Makna ekaristi bagi spiritualitas pelayanan prodiakon Paroki Santa Perawan Maria Tak Bercela Nanggulan - USD Repository

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MAKNA EKARISTI BAGI SPIRITUALITAS PELAYANAN PRODIAKON
PAROKI SANTA PERAWAN MARIA TAK BERCELA NANGGULAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Agama Katolik

Oleh
Fransiska Siki
NIM. 141124025

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019


i

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

SKRIPSI

MAKNA EKARISTI BAGI SPIRITUALITAS PELAYANAN PRODIAKON
PAROKI SANTA PERAWAN MARIA TAK BERCELA NANGGULAN

Oleh:

Fransiska Siki

NIM: 141124025

Telah disetujui oleh:

Pembimbing
\


/\)~

Drs. F.X. Heryatno Wono Wulung, S.1., M. Ed.

ii

Tanggal18 Desember 2018

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

SKREPSI

MAKNA EKARISn BAGl SPlRITUALlTAS PELAV "']'\ .4.N PRODlAKON
PAROla SANTA PERAWAN MARIA TAK BF;RCELA NANGGlJLAN

Dipersiapkan dan diwlis oleh

f· ranslska Siki


NIM: 1-11124025

TtJ,~

Nama

Kelua

lit ..

Sekretaris
Anggola

1. Drs. FX. !-lcryatno,Wol'o Wulung,SJ.,

I\ J)~:d

A1'11··
C-v
.... •

~

;.~

'y"'ogyaJ:arta) 11 Jarillari 2019
Fakultas Keguruan dan Emu Pendidikan

·UniV:';\i::.:itas Sanata Dharma,
Dc,:;kan,

,~enahoY

·H.arsoyo.. S,Pd" .\1".Si.
in

-

.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang
senantiasa dengan penuh kasih membimbing, menuntun dan menyertai perjalanan
proses pendidikan serta hidup penulis.
Kedua orang tua penulis bapak Theodurus Siki dan ibu Nanci Agnes, abang
Rafael Siki, adik Bartolomeus Daytim Siki dan Angelia Novita Siki serta
Korbinianus Fritz C.N yang senantiasa mendukung, memberikan semangat dan
mendoakan penulis
Sahabat-sahabatku yang terkasih Sesilia Selpiana, Juli Sunarti, Yunita Fuin
Pomarci, Sr. Maxima PI, Sr. Elisa PPYK, Retno Wulandari, Santi Utami,
Andrianus Heriskurniawan, Sirniko, FX. Adswi Fransibena, Kristianus Lejiw
serta seluruh teman-teman angkatan 2014
Keluarga besar Paroki Santa Perawan Maria Tak Bercela Nanggulan, Paroki
Santa Gemma Galgani dan keuskupan Ketapang serta keluarga besar Program
Studi Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang
membimbing, mendidik dan memperkembangkan penulis.

iv


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MOTTO
Milikilah kesabaran dalam setiap hal, tetapi yang paling pertama adalah dengan
diri sendiri.
(Fransiskus de Sales)

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebut
dalam kutipan serta daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 11 Januari 2019

CJ


Fransiska Siki

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama

: Fransiska Siki

Nomor Mahasiswa

: 141124025

Demi pengembangan i1mu pengetahuan, penulis memberikan wewenang kepada

perpustakaan Universitas Sanata Dhanna karya ilmiah penulis yang berjudul:

MAKNA EKARISTI BAGI SPIRITUALITAS PELAYANAN PRODIAKON
PAROKI SANTA PERAWAN MARIA TAK BERCELA NANGGULAN,
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, penulis
memberikan kepada pepustakaan Universitas

Sanata Dhanna hak untuk

menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk
perangkat data, mendistribusikan secara terbatas dan tanpa perlu ijin maupun
memberikan royalti kepada penulis, selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis.
Demikian pemyataan ini penulis buat dengan sebenamya.

Yogyakarta, II Januari 2019

YGj"k",
Fransiska Siki


vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “MAKNA EKARISTI BAGI SPIRITUALITAS
PELAYANAN PRODIAKON PAROKI SANTA PERAWAN MARIA TAK
BERCELA NANGGULAN”. Judul ini mengacu dari kehidupan prodiakon
paroki yang memiliki kedekatan hubungan dengan Ekaristi. Begitupula bagi para
prodiakon yang ada di Paroki Santa Perawan Maria Tak Bercela Nanggulan.
Kedekatan hubungan prodiakon dengan Ekaristi ini dapat dilihat dari tugas utama
pelayanannya yakni membantu imam membagikan komuni. Jangan sampai
kedekatan hubungan ini hanya sebatas tugas semata, tetapi prodiakon perlu
menghayati makna yang ada di dalam Ekaristi. Makna Ekaristi yang dihayati
prodiakon dapat membantu memperkembangkan spiritualitas pelayanannya. Hal
ini dikarenakan Ekaristi merupakan sumber dan puncak seluruh hidup Gereja
termasuk hidup pelayanan prodiakon. Sebab melalui Ekaristi, prodiakon menimba
kekuatan, semangat dan inspirasi dari Kristus sendiri yang telah mengorbankan
diri-Nya bagi banyak orang.
Persoalan pokok dalam skripsi ini adalah menemukan gambaran makna

Ekaristi bagi spiritualitas pelayanan prodiakon Paroki Santa Perawan Maria Tak
Bercela Nanggulan serta usaha apa yang dibutuhkan untuk membantu
meningkatkan penghayatan dan pelaksanaan prodiakon terhadap Ekaristi.
Menanggapi pokok persoalan tersebut, penulis melakukan studi pustaka dan
penelitan secara langsung di lapangan. Studi pustaka yang penulis gunakan
bersumber dari Kitab Suci, dokumen-dokumen Gereja serta pandangan para ahli
mengenai Ekaristi dan spiritualitas pelayanan prodiakon. Sedangkan penelitian
yang digunakan penulis adalah kualitatif melalui wawancara terhadap prodiakon
berdasarkan lamanya masa jabatan sebagai prodiakon. Pemilihan responden ini
berdasarkan disuksi dan kesepakatan bersama dengan romo paroki serta ketua
bidang pewartaan.
Hasil akhir menunjukkan sebagian prodiakon telah sungguh menyadari
bahwa Ekaristi memiliki peranan yang sangat penting bagi spiritualitas
pelayanannya. Prodiakon juga menghayati bahwa Ekaristi berhubungan erat
dengan hidup rohani serta pelayananannya. Meskipun demikian masih ada
beberapa prodiakon yang kurang menghayati Ekaristi sebagai dasar dan pusat
pelayanannya. Hal ini bisa terjadi di mana saja dan disebabkan berbagai faktor.
Sebagian besar responden berharap agar teman-teman prodiakon semakin
mencintai dan menaruh perhatian yang lebih terhadap Ekaristi. Untuk
menindaklanjuti hasil penelitian ini, penulis mengusulkan pelaksanaan kegiatan

rekoleksi sebagai bentuk pendampingan dan pembekalan bagi para prodiakon
yang baru dilantik. Harapannya melalui kegiatan ini prodiakon semakin
menghidupi Ekaristi sebagai pusat hidup dan berdampak positif pada pelayananya
yang nyata.

