Mawatdah Yusoh BAB II

BABII TINJAUAN PUSTAKA A.

   Demam Berdarah Dengue (DBD) 1.

  Pengertian Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit demam akut dengan ciri-ciri demam manifestasi perdarahan dan bertendasi mengakibatkan kejang yang dapat menyebabkan kematian (Ayu&Zulfito,2010).Menurut Webmaster dalam Misnadiarly (2009), penyakit demam berdarah adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus. Sedangkan Demam Bedarah Dengue atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) .

  Dinkes Provinsi Jawa Tengah (2012) menyatakan bahwa Demam ditularkan oleh vector nyamuk Aedes aegypty. Penyakit ini sebagian besar menyerang anak berumur <15 tahun, namun dapat juga menyerang orang dewasa. Sedang menurut Minnadiarly (2009) DBD adalah penyakit menular berbahaya yang disebabkan oleh Virus Dengue, menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan system pembekuan darah sehingga mengakibatkan perdarahan, dapat menimbulkan kkematian.

  Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang dapat berakibat fatal dalam waktu yang relative singkat (Hastuti, 2008). Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang di sertai lekopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diatesis hemorogik. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai oleh hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit ) atau penumpukan cairan di rongga tubuh. Sedangkan manifeatasi terberat DBD adalah DSS yang ditandai oleh renjatan/syok (Depkes, 2006).

2. Penyebab

  Penyakit ini disebabkan oleh virus Dengue dari genus Flavivirus, familyFlaviviridae. DBD ditularkan kemanusia melalui gigitan nyamuk Aedes yang terinfeksi virus Dengue. Virus Dengue penyebab Demam Dengue (DD), Demam Berdarah Dngue (DBD) dan Dengue Shock Syndrom (DSS) termasuk dalam lelompok B Arthropod Virus(Arbovirosis) yang sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviride, dan mempunyai 4 jenis serotype, yaitu: Den-1, Den2 ,Den-3 ,Den-4 (Kemenkes RI, 2010).

  Menurut Dinkes Jateng (2005) Penyebab penyyakit DBD ada 4 tipe (Tipe1,2,3,dan 4), termasuk dalam group B AntropodBorne

  

viru s(Arbovirus). Dengue tipe-3 merupakan serotip virus yang dominan

  yang menyebabkan kasus yang berat. Masa inkubasi penyakit demam berdarah dengue diperkirakan <7 hari. Penularan penyakit demam berdarah dengue umumnya ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegepty meskipun dapat juga ditularkan oleh Aedes Albopictus yang hidup dikebun.

  Penyakit demam berdarah dengue mengenai seseorang melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk yang menularkan penyakit adalah nyamuk betina dewasa. Nyamuk betina memerlukan darah manusia atau binatang untuk hidup dan berkembang baik. Apabila disekitar tempat sarang nyamuk tersebut dijumpai seseorang yang sedang sakit demam berdarah penyakit demam berdarah dengue ringan atau berat. Sebaliknya, apabila daya tahan tubuh rendah seperti pada anak-anak, penyakit infeksi dengue ini dapat menjadi berat bahkan dapat mematikan (Misnadiarly, 2009).

3. Tandadan Gejala

  Menurut Hastuti (2008) tanda dan gejala pada penderita penyakit demam berdarah adalah sebagai berikut: a.

  Demam b.

  Perdarah /bintik-bintik merah pada kulit c. Perdarahan lain: mimisan, perdarahan gusi d.

  Keluhan pada saluran peernapasan: batuk, pilek e. Keluhan pada saluran pencernaan ataupun sakit waktu menelan.

  Sedangkan menurut Dinas Kesehatan DKI dalam Misnadiarly (2009)gelaja penyakit DBD antara lain : a.

  Mendadak panas tinggi selama 2-7 hari, tampak lemah lesu,suhu badan antara 38- 40 ˚C.

  b.

  Tampak bintik-bintik merah pada kulit dan jika direnggangkan maka bintik merah itu tidak hilang.

  c.

  Kadang-kadang perdarahan di hidung(mimisan).

  d.

