PERAN GURU TERHADAP KEAKTIFAN SISWA MELAKSANAKAN SHALAT ( Studi kasus pada siswa MAN Tegalrejo Kabupaten Magelang Tahun 2015) SKRIPSI DiajukanUntukMemperolehGelar

  

PERAN GURU

TERHADAP KEAKTIFAN SISWA MELAKSANAKAN

SHALAT

(

  

Studi kasus pada siswa MAN Tegalrejo Kabupaten Magelang

Tahun 2015)

SKRIPSI

  

DiajukanUntukMemperolehGelar

SarjanaPendidikan Islam (S.Pd.I)

  Oleh NURUL HUDA NIM 111 11 173

  

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

2015

  

MOTTO

ّ وقلاولوحلا ّ لااة للهاب

  

“ Tidak ada daya dan tidak ada upaya melainkan dengan kehendak

Allah”

“Cinta merupakan sumber kebahagiaan dan cinta terhadap Allah harus

dipelihara dan dipupuk, suburkan dengan shalat serta ibadah yang

lainya” (Imam Al Ghazali).

  

PERSEMBAHAN

  Skripsi Ini Penulis Persembahkan Untuk: 1.

  Kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Supami Iswanto dan Ibunda Siti Zaenab yang karena segala limpahan kasih sayang, pengorbanan dan doanya penulis dapat menyelesaikan studi dan penulisan skripsi ini dengan baik dan lancar. Semoga Allah swt selalu dan akan selalu melimpahkan rahmat dan inayah-Nya, dan kucuran karunia kesehatan bagi beliau berdua.

  2. Untuk adekku, Miftakhul Yasin, Kholid As Hari yang selalu memberikan dukungan dan semangat.

  3. Dr.Imam Sutomo, M.Ag. yang membimbing dan memotivasi penulis dengan sabar dari bangku studi sampai terselesaikannya skripsi ini.

  4. Seluruh dosen di IAIN Salatiga yang telah memberika hikmah dan pengajaran, motivasi dan apresiai, sehingga penulis selalu bersemangat untuk terus maju dan berkembang, semoga Allah membalas segala amal dan menjadikannya ladang

  ilmin tuntafa’u bih yang terus mengalir dan menyebar. Sehat dan panjang umur untuk beliau semua.

  5. Semua guru serta ustad dan ustadzah yang telah memberikan pembelajaran tentang kehidupan.

  6. Teman-teman pemuda dan pemudi dusun Srigading yang selalu menghibur dan memberi motivasi.

  7. Teman, rekan, sahabat selama studi di IAIN Salatiga semua angkatan, terkhusus angkatan 2011, dan semua yang rekan yang mendukung dan memberikan kontribusi yang berarti bagi proses studi penulis selama ini.

KATA PENGANTAR

  Assalamu’alaikumWr. Wb

  Puja dan puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan yang Maha Esa sebagai ungkapan rasa syukur yang telahmelimpahkan hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu persyaratan wajib untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Pendidikan Islam (S.Pd.I) Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Shalawat serta salam penulis sanjungkan kepangkuan Baginda Rosulullah Muhammad SAW yang mana beliaulah merupakan insan pilihan Allah.

  Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak menemui hambatan, tetapi dengan rahmat-Nya dan perjuangan penulis serta bantuan berbagai pihak sehingga skripsi ini terselesaikan. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan banyak terima kasih atas segala nasehat, bimbingan, dukungan, dan bantuannya kepada :

  1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selakuRektor IAIN Salatiga.

  2. Bapak Suwardi, M.Pd. Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.

  3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. Selaku Kajur PAI IAIN Salatiga.

  4. Bapak Dr. Imam Sutomo,M. Ag. selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, dan sumbangan pemikiran terbaiknya dalam masa bimbingan hingga selesainya penulisan skripsi ini..

  5. Drs. Urifatun Anis, M.Ag selaku pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan dan motivasi.

  6. Segenap dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga yang telah banyak memberikan hikmah dan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis selama di bangku perkuliahan.

7. Ayah, Ibuku, dan adik-adiku tercinta Bapak Supami Iswanto, Ibu Siti

  Zaenab, Miftakhul Yasin, Kholid As Hari yang selalu memberikan dukungan, semangat, serta dengan tulus dan ikhlas mengetuk pintu langit berdoa untuk kelancaran dalam menyelesaikan perkuliahan dan skripsi ini.

  8. Sahabat-sahabatku yang selalu memberikan do’a dan dukungan agar dapat menyelesaikan skripsi ini Atas jasa mereka penulis hanya dapat memohon do’a semoga amal mereka diterima oleh Allah SWT. Dan mendapat pahala yang lebih baik serta mendapatkan kesuksesan baik di dunia maupun di akhirat.

  Akhirnya dengan tulisan ini semoga bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya.

  Wassalamu’alaikumWr. Wb

  Salatiga, 29 Desember 2015 Penulis,

  Nurul Huda 11111173

  

ABSTRAK

  Huda,Nurul. 2015. 11111173. Peran Guru terhadap Keaktifan Siswa

  Melaksananan Shalat(Studi Kasus pada Siswa MAN Tegalrejo Magelang Tahun 2015) . Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Progam Studi PendidikanAgama

  Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Imam Sutomo, M.Ag

  Kata kunci: Peran Guru dan Keaktifansiswa melaksanakan shalat Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui: Peran guru terhadap keaktifan siswa melaksanakan shalat. Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah 1. Bagaimana upaya guru dalam meningkatkan keaktifan shalat pada siswa MAN TegalrejoMagelang2. Bagaimana keaktifan siswa dalam melaksanakan shalat di MAN Tegalrejo Magelang 3. Bagaimana peran guru terhadap keaktifan siswa melaksanakan shalat di MAN Tegalrejo Magelang.

  Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dan untuk mendapatkan data dengan menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Data yang terkumpul kemudian disusun dan dianalisis dengan reduksi data, penyusunan data dan mengambil kesimpulan.