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT
The title of this thesis is “THE MEANING OF THE EUCHARIST FOR
SERVICE SPIRITUALITY OF PRODIAKON PARISH OF SANTA PERAWAN
MARIA TAK BERCELA NANGGULAN.” This title was referring from the lives of
the prodiakon at the parish who have close relations with the Eucharist. Likewise
the prodiakon who are in the Parish of Santa Maria Tak Bercela Nanggulan. The
closeness relationship of prodiakon with the Eucharist can be seen from the main
task of their ministry which is to help the priests sharing the communion. Do not
let the closeness of this relationship be limited to the task alone, but prodiakon
needs to live up to the meaning in the Eucharist. The Eucharistic meaning
experienced by the prodiakon can help them develop the spirituality of their
service. This is because the Eucharist is the source and the peak of the whole life
of the Church including the life service of prodiakon. Since through the Eucharist,
prodiakon draw strength, enthusiasm and inspiration from Christ Himself who
sacrificed Himself for many people.
The main problem in this thesis is to found the meaning of the Eucharist
for service spirituality of prodiakon Parish of Santa Maria Tak Bercela
Nanggulan and what efforts are needed to help them increase the appreciation
and implementation of the Eucharistic. Responding to the subject matter, writer
conducted a literature study and research directly in the field. The literature study
that the writer used comes from the Scriptures, Church documents and the views
of experts on the Eucharist and the service spirituality of prodiakon. While the
research used by writer is qualitative through interviews with prodiakon based on
the length of tenure as a prodiakon. The selection of respondents was based on
the discussion and mutual agreement with the parish priest and the head of the
preaching department.
The results show that some prodiakon realize that the Eucharist has a very
important role in the service spirituality. Prodiakon also recognize that the
Eucharist is closely related to their spiritual life and ministry. Even so, there are
still a number of prodiakon who still lacking of the living of the Eucharist as the
basis and center of service. This can happen anywhere and is caused by various
factors. Most of the respondents hoped that their fellow will love and pay more
attention to the Eucharist. To follow up on the results of this study the writer
proposes the implementation of recollection activities as a form of mentoring and
debriefing for new producers to be appointed. It is hoped that through this
activity, prodiakon will increasingly live the Eucharist as the center of life and
have a positive impact for its real servants.

ix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pengasih atas
segala

berkat,

menyelesaikan

bimbingan
skripsi

SPIRITUALITAS

dan

yang

penyertaan-Nya
berjudul

PELAYANAN

sehingga

MAKNA

PRODIAKON

penulis

EKARISTI
PAROKI

dapat
BAGI

SANTA

PERAWAN MARIA TAK BERCELA NANGGULAN. Skripsi ini ditulis
sebagai sumbangan bagi perkembangan spiritualitas pelayanan prodiakon dengan
menjadikan Ekaristi sebagai sumber inspirasi dan puncak pelayanannya. Penulis
menyadari bahwa penulisan skripsi ini dapat terselesaikan berkat dukungan
berbagai pihak yang dengan sabar dan setia mendampingi, memberikan semangat
serta kritikan yang membangun. Maka dari itu penulis ingin menyampaikan
terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1.

Drs. F.X Heryatno Wono Wulung, SJ., M.Ed., selaku dosen pembimbing
skripsi yang dengan penuh kesabaran membimbing, mendampingi,
memberikan masukan serta motivasi bagi penulis untuk menyelesaikan
skripsi.

2.

Dr. B. Agus Rukiyanto, SJ selaku kaprodi Pendidikan Agama Katolik
yang senantiasa mendukung dan memberikan semangat bagi penulis.

3.

F.X. Dapiyanta, SFK., M.Pd. selaku dosen pembimbing akademik dan
dosen penguji II yang dengan setia mendampingi, membimbing serta
memberikan motivasi maupun insipirasi bagi penulis.

x

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4.

Dr. C. Putranto, SJ, selaku dosen penguji III yang telah bersedia menjadi
dosen penguji pada pertanggungjawaban skripsi ini.

5.

Para staff dosen dan karyawan Program Studi Pendidikan Agama Katolik,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta yang dengan penuh kasih membimbing, mendidik dan
memperkembangkan penulis selama menjalankan studi di kampus.

6.

Romo Modestus Supriyanta, Pr dan romo Petrus Sajiyono, Pr selaku romo
Paroki Santa Perawan Maria Tak Bercela Nanggulan, bapak Agustinus
Susiyantoro selaku ketua bidang pewartaan, bapak Paulus Marjana selaku
ketua tim kerja prodiakon serta seluruh anggota prodiakon yang telah
mendukung dan mau bekerja sama selama penulis melakukan penelitian di
paroki.

7.

Orang tuaku bapak Theodurus Siki dan ibu Nanci Agnes yang dengan
setia menemani, mendukung, mendoakan dan berkorban bagi penulis.

8.

Romo Paroki Santa Gemma Galgani dan Keuskupan Ketapang yang telah
mendukung penulis untuk menempuh studi di Program Studi Pendidikan
Agama Katolik dengan memberikan beasiswa.

9.

Teman-teman angkatan 2014 dengan segala keunikannya dan ciri khasnya
masing-masing yang memperkembangkan serta meneguhkan penulis
selama menjalani masa studi.

10.

Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan namanya satu per satu,
mereka yang ikut membantu, mendoakan, mendanai dan mendukung
xi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

penulis selama masa studi sehingga pada akhimya penulis dapat
menyelesaikan pendidikan.
Semoga kasih dan berkat Tuhan senantiasa melimpah atas mereka yang
dengan ikhlas hati mendukung penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini
maupun dalam masa studio Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
saran dan kritik dan para pembaca demi perbaikan skripsi ini.

Yogyakarta, 11 Januari 2019

~

Fransiska Siki

xii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................

i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..............................................

ii

HALAMAN PENGESAHAN .........................................................................

iii

HALAMAN PERSEMBAHAN .....................................................................

iv

MOTTO ..........................................................................................................

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .........................................................

vi

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ......................................................

vii

ABSTRAK ......................................................................................................

viii

ABSTRACT ......................................................................................................

ix

KATA PENGANTAR ....................................................................................

x

DAFTAR ISI ...................................................................................................

xiii

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xvii
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xviii
BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................

1

A. Latar Belakang Masalah ...................................................................

1

B. Rumusan Masalah ............................................................................

5

C. Tujuan Penulisan ..............................................................................

5

D. Manfaat Penulisan ............................................................................

5

E. Metode Penulisan .............................................................................

6

F. Sistematika Penulisan ......................................................................

7

BAB II. POKOK- POKOK-POKOK EKARISTI DAN SPIRITUALITAS
PELAYANAN PRODIAKON...........................................................

9

A. Pokok-pokok Ekaristi .......................................................................

9

1. Hakikat Ekaristi ...........................................................................

9

2. Dasar Biblis Ekaristi ....................................................................

13

a. Injil Sinoptik ...........................................................................

