKA .......................................................................... 13

  1. Sikap............................................................................................ 13

  a. Pengertian Sikap..................................................................... 13

  b. Komponen Sikap.................................................................... 14

  c. Faktor Pembentuk Sikap ........................................................ 16

  2. Poligami ...................................................................................... 19

  a. Pengertian Poligami ............................................................... 19

  b. Motivasi dan Tujuan Poligami ............................................... 20

  c. Dampak Poligami terhadap Wanita........................................ 22

  d. Poligami dari Sudut Pandang Islam ....................................... 24

  3. Sikap Terhadap Poligami ............................................................ 26 B. WANITA MENIKAH....................................................................... 26

  1. Pengertian Wanita Menikah........................................................ 26 2.

  Konsep Peranan dalam Pernikahan............................................. 27

  3. Perubahan-perubahan pada Wanita Menikah.............................. 30 C. TINGKAT PENDIDIKAN ............................................................... 32

  1. Pengertian Tingkat Pendidikan ................................................... 32

  2. Peranan Tingkat Pendidikan ....................................................... 35 D. SIKAP WANITA MENIKAH TERHADAP POLIGAMI DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN..................................................... 38 E. HIPOTESIS....................................................................................... 43

  BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 45 A. JENIS PENELITIAN ........................................................................ 45

  C. DEFINISI OPERASIONAL ............................................................. 45

  1. Tingkat Pendidikan ..................................................................... 45 2.

  Sikap terhadap Poligami ............................................................. 47

  D. SUBJEK PENELITIAN.................................................................... 48

  E. METODE DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA ..................... 48 F. PENGUJIAN INSTRUMEN PENELITIAN .................................... 51

  1. Uji Validitas ................................................................................ 51 2.

  Daya Beda Item........................................................................... 52

  3. Uji Reliabilitas ............................................................................ 54

  G. PROSEDUR PENELITIAN.............................................................. 56 H. TEKNIK ANALISIS DATA ............................................................ 57

  1. Uji Asumsi .................................................................................. 57 2.

  Uji Hipotesis Penelitian .............................................................. 57

  BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 58 A. PELAKSANAAN PENELITIAN..................................................... 58 B. HASIL PENELITIAN....................................................................... 59

  1. Deskripsi Subjek Penelitian ........................................................ 59 2.

  Hasil Analisis Data...................................................................... 60

  a. Deskripsi Data ........................................................................ 60

  b. Hasil Uji Asumsi .................................................................... 60 1) Normalitas........................................................................ 60 2) Homogenitas .................................................................... 62

  d. Hasil Analisis Data Tambahan............................................... 63

  C. PEMBAHASAN ............................................................................... 64

  BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................... 73 A. KESIMPULAN ................................................................................. 73 B. SARAN ............................................................................................. 73 C. KETERBATASAN PENELITIAN................................................... 74 Daftar Pustaka .................................................................................................. 76 Lampiran .......................................................................................................... 79

  

DAFTAR TABEL

  Tabel 1 Spesifikasi & Distribusi Item Skala Sikap Terhadap Poligami Sebelum Uji Coba..................................................... 49

  Tabel 2 Spesifikasi Item Skala Sikap terhadap Poligami Setelah Uji Coba ...................................................................... 53

  Tabel 3 Spesifikasi & Distribusi Item Skala Sikap Terhadap Poligami Untuk Penelitian ....................................................... 54

  Tabel 4 Deskripsi Subjek Penelitian ..................................................... 59 Tabel 5 Analisis Statistik Deskriptif ..................................................... 60 Tabel 6 Hasil Perhitungan Uji Normalitas ............................................ 61 Tabel 7 Homogeneous Subsets ............................................................. 63

  

DAFTAR BAGAN

  Bagan 1 Bagan Perbedaan Sikap Wanita Menikah Terhadap Poligami Ditinjau dari Tingkat Pendidikan ............................................. 44

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran A Skala Sikap Uji Coba Penelitian Lampiran B Skala Sikap Penelitian Lampiran C Data Uji Coba Penelitian Lampiran D Hasil Uji Reliabilitas dan Validitas Lampiran E Data Penelitian Lampiran F Hasil Uji Asumsi Lampiran G Hasil Uji Hipotesis Lampiran H Surat Ijin Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suatu bentuk pernikahan yang umum terjadi dan dipandang ideal

  oleh masyarakat adalah pernikahan yang terdiri dari satu orang suami dan satu orang istri, walaupun sebenarnya ada berbagai macam bentuk pernikahan.

