BAB II PROFIL KABUPATEN KAPUAS - DOCRPIJM 8d1e988d79 BAB IIBAB II PROFIL KAB. KAPUAS

BAB II PROFIL KABUPATEN KAPUAS RPIJM Kabupaten Kapuas Tahun 2017-2021 Tahun Anggaran 2016

2.1 Wilayah Administrasi Kabupaten Kapuas Kabupaten Kapuas adalah salah satu kabupaten di provinsi Kalimantan Tengah.

  Ibu kota kabupaten ini terletak di Kuala Kapuas. Terdiri dari 17 kecamatan dan berpenduduk 329.646 jiwa dengan klasifikasi 168.139 laki-laki dan 161.507 perempuan (hasil Sensus Penduduk Indonesia 2010). Wilayah ini memiliki luas 14.999 km2 atau 1.499.900 ha dengan tingkat kepadatan penduduk 21,97 jiwa/km2. Secara Geografis terletak pada 0 8’ 48” - 3 27’ 00” LS dan 113 2’ 36” - 114 44’ 00’’ BT.

  Pada tahun 2009, wilayah Kabupaten Kapuas secara administratif mengalami pemekaran, terdapat 5 (lima) kecamatan baru yang meliputi Kecamatan Tamban Catur (dimekarkan dari wilayah Kecamatan Kapuas Kuala), Kecamatan Pasak Talawang (dimekarkan dari wilayah Kecamatan Timpah), Kecamatan Dadahub (demekarkan dari wilayah Kecamatan Kapuas Murung), Kecamatan Bataguh (dimekarkan dari wilayah Kecamatan Selat). Sehingga Kabupaten Kapuas memiliki 17 wilayah kecamatan. Batas-batas wilayah Kabupaten Kapuas secara administratif sebagai berikut:  Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Murung Raya dan Kabupaten Barito Utara  Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Jawa dan Kabupaten Barito Kuala Provinsi Kalimantan Selatan  Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Pulang Pisau  Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Barito Selatan Provinsi Kalimantan Tengah dan Kabupaten Barito Kuala Provinsi Kalimantan Selatan.

  Secara umum Luas Wilayah administrasi Pemerintahan Kabupaten Kapuas yaitu 14.999 Km

  2

  atau 9,77% dari luas wilayah Provinsi Kalimantan Tengah. Kabupaten Kapuas yang meliputi 17 kecamatan, 17 kelurahan, dan 231 desa. Panjang Pantai ± 189,85 km yang melintasi 5 (lima) desa di Kecamatan Kapuas Kuala. Luas wilayah per- Kecamatan dan Jumlah Kelurahan Kabupaten Kapuas dapat dilihat pada Tabel 2.1 dan Peta Administrasi Kabupaten Kapuas dapat dilihat pada Peta 2.1.

  Tabel 2.1 Luas wilayah dan Jumlah Kelurahan per-Kecamatan

  No. Kecamatan Jumlah Kelurahan/ Desa Luas Wilayah

  Administrasi Terbangun (Km 2 ) (%) thd total (Km 2 ) (%) thd total 1 . KAPUAS KUALA 13 348,08 2,32 5,56 3,69 2 . TAMBAN CATUR 10 78,92 0,53 6,24 4,14 3 . KAPUAS TIMUR

  7 202 1,35 7,59 5,03 4 . SELAT 10 111,74 0,74 32,22 21,37 5 . BATAGUH 15 282,26 1,88 8,94 5,93 6 . BASARANG 14 206 1,37 11,16 7,40 7 . KAPUAS HILIR

  8 91 0,61 6,33 4,20 8 . PULAU PETAK 12 135 0,9 7,56 5,01 9 . KAPUAS MURUNG 23 288,45 1,92 5,48 3,63 10 . DADAHUP 13 202,55 1,35 4,91 3,25 11 . KAPUAS BARAT 12 480 3,20 6,49 4,30 12 . MANTANGAI 38 6.128 40,86 34,37 22,79 13 . TIMPAH

  9 2.016 13,44 1,80 1,19 14 . KAPUAS TENGAH 13 1.160 7,73 7,41 4,91 15 . PASAK TALAWANG 10 673 4,49 2,17 1,44 16 . KAPUAS HULU 14 1.274 8,49 0,86 0,57

  Luas Wilayah Jumlah No. Kecamatan Administrasi Terbangun

  Kelurahan/ Desa 2 2 (Km ) (%) thd total (Km ) (%) thd total 17 . MANDAU TALAWANG 10 1.322 8,81 1,76 1,17 Total 231 14.999 100 150,82 100

   Sumber : Kapuas Dalam Angka 2013

  Gambar 2.1 Peta Administrasi Kabupaten Kapuas

  Sumber: BAPPEDA Pemerintah Kabupaten Kapuas, 2014

  2.2 Potensi Wilayah Kabupaten Kapuas Dilihat dari Luas wilayah Kabupaten Kapuas, Kecamatan Mantangai mencapai 40,86 persen dari total seluruh luas wilayah Kabupaten Kapuas yakni 6.128 km2 yang merupakan wilayah yang mempunyai luasan terbesar. Kemudian diikuti dengan Kecamatan Kapuas Hulu 2.596 km2 dan Kecamatan Timpah 2.016 km2. Kecamatan yang mempunyai luas terkecil adalah Kecamatan Kapuas Hilir dengan luas 91 km2 atau hanya 0,61 persen dari luas Kabupaten Kapuas. Luas wilayah Kabupaten Kapuas terbagi menjadi dua kawasan besar yaitu kawasan pasang surut di bagian selatan dan kawasan non pasang surut dibagian utara.

  2.3 Demografi Dan Urbanisasi Seiring dinamisasi kondisi geopolitik dan ekonomi, Pada pertengahan tahun 2009, kabupaten kapuas mengalami perkembangan baru dimana beberapa desa membentuk 5 (lima) wilayah kecamatan baru (batas masih dalam konfirmasi). Konsentrasi penduduk tinggi disuatu tempat mencerminkan adanya potensi kegiatan ditempat tersebut. Jumlah penduduk wilayah Kabupaten Kapuas pada tahun 2007 seluruhnya berjumlah 338.583 jiwa. Kecamatan yang memiliki tingkat pertumbuhan paling tinggi adalah Kapuas Tengah sebesar 2,65 % dan Kecamatan Kapuas Hulu 4,10 % dengan jumlah penduduk masing-masing pada tahun 2007 adalah 19.657 jiwa dan 12.575 jiwa. Pertumbuhan penduduk yang relatif rendah hanya di jumpai pada Kecamatan Timpah. Selain memiliki tingkat pertumbuhan yang rendah yaitu 0,11%. Tingkat pertumbuhan penduduk pada masing-masing kecamatan secara spesifikk dapat di pada Tabel dan peta rencana kependudukan.

  Tabel 2.1 Jumlah, Luas Dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Kapuas

  Sumber: Kabupaten Kapuas Dalam Angka 2012

  Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pertumbuhan penduduk Kabupaten Kapuas mempunyai tingkat pertumbuhan yang rendah, dimana pada tahun 2003 berjumlah 329.480 jiwa, sedangkan pada tahun 2007 meningkat menjadi 338.583 jiwa.

  Jika dilihat dari segi konsentrasi jumlah penduduknya, Kecamatan Selat merupakan wilayah dengan konsentrasi penduduk tertinggi yaitu sebesar 90.209 jiwa. jumlah penduduk di Kecamatan tersebut adalah yang terendah diantara kecamatan lainnya yaitu sebesar 8.067 jiwa.

  Komposisi penduduk menurut jenis kelamin pada Kabupaten Kapuas mempunyai jumlah penduduk laki-laki lebih besar dari pada jumlah penduduk perempuan. Jumlah penduduk laki-laki sebesar 50,53% dari seluruh jumlah penduduk Kabupaten Kapuas, sedangkan jumlah penduduk perempuan sebesar 49,47% dari seluruh jumlah penduduk Kabupaten Kapuas.

  Masalah demografi yang patut untuk diperhatikan adalah masalah kepadatan penduduk. Angka kepadatan penduduk ini bervariasi disetiap kecamatan yang menandakan adanya perbedaan sebaran penduduk. Perbedaan sumber daya yang dimiliki suatu wilayah dengan wilayah lainnya merupakan salah satu faktor yang menyebabkan penyebaran penduduk yang tidak merata tersebut. Daerah yang memiliki aktivitas perekonomian tinggi akan memiliki kepadatan penduduk yang tinggi, seperti halnya Kecamatan Selat yaitu sebesar 2,29 jiwa/ha atau jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kepadatan penduduk rata-rata di Kabupaten Kapuas sebesar 0,23 jiwa/ha. Selain Kecamatan Selat, Kecamatan Kapuas TImur, Kapuas Hilir dan Pulau Petak adalah kecamatan-kecamatan yang memiliki kepadatan diatas 1 jiwa/ha. Jika ditinjau dari keempat kecamatan tersebut memiliki pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Sedangkan kepadatan penduduk yang rendah dijumpai di kecamatan Timpah dan Kapuas Hulu, sebesar 0,4 jiwa/ha dan 0,5 jiwa/ha. Kondisi tersebut mengindikasikan, bahwa peningkatan aktivitas perekonomian disuatu wilayah menyebabkan terjadinya pertumbuhan penduduk karena mobilitas penduduk, selain pertumbuhan secara alami. Kesempatan mendapatkan lapangan pekerjaan dan pembukaan usaha mandiri seperti kesempatan berdagang merupakan daya tarik terjadinya mobilitas penduduk dari wilayah lain ke wilayah yang merupakan daerah pengembangan ekonomi.

  Sesuai perkembangan yang ada, jalur transportasi darat semakin meningkat sehingga Kawasan Permukiman tidak saja berada pada daerah pinggir sungai namun juga mengikuti jaringan jalan yang ada. Dan kedepannya dapat diarahkan mengisi kantong-kantong permukiman yang menjauhi kawasan pinggiran sungai. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut:

2.4 Isu Strategi Sosial Ekonomi Dan Lingkungan Berdasarkan RPJMD dan RTRW

  Kabupaten Kapuas Sesuai dengan PERDA NO. 5 THN. 1992 tentang Penetapan Kawasan Perkotaan di

  Kabupaten Kapuas, maka ditetapkan bahwa :

  1. Kelurahan Selat Hilir

  2. Kelurahan Selat Tengah

  3. Kelurahan Selat Hulu

  4. Kelurahan Selat Dalam

  5. Desa Pulau Telo

  6. Kelurahan Sei Pasah

  7. Kelurahan Hampatung

  8. Kelurahan Dahirang

  9. Kelurahan Barimba

  10. Desa Maluen Sebagai Kawasan Perkotaan dengan Fungsi Kota, yaitu :

  1. Pemerintahan

  2. Pendidikan

  3. Perdagangan

  4. Permukiman 5. Pertanian Dan Perkebunan.

  Perkembangan Permukiman

  2.4.1 Kondisi permukiman di Kabupaten Kapuas berdasarkan pola dan kecenderungannya relatif dipengaruhi oleh faktor alam yaitu mengikuti pola aliran sungai dan jaringan jalan. Jika dilihat dari bentuk tatanan fisiknya, permukiman yang ada dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu permukiman dengan karakter perkotaan dan permukiman perdesaan.

  Permukiman dengan karakter perkotaan mempunyai karakteristik diantaranya adalah bentukan fisik bangunan sebagaian berupa bangunan semi permanen dan permanen yang tertata dan terpusat, dominasi kegiatan non pertanian (perkotaan). Permukiman dengan ciri tersebut dapat dijumpai pada kawasan sekitar ibukota kabupaten yaitu Kuala Kapuas. Permukiman perdesaan tersebar di wilayah bagian utara dimana bentuk dan pola permukiman secara fisik cenderung sporadis dan tersebar dengan mengikuti jaringan jalan dan kanal. Namun pada kedua karakter permukiman diatas masing-masing mempunyai bentuk khas yang mencerminkan budaya dan adat setempat. Hal tersebut nampak jelas pada perwujudan ornamen khas dayak pada bangunan rumah dan pemerintahan.

  Pada permukiriman perkotaan yang teraglomerasi di Kota Kuala Kapuas sebagaian besar masih berada di kawasan pinggir sungai. Hal ini dikarenakan dari budaya dan kebiasaan pola hidup dari masyarakat setempat yang mengandalkan sungai sebagai Jalur Transportasi, mata pencaharian maupun untuk kebutuhan sehari-hari seperti mencuci, MCK dan lain-lain. Sehingga untuk Kota Kuala Kapuas sendiri memiliki jargon sebagai Kota Air.

  Gambar 2.2 Identifikasi Kawasan Permukiman Perkotaan Kuala Kapuas

  Intensitas Kepadatan Bangunan

2.4.2 Dari hasil pengamatan dilapangan Kota Kuala Kapuas paling tinggi Intensitas

  Kepadatan Bangunannya yaitu pada kawasan Kota Lama yang merupakan awal tumbuhnya Kota Kuala Kapuas. Pada kawasan tersebut terdapat pasar utama sehingga memicu berkembangnya permukiman disekitarnya menjadi lebih padat. Namun pada umumnya permukiman yang berada di pinggiran sungai cenderung tidak/kurang memperhatikan kebutuhan ruang terbuka antar bangunan satu dengan bangunan lainnya sehingga menjadi rapat dan terkesan kumuh.

  Untuk kawasan permukiman yang mengisi lahan-lahan kosong ditengah kota cenderung intensitas kepadatan bangunannya lebih rendah. Hal ini dilihat dari kapling tanah yang lebih luas dan masih adanya ruang terbuka hijau private.

  Kondisi Bangunan

  2.4.3 Pada umumnya kondisi bangunan permukiman di Kota Kuala Kapuas terbuat dari kayu atau semi permanen, hal ini dipengaruhi oleh struktur tanah yang rawa sehingga tidak mampu menahan beban bangunan yang terlalu berat. Namun sesuai dengan kesepakatan antara Pemerintah Kabupaten dengan Kemenpera Kondisi permanen dan semi permanen di bedakan dari jenis kayu yang digunakan. Misalnya kayu ulin, jati masuk golongan Permanen dan jenis kayu yang memiliki beberapa kelas dibawah kayu ulin masuk dalam katagori bangunan semi permanen.

  Namun untuk bangunan-bangunan baru kondisi bangunan merupakan variasi antara penggunaan kayu dengan batu sebagai bahannya.

  Jaringan Infrastruktur

  2.4.4 Sistem jaringan Infrastruktur yang akan diuraikan dalam subbab ini meliputi air bersih, drainase dan prasarana dan sarana pengelolaan lingkungan (sanitasi dan sampah) maupun jalan lingkungan.

2.4.4.1 Air Bersih

  Air bersih merupakan utilitas yang menjadi kebutuhan utama/primer masyarakat sehari-hari baik untuk keperluan mandi, cuci, memasak, dan keperluan lainnya.. Dalam penyediaan dan pelayanan air bersih, ada 2 (dua) hal yang perlu dicermati yaitu daya dukung sumberdaya air dan daya dukung prasarana dan sarana (instalasi bangunan pengolahan air dan pipa transmini dan distribusi).

  Daya dukung sumberdaya air yang menjadi sumber air baku di Kabupaten Kapuas relatif cukup berlimpah yakni berasal dari air permukaan (sungai dan danau) dan air bawah permukaan (air sumber/artesis). Pengambilan air baku melalui sungai yang dilakukan oleh PDAM dapat ditemukan di Kecamatan Pulau Petak dengan pipa transmisi berdiameter 400-600 m, sumber air baku diambil dari sungai kapuas murung. Pelayanan sistem distribusi air bersih oleh PDAM Kabupaten Kapuas melalui pipa terbatas pada Kecamatan Selat, sebagian Kecamatan Pulau Petak dan sebagian Kapuas Kuala. Lokasi intake air bersih dan bak penampungan air dapat dilihat pada Gambar.

  Gambar 2.3 Bangunan Intake dan Bak Pengolahan Air Bersih

  Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan menunjukan bahwa kebutuhan air bersih penduduk di Kabupaten Kapuas lebih banyak memanfaatkan sumber air permukaan (sungai) yang ada disekitar permukiman secara langsung karena keterbatasan jaringan pipa distribusi. Selain memanfaatkan air sungai secara langsung, kebutuhan air bersih dibeberapa wilayah juga memanfaatkan air bawah permukaan (artesis) yang digali tidak jauh dari lokasi tempat tinggal.

  Pelanggan air bersih rumah tangga menunjukkan bagian yang terbesar jika dilihat dari pembagian pelanggan menurut jenis tarip yang mencapai 2.132.600 m3, seperti terlihat pada Tabel berikut:

  Tabel 2.3 Banyaknya Pelanggan dan Jumlah Air Bersih yang Disalurkan

  Di Kabupaten Kapuas Tahun 2007 Kategori Pelanggan Banyaknya Banyaknya Air Bersih Nilai (Rp.

  Pelanggan yang Disalurkan (m

  3 ) 000)

  1. Rumah Tempat Tinggal 10. 663 2 .132. 600 10 .429. 952

  2. Badan Sosial dan Rumah 82 28 .700 142 .562 Sakit

  3. Sarana Umum 95 28 .500 76 .749

  

4. Perusahaan, 251 62 .750 818 .853

Pertokoan/Industri

  

5. Instansi Pemerintah 164 49 .200 365 .304

  

6. Susut/Hilang dalam - 420 .459 735 .803

Penyaluran

  

7. Lainnya - - -

Jumlah/Total 11 .255 2 .722. 209 12 .569 .223 2007 2006 10 .950 2 .770 .116 10. 922. 022

  2005 13 .626 2. 294. 742 5 .047 .325 2004 13 .045 3 .131 .054 4. 549. 601 Sumber: Kabupaten Kapuas Dalam Angka 2007

  Permasalahan dalam penyediaan kebutuhan air bersih oleh PDAM selaku pengelola adalah:

  1. Keterbatasan teknologi dan kapasitas instalasi pengolahan air bersih mengakibatkan debit air yang dapat diolah dan didistribusikan sangat terbatas, tidak mampu memenuhi besarnya sisi permintaan.

  2. Keterbatasan jaringan pipa distribusi ke beberapa wilayah mengakibatkan pelayanan kebutuhan air menjadi tidak merata.

  3. Besarnya debit air baku yang diambil secara berlebihan mempengaruhi intensitas rembesan air asin yang masuk ke wilayah darat (intrusi air laut).

  4. Masuknya intrusi air laut dan pencemaran air akibat limbah domestik mengakibatkan kualitas air baku menjadi menurun (berwarna kekuningan, keruh dan berasa asin). Selain permasalahan diatas, fakta lain yang menjadi menarik untuk dicermati adalah kabupaten kapuas yang dikenal dengan sebutan kota air dalam beberapa waktu belakangan mengalami krisis air bersih, hal ini menunjukan bahwa pengelolaan potensi sumberdaya air di Kabupaten Kapuas belum optimal.

2.4.4.2 Drainase, Pematusan dan Irigasi

  Daerah Kabupaten Kapuas memiliki daerah/wilayah perairan yang meliputi danau, rawa dan beberapa sungai besar yang merupakan sarana utama untuk drainase, pematusan dan irigasi, sungai yang berada/masuk wilayah Kabupaten Kapuas adalah :

  a. Sungai Kapuas Murung, dengan panjang ± 66,38 Km

  b. Sungai Kapuas, dengan panjang ± 600,00 Km

  c. Daerah pantai/pesisir Laut Jawa, dengan panjang ± 189,85 Km Selain sungai-sungai di atas, di Kabupaten Kapuas juga terdapat 4 (empat) buah anjir/kanal yaitu : a. Anjir Serapat sepanjang ± 28 km (yang menghubungkan Kuala Kapuas menuju

  Banjarmasin, wilayah Kalimantan Tengah sepanjang 14 km dan wilayah Kalimantan Selatan 14 km)

  b. Anjir Kalampang sepanjang 14,5 km (yang menghubungkan Kota Mandomai Kecamatan Kapuas Barat ke Pulang Pisau wilayah Kabupaten Pulang Pisau mengarah ke Palangka Raya) c. Anjir Basarang sepanjang ± 24 km (yang menghubungkan Kuala Kapuas ke wilayah

  Pulang Pisau)

  d. Anjir Tamban sepanjang ± 25 km (yang menghubungkan Kuala Kapuas menuju Banjarmasin, wilayah Kalimantan Tengah sepanjang 13 km dan wilayah Kalimantan Selatan 12 km)

2.4.4.3 Prasarana Pengelolaan Lingkungan

a. Persampahan

  Karakteristik sistem pengelolaan sampah di Kabupaten Kapuas dapat dicermati dari 3 (tiga) tahapan kegiatan yaitu

  • Pekerjaan Pengumpulan Sampah Kegiatan pengumpulan sampah pada wilayah perencanaan merupakan tanggung jawab kolektif masyarakat dan pemerintah. Pada lingkup lokal, seperti pada kawasan permukiman, kawasan komersial, pasar, hotel. Pada beberapa kawasan yang belum terlayani prasarana pengelolaan lingkungan (tidak dilengkapi bak sampah sementara), kegiatan pengumpulan sampah dilakukan pada lahan kosong dipekarangan. Sementara pada kawasan yang telah terlayani prasarana dan sarana pengelolaan sampah, pengumpulan sampah dilakukan dengan media bak penampung yang terdapat dibeberapa titik sepanjang ruas jalan utama. Permasalahan pada tahap pengumpulan adalah
    • Belum adanya upaya pemilahan antara sampah organic (sampah basah) dan sampah anorganik (sampah kering) sehingga jumlah volume sampah yang ditimbulkan relatif tinggi.
    • Belum adanya upaya penggunaan kembali (reuse), daur ulang (revalue) sebagai upaya mengurangi volume timbulan sampah secara dini menjadi tidak optimal.
    • Kegiatan pengumpulan sampah yang dilakukan secara tradisional yaitu menampung/mengumpulkan sampah pada lahan yang masih kosong yang selanjutnya ditimbun dan dibakar menimbulkan dampak negatif yaitu pencemaran udara (bau) dan pencemaran tanah

  • Pekerjaan Pengangkutan Sampah Pekerjaan pengangkutan sampah sepenuhnya menjadi tanggung jawab Dinas Pekerjaan Umum (Bidang Kebersihan). Pengangkutan sampah dari beberapa lokasi sumber timbulan dilakukan dengan menggunakan truk terbuka.
  • Pekerjaan Pengolahan Akhir Sampah Kegiatan pengolahan akhir sampah merupakan pekerjaan terakhir dari proses pengelolaan persampahan. Kegiatan pembuangan sampah pada lokasi penampungan skala kawasan menuju TPA Handil Palinget dilakukan dengan metode sanitary landfill yakni dengan menimbun sampah pada sebuah cekungan dengan material tanah. Lokasi TPA Handil Palinget dapat dilihat pada Gambar.

  Gambar 2.4 Kondisi Dan Lokasi Pembuangan Akhir Sampah

  (TPA Handil Palinget)

b. Sanitasi (Limbah Domestik Dan Non Domestik)

  Kondisi sanitasi lingkungan berkaitan dengan pembuangan limbah cair dan padat domestik (bekas cuci, mandi dan tinja) di Kabupaten Kapuas relatif kurang memadai dan tidak sehat. Sebagian besar penduduk yang tinggal dikawasan disekitar sungai melakukan aktifitas mandi, cuci dan membuang tinja secara langsung di badan sungai. Hal tersebut relatif menjadi tidak menguntungkan bagi penduduk yang tinggal di kawasan hilir yang memiliki kebiasaan sama. Berikut Gambaran mengenai kondisi sistem sanitasi lingkungan di sekitar Sungai di Kabupaten Kapuas

  Gambar 2.5 Kondisi Bantaran Sungai yang menjadi Aktivitas Sanitasi Masyarakat

  2.4.4.4 . Jalan Lingkungan Kota Kuala Kapuas pada umumnya telah terlayani oleh jalan lingkungan dengan kondisi baik. Kecuali di beberapa ruas jalan masih terdapat beberapa lubang maupun kebutuhan pelebaran jalan. Contohnya untuk beberapa jalan pada kawasan Pulau Telo, Kapuas seberang, Maluen, dan kawasan padat permukiman.

  Fungsi Jalan di Kota Kuala Kapuas meliputi Jalan Arteri yaitu menghubungkan antar PKN Kota Palangka Raya dengan Kota Banjarmasin, Kolektor yang menghubungkan antar PKW Kota Kuala Kapuas dengan Kabupaten Lainnya maupun Jalan Lingkungan.

  Kondisi Morfologi dan Topografi

2.4.5 Satuan morfologi dataran tersebar pada wilayah Kecamatan Kapuas Kuala,

  Kapuas Timur, Basarang, dan Selat. Satuan morfologi perbukitan di wilayah Kabupaten Kapuas tersebar di Kecamatan Kapuas Hulu, Kapuas Tengah Dan Timpah.

  Topografi seluruh bentangan wilayah Kabupaten Kapuas relatif datar (0 - 8%), dengan ketinggian antara 0 - 500 m diatas permukaan laut. Karakteristik wilayahnya terbagi menjadi 2 (dua) bagian dengan dua karakteristik yang berbeda, yaitu bagian selatan merupakan dataran yang berawa-rawa, sedangkan bagian utara berbukit-bukit. Bagian utara merupakan daerah perbukitan, dengan ketinggian antara 100 - 500 Mdpl o

  dan mempunyai tingkat kemiringian antara 8 , dan merupakan daerah

  • – 15

  o

  perbukitan/penggunungan dengan kemiringan ± 15 ,

  • – 40 Bagian selatan terdiri dari pantai dan rawa-rawa dengan ketinggian antara 0
  • –5 meter dari permukaan air laut yang mempunyai elevasi 0 % - 8 % serta dipengaruhi oleh pasang surut dan merupakan daerah yang mempunyai potensi banjir yang cukup besar (air laut/pasang naik).

  Kawasan pasang surut di bagian selatan merupakan daerah potensi pertanian tanaman pangan dan holtikultura. Sedangkan kawasan non pasang surut di bagian utara merupakan potensi lahan perkebunan dan pertambangan.

  Dominasi morfologi di Kabupaten Kapuas memperlihatkan bentuk morfologi dataran berelief rendah dengan ketinggian 1

  • – 4 meter diatas permukaan laut. Kecamatan Mantangai berada pada wilayah dengan ketinggian 50-100 meter diatas permukaan laut, Kecamatan Timpah 100-500 meter diatas permukaan laut, sedangkan Kecamatan Kapuas Tengah dan Kapuas Hulu merupakan wilayah kecamatan yang berada di kisaran lebih dari 500 meter diatas permukaan laut.

  Geologi dan Tanah

  2.4.6 Kabupaten Kapuas bagian utara terbentuk dari batuan yang terjadi dalam cekungan-cekungan sedimen dari Cekungan Barito atau batuan sedimen yaitu batuan sedimen klastik pada Formasi Dahor di wilayah sebelah utara.

  Sedangkan kondisi Geologi Kabupaten Kapuas di wilayah tengah dan selatan terbentuk dari dari daratan endapan alluvial. Endapan ini merupakan endapan termuda dari stratigrafi batuan di kalimantan tengah yang terdiri dari pasir, lempung, gambut, dan lumpur.

  Secara umum Jenis tanah yang ada di wilayah Kabupaten Kapuas mengikuti pola kondisi topografinya. Di bagian dataran rendah di selatan, jenis tanah yang dominan adalah tanah gambut dan tanah aluvial, Sedangkan jenis tanah yang ada di wilayah yang lebih tinggi sebelah utara didominasi tanah podsol dan aluvial. Tanah Aluvial merupakan endapan termuda dari stratigrafi batuan yang terdiri dari pasir, lempung, gambut, dan lumpur. Sedangkan Podsolik merupakan jenis tanah di wilayah dataran tinggi yang masih mengalami perkembangan profil yaitu perkembangan liat yang dari lapisan atas ke bawah cenderung meningkat, tekstur liat-lempung liat berdebu, dan stuktur agak gembur sampai teguh Pada daerah-daerah pinggir sungai umumnya didominasi oleh tanah aluvial yang berasal dari endapan sungai.

  Berdasarkan peta sebaran sesar dan patahan yang diperoleh dari BMKG, Kabupaten Kapuas tidak berada pada zona tumbukan (sesar tidak aktif) yang berarti bahwa wilayah Kabupaten Kapuas tidak memiliki resiko bencana gempa bumi dan letusan gunung berapi. Akan tetapi jika dilihat dari aspek fisiografis, kemungkinan bencana yang dapat terjadi di wilayah ini adalah banjir akibat pasang air laut, erosi dan abrasi pantai, kebakaran gambut.

  Hidrologi

2.4.7 Air Permukaan 1.

  Sungai yang melalui Kabupaten kapuas terdiri dari Sungai Kapuas Murung dan Sungai Kapuas. Sungai Kapuas Murung memiliki panjang 66, 375 km. Sedangkan Sungai Kapuas berada di wilayah Kabupaten Kapuas membentang dari utara yaitu kecamatan Kapuas Hulu sampai ke selatan di Kecamatan Kapuas kuala. Sungai Kapuas melintasi 7 kecamatan yang berada langsung di Daerah Aliran Sungai (DAS) yaitu Kecamatan Kapuas Hulu, Kecamatan Kapuas Tengah, Kecamatan Timpah, Kecamatan Mantangai, Kecamatan Basarang, Kapuas Barat,

  Kecamatan Kapuas Hilir. Panjang Sungai Kapuas di wilayah Kabupaten Kapuas kurang lebih 600 km dengan lebar kurang lebih 500 m dengan kedalaman rata-rata 6 meter sehingga dapat dilayari kapal berukuran besar. Untuk Daerah Pesisir/pantai Laut Jawa yang menjadi bagian dari wilayah kabupaten kapuas adalah sepanjang 189,487 km Selain sungai-sungai di atas, di Kabupaten Kapuas juga terdapat 4 (empat) buah anjir/kanal yaitu :

  • Anjir Serapat sepanjang ± 28 km (yang menghubungkan Kuala Kapuas menuju

  Banjarmasin, wilayah Kalimantan Tengah sepanjang 14 km dan wilayah Kalimantan Selatan 14 km).

  • Anjir Kalampan sepanjang 14,5 km (yang menghubungkan Kota Mandomai Kecamatan Kapuas Barat ke Pulang Pisau, wilayah Kabupaten Pulang Pisau mengarah ke Palangka Raya, wilayah Kapuas sepanjang 9 km dan wilayah Pulang Pisau sepanjang 5,5 km
  • Anjir Basarang sepanjang ± 24 km yang menghubungkan Kuala Kapuas ke wilayah

  Pulang Pisau, wilayah Kapuas sepanjang 17 km dan wilayah Pulang Pisau sepanjang 7 km

  • Anjir Tamban sepanjang ± 24 km yang meghubungkan Kuala Kapuas menuju

  Banjarmasin, wilayah Kalimantan Tengah sepanjang 13 km dan wilayah Kalimantan Selatan 12 km 2.

  Air Tanah Data air tanah dapat dipisahkan atas air tanah dangkal dan air tanah dalam yang masing-masing diupayakan diperoleh besaran potensinya. Air tanah dangkal adalah air tanah yang umum digunakan oleh masyarakat sebagai sumber air bersih berupa sumur- sumur sehingga untuk mengetahui potensi air tanah bebas ini perlu diketahui kedalaman sumur-sumur penduduk dan kemudian dikaitkan dengan sifat fisik tanah/batunya dalam kaitannya sebagai pembawa air. Selain besarannya air tanah ini, perlu diketahui mutunya secara umum dan jika memungkinkan hasil pengujian mutu air dari laboratorium. Sedangkan air tanah dalam adalah air tanah yang memerlukan teknologi tambahan untuk pengadaannya. Secara umum dapat diketahui dari kondisi geologinya yang tentunya juga memerlukan pengamatan struktur geologi yang cermat.

  Iklim

  2.4.8 Kabupaten Kapuas pada umumnya termasuk daerah beriklim trofis dan lembab dengan temperatur berkisar antara 21o

  • – 23o Celsius dan maksimal mencapai 36o Celsius. Intensitas penyinaran matahari selalu tinggi dan sumber daya air yang cukup banyak sehingga menyebabkan tingginya penguapan yang menimbulkan awan
  • – aktif/tebal. Curah hujan terbanyak jatuh pada bulan Februari, berkisar diantara 116 973 mm, sedangkan bulan kering/kemarau jatuh pada Juli sampai dengan Oktober.

  Tabel 2.4 Jumlah Hari Hujan dan Curah Hujan Menurut Lokasi di Kabupaten Kapuas