13

b. Injil Yohanes...........................................................................

16

c. Surat Pertama Rasul Paulus kepada Jemaat di Korintus ........

17

3. Dasar Teologis Ekaristi ...............................................................

19

a.

Sacrosanctum Concilium .......................................................
xiii

19

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

b.

Ensiklik Ecclesia de Eucharistia ...........................................

21

c.

Kitab Hukum Kanonik ...........................................................

23

4. Ekaristi dalam Hidup Beriman ....................................................

25

B. Gambaran Spiritualitas dalam Pelayanan Prodiakon ........................

27

1. Hakikat Spiritualitas ....................................................................

27

2. Pelayanan ...................................................................................

31

3. Prodiakon ...................................................................................

34

4. Spiritualitas Pelayanan Prodiakon ..............................................

40

C. Ekaristi sebagai Dasar Pelayanan Prodiakon ....................................

43

D. Fokus Penelitian ................................................................................

47

BAB III. GAMBARAN MAKNA EKARISTI BAGI SPIRITUALITAS
PELAYANAN PRODIAKON PAROKI SANTA PERAWAN
MARIA TAK BERCELA NANGGULAN ......................................

49

A. Gambaran Umum Paroki Santa Perawan Maria Tak Bercela
Nanggulan .........................................................................................

50

1.

Profil Paroki Santa Perawan Maria Tak Bercela Nanggulan .....

50

a. Letak Geografis Paroki .........................................................

50

b. Sejarah Paroki .......................................................................

50

c. Visi dan Misi Paroki .............................................................

53

2. Pelaksanaan Ekaristi di Paroki Santa Perawan Maria Tak Bercela
Nanggulan ...................................................................................
55
3. Gambaran Prodiakon Paroki Santa Perawan Maria Tak Bercela
Nanggulan ...................................................................................

55

B. Penelitian dan Pembahasan Hasil Penelitian Gambaran Makna Ekaristi
bagi Spiritualitas Pelayanan Prodiakon ............................................
57
1. Metodologi Penelitian .................................................................

57

a.

Latar Belakang Penelitian ...................................................

57

b.

Tujuan Penelitian ................................................................

59

c.

Jenis Penelitian ...................................................................

60

d.

Desain Penelitian ................................................................

60

e.

Instrumen Penelitian ............................................................

61

xiv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

f.

Responden............................................................................

62

g.

Tempat dan Waktu Penelitian ..............................................

62

h.

Teknik Pengolahan Data ......................................................

63

2. Laporan dan Pembahasan Hasil Penelitian .................................

63

a. Gambaran makna Ekaristi bagi spiritualitas pelayanan
prodiakon .............................................................................

64

1) Mendeskripsikan makna Ekaristi ....................................

64

2) Mensyukuri panggilan sebagai prodiakon ......................

67

3) Makna spiritualitas pelayanan bagi prodiakon................

68

4) Makna Ekaristi bagi spiritualitas pelayanan prodiakon ..

70

b. Faktor pendukung dan penghambat dalam Ekaristi ..............

71

1) Faktor pendukung ...........................................................

71

2) Faktor penghambat ..........................................................

73

c. Harapan untuk Ekaristi dan hubungannya bagi spiritualitas
pelayanan prodiakon .............................................................

74

1) Harapan akan perkembangan sprititualitas pelayanan
prodiakon melalui Ekaristi ..............................................

74

2) Harapan akan Ekaristi .....................................................

75

3. Kesimpulan Penelitian ................................................................

76

BAB IV. UPAYA UNTUK MENINGKATKAN PENGHAYATAN DAN
PELAKSANAAN EKARISTI BAGI PRODIAKON PAROKI
SANTA PERAWAN MARIA TAK BERCELA NANGGULAN ...

78

A. Pemikiran Dasar Kegiatan.................................................................

79

B. Rekoleksi sebagai Upaya untuk Meningkatkan Penghayatan dan
Pelaksanaan Ekaristi bagi Prodiakon Paroki Santa Perawan Maria
Tak Bercela Nanggulan .....................................................................

81

1.

Latar Belakang Kegiatan Rekoleksi Prodiakon ..........................

81

2.

Tema dan Tujuan Rekoleksi .......................................................

82

3.

Peserta .........................................................................................

83

4.

Tempat dan Waktu Pelaksanaan .................................................

83

5.

Matriks Kegiatan Rekoleksi........................................................

84

Tabel 1: Matriks Kegiatan Rekoleksi
xv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6.

Contoh Satuan Pertemuan I ........................................................

88

BAB V. PENUTUP ..........................................................................................

95

A. Kesimpulan .......................................................................................

95

B. Saran ..................................................................................................

97

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

100

LAMPIRAN ....................................................................................................
Lampiran 1 : Surat Izin Penelitian ................................................

(1)

Lampiran 2 : Surat Keterangan Selesai Penelitian ........................

(2)

Lampiran 3 : Daftar Pertanyaan Wawancara .................................

(3)

Lampiran 4 : Hasil Transkip Wawancara .....................................

(5)

Lampiran 5 : Daftar Nama Prodiakon ............................................ (46)

xvi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TABEL

Tabel 1: Matriks Kegiatan Rekoleksi...............................................................

xvii

84

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Dokumen Resmi Gereja
EE

: Ecclesia de Eucharistia
Surat Ensiklik Paus Yohanes Pulus II kepada para uskup, imam dan
diakon, penyandang hidup bakti, pria dan perempuan dan segenap para
beriman tentang Ekaristi dan hubungannya dengan Gereja tanggal 17
April 2003

SC

: Sacrosanctum Concilium
Konstitusi Konsili Vatikan II tentang Liturgi Suci tanggal 4 Desember
1963.

LG

: Lumen Gentium
Konstitusi Dogmatik Konsili Vatikan II tentang Gereja tanggal 21
November 1964.

CD

: Christus Dominus
Dekrit tentang tugas pastoral para uskup dalam Gereja tanggal 28
Oktober 1965.

AG

: Ad Gentes
Dekrit tentang Kegiatan Misioner Gereja tanggal 18 November 1965.

KHK : Kitab Hukum Kanonik (Codex Iurs Canonici), diundangkan oleh Paus

xviii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Yohanes Paulus II tanggal 25 Januari 1983.
KGK : Katekismus Gereja Katolik edisi Indonesia, diterjemahkan oleh Herman
Embuiru berdasarkan edisi Jerman tahun 1995.
DV

: Dei Verbum
Konstitusi Dogmatis tentang Wahyu Ilahi. Diresmikan oleh Paus Paulus
VI pada 18 November 1965.

B. Singkatan lain
KAS

: Keuskupan Agung Semarang

kan

: kanon

dll

: dan lain-lain

KLMTD

: Kecil Lemah Miskin Tersingkir dan Difabel

WIB

: Waktu Indonesia Barat

R

: Responden

HP

: Hand Phone

art.

: artikel

dsb.

: dan sebagainya

bdk.

