6.1 ASPEK PENGEMBANGAN PERMUKIMAN - DOCRPIJM 1504157127BAB 6 ASPEK TEKNIS PER SEKTOR

  (RPI2-JM) Kabupaten Pati Tahun 2015-2019

6.1 ASPEK PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

  Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau perdesaan. Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman baru dan peningkatan kualitas permukiman kumuh, sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman perdesaan, kawasan pusat pertumbuhan, serta desa tertinggal. Perumahan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia dalam rangka peningkatan dan pemerataan kesejahteraan. Permasalahan yang dihadapi sesungguhnya tidak terlepas dari aspek yang berkembang dalam dinamika kehidupan masyarakat maupun kebijakan pemerintah dalam mengelola persoalan yang ada. Dalam mengatasi permasalahan perumahan dan kawasan permukiman, setiap proses dilaksanakan secara bertahap melalui tahap perencanaan, pelaksanaan, pengelolaan, pemeliharaan, dan pengembangan. Pembangunan perumahan dan kawasan permukiman di Indonesia diselenggarakan berdasarkan prinsip : a. Pemenuhan kebutuhan akan rumah layak merupakan tugas dan tanggungjawab masyarakat sendiri.

  b. Pemerintah mendukung melalui penciptaan iklim yang memungkinkan masyarakat mandiri dalam mencukupi kebutuhannya akan rumah layak. Dukungan diberikan melalui penyediaan prasarana dan sarana, perbaikan lingkungan permukiman, peraturan, perundangan yang bersifat memayungi, layanan kemudahan dalam perijinan bagi kelompok masyarakat berpenghasilan rendah dll. Agar penyelenggaraan pembangunan perumahan dan permukiman berjalan optimal, tertib dan terorganisasi dengan baik, diperlukan suatu scenario umum, yang dapat mengakomodasikan berbagai kepentingan, rencana sektor terkait, peraturan serta berbagai hal yang perlu diketahui, dipedomani, dan disepakati bersama.

6.1.1 ARAHAN KEBIJAKAN DAN LINGKUP KEGIATAN

  Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada amanat peraturan perundangan, antara lain:

  1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional.

  Arahan RPJMN Tahap 3 (2015-2019) menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus meningkat, sehingga kondisi tersebut mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh pada awal tahapan RPJMN berikutnya.

  2. Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.

  (RPI2-JM) Kabupaten Pati Tahun 2015-2019

  Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan (butir c), penyelenggaraan kawasan permukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan (butir e), serta pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh (butir f).

3. Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.

Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum, rumah susun khusus, dan rumah susun negara merupakan tanggung jawab pemerintah.

  4. Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.

  Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan kemiskinan yang diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan kumuh.

  5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.

  Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman kumuh di kawasan perkotaan sebesar 10% pada tahun 2014. Mengacu pada Permen PU No. 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum maka Direktorat Pengembangan Permukiman mempunyai tugas di bidang perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pembinaan teknik dan pengawasan teknik, serta standardisasi teknis dibidang pengembangan permukiman. Adapun fungsi Direktorat Pengembangan Permukiman adalah:

  a) Penyusunan kebijakan teknis dan strategi pengembangan permukiman di perkotaan dan perdesaan; b) Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan kawasan permukiman baru di perkotaan dan pengembangan kawasan perdesaan potensial;

  c) Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas permukiman kumuh termasuk peremajaan kawasan dan pembangunan rumah susun sederhana;

  d) Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas permukiman di kawasan tertinggal, terpencil, daerah perbatasan dan pulau-pulau

kecil termasuk penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial;

  e) Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan kelembagaan dan peran serta masyarakat di bidang pengembangan permukiman; f) Pelaksanaan tata usaha Direktorat.

6.1.2 ISU STRATEGIS, KONDISI EKSISTING, PERMASALAHAN, DAN TANTANGAN

a. Isu Strategis Pengembangan Permukiman

  Berbagai isu strategis nasional yang berpengaruh terhadap pengembangan permukiman saat ini adalah:

  • Mengimplementasikan konsepsi pembangunan berkelanjutan serta mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim.
  • Percepatan pencapaian target MDGs 2020 yaitu penurunan proporsi rumah tangga kumuh perkotaan.
  • Perlunya dukungan terhadap pelaksanaan Program-Program Direktif Presiden yang tertuang dalam MP3EI dan MP3KI.

  (RPI2-JM) Kabupaten Pati Tahun 2015-2019

  • Percepatan pembangunan di wilayah timur Indonesia (Provinsi NTT, Provinsi Papua, dan Provinsi Papua Barat) untuk mengatasi kesenjangan.
  • • Meminimalisir penyebab dan dampak bencana sekecil mungkin.

  • Meningkatnya urbanisasi yang berimplikasi terhadap proporsi penduduk

  perkotaan yang bertambah, tingginya kemiskinan penduduk perkotaan, dan bertambahnya kawasan kumuh.

  • Belum optimalnya pemanfaatan Infrastruktur Permukiman yang sudah dibangun.
  • Perlunya kerjasama lintas sektor untuk mendukung sinergitas dalam pengembangan kawasan permukiman.
  • Belum optimalnya peran pemerintah daerah dalam mendukung

  pembangunan permukiman. Ditopang oleh belum optimalnya kapasitas kelembagaan dan kualitas sumber daya manusia serta perangkat organisasi penyelenggara dalam memenuhi standar pelayanan minimal di bidang pembangunan perumahan dan permukiman.

  Sedangkan isu strategi pengembangan permukiman di Kabupaten Pati dapat dilihat pada Peraturan Daerah Kabupaten Pati No. 5 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pati menyebutkan bahwa permukiman di Kabupaten Pati dikelompokkan menjadi permukiman perkotaan dan permukiman perdesaan. Permukiman perkotaan terdapat pada kawasan perkotaan yang saat ini ada yaitu Kota Pati, Kota Tayu dan Kota Juwana, selain itu karakter permukiman perkotaan juga sudah tampak pada kawasan ibukota kecamatan, seperti : IKK Dukuhseti, IKK Gunungwungkal, IKK Cluwak, IKK Gembong, IKK Trangkil, IKK Wedarijaksa, IKK Jakenan, IKK Jaken, IKK Pucakwangi, IKK Kayen, IKK Tambakromo dan IKK Sukolilo. Sedangkan permukiman perdesaan tersebar secara sporadis di wilayah Kabupaten Pati yang terkelompok dalam kampung-kampung yang tidak terpisahkan dari tempat usaha pertanian dan peternakan. Perbedaan karakter yang utama antara permukiman perkotaan dan perdesaan adalah pada kepadatan bangunan dan ketersediaan prasarana pendukung permukiman serta karakter masyarakat yang tinggal pada permukiman itu sendiri. Permasalahan permukiman yang terdapat di Kabupaten Pati yaitu adanya permukiman-permukiman kumuh baik di perdesaan, perkotaan dan permukiman nelayan. Hal tersebut disebabkan oleh :

  • Adanya perubahan penduduk, kurangnya lahan-lahan hunian

  mengakibatkan timbulnya hunian-hunian yang di luar tatanan hunian ideal, kepadatan dan ketidakteraturan bangunan, kepadatan yang tinggi pada hunian, kesemrawutan dan kekumuhan, bahkan tidak jarang berkembang menjadi sumber kerawanan sosial dan berkembangnya penghuni liar di

atas lahan kota tanpa menghiraukan siapa pemilik lahannya.

  • Kekumuhan di perdesaan terjadi lebih pada minimnya ketersediaan

  infrastruktur yang ada (infrastruktur leak), sehingga berdampak pada lingkungan seperti sulitnya pencapaian ke dan dalam suatu wilayah.

  • Kekumuhan di permukiman nelayan merupakan kombinasi yang terjadi

  pada permukiman perkotaan dan perdesaan, disamping itu kekumuhan yang terjadi diakibatkan dengan pola kehidupan masyarakat itu sendiri.

  (RPI2-JM) Kabupaten Pati Tahun 2015-2019

  • Umumnya tingkat pertumbuhan penduduk pada lokasi kumuh di

  Kabupaten Pati cukup tinggi, hal itu dikarenakan tingkat sumber daya manusia yang ada masih minim.

  • Bangunan-bangunan yang ada umumnya merupakan bangunan yang tidak

  layak huni, kurang memenuhi standar kesehatan terutama pencahayaan, lantai, serta dinding bangunan.

  • Sarana dan prasarana yang ada umumnya belum dapat melayani kegiatan yang ada di wilayah tersebut, utamanya pada prasarna lingkungan yang ada kuran layak (infrastructure distress) dimana penataan yang ada kuran tertata dengan baik (sistem) sehingga berdampak rendahnya mutu lingkungan yang ada misalnya penataan sistem drainase yang ada.
  • Umumnya tingkat kehidupan sosial ekonomi sangat rendah. Ini terjadi

  pada wilayah kumuh perkotaan sedangkan untuk perdesaan dan permukiman nelayan umumny tingkat kehidupan ekonominya cukup baik.

  Tabel VI.1. Isu-Isu Strategis Sektor Pengembangan Permukiman Skala Kabupaten Pati No. Isu Strategis Keterangan

  • Permukiman kumuh di Kabupaten Pati dikategorikan

  menjadi 3, yaitu: kumuh perkotaan, kumuh perdesaan, dan kumuh nelayan. Masing-masing permukiman kumuh ini memiliki karakter yang berbeda yang disebabkan faktor pembentuk permukiman kumuh ini yang berbeda pula

  • Percepatan ketersediaan sarana dan prasarana dasar pada

  permukiman-permukiman kumuh, khususnya permukiman

  1. Penanganan permukiman kumuh masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) akan menjadi salah satu penanganan yang penting

  • Peningkatan rumah-rumah yang tidak layak huni melalui

  perbaikan rumah dan penataan lingkungan permukiman

  • Pengenalan lingkungan-lingkungan permukiman berkonsep hijau (green settlement)
  • >Pendampingan pembentukan kelembagaan perbaikan perumahan dan lingkungan permuk
  • Pengembangan permukiman perkotaan diarahkan pada

  tempat-tempat yang menjadi pusat pelayanan penduduk yanga dialokasikan disekeliling kawasan perkotaan yang bersangkutan atau merupakan perluasan areal permukiman yang telah ada

  • Pengembangan kawasan permukiman perkotaan tidak

  Pengelolaan dan pengembangan 2. diperbolehkan menggunakan tanah sawah beririgasi teknis kawasan permukiman perkotaan dan tanah sawah beririgasi setengah teknis.

  Pengembangan permukiman pada kawasan pertanian lahan kering diperbolehkan apabila mematuhi ketentuan yang berlaku

  • Pembangunan Rusunawa baru ada di Kecamatan Juwana,

  sedangkan RSH belum tersedia di Kabupaten Pati

  • Kawasan permukiman perdesaan tidak dapat dipisahkan

  dengan tempat usaha pertanian dan atau peternakan Pengelolaan dan pengembangan sehingga lokasi pengembangannya dilakukan pada 3. kawasan permukiman perdesaan kampung-kampung yang tidak jauh pada kawasan pertanian dan atau peternakan

  • Pengembangan kawasan permukiman perdesaan tidak

  (RPI2-JM) Kabupaten Pati Tahun 2015-2019 No. Isu Strategis Keterangan

  diperbolehkan dengan cara alih fungsi lahan pertanian sawah, terutama sawah irigasi teknis dan setengah teknis

  Sumber : Analisis Tim, 2014

b. Kondisi Eksisting Pengembangan Permukiman

  Kondisi eksisting pengembangan permukiman di Kabupaten Pati hingga tahun 2013 tertuang dalam beberapa dokumen pengembangan permukiman, yaitu: Identifikasi Lokasi Kawasan Permukiman Kumuh yang disusun tahun 2006, RP3KP yang disusun tahun 2013 dan Sistem Informasi/Database Perumahan yang disusun tahun 2013. Kajian identifikasi lokasi kawasan permukiman kumuh menyebutkan bahwa lokasi kawasan permukiman kumuh di Kabupaten Pati dikategorikan menjadi 3 (tiga), yaitu:

  a. Kumuh perkotaan, meliputi: Kecamatan Pati yang terdiri dari 5 desa/lokasi (Semampir, Blaru, Puri , Winong dan Panjunan) dan Kecamatan Juwana yang terdiri dari 8 desa/Lokasi (Doropayung, Growong Lor, Kauman, Pajeksan, Kudukeras, Kebonsawahan, Bajomulyo dan Bendar) b. Kumuh perdesaan, meliputi: Kecamatan Kayen yang terdiri dari 1 desa/lokasi (Kayen ) dan Kecamatan Margoyoso yang terdiri dari 3 desa/Lokasi (Bulumanis Lor, Bulumanis Kidul, Sekar Jalak dan Cebolek Kidul) c. Kumuh Nelayan, meliputi: Kecamatan Batangan yang terdiri dari 1 desa/lokasi (Pecangaan ) dan Kecamatan Tayu yang terdiri dari 2 desa/Lokasi (Sambiroto dan Margomulyo ) dan Kecamatan Dukuhseti yang

terdiri dari 2 desa/lokasi (Puncel dan Banyutowo)

  Kajian RP3KP Kabupaten Pati menyebutkan arahan lokasi pembangunan dan pengembangan perumahan dan permukiman di Kabupaten Pati, yaitu: a. Arahan perumahan formal: Kecamatan Pati, Margorejo, Juwana dan Wedarijaksa b. Arahan perumahan swadaya perkotaan: Kecamatan Trangkil, Margorejo,

kayen, Jakenan, Pati, Batangan, Juwana, dan Tayu

c. Arahan perumahan swadaya perdesaan: Kecamatan Sukolilo, Tambakromo, Winong, Pucakwangi, Jaken, Gabus, gembong,

  Tlogowungu, Wedarijaksa, Margoyoso, Gunungwungkal, Cluwak dan Dukuhseti

d. Arahan perumahan fungsi lainnya, meliputi:

  • Perumahan peruntukan industri: Kecamatan Batangan, Juwana,

  Pati, Margorejo, Gembong, Trangkil, Wedarijaksa, Margoyoso, Tlogowungu, Gabus, Kayen, dan Sukolilo

  • Perumahan peruntukan nelayan: Dukuhseti, Tayu, Margoyoso,

  Trangkil, Wedarijaksa, Juwana dan Batangan

  • Perumahan peruntukan PNS, POLRI dan TNI: Kecamatan Juwana

  dan Pati Di Kabupaten Pati tahun 2014 sudah memiliki Rusunawa yang berada di Kecamatan Juwana Desa Bumirejo sebanyak 5 bangunan yang terdiri dari 2 blok dengan hunian sebanyak 192 unit hunian. Luas tanah Rusunawa ini sebesar 8000

  (RPI2-JM) Kabupaten Pati Tahun 2015-2019 m2 sedangkan luas bangunannya 5000 m2. Luas unit hunian sebesar 4 m x 6 m per unit hunian.

  Pengembangan permukiman di Kabupaten Pati diarahkan mengikuti peraturan- peraturan yang ada di atasnya agar pengembangan permukiman selaras dan sesuai dengan arahan kebijakan yang mengatur di atasnya. Beberapa peraturan dan kebijakan tersebut antara lain:

  Tabel VI.2. Peraturan Daerah/Peraturan Gubernur/Peraturan Walikota/Bupati/peraturan lainnya terkait Pengembangan Permukiman Perda/Pergub/Perwal/Perbup/Peraturan lainnya No Amanat Kebijakan Daerah Jenis Produk Pengaturan No./Tahun Perihal

  1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun Rencana Pemenuhan kebutuhan 2007 Pembangunan hunian yang dilengkapi Jangka Panjang dengan prasarana dan Nasional sarana pendukung bagi masyarakat terus meningkat, sehingga kondisi tersebut mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh pada awal tahapan RPJMN berikutnya

  2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun Perumahan dan Ruang lingkup 2011 Kawasan penyelenggaraan permahan Permukiman dan kawasan permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan, penyelenggaran kawasan permukiman, pemeliharaan dan perbaikan serta pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh

  3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun Rumah susun Pembangunan rumah susun 2011 umum, rumah susun khusus dan rumah susun Negara merupakan tanggung jawab pemerintah

  4. Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun Percepatan Penanggulangan kemiskinan 2010 Penanggulangan yang diimplementasikan Kemiskinan dengan penanggulangan kawasan kumuh

  5. Peraturan Menteri PU Nomor Standar Target berkurangnya luas 14/PRT/M/2010 Pelayanan permukiman kumuh di

  Minimal Bidang kawasan perkotaan sebesar Pekerjaan Umum 10 % pada tahun 2014 dan Tata Ruang

  6. Peraturan Daerah Kabupaten Nomor 5 Tahun Rencana Tata

  a) Mengarahkan Pati 2011 Ruang Wilayah pembangunan di

  Kabupaten Pati Kabupaten Pati dengan memanfaatkan ruang

  (RPI2-JM) Kabupaten Pati Tahun 2015-2019 Perda/Pergub/Perwal/Perbup/Peraturan lainnya No Amanat Kebijakan Daerah Jenis Produk Pengaturan No./Tahun Perihal

  wilayah secara berdaya guna, berhasil guna, serasi, selaras, seimbang, dan berkelanjutan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat ketahanan dan keamanan

  b) Pengelolaan dan pengembangan kawasan permukiman perkotaan

  • Pengemnbangan

  permukiman pada tempat-tempat yang menjadi pusat pelayanan penduduk sekitarnya dialokasikan disekeliling kawasan perkotaan yang bersangkutan atau merupakan perluasan areal permukiman yang telah ada

  • Pengembangan kawasan

  permukiman perkotaan wajib memperhatikan tidak menggunakan tanah sawah beririgasi teknis, tidak menggunakan tanah sawah beririgasi setengah teknis, pengembangan permukiman pada sawah irigasi teknis atau kawasan pertanian, lahan kering diperbolehkan apabila mematuhi ketentuan yang berlaku c) Pengelolaan dan pengembangan kawasan permukiman perdesaan

  • Kawasan permukiman

  perdesaan tidak dapat dipisahkan dengan tempat usaha pertanian dan atau peternakan sehingga lokasi pengembangannya dilakukan pada kampung-kampung yang tidak jauh pada kawasan pertanian dan atau

  • Pengembangan kawasan
    • Desa Semampir -
    • Desa Puri -
    • Desa Panjunan 326
    • Desa Doropayung -

  2. Kecamatan Margoyoso

  15

  34

  25

  69 121

  3.078 6.708 2.691

  1.139 3.452

  882 5.721

  3.072

  Kumuh Perdesaan

  1. Kecamatan Kayen

  Desa Bulumanis Lor

  31

  Desa Sekar Jalak 975 644

  1.025 665

  83 116

  52 165

  3.758 2.618 4.308 2.786

  Kumuh Nelayan

  1. Kecamatan Batangan

  59 1.221

  2. Kecamatan Tayu

  Desa Sambiroto 1.158 1.061

  32 209

  55

  67

  4.965 4.033

  16

  (RPI2-JM) Kabupaten Pati Tahun 2015-2019 No Perda/Pergub/Perwal/Perbup/Peraturan lainnya Amanat Kebijakan Daerah Jenis Produk Pengaturan No./Tahun Perihal

  peternakan

  permukiman perdesaan tidak dilakukan melalui alih fungsi lahan pertanian sawah

  Sumber : Analisis Tim, 2014 Berdasarkan kajian identifikasi lokasi kawasan kumuh di Kabupaten Pati, maka dapat dilihat bahwa kawasan permukian kumuh dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu: kumuh perkotaan, kumuh perdesaan, dan kumuh nelayan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

  Tabel VI.3. Data Kawasan Kumuh di Kabupaten Pati Tahun 2012 No. Lokasi Kawasan Kumuh Luas Kawasan Jumlah Rumah Jumlah Rumah Tidak Layak Huni Jumlah Penduduk Kumuh Perkotaan

  1. Kecamatan Pati

  Desa Blaru

  Desa Winong

  778 1.635 2.031

  821

  36

  1.066 1.027

  10

  24

  83 1.489

  3.176 6.241

  6.628 3.709

  2. Kecamatan Juwana

  Desa Growong Lor

  • Desa Kauman -

  Desa Pajeksan

  Desa Kebonsawahan

  Desa Bendar 543

  1.264 616 304 907 275

  • Desa Kudukeras -
  • Desa Bajomulyo -
  • Desa Kayen 2.864 1.392 5.725
  • Desa Bulumanis Kidul -
  • Desa Cebolek Kudul -
  • Desa Pecangaan 332
  • Desa Margomulyo -

  • Desa Banyutowo -
    • Penambahan Jaringan Air

  • Pengadaan gerobak
  • Pembangunan TPS
  • Pengadaan kontainer sampah pasar
  • Pembangunan dan
  • Pengerukan pendangkalan
  • Perbaikan talud jalan desa

  Tambakromo - KT Gabus – KT Winong – KT Pucakwangi dengan KTU Kayen.

   Perbaikan dan peningkatan jalan  KT Sukolilo – KT

  a. Prasarana Jalan  Perbaikan dan peningkatan jalan Kabupaten yang menghubungkan antara KT Sukolilo – KT Tambakromo - KT Gabus – KT Winong – KT Pucakwangi dengan KTU Kayen.

  2. AGROPOLITAN

  1 Ls 1000 m Rencana Rencana Rencana Rencana Rencana Rencana

  1 Ls

  2000 m 1000 m

  Ds. Ngablak Ds. Bumimulyo Ds. Karaban Ds. Bumimulyo Ds. Karaban Ds. Ngablak RW.02 RT.01 hingga RW.05 2000 m

  drainase

  penataan jaringan drainase

  c. Program Perbaikan Jaringan Utilitas

  Rencana Rencana Rencana Rencana Rencana Rencana

  5 unit 5 unit 100 m2 100 m2 1 unit

  sampah

  Ds. Ngablak Ds.Bumimulyo Ds. Karaban Ds. Ngablak Ds.Bumimulyo Ds. Ngablak Dusun Krajan 5 unit

  b. Program Penyehatan Lingkungan Permukiman

  1 Ls Rencana Rencana

  1 Ls

  Bersih Ds. Ngablak Ds. Bumimulyo

  a. Program Penyediaan dan Pengelolaan Air Bersih

  1. KTP2D

  Sumber: Identifikasi Lokasi Kawasan Permukiman Kumuh Kabupaten Pati, 2006 Tabel VI.4. Data Program Perdesaan di Kabupaten Pati No Program/Kegiatan Lokasi Volume/Satuan Status Kondisi Infrastruktur

  3.018 5.765

  89 268

  1.721

  Puncel 897

  3. Kecamatan Dukuhseti

  (RPI2-JM) Kabupaten Pati Tahun 2015-2019 No. Lokasi Kawasan Kumuh Luas Kawasan Jumlah Rumah Jumlah Rumah Tidak Layak Huni Jumlah Penduduk

   KT Cluwak – KT Gunungwungkal –

  (RPI2-JM) Kabupaten Pati Tahun 2015-2019 Kondisi No Program/Kegiatan Lokasi Volume/Satuan Status Infrastruktur

  Kabupaten yang KT Gembong menghubungkan antara dengan KTU

  • – KT Cluwak KT Margoyoso. Gunungwungkal – KT Gembong dengan KTU Margoyoso.

  jaringan  Peningkatan jalan yang menghubungkan antar KSP dan antara KSP dengan KT/KTU di Kawasan Agropolitan Pati. Perbaikan jalan poros desa dan jalan usaha tani

  b. Prasarana Irigasi dan  Perbaikan  Sukolilo penambahan bangunan

   Kayen penampung air  Gembong (bendung/dam) dan pemanfaatan sungai secara bijak embung-

   Membangun embung untuk penampungan air hujan air  Pemanfaatan terbuang dari sumber mata air dengan pembangunan jaringan irigasi baru  Perbaikan saluran irigasi dan bangunan pelengkapnya.

  c. Prasarana Air Bersih sumber  Pemanfaatan  KT Sukolilo mata air baru dan yang

   KT Tambakromo sudah ada namun belum  KT Gabus termanfaatkan secara  KT Winong optimal dengan  KT Pucakwangi perbaikan dan  KTU Kayen. penyambungan pipa-pipa

   KT Cluwak ke permukiman  KT penduduk. Gunungwungkal  Perluasan jaringan air  KT Gembong bersih melalui pelayanan  KTU Margoyoso.

  PDAM.

  d. Prasarana Drainase saluran  Pembuatan  KT Sukolilo primer, sekunder, dan

   KT Tambakromo tersier, khususnya  KT Gabus jaringan drainase di  KT Winong daerah permukiman  KT Pucakwangi

  (RPI2-JM) Kabupaten Pati Tahun 2015-2019 No Program/Kegiatan Lokasi Volume/Satuan Status Kondisi Infrastruktur  KTU Kayen.

   KT Gembong  KTU Margoyoso.

  Kawasan Agropolitan Kabupaten Pati dari arah selatan (Kabupaten Grobogan)

  h. Image Entrance  Gerbang utama masuk

   KT Gembong  KTU Margoyoso.

   KT Cluwak  KT Gunungwungkal

  KTU dan tiap KT  KT Sukolilo  KT Tambakromo  KT Gabus  KT Winong  KT Pucakwangi  KTU Kayen.

  KTU  Penyediaan alsintan di

   Pembangunan dan perbaikan gudang penyimpanan di KT dan KTU  Penyediaan area penjemuran di KT dan KTU  Penyediaan bibit unggul di KTU dan KT  Penyediaan saprotan di

  g. Sarana dan Prasarana Pertanian

   KT Cluwak  KT Gunungwungkal

   KT Cluwak  KT Gunungwungkal

   Trading house tanaman buah-buahan dan perkebunan di KTU Margoyoso  KT Sukolilo  KT Tambakromo  KT Gabus  KT Winong  KT Pucakwangi  KTU Kayen.

  KTU Kayen dan KTU Margoyoso

  f. Pasar  Pembangunan pasar pengumpul di masing- masing KT dan KTU  Pembangunan STA di

   KT Gembong  KTU Margoyoso.

   KT Cluwak  KT Gunungwungkal

   KT Sukolilo  KT Tambakromo  KT Gabus  KT Winong  KT Pucakwangi  KTU Kayen.

  Kota Tani dan KTU  Penyediaan fasilitas persampahan dan pengelolaan secara terpadu di setiap lingkungan permukiman.

  e. Prasarana Sampah  Pengelolaan dan pengoptimalan TPA untuk mendukung aktivitas Kawasan Agropolitan Pati  Penyediaan TPS di tiap

   KT Gembong  KTU Margoyoso.

  Sukolilo

  (RPI2-JM) Kabupaten Pati Tahun 2015-2019 Kondisi No Program/Kegiatan Lokasi Volume/Satuan Status Infrastruktur

   Gerbang utama masuk Kawasan Agropolitan Kabupaten Pati dari rah Cluwak Kota Pati di Kawasan Perencanaan sisi Utara

  3. MINAPOLITAN

  A. Kawasan Sentra Perikanan Tangkap Kecamatan 1 paket

  1. Pengembangan Sarana Wedarijaksa, Prasarana Pelabuhan Juwana, Batangan Perikanan

  2. Peningkatan kesejahteraan dan ketrampilan masyarakat nelayan

  3. Pengembangan sentra kawasan minapolitan

  4. Pengembangan kemitraan usaha dan pemasarana perikanan

  5. Pengembangan dan pemberdayaan kelembagaan nelayan

  6. Peningkatan akses pelayanan kesehatan

  7. Peningkatan SDM masyarakata kawasan minapolitan

  8. Pengawasan dan konservasi SDI B. Kawasan Sentra Perikanan

  Budidaya 1 paket Sentra Budidaya Tawar

  1. Pengembangan sentra Kecamatan Kayen kawasan strategis khususnya Desa

  2. Optimalisasi pengelolaan Talun dan pemasaran produksi perikanan

  3. Peningkatan kesejahteraan dan ketrampilan pembudidaya ikan

  4. Peningkatan kualitas lembaga keuangan

  5. Peningkatan dan pengembangan sarana pengelolaan lingkungan

  6. Pengembangan dan pembangunan mina wisata Sentra Budidaya Air Payau

  Kecamatan 1 paket

  1. Peningkatan sarana dan Wedarijaksa, prasarana pertambakan Juwana, Batangan

  2. Peningkatan produksi petambak ikan/udang

  (RPI2-JM) Kabupaten Pati Tahun 2015-2019 Kondisi No Program/Kegiatan Lokasi Volume/Satuan Status Infrastruktur

  3. Peningkatan kualitas SDM pertambak ikan

  C. Kawasan Minapolitan

  1. Pengembangan kawasan Kecamatan 1 paket minapolitan (penyusunan Wedarijaksa, DED kawasan Juwana, Batangan minapolitan) dan Kayen khususnya

  Desa Talun

  Sumber : Analisis Tim, 2014

c. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman

  Permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman Kabupaten Pati antara lain:

Permasalahan pengembangan permukiman diantaranya:

  1. Masih luasnya kawasan kumuh sebagai permukiman tidak layak huni sehingga dapat menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan, dan pelayanan infrastruktur yang masih terbatas.

  2. Masih terbatasnya prasarana sarana dasar pada kawasan permukiman kumuh, dan kawasan permukiman perdesaan.

  

3. Belum berkembangnya Kawasan Perdesaan Potensial.

  Tantangan pengembangan permukiman diantaranya:

  1. Percepatan peningkatan pelayanan kepada masyarakat, khususnya dalam penyediaan infrastruktur permukiman

  2. Pencapaian target/sasaran pembangunan dan pengembangan permukiman, terutama dalam penyediaan rumah layak huni bagi masyarakat berpenghasilan rendah

  3. Pencapaian program-program peningkatan kualitas pembangunan perumahan dan permukiman baik perkotaan maupun perdesaan melalui

program PNPM Mandiri maupun program lainnya

  4. Pembuatan database perumahan dan permukiman yang akurat dan dapat diakses oleh seluruh masyarakat sebagai kontrol bagi pemerintah untuk mengarahkan pembangunan permukiman dan syarat ketentuan ijin mendirikan bangunan

  5. Penguatan Sinergi RP2KP/RTBL KSK dalam Penyusunan RPI2JM bidang Cipta Karya di Kabupaten Pati Tabel VI.5. Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman di Kabupaten Pati Permasalahan Pengembangan No. Tantangan Pengembangan Alternatif Solusi Permukiman

  1. Aspek Teknis 1) Pengembangan 1) Sosialisasi rencana tata ruang 1) Upaya sosialisasi yang permukiman tidak sesuai wilayah secara bertahap dan harus dilakukan secara dengan peruntukannya menerus ke seluruh lapisan terus menerus kepada

  2) Kesiapan lahan untuk masyarakat seluruh kelompok pengembangan 2) Memberlakukan secara ketat masyarakat mengenai permukiman belum ijin mendirikan bangunan rencana tata ruang mampu mengikuti agar perkembangan wilayah dan standar

  (RPI2-JM) Kabupaten Pati Tahun 2015-2019 No. Permasalahan Pengembangan Permukiman Tantangan Pengembangan Alternatif Solusi

  perkembangan permukiman 3) Sebagian masyarakat tidak mengetahui standar minimal rumah layak huni, sehingga banyak rumah tidak layak huni yang mengindikasikan kawasan kumuh permukiman dapat diarahakan dan dikendalikan

  3) Sosialisasi mengenai rumah layak huni hingga ke tingkat basis masyarakat melalui lembaga yang ada minimal rumah layak huni

  2) Upaya mensosialisasikan pentingnya ijin mendirikan bangunan permukiman sebagai kontrol perkembangan permukiman

  2. Aspek Kelembagaan 1) Belum optimalnya badan pelaksana di bidang perumahan dan permukiman yang mampu mendorong keterpaduan penyelenggaraan perumahan dan permukiman yang terkoordinasi dan sinergis;

  2) Belum optimalnya revitalisasi kelembagaan dibidang perumahan dan permukiman termasuk peningkatan kapasitas SDM dan sumber daya pendukung lainnya;

  3) Belum optimalnya kelembagaan yang berlandaskan kebutuhan pokok kelembagaan, yaitu aspek pengaturan, pelaksanaan, penggunaan/pemanfaatan di bidang perumahan dan permukiman yang melibatkan seluruh stakeholder

  1) Penyusunan strategi kelembagaan dan tatalaksana bidang permukiman

  2) Membentuk/Mengaktifkan Badan Koordinasi Pembangunan dan pengembangan Perumahan dan kawasan permukiman, Pokja PKP, atau Dinas Kabupaten atau sejenisnya sebagai wadah perumusan operasionalisasi kebijakan permukiman kabupaten.

  3) Pembiayaan dan penguatan terhadap lembaga-lembaga di masyarakat yang dibentuk dalam kerangka proyek (PNPM Permukiman, Perumahan Swadaya, dll) sebagai instusi pendukung pelaksanaan program- program di sektor permukiman. 4) Membentuk kelembagaan berdasarkan atas 3(tiga) kebutuhan pokok kelembagaan yang meliputi aspek pengaturan, pelaksanaan,penggunaan/pe manfaatan di bidang perumahan dan permukiman yang melibatkan peranseluruh stakeholders. 5) Merekomendasikan peningkatan aspek kelembagaan dalam penyelenggaraan perumahan dan permukiman pada tingkat kabupaten;

  6) Membangun strategi pengembangan kelembagaan penyelenggara perumahan dan permukimanberdasarkan

  1) Upaya lebih meningkatkan kerja sama antara yurisdiksi baik antar kabupaten,provinsi dan pusat khususnya dalam penanganan pembangunan perumahan dan kawasan permukiman.

  2) Upaya menempatkan kebijakan otonomi daerah bukan sebagai upaya mengedepankan kepentingan masing- masing daerah tetapi lebih mengembangkan kerja sama yang lebih baik dalam pelaksanaan kebijakan dan program pembangunan perumahan dan kawasan permukiman.

  3) Upaya penanganan masalah perumahan dan kawasan permukiman yang lebih antisipatif terhadap kemungkinan terjadinya persoalan permukiman yang akan terjadi dimasa yang akan datang seperti munculnya permukinan kumuh, pelanggaran tata ruang atau kemungkinan terjadinya bencanaterkait perkembangan permukiman.

  4) Upaya meningkatkan partisipasi dan

  (RPI2-JM) Kabupaten Pati Tahun 2015-2019 No. Permasalahan Pengembangan Permukiman Tantangan Pengembangan Alternatif Solusi

  kemandirian dankeberagaman, serta membangun kemitraan antar pelaku yang terlibat;

  7) Membentuk forum perumahan dan permukiman untuk mengakomodasi kepentingan stakeholders; kepedulian masyarakat atau lembaga yang ada dimasyarakat untuk berkontribusi langsung terhadap upaya penyediaan perumahan dan penanganan lingkungan.

  3. Aspek Pembiayaan 1) Lemahnya dukungan pembiayaan pembangunan sektor perumahan dan kawasan permukiman dari sisi pemerintah akibatadanya skala prioritas sektor pembangunan lain

  2) Keterbatasan pendapatan pemerintah sehingga penanganan pembangunan perumahan dan kawasan permukiman dalam penyediaan prasarana dasar, pengaturan lahan dalam skala besar serta rehabilitasi kawasan kumuh menjadi sulit direalisasikan

  1) Pelibatan lembaga keuangan non bank untukmenjadi instrumen pembiayan rumah jangkapanjang seperti perusahaan asuransi, pengeloladana pensiun dengan mekanisme kerja sama pemerintah dan swasta dan koperasi. 2) Mengefektifkan sumber pembiayaan pemerintahmelalui koordinasi anggaran yang lebih terpaduantara Pemerintah Pusat, Provinsi, dan Kabupaten dalam mendukung program- programpembangunan perumahan dan kawasan permukiman

  3) Pemantapan Peraturan Pendukung PerluasanSumber Pembiayaan Pembangunan Perumahan dan Permukiman

  1) Pinjaman kredit, apabila selama ini dari BTN atau bank dalam list program pemerintah. Dimana pola peminjaman biaya pembangunantersebut disesuaikan dengan tingkat kemampuan pengembalian dari masyarakat sendiri. 2) Membuka akses terhadap PNPM Mandiri

  Perumahan dan Permukiman

  3) Dikembangkannya suatu kegiatan usaha di bidang pembangunan perumahan melalui kegiatankoperasi di bidang perumahan\

  4) Menggali potensi sumber pembiayaan lain yang bukandari anggaran pemerintah yang dapat dimobilisasi untukkepentingan pembangunan perumahan dan kawasan permukiman

  5) Meningkatkan kapasitas kemampuan BKM (Badan KeswadayaanMasyaraka t), sehingga dana yang selama ini hanya digunakan untuk peningkatan ekonomi diarahkan pula bagi sumber pembiayaan pembangunan perumahan dan kawasan permukiman

  6) Meningkatkan pembangunan dan

  (RPI2-JM) Kabupaten Pati Tahun 2015-2019 No. Permasalahan Pengembangan Permukiman Tantangan Pengembangan Alternatif Solusi

  2) Semakin kompleksnya aktivitas masyarakat dalam lingkungan permukiman menyebabkan alih fungsi ruang permukiman dan menyebabkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan permukiman

  3) Memberlakukan aturan pemanfaatan ruang dalam lingkungan permukiman untuk mengantisipasi alih fungsi ruang permukiman

  2) Mengoptimalkan peran serta masyarakat dalam menjaga dan memperbaiki kualitas lingkungan permukiman

  1) Mendorong percepatan penyediaan infrastruktur permukiman yang memadai sesuai kebutuhan

  3) Penegasan aturan bersama dalam pemanfaatan ruang lingkungan permukiman menjadi salah satu kontrol/pengendali kompleksnya kegiatan dalam lingkungan permukiman

  2) Peningkatan peran serta masyarakat dalam menjaga dan memperbaiki lingkungan permukiman menjadi faktor penting agar kualitas lingkungan permukiman tetap terjaga dengan baik

  1) Penyediaan infrastruktur yang memadai kebutuhan lingkungan permukiman perlu didorong

  5. Aspek Lingkungan Permukiman 1) Terjadinya penurunan kualitas lingkungan permukiman menjadi kumuh disebabkan oleh kurang memadainya infrastruktur dan keterlibatan masyarakat untuk menjaga lingkungan permukimannya

  infrastruktur dalam rangka terwujutnya kemampuan dayasaing daerah dan inovasi kebijakaninsentif fiskal untuk menarik investasi bidang PKP

  2) Upaya optimalisasi peran sektor swasta dalam membangun perumahan dan permukiman yang bersinergi dengan ruang secara utuh untuk membentuk permukiman yang nyaman dan layak huni

  1) Upaya mengoptimalkan peran serta masyarakat dalam pembangunan perumahan dan permukiman yang layak huni dan nyaman sesuai dengan standar minimal rumah layak huni sesuai arahan kebijakan pembangunan perumahan dan permukiman

  2) Perlu strategi untuk pelibatan sektor swasta dalam pengembangan perumahan dan permukiman yang terintegrasi dengan ruang secara utuh sehingga pengembangan perumahan dan permukiman bisa diarahkan sesuai dengan kebijakan pembangunan perumahan dan permukiman di Kabupaten Pati.

  1) Perlu strategi yang mampu mengoptimalkan peran serta masyarakat dalam pengembangan permukiman yang sesuai dengan arahan kebijakan pembangunan perumahan dan permukiman di Kabupaten Pati

  2) Belum optimalnya peran swasta dalam pengembangan permukiman yang nyaman dan terintegrasi sesuai dengan arahan kebijakan pembangunan perumahan dan permukiman di Kabupaten Pati

  1) Belum optimalnya peran serta masyarakat dalam pengembangan permukiman yang nyaman dan layak huni sesuai dengan kebijakan pembangunan perumahan dan permukiman

  4. Aspek Peran Serta Masyarakat/Swasta

  Sumber : Analisis Tim, 2014

  (RPI2-JM) Kabupaten Pati Tahun 2015-2019

6.1.3 ANALISIS KEBUTUHAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

  Berdasarkan permsalahan-permasalahan yang telah dijelaskan di atas, maka penanganan permasalahan utama permukiman perkotaan, permukiman perdesaan dan permukiman nelayan adalah perlunya perbaikan prasarana dan sarana dasar permukiman seperti air bersih, drainase, penanganan persampahan dan penanganan limbah. Pada lingkungan permukiman perkotaan perlu segera ditertibkan bangunan- bangunan yang berdiri di atas lahan yang bukan pemiliknya/illegal, sehingga tidak mengganggu aktivitas perkotaan. Dilihat dari perkembangan permukiman di Kabupaten Pati, maka dapat diidentifikasi bahwa permukiman perkotaan berkembang di sepanjang jalur utama perkotaan mengikuti jalur Pati-Juwana dan Pati-Tayu seiring dengan meningkatnya aktivitas komersial di sepanjang jalur ini, selain itu permukiman perkotaan tumbuh dan berkembang di masing-masing perkotaan kecamatan. Sedangkan untuk permukiman perdesaan terlihat berkembang secara berkelompok dan menyebar dengan karakteristik perdesaan yang masih minim infrastruktur pendukungnya. Selain permukiman perkotaan dan permukiman perdesaan, di Kabupaten Pati juga ada permukiman nelayan yang tumbuh dan berkembang di wilayah pesisir Kabupaten Pati meliputi: Kecamatan Batangan, Kecamatan Tayu, Kecamatan Dukuhseti, dan wilayah pesisir lainnya. Pada permukiman pesisir ini mencirikan karakter permukiman nelayan dengan kondisi yang kumuh dan padat.

  Dari permsalahan permukiman di Kabupaten Pati dengan karakter yang beragam tersebut, maka kebutuhan pengembangan permukiman merupakan hal penting bagi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan akan tempat tinggal yang layak untuk beraktivitas. Sehingga pengembangan permukiman perlu segera diarahkan pada lokasi-lokasi yang memang diperuntukkan bagi permukiman sesuai dengan kebijakan rencana tata ruang wilayah Kabupaten Pati, agar permasalahan yang muncul di masa yang akan datang dapat diantisipasi dan diminimalisasi.

  Tabel VI.6. Perkiraan Kebutuhan Program Pengembangan Permukiman

di Perkotaan Untuk 5 Tahun

  Tahun Tahun Tahun Tahun

No URAIAN Unit Tahun I Keterangan

II III

  IV V

  1. Jumlah Penduduk Jiwa 540.123 543.731 547.363 551.021 554.705 Kepadatan 2 Jiwa/Km 1.448 1.458 1.467 1.477 1.487

  Penduduk Proyeksi 2 Persebaran Jiwa/Km

  Penduduk Proyeksi 2 Persebaran Jiwa/Km 28.150 28.358 28.568 28.779 28.992

  Penduduk Miskin

  2. Sasaran Penurunan Ha Kawasan Kumuh

  3. Kebutuhan TB

  3

  1

  1

  1

  1

  7 Rusunawa Rusunawa

  4. Kebutuhan RSH Unit

  3

  1

  1

  1

  1

  7

  5. Kebutuhan Kws

  5

  4

  4

  4 4 21 kawasan Pengembangan

  (RPI2-JM) Kabupaten Pati Tahun 2015-2019 No URAIAN Unit Tahun I Tahun

  4

  4. Kawasan Rawan Bencana

  Kws

  5

  4

  4

  4 4 21 kawasan

  5. Desa Kategori Miskin

  Desa

  5

  4

  4 4 22 desa di Kecamatan Margoyoso

  5

  6. Kawasan dengan Komoditas Unggulan

  Kws

  2

  2

  2

  2

  2

  10 Kawasan (Kayen, Tambakromo, Winong, Gabus, Gembong, Tlogowungu, Gunungwungkal, Cluwak, Juwana)

  Sumber : Analisis Tim, 2014

  Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari:

  5 Kec. Juwana 29 desa

  5

  II Tahun

  Jiwa/Km 2 614 619 624 629 634 Proyeksi Persebaran Penduduk

  III Tahun

  IV Tahun

  V Keterangan

  Permukiman Baru

  Tabel VI.7. Perkiraan Kebutuhan Program Pengembangan Permukiman di Perdesaan yang membutuhkan Penanganan Untuk 5 Tahun No. URAIAN Unit Tahun I Tahun II Tahun

  III Tahun

  IV Tahun

  V Keterangan

  1. Jumlah Penduduk

  Jiwa 694.381 699.948 705.562 711.221 716.928 Kepadatan Penduduk

  Jiwa/Km 2 Proyeksi Persebaran Penduduk Miskin

  5

  Jiwa/Km 2 15.402 15.516 15.631 15.747 15.864

  2. Desa Potensial untuk Agropolitan

  Desa

  39

  30

  30

  30

  30 Total 159 desa yang berada di 9 Kecamatan (Sukolilo, Tambakromo, Winong, Gabus, Gembong, Tlogowungu, Gunungwungkal, Cluwak)

  3. Desa Potensial untuk Minapolitan

  Desa

  9

6.1.4 PROGRAM-PROGRAM SEKTOR PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

  (RPI2-JM) Kabupaten Pati Tahun 2015-2019 1) Pengembangan kawasan permukiman baru dalam bentuk pembangunan Rusunawa serta 2) Peningkatan kualitas permukiman kumuh dan RSH. Sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari: 1) Pengembangan kawasan permukiman perdesaan untuk kawasan potensial

  (Agropolitan dan Minapolitan), rawan bencana, serta perbatasan dan pulau kecil,

2) Pengembangan kawasan pusat pertumbuhan dengan program PISEW (RISE),

3) Desa tertinggal dengan program PPIP dan RIS PNPM. Selain kegiatan fisik di atas program/kegiatan pengembangan permukiman dapat berupa kegiatan non-fisik seperti penyusunan RP2KP dan RTBL KSK ataupun review bilamana diperlukan.

  Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan

  • Infrastruktur kawasan permukiman kumuh
  • Infrastruktur permukiman RSH
  • Rusunawa beserta infrastruktur pendukungnya

  Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan

  • Infrastruktur kawasan permukiman perdesaan potensial

  (Agropolitan/Minapolitan)

  • Infrastruktur kawasan permukiman rawan bencana
  • Infrastruktur kawasan permukiman perbatasan dan pulau kecil
  • Infrastruktur pendukung kegiatan ekonomi dan sosial (PISEW)
  • Infrastruktur perdesaan PPIP
  • Infrastruktur perdesaan RIS PNPM

  Sumber: Dit. Pengembangan Permukiman, 2012