Remaja Putus Sekolah antara Harapan dan Tantangan (Studi di Desa Ngemplak Kecamatan Windusari Kabupaten Magelang Tahun 2015) - Test Repository

REMAJA PUTUS SEKOLAH ANTARA HARAPAN
DAN TANTANGAN (Studi di Desa Ngemplak
Kecamatan Windusari Kabupaten
Magelang Tahun 2015)

SKRIPSI
Disusun Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:
NAHRODIN
NIM: 111 09 042

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2016

i

MOTTO


“Beri aku seribu orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri
aku sepuluh pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia”.

(Ir. Soekarno)
(http://rohmatullahh.blogspot.com/2013/08/24-kata-bijak-mutiara-soekarno.html?m=1)

“Sesungguhnya di tangan pemudalah letaknya suatu ummat, dan di kaki
merekalah terdapat kehidupan ummat”

(Syekh Mustofa Al-Ghalayaini)

ii

iii

iv

v


PERSEMBAHAN

Saya persembahkan skripsi ini kepada:
1.

Ayahanda Hisyam dan Ibunda Rukhayah yang senantiasa memberikan cinta kasih
sayang, motivasi, dan nasehat yang tiada terukur besarnya. Dan yang selalu
membiayaiku dengan kerja kerasnya. Semoga Allah melimpahkan keberkahan dan
ridho-Nya di dunia dan akhirat. Dan hanya Allah jualah yang akan membalas dengan
yang lebih baik dan sempurna atas segala kasih sayangnya.

2.

Adikku tercinta Ivan Reza Belajarlah dengan sungguh-sungguh, tumbuhlah menjadi
pribadi yang baik dan membanggakan.

3.

Keluarga besar Mbah Toyib dan Mbah Partodimedjo yang tak pernah lelah memberi
semangat dan nasehat sepenuhnya, serta selalu mendukung pendidikan saya.

Semoga keluarga besar tetap harmonis dan dalam kasih sayang-Nya.

4.

Kepada pembimbingku Ibu Hj. Maslikhah, S.Ag., M.Si. terima kasih yang sebesarbesarnya atas segala perhatian, bimbingan, nasehat, serta kesempatan belajar
banyak dengan ibu.

5.

Bapak Ibu Dosen yang telah mendidik dan memberi pelajaran berharga selama
belajar di kampus tercinta ini.

6.

Teman ngekek-ngekek bersama (Mput, Gendut, Eem, Andul, Sweety, Azizi) yang
selalu ada disampingku.

7.

Kelas PAI B 2009, Totok Haryanto, Tatih Wahono, Sweety (Siti Nurhasanah), Mput

(Nur Machfud), Ukhti, Fuji Sugeharti, Maghfiroh, Rofikoh, Diah Nur Eny, Isnaini
Nafiatun, Erna Maulidia, Gendut (Wahyu Dewantoro Budi Adi), Muh Sodiq, M. Edi
Haryanto, Pak Dhe (M.Mawahib), Wahyu Nugroho, Growol (Walid Maula Nugroho),

vi

Cuki (Rizki Nugroho), Chomsatun, Gupron (Khoirul Mawahib), Eem (Fathimah
Munawaroh), Burhanudin, Nurhanifah, Mudrikah, Miftachul Saefudin, Jayu Suma
Fitriyanto, Ateng (Arya Rahmantika), Kambing (Muftahidul Anwar), adalah teman
seperjuangan sejak saya menginjakkan kaki di STAIN Salatiga sampai pendidikan ini
selesai. Semoga kita selalu menjadi keluarga bahagia dan sukses.
8.

Temam-teman Ma’had STAIN Salatiga (Angkatan 2009).

9.

Teman-teman Ponpes Edi Mancoro Gedangan Bandungan Tuntang.

10. Teman-teman PPL, M. Munawar Said, Najib Syaifullah, Syarifa Karima (Arab), Slamet

Budiyono (SBY/Dion), Diana Wahyu Kurniawati, Retna Wahyu Kinasih, Rofiqoh,
Rofi’, semoga menjadi orang-orang yang sukses.
11. Keluarga kecil KKN, M. Mustain, Ali Maskur, Diana Maulida, Daniyatul Afifah, Abria
Vika Dita K.W, Munirotul Azizah, Lailatul Mukaromah, Ayu Afida Ilmi, semoga
menjadi orang-orang yang sukses.
12. Teman-teman yang selama ini turut andil, Deni, Kipli (Matohir), Usna Unisa, Choirul
Umam, semoga mendapat balasan Surga-Nya.

vii

KATA PENGANTAR

‫بسم هللا الرمحن الرحمي‬
Dengan menyebut nama Allah SWT, yang Maha Pengasih dan Penyayang.
Segala puji bagi Allah SWT, atas limpahan Rahmad, Hidayah, Taufiq dan InayahNya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan pada panutan umat Islam
Nabi Muhammad saw, kerabat dan para sahabat yang telah membawa zaman
jahiliah menuju zaman kebenaran dengan perantara agama Islam.
Penulisan skripsi ini dimaksudkan guna memenuhi kewajiban sebagai
syarat untuk memperoleh gelar sarjana dalam ilmu tarbiyah.

Tersusunnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan serta bimbingan dari
berbagai pihak, maka dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan
terima kasih kepada:
1.