: bandingkan

DSA

: Doa Syukur Agung

G30S

: Gerakan 30 September

Pr

: Projo
xix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MSF

: Missionarium a Sacra Familia

SJ

: Serikat Jesus

TPE

: Tata Perayaan Ekaristi

xx

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ekaristi merupakan poros kehidupan umat beriman. Poros kehidupan
merupakan daya yang mampu menggerakkan seluruh hidup umat beriman. Karena
merupakan poros kehidupan maka umat beriman hendaknya menjadikan Ekaristi
sebagai pusat hidupnya. Melalui Ekaristi umat menimba kekuatan rohani dari
Kristus sendiri. Hidup umat beriman akan dikuatkan serta dibangun dalam terang
iman apabila senantiasa berakar pada perayaan Ekaristi. Semua perayaan ibadat,
pekerjaan, pelayanan dalam kehidupan Kristiani berkaitan erat dengan perayaan
Ekaristi: bersumber dari padanya dan tertuju kepadanya (PUMR, 2002: 30).
Ekaristi juga merupakan sumber dan puncak seluruh hidup Kristiani. Hal
ini sesuai dengan ajaran Konsili Vatikan II yang terdapat dalam LG 11, SC 10,
CD 30 dan AG 9. Hal ini dikarenakan Ekaristi merupakan pengungkapan iman
Gereja yang paling resmi dan penuh. Ekaristi merangkum seluruh sikap
penyerahan dan pembaktian umat beriman. Disebut sumber dan puncak, karena
Ekaristi merupakan pengungkapan iman Gereja yang paling penuh dan menjadi
dasar bagi segala bentuk pengungkapan iman lainnya. Pengungkapan iman lain
yang dimaksud misalnya sakramen-sakramen, doa maupun devosi. Iman umat
beriman tentu tidak hanya diungkapkan dalam doa-doa dan perayaan yang khusus
melainkan, diwujudnyatakan dalam tindakan dan perbuatan setiap hari.
Perayaan Ekaristi bukanlah tindakan perorangan, melainkan perayaan
Gereja bersama seluruh umat sebagai sakramen kesatuan. Setiap umat beriman

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2

diundang untuk hadir dan ambil bagian dalam perayaan tersebut. Oleh karena itu,
perayaan Ekaristi bukan hanya milik petugas liturgi atau para imam melainkan
seluruh umat yang hadir. Perayaan Ekaristi mempertandakan kehadiran Tuhan
dalam hidup umat. Ekaristi tidak hanya menghubungkan masing-masing orang
secara pribadi dengan Allah, tetapi juga menjadi ikatan persatuan antar umat
sebagai Gereja (Martasudjita, 2000: 34).
Dari hakikatnya liturgi menuntut partisipasi penuh, sadar dan aktif seluruh
umat beriman (SC 14). Dan salah satu bentuk partisipasi itu adalah menjadi
petugas liturgi yakni sebagai prodiakon. Prodiakon adalah kaum awam yang
diperkenankan melayani diseputar altar, yaitu membantu imam atau diakon untuk
menerimakan komuni kepada umat (Sugiyana, 2006: 69-70). Tugas resmi
prodiakon yang paling sering dan teratur di paroki-paroki adalah membantu
menerimakan komuni. Tugas tersebut bisa berlangsung saat perayaan Ekaristi hari
Minggu. Selain itu prodiakon biasanya juga memimpin Ibadat Sabda, mengirim
komuni kepada orang yang sakit termasuk mereka yang di penjara. Prodiakon
pada umumnya juga bertugas memberikan homili pada saat Ibadat Sabda,
memimpin upacara pemakaman, serta memimpin doa untuk berbagai ujud dan
keperluan di lingkungan.
Setiap tugas pelayanan yang dilakukan oleh prodiakon berhubungan erat
dengan hidup rohaninya. Hidup rohani tentu bukan hanya berkaitan dengan
pengetahuan tetapi, sejauh mana pribadi seseorang memiliki relasi yang dekat dan
mendalam dengan apa yang ia imani. Salah satu penghayatan iman yang baik
adalah bagaimana seseorang memiliki spiritualitas dalam hidupnya. Spiritualitas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3

hidup dapat membantu prodiakon menjiwai tugas pelayanannya dengan
bimbingan Roh Kudus dalam Kristus. Prodiakon juga perlu memiliki spiritualitas
pelayanan, seperti Tuhan Yesus sendiri yang datang bukan untuk dilayani
melainkan melayani. Dengan memiliki spiritualitas pelayanan, prodiakon dapat
melihat dan memaknai bahwa tugas yang ia lakukan bukanlah suatu pekerjaan,
melainkan pelayanan bagi Tuhan dan sesama.
Ada berbagai macam sumber spiritualitas yang dihidupi umat beriman
dan diyakini memiliki daya penggerak. Salah satunya dengan menimba
spiritualitas melalui perayaan Ekaristi. Ada banyak kekayaan makna yang terdapat
dalam Ekaristi yang dapat meneguhkan pribadi umat beriman baik itu awam,
biarawan/biarawati maupun kaum tertahbis. Karena melalui kurban Ekaristi
seluruh umat beriman yang percaya kepada Yesus Kristus telah ditebus. Begitu
pula dengan para prodiakon paroki yang diperkenankan melayani Tuhan secara
sangat dekat dalam Ekaristi. Mereka mendapatkan kesempatan yang sangat
berharga untuk memaknai Ekaristi secara lebih mendalam.
Prodiakon yang baik mengikuti Perayaan Ekaristi bukan hanya karena ia
sedang bertugas untuk ikut menerimakan komuni dalam Perayaan Ekaristi tetapi,
ia mengikutinya sebagai sumber dan puncak hidup serta pelayananannya
(Martasudjita, 2010: 32). Prodiakon dipanggil untuk menimba kekuatan dan
sumber inspirasi pelayanannya melalui Ekaristi. Dengan demikian, perayaan
Ekaristi sungguh menjadi sumber dan puncak hidup serta pelayanan prodiakon
maupun seluruh umat beriman.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4