  Mungkin teerjadi muntah darah atau berak darah.

  e.

  Tes tourniquet positif.

  f.

  Adanya perdarahan yang petekia, akimosis atau purpuria.

  g.

  Kadang-Kadang nyeri ulu hati karena terjadi perdarahan di lambing.

  h.

  Bila sudah parah, penderita gelisah, ujung tangan dan kaki dingin, berkeringat,perdarahan selaput lender mukosa, alat cerna/gastro internal tempat suntukan ataudi tempat lainnya. i.

  Hematemesis atau melena. j.

  Pembasan plasma yang erat hubunggannya dengan kenaikan permeabilitas dinding pembuluh darah. Ditandai dengan munculnya atau lebih dari:

  1) Kenaikan nilai 20% hematocrit atau lebih tergantung umur dan jenis kelamin.

  2) Menurunnya hemotokrit dari nilai dasar 20% atau lebih sesudah pengobatan.

4. Derajat dan Klasifikasi Penyakit Demam Berdarah

  Menurut World Health Organization (2009), DBD di klasifikasikan menjadi 4 tingkat keparahan : Derajat I :Demam disetai dengan gejala konstitusional non-spesifik, satu- satunya manifestasi perdarahan adalah tes torniket positifdan muntah memar. Derajat II :Perdarahan spontan selain manifestasi pasien pada Derajat I, biasanya pada bentuk perdarahan kulit atau perdarahan lain.

  Derajat III :Gagal sirkulasi dimanifestasikan dengan nadi cepat dan lemah serta penyampitan tekanan nadi atau hipotensi,dengan adanya kulit dingin dan lembab serta gelisah. Derajat IV : Syok hebat dengan tekanan darah atau nadi tidak terrdeteksi.

  Klasifikasi DBD menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2010) yaitu: a.

  Dengue tanpa tanda bahaya dan dengue dengan tanda bahaya (dengue

  

without warning signs ). Kriteria dengue tanpa tanda bahaya dan dengue

  dengan tanda bahaya:

1) Bertempat tinggal di atau bepergian ke daerah endemik dengue.

  2) Demam disertai 2 dari hal berikut: Mual, muntah, ruam,sakit dan nyeri, uji torniket positif, leukopenia, adanya tanda bahaya.

  3) Tanda bahaya adalah nyeri perut atau kelembutannya, muntah berkepanjangan, terdepat akumulasi cairan, perdarahan mukosa, letargis,lemah, perbesaran hati >2 cm, kenaikan hemotokrit seiring dengan penurunan jumlah trombosit yang cepat.

  4) Dengue dengan konfirmasi laboratorium (penting bila bukti kebocoran plasma tidak jelas).

  b.

  Dengue berat (severe dengue). Kriteria dengue berat :kebocoran plasma berat, yang dapat menyebabkan syok (DSS), akumulasi cairan dengan distress pernafasan. Perdarahan hebat, sesuai peertimbangan klinisigangguan organ berat, hepar. Untuk mengetahui adanya kecederungan perrdarahan dapat dilakukan uji tourniquet.

5. Cara Pencegahan Penyakit

  Beberapa metode pengendalian vektor telah banyak diketahui dan digunakan oleh program pengendalian DBD ditingkat pusat dan di daerah yaitu: a.

  Manajemen lingkungan Manajemen lingkungan adalah upaya pengelolaan lingkungan untuk mengurangi bahkan menghilangkan habitat perkembangbiakan nyamuk vector sehingga akan mengurangi kepadatan populasi. Manajemen lingkungan hanya akan berhasil dengan baik kalau dilakukan oleh masyaraka, lintas sktor, para pemegang kebijakan dan lembaga swadaya masyarakat melalui program kemitraan. Sejarah keberhasilan manajemen lingkungan telah ditunjukan oleh Kubadan Panamaserta Kota Purwokerto dalam pengendalian sumber nyamuk.

  b.

  Pengendalian Biologis Pengendalian secara Biologis merupakan upaya pemanfaatan agent biologi untuk pengendalian vektor DBD. Beberapa agenbiologis yang sudah digunakan dan terbukti mampu mengendalikan populasi larva vector DB/DBD adalah dari kelompok bakteri, predator seperti ikan pemakan jentik dan cyclops (Copepoda).

  c.