Bapak Dr. Rahmat Hariadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.

2.

Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

3.

Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.

4.

Ibu Maslikhah M.Si. sebagai dosen pembimbing yang dengan ikhlas
mencurahkan pikiran dan tenaganya, serta telah berkenan meluangkan
waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan tugas ini.


5.

Bapak Drs. Jaka Siswanta M.Pd. selaku dosen pembimbing akademik yang
telah memberikan motivasi yang sangat bermanfaat.

viii

6.

Bapak dan Ibu Dosen, serta seluruh karyawan IAIN Salatiga yang telah
membantu proses penyusunan skripsi.

7.

Seluruh keluargaku yang telah membantu baik materiil maupun spiritual
sehingga penulis dapat menyelesaikan Studi di IAIN Salatiga.

8.


Semua sahabat dan kawan-kawan mahasiswa angkatan 2009, serta seluruh
mahasiswa IAIN Salatiga angkatan tahun 2009 yang secara langsung atau
tidak telah membantu dalam proses ini dan selalu mengisi hari-hari penuh
keceriaan.
Penulis berharap dan berdo’a semoga skripsi ini memberikan sumbangan

positif bagi pengembangan dunia pendidikan, bagi mahasiswa IAIN Salatiga pada
umumnya serta bagi penulis pada khususnya. Segala kritik dan saran yang
membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan skripsi ini.

Salatiga, 24 Juni 2016
Penulis

Nahrodin
11109042

ix

ABSTRAK


Nahrodin. 2016. Remaja Putus Sekolah antara Harapan dan Tantangan (Studi di
Desa Ngemplak Kecamatan Windusari Kabupaten Magelang Tahun
2015). Skripsi tidak diterbitkan. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri
Salatiga. Pembimbing: Maslikhah, S.Ag, M.Si.
Kata Kunci: Harapan dan Tantangan Remaja Putus Sekolah
Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui Harapan dan Tantangan
dari Remaja Putus Sekolah di Desa Ngemplak Kecamatan Windusari Kaupaten
Magelang Tahun 2015. Penelitian ini upaya untuk mengetahui (1) Apa alasan
remaja memilih putus sekolah? (2) Apa harapan dan tantangan remaja putus
sekolah? (3) Bagaimana usaha remaja putus sekolah untuk menghindari perilaku
menyimpang? (4) Bagaimana usaha orang tua dalam mengarahkan remaja putus
sekolah untuk menghindari perilaku menyimpang?
Penelitian ini menggunakan metodologi penelitian kualitatif dengan subjek
penelitian sebanyak 14 informan. Metode pengumpulan datanya dengan metode
wawancara terstruktur artinya wawancara mendalam kepada remaja putus sekolah
dan pengumpulan data dengan dokumentasi untuk mengetahui lokasi dan subjek
penelitian. Metode wawancara sebagai metode pokok dan metode dokumentasi
sebagai pelengkap.
Berdasarkan hasil wawancara dan analisis data, hasil penelitian diperoleh

sebagai berikut: Alasan remaja putus sekolah karena faktor internal meliputi tidak
adanya keinginan untuk melanjutkan sekolah, malas sekolah, kurang percaya diri,
dan tidak dapat bersosialisasi dengan lingkungan sekolah. Faktor eksternal
meliputi rendahnya motivasi dari orang tua, rendahnya ekonomi keluarga, dan
pengaruh lingkungan pergaulan (sosial). Harapan remaja putus sekolah di
antaranya adalah tersedianya lapangan pekerjaan, tidak dipandang sebelah mata di
lingkungan masyarakat (persamaan derajat), dan mendapat penghidupan yang
baik dan layak. Tantangan remaja putus sekolah di antaranya adalah berpeluang
terjerumus ke dalam perilaku menyimpang, kesulitan mencari pekerjaan,
dipandang sebelah mata oleh masyarakat, dan lemah dalam bidang ekonomi.
Usaha yang dilakukan remaja putus sekolah untuk menghindari perilaku
menyimpang di antaranya adalah memilih teman yang baik, mengikuti pengajianpengajian, memperdalam ilmu agama, dan memperbanyak kegiatan bermanfaat.
Usaha yang dilakukan oleh orang tua remaja putus sekolah untuk menghindari
perilaku menyimpang di antaranya adalah memberi perhatian dan kasih sayang
kepada remaja putus sekolah, mengarahkan pada pergaulan remaja yang baik,
sering mengingatkan akan bahayanya perilaku menyimpang, menjaga
keharmonisan keluarga, dan membimbing anak sejak kecil sesuai tuntunan agama.

x


DAFTAR ISI
SAMPUL ....................................................................................................................
i
LEMBAR BERLOGO .................................................................................................
ii
JUDUL ........................................................................................................................ iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................................................... iv
NOTA PEMBIMBING …………………….. .............................................................
v
PENGESAHAN .......................................................................................................... vi
MOTTO ...................................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN ....................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ...............................................................................................
x
ABSTRAK .................................................................................................................. xii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ....................................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………..…....................... xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................................