  Berdasarkan temuan lapangan peran guru terhadap keaktifan siswa dalam melaksanakan shalat di Madrasah tergambarkan dengan baik. Keaktifan siswa di MAN Tegalrejo tidak otomatis terbentuk dengan sendirinya. Guru di MAN Tegalrejo bersinergi dalam mengembangkan keaktifan siswa agar menjadi pribadi yang mandiri dan bertanggung jawab. Peran guru dengan cara ikut serta dalam pelaksanaan ibadah shalat serta memberi uswah hasanah kepada siswa sehingga siswa mampu berkembang secara fisik maupun mental. Uswah hasanah guru dengan memberikan contoh keteladanan ikut bersama shalat dengan siswa serta mendampinginya sebagai upaya untuk membentuk kebiasaan shalat jamaah dan sesuai dengan syari’at agama.

  

DAFTAR ISI

   PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................... Error! Bookmark not defined.

  MOTTO .............................................................. Error! Bookmark not defined.

  BAB I

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

   Lampiran

  

DAFTAR TABEL

  

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah segala usaha yang dilakukan untuk mendidik

  manusia sehingga dapat tumbuh dan berkembang serta memiliki potensi atau kemampuan. Segala pengetahuan didapat dari kehidupan, pengembangan kreativitas pada dirinya dan kepercayaan anak akan tumbuh melalui pengalaman-pengalaman dan pendidikan yang diterimanya.

  Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting siap mengganti tongkat estafet generasi tua dalam rangka membangun masa depan.

  Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh manusia melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan yang berlangsung di sekolah.

  Pendidik di sekolah merupakan orang tua kedua yang harus dihormati dan dimuliakan setelah orang tua. Mereka menggantikan peran orang tua dalam mendidik anak-anak ketika berada di lembaga pendidikan. Pendidik mempunyai tugas serta tanggung jawab yang tinggi pada anak didik mereka.

  Pendidik bertanggung jawab memberikan pertolongan pada peserta didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mampu mandiri untuk memenuhi tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah. Tugas pokok pendidik di sekolah terutama guru pendidikan Islam adalah mengajar, membimbing, melatih dan memberikan suri tauladan yang baik untuk peserta didiknya. Termasuk guru studi lain yang juga mempunyai peran penting baik dalam kehidupan sehari-hari. Guru bukan hanya sekedar sebagai pendidik dan pengajar, melainkan mengemban misi selain bijaksana juga menguasai ilmu pengetahuan dan mengembangkan nilai-nilai moral dan agama (Suparlan, 2005:21).

  Apabila diperhatikan dari kebiasaan guru saat ini, maka dapat dikatakan bahwa mereka melakukan kegiatan yang arahnya lebih ke tekstual, baik dalam menghadapkan kurikulum maupun dengan memberikan pelajaran kepada siswa. Sebagai akibat guru yang demikian, maka pembelajaran anak- anak tidak memperoleh hasil yang baik.

  Dalam hal ini banyak kasus yang mengakibatkan kemerosotan akhlak atau budi pekerti pada suatu sekolah. Salah satu kemerosotan itu karena tidak diperhatikannya peran seorang guru. Peran guru harus selalu disesuaikan dengan perkembangan proses pembelajaran dalam sub sistem pendidikan formal dan pendididkan di sekolah dalam pelaksanaan sistem pendidikan nasional. Dikatakan dapat dikembangkan karena peran guru sebagai pendekatan dalam proses pendidikan.

  Peran guru sangat penting di sekolah. Dengan adanya peran guru semua dapat tercapai sesuai harapan karena jika anak dibimbing dengan sungguh-sungguh sehingga anak dapat memiliki pengetahuan yang luas, baik ilmu agama maupun ilmu yang umum yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

  Salah satu tujuan peran guru dalam bidang agama adalah menjalankan syariat agama. Agama Islam mengandung berbagai ibadah yang sangat banyak sekali. Salah satu ibadah tersebut adalah shalat. Shalat merupakan ibadah yang paling utama. Shalat merupakan tuntunan bagi seluruh umat Islam. Shalat dalam syariat Islam adalah termasuk rukun Islam yang kedua. Dengan menjalankan shalat adalah sebagai bukti bahwa ia seorang muslim yang patuh dan taat pada agama. Dalil yang menunjukkan urgensi shalat dalam kehidupan umat Islam adalah firman Allah.

  نوُدُبْعَ يِل َّلِّإ َسْنلإاَو َّنِْلْا ُتْقَلَخ اَمَو “ Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada- Ku”. (QS. Adz-dzariyat: 56)

  َنوُدُجْسَي ُهَلَو ُهَنوُحِِّبَسُيَو ِهِتَداَبِع ْنَع َنوُِبِْكَتْسَي َلّ َكِِّبَر َدْنِع َنيِذَّلَّنَِّإ “Sesungguhnya malaikat-malaikat yang ada di sisi Tuhanmu tidaklah

merasa enggan menyembah Allah dan mereka mentasbihkan-Nya dan hanya

kepada-Nya-lah mere

ka bersujud” (QS. Al-a’raf: 206).

  Ayat tersebut sudah sangat jelas bahwa manusia wajib melaksanakan shalat sebagai wujud melaksanakan perintah Allah. Shalat merupakan ritual penyatuan kepada Allah karena sebagai jalan keselamatan menuju alam akhirat. Tetapi melihat keadaan yang terjadi ada sebagian orang Islam yang tidak mengerjakan shalat karena masih kurangnya kesadaran. Dalam lingkup sekolah terutama Siswa Madrasah Aliyah merupakan hal yang sangat penting untuk dibimbing dengan ibadah shalat. Siswa Madrasah Aliyah berada pada fase usia yang masih labil karena mereka berada pada masa peralihan dari anak menjadi remaja yang batas usianya 12-19 tahun. Pada masa ini siswa tersebut masih kurang sadar dengan kewajiban shalat dan sangat perlu seorang guru membimbing dan memberikan contoh kepada siswa agar siswa melaksanakan shalat dengan baik.