  Pengendalian kimiawi Pengendalian secara kimiawi masih paling popular baik bagi program pengendalian DBD dan masyarakat. Penggunaan insektisida dalam pengendalian vector DBD bagaikan pisau bermata dua, artinya bisa menguntungkan sekaligus merupakan. Insektisida kalau digunakan secara tepat sasaran, tepat dosis, tepat waktu dan cakupan akan mampu mengendalikan vector dan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan organisme yang bukan sasaran.

  d.

  Partisipasi masyarakat Partipasi masyarakat merupakan proses panjang dan memerlukan ketekunan, kesabaran dan upaya dalam memberikan pemahaman dan motivasi kepada individu, kelompok, masyarakat, bahkan pejabat secara berkesinambungan. Program yang melibatkan masyarakat adalah mengajak masyarakat mau dan mampu melakukan 3 M plus atau PSN dilingkungan mereka.

  e.

  Perlindungan Individu Untuk melindungi pribadi dari risiko penularan virus DBD dapat dilakukan secara individu dengan menggunakan repellent, menggunakan pakaian yang mengurangi gigitan nyamuk. Baju lengan panjang dan celana panjang bisa mengurangi kontok dengan nyamuk meskipun sementara. Untuk mengurangi kontak dengan nyamuk di dalam keluarga bisa memasang kelambu pada waktu tidur dan kasa anti nyamuk.

  Insektisida rumah tangga seperti semprotan aerosol dan repellent: obat nyamuk bakar, vaporize mats (VP), dan repellent oleh anti nyamuk bisa digunakan oleh individu. Pada 10 tahun terakhir dikembangkan kelambu berinsektisida atau dikenal sebagai insecticide treated nets (ITNs) dan tirai berinsektisida yang mampu melindungi gigitan nyamuk.

  Menurut Kementrian kesehatan Republik Indonesia (2011), cara pencegahan DBD yaitu dengan PSN DBD melalui 3 M plus: 1) Menguras tempat penampungan air sekurangnya seminggu sekali. 2) Menutup rapat-rapat tempat penampungan air.

  3) Mengubur, mengumpulkan, memanfaatkan atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan seperti kaleeng bekas, plastic bekas, dll.

  4) Plus

  a) Ganti air vas bunga, tempat minuman burung dan tempat lainnya seminggu sekali.

  b) Perbaiki saluran dan talang air yang tidak lancer atau rusak

  c) Tutup lubang pada potongan bambu, pohon, dan lainya misalnya dengan tanah.

  d) Menaburi racun pembasmi jentik (larvasidasi) khususnya bagi tempat penampungan air yang sulit dikuras atau daerah sulit air.

  e) Menebur ikan pemakan jentik seperti kepala timah, gepi, ditempat penampungan air yang ada disekitar rumah.

  f) Tidur memakai kelambu.

  g) Memakai obat nyamuk.

  h) Memasang kawat kasa pada lubang angina dirumah.

  Sedangkan menurut misnadiarly (2009), pencegahan penyakit demam berdarah mencakup antaralain: a.

  Terhadap nyamuk perantara Pemberantasan nyamuk aedes aegypti induk dan telurnya. b.

  Terhadap diri kita Memperkuat daya tahan tubuh dan melindungi dari gigitan nyamuk.

  c.

  Terhadap lingkungan Mengubah perilaku hidup sehat terutama kesehatan lingkungan.

  6. Tempat perkembangbiakan Menurut Depkes RI (2008), jenis tempat perkembang-biakan nyamuk

  Aedes aegypti dapat dikelompokkan sebagai berikut: a.

  Tempat penampungan air (TPA) untuk keperluan sehari-hari, seperti: b.

  Drum, tangki reservoir, tempayan, bak mandi atau wc, dan ember.

  c.

  Tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari-hari seperti: d.

  Tempat minum burung, vasbungan, perangkap semut dan barang-barang bekas (ban, kaleng, botol, plastik danlain-lain).

  e.