1

B. Fokus Penelitian ............................................................................................... 10
C. Tujuan Penelitian ............................................................................................. 11
D. Manfaat Penelitian ........................................................................................... 11
E. Penegasan Istilah .............................................................................................. 12
F. Metode Penelitian ............................................................................................ 13
G. Sistematika Penulisan Skripsi ......................................................................... 20
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Remaja Putus Sekolah ...................................................................................... 22
1. Remaja ........................................................................................................ 22
2. Putus Sekolah ............................................................................................. 35
3. Remaja Putus Sekolah ................................................................................ 38
B. Harapan dan Tantangan .................................................................................... 47
1. Harapan ....................................................................................................... 47
2. Tantangan .................................................................................................... 49
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

xi

A. Deskripsi Desa Ngemplak ............................................................................... 50
1. Letak Geografis dan Luas Wilayah ............................................................. 50
2. Jumlah Penduduk ........................................................................................ 51
3. Jenis Pekerjaan ............................................................................................ 52
4. Sarana Pendidikan Umum ........................................................................... 52
5. Sarana Ibadah .............................................................................................. 52
6. Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama ...................................................... 52
B. Kondisi Desa Ngemplak ................................................................................. 53
1. Sosial Pendidikan ...................................................................................... 53
2. Sosial Kemasyarakatan .............................................................................. 54
C. Penyajian Data ................................................................................................. 55
1. Alasan Remaja Putus Sekolah di Desa Ngemplak Kecamatan Windusari
Kabupaten Magelang ................................................................................. 55
2. Harapan dan Tantangan Remaja Putus Sekolah ......................................... 61
3. Usaha yang dilakukan Remaja Putus Sekolah untuk Menghindari
Perilaku Menyimpang ................................................................................ 65
4. Usaha yang dilakukan orang tua dalam mengarahkan remaja putus
sekolah untuk menghindari perilaku menyimpang ..................................... 67
BAB IV PEMBAHASAN
A. Alasan Remaja Putus Sekolah........................................................................... 71
B. Harapan dan Tantangan Remaja Putus Sekolah ............................................... 78
C. Usaha Remaja Putus Sekolah untuk Menghindari Perilaku Menyimpang ......

84

D. Usaha Orang Tua dalam Mengarahkan Anaknya untuk Menghindari Perilaku
Menyimpang ...................................................................................................

xii

90

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................................

97

B. Saran ............................................................................................................. .

98

C. Penutup ..........................................................................................................

99

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Batas-batas wilayah Desa Ngemplak ………………………………... 50
Tabel 3.2 Dusun-Dusun Desa Ngemplak .……………………………………… 50
Tabel 3.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin …………..........……... 51
Tabel 3.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Anak dan Remaja ………. 51
Tabel 3.5 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Dewasa …………………. 51
Tabel 3.6 Jenis Pekerjaan ……………….…………………………...…………. 52
Tabel 3.7 Sarana Pendidikan …………………………………….….………….. 52
Tabel 3.8 Sarana Ibadah ………………………………………………………... 52

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I

: Daftar Riwayat Hidup

Lampiran II

: Surat Izin Penelitian

Lampiran III : Pedoman Wawancara
Lampiran IV : Daftar Nilai SKK
Lampiran V

: Dokumentasi

xv

xvi

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Anak merupakan amanah dari Allah Swt yang harus dirawat, diasuh,
dididik dan disayangi agar bisa menjadi khalifah yang meneruskan
keberlangsungan kehidupan. Seorang anak dilahirkan dalam keadaan suci
(fitrah) tanpa noda dan dosa, bagaikan kain putih yang belum mempunyai
motif dan warna. J.J. Rousseau dalam Ahmadi dan Ardian (1989:24)
mengatakan bahwa pada waktu lahir anak telah membawa bekal-bekal
pembawaan yang serba baik, dan menjadi buruk jika mendapat pengaruh dari
kebudayaan atau dari lingkungan sekitarnya. Oleh sebab itu, orang tualah
yang akan memberikan warna terhadap kain putih tersebut, hitam, hijau,
merah bahkan banyak warna bercampur jadi satu. Dan tidak dapat dipungkiri
orang tualah yang menentukan agama seseorang, seperti yang tertera dalam
hadis Rasulullah saw:
)‫ (رواه البخاري‬.ِ ‫ن مَىْلُىْدٍ اِلَّا يُىْلَ ُذ عَلَى الْفِطْرَةِ فََابَىَا ُه ُيهَىِّدَانِوِ َو ُينَصِّرَانِوِ َو ُيمَجِّسَانِو‬
ْ ‫مَا ِم‬
Artinya: “setiap bayi tidaklah dilahirkan melainkan dalam keadaan fitrah
(suci), maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi,
Nasrani, atau Majusi (H.R. Bukhari)”.
Orang tua sebagai individu yang diberi amanat oleh Allah swt
mempunyai keinginan, kelak anaknya lebih baik dari dirinya baik dalam segi
pola pikir (kecerdasan), tingkah laku (akhlak), kedewasaan maupun
pekerjaan. Akan tetapi yang paling penting bagi mereka adalah anak-anaknya
1