Prodiakon bukanlah suatu jabatan supaya dilihat orang tetapi merupakan
sebuah pelayanan secara tulus, tanpa pamrih dan menampilkan wajah Kristus bagi
orang-orang yang dilayani. Hal itu pula yang dihayati para prodiakon di Paroki
Santa Perawan Maria Tak Bercela Nanggulan. Sebagian besar prodiakon di paroki
ini terdiri dari guru, petani serta pensiunan. Para prodiakon yang ada di Paroki
Nanggulan ini secara keseluruhan sudah memahami tugas dan tanggung
jawabnya. Mereka juga menyadari bahwa panggilan sebagai prodiakon
merupakan suatu pelayanan. Banyak di antara prodiakon yang ada meskipun
sudah berusia lanjut tetapi dengan penuh semangat tetap setia dalam pelayanan.
Kedekatan hubungan antara prodiakon dengan Ekaristi perlu sungguh
dihayati sebagai sumber kekuatan hidup pelayanannya. Prodiakon tidak hanya
dekat dengan Ekaristi sebatas kewajiban tetapi perlu menghidupinya sebagai dasar
dan pusat pelayanannya. Sebagai seorang pelayan, prodiakon tentunya tidak
hanya sekedar tahu dan memahami tugas serta tanggung jawabnya tetapi perlu
sungguh menghidupi makna hidup sebagai seorang pelayan yang terpanggil.
Prodiakon dipanggil untuk memiliki kedekatan hubungan rohani dengan Yesus
sang sumber hidup yang memberikan diri-Nya secara penuh bagi keselamatan
banyak orang. Oleh karena itu, prodiakon perlu menggali dan mendalami Ekaristi
demi perkembangan spiritualitas pelayanannya agar tidak menjadi kering dan
hanya dijalankan sebatas tugas. Dengan melihat kedekatan hubungan antara
prodiakon dengan Ekaristi, penulis tertarik untuk menulis “MAKNA EKARISTI
BAGI SPIRITUALITAS PELAYANAN PRODIAKON PAROKI SANTA
PERAWAN MARIA TAK BERCELA NANGGULAN”.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5

B. Rumusan Masalah
1.

Apa pokok-pokok Ekaristi dan hubungannya dengan spiritualitas pelayanan
prodiakon?

2.

Apakah makna Ekaristi dihayati sebagai spiritualitas pelayanan bagi
prodiakon Paroki Santa Perawan Maria Tak Bercela Nanggulan?

3.

Upaya macam apa yang perlu diusahakan untuk memupuk perkembangan
spiritualitas pelayanan prodiakon Paroki Santa Perawan Maria Tak Bercela
Nanggulan?

C. Tujuan Penulisan
1.

Mendalami pokok-pokok Ekaristi dan hubungannya dengan spiritualitas
pelayanan prodiakon.

2.

Mendapatkan gambaran makna Ekaristi bagi spiritualitas pelayanan
prodiakon Paroki Santa Perawan Maria Tak Bercela Nanggulan.

3.

Mengemukakan upaya yang dilakukan untuk memupuk perkembangan
spiritualitas pelayanan prodiakon paroki Santa Perawan Maria Tak Bercela
Nanggulan melalui Ekaristi.

D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Paroki Santa Perawan Maria Tak Bercela Nanggulan
Membantu Paroki Santa Perawan Maria Tak Bercela Nanggulan agar
dapat merencanakan atau mengagendakan kegiatan yang dapat membantu dan
memperkembangkan spiritualitas pelayanan prodiakon terutama dengan menggali

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6

makna Ekaristi. Selain itu, juga membantu menggali dan menemukan apa yang
menjadi kerinduan serta harapan-harapan prodiakon.

2. Bagi Prodiakon Paroki Santa Perawan Maria Tak Bercela Nanggulan
Membantu prodiakon Paroki Santa Perawan Maria Tak Bercela Nanggulan
untuk semakin mendalami dan menghayati makna Ekaristi bagi perkembangan
spiritualitas pelayanannya

3. Bagi program studi PAK USD
Mengajak mahasiswa untuk semakin mendalami makna Ekaristi sebagai
sumber dan puncak seluruh hidup Kristiani yang mengarah kepada perkembangan
spiritualitas untuk melayani Tuhan dan sesama serta menyiapkan mahasiswa
untuk dapat mengkader prodiakon.

4. Bagi penulis
Semakin diperkaya dengan menemukan makna yang terkandung dalam
Ekaristi terhadap perkembangan spiritualitas untuk melayani umat serta apa yang
didapat melalui pengalaman bersama prodiakon paroki Santa Perawan Maria Tak
Bercela Nanggulan dapat dijadikan bekal untuk pelayanan sebagai katekis.

E. Metode Penulisan
Metode penulisan yang akan digunakan oleh penulis dalam skripsi adalah
deskripsi analisis. Deskripsi analisis adalah metode yang menggambarkan dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

7

menganalisis data yang diperoleh melalui studi pustaka dan diperkuat dengan
adanya penelitian. Dalam rangka mendapatkan data yang valid, penulis akan
terlibat langsung dan melakukan wawancara kepada beberapa prodiakon Paroki
Santa Perawan Maria Tak Bercela Nanggulan.

F. Sistematika Penulisan
Bab I berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.
Bab II menguraikan hasil studi pustaka dengan berdasarkan dokumendokumen Gereja, pandangan para ahli serta Kitab Suci yang mendukung
penulisan skripsi terkait dengan pokok-pokok Ekaristi dan spiritualitas pelayanan
prodiakon. Penulis membaginya kedalam 4 bagian pokok.

Pokok bahasan

pertama yaitu pokok-pokok Ekaristi yang meliputi hakikat, dasar biblis, dasar
teologis serta Ekaristi dalam hidup beriman. Pokok bahasan kedua membahas
tentang gambaran spiritualitas dalam pelayanan prodiakon yang terdiri dari
hakikat, pelayanan, prodiakon dan spiritualitas pelayanan prodiakon. Pokok
bahasan ketiga yakni Ekaristi sebagai dasar pelayanan prodiakon. Pokok bahasan
terakhir membahas fokus penelitian yang menjadi dasar panduan pertanyaan
wawancara dalam penelitian.
Bab III berisi uraian tentang gambaran penghayatan prodiakon dalam
Ekaristi demi perkembangan spiritualitas pelayanannya. Penulis membaginya
kedalam 2 pokok bahasan. Pokok bahasan pertama membahas tentang gambaran
umum Paroki Santa Perawan Maria Tak Bercela Nanggulan. Bagian ini terdiri

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

8

dari: letak geografis, sejarah paroki serta visi misi Paroki Santa Perawan Maria
Tak Bercela Nanggulan. Pokok bahasan kedua adalah penelitian dan pembahasan
hasil penelitian penghayatan prodiakon dalam Ekaristi demi perkembangan
spiritualitas pelayanannya. Bagian ini meliputi: metodologi penelitian, laporan
dan pembahasan hasil penelitian serta kesimpulan.
Bab IV berisi tindak lanjut dari hasil penelitan yang berupa sumbangan
pemikiran melalui kegiatan rekoleksi sebagai usaha untuk meningkatkan
penghayatan dan pelaksanaan Ekaristi bagi prodiakon Paroki Santa Perawan
Maria Tak Bercela Nanggulan. Penulis membagi bab IV ini dalam 2 pokok
bahasan. Pokok bahasan pertama menguraikan latar belakang pemilihan kegiatan
rekoleksi. Pokok bahasan kedua berisi gambaran usulan kegiatan rekoleksi.
Bab V merupakan bab terakhir dari penulisan skripsi ini. Penulis
membaginya kedalam 2 pokok bahasan. Pokok bahasan pertama berisi tentang
kesimpulan terkait makna Ekaristi terhadap perkembangan spiritualitas pelayanan
prodiakon. Pokok bahasan kedua berisi saran bagi pihak-pihak yang terkait demi
mengembangkan spiritualitas pelayanan prodiakon melalui Ekaristi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

9

BAB II
POKOK-POKOK EKARISTI DAN SPIRITUALITAS PELAYANAN
PRODIAKON
Bab II merupakan tindak lanjut dari bab sebelumnya dan akan menjawab
permasalahan yang pertama yaitu terkait dengan pokok-pokok Ekaristi dan
hubungannya

dengan

spiritualitas

pelayanan

prodiakon.