  Peran guru sebagai upaya agar siswa lebih aktif melaksanakan shalat sehingga menjadi sebuah kebutuhan dan kewajiban untuk melaksanakan shalat wajib maupun sunnah. Dengan adanya peran guru dapat menciptakan siswa yang memiliki kemandirian, percaya diri serta tanggung jawab.

  Dari urian latar belakang diatas dapat diketahui bahwa seorang guru tidak hanya membimbing, memberikan contoh yang baik bagi siswa. Tetapi keikutsertaan guru terutama dalam beribadah sangat diperlukan dengan harapan tumbuhnya sikap aktif dalm menjalankan shalat yang tertanam pada anak didiknya. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk menyusun skripsi dengan judul

  “Peran Guru terhadap Keaktifan Siswa Melaksanakan Shalat ( Studi Kasus pada Siswa MAN Tegalrejo Kabupaten MagelangTahun 2015)”.

B. Fokus Penelitian

  Berdasarkan yang telah penulis paparkan di atas, maka fokus masalah dapat dirumuskan sebagai berikut:

  1. Bagaimana upaya guru dalam meningkatkan keaktifan siswa melaksanakan shalatdi MAN Tegalrejo Magelang tahun 2015?

2. Bagaimana keaktifan siswa melaksanakan shalat di MAN Tegalrejo

  Kabupaten Magelang tahun 2015? 3. Bagimana peran guru terhadap keaktifan siswa melaksanakan shalatdi

  MAN Tegalrejo Kabupaten Magelang tahun 2015?

C. Tujuan Penelitian

  Berdasarkan fokus masalah tersebut, maka diperoleh tujuan dari penelitian ini sebagai berikut:

  1. Mengetahuiupaya guru dalam meningkatkan keaktifan siswa melaksanakan shalatdi MAN Tegalrejo Magelang tahun 2015?

2. Mengetahui keaktifan siswa melaksanakan shalat di MAN Tegalrejo

  Kabupaten Magelang tahun 2015? 3. Mengetahui peran guru terhadap keaktifan siswa melaksanakan shalat di

  MAN Tegalrejo Kabupaten Magelang tahun 2015? D.

   Kegunaan Penelitian

  Manfaat dari penelitian ini adalah teoretis dan praktis yaitu sebagai berikut:

  1. Manfaat teoretis a.

  Secara teoretis manfaat dari penelitian ini diharapkan bisa menjadi sumbangan wacana keilmuan dan menambah khazanah bagi disiplin ilmu pendididkan agama Islam.

  b.

  Menambah wawasan bagi para praktisi pendidikan bahwa peran guru sangat penting dalam pengembangan ibadah maupun pendidikan.

  c.

  Menjadikan bahan masukan untuk kepentingan pengembangan ilmu bagi pihak-pihak yang berkepentingan guna menjadikan penelitian lebih lanjut terhadap objek sejenis atau aspek lainya yang belum tercakup dalam penelitian ini.

  2. Manfaat praktis a.

  Sebagai bahan masukan bagi para guru dan masyarakat bahwa peran guru harus diperhatikan sehingga mendorong keaktifan pada siswa.

  b.

  Sebagai masukan pada guru dan masyarakat untuk lebih meningkatkan keaktifan shalat pada anak.

E. Penegasan Istilah

  Untuk menghindari kesalahpahaman dalam pengertian, maka dipandang perlu untuk menjelaskan arti dan memberikan penegasan lebih lanjut mengenai istilah yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: 1.

  Peran guru a.

  Peran Guru Peran menurut definisi para ahli menyatakan bahwa pengertian peran adalah aspek dinamis dari kedudukan atau status. Seseorang melakukan hak dan kewajiban berarti telah menjalankan suatu peran (www.artikelsiana.com). Peranguru sebagai sarana untuk memberikan pelajaran yang baik untuk peserta didik. Peran dengan ikutserta guru sebagai pendekatan pada pengamalan suatu ibadah khususnya ibadah shalat agar siswa menjalankan kewajiban tersebut dengan baik.

  Sedangkan menurut Zakiyah Daradjat, guru adalah pendidik profesional karena guru telah menerima dan memikul beban dari orang tua untuk ikut mendidik anak-anak (Suparlan, 2005:13). Menurut UU RI No. 14 tahun 2005 yang tertulis pada BAB I Ketentuan Umum tentang guru dan dosen , guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini melalui jalur pendidkan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah (Undang-undang Guru dan Dosen, 2006: 2).

  Guru merupakan peran yang sangat penting karena guru bertanggung jawab atas terbentuknya moral siswa yang telah diamanahkan oleh orang tua untuk menciptakan anak menjadi terdidik, terbimbing dan terlatih jasmani dan rohaninya (Yamin, 2009:9).

  Jadi peran guru yang dimaksud dalam penelitian ini adalah guru terlibat dalam melaksanakan ibadah shalat untuk mencapai tujuan yang diinginkan yaitu menuju perkembangan siswa dan perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan norma agama. Penulis juga mengungkapkan lebih dalam dari perspektif siswa tentang peran guru sebagai uswah hasanah mengenai ibadah shalat di madrasah.

  Uswatun berarti contoh dan hasanah berarti baik, uswatun hasanah artinya contoh yang baik. Kalimat contoh dalam bahasa Indonesia mengandung makna bahwa sesuatu yang dikatakan contoh itu harus diikuti atau dicontoh (http://alkautsar.co.id). Sehingga kalau mengatakan bahwa Muhammad Rasulullah itu contoh yang baik, maka maknanya Muhammad Rasulullah itu harus diikuti, harus ditiru, harus dicontoh. Artinya kita harus selalu berusaha menurut kemampuan untuk mengikuti, meniru, mencontoh Muhammad Rasulullah. Hal ini juga sesuai dengan uswah hasanah guru yang akan diikuti oleh siswa khususnya dalam peaksanaan ibadah shalat.