  Salah satunya adalah bentuk pernikahan dimana terdapat satu orang suami dan beberapa orang istri. Bentuk pernikahan ini biasa disebut dengan pernikahan poligami. Pernikahan poligami sudah terjadi sejak zaman dahulu, yaitu sejak zaman raja-raja. Ada banyak raja yang memiliki istri lebih dari satu. Hal itu dilakukan untuk menjaga martabat raja dan untuk memperkuat kedudukan raja. Seperti halnya yang dialami oleh Raden Ajeng Kartini, ia menjadi istri keempat Bupati Rembang, Raden Adipati Djojo Adiningrat (Soeprapto, 1990).

  Pernikahan poligami terus berlanjut pada masa-masa awal kemerdekaan. Diawali dari masa pemerintahan Ir. Soekarno. Dunia mengenal Bung Karno sebagai seorang figur yang berpoligami, ketika ia menikahi Hartini dan Ratna Sari Dewi. Kemudian pada masa Orde Baru, yaitu masa pemerintahan Presiden Soeharto. Banyak pemimpin di pemerintahan saat itu yang memiliki istri lebih dari satu. Begitu juga pada masa reformasi, pernikahan poligami masih marak terjadi, seperti yang dilakukan oleh mantan terus berlangsung hingga saat ini. Ada banyak kasus selebriti yang melakukan praktik poligami, seperti aktor Ray Sahetapy. Kasus poligami yang sempat sangat marak dibicarakan, yaitu kasus seorang ulama ternama K.H.Abdullah Gymnastiar atau lebih dikenal dengan nama Aa Gym, yang juga melakukan praktik poligami.

  Dari banyak kasus praktik poligami yang terjadi, dapat diketahui ternyata poligami bukan hanya dilakukan oleh pejabat pemerintahan saja, tetapi juga oleh para selebritis bahkan oleh ulama atau pemuka agama yang seharusnya menjadi panutan bagi masyarakat. Namun sesungguhnya pernikahan poligami selalu diwarnai oleh permasalahan, yaitu munculnya pro dan kontra. Pertama kali tercatat dalam sejarah modern adalah perjuangan yang dilakukan oleh Raden Ajeng Kartini, yang mengupayakan perubahan pada kaum wanita. Kartini tidak menginginkan wanita terus-menerus diinjak- injak dan dihina. Menurut Kartini, pernikahan poligami merupakan salah satu bentuk kekerasan terhadap wanita., walaupun pada akhirnya Kartini sendiri harus kalah dan mengalami pernikahan poligami, ketika ia dipaksa menjadi istri keempat Bupati Rembang oleh ayahnya (Arivia, 2006).

  Tidak sampai disitu, pro dan kontra terhadap pernikahan poligami terjadi kembali pada zaman mantan Presiden Soekarno. Saat presiden pertama RI ini ingin menikah lagi dengan Hartini, walau masih mempertistri Ibu Fat yang berstatus Ibu Negara, masyarakat pada saat itu bersikap tegas terhadap tindakan yang diambil Bung Karno. Para wanita yang bergabung dalam protes keras terhadap tindakan poligami yang dilakukan oleh Bung Karno. Ibu Fat pun menunjukkan sikap tegas, menolak dimadu, lalu hengkang dari Istana Negara (www.femina-online.com). Namun ternyata respon yang muncul saat itu bukan hanya penolakan dan protes keras terhadap praktik poligami. Ada banyak dukungan terhadap praktik poligami yang muncul dari fraksi Islam, seperti Partai Tarbiyah Indonesia (Perti), tokoh-tokoh dari Masyumi (Majlis Syuro Muslimin Inndonesia), dan GPII (Gerakan Pemuda Islam Indonesia). Mereka menolak keras RUU yang diusulkan oleh banyak fraksi wanita di parlemen pada saat itu, yang di dalamnya tercantum butir pelanggaran praktik poligami (Arivia, 2006).