  Tempat penampungan air alamiah seperti: lobang pohon, lobang batu, pelepah daun, tempurung kelapa, pelepah pisang dan potongan bambu.

  B.

  

Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Demam Berdarah

Dengue (DBD)

  1. Agen (Penyebab) Menurut Dinkes Jateng (2005), Penyebab penyakit DBD ada 4 tipe

  (Tipe 1, 2, 3 dan 4), termasuk dalam group B Antropod Borne Virus

  

(Arbovirus). Dengue tipe 3 merupakan serotip virus yang dominan yang

  menyebabkan kasus yang berat. Penularan penyakit demam bedarah dengue umumnya ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti meskipun dapat juga ditularkan oleh Aedes Albopictus hidup dikebun. Selain itu, apesis

  

Aedes Polynesiensis dan beberapa spesies dari komplek Aedes scutellaris

  juga dapat berperan sebagai vector yang mentransmisikan virus dengue (Djunaedi, 2006) 2. Host (penjamu) a.

  Umur Menurut Djunaedi (2006),selama tahun1986-1973 sebesar kurang dari 95% kasus DBD adalah anak dibawah umur 15 tahun. Selama tahun

  1993-1998 meskipun sebagian besar kasus DBD adalah anak berumur 5- 14 tahun, namun Nampak adanya kecenderungan peningkatan kasus berumur lebih dari 15 tahun. Dengan kata lain, DBD banyak dijumpai pada anak berumur 2-15 tahun. DBD lebih banyak menyerang anak-anak, tetapi dalam decade terakhir ini terlihat adanya kecenderungan kenaikan proporsi penderita penyakit DBD pada orang dewasa (Dinkes Jateng,2005).

  b.

  Jenis kelamin Sejauh ini tidak ditemukan perbedaan kerentanan terhadap serangan

  DBD dikaitan dengan perbedaan jenis kelamin (gender). Di philiphinsdilaporkan bahwarasio antarajenis kelamin adalah 1:1. Demikian pula di Thailand dilaporkan tidak ditemukan perbedaan kerentanan terhadap serangan DBD antara anak laki-laki dan perempuan (Djunaedi,2006).

  c.

  Faktor interna manusia (Perilaku manusia) Perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktifitas yang timbul karena adanya stimulus dan respon serta dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung (Sunaryo,2004). Menurut Notoatmodjo (2007) perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Perilaku manusia marupakan salah satu factor yang banyak memegang peranan dalam menentukan darejat kesehatan suatu masyarakat(Noor,2008).

3. Environment (lingkungan) a.

  Lingkungan fisik yaitu keadaan fisik sekitar manusia yang berpengaruh terhadap manusia baik secara langsung, maupun terhadap lingkungan biologis dan lingkungan social manusia (Noor,2008). Faktor lingkungan fisik yang berpengaruh terhadap kejadian DBD antara lain: suhu udara.

  Nyamuk dapat bertahan pada suhu udara rendah, tetapi metabolismenyamenurun atau bahkan berhenti bila suhunya turun dibawah suhu krisis. Pada suhu yang lebih tinggi 35

  ˚C juga mengalami perubahan dalam arti lebih lambat prosese-proses fisiologis, rata-rata suhu optimim untuk pertumbuhan nyamuk adalah 25 ˚C - 30 ˚C. Pertumbuhan nyamuk akan berhenti sama sekali bila suhu kurang 10 C atau lebihdari 40 C (Depkes RI,2008).

  b.

  

Lingkungan Bioligis yaitu terdiri dari mahkluk hidup yang bergerak, baik

  yang dapat dilihat maupun tidak (manusia, hewan, kehidupan akuatik, amuba, virus, plangton). Mahkluk hidup tidak bergerak (tumbuhan, karang laut, bakteri, dll). Faktor lingkungan biologis yang berpengaruh terhadap kejadian DBD antara lain, (Keberadaan jentik, kontainer, tanaman hias atau tumbuhan, indeks jentik (host indeks, container indeks, bteatu indeks).

  c.