  Sedangkan dalam tafsirya M. Qurais Shihab kata ( ةوسأ) uswah atau iswah berarti teladan. Pakar tafsir Az-Zamakhsyari ketika menafsirkan ayat di atas mengemukakan tentang kemungkinan maksud keteladanan yang terdapat pada diri Rasul itu. Pertama dalam arti kepribadian beliau secara totalitasnya adalah teladan. Kedua dalam arti terdapat dalam kepribadian beliau hal-hal yang patut diteladani.

  Pendapat pertama lebih kuat dan merupakan pilihan banyak ulama (Shihab, 2002: 439). Dalam konteks penelitian ini adalah keteladanan seorang guru dengan memberikan contoh yang baik bagi siswa sebagai upaya mendekatkan diri kepada Allah dengan melalui peningkatan ibadah shalat siswa

2. Keaktifan shalat a.

  Keaktifan Keaktifan artinya kegiatan, kesibukan (Depdiknas, 2007:23).

  Aktif bahwa pembelajaran peserta didik aktif secara fisik dan mental dalam mengemukakan penalaran (alasan), menemukan kaitan yang satu dengan yang lain, mengkomunikasikan gagasan, mengemukakan bentuk representasi yang tepat dan menggunakan semua itu untuk memecahkan masalah (Ahmadi, 2011:30). Keaktifan siswa pada penelitian ini siswa aktif shalat Dzuhur berjamaah dan shalat Dhuha yang dilaksanakan di masjid atau mushola yang berada dilingkungan madrasah.

  b.

  Shalat

  Menurut bahasa, shalat adalah doa. Sedangkan menurut istilah syariat, pengertian shalat adalah ibadah yang terdiri dari bacaan-bacaan khusus yang diawali dengan takbir kepada allah dan diakhiri dengan salam (Rachman, 2007: 19). Disebut shalat karena amalan ini mencakup do’a. Oleh karena itu, orang yang shalat tidak lepas dari do’a, baik berupa ibadah, pujian atau permohonan. Semua itu dinamakan shalat. shalat diwajibkan lima kali sehari semalam saat masuk waktunya dan diwajibkan setiap muslim mukallaf (Ali, 2008: 73). Shalat adalah kewajiban yang harus dipenuhi oleh setiap orang Islam yang telah baligh. Hukumnya adalah fardhu ‘ain. Yakni suatukewajiban yang diberikan bagi setiap muslim. Selama ia masih menghirup udara, selama itu pula kewajiban shalat masih melekat pada dirinya. Jadi keaktifan shalat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan /tingkat kegiatan siswa menjalankan shalat Dhuhadan shalat Dzuhur berjamaah.

  Ciri-ciri keaktifan siswa melaksanakan ibadah shalat Dzuhur berjamaah dan shalat Dhuha:

  1. Siswa disiplin, rajin melaksanakan shalat Dhuha dan shalat Dzuhur berjamaah

  2. Siswa menjalankan shalat tepat waktu

  3. Siswa tertib ketika melaksanakan shalat

  4. Siswa shalat berjamaah dengan seluruh warga madrasah Shalat wajib dibagi menjadi 2 macam:

  1. Shalat fardhu ‘ain, misalnya shalat dilaksanakan 5 kali sehari semalam seperti shalat Dzuhur, Ashar, Maghrib, Isya’ dan Subuh.

  Shalat fardhu wajib dilaksanakan oleh setiap orang Islam.

  2. Shalat fardhu kifayah, misalnya shalat jenazah.

  Shalat sunnah adalah shalat yang lebih utama dikerjakan dan boleh ditinggalkan (Abdurrahman, 2006:183).

  Sedangkan shalat sunnah ada dua macam:

  a). Shalat sunnah rawatib yaitu shalat sunnah yang mengiringi shalat fardhu 5 waktu.

  b). Shalat sunnah nawafil, yaitu shalat sunnah yang berdiri sendiri, ada yang dikerjakan seorang diri, ada pula yang dikerjakan bersama-sama (jamaah). Shalat sunnah ada yang dilakukan karena sebab, ada pula yang dilakukan tanpa sebab (Fachrurrozy, 2005:28). Shalat yang dimaksud dalam batasan penelitian ini adalah shalat Dzuhur berjamaah dan shalat sunnah Dhuha yang dilaksanakan di Madrasah.

F. Metode Penelitian 1.

  Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong, 2011: 6).

  2. Kehadiran Peneliti Peneliti dalam hal ini bertindak sebagai instrumen penelitian, artinya peneliti terjun langsung ke lapangan untuk melakukan proses penelitian dan pengumpulan data. Dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara/interview. Peneliti harus memiliki pengetahuan dasar sehingga memungkinkan untuk mengembangkan pertanyaan untuk wawancara mendalam di lapangan.

  Peneliti mengadakan komunikasi dengan objek penelitian atau responden dengan menggunakan bahasa sesuai objek yang diwawancara, peneliti tidak menggunakan satu bahasa namun peneliti memakai bahasa sesuai tingkat pemahaman objek penelitian agar memungkinkan komunikasi lebih akrab dan mudah dipahami sehingga akan terjalin baik antara peneliti dan responden.

  3. Lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan di Madrasah Aliyah Negeri Tegalrejo

  Magelang dengan alasan ketertarikan peneliti terhadap fenomena shalat yang terjadi pada siswa Madrasah Aliyah Negeri Tegalrejo Magelang.

  4. Sumber Data Data penelitian ini diperoleh melalui sumber lapangan. Sumber primer adalah guru dan siswa MAN Tegalrejo Magelang. Sedangkan sumber skunder yaitu: dokumen-dokumen yang merupakan hasil laporan, hasil penelitian, serta buku-buku yang ditulis orang lain tentang peran guru terhadap keaktifan melaksanakan shalat wajib dan sunnah di sekolah (Studi kasus siswa MAN Tegalrejo Magelang).

5. Teknik Pengumpulan Data a.

  Wawancara Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara.Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.

  Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2011: 186). Wawancara pada penelitian ini adalah guru dan siswa.

  Wawancara digunakan untuk mengumpulkan data tentang peran guru dan keaktifan siswa melaksanakan shalat Dhuha dan shalat Dzuhur berjamaah.

  b.

  Observasi Observasi atau pengamatan merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian. Secara metodologis bagi penggunaan pengamatan ialah pengamatanmengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif, kepercayaan, perhatian, perilaku tak sadar, kebiasaan dan sebagainya (Moleong: 2011: 175). Observasi mempunyai maksud untuk mengamati dan melihat peran gurudan keaktifan siswa melaksanakan shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur berjamaah.

  c.

  Dokumentasi Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang dilakukan dalam penelitian. Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya momumental seseorang. Dokumentasi dalam penelitian ini untuk memperkuat data-data yang diperoleh dari lapangan berupa profil madrasah, buku saku siswa, foto-foto dan dokumen madrasah yang berkaitan dengan penelitian.

6. Analisis

  Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber yaitu dari wawancara, pegamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto dan sebgainya (Moleong, 2011: 247).

  Menurut Bogdanmenyatakan bahwa, “Analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dn menemukan pola, menemukan apa yang penting dalan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang diceritakan kepada o rang lain” (Moleong: 2011: 248). Analisis ini sendiri akan dilakukan melaluai beberapa tahapyaitu: a.

  Reduksi Data

  Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, oleh karena itu perlu dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan memudahkan peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya serta mencarinya bila diperlukan (Sugiyono, 2006: 277-278).

  b.

  Penyajian Data (Data Display) Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, dan sejenisnya, tapi yang paling sering digunakan adalah teks yang bersifat naratif. Dengan mendisplay data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang dipahami (Sugiyono, 2006: 280).

  c.

  Kesimpulan dan Verifikasi Data yang sudah dipolakan, difokuskan, dan disusun secara sistematis melalui reduksi dan penyajian data yang kemudian disimpulkan sehingga makna data dapat ditemukan. Untuk memperoleh kesimpulan yang lebih mendalam, maka diperlukannya data baru sebagai penguji terhadap kesimpulan awal.

7. Pengecekan Keabsahan Data

  Uji keabsahan data dalam penelitian ini ada beberapa bentuk, meliputi:

  a.

   Credibility

  Penerapan kriterium derajat kepercayaan (kredibilitas) pada dasarnya menggantikan konsep validitas internal dari non kualitatif.

  Kriterium ini berfungsi melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuan dapat dicapai. Adapun teknik yang digunakan yaitu memperpanjang masa observasi, menganalisis kasus yang belum ada, menggunakan bahan referensi, membicarakan dengan orang lain.

  b.

   Transferability

  pengujian atau Transferabilityadalah kemungkinan memanfaatkan hasil penelitian dengan latar lain. Oleh krena itu, hal ini diuji dari kemampuan si peneliti untuk membuat laporan hasil penelitian yang lengkap, terperinci, jelas, spesifik dan mendalam sehingga siapapun yang membacanya dapat menilai apakah temuan itu bisa ditransfer atau tidak. (Nusa, 2013: 35).

  c.

   Dependability

  Uji kebergantungan/dependability adalah pengecekan/audit terhadap keseluruhan proses dan kemungkinanya untuk dilakukan ulang/replikasi oleh peneliti lain. Jika semua kondisi dan persyaratanya sama dan hasilnya sama, maka uji ini tercapai (Nusa, 2013: 35).

  d.

   Confirmability

  Uji kepastian/comfirmability adalah tercapainya kesepakatan antar subjek, antara peneliti, yang diteliti dan pihak-pihak terkait. Ini sama dengan intersubjektivitas (Nusa, 2013:35)

G. Sistematika Penulisan

  Sistematika dalam penulisan skripsi ini, terdiri dari lima bab yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

  BAB I : Memuatlatar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan

  penelitian dan dasar-dasar pokok penelitian

  BAB II : Memuat tentang kajian pustaka, merupakan bagian yang

  menjelaskan landasan teori yang berhubungan dengan penelitian yang memuat tentang peran guru terhadap keaktifan siswa melaksanakan shalat.

  BABIII : Memuat paparan data dan temuan peneliti tentang profil MANdantemuan penelitian.

  BAB IV: Memuat tentang pembahasan hasil penelitian di lapangan yang

  dipaparkan sebagai jawaban atas masalah penelitian yang diintegrasikan ke dalam kumpulan pengetahuan yang sudah ada dengan jalan menjelaskan temuan penelitian dalam konteks khasanah ilmu.

BAB V : Penutup yang memuat kesimpulan dan saran-saran.

BAB II KAJIAN PUSTAKA Peran Guru 1. Pengertian Peran guru Peran menurut definisi para ahli menyatakan bahwa pengertian

  peran adalah aspek dinamis dari kedudukan atau status. Seseorang melakukan hak dan kewajiban berarti telah menjalankan suatu peran Peran yang dimaksud peneliti yaitu guru terlibat dalam kegiatan keagamaan menjalankan shalat wajib dan shalat sunnah di madrasah sehingga siswa menjadi aktif melaksanakan shalat wajib dan shalat sunnah di madrasah tersebut. Dengan keterlibatan guru memberi dorongan, motivasi serta bimbingan siswa makin tergugah perhatian, keinginan, semangat terhadap kegiatan keagamaan yang dilaksanakan di sekolah.

  Dalam lingkup madrasah untuk menumbuhkan keaktifan siswa memerlukan motivasi partisipasi sebagai upaya mendorong siswa dalam kegiatan keagamaan tersebut agar tercapai dengan maksimal. Berikut beberapa cara untuk memotivasi partisipasi:

1. Menjelaskan makna shalat

  Siswa ingin mengetahui makna shalat. Pendidik harus menjelaskan tentang shalat sehingga siswa mampu memahami makna shalat yang dilaksanakan sehari-hari.