  Pro dan kontra terhadap pernikahan poligami masih terus berlanjut sampai pada masa mantan Presiden Soeharto. Banyaknya praktik poligami yang terjadi pada saat itu, mengundang protes keras dari banyak lembaga wanita. Akhirnya kompromi terhadap tuntutan kaum wanita itu tercapai dengan munculnya UU Perkawinan No.1/1974, dimana poligami tetap boleh dilakukan tetapi dengan syarat-syarat tertentu. Khusus untuk pegawai negeri sipil, juga diterbitkan Peraturan Pemerintah (PP) No.10/1983, yang mengatur izin perkawinan dan perceraian, termasuk syarat-syarat berpoligami (Soeprapto, 1990).

  Namun ternyata munculnya UU Perkawinan No.1/1974 dan PP No.10/1983, tidak mampu menyelesaikan permasalahan yang timbul akibat praktik poligami. Pro dan kontra masih terus mewarnai pernikahan poligami. Aa Gym. Keadaan tersebut semakin mengundang protes keras dari banyak pihak, terutama dari sejumlah LSM perempuan, antara lain Jurnal Perempuan, Koalisi Perempuan Indonesia, LBH-APIK, Solidaritas Perempuan, dan masih banyak lagi. Mereka mendeklarasikan pernyataan ‘Perempuan Menolak Praktik Poligami’, karena poligami merupakan bentuk kekerasan terhadap perempuan (Baswardono, 2006). Ternyata protes keras terhadap praktik poligami tidak hanya sampai disitu. Ada ribuan ungkapan kekecewaan kaum wanita yang disampaikan langsung lewat SMS ke ponsel Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan istrinya, Ani Yudhoyono. Akhirnya Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan, Meutia Hatta Swasono, melakukan revisi Undang- Undang Perkawinan, terutama pasal-pasal yang menyangkut izin berpoligami (Femina, 2006).

  Namun ternyata semakin keras protes terhadap pernikahan poligami, semakin keras pula penolakan terhadap revisi UU Perkawinan, menyangkut izin berpoligami. Di Yogyakarta sendiri, sempat terjadi demonstrasi yang dilakukan oleh beberapa organisasi massa. Mereka menolak pemerintah campur tangan terhadap praktik poligami. Ada banyak spanduk yang diantaranya bertuliskan ‘Kalau presiden tidak mau berpoligami, itu hak pribadi beliau. Tapi tak perlu mencampuri wilayah pribadi orang lain’ (Kompas, 2006). Itulah salah satu bentuk dukungan terhadap praktik poligami.

  Demikianlah pernikahan poligami selalu menjadi hal yang kontroversial, selalu diwarnai dan diakhiri oleh pro dan kontra dari masyarakat alasan sendiri-sendiri. Ada beberapa alasan mengapa seseorang setuju atau pro terhadap pernikahan poligami, yaitu adanya keadaan istri yang mandul (steril) sedangkan suaminya subur (fertil), anggapan bahwa jumlah wanita lebih banyak dari laki-laki, dan adanya anggapan umum yang memaklumi bahwa laki-laki lebih “bermata keranjang” dibanding wanita, juga pandangan bahwa poligami adalah benar di mata Al-Quran dan Hadis Nabi (Soeprapto, 1990 & Femina, 2006).

  Sedangkan mereka yang tidak setuju atau kontra terhadap poligami juga memiliki beberapa alasan, yaitu mereka menganggap poligami menyebabkan perzinaan dan keretakan suatu rumah tangga, selain itu poligami adalah bentuk ketidak adilan pria terhadap wanita. Sangat mustahil pria mampu membagi perhatian dan kasih sayangnya kepada istri-istrinya secara adil. Poligami juga menyebabkan perhatian seorang ayah menjadi berkurang kepada anak-anaknya. Singkat kata, pernikahan poligami dapat dikategorikan sebagai tindakan kekerasan dalam rumah tangga. Seperti diketahui, definisi kekerasan dalam rumah tangga meliputi kekerasan fisik, psikis, seksual dan juga ekonomi (Soeprapto, 1990 & Femina, 2006).