lebih baik dalam hal pendidikan. Orang tua tidak rela bahkan merasa bersalah
apabila nasib ekonomi anaknya sama dengannya apalagi lebih buruk darinya.
Oleh karena itu, setiap orang tua mempunyai keinginan menyekolahkan anakanaknya setinggi mungkin, dan mengantarkan anaknya menuju kesuksesan.
Sekolah merupakan lingkungan kedua setelah keluarga. Di sekolah,
guru merupakan penanggung jawab terhadap pendidikan anak sekaligus
sebagai teladan. Sikap maupun tingkah laku guru sangat berpengaruh
terhadap kepribadian dan prilaku anak. Banyak masyarakat beranggapan
bahwa sekolah hanyalah untuk kalangan orang-orang dengan kemampuan
ekonomi menengah ke atas, sedangkan untuk kalangan orang-orang ekonomi
menengah ke bawah hanyalah bekerja dan terus bekerja mencari nafkah untuk
keluarga. Kondisi ekonomi masyarakat berbeda-berbeda, tidak semua
keluarga memiliki kemampuan ekonomi yang mencukupi dan mampu untuk
menyekolahkan anaknya, bahkan ada keluarga yang dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari anggota keluarganya saja harus banting tulang.
Bangsa kita saat ini menghadapi berbagai masalah dalam dunia
pendidikan, salah satunya adalah angka remaja putus sekolah yang masih
tinggi. Penyebab dominan adalah ketidakmampuan orang tua dalam
membiayai pendidikan anaknya. Putus sekolah menjadi masalah krusial
dalam dunia pendidikan. Banyak faktor penyebab putus sekolah diantaranya
aspek ekonomi, lingkungan, pergaulan dan budaya.
Remaja yang tidak mampu melanjutkan pendidikan salah satunya
karena kondisi ekonomi keluarga yang kurang beruntung. Kondisi seperti itu

2

menghambat seseorang untuk memenuhi keinginannya dalam melanjutkan
pendidikan. Putus sekolah bagi remaja di beberapa tempat bukan merupakan
permasalahan baru dalam dunia pendidikan. Permasalahan ini telah mengakar
dan sulit untuk dipecahkan, sebab ketika membicarakan solusi maka
jawabannya tidak lain hanya untuk memperbaiki kondisi ekonomi keluarga.
Salah satu pengaruh yang ditimbulkan oleh kondisi ekonomi seperti
ini adalah orang tua tidak sanggup menyekolahkan anaknya pada jenjang
yang lebih tinggi. Kondisi ekonomi keluarga merupakan faktor utama
pendukung

kelanjutan

pendidikan

anak-anaknya.

Sebab

pendidikan

memerlukan dana yang tidak sedikit.
Selain itu sikap orang tua yang tidak tegas kepada anaknya, ketika
seorang anak lebih memilih untuk tidak melanjutkan pendidikannya,
menunjukkan

bahwa

alasan

selanjutnya

karena

kesadaran

terhadap

pentingnya pendidikan masih sangat minim. Akan tetapi pandangan tersebut
harus bisa dikoreksi lebih dalam dengan pandangan objektif. Dan akhirnya
putus sekolah menjadi masalah yang harus disoroti secara serius, karena
pendidikan merupakan salah satu tolak ukur kualitas anak dimasa mendatang.
Di era globalisasi seperti saat ini, eksistensi manusia didasari oleh
daya saing yang tinggi. Tumbuhnya daya saing tinggi tentunya di backup oleh
pendidikan. Senada dengan hal tersebut, banyak yang meramalkan bahwa
masyarakat modern mendatang adalah masyarakat knowledge society, dan
siapa yang akan menempati posisi penting adalah educated person. Manusia
terdidiklah yang dapat memainkan peranan penting dalam dunia global

3

kontemporer. Sebagai tuntutan atas menguatnya ledakan informasi dan
pengetahuan masyarakat modern, lembaga pendidikan di masa global dalam
penyelenggaraan fungsinya harus mampu mengajarkan bagaimana dapat
memperoleh informasi dan mengolah informasi kepada semua peserta didik
(Halik, 2015:1).
Masa remaja merupakan masa transisi pada fase pembentukan
kepribadian, karakter, dan budi pekerti. Masa remaja inilah yang menentukan
apakah seseorang bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan masyarakat atau
tidak. Masa remaja juga merupakan periode perubahan nilai, pola, perilaku,
dan minat yang jika tidak diarahkan dengan benar maka dikhawatirkan para
remaja justru akan salah melangkah kearah yang negatif. Remaja memiliki
karakteristik yang berbeda-beda dalam menyesuaikan diri dengan perubahan
dan kondisi lingkungannya.
Darajat dalam Haryanto (2010:1), mendefinisikan masa remaja
merupakan masa peralihan di antara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam
masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan
fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik
bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang
dewasa

yang

telah

matang.

Deswita

dalam

Haryanto

(2010:1),

mendefinisikan batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli
adalah antara 12 hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya
dibedakan atas tiga, yaitu 12 sampai 15 tahun disebut masa remaja awal, 15
sampai 18 tahun disebut masa remaja pertengahan, dan 18 sampai 21 tahun

4

disebut masa remaja akhir. Monks, Knoers, dan Haditono membedakan masa
remaja menjadi empat bagian, yaitu masa pra-remaja 10 sampai 12 tahun,
masa remaja awal 12 sampai 15 tahun, masa remaja pertengahan 15 sampai
18 tahun, dan masa remaja akhir 18 sampai 21 tahun.
Pada masa remaja, seseorang memasuki status sosial yang baru. Ia
dianggap bukan lagi anak-anak. Karena pada masa remaja terjadi perubahan
fisik yang sangat cepat sehingga menyerupai orang dewasa, maka seorang
remaja juga sering diharapkan bersikap dan bertingkahlaku seperti orang
dewasa. Pada masa remaja, seseorang cenderung untuk menggabungkan diri
dengan teman sebaya. Kelompok sosial yang baru ini merupakan tempat yang
aman bagi remaja. Pengaruh kelompok ini bagi kehidupan mereka juga sangat
kuat, bahkan seringkali melebihi pengaruh keluarga (Baroto, 2013:1).
Millen