Penulis

akan

mendeskripsikan pokok-pokok Ekaristi dan hubungannya dengan spiritualitas
pelayanan prodiakon, berdasarkan hasil studi pustaka, dokumen-dokumen Gereja,
pandangan para ahli serta Kitab Suci yang mendukung.
Pada bab II ini, penulis akan membaginya ke dalam tiga pokok bahasan.
Pokok bahasan pertama mendeskripsikan tentang pokok-pokok Ekaristi meliputi:
hakikat Ekaristi, dasar biblis Ekaristi, dasar teologis Ekaristi dan Ekaristi dalam
hidup beriman. Pokok bahasan kedua mendeskripsikan tentang spritualitas
pelayanan prodiakon yang meliputi: hakikat spiritualitas, pelayanan, prodiakon
dan spiritualitas pelayanan prodiakon. Pokok bahasan ketiga menjelaskan tentang
Ekaristi sebagai dasar pelayanan prodiakon.

A. Pokok-pokok Ekaristi
1.

Hakikat Ekaristi
Martasudjita (2005: 28) menegaskan bahwa istilah Ekaristi berasal dari

bahasa Yunani eucharistia yang berarti puji syukur. Kata eucharistia adalah
sebuah kata benda yang berasal dari kata kerja bahasa Yunani eucharistein yang
berarti memuji, mengucap syukur. Ekaristi merupakan ucapan syukur atas karya
penyelamatan Allah bagi umat manusia, yang terlaksana melalui Yesus Kristus.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

Allah sungguh mengasihi umat manusia. Ia rela mengutus Putera Tunggal-Nya ke
dalam dunia untuk menyelamatkan mereka. Puncak karya penyelamatan Allah
terjadi dalam peristiwa wafat dan kebangkitan Kristus. Kristus sendiri harus
menderita sengsara sampai wafat di kayu salib dan pada akhirnya dapat bangkit
mulia demi menyelamatkan umat manusia. Dengan demikian, melalui Ekaristi
umat beriman bersama-sama mengungkapakan syukur dan terimakasih atas karya
penyelamatan Allah melalui misteri penebusan Kristus.
KGK (1995: 373) nomor 1358 mengatakan “Dengan demikian kita harus
memandang Ekaristi sebagai syukuran dan pujian kepada Bapa, sebagai kenangan
akan Kurban Kristus dan tubuh-Nya, sebagai kehadiran Kristus oleh kekuatan
perkataan-Nya dan Roh-Nya.” Perlu ditegaskan bahwa Ekaristi merupakan
syukuran dan pujian kepada Bapa atas segala kebaikan-Nya. Melalui Kristus yang
adalah jalan kebenaran dan hidup, Gereja dapat mempersembahkan pujian kepada
Bapa sebagai ungkapan terimakasih. Ekaristi sebagai kenangan akan Kurban
Kristus dan tubuh-Nya dapat dipahami sebagai kenangan Paska Kristus yang
dihadirkan dan menjadi hidup lagi serta akan selalu tinggal dan berbuah.
Kehidupan seluruh umat beriman yang adalah Gereja dipersatukan dengan Kristus
berkat kurban diri-Nya. Ekaristi sungguh menghadirkan Kristus melalui kekuatan
Sabda dan Roh-Nya. Kehadiran Kristus menjadi nyata dalam kekuatan Sabda
Kitab Suci yang kita dengar dan melalui komuni suci. Ia hadir di mana dua atau
tiga orang berkumpul dalam nama-Nya (Mat.18:20), terutama dalam orang
miskin, sakit, tahanan, terutama dalam kedua rupa Ekaristi (SC 7).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

Ekaristi termasuk salah satu dari ketujuh sakramen yang ada dalam Gereja
Katolik. Dalam diktat mata kuliah sakramentologi (Madya Utama: 3) sakramen
diartikan sebagai tanda yang menghasilkan rahmat. Konferensi Waligereja
Indonesia (1996: 402-403) dalam buku Iman Katolik mempertegas kembali
bahwa Ekaristi merupakan tanda dan sarana, artinya sakramen persatuan dengan
Allah dan kesatuan antarmanusia. Sebagai sakramen, Ekaristi bukan hanya
sekedar tanda tetapi menghadirkan apa yang ditandakan yakni Kristus. Melalui
Ekaristi, rahmat Allah yang terlaksana melalui Yesus Kristus ditandakan dan
dihadirkan dalam kurban Ekaristi, sehingga berkat merayakan Ekaristi dan
menerima komuni suci umat beriman dipersatukan dengan Kristus dan Gereja
(umat beriman).
Perayaan Ekaristi dibagi dalam 2 bagian besar yakni Liturgi Sabda dan
Liturgi Ekaristi (SC 56). Suharyo (2011: 33) mengatakan umat yang berhimpun
akan mendapat makanan dari meja Sabda karena manusia hidup bukan dari roti
saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah. Dengan
mendengarkan Sabda Allah dan meresapkannya, iman kita dapat semakin
dihidupkan dan diteguhkan. Suharyo (2011: 35) menegaskan bahwa Sabda tidak
hanya informatif (menerangkan), tetapi berdaya transformatif (mengubah,
membarui). Hal ini mau menjelaskan bahwa Sabda Allah tidak hanya terbatas
pada mendengarkan dan menerangkan. Sabda Allah berdaya transformatif bagi
hidup iman umat-Nya. Sabda Allah yang berdaya transformatif misalnya:
menjadikan umat semakin teguh dan setia mengikuti Yesus, mampu memperbaiki
diri, mudah memaafkan, peduli terhadap sesama dan situasi disekitarnya, dsb.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

Suharyo (2011: 33) menegaskan bahwa Yesus, Sang Roti Hidup diterima
dari dua meja yaitu meja Sabda dan meja Ekaristi (bdk. DV 21). Maksudnya
Tuhan sendiri yang adalah roti kehidupan, diterima oleh umat beriman melalui
meja Sabda maupun komuni. Ia sendiri bersabda bila Kitab Suci dibacakan dalam
Gereja, maka Ia hadir dalam Sabda-Nya (SC 7). Melalui Sabda-Nya yang kita
dengar, Yesus Kristus sendiri berbicara, menyapa dan selanjutnya mengundang
kita ke perjamuan Ekaristi. Oleh karena itu, setelah umat dikenyangkan dengan
Sabda Allah, perayaan Ekaristi dilanjutkan dengan Liturgi Ekaristi. Liturgi
Ekaristi, diawali dengan persiapan persembahan sampai pada doa sesudah
komuni. Sedangkan puncak dari perayaan Ekaristi adalah Doa Syukur Agung
yang dilanjutkan dengan menerima tubuh dan darah Kristus. Roti dan anggur
sebagai lambang tubuh dan darah Kristus menunjukkan pemberian diri-Nya
seutuhnya bagi keselamatan banyak orang. Penting untuk dipahami bersama
bahwa roti dan anggur dalam Ekaristi bukan hanya melambangkan tubuh dan
darah Kristus, tetapi sungguh menjadi tubuh dan darah Kristus (Hadisumarta
2013: 107).
Hakikat Ekaristi dapat ditegaskan sebagai ungkapan syukur dan pujian
atas karya penyelamatan Allah bagi umat manusia dan merupakan tanda yang
menghadirkan Kristus. Umat beriman bersyukur kepada Allah berkat karya
penyelamatan-Nya yang terjadi dalam peristiwa wafat dan kebangkitan Kristus
serta atas segala kebaikan karya penciptaan-Nya. Ekaristi yang adalah sakramen,
bukan hanya sekedar tanda tetapi menghadirkan apa yang ditandakan yakni
Kristus. Kehadiran Kristus yang sungguh nyata terutama dalam kedua rupa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