  Melihat penjelasan di atas, maka dapat diketahui ada banyak alasan untuk seseorang memilih pro atau kontra terhadap pernikahan poligami. Pro dan kontra ini merupakan cerminan dari sikap seseorang terhadap poligami. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap pro dan kontra tersebut, diantaranya adalah pengalaman pribadi, latar belakang kebudayaan, faktor lingkungan, dan juga latar belakang agama maupun pendidikan (Azwar, 2000).

  Pada penelitian ini, peneliti tertarik untuk mengetahui adakah perbedaan sikap wanita menikah pada khususnya terhadap pernikahan poligami, ditinjau dari tingkat pendidikan. Hal ini dikarenakan faktor pendidikan masih belum begitu dibahas dalam penentuan sikap terhadap poligami. Disamping itu, lembaga pendidikan turut menentukan dalam proses pembentukan sikap seseorang terhadap suatu objek, dengan memberikan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri seseorang. Lemaga pendidikan membantu seseorang untuk melihat segi positif atau negative dari suatu objek, mengetahui dan memahami konsekuensi dari suatu sikap dan tindakan, dan mengevaluasi suatu kejadian. Dengan memiliki latar belakang pendidikan, seseorang akan lebih mampu melihat suatu permasalahan dengan lebih kompleks ( Azwar, 2000 ).

  Disamping itu, permasalahan ini menjadi semakin menarik karena seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan pada kaum wanita, maka tingkat kesadaran maupun kekritisan kaum wanita juga semakin meningkat (Baswardono, 2006). Wanita dengan tingkat pendidikan lebih tinggi dapat melihat dengan lebih jelas bentuk-bentuk ketidakadilan yang bias gender dalam masyarakat. Mereka semakin sadar akan adanya ketimpangan struktur sosial budaya masyarakat yang merugikan wanita. Wanita seperti ini biasanya dapat melihat melampaui batas-batas dogma dan kepercayaan, sehingga mereka akan menyikapi poligami secara lebih kritis, dan mampu memandangnya dalam banyak perspektif (Prabasmoro, 2006).

  Berbeda dengan wanita yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi, wanita menikah dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah biasanya lebih mudah untuk terperangkap dalam pengaruh dogma dan kepercayaan. Saat suatu nilai sudah tertanam kuat, mereka akan berjuang mati-matian dalam membela nilai tersebut, tanpa menyadari bahwa nilai tersebut sebenarnya merupakan suatu opresi terhadap diri mereka. Semakin rendah tingkat pendidikan seseorang mengakibatkan semakin sempitnya wawasan, sehingga wanita dengan tingkat pendidikan lebih rendah tidak akan mempunyai banyak referensi dalam memandang suatu permasalahan. Dengan demikian persepsi dan tingkah laku mereka akan sangat mudah dikendalikan oleh pihak-pihak di luar diri mereka, untuk mengambil keuntungan pribadi dengan memanfaatkan ketidaktahuan mereka (Prabasmoro, 2006).

  Melihat keadaan tersebut, maka dapat diketahui bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan wanita, maka wanita semakin kritis dan mampu melihat melampaui batas-batas dogma dan kepercayaan. Disamping itu, mereka juga semakin mengenal dan memahami nilai-nilai kesetaraan gender.

  Hal tersebut menyadarkan mereka akan opresi yang dialaminya, seperti yang terjadi dalam pernikahan poligami. Semakin tinggi tingkat pendidikan wanita, maka akan membuat mereka semakin mewujudkan kesetaraan gender dan menolak adanya kekerasan terhadap wanita.