  

Lingkungan social yaitu bentuk lain selain fisik dan biologis. Faktor

lingkungan social yang DBD adalah kepadatan penduduk dan mobilitas.

  Kepadatan penduduk yang tinggi akan mempermudah terjadinya infeksi virus dengue, karena daerah yang berpenduduk padat akan meningkatkan jumlah insiden kasus DBD tersebut. Mobilitas penduduk memegang peranan penting pada transmisipenularan infeksi virus dengue. Salah satu factor yang mempengaruhi penyebaran epidemic dari Queenslandke New

  

South Wales pada tahun1942 adalah perpindahan personilmiliter dan

  angkatan udara, karena jalur transportasi yang dilewati merupakan jalul penyebaran virus dengue (Sutaryo, 2005).

C. Pengetahuan 1.

  Definisi Pengetahuan merupakan hasil dari

  “Tahu” dan terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap sesuatu obyek. Penginderaan terjadi melalui panca indera yaitu : penglihatan, pendengaran, penciuman rasa dan raba. Namun sebagian besar pengetahuan seseorang didapat melalui panca indera mata dan telinga (Notoatmodjo, 2012).

2. Tingkatan Pengetahuan

  Tingkatan pengetahuan dalam revisi Toksonomi Bloom adalah sebagai berikut (Anderson and Krathwohl, 2001; dalam Wikipidia): a.

  Remembering (mengingat) Kemampuan menyebutkan kembali informasi / pengetahuan yang tersimpan dalam ingatan.

  b.

  Understanding (memahami) Kemampuan memahami instuksi dan menegaskan pengertian/makna ide atau konsep yang telah diajarkan baik dalam bentuk lisan, tertulis, maupun grafik/diagram c.

  Applying (menerapkan)

  Kemampuan melakukan sesuatu dan mengaplikasikan konsep dalam situasi tertentu.

  d.

  Analyzing (menganalisis) Kemampuan memisahkan konsep kedalam beberapa komponen dan menghubungkan satu sama lain untuk memperoleh pemahaman atas konsep tersebut secara utuh.

  e.

  Evaluating (menilai) Kemampuan menetapkan derajat sesuatu berdasarkan norma, kriteria atau patokan tertentu.

  f.

  Creating (mencipta) Kemapuan memadukan unsur-unsur menjadi sesuatu bentuk baru yang utuh dan koheren, atau membuat sesuatu yang orisinil.

3. Pengukuran Tingkat Pengetahuan

  Pengukuran tingkat pengetahuan dapat dilakukan dengan teknik wawancara atau kuisoner yang menanyakan isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2012).

  Pengukuran tingkat pengetahuan menurut Budiman (2013) terbagi menjadi : a.

  Tingkat pengetahuan baik bila nilai ≥75 b.

  Tingkat pengetahuan cukup bila nilai 56 – 74 c. Tingkat pengetahuan kurang bila nilai ≤55

D. Sikap 1.

  Definisi Menurut Notoatmodjo (2007), sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.

  Sikap adalah keadaan mental dan saraf dari kesiapan yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya. (Widayatun,T.R, 2009).

2. Tingkatan Sikap

  Pembagian domain ini disusun oleh Taksonomi Bloom 1)

  Penerimaan (Receiving/Attending) Kemampuan untuk menunjukan atensi dan penghargaan terhadap orang lain.

  2) Responsif

  Kemampuan berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dan selalu termotivasi untuk segera bereaksi dan mengambil tindakan atas suatu kejadian.

  3) Nilai yang dianut

  Kemampuan menunjukan nilai yang dianut untuk membedakan mana yang baik dan kurang baik terhadap suatu kejadian/objek, dan nilai tersebut dieksperasikan dalam perilaku. 4)

  Organisasian (Organization) Kemampuan membentuk system nilai dan budaya organisasi dengan mengharmonisasikan perbedaan nilai.

  5) Karakterisasi (Characterization)

  Kemampuan mengendalikan perilaku berdasarkan nilai yang dianut dan memperbaiki hubungan intrapersonal, interprasonal dan social.

