PERBEDAAN KEPUASAN KERJA ANTARA PRIA DAN WANITA SEBAGAI DISTRIBUTOR INDEPENDEN HERBALIFE

  

PERBEDAAN KEPUASAN KERJA

ANTARA PRIA DAN WANITA

SEBAGAI DISTRIBUTOR INDEPENDEN HERBALIFE

Skripsi

  Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

  

Disusun oleh :

Y. Widhi Bintara Sukma

NIM : 009114031

Program Studi Psikologi

  

Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2008

  

“SEMUANYA ADALAH MUNGKIN

JIKA KAMU BERPIKIR ITU ADALAH MUNGKIN”

(Mark Hughes)

“YOU CAN IF YOU THINK YOU CAN”

  

(at the Salsabilla’s Wall)

“PIKIRAN NEGATIF AKAN MENARIK HAL-HAL NEGATIF,

PIKIRAN POSITIF AKAN MENARIK HAL-HAL POSITIF”

(Law of Attraction, The Secret)

  Dan…..apa yang aku pikirkan, apa yang aku inginkan itu terwujud

satu per satu. Bagaimana caranya semua bisa terjadi bukanlah hal yang

penting. Kenapa mesti melakukannya, itulah yang paling penting. Karena

“Hidup itu adalah Misteri” (Jim Rohn) yang tidak harus dicari tahu

penyebabnya.

  

Terima kasih Tuhan…..untuk kehidupanku yang begitu indah…..

  

ABSTRAK

Perbedaan Kepuasan Kerja Pria dan Wanita

sebagai Distributor Independen Herbalife

Y. Widhi Bintara Sukma

  

009114031

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kepuasan kerja antara pria dan wanita. Secara spesifik, subjek dalam penelitian ini adalah distributor independen Herbalife. Latar belakangnya yaitu karena perusahaan Herbalife merupakan salah satu perusahaan penjualan langsung / yang ada di Indonesia dimana orang-orang yang bekerja di Herbalife

  direct selling

  sebagai distributor independen berasal dari berbagai latar belakang status, yaitu mahasiswa, ibu rumah tangga, karyawan, profesional, dan sebagainya yang masing-masing memiliki kesempatan untuk melakukan pekerjaannya secara paruh waktu maupun pernuh waktu dengan kesempatan untuk mendapatkan pelatihan- pelatihan pengembangan diri maupun peluang penghasilan perusahaan yang cukup besar. Hal inilah yang menarik peneliti untuk mengetahui adakah perbedaan kepuasan kerja antara pria dan wanita yang bekerja sebagai distributor independen Herbalife.

  Subjek penelitian ini adalah distributor independen Herbalife yang berdomisili di Yogyakarta dan sekitarnya yang berjumlah 36 orang. Alat ukur yang digunakan yaitu skala yang dibuat sendiri oleh peneliti. Uji reliabilitas menggunakan SPSS 13.00 dengan koefisien Alpha Cronbach sebesar 0,940. Item yang gugur sebanyak 6 butir dari keseluruhan 50 butir item, sehingga item yang layak pakai sebanyak 44 butir.

  Hasil analisa data mengungkapkan bahwa terdapat perbedaan tingkat kepuasan kerja yang cukup signifikan antara pria dan wanita sebagai distributor independen Herbalife dimana perbedaan tingkat kepuasan kerja tersebut terjadi pada setiap aspek yang diukur. Pria memiliki tingkat kepuasan kerja yang lebih tinggi daripada wanita.

  

ABSTRACT

DIFFERENCE OF JOB SATISFACTION BETWEEN MALE AND

FEMALE

AS INDEPENDENT DISTRIBUTOR HERBALIFE

Y. Widhi Bintara Sukma

009114031

  

Sanata Dharma University

Yogyakarta

  This research aimed to know is there any difference of job satisfied between male and female. Specifically, subject in this research are independent distributor Herbalife. The reason was Herbalife company is one of direct selling companies in Indonesia that people work in Herbalife as independent distributor come from many kind background status, are collegian, employee, professional, and others that they can do the work as part time job or full time job and they have opportunity to get personality development training and income opportunity from the company. That was why the writer was interested to know are there any difference job satisfaction between male and female that work as independent distributor Herbalife.

  The subject were Herbalife independent distributor that lived in Yogyakarta and around which consist of 36 people. Reliability test used SPSS 13.00 which coefficient of Alpha Cornbach was 0,940. The number of failed items were 6 of 50 items, so that the number of valid items were 44 items.

  The result stated that between male and female have significant difference of job satisfaction as independent distributor where the difference of job satisfaction happened in all aspect. The result showed that male have higher of job satisfaction than female.

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur kepada Bapa di Surga atas kekuatan dan bimbingan-Nya sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini meskipun berbagai macam tantangan harus dilewati dan diselesaikan.

  Saya mengucapkan terima kasih untuk semua pihak yang terlibat dalam penulisan skripsi ini, terutama kepada Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah mengingatkan dan mengijinkan saya untuk segera menyelesaikan studi Strata 1 dan sekaligus sebagai dosen pembimbing skripsi serta pemberian tugas khusus untuk mata kuliah Kode Etik Psikologi; Ibu Sylvia C.M.Y.M., S.Psi., M.Si., selaku Kaprodi; Bapak DR. A. Supratiknya selaku dosen pembimbing akademik awal dan Bapak Wahyudi, S.Psi., M.Si., selaku dosen pembimbing akademik pada akhir masa studi dan yang telah memberikan tugas khusus untuk menyelesaikan mata kuliah KKN.