  2. Menjelaskan manfaat shalat Jelaskan manfaat yang akan siswa peroleh ketika mereka melaksanakan shalat sebagai buah dari aktivitas tersebut.

  3. antusiasme

  Jika guru termotivasi melihat siswa terlibat dalam sebuah kegiatan, para peserta didik akan menanamkan dalam diri mereka sebagian antusiasme guru.

  4. Kaitkan kegiatan dengan kegiatan sebelumnya Menjelaskan keterkaitan antar kegiatan membantu siswa melihat benang merah dalam kegiatan ibadah shalat.

  5. Kemukakan pendapat pribadi guru kepada peserta didik Jelaskan mengapa bahwa melaksanakan shalatsangat berharga untuk semua manusia.

  6. Ekspresikan keyakinan guru kepada siswa Beritahu kepada siswabahwa guru yakin benar siswamenjalankan aktivitas dengan baik atau bahwa siswa sekarang siap menghadapi tantangan baru (Silberman, 2013: 319).

2. Guru a.

  Pengertian Guru Guru secara etimologis (asal-usul kata), istilah mempunyai beberapa pandangan diantaranya:

  1) Guru berasal dari bahasa India yang artinya orang yang mengajarkan kelepasan dari sengsara.

  2)Dalam agama Hindu, guru dikenal sebagai ‘maharesi guru’ yakni para pengajar yang bertugas untuk menggembleng para calon biksu di bahinya panti (tempat pendidikan para biksu). 3)

  Rabindrabath Tagore menggunakan istilah Shanti Nikaten atau Rumah damai untuk tempat guru mengamalkan tugas mulianya membangun spiritualitas anak-anak bangsa di India (spiritual intellegenci). 4)Dalam bahasa arab, guru dikenal dengan al-muallim atau al-ustadz yang bertugas memberikan ilmu dalam majelis taklim (tempat memperoleh ilmu). Dengan demikian, al- mu’alim atau al-ustadz dalam hal ini juga mempunyai pengertian orang yang mempunyai tugas untuk membangun aspek spiritualitas manusia (Suparlan, 2005:12).

  Menurut Ramayulis (2005: 49), guru atau pendidik merupakan orang yang melakukan bimbingan, pengertian ini memberikan kesan bahwa pendidik atau guru adalah orang yang melakukan kegiatan dalam pendidikan. Sedangkan menurut UU RI No. 14 tahun 2005 yang tertulis pada BAB I Ketentuan Umum tentang guru dan dosen, Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini melalui jalur pendidkan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah (Undang-undang Guru dan Dosen, 2006: 2).

  Figur guru digambarkan sebagai tokoh yang didepan untuk memberi contoh, teladan, model ditengah memberikan semangat, menggunggah inisiatif, kreativitas siswa dan dibelakang mendorong, memberikan kesempatan, memberanikan siswa berperan mandiri tetapi tidak lepas dari pengayoman, kendali dan bimbingan guru yang meluruskan, memperbaiki jika siswa berbuat keliru secara bijaksana (Dirawat, 1993:8).

  b.

  Peran Guru Status guru mempunyai implikasi terhadap peran dan fungsi yang menjadi tanggung jawabnya. Guru memiliki satu kesatuan yang tidak terpisahkan, antara kemampuan mendidik, membimbing, mengajar dan melatih. Keempat kemampuan tersebut merupakan kemampuan integratif, antara yang satu dengan yang lain tidak dapat dipisahkan. Meskipun demikian, seorang guru adalah manusia biasa. Ia bukan sama sekali manusia super yang tanpa cacat. Guru adalah manusia biasa yang sekaligus memiliki kelebihan dan kekurangan.

  Itulah sebabnya, keempat kemampuan yang harus dimiliki guru yang berada dalam keadaan yang beraneka ragam (Suparlan, 2005:26).

  Guru yang mengajar dan memberi bekal pengetahuan, sikap dan ketrampilan untuk hidup berharkat dan bermartabat. Sebagai pendidik, guru lebih banyak menjadi panutan yang memiliki nilai moral dan agama yang patut ditiru dan diteladani oleh siswa. Contoh dan keteladanan itu lebih merupakan aspek –aspek sikap dan perilaku, budi pekerti luhur, akhlak mulia seperti budi pekerti jujur, tekun, mau belajar, amanah sosial dan sopan santun terhadap sesama. Sebagai pengajar, guru memiliki pengetahuan yang luas dan disiplin ilmu yang harus diampu untuk ditransfer oleh siswa. Sebagai pembimbing, guru perlu memiliki kemampuan untuk dapat membimbing siswa dan juga harus dapat memberikan arah dan pembinaan karier siswa sesuai dengan bakat dan kemampuan siswa. Sebagai pelatih, guru memberikan sebanyak mungkin kesempatan pada siswa untuk dapat menerapkan konsepsi atau teori kedalam praktik yang akan digunakan langsung dalam kehidupan.

  Adapun dalam bukunya jamal ma’mur asmani menjelaskan peran dan tugas guru selain sebagai faktor utama kesuksesan pendidikan yang dicanangkan dalam beberapa tugas lain seorang guru, antara lain:

  1. Educator (pendidik) Tugas pertama guru adalah mendidik murid-murid sesuai dengan materi pelajaran yang diberikan kepadanya. Sebagai seorang educator, ilmu adalah syarat utama.

  2. Leader (pemimpin) Guru sebagai seorang pimpinan kelas. Karena itu, ia harus bisa menguasai, mengendalikan dan mengarahkan kelas menuju tercapainya tujuan pembelajaran yang berkualitas. Sebagai seorang pemimpin, guru harus pandai membaca potensi anak didiknya yang beragam dan mampu menggunakan multi pendekatan dalam mengajar demi menyesuaikan potensi dan spesifikasi yang beragam dari murid-muridnya.

  3. Fasilitator Sebagai fasilitator, guru bertugas memfasilitasi murid untuk menemukan dan mengembangkan bakatnya secara pesat.