E. Praktek dan Pencegahan 1.

  Praktek

  a. Pengertian Pembagian domain ini disusun oleh Taksonomi Bloom 1)

  Persepsi

  Kemapuan menggunakan saraf sensori dalam menginterpretasikannya dalam memperkirakan sesuatu .

  2) Kesiapan

  Kemapuan untuk mempersiapkan diri, baik mental, fisik, dan emosi dalam menghadapi sesuatu.

  3) Reaksi yang diarahkan

  Kemampuan untuk memulai ketrampilan yang kompleks dengan bantuan / bimbingan dengan meniru dan uji coba.

  4) Reaksi natural (mekanisme)

  Kemampuan untuk melakukan kegiatan pada tingkat ketrampilan tahap yang lebih sulit.

  5) Reaksi yang kompleks

  Kemampuan untuk melakukan kemahirannya dalam melakukan sesuatu 6)

  Adaptasi Kemampuan mengembangkan keahlian, dan memodifikasi pola sesuai dengan dibutuhkan.

  7) Kreativitas

  Kemampuan untuk menciptakan pola baru yang sesuai dengan kondisi/situasi tertentu dan juga kemampuan mengatasi masalah dengan mengeksplorasi kreaktivitas diri.

  2.Faktor yang mempengaruhi praktek Menurut Lowrence green dalam Notoatmodjo (2005), mengemukakan bahwa untuk mencoba menganalisis praktik manusia dari tingkat kesehatan orang dapat dipengaruhi 3 faktor yaitu:

  1) Faktor predisposisi Terbentuknya suatu praktik baru, dimulai pada cognitive domain dalam arti subyek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang berupa materi sehingga menimbulkan pengetahuan baru pada subyek tersebut selanjutnya menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap subyek terhadap pengetahuan. Pengetahuan dan sikap subyek terhadap diharapkan akan membentuk praktik (psikomotor).

  2) Faktor pendukung atau pemungkin

  Hubungan antara konsep pengetahuan dan praktik, kaitannya dalam suatu materi kegiatan biasanya mempunyai anggapan yaitu adanya pengetahuan tentang manfaat suatu hal yang akan menyebabkan orang mempunyai sikap positif terhadap hal tersebut.

  Selanjutnya sikap positif ini akan mempengaruhi untuk ikut dalam kegiatan ini. Niat ikut serta dalam kegiatan ini akan menjadi tindakan apabila mendapat dukungan sosial dan tersedianya fasilitas, kegiatan ini disebut praktik. Berdasarkan teori WHO menyatakan bahwa yang menyebabkan seseorang berpraktik adatiga alasan diantaranya adalah sumber daya (Resourcer) meliputi fasilitas, pelayanan kesehatan dan pendapatan keluarga.

  3) Faktor pendorong

  Faktor yang mendorong untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang terwujud dalam dukungan keluarga.

  2.Pencegahan Menurut KBBI, mencegah adalah menahan agar sesuatu tidak terjadi, menegahkan, tidak menurutkan, merintangi, melarang, mengikhtiarkan supaya jangan terjadi, sedangkan pencegahan adalah proses, cara, perbuatan mencegah, penegahan, penolakan.

  Pencegahan menurut Notosoedirdjo dan Latipun (2005 : 145) Pencegahan adalah upaya secara sengaja dilakukan untuk mencegah terjadinya ganggguan, kerusakan, atau kerugian bagi seseorang atau masyarakat.

  Sedangkan pengertian pencegahan menurut Nasry (2006) menjelaskan bahwa Pencegahan adalah mengambil suatu tindakan yang diambil terlebih dahulu sebelum kejadian, dengan didasarkan pada data / keterangan yang bersumber dari hasil analisis epidemiologi atau hasil pengamatan / penelitian epidemiologi.

F. Endemis

  Menurut Kemenkes endemis yaitu secara tetap terdapat di tempat-tempat atau di kalangan orang-orang tertentu dan terbatas pada mereka saja (seperti penyakit malaria di daerah pesisir, penyakit cacing tambang di kalangan buruh tambang).