  Terima kasih pula untuk beberapa dosen yang telah meluangkan waktu, tenaga dan (mungkin) biaya dengan memberikan, mengkoreksi dan memberi nilai untuk tugas-tugas khusus untuk memenuhi persyaratan kelulusan saya. Untuk Bapak Didik Suryo H., S.Psi., M.Si., yang telah memberikan tugas khusus dan memberikan beberapa catatan mengenai mata kuliah TAT dan CAT; Ibu A. Tanti Arini, S.Psi., M.Si., yang telah memberikan tugas khusus untuk mata kuliah Psikoterapi II : Terapi Humanistik; Bapak Purwanto S.S., M.Si., selaku Kepala Pusat KKN yang telah memberikan ijin dan memberikan tempat di LPPM untuk menyelesaikan mata kuliah KKN; mbak Shanti yang telah meluangkan banyak waktu, pikiran, dan juga biaya karena sering mentraktir makan siang selama saya menjalankan KKN di LPPM (maaf ya mbak, di waktu-waktu terakhir KKN saya membuat mbak Shanti sempat jengkel); mas Tomi selaku rekan kerja di tempat KKN; Frans dan Agung, fotografer KKN serta seluruh pendaftar KKN Alternatif dan Regular yang telah menghilangkan kebosanan saya di tempat KKN; mbak Nanik, mas Gandung, mas Doni, pak Gi’, dan terutama mas Muji yang memfasilitasi dan mengorbankan waktunya untuk menunggu saya praktikum TAT dan CAT.

  Terima kasih yang tidak terhingga kepada keluarga saya yang sangat “Luar Biasa” karena merupakan sebuah keluarga yang banyak diinginkan oleh keluarga lain. Saya sangat bangga memiliki ayah Y. Sunawardi yang telah mengajarkan saya arti kegigihan, loyalitas, dan kejujuran; ibu Y. Sriningsih yang telah mengajarkan saya arti “hidup yang sebenarnya”, arti cinta tulus dan kasih sayang; kakak Y. Asmara Wijayanto & V. Yayuk yang telah menjadi kakak yang selalu siap membantu, Casey keponakan saya yang selalu memberikan keceriaan dan menghidupkan suasana keluarga; adik Yuliana Mantilia yang tidak pernah mengeluh dan tidak pernah komplain dengan kondisi apapun; ibu Daryati Edy yang selalu siap membantu secara moril dan materiil untuk keluarga saya.

  Keluarga besar Krodan 49 A (Buncit 1, Buncit 2, Chemonk, DJ Arwo, Ari Grandong, Toni t*t*t) yang telah mengajari saya “ilmu berkelit dan silat lidah”, teman-teman Van Lith : Gepek (Seize The Day), Yudhis (Whatever! Shop), Zitta (Cheaper Cheaper) bagaimanapun juga memiliki usaha sendiri jauh lebih bagus daripada menjadi seorang karyawan, Anna untuk bantuan dari sejak awal masuk kuliah sampai detik-detik terakhir kelulusan terutama untuk warisan buku- bukunya.

  Keluarga besar Wong Limo : Andreas “Nyropho”, Adri “Predator”, Ari “Utjup”, Hari, beserta kendaraan dinas Wong Limo “Tank Biru” yang setia mengantar kemanapun Wong Limo ingin pergi. Vicky “Kuda”, Moniq, Ita, Melany, dan teman-teman kelas A lainnya. Rani, Vincent, dan terutama Ninuk : terima kasih untuk kursus singkatnya tentang SPSS dan skripsi.

  Keluarga besar Herbalife yang telah bersedia mengisi skala penelitian skripsi saya. Sistem training Herbalife yang telah mengubah personality dan leadership saya, peluang penghasilannya yang telah menghidupi saya. Para sponsor di Herbalife : Adi-Aidha, Heri, Kuncoro-Maya, Hartati Syukur; para distributor; para supervisor dan seluruh teman-teman di Herbalife.

  Special thanks to Indy “Bunny” yang telah membuat kehidupanku menjadi seimbang dalam segala hal. Terima kasih pula untuk para merpati yang telah terbang jauh yang pernah berusaha menegakkan sayap-sayap patahku.

  Saya menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna. Untuk itu saya terbuka untuk menerima kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini. Semoga dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL .…………………………………………….. i HALAMAN PERSETUJUAN .…………………………………... ii HALAMAN PENGESAHAN ………………………………….… iii HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ……………….… iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……………………….…. v ABSTRAK………………………………………………………..…. vi ABSTRACT ……………………………………………………….... vii KATA PENGANTAR ………………………………………….… ix DAFTAR ISI …………………………………………………….….. xii DAFTAR TABEL ……………………………………………….….. xv DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………….….. xvi

  BAB I. PENDAHULUAN A.

  1 Latar Belakang ………………………………………..… B.

  8 Rumusan Topik Penelitian …………………………..…..

  C.

  8 Tujuan Penelitian …………………………………….….

  D.

  9 Manfaat Penelitian ……………………………………....

BAB II. LANDASAN TEORI A. Kepuasan Kerja 1.

  10 Pengertian Kepuasan Kerja …………………………...

  2.

  12 Aspek – aspek Kepuasan Kerja ………………….…...

  3.

  13 Perbedaan Pria dan Wanita …………………………...

  4.

  15 Dinamika Perbedaan Kepuasan Kerja Pria dan Wanita B. Network Marketing Herbalife 1.

  15 Pengertian Network Marketing …………………….… 2.

  18 Deskripsi Pekerjaan Distributor Independen Herbalife C.

  21 Hipotesis…………………………………………….……..

  BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A.

  22 Jenis Penelitian …………………………………….……… B.

  22 Identifikasi Variabel ……………………………….……… C.

  23 Definisi Operasional …………………………….……… D.

  24 Subjek Penelitian………………………………….……… E.

  25 Metode Pengumpulan Data ……………………….……….

  F.

  Reliabilitas dan Validitas 1.

  27 Validitas …………………………………..………...

  2.

  28 Seleksi Item ………………………………………...

  3.

  29 Reliabilitas ………………………………..………...

  G.

  30 Metode Analisis Data …………………………...…………

  BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.

  31 Prosedur Penelitian ………………………...….…………..

  B.

  Hasil Penelitian 1.

  32 Deskripsi Data Penelitian …………...…….………….

  2.

  34 Uji Normalitas……………………...……..…………..

  3.

  35 Uji Hipotesis…………………………………………..

  4.

  36 Kategori Kepuasan Kerja ……………………………..

  C.

  38 Pembahasan Hasil Penelitian....……………………………

  BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A.

  42 Kesimpulan…………………….…………………………..

  B.

  42 Keterbatasan Penelitian …….……………………………...

  C.

  43 Saran……….……………………………………………… DAFTAR PUSTAKA .………………………………………………

  44 LAMPIRAN ……….………………………………………………...

  46

  

DAFTAR TABEL

  Halaman Tabel 1 Skor Jawaban Menurut Kategori Favorabel dan Tak Favorabel ……………………………………………...

  26 Tabel 2 Aspek dan Distribusi Item Skala Kepuasan Kerja Sebelum Uji Coba …………………………………….

  27 Tabel 3 Skor Subjek Penelitian ………………………………..

  32 Tabel 4 Deskripsi Data Penelitian ……………………………..

  33 Tabel 5 Uji Normalitas ….……………………………………..

  35 Tabel 6 Ringkasan Hasil Uji-T ...…………….………………..

  35 Tabel 7 Kategorisasi Skor Subjek Penelitian ………………….

  37 Tabel 8 Hasil Penelitian …..…………………………………...

  37

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran A Lampiran B Lampiran C Lampiran D Lampiran E Lampiran F Skala Penelitian ……………………………….

  Data Penelitian ……………………………….. Seleksi Item …………………………………... Uji Reliabilitas ...……………………………... Hasil Penelitian ………………………………. Surat Keterangan Penelitian …………………..

  Halaman

  46

  51

  57

  62

  65

  73

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Revolusi Industri yang terjadi di Eropa mempengaruhi bangsa-bangsa di dunia

  untuk memulai Era Industri. Hal ini ditandai dengan makin banyaknya sentra- sentra industri yang didirikan oleh hampir semua negara di dunia. Di negara Indonesia pun banyak didirikan pabrik-pabrik dan perusahaan-perusahaan, baik skala lokal, nasional maupun internasional terutama di wilayah DKI Jakarta dan kota-kota sekitarnya. Sejalan dengan pertumbuhan jumlah perusahaan yang terus bertambah, persaingan dalam dunia industri juga semakin berkembang.

  Sebagai karyawan yang bekerja di suatu perusahaan dituntut mampu memberikan performansi kerja yang maksimal dan produktivitas yang tinggi.

  Sebagai pemilik perusahaan dituntut mampu mengarahkan perusahaan untuk menghasilkan produk yang kompetitif di pasar supaya perusahaan mampu bertahan dan memberikan kesejahteraan bagi orang-orang yang bekerja di perusahaan tersebut.

  Hubungan yang sinergis antara karyawan dengan pemilik perusahaan mampu meningkatkan kepuasan kerja bagi orang-orang yang bekerja pada perusahaan tersebut demi kemajuan bersama. Apabila hubungan itu tidak tercipta maka kemungkinan besar produktivitas karyawan akan menurun yang mengakibatkan produktivitas perusahaan juga akan menurun, padahal di satu sisi persaingan antar perusahaan sangat ketat. Hanya perusahaan besar dan kuat yang mampu bertahan dan mampu memberikan kesejahteraan dan kepuasan kerja bagi para karyawannya.

  Kesempatan maju, keamanan kerja, gaji, perusahaan dan manajemen, pengawasan, faktor intrinsik pekerjaan, kondisi kerja, aspek sosial dalam pekerjaan, komunikasi dan fasilitas adalah beberapa faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja. (Gilmer dalam As’ad, 1987). Faktor-faktor tersebut perlu diperhatikan demi terciptanya tujuan bersama.

  Setiap perusahaan memiliki kriteria-kriteria tertentu dalam memilih orang- orang yang akan bekerja di dalamnya. Karakter setiap individu pasti berbeda antara satu dengan yang lainnya ketika menghadapi dan menyelesaikan permasalahan dalam pekerjaan, terutama antara pria dan wanita. Pria cenderung untuk menggunakan pikiran rasional dalam menyelesaikan masalah sedangkan wanita cenderung menggunakan perasaan yang lebih dominan daripada menggunakan pikiran rasional.

  Secara umum, pria akan fokus pada fakta-fakta yang ada dan akan berbicara secara langsung menggunakan kata-kata yang harafiah ketika mencari solusi dari permasalahan sedangkan wanita cenderung menekankan perasaan di balik fakta- fakta yang ada dan berbicara secara tidak langsung ( pekerjaan dengan tingkat stres yang tinggi serta membutuhkan energi fisik yang besar, seperti misalnya pekerjaan di pertambangan, sebagian besar diisi oleh pria sedangkan posisi pekerjaan yang lebih membutuhkan ketelitian, seperti misalnya sekretaris, bagian keuangan dan sebagainya, lebih banyak ditempati oleh wanita. Secara khas, wanita lebih banyak berada pada posisi pendukung daripada pengambil keputusan (Smither, 1994).

  Kelebihan dan kekurangan masing-masing pria dan wanita penting untuk diketahui supaya perusahaan mampu menempatkan individu sesuai dengan potensi dan kemampuan masing-masing demi terciptanya efektivitas kerja dan produktivitas yang lebih maksimal. Dalam memproses informasi, seorang pria memiliki kemampuan yang tinggi untuk mengelompokkan segala sesuatu, mengontrol emosi, mengasingkan diri sendiri, dan orientasi kerja karena otak pria bersifat sistematis, namun seorang pria memiliki kemampuan yang rendah dalam multitasking dan relasional. Seorang wanita mempunyai tingkat empati yang tinggi, kemampuan multitasking, dan memiliki hubungan relasional namun memiliki kemampuan yang rendah untuk mengelompokkan segala sesuatu, mengontrol emosi, mengasingkan diri, dan orientasi kerja (www.whandi.net).

  Pria dan wanita memiliki orientasi kerja dan tuntutan peran yang berbeda. Seorang pria, terutama yang telah berkeluarga, dituntut menjadi tulang punggung ekonomi keluarga sehingga ia memiliki beban tanggung jawab yang lebih besar di luar tanggung jawab pekerjaannya daripada seorang wanita. Peran seorang pria dalam keluarga sebagian besar adalah sebagai penyedia dalam hal finansial sedangkan seorang wanita dalam keluarga lebih dituntut untuk merawat anak, rumah dan segala sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan rumah tangga ).

  Dalam beberapa tahun ini, peran wanita di tempat kerja semakin meningkat. Secara umum, para wanita telah melakukan kemajuan yang substansial ke dalam golongan manajemen menengah, namun mengalami kegagalan untuk masuk ke dalam tingkat manajemen atas (Smither, 1994). Ada fenomena yang disebut dengan Glass-Ceiling, yaitu adanya suatu penghalang yang tidak kelihatan yang menghambat kemajuan wanita. Dari studi yang dilakukan oleh Departemen Tenaga Kerja Amerika menunjukkan data bahwa meskipun ada beberapa organisasi memiliki program untuk meningkatkan potensi para eksekutif, rata-rata wanita dikeluarkan dari program tersebut. Beberapa wanita yang menginginkan posisi kepemimpinan lebih tinggi harus berjuang untuk mendapatkan perlakuan adil di saat mereka belajar menyesuaikan peran ke dalam manajemen (Smither, 1994).

  Smither (1994) mengungkapkan bahwa dedikasi wanita terhadap karir lebih rendah dibandingkan dengan pria. Penghasilan dan kesempatan karir mereka dianggap sekunder dalam hubungan mereka dengan pasangan. Penghasilan dan kesempatan karir pasangan dianggap lebih utama.

  Perbedaan-perbedaan mendasar yang terdapat pada pria dan wanita sangat berpengaruh terutama yang berkaitan dengan tingkat kepuasan kerja sehingga perlu dilakukan pengukuran dan penelitian. Menurut As’ad (2001), ada 3 macam arah penelitian di bidang kepuasan kerja :

  1. adalah usaha untuk menemukan faktor-faktor yang menjadi sumber kepuasan kerja serta kondisi-kondisi yang mempengaruhinya. Dengan mengetahui hal ini orang lalu dapat menciptakan kondisi-kondisi tertentu agar karyawan bisa lebih bergairah dan merasa bahagia dalam bekerja.

  2. adalah usaha untuk melihat bagaimana efek dari kepuasan kerja terhadap sikap dan tingkah laku orang terutama tingkah laku kerja seperti : produktivitas, absentisme, kecelakaan akibat kerja, labor turn over / pergantian tenaga kerja dan sebagainya. Dengan mengetahui hal ini, orang dapat mengambil langkah- langkah yang tepat dalam memotivasi karyawan serta mencegah kelakuan- kelakuan yang dapat merugikan.

  3. adalah dalam rangka usaha mendapatkan rumusan atau definisi yang lebih tepat dan bersifat komprehensif mengenai kepuasan kerja itu sendiri Dengan posisi pekerjaan yang sama, apakah memiliki tingkat kepuasan kerja yang sama ataukah berbeda.

  Dalam penelitian ini, posisi pekerjaan yang diteliti adalah posisi pemasaran / marketing karena posisi inilah yang paling dinamis dan merupakan posisi ujung tombak perusahaan, yang memiliki tingkat stres kerja yang lebih tinggi dibandingkan posisi pekerjaan lainnya karena setiap rentang waktu tertentu dituntut oleh suatu target yang telah ditentukan oleh perusahaan atau oleh atasan dan harus dapat dicapai. Apabila target tidak terpenuhi akan ada konsekuensi- konsekuensi dari perusahaan atau atasan tergantung dari tingkat kesalahan individu yang bersangkutan. Tenaga pemasaran / marketing merupakan ujung tombak sebuah perusahaan dalam menjalankan usahanya, karena suatu produk bisa sampai ke tangan konsumen adalah karena hasil kerja keras para tenaga pemasaran / marketing. Oleh karena itu, posisi pemasaran haruslah mendapat porsi perhatian yang lebih besar dari perusahaan.

  Seorang wanita memiliki kemampuan multitasking, tingkat empati yang tinggi dan memiliki hubungan relasional yang lebih bagus dibandingkan dengan seorang ). Sehingga seorang wanita lebih sesuai untuk menempati posisi pekerjaan marketing. Namun tidak menutup kemungkinan juga seorang pria cukup ahli dalam melakukan pekerjaan pemasaran ini, seperti contohnya Hermawan Kertajaya yang merupakan seorang tokoh ahli marketing handal di Indonesia.

  Sejalan dengan pengetahuan bahwa posisi marketing merupakan ujung tombak perusahaan, beberapa tahun terakhir industri yang paling berkembang adalah industri network marketing dimana industri ini lebih berpihak kepada tenaga pemasaran karena memberikan kompensasi yang lebih besar kepada mereka. Industri ini telah terbukti membawa banyak orang mencapai kesejahteraan dan sistem network marketing tersebut merupakan satu bentuk ritel yang tercepat perkembangannya karena paling efisien dalam promosi dan paling proaktif dalam memasarkan produk secara langsung kepada konsumen (Hariwijaya, 2005). Menurut Hariwijaya (2005) banyak orang tertarik dengan karena sistem ini menawarkan keuntungan tanpa batas dan

  network marketing

  pengembangan diri para pelakunya. Basis dari sistem ini adalah referensi atau memanfaatkan jaringan relasi sehingga lebih efektif dalam promosi dan tidak terlalu menyita banyak waktu. Potensi penghasilan yang besar dengan memiliki lebih banyak waktu luang, yang dapat dimanfaatkan untuk berkumpul bersama keluarga, merupakan indikator positif yang mengarah kepada tingkat kepuasan kerja yang tinggi.

  Beberapa perusahaan network marketing telah terdaftar masuk ke Indonesia. Beberapa di antaranya merupakan perusahaan legal karena telah mendapatkan sertifikasi ijin dari Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia (APLI) untuk beroperasi di Indonesia tetapi terdapat beberapa perusahaan, dengan kedok bersifat ilegal karena menjalankan usahanya dengan sistem

  network marketing,

  skema piramida, investasi surat berantai dan sistem binari yang lebih banyak menimbulkan kerugian daripada mendapatkan keuntungan bagi pelaku usahanya (Harefa, 2003).

  Herbalife International Company merupakan salah satu perusahaan network yang telah resmi mendapatkan ijin dari Asosiasi Penjualan Langsung

  marketing

  Indonesia / APLI untuk beroperasi di Indonesia. Herbalife International Company merupakan salah satu perusahaan multinasional yang berkembang besar dan kuat karena telah beroperasi selama lebih dari 28 tahun dan berada di 65 negara.

  Pada penutupan tahun 2007, Herbalife International mencatat omzet penjualan $ US 3,5 milliar meningkat dari $ US 3 milliar pada tahun 2006. Herbalife International yang telah go public terdaftar di bursa saham New York Stock Exchage (NYSE) dan termasuk dalam 16 perusahaan besar di Amerika Serikat yang sehat. Herbalife International Company secara resmi beroperasi di Indonesia pada tahun 1998 dengan nama PT. Herbalife Indonesia dan mulai beroperasi di Yogyakarta pada tahun 2000.

  PT. Herbalife Indonesia pernah mencatat peningkatan angka penjualan terbaik di dunia diantara negara-negara dimana Herbalife ada pada tahun 2004 dengan peningkatan lebih dari 200%.

  Produk-produk yang diproduksi dan dipasarkan oleh Herbalife adalah produk- produk untuk pengelolaan berat badan, kesehatan dan perawatan tubuh, dimana sebagian besar yang membutuhkan ketiga hal tersebut adalah wanita. Untuk menjadi Distributor Independen Herbalife, sebutan untuk agen pemasaran Herbalife, tidak dibatasi oleh jenis kelamin pria atau wanita. Namun di Indonesia dibatasi usia minimal adalah 18 tahun mengikuti peraturan pemerintah mengenai ketenaga-kerjaan.

B. Rumusan Topik Penelitian

  Melihat latar belakang di atas, muncul ketertarikan untuk melakukan penelitian mengenai adakah perbedaan kepuasaan kerja antara pria dan wanita yang bekerja sebagai Distributor Independen Herbalife ? C.

   Tujuan Penelitian

  Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi apakah terdapat perbedaan kepuasan kerja antara pria dan wanita yang bekerja sebagai Distributor Independen Herbalife yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan perusahaan Herbalife International pada umumnya dan PT.

  Herbalife Indonesia pada khususnya.

D. Manfaat Penelitian 1.

  Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kepuasaan kerja antara pria dan wanita yang bekerja sebagai Distributor Independen Herbalife apakah terdapat perbedaan ataukah tidak yang dapat dipergunakan oleh PT. Herbalife Indonesia dalam pengambilan kebijakan perusahaan maupun dipergunakan oleh masyarakat luas.

2. Manfaat Teoritis

  Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu Psikologi, khususnya bidang Psikologi Industri dan Organisasi, yang dapat digunakan sebagai pedoman lebih lanjut bagi penelitian lain tentang kepuasan kerja di suatu perusahaan.

BAB II LANDASAN TEORI A. KEPUASAN KERJA 1. Pengertian Kepuasan Kerja Faktor manusia cukup berperan penting dalam mencapai hasil sesuai

  dengan tujuan perusahaan karena ujung tombak dari perusahaan adalah orang-orang yang bekerja dalam perusahaan tersebut. Pimpinan perusahaan memiliki kewajiban untuk memberikan motivasi kepada para karyawannya supaya memiliki kepuasan kerja yang pada akhirnya dapat mengarah kepada pencapaian tujuan akhir perusahaan.

  Locke (dalam Smither, 1994) mendefinisikan bahwa kepuasan kerja berarti bagian menyenangkan atau emosi positif yang dihasilkan dari penilaian terhadap pekerjaannya atau pengalaman kerja seseorang. Pengertian ini didukung oleh Siegel dan Lane (dalam Ashar, 2001) yang memberikan pengertian bahwa tenaga kerja yang puas dengan pekerjaannya merasa senang dengan pekerjaannya. Panji dan Sri Suyati (1995) dalam bukunya : ”Psikologi Industri dan Organisasi” menyebutkan kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya dan segala sesuatu yang dihadapinya dalam lingkungan kerja.

  Di dalam buku “Psikologi Industri” karangan As’ad (2001) beberapa ahli memberikan pendapat mengenai kepuasan kerja, antara lain Wexley dan Yukl menyebutkan kepuasan kerja sebagai perasaan seseorang terhadap pekerjaannya. Athanasiou memberikan batasan kepuasan kerja sebagai “positive emotional state” atau bagian emosi seseorang yang positif. Vroom memberikan pendapat sebagai refleksi dari job attitude yang bernilai positif. Hoppeck memberikan kesimpulan kepuasan kerja sebagai penilaian dari pekerja yaitu seberapa jauh pekerjaannya secara keseluruhan memuaskan kebutuhannya. Tiffin berpendapat bahwa kepuasan kerja berhubungan erat dengan sikap dari karyawan terhadap pekerjaannya sendiri, situasi kerja, kerjasama antara pimpinan dengan sesama karyawan, sedangkan Blum mengemukakan bahwa kepuasan kerja merupakan sikap umum yang merupakan hasil dari beberapa sikap khusus terhadap faktor-faktor pekerjaan, penyesuaian diri dan hubungan sosial individu di luar kerja.

  Dari pendapat banyak ahli tersebut As’ad (2001) secara sederhana mendefinisikan kepuasan kerja sebagai perasaan seseorang terhadap pekerjaannya. Ini berarti kepuasan kerja merupakan hasil interaksi manusia dengan lingkungan kerjanya, yang meliputi perbedaan individu maupun situasi lingkungan pekerjaan.

  (individual differences)

  Ahli lain berpendapat bahwa kepuasan kerja merupakan hasil keseluruhan dari derajat suka atau tidak sukanya tenaga kerja terhadap berbagai aspek dari pekerjaannya. Dengan kata lain kepuasan kerja mencerminkan sikap tenaga kerja terhadap pekerjaannya (Howel dan Dipboye dalam Ashar, 2001).

  Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja adalah keadaan emosional seseorang dalam memandang kondisi diri dan pekerjaannya, positif atau negatif, yang melibatkan aspek- aspek pekerjaan maupun yang berhubungan dengan dirinya.

2. Aspek-aspek Kepuasan Kerja

  Aspek-aspek dalam kepuasan kerja dapat dijelaskan melalui 4 aspek (As’ad, 2001), yaitu : 1.

  Aspek psikologis Merupakan faktor yang berhubungan dengan kejiwaan karyawan yang meliputi : minat, ketenteraman dalam kerja, sikap terhadap kerja, bakat, dan keterampilan.

  2. Aspek sosial Merupakan faktor yang berhubungan dengan interaksi sosial baik antara sesama karyawan, dengan atasannya, maupun karyawan yang berbeda jenis pekerjaannya.

  3. Aspek fisik Merupakan faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik lingkungan kerja dan kondisi fisik karyawan, meliputi : jenis pekerjaan, pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat, perlengkapan kerja, keadaan ruangan, suhu, penerangan, pertukaran udara, kondisi kesehatan karyawan, umur dan sebagainya.

4. Aspek finansial

  Merupakan faktor yang berhubungan dengan jaminan serta kesejahteraan karyawan yang meliputi : sistem dan besarnya gaji, jaminan sosial, macam-macam tunjangan, fasilitas yang diberikan, promosi dan sebagainya.

3. Perbedaan Pria dan Wanita

  Ada beberapa perbedaan mendasar antara pria dan wanita selain daripada perbedaan secara fisik. Perbedaan-perbedaan tersebut mempengaruhi bagaimana antara pria dan wanita menanggapi suatu permasalahan yang sama persis secara berbeda. Perbedaan-perbedaan tersebut antara lain ( 1.

  Perbedaan secara anatomi, hormonal, dan psikologis Pria dan wanita memiliki perbedaan secara anatomi, hormonal, dan psikologis. Dengan adanya perbedaan-perbedaan tersebut, cara berpikir, berperasaan dan perilaku keduanya berbeda.

2. Perbedaan dalam memproses suatu informasi

  Pria memiliki kemampuan yang tinggi untuk mengelompokkan segala sesuatu, mengontrol emosi, mengasingkan diri sendiri, dan orientasi kerja karena otak pria sifatnya sistematis. Namun, seorang pria memiliki kemampuan yang rendah dalam multitasking dan relasional.

  Sedangkan otak wanita mempunyai tingkat empati yang tinggi, multitasking, dan memiliki hubungan relasional namun ia memiliki kemampuan yang rendah untuk mengelompokkan segala sesuatu, mengontrol emosi, mengasingkan diri, dan orientasi kerja.

  3. Perbedaan dalam berkomunikasi Pria memiliki kecenderungan fokus pada fakta-fakta yang ada. Pada saat mencari solusi dari permasalahan, pria cenderung memikirkan sendiri suatu masalah pada suatu waktu. Secara umum pria akan berbicara secara langsung menggunakan kata-kata yang harafiah.

  Wanita cenderung menekankan pada perasaan di balik fakta-fakta yang ada. Saat ingin mengatasi masalah, wanita merasa perlu membicarakan masalah mereka dengan orang lain untuk memproses pikiran mereka. Umumnya wanita akan berbicara tidak secara langsung dan mengatakan bagaimana perasaan mereka jika berada pada situasi yang sama.

  4. Perbedaan dalam keinginan Pria memerlukan rasa hormat dan kekaguman untuk segala usaha dan pencapaian mereka. Seorang pria cenderung menginginkan orang lain menghormati pertimbangan dan kemampuan mereka, baik di depan umum ataupun secara pribadi. Wanita memerlukan ekspresi yang sering dari orang lain melalui kata-kata dan tindakan.

  5. Perbedaan peran pria dan wanita Peran seorang pria dalam keluarga sebagian besar adalah sebagai penyedia secara finansial. Sedangkan seorang wanita dalam keluarga lebih dituntut untuk merawat anak, rumah dan segala sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan rumah tangga.

4. Dinamika Perbedaan Kepuasan Kerja Pria dan Wanita

  Pria Tinggi Aspek Psikologis Aspek Sosial

  Pekerjaan Kepuasan Kerja

  Aspek Fisik Aspek Finansial

  Wanita Rendah B.

   NETWORK MARKETING HERBALIFE 1. Pengertian Network Marketing Direct selling, network marketing dan multi level marketing memiliki

  pengertian yang hampir sama karena ketiganya merupakan satu pokok kesatuan. Direct selling dan multi level marketing adalah salah satu dari beberapa sistem pemasaran yang ada dalam network marketing. Direct adalah suatu metode untuk mengantarkan produk langsung kepada

  selling

  pelanggan melalui orang-orang yang bertindak sebagai sales-sales tak terikat, yang mendatangi konsumen untuk mendemonstrasikan produk tersebut, pada umumnya di rumah calon konsumen atau di suatu lokasi bisnis. (Hariwijaya, 2005). Berbeda dengan metode ritel secara konvensional, dimana produk dipajang pada rak-rak toko menunggu ditemukan oleh calon pembelinya.

  Ada 2 sistem pemasaran yang ada dalam direct selling / pemasaran langsung, yaitu single level marketing dan multi level marketing.

  Pengertian dari single level marketing atau pemasaran satu tingkat yaitu metode pemasaran barang dan / atau jasa dari sistem penjualan langsung melalui program pemasaran berbentuk satu tingkat, dimana mitra usaha mendapatkan komisi penjualan dan bonus penjualan dari hasil penjualan barang dan / atau jasa yang dilakukannya sendiri. Sedangkan pengertian dari multi level marketing atau pemasaran berjenjang yaitu metode pemasaran barang dan / atau jasa dari sistem penjualan langsung melalui program pemasaran berbentuk lebih dari satu tingkat, dimana mitra usaha mendapatkan komisi penjualan dan bonus penjualan dari hasil penjualan barang dan / atau jasa yang dilakukannya sendiri dan anggota jaringan di dalam kelompoknya.

  Menurut Hariwijaya (2005), keuntungan menjalankan bisnis network adalah :

  marketing − Bisnis network marketing dapat dimulai di mana saja dan kapan saja.

  Secara umum, untuk memulai bisnis network marketing, modal yang dibutuhkan relatif kecil.

  − Bisnis ini dapat dijalankan secara paruh waktu. Artinya orang yang menjalankannya masih tetap dapat menerima gaji dari kantor tempat ia bekerja sembari menjalankan dan mengembangkan bisnis network secara konsisten dan perlahan-lahan di waktu senggang.

  marketing

  − Orang yang menjalankannya memiliki perusahaan sendiri dimana dia adalah bos atau seorang manajer yang menentukan ke arah mana perusahaan akan berkembang. − Bisnis network marketing memberikan potensi penghasilan tidak terbatas.

  − Bisnis network marketing merupakan sistem bisnis yang telah terbukti sukses di seluruh dunia.

  − Sistem bisnis network marketing relatif mudah dipelajari, dimengerti dan dijalankan.

  Berikut ini adalah beberapa nama perusahaan network marketing dengan konsep direct selling dan multi level marketing yang beroperasi di Indonesia beserta produk yang dipasarkan oleh perusahaan tersebut : − Ahad-Net : peralatan rumah tangga, busana muslim, peralatan kantor, kosmetika, produk kesehatan, suplemen makanan, dan lain-lain.

  − Amway : pendemonstrasian produk di rumah, kosmetika, peralatan rumah tangga, pakaian dan produk-produk nutrisi.

  − Avon : kosmetika, perawatan kulit dan hadiah atau cindera mata. − CNI : produk kesehatan, suplemen gizi, peralatan tumah tangga, produksi konsumsi rumah tangga.

  − DXN : produk kesehatan, suplemen gizi, peralatan rumah tangga. − Forever Young : peralatan tumah tangga, perawatan kendaraan, perawatan kulit, kosmetika, produk kesehatan.

  − Herbalife : produk-produk nutrisi dan produk-produk kesehatan.

  − Sophie Martin : kosmetika, busana, sepatu, tas, perhiasan, perawatan tubuh.

  − Tianshi Group : suplemen kesehatan, obat-obatan. − Tupperware : busana, tas, sepatu dan peralatan makan.

2. Deskripsi Pekerjaan Distributor Independen Herbalife

  Pada saat awal menjadi distributor independen Herbalife dibutuhkan ijin / lisensi dari perusahaan Herbalife yang disebut dengan International atau disingkat dengan IBP. Isi dari paket IBP tersebut

  Bussiness Pack

  antara lain : form aplikasi kedistributoran beserta berkas-berkas lainnya, buku-buku manual tentang produk dan cara memulai kerja, kaset DVD yang berisi tentang penjelasan produk satu per satu, peluang penghasilan Herbalife serta kesaksian orang-orang yang telah sukses bersama Herbalife, protein lean estimator yaitu alat pengukur protein yang dibutuhkan oleh tubuh setiap hari, pin / lencana sebagai alat kerja awal untuk mendapatkan pelanggan, tas kerja, dan produk dasar Herbalife yaitu Formula 1 dan tablet Fiber & Herbs untuk dikonsumsi oleh distributor yang bersangkutan dengan tujuan supaya ia mendapatkan hasil nyata untuk turun atau naik berat badan atau untuk stamina dari produk yang dikonsumsi sebagai pembuktian dan pengalaman pribadi distributor.

  Deskripsi pekerjaan sebagai distributor independen Herbalife adalah mengkonsumsi produk Herbalife, mengenakan pin Herbalife dan berbicara kepada orang lain mengenai produk dan peluang penghasilan Herbalife

  (Herbalife). Mengkonsumsi produk Herbalife bertujuan untuk memperoleh hasil turun atau naik berat badan dan untuk stamina serta mendapatkan pengalaman personal mengenai produk Herbalife. Mengenakan pin Herbalife merupakan identitas dan branding yang dilakukan oleh perusahaan untuk menarik perhatian ketika bertemu dengan orang lain.

  Berbicara mengenai produk Herbalife bertujuan untuk memperoleh pelanggan yang akan menggunakan rangkaian produk Herbalife untuk naik berat badan, turun berat badan, meningkatkan stamina atau untuk perawatan tubuh. Berbicara mengenai peluang penghasilan Herbalife bertujuan untuk mendapatkan distributor baru yang akan menjadi organisasi tim kerja distributor yang bersangkutan.

  Ada 3 tugas yang harus dilakukan oleh distributor independen Herbalife untuk mendapatkan penghasilan, yaitu : ritel, rekrut dan follow up. Ritel adalah melakukan penjualan produk kepada pelanggan yang menginginkan penurunan berat badan, naik berat badan atau meningkatkan stamina dan perawatan tubuh. Rekrut adalah mengajak orang lain untuk bergabung menjadi distributor independen Herbalife yang akan menjadi bagian dari organisasi tim kerja distributor yang bersangkutan. Follow up adalah tindak lanjut / pelayanan kepada pelanggan yang bertujuan untuk memastikan pelanggan memperoleh hasil yang diinginkan dengan harapan pelanggan tersebut akan melakukan pembelian kembali terhadap rangkaian produk Herbalife. Follow up juga perlu dilakukan kepada organisasi tim kerja distributor untuk melatih mereka mampu mendapatkan pelanggan baru dan mempertahankan pelanggan lama untuk terus melakukan pembelian terhadap rangkaian produk Herbalife.

  Konsep kerja Herbalife bersifat independen dan personal karena tidak ada hirarki formal dalam organisasi pekerjaan seperti dalam pekerjaan pada umumnya, sehingga tidak dikenal istilah atasan dalam hirarki pekerjaan Herbalife. Masing-masing distributor memiliki mentor yang akan membantu apabila distributor mengalami kesulitan dalam pekerjaan namun ia memiliki tanggung jawab penuh terhadap keberhasilan pekerjaan mereka masing-masing. Mentor adalah orang yang mengenalkan peluang penghasilan Herbalife kepada distributor yang bersangkutan.

  Penghasilan distributor independen Herbalife diperoleh dari keuntungan antara 25 % sampai dengan 50 % dari nilai penjualan setelah dipotong pajak, penghasilan grosir yang diperoleh dari selisih tingkat potongan harga pada pembelian dengan jumlah tertentu sebesar 8 % sampai dengan 25 %, penghasilan royalti yang diperoleh dari omzet penjualan organisasi distributor yang besarnya antara 1 % sampai dengan 5 % tergantung dari omzet penjualan pribadi, serta penghasilan bonus yang merupakan penghargaan khusus pada posisi Global Expansion Team, Millionaire Team, President’s Team, Chairmain’s Club dan Founder’s Circle sebesar 2 % sampai dengan 7 % tergantung dari omzet penjualan pribadi dan omzet penjualan organisasi distributor di bawah mereka.

  Penghasilan ritel dan grosir bisa didapatkan secara langsung oleh distributor pada saat terjadi penjualan produk Herbalife. Sedangkan penghasilan royalti dan bonus diperoleh setiap bulan setelah dihitung secara total dari omzet penjualan pribadi dan omzet penjualan organisasi distributor oleh perusahaan.

C. HIPOTESIS

  Berdasarkan beberapa teori di atas, hipotesis penelitian yang muncul adalah terdapat perbedaan kepuasan kerja antara pria dan wanita sebagai Distributor Independen Herbalife.