  4. Motivator Sebagai motivator, seorang guru harus mampu membangkitkan semangat dan mengubur kelemahan anak didik bagaimanapun latar belakang hidup keluarganya, bagaimanapun masa kelam masa lalunya dan bagaimanapun berat tantanganya.

  5. Administrator Sebagai seorang guru, tugas administrasi sudah melekat dalam dirinya, dari mulai melamar menjadi guru, kemudian diterima dengan bukti surat yayasan, surat instruksi kepala sekolah dan lain-lain. Dalam mengajar guru harus mengabsen terlebih dahulu, mengisi jurnal kelas dengan lengkap, mulai dari mana, materi yang disampaikan, kondisi siswa, dan tanda tangan.

  6. Evaluator Sebaik apapun kualitas pembelajaran, pasti ada kelemahan yang perlu dibenahi dan disempurnakan. Dengan evaluasi ini, guru diharapkan lebih baik dalam segala hal, kapasitas intelektualnya, integritas kepribadianya, pendekatan metodologi pengajarannya yang lebih segar, progesif, aktual dan lebih menarik dan energik.

  Guru juga memberi uswah hasanah bagi peserta didik. Uswatun berarti contoh dan hasanah berarti baik, uswatun hasanah artinya contoh yang baik. Kalimat contoh dalam bahasa Indonesia mengandung makna bahwa sesuatu yang dikatakan contoh itu harus diikuti atau dicontoh (http://alkautsar.co.id). Sehingga kalau mengatakan bahwa Muhammad Rasulullah itu contoh yang baik, maka maknanya Muhammad Rasulullah itu harus diikuti, harus ditiru, harus dicontoh. Artinya kita harus selalu berusaha menurut kemampuan untuk mengikuti, meniru, mencontoh Muhammad Rasulullah. Hal ini juga sesuai dengan uswah hasanah guru yang akan diikuti oleh siswa khususnya dalam pelaksanaan ibadah shalat.

  Sedangkan dalam tafsirya M. Qurais Shihab kata ( ةوسأ) usawah atau iswah berarti teladan. Pakar tafsir Az-Zamakhsyari ketika menafsirkan ayat di atas mengemukakan tentang kemungkinan maksud keteladanan yang terdapat pada diri Rasul itu. Pertama dalam arti kepribadian beliau secara totalitasnya adalah teladan. Kedua dalam arti terdapat dalam kepribadian beliau hal-hal yang patut diteladani.

  Pendapat pertama lebih kuat dan merupakan pilihan banyak ulama (Shihab, 2002: 439). Dalam konteks penelitian ini adalah keteladanan seorang guru dengan memberikan contoh yang baik bagi siswa sebagai upaya mendekatkan diri kepada Allah dengan melalui peningkatan ibadah shalat siswa.

  Keaktifan Melaksanakan Shalat 1.

  Keaktifan a.

  Pengertian Keaktifan Keaktifan adalah kesibukan, kegiatan (Poerwadiminta,

  1982:27). Aktif bahwa pembelajaran peserta didik aktif secara fisik dan mental dalam mengemukakan penalaran (alasan), menemukan kaitan yang satu dengan yang lain, mengkomunikasikan gagasan, mengemukakan bentuk representasi yang tepat dan menggunakan semua itu untuk memecahkan masalah (Ahmadi, 2011:30).

  Moh. Syafei menjelaskan dengan sekolah kerja di Kayutanam, Sumatra Barat adalah termasuk pelopor sistem belajar mengajar siswa aktif, dimana para murid dilatih belajar, bekerja, berbuat, menghasilkan sesuatu yang pada giliranya menyentuh otak, hati dan jasmani, ketrampilan, sikap mental, penghayatan (Dirawat, 1993:8).

  Belajar pada hakikatnya adalah sebuah proses di mana siswa terlibat dalam aktivitas yang memungkinkan mereka memiliki kemampuan atau perilaku yang tidak dimilki sebelumnya. Contoh, seorang siswa berusaha menirukan guru mengeja huruf-huruf karena ia belum dapat membaca dan berharap nantinya dapat membaca. Dari contoh diatas, paling tidak ada dua unsur yang saling berkaitan:

  1) Adanya aktivitas yang memungkinkan siswa memiliki kemampuan atau perilaku baru. Aktivitas ini diperoleh melalui kegiatan belajar mengajar di sekolah atau tempat lain.

2) Adanya keterlibatan siswa dalam proses belajar (Rosdijati, 2010:5).

  Agar sebuah aktivitas belajar mampu menarik siswa untuk terlibat aktif, seorang guru dituntut untuk menumbuhkan motivasi dalam diri siswa agar mau terlibat dan belajar serta menciptakan aktivitas belajar yang menyenangkan.

  (a)Menumbuhkan motivasi. (b)Membantu perkembangan fisik siswa. Selain perkembangan intelektual, pembelajaran aktif juga akan membantu perkembangan fisik siswa. (c)Membangun ketrampilan siswa. (d)Mengembangkan kemampuan membaca dan bahasa siswa. (e)Membantu perkembangan emosi siswa. (f)Mengembangkan daya kreativitas siswa. (g) Mendorong anak mencintai belajar sepanjang hidupnya (Rosdijati, 2010:12).

  b. Metode Belajar Aktif Metode proses belajar dapat dikatakan aktif dengan mengandung: 1.

  Komitmen (keterlekatan pada tugas) berarti materi, metode dan strategi pembelajaran bermanfaat untuk siswa, sesuai dengan kebutuhan siswa (relevant) dan bersifat pribadi.

  2. Tanggung jawab, merupakan sutau proses belajar yang memberi wewenang pada siswa untuk kritis, guru lebih banyak mendengar daripada berbicara, menghormati ide-ide siswa, memberi pilihan dan memberi kesempatan pada siswa untuk memutuskan sendiri.