  Endemis adalah istilah yang dipakai pada penyakit-penyakit yang sudah lama ada disuatu tempat, istilah ini dipakai juga untuk keberadaan mahluk hidup tertentu misalnya tumbuhan atau binatang yang sudah lama berada disuatu tempat dimana saja dimuka bumi ini. Ukuran tentang waktu yang dianggap sudah lama dapat berarti sudah tahunan, bulanan, atau mingguan tergantung dari pola hidup dan usia mahluk atau penyakit yang dianggap endemis tersebut. Jika masa inkubasi dari penyakit sangat pendek atau dalam hitungan beberapa hari atau beberapa jam maka penyakit dapat dikatakan sudah lama ada jika disuatu daerah dimana penyakit itu ada terus setelah sebulan atau beberapa masa inkubasi. Penyakit endemik adalah suatu penyakit asli yang mawabah atau penyebaran penyakit pada banyak orang atau beberapa daerah dalam lingkup yang sangat luas.

  Luas wilayah yang terjangkit juga sangat menentukan karena penyakit menular cenderung berpindah dari satu wilayah kewilayah lain terutama wilayah yang berdekatan, jika dipakai ukuran Kabupaten maka penyakit bisa jadi sangat lama berputarpindah dari desa ke desa terutama bila pemerintah daerah tidak melakukan tindakan apa-apa. Jika suatu penyakit tiba-tiba ada muncul disuatu tempat dimana sebelumnya belum pernah ada maka ini disebut epidemi atau KLB (Kejadian Luar Biasa) penyakit.

  Indonesia dikenal sebagai wilayah yang endemis terhadap berbagai penyakitmenularyang sejak dulu ada dan tidak pernah berhasil dihabiskan oleh Negara dan masyarakat.

G. Kerangka Teori Penelitian

  Mengingat

  • Memahami - Menerapkan -
  • Penerimaan Menganalis
  • Responsif Menilai Mencipta - Nilai yang dianut - Organisasia -
  • Karakterisasi -

  Persepsi Kesiapan

  • Reaksi yang diarahkan
  • Reaksi natural
  • Faktor Host (Manusia)
  • Umur

  Reaksi yang kompleks

  Adaptasi

  • Kreaktivitas -
  • Jenis Kelamin - Sikap - Pengetahuan tentang DBD
  • Praktik atau tindakan pencegahan DBD

  Faktor Agen (Penjamu)

  • Nyamuk Aedes Aegepty -Nyamuk Aedes Albopictus -Nyamuk Aedes Polynesiensis

  Faktor Environment (Lingkungan)

  • lingkungan fisik
  • Lingkungan biologis
  • Lingkungan sosian

Gambar 2.1 Karangka Teori Penelitian

  Sintesa dari: Noor,(2008)., Notoatmodjo,(2013,2007)., Sunaryo,(2004)., Djunaedi,(20060., Sutaryo,(2005).,Misnadiarly,(2009).

  G. Kerangka Konsep Penelitian

  Pengetahuan tentang DBD Endemis

  Praktek pencegahan DBD Demam berdarah

  Dengue Pengetahuan tentang DBD

  Non Endemis Praktik pencegahan DBD

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

  H. Hipotesis Penelitian

  Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya (Setiawan dan Saryono, 2010). Hipotesis dalam penelitian ini penulis rumuskan sebagai berikut:

  1. Pengetahuan a.

  Ho : Tidak ada perbedaan pengetahuan DBD pada ibu di wilayah endemis dan non endemis Kecamatan Padamara Kabupaten Purbalingga.

  b.

  Ha : Ada perbedaan pengetahuan DBD pada ibu di wilayah endemis dan non endemisKecamatan Padamara Kabupaten Purbalingga.

  2. Praktek a.

  Ho : Tidak ada perbedaan praktek pencegahan DBD pada ibu di Wilayah endemis dan non endemisKecamatan Padamara Kabupaten Purbalingga.

  b.

  Ha : Ada perbedaan praktek pencegahan DBD pada ibu di Wilayah endemis dan non endemisKecamatan Padamara Kabupaten Purbalingga.