Kaufman

dan

Whitener

dalam

Fauziah

(2013:3)

mendefinisikan bahwa anak putus sekolah adalah murid yang tidak dapat
menyelesaikan program belajarnya sebelum waktunya selesai atau murid
yang tidak tamat menyelesaikan program belajarnya. Remaja putus sekolah
merupakan remaja usia sekolah yang tidak dapat melanjutkan atau berhenti
sekolah di tengah jalan dari lembaga pendidikan formal, sebelum tamat
pendidikan dasar dan pendidikan menengah, ataupun seseorang yang tidak
dapat menyelesaikan wajib belajar yang sudah di canangkan oleh pemerintah.
Pemerintah telah mencanangkan program wajib belajar dua belas
tahun, dan memberi Bantuan Operasional Sekolah (BOS) untuk anak kurang
mampu, supaya anak tersebut menyelesaikan pendidikannya. Program ini

5

bertujuan untuk menekan angka anak putus sekolah. Remaja dengan variasi
alasan masih ditemukan yang tidak dapat menuntaskan wajib belajar. Satu
alasan dari orang tua bahwa pendidikan formal adalah bukan menjadi hal
yang dibutuhkan atau penting. banyak orang tua yang lebih mendukung
anaknya untuk membantu orang tuanya dalam mencari nafkah secara
langsung, dibandingkan menyuruh anaknya untuk menempuh pendidikan di
sekolah. Padahal usia anak tersebut termasuk usia sekolah.
Remaja putus sekolah; Tf pada wawancara pendahuluan tanggal 06
November 2015 mengatakan bahwa buat apa sekolah mas, males paling
besok kalau cari kerja susah, banyak yang selesai sekolah saja kerjaannya
masih serabutan. Dari pada sekolah mending kerja semampunya (serabutan)
itung-itung buat beli rokok dan pulsa, kan malu mas kalau minta sama orang
tua terus. Orang tua remaja putus sekolah; Kr pada wawancara pendahuluan
tanggal 08 November 2015 mengatakan bahwa sebenarnya anak saya itu
mudah memahami pelajaran (mudengan) akan tetapi, anak saya memang
kurang memiliki keinginan untuk sekolah dan karena pengaruh teman
bermainnya menyebabkan motivasi anak saya untuk sekolah sangat rendah.
Saya menghawatirkan anak saya akan terjerumus pada perilaku menyimpang
yang akan merugikan bagi anak saya maupun bagi keluarga serta
masyarakat. Anak saya lebih memilih membantu orang tuanya (saya) dari
pada disuruh sekolah. Saya sendiri sudah menasehati bahwa kesuksesan
belajar itu bukan untuk saya nak, tetapi untuk masa depanmu sendiri. Saya
sampaikan keinginan agar anak saya tidak mewarisi saya dalam kemisikinan

6

dan kebodohan. Biarlah saya yang bepeluh-peluh di bawah terik matahari,
asal anak saya dapat memperoleh pendidikan setinggi-tingginya sebagai
bekal untuk masa depan yang lebih baik. Anak saya tampaknya tidak
menghiraukan apa yang saya pesankan, meskipun saya terus membangun
pengertian akan pentingnya pendidikan untuk masa depan. Wawancara
dengan Yt (wawancara pendahuluan pada 12 November 2015) orang tua
remaja putus sekolah menyampaikan bahwa alhamdulillah saya dikaruniai
rizki yang cukup. Biaya pendidikan tidak masalah untuk saya dan anak saya.
Apapun yang anak saya butuhkan ada, saya sendiri tidak merasa sayang
untuk mengeluarkan biaya pendidikan, tetapi bagaimana lagi anak saya tidak
mau untuk sekolah. Saya melihat kemampuan untuk mengikuti pelajaran bisa
setara dengan teman-teman yang lain, tetapi entah masalah apa yang
menjadikan dia memilih untuk tidak melanjutkan sekolah. Upaya saya untuk
merayu sudah sampai batas kesabaran.
Wawancara dengan Is (wawancara pendahuluan pada 12 November
2015) seorang remaja putus sekolah menyampaikan, mestinya orang tua
mengerti akan dunia saya yang ingin menentukan diri saya sendiri untuk
masa depan saya. Saya terlanjur putus sekolah tetapi saya harus sukses di
lain bidang. Saya belajar ilmu-ilmu praktis yang dapat memberikan bekal
untuk hidup. Wawancara dengan MR (wawancara pendahuluan pada 17
November 2015) seorang remaja putus sekolah menyampaikan, bagi saya
masa depan ya yang akan datang, masa sekarang biar saja dilalui. Mumpung
masih muda ikuti saja kata hati. Saya berusaha keras untuk tidak melakukan

7

perilaku menyimpang terhadap nilai-nilai agama maupun masyarakat. Saya
memilih teman yang baik, terkadang saya juga ikut pengajian-pengajian.
Wawancara di atas dapat dipahami bahwa penyebab putus sekolah
karena motivasi remaja untuk sekolah masih rendah, dan kurangnya
dukungan dari orang tua dan masyarakat sekitar. Pola pikir masyarakat seperti
inilah yang harus dirubah, masyarakat harus memandang akan pentingnya
pendidikan bagi keberlangsungan hidup seseorang di masa mendatang.
Fenomena remaja putus sekolah dapat terjadi di mana saja, tidak
memandang suku, ras, dan agama. Hal ini mendeskripsikan putus sekolah
dapat terjadi karena faktor yang bervariasi. Secara umum, penyebab putus
sekolah dikarenakan faktor ekonomi, keluarga, pergaulan, dan masalah
pribadi. Penyebab putus sekolah dapat terjadi karena faktor internal yaitu
yang bersumber dari diri remaja itu sendiri, seperti malas sekolah, kurang
peraya diri, tidak dapat bersosialisasi dengan lingkungan sekolah, dan lain
sebagainya. Faktor eksternal berada pada keluarga dan sekolah seperti pola
asuh anak, perhatian orang tua terhadap anak, sistem pendidikan, layanan
pendidikan, biaya pendidikan, akses pendidikan, dan lain sebagainya. Remaja
merupakan harapan negara dan orang tua pada masa yang akan datang. Putus
sekolah dapat meretas harapan orang tua dan negara untuk mendapatkan
kesuksesan dan kesejahteraan hidup.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti mencoba untuk mengkaji tentang
“Remaja Putus Sekolah Antara Harapan dan Tantangan (Studi di Desa
Ngemplak Kecamatan Windusari Kabupaten Magelang)”.

8

B. Fokus Peneltian
Fokus penelitian tentang Remaja Putus Sekolah Antara Harapan dan
Tantangan (Studi di Desa Ngemplak Kecamatan Windusari Kabupaten
Magelang Tahun 2015), secara rinci dapat dicermati sebagai berikut:
1. Apa alasan remaja memilih putus sekolah?
2. Apa harapan dan tantangan remaja putus sekolah?
3. Bagaimana usaha remaja putus sekolah untuk menghindari perilaku
menyimpang?
4. Bagaimana usaha orang tua dalam mengarahkan remaja putus sekolah
untuk menghindari perilaku menyimpang?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini antara lain untuk mengetahui:
1. Alasan remaja memilih putus sekolah;
2. Harapan dan tantangan remaja putus sekolah;
3. Usaha remaja putus sekolah untuk menghindari perilaku menyimpang;
dan
4. Usaha orang tua dalam mengarahkan remaja putus sekolah untuk
menghindari perilaku menyimpang.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan baik bagi pihak peneliti
sendiri maupun bagi pengembangan ilmu dan pengetahuan (secara
akademik). Secara lebih rinci manfaat penelitian ini sebagai berikut:

9

1. Secara Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi
pengembangan pendidikan pada umumnya, dan secara khusus bagi remaja
putus sekolah, keluarga, dan masyarakat.
2. Secara Praksis
a. Tukar pendapat dan informasi tentang keadaan pendidikan masyarakat
Desa Ngemplak sehingga dapat mengembangkan konsep pendidikan;
b. Untuk mengetahui fakta penyebab putus sekolah yang terjadi di Desa
Ngemplak;
c. Untuk mengetahui harapan remaja putus sekolah, dan apa saja usaha
yang dilakukan remaja putus sekolah untuk menghindari perilaku
menyimpang; dan
d. Mengetahui usaha apa saja yang dilakukan oleh orang tua dalam
mengarahkan remaja putus sekolah untuk menghindari perilaku
menyimpang.
E. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalah pahaman penafsiran terhadap judul skripsi
tersebut di atas, maka penulis berusaha menjelaskan dari berbagai istilah
pokok yang terkandung dalam judul tersebut, yaitu:
1. Remaja
Remaja adalah periode transisi antara masa anak-anak ke masa
dewasa, atau masa usia belasan tahun, atau jika seseorang menunjukkan

10

tingkah laku tertentu seperti susah diatur, mudah terangsang perasaannya
dan sebagainya (Sarwono, 1997:2). Remaja adalah waktu manusia
berumur belasan tahun. Masa remaja adalah masa peralihan manusia dari
anak-anak menuju dewasa. Remaja merupakan masa peralihan antara
masa anak dan masa dewasa yang berjalan antara umur 11 tahun sampai
21 tahun. Pada masa remaja manusia tidak dapat disebut sudah dewasa
tetapi tidak dapat pula disebut anak-anak (Wikipedia, 2014:1).
2. Putus Sekolah
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, putus sekolah adalah
belum sampai tamat sekolahnya sudah keluar (KBBI:2006). Millen
Kaufman dan Whitener dalam Fauziah (2013:3) mendefinisikan bahwa,
anak putus sekolah adalah murid yang tidak dapat menyelesaikan program
belajarnya sebelum waktunya selesai atau murid yang tidak tamat
menyelesaikan program belajarnya. Putus sekolah merupakan suatu
keadaan (proses) berhentinya siswa secara terpaksa dari suatu lembaga
pendidikan formal tempat dia belajar. Remaja putus sekolah yang
dimaksud dalam penulisan skripsi ini adalah remaja yang berhenti (drop
out) dari sebuah lembaga pendidikan formal, yang disebabkan oleh
berbagai faktor.
F. Metode Penelitian
Kebenaran dalam penelitian dapat diterima oleh masyarkat apabila
hasil penelitian itu dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Maka penulis
akan melakukan penelitian dengan metode sebagai berikut:

11

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan lapangan (field research),
dimaksudkan untuk mengetahui data responden secara langsung di
lapangan, yakni suatu penelitian yang bertujuan mengenai studi yang
mendalam mengenai suatu unit sosial sedemikian rupa sehingga
menghasilkan gambaran yang terorganisir dengan baik mengenai unit
sosial tersebut. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif dipandang sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku ini dapat diamati terhadap fakta-fakta yang ada
saat sekarang dan melaporkannya seperti apa yang akan terjadi.
Pendekatan kualitatif ini berkaitan erat dengan sifat unik dari realitas
sosial dan dunia tingkah laku manusia itu sendiri, terlebih objek
penelitiannya adalah remaja putus sekolah yang apabila salah melangkah
akan terjerumus ke arah penyimpangan.
2. Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti dalam penelitian ini bertindak sebagai
instrumen sekaligus pengumpul data. Hal ini dimaksudkan untuk
mempertegas peran peneliti sebagai pengamat penuh. Kehadiran peneliti
di lingkungan remaja putus sekolah berperan sebagai subjek atau

12

informan. Dimaksudkan untuk mempermudah dan mengawal jalannya
proses penelitian lapangan.

3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini di laksanakan di Desa Ngemplak Kecamatan
Windusari Kabupaten Magelang. Alasan pemilihan tempat penelitian
adalah, karena di Desa tersebut angka remaja putus sekolah masih tinggi.
Tingginya angka putus sekolah tersebut disebabkan berbagai hal, oleh
karena itu penulis ingin meneliti alasan remaja putus sekolah.
4. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini diperoleh melalui sumber
lapangan. Sumber informasi lapangan ialah objek (remaja putus sekolah),
orang tua, dan tokoh masyarakat. Sumber data utama meliputi kata-kata
dan tindakan melalui wawancara. Sumber data yang kedua yaitu sumber
tertulis seperti arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmi. Sumber data
yang selanjutnya yaitu peneliti menggunakan foto. Karakteristik khusus
informan meliputi, remaja tersebut dalam masa belajar, berhenti sekolah
dari lembaga pendidikan berbasis agama, sering melakukan kegiatan
bermanfaat, dan masih mempunyai kedua orang tua.
5. Prosedur Pengumpulan Data

13

Untuk

mendapatkan

data

dalam

penelitian

ini,

peneliti

menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Adapun
rincianya sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri
yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu
wawancara dan kuesioner karena observasi tidak terbatas pada orang,
tetapi juga objek-objek alam yang lain (Sugiyono, 2011:144).
Hadi dalam Sugiyono (2011:144) mengemukakan bahwa
observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang
tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua di antara
yang penting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Metode
ini digunakan untuk mendapatkan data tentang usaha yang dilakukan
remaja putus sekolah untuk menghindari perilaku menyimpang, dan
usaha orang tua remaja putus sekolah dalam mengarahkan anaknya
untuk menghindari perilaku menyimpang. Observasi dilakukan
dengan cara mengamati perilaku dan pergaulan remaja putus sekolah.
b. Wawancara
Wawancara atau kuesioner lisan adalah sebuah dialog yang
dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari
terwawancara. Wawancara dilakukan dalam bentuk percakapan
informal dengan menggunakan lembaran berisi garis besar tentang

14

apa-apa yang akan ditanyakan. Arikunto (2010:270) secara garis besar
mendefinisikan pedoman wawancara adalah sebagai berikut:
1) Pedoman wawancara tidak terstruktur, yaitu pedoman wawancara
yang hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan. Tentu saja
kreativitas

pewawancara

sangat

diperlukan,

bahkan

hasil

wawancara dengan jenis pedoman ini lebih banyak tergantung
pewawancara. Pewawancaralah sebagai pengemudi jawaban
responden.
2) Pedoman wawancara terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang
disusun secara terperinci sehingga menyerupai check list,
pewawancara menentukan sendiri masalah dan pertanyaanpertanyaan yang diajukan.
Pedoman wawancara yang digunakan adalah pedoman
wawancara terstruktur. Sebelum melakukan wawancara peneliti telah
mempersiapkan instrumen-instrumen pertanyaan. Untuk memperoleh
data mengenai harapan dan tantangan pada remaja putus sekolah,
maka peneliti akan melakukan wawancara dengan tokoh masyarakat,
orang tua remaja putus sekolah, dan remaja putus sekolah sebagai
respondennya. Metode ini dilakukan dengan cara wawancara terbuka,
sehingga responden tahu bahwa mereka sedang diwawancarai dan
mengetahui pula maksud dan tujuan wawancara itu.
c. Dokumentasi

15

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen

bisa

berbentuk

tulisan,

gambar

atau

karya-karya

monumental dari seseorang (Sugiyono, 2011:240). Metode ini
digunakan untuk melengkapi data tentang kondisi objek penelitian
secara umum yaitu untuk mendapatkan data tentang kondisi geografis,
monografis dan struktur pemerintahan. Penulis dalam mencari data
tersebut akan menelusuri ke kelurahan, mewawancarai perangkat
desa, dan menggunanakan foto.
6. Analisis Data
Patton dalam Moleong (1989:280) menjelaskan bahwa analisis
data dalam penelitian kualitatif adalah proses mengatur urutan data,
mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian
dasar. Patton membedakannya dengan penafsiran, dan mencari hubungan
diantara dimensi-dimensi uraian. Berdasarkan uraian tersebut dapat
ditarik kesimpulan bahwa, analisis data bermaksud menggolongkan data
yang terkumpul dari catatan lapangan peneliti serta arsip di desa
Ngemplak.
Data yang diperoleh di lapangan ditulis dalam bentuk uraian yang
sangat lengkap. Data tersebut direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal pokok,
difokuskan kepada hal-hal yang penting dan berkaitan dengan masalah,
sehingga memberi gambaran yang lebih tajam tentang hasil wawancara.
Reduksi dapat membantu dalam memberikan kode kepada aspek-aspek

16

yang dibutuhkan. Misalnya mempermudah dalam mencari yang
berkenaan dengan harapan dan tantangan remaja putus sekolah.
7. Pengecekan Keabsahan Temuan
Teknik
berdasarkan

pemeriksaan
empat

kriteria,

data

dalam

yang

penelitian

digunakan

untuk

dilaksanakan
melakukan

pemeriksaan keabsahan data kualitatif, yaitu:

a. Derajat Kepercayaan (Credibility)
Kredibilitas ini merupakan konsep pengganti dari konsep
validitas internal dalam penelitian kuantitatif. Kriteria ini berfungsi
melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan
penemuannya

dapat

dicapai

dan

mempertunjukkan

derajat

kepercayaan hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti
pada kenyataan yang diteliti. Untuk memperoleh data yang sahih
dalam penelitian ini, peneliti melakukan perpanjangan pengamatan,
peningkatan ketekunan dalam penelitian, analisis kasus negatif, teknik
triangulasi, menggunakan bahan referensi dan menggunakan member
check adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kapada
pemberi data (Sugiyono, 2011: 270).
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain, di luar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Denzin dalam

17

Moleong (2009:330) membedakan empat macam triangulasi sebagai
teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode,
penyidik, dan teori. Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan
ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya.
Patton dalam Moleong (1987:330-331) menjelaskan bahwa
triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek
balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui
waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal ini dapat
dicapai dengan jalan:
1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil
wawancara;
2) Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum
dengan apa yang di katakannya secara pribadi;
3) Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi
penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu;
4) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan
berbagai pendapat dan pandangan orang lain; dan
5) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan.
b. Keteralihan (Transferability)
Tranferabilitas atau keteralihan dalam penelitian kualitatif
dapat dicapai dengan cara “uraian rinci”. Untuk kepentingan ini
peneliti berusaha melaporkan hasil penelitiannya secara rinci. Uraian

18

laporan diusahakan dapat mengungkapkan secara khusus segala
sesuatu yang diperlukan oleh pembaca, agar para pembaca dapat
memahami temuan-temuan yang diperoleh. Penemuan itu sendiri
bukan bagian dari uraian rinci melainkan penafsirannya diuraikan
secara rinci dengan penuh tanggung jawab berdasarkan kejadiankejadian nyata.

c. Kebergantungan (Dependability)
Konsep ini merupakan konsep pengganti dari konsep reability
dalam penelitian kuantitatif. Reability tercapai bila alat ukur yang
digunakan secara berulang-ulang dan hasilnya sama. Dalam penelitian
kualitatif, alat ukur bukan benda melainkan manusia atau peneliti itu
sendiri. Yang dapat dilakukan dalam penelitian kualitatif adalah
pengumpulan data sebanyak mungkin selama penelitian. Suatu
penelitian dikatakan dependability apabila orang lain dapat mengulangi
atau mereplikasi proses penelitian tersebut. Dalam penelitian kualitatif,
uji dependability dilakukan dengan cara melakukan audit terhadap
keseluruhan proses penelitian. Caranya dilakukan oleh auditor yang
independen atau pembimbing untuk mengaudit keseluruhan aktivitas
peneliti dalam melakukan penelitian (Sugiyono, 2011:277).
d. Kepastian (Confirmability)

19

Pengujian confirmability dalam penelitian kualitatif disebut
dengan uji obyektifitas penelitian. Penelitian dikatakan obyektif
apabila hasil penelitian disepakati oleh banyak orang. Dalam
penelitian kulitatif, uji confirmability mirip dengan uji dependability,
sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan. Uji
confirmability adalah menguji hasil penelitian yang dikaitkan dengan
proses yang dilakukan. Apabila hasil penelitian yang dilakukan
merupakan fungsi dan proses penelitian yang dilakukan, maka
penelitian tersebut telah memenuhi standar confirmability. Uji
kepastian dapat diperoleh dengan cara mencari persetujuan beberapa
orang termasuk dosen pembimbing terhadap pandangan, pendapat
tentang hal-hal yang berhubungan dengan fokus penelitian, dalam hal
ini adalah data-data yang diperlukan (Sugiyono, 2011: 277).
G. Sistematika Penulisan Skripsi
Skripsi ini akan disusun dalam