Ekaristi (SC 7). Selain itu, Kristus juga hadir melalui Sabda-Nya yang kita dengar
karena Ia sendirilah yang berbicara dan menyapa semua umat beriman. Oleh
karena itu, Ekaristi dibagi dalam 2 bagian besar yakni Liturgi Sabda dan Liturgi
Ekaristi (SC 56).

2.

Dasar Biblis Ekaristi

a.

Injil Sinoptik
Martasudjita (2005: 219) menegaskan bahwa Luk. 22:15-20, Mrk. 14:22-

25, Mat. 26:26-29 merupakan teks dalam Injil Sinoptik yang mengisahkan tentang
tindakan dan perkataan Yesus pada waktu perjamuan malam terakhir. Teks Kitab
Suci tersebut menjadi dasar perayaan Ekaristi yang dirayakan oleh Gereja. Tuhan
Yesus sendiri bersabda “Perbuatlah ini guna memperingati Aku” (Luk.22: 19).
Dengan demikian, perayaan Ekaristi dalam Gereja, pertama-tama didasarkan pada
tindakan dan Sabda Yesus sendiri.
Perjamuan

malam

dapat

dimaknai

sebagai

penetapan

Ekaristi.

Martasudjita (2005: 233) menjelaskan bahwa kata-kata Yesus, “Perbuatlah ini
guna memperingati Aku”, dipandang sebagai kata-kata penetapan Ekaristi. Dari
kata-kata Yesus tersebut dapat disimpulkan bahwa Yesus memberikan perintah
kepada Gereja untuk mengenangkan seluruh hidup, pelayanan bahkan karya
penebusan-Nya melalui perayaan Ekaristi. Melalui perjamuan malam terakhir
Tuhan Yesus sendiri yang menetapkan Ekaristi. Oleh sebab itu, perayaan Ekaristi
yang dirayakan Gereja ditetapkan oleh Tuhan sendiri dan bukan sebatas keinginan
manusia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

Eko Riyadi (2011: 206) menegaskan bahwa Mrk. 14:22-25 merupakan
perikop Kitab Suci yang berbicara mengenai penetapan perjamuan. Markus secara
khusus menggarisbawahi peristiwa pemecahan roti dan pembagian cawan anggur
yang diartikan sebagai tubuh dan darah Yesus sendiri. Markus memaknai
pemberian tubuh dan darah Yesus bagi banyak orang sebagai pembaharuan yang
mengokohkan perjanjian antara Allah dan umat-Nya. Darah Yesus yang
ditumpahkan menyatukan banyak orang dalam kesatuan perjanjian dengan Allah
(Eko, 2011: 213). Umat beriman mengalami persatuan dengan Allah berkat
makan tubuh dan minum darah Yesus. Dengan demikian, Markus memaknai
Ekaristi sebagai persatuan umat beriman dengan Yesus Kristus berkat makan
tubuh dan minum darah-Nya.
Injil Matius mengisahkan secara singkat mengenai penetapan perjamuan
malam yakni terdapat dalam Mat. 26:26-29. Eko Riyadi (2011: 228) memberikan
perhatian khusus pada kata-kata Yesus yang menyertai pembagian roti dan
anggur. Kata-kata Yesus tersebut berkaitan dengan liturgi dalam jemaat. Kita juga
mendengar kata-kata tersebut dalam DSA yakni Ia mengambil roti, mengucap
berkat, memecah-mecahkannya lalu memberikan kepada para murid sambil
berkata “Ambillah, makanlah, inilah tubuh-Ku”. Hal yang sama juga Ia lakukan
terhadap cawan anggur. Selain itu, Matius juga mau menegaskan bahwa wafat
Kristus merupakan kematian untuk pengampunan dosa. Ia yang adalah Sang
Juruselamat rela memberikan diri sehabis-habisnya demi membebaskan umat
manusia dari dosa. Melalui sengsara hingga wafat-Nya, Tuhan Yesus tidak hanya
menebus dosa sebagian orang tertentu saja melainkan semua orang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

Martasudjita (2005: 227) menjelaskan bahwa perjamuan malam terakhir
juga merupakan perjamuan paskah baru, sebagaimana disebutkan dalam Luk.
22:15. Perjamuan paskah baru ini berarti paskah lama telah diganti dengan paskah
baru yang berpuncak pada penyerahan diri Yesus Kristus di kayu salib. Tindakan
Allah yang menyelamatkan bangsa Israel dari perbudakan Mesir adalah inti
kenangan perayaan paskah lama. Sedangkan yang menjadi inti paskah baru adalah
tindakan penyelamatan Allah yang membebaskan seluruh umat manusia dari
perbudakan dosa dan maut melalui wafat dan kebangkitan Yesus Kristus
(Martasudjita, 2005: 228). Dengan demikian, perayaan Ekaristi berciri eskatologis
maksudnya umat beriman ikut mencicipi perjamuan eskatologis yang berupa
kebersamaan dengan Allah secara kekal.
Dasar biblis Ekaristi dalam Injil Sinoptik terdapat dalam Luk. 22:15-20,
Mrk. 14:22-25, Mat. 26:26-29. Ketiga Injil Sinoptik tersebut berbicara mengenai
perjamuan malam terakhir. Perjamuan malam terakhir yang terdapat dalam ketiga
Injil Sinoptik tersebut dimaknai sebagai penetapan Ekaristi. Markus 14:22-25
memaknai Ekaristi sebagai persatuan umat beriman dengan Yesus Kristus berkat
makan tubuh dan minum darah-Nya. Sedangkan Matius 26:26-29 mau
menegaskan bahwa wafat Kristus sebagai kurban Ekaristi merupakan kematian
untuk pengampunan dosa banyak orang. Lukas 22:15-20 mau mengaskan bahwa
Ekaristi merupakan tindakan penyelamatan Allah yang membebaskan seluruh
umat manusia dari perbudakan dosa dan maut melalui wafat dan kebangkitan
Yesus Kristus.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