  3. Motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik dengan lebih mengembangkan motivasi intrinsik siswa agar proses belajar yang ditekuni muncul berdasarkan minat dan inisiatif sendiri, bukan karena dorongan lingkungan atau orang lain. Motivasi belajar siswa akan meningkat karena ditunjang oleh pendekatan belajar yang dilakukan guru lebih dipusatkan kepada siswa. Guru tidak hanya menyuapi atau menuangkan dalam ember, tetapi menghidupkan api yang menerangi sekelilingnya dan bersikap positif kepada siswa (Ahmadi, 2011:3).

2. Pengertian shalat

  a. Shalat Menurut bahasa, shalat adalah doa. Sedangkan menurut istilah syariat, pengertian shalat adalah ibadah yang terdiri dari bacaan-bacaan khusus yang diawali dengan takbir kepada allah dan diakhiri dengan salam (Rachman, 2007: 19). Shalat merupakan rukun Islam yang kedua setelah dua kalimat syahadat. Allah mewajibkannya melalui Nabi Muhammad penutup para nabi pada malam Mi’roj di langit, berbeda dengan syari’at yang lain. Hal ini menjadi bukti dan keagungan, kewajibannya serta kedudukannya yang tinggi disisi Allah (Ali, 2008: 73).

  Allah SWT setiap kali memerintahkan ibadah terhadap hambanya. Tentu mengandung manfaat yang luar biasa. Terlebih bagi manusia, sebagai pelaku utama yang dimuliakan oleh Allah dibanding dengan hamba lainnya. Shalat secara bahasa adalah doa, sedangkan secara agama adalah ibadah yang terdiri dari beberapa ucapan dan tindakan yang mulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam (Maskyuri, 2006:55).

  Dalam Al- Qur’an seringkali disebut kata shalat. Tentu hal ini menunjukkan betapa pentingya kedudukan shalat dalam kehidupan ini.

  Allah swt berfirman:

   ِب ْرُمْأاو اةلاَّصلا ِمِقاأ َّانَُ ب ايَ اام ىالاع ِْبِْصااو ِراكْنُمْلا ِناع اهْنااو ِفوُرْعامْل ِروُملأا ِمْزاع ْنِم اكِلاذ َّنِإ اكابااصاأ Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah) (QS Luqman [31]: 17).

  b.

  Nilai dan kedudukan ibadah shalat Shalat adalah kewajibanyang harus dipenuhi oleh setiap orang

  Islam yang baligh. Hukumnya adalah fardhu’ain yakni suatu kewajibanyang diberikan bagi setiap muslim. Selama masih dapat menghirup udara, selama itu pula kewajiban shalat melekat pada dirinya. Kewajiban shalat bagi setiap muslim telah dijelaskan dalam

   ُرِئااس احُلاص ْتاحُلاص ْنِااف ُةالاَّصلا ِةاماايِقلا امْوا ي ُدْباعلا هْيالاع ُبِسااُيُاام ُلَّواا ِهِلاماع ُرِئااس اداساف ْتاداساف ْنِااو ،ِهِلاماع Amalan yang mula-mula dihisab dari seorang hamba pada hari kiamat ialah shalat. jika shalatnya baik maka baik pula amalanya. Dan jika shalatnya jelek maka jelek pula seluruh amalanya. (HR. Tabrani).

  Demikian pentingnya kedudukan shalat dalam Islam. Sehingga Allah swt menerangkan dalam Al-

  Qur’an tentang shalat yang harus dikerjakan oleh seseorang dalam segala situasi dan kondisi baik ketika berada dalam perjalanan atau menetap disebuah kampung, baik ketika berada dalam kondisi aman atau tidak aman. Dalam pemaparan diatas mengisyaratkan bahwa jangan sampai shalat yang kita kerjakan itu

  bolong-bolong karena shalat adalah kewajiban yang tidak boleh

  ditinggalkan. Jangankan dalam kondisi aman, dalam situasi perang sekalipun shalat harus tetap dikerjakan (Rachman, 2007:23).

  c.

Dokumen yang terkait

PERAN KELUARGA TERHADAP KEPATUHAN DIET PADA PENDERITA HIPERTENSI ( Studi Kasus Pada Tn. A Dengan Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Pandanwangi Tahun 2015)

9 56 14

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH ( Studi kasus pada Pemerintah Daerah Kabupaten Fakfak )

8 37 18

Pengaruh pendekatan kontruktivisme dengan teknik mind mapping terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep virus : ( kasus eksperimen di MAN 2 kota Bogor )

0 11 81

Pengembangan Karakter Kepribadian Anak Usia Dini (Studi Pada PAUD Islam Terpadu Di Kabupaten Magelang Tahun 2015)

0 1 22

HUBUNGAN ANTARA PERAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU MENCONTEK SISWA DI MAN KISARAN SKRIPSI

2 2 125

PERSEPSI REM AJA TERHADAP KEBERAGAMAAN ORANG TUA PENGARUHNYA TERHADAP PERILAKU SOSIAL (Studi Korelasi di Desa Japan Kecamatan Tegalrejo Kabupaten Magelang 2005)

0 0 88

HUBUNGAN KEAKTIFAN SHALAT BERJAMAAH DENGAN SIKAP KEPEDULIAN SOSIAL SISWA MADRASAH ALIYAH NEGERI KARANGGEDE KABUPATEN BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 20142015 SKRIPSI

0 1 117

PENGARUH INTENSITAS MENONTON SINETRON TERHADAP PERILAKU MENYIMPANG (Studi kasus siswa SMP 2 Getasan Tahun 2008) SKRIPSI

0 0 84

NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM TRADISI GUGUR GUNUNG Studi Kasus di Dusun Kalisari Desa Ngadirejo Kecamatan Tegalrejo Kabupaten Magelang SKRIPSI Diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.)

0 0 127

Remaja Putus Sekolah antara Harapan dan Tantangan (Studi di Desa Ngemplak Kecamatan Windusari Kabupaten Magelang Tahun 2015) - Test Repository

0 1 125