  Bertolak dari penjelasan diatas, maka dapat diketahui bagaimana tingkat pendidikan mempengaruhi proses pembentukan sikap seseorang. Hal ini juga didukung dengan adanya jurnal penelitian yang mengatakan bahwa tingkat pendidikan mempengaruhi perkembangan pribadi dan sikap seseorang meliputi aspek kognitif, afektif dan konatif mereka ( Ghazali, 2003 ). Melihat penjelasan diatas, maka yang seharusnya terjadi adalah semakin tinggi tingkat pendidikan wanita, maka semakin mereka menolak poligami dan semakin rendah tingkat pendidikan wanita, maka akan semakin besar kemungkinan mereka menjadi korban praktik poligami. Fenomena inilah yang menarik minat peneliti untuk melihat apakah benar ada perbedaan sikap wanita menikah pada khususnya, terhadap poligami bila ditinjau dari latar belakang tingkat pendidikannya.

  Peneliti memilih subjek wanita menikah karena wanita menikah memiliki permasalahan yang lebih kompleks. Ada perbedaan dalam menanggapi permasalahan dalam rumah tangga pada wanita yang sudah menikah dengan wanita yang belum menikah. Seorang yang belum menikah hanya akan menanggapi permasalahan dalam rumah tangga secara idealis, tanpa mengerti secara pasti bagaimana kompleksnya suatu pernikahan.

  Sedangkan mereka yang sudah menikah, akan lebih mengerti dan bersikap hati-hati dalam menyikapi suatu permasalahan dalam rumah tangga. Hal ini karena permasalah dalam suatu pernikahan tidak hanya menyangkut dua orang saja (suami dan istri), tetapi ada banyak pihak yang terkait dalam suatu pernikahan yang juga harus diperhatikan dan dijaga keberadaan dan perasaannya (Kartono, 1977).

  B. Rumusan Masalah

  Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui apakah ada perbedaan sikap terhadap poligami pada wanita menikah ditinjau dari tingkat pendidikan.

  C. Tujuan Penelitian

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah perbedaan sikap terhadap poligami pada wanita menikah ditinjau dari tingkat pendidikan.

  D. Manfaat Penelitian

  1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi secara luas dan jelas bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya pada ilmu Psikologi Sosial dan Psikologi Wanita.

2. Manfaat Praktis

  a. Bagi Dunia Pendidikan Penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran dan evaluasi seberapa besar peranan pendidikan dalam proses pembentukan sikap seseorang terhadap poligami pada kususnya. b.

  Bagi Wanita Menikah ( Subjek Penelitian ) Penelitian ini diharapkan dapat memacu wanita menikah untuk terus mengoptimalkan diri mereka melalui pendidikan, sehingga mempu menentukan sikap yang terbaik bagi mereka.

  c. Bagi Peneliti Penelitian ini merupakan kesempatan untuk menganalisis, mengembangkan pengetahuan dan keterampilan penulis di bidang psikologi baik secara teoritik maupun aplikasinya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Sikap Terhadap Poligami 1. Sikap a. Pengertian Sikap Secara historis, istilah sikap digunakan pertama kali oleh Herbert Spencer pada tahun 1862, dimana pada masa itu sikap diartikan sebagai status mental seseorang (Azwar, 1995). Istilah sikap masih terus digunakan hingga saat ini. Menurut Sarwono (1993), sikap merupakan kecenderungan untuk merespon terhadap suatu objek, orang atau situasi tertentu secara positif atau negatif. Sikap mengandung suatu penilaian emosional atau afektif, komponen

  kognitif atau pengetahuan tentang objek itu, serta konatif atau kecenderungan untuk bertindak (Sarwono, dalam Dayakisni & Hudaniah, 2006).

  Gerungan (1996) juga memiliki pendapat yang sama dengan Sarwono mengenai sikap, namun lebih mengarahkan sikap pada suatu kecenderungan untuk bertindak terhadap suatu hal atau objek.

  Sedangkan Walgito (1991) memberikan definisi sikap secara lebih kompleks, yaitu suatu organisasi pendapat, keyakinan individu yang memberikan dasar kepada individu tersebut untuk merespon atau berperilaku sesuai dengan cara yang dipilihnya.

  Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa sikap adalah keadaan mental yang meliputi perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi) dan predisposisi tindakan (konasi) yang dimiliki seseorang melalui proses sosialisasi serta memiliki pengaruh terhadap respon individu pada obyek atau situasi yang berkaitan dengannya.

  b.

  Komponen Sikap Komponen sikap terdiri dari tiga komponen yang saling menunjang, yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif (Azwar, 1995).

  Komponen kognitif tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi yang dimiliki seseorang mengenai objek sikap tertentu. Dari pengetahuan ini kemudian akan terbentuk suatu keyakinan atau kepercayaan tertentu mengenai objek sikap tersebut. Kepercayaan timbul dari apa yang telah kita lihat atau apa yang telah kita ketahui. Berdasarkan apa yang telah kita lihat, ada kemungkinan terbentuk suatu ide mengenai sifat atau objek, dan berdasarkan ide itu kepercayaan akan terus berkembang. Pengalaman pribadi, hal-hal yang diceritakan orang, dan kebutuhan emosional kita sendiri merupakan determinan utama dalam terbentuknya kepercayaan seseorang.

  Komponen afektif menyangkut masalah emosional subjektif dapat disebut sebagai perasaan yang dimiliki individu terhadap sesuatu. Reaksi emosional ini banyak dipengaruhi oleh kepercayaan yang ada dalam diri seseorang terhadap suatu objek tertentu, dan bersifat evaluatif.

  Sedangkan komponen konatif menunjukkan bagaimana kecenderungan perilaku individu berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya. Bagaimana seseorang berperilaku dalam situasi tertentu dan bagaimana kepercayaan dan perasaan seseorang terhadap stimulus tertentu. Kecenderungan berperilaku secara konsisten dan selaras dengan kepercayaan dan perasaan yang ada dalam diri individu akan membentuk sikap individual.

  Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sikap mempunyai tiga komponen yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen perilaku. Komponen kognitif berisi persepsi, kepercayaan dan stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu. Komponen afektif merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan perasaan menyangkut masalah emosional dan bersifat evaluatif, sedangkan komponen perilaku berisi tendensi atau kecenderungan bertindak atau bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu.

  c. Faktor-faktor Pembentuk Sikap Sikap terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh individu. Interaksi sosial itu meliputi hubungan antara individu dengan lingkungan fisik maupun lingkungan psikologis di sekelilingnya. Dalam terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapinya. Berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah :

  1. Pengalaman Pribadi Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat mempunyai tanggapan atau penghayatan, seseorang harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan objek psikologis. Sehubungan dengan hal ini, Middlebrook (1974) mengatakan bahwa tidak adanya pengalaman sama sekali dengan suatu objek psikologis, seseorang cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut.

  Pembentukan kesan atau tanggapan terhadap objek merupakan proses kompleks dalam diri individu yang melibatkan individu yang bersangkutan, situasi dimana tanggapan itu terbentuk, dan atribut atau ciri-ciri objektif yang dimiliki oleh stimulus. Untuk menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat.

  2. Pengaruh Orang lain yang Dianggap Penting Orang lain di sekitar merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap seseorang.

  Seseorang yang dianggap penting, seseorang yang diharapkan persetujuannya, seseorang yang tidak ingin dikecewakan, atau seseorang yang berarti akan banyak mempengaruhi pembentukan

  3. Pengaruh Kebudayaan Seorang ahli psikologi yang terkenal, Skinner menekankan pengaruh lingkungan dalam membentuk pribadi seseorang.

  Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaan pulalah yang memberi corak pengalaman individu- individu yang menjadi anggota kelompok masyarakat asuhannya.

  4. Media Massa Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam menyampaikan informasi, media massa membawa pesan-pesan yang bersifat sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Pesan-pesan sugestif yang dibawa oleh informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.

  5. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap, hal ini dikerenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara yang boleh dan tidak boleh dilakukan diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya. ikut berperan dalam menentukan sikap individu terhadap segala sesuatu.

  6. Pengaruh Faktor Emosional Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap yang sementara, namun dapat pula sebagai sikap yang bertahan lama.

  Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ada banyak faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap seseorang, yaitu melalui pengalaman pribadi yang dialami sehari-hari, pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan yang ada, juga media massa yang memberikan berbagai informasi sehingga menimbulkan ide untuk bersikap. Disamping itu lembaga pendidikan dan lembaga agama serta pengaruh faktor emosional individu juga ikut mempengaruhi terbentuknya sikap seseorang terhadap suatu objek.

  2. Poligami a.

  Pengertian Poligami Kata poligami berasal dari bahasa Yunani, dari kata “Poly” berarti banyak dan “Gamein” berarti kawin atau menikah. Dalam menikah beberapa kali dalam waktu yang bersamaan, bisa seorang pria menikah dengan banyak wanita atau seorang wanita menikah dengan banyak pria, atau juga banyak pria menikah dengan banyak wanita (Suprapto, 1990).

  Menurut tinjauan Antropologi Sosial (Sosio Antropologi), poligami mempunyai pengertian seorang pria menikah dengan banyak wanita, atau sebaliknya. Pada dasarnya poligami dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

  1. Polyandri, yaitu pernikahan antara seorang wanita dengan beberapa orang pria.

2. Poligini, yaitu pernikahan antara seorang pria dengan banyak wanita.

  Namun dalam perkembangannya, istilah poligini jarang sekali digunakan, bahkan bisa dikatakan istilah ini tidak dipakai lagi di kalangan masyarakat, kecuali dikalangan antropolog saja. Maka istilah poligami secara langsung menggantikan istilah poligini.

  Dengan melihat penjelasan di atas, maka dapat diketahui bahwa pengertian dari poligami yaitu pernikahan antara seorang pria dengan beberapa orang wanita.

  b.

  Motivasi dan Tujuan Poligami Melihat pengertian dari poligami, yaitu pernikahan antara seorang pria dengan beberapa orang wanita, maka tentu ada motivasi

  Motivasi dan tujuan dari poligami dilakukan antara lain adalah (Suprapto, 1990) :

1. Motivasi seksual, yaitu motivasi yang digunakan untuk memberikan kepuasan seksual bagi yang bersangkutan.

  2. Motivasi ekonomi, yaitu motivasi yang menyangkut kebutuhan materi. Seseorang melakukan poligami untuk memperbesar usahanya. Biasanya mereka menikah lagi dengan seseorang yang sudah sukses.

  3. Motivasi politik, yaitu motivasi yang menyangkut kekuasaan politik atau pertimbangan politis demi keuntungan pribadi yang bersangkutan.

  4. Motivasi perjuangan, yaitu baik perjuangan politik, perjuangan keagamaan, perjuangan ideologi dan sebagainya.

  5. Motivasi generasi, yaitu motivasi untuk mendapatkan keturunan.

  6. Motivasi kebanggaan diri, yaitu seseorang yang melakukan poligami beranggapan bahwa mereka yang dapat melaksanakan poligami bukanlah sembarang orang, karena hanya orang-orang pilihan yang dapat melaksanakannya.

  7. Motivasi keagamaan dan menalurikan sosial budaya tertentu, yaitu motivasi untuk menjalankan hal-hal yang dianjurkan atau diperbolehkan oleh agama dan motivasi untuk terus menghidupkan budaya tertentu yang sudah ada sejak zaman nenek moyang

  Ternyata pernikahan poligami memiliki beberapa motivasi dan tujuan, diantaranya yaitu motivasi seksual, motivasi ekonomi, motivasi politik, motivasi perjuangan, motivasi generasi, motivasi kebanggaan diri dan motivasi keagamaan.

  c. Dampak Poligami terhadap Wanita Dampak yang umum dialami oleh istri atau wanita yang suaminya melakukan pernikahan poligami sangat beragam. Ada dampak positif dan dampak negatif yang muncul pada diri wanita. Adapun dampak negatif pada diri wanita yang suaminya melakukan pernikahan poligami yaitu (Setiati, 2007) :

  1. Dalam diri istri akan muncul perasaan inferior, menyalahkan diri sendiri, istri merasa tindakan suaminya berpoligami adalah akibat ketidakmampuan dirinya memenuhi kebutuhan biologis suaminya.

  2. Istri akan merasa terlantar secara ekonomi, sehingga sangat kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hal ini dikarenakan selama pernikahan, istri sudah mengalami ketergantungan secara ekonomi kepada suami.