b. Injil Yohanes
Injil Yohanes membicarakan Ekaristi secara berbeda dari Injil Sinoptik
maupun tulisan Paulus (1Kor). Yohanes 6 dipandang sebagai ajaran pokok
Ekaristi. Perikop ini berbicara mengenai diri Yesus sebagai roti hidup. Lebih
mendalam lagi, teks yang menunjukkan inti Ekaristi terdapat dalam Yoh. 6:51-58.
Prasetyantha (2008: 55) kembali mempertegas pendapat Bultmann yang
tanpa ragu menyatakan bahwa Yoh. 6:51-58 menunjuk pada perjamuan Ekaristi di
mana daging dan darah Anak Manusia disantap dengan akibat bahwa santapan ini
memberikan kehidupan kekal. Mereka yang berpartisipasi di dalam perjamuan
dijamin dengan kebangkitan yang akan datang. Pendapat ini kembali memperkuat
bahwa dalam rupa roti dan anggur, Yesus sungguh hadir karena itu benar-benar
tubuh dan darah Kristus. Hal ini kembali memperjelas bahwa roti dan anggur
yang ada dalam perayaan Ekaristi bukanlah hanya simbol belaka. Buah yang
didapat dari makan daging dan minum darah-Nya bukan hanya sekedar
menghilangkan rasa lapar dan haus tetapi menjamin bahwa mereka mempunyai
hidup kekal dan Yesus akan membangkitkan mereka pada akhir zaman. Hidup
kekal yang dimaksud adalah keselamatan yang berupa kesatuan dengan Allah.
Dengan beriman dan percaya kepada Yesus, hidup kekal sudah diberikan dan ada
dalam diri orang tersebut. Iman dan kepercayaan itu menjadi konkret dengan
menerima tubuh dan darah Kristus saat perayaan Ekaristi. Prasetyantha (2008: 64)
menjelaskan bahwa Yohanes menampilkan refleksi Ekaristi yang agak berbeda
dari para penulis Perjanjian Baru. Yohanes menampakkan bahwa keselamatan itu
dianugerahkan sekarang bagi mereka yang makan daging dan minum darah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

Yesus; artinya mereka yang menyambut Ekaristi. Maka Ekaristi merupakan
peristiwa persatuan dengan Yesus yang membuahkan keselamatan.
Dengan demikian, keselamatan pertama-tama terjadi ketika setiap orang
beriman tinggal dalam kesatuan dengan Yesus sendiri. Hidup yang diberikan oleh
Yesus tidak hanya terjadi pada akhir zaman nanti, tetapi juga untuk saat ini.
Ekaristi menjadi momen ketika seorang beriman menyambut daging dan darahNya dan dengan demikian tinggal dalam kesatuan erat dengan sang Sumber Hidup
(Prasetyantha, 2008: 66).
Makna Ekaristi dalam Yoh. 6:51-58 menegaskan mengenai Yesus roti
hidup. Yesus sebagai roti hidup bukan hanya sekedar menghilangkan rasa lapar
dan haus tetapi menjamin bahwa umat beriman mempunyai hidup kekal. Hidup
kekal yang dimaksud adalah keselamatan yang berupa kesatuan dengan Allah.
Yohanes menampakkan bahwa keselamatan itu dianugerahkan sekarang bagi
mereka yang makan daging dan minum darah Kristus dalam komuni. Roti dan
anggur dalam Ekaristi sungguh-sungguh menghadirkan Kristus karena itu benarbenar tubuh dan darah-Nya.

c.

Surat Pertama Rasul Paulus kepada Jemaat di Korintus
Teks tentang Ekaristi dalam tulisan Paulus terdapat dalam 1Kor. 10:1-

5.14-22 dan 1Kor. 11:17-34. Surat Rasul Paulus yang pertama kepada jemaat di
Korintus pada saat itu bertujuan untuk menjawab pertanyaan jemaat. Ada banyak
persoalan yang terjadi pada jemaat Korintus dan Paulus mencoba menjawabnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

Paulus menjawab berbagai persoalan tersebut dengan menyampaikan banyak
pengajaran tentang iman Kristiani.
Ada beberapa makna yang bisa kita ambil melalui surat pertama rasul
Paulus kepada jemaat di Korintus, terkait dengan Ekaristi. Martasudjita (2005:
236-237) menjelaskan 1Kor. 10:16 sebagai pernyataan iman akan realis
praesentia (kehadiran Kristus yang nyata dalam rupa roti dan anggur) dan Ekaristi
merupakan ke

Dokumen yang terkait

KEPUASAN UMAT PAROKI GEREJA KUMETIRAN KEPUASAN UMAT PAROKI GEREJA KUMETIRAN TERHADAP BULETIN KOMPAK (Studi Deskriptif Kuantitatif tentang Kepuasan Umat Paroki Gereja Hati Santa Perawan Maria Tak Bercela Kumetiran Yogyakarta terhadap Buletin KOMPAK).

0 2 21

PENDAHULUAN KEPUASAN UMAT PAROKI GEREJA KUMETIRAN TERHADAP BULETIN KOMPAK (Studi Deskriptif Kuantitatif tentang Kepuasan Umat Paroki Gereja Hati Santa Perawan Maria Tak Bercela Kumetiran Yogyakarta terhadap Buletin KOMPAK).

0 4 34

KESIMPULAN DAN SARAN KEPUASAN UMAT PAROKI GEREJA KUMETIRAN TERHADAP BULETIN KOMPAK (Studi Deskriptif Kuantitatif tentang Kepuasan Umat Paroki Gereja Hati Santa Perawan Maria Tak Bercela Kumetiran Yogyakarta terhadap Buletin KOMPAK).

0 3 32

Happiness pada Orang Muda Katolik (OMK) Paroki Santa Perawan Maria Bunda Tujuh Kedukaan, Pandu, Bandung.

2 16 34

Kreativitas pendamping dalam pendampingan iman anak di paroki St. Maria Tak Bercela Nanggulan Yogyakarta.

0 3 139

Penghayatan spiritualitas keterlibatan umat berinspirasi pada Santa Maria dalam hidup menggereja di Paroki Santa Maria Kota Bukit Indah Purwakarta.

0 0 189

Penghayatan Devosi Jalan Salib sebagai sarana untuk memperkuat iman umat di Wilayah Maria Cordis Rogobelah, Paroki Hati Tak Bernoda Santa Perawan Maria Boyolali, Jawa Tengah.

4 53 164

Makna kesamaan martabat manusia sebagai citra Allah bagi hidup berkomunitas pada Suster Santa Perawan Maria dari Amersfoort - USD Repository

0 0 169

Evaluasi prosedur pengelolaan kas berdasarkan petunjuk teknis keuangan dan akuntansi paroki : studi kasus pada Paroki Hati Santa Perawan Maria Tak Bercela Kumetiran tahun 2009 dan 2010 - USD Repository

0 2 133

Pengaruh perayaan ekaristi bagi keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja di wilayah Brayat Minulya, Balecatur, Paroki Santa Maria Assumta, Gamping, Yogyakarta - USD Repository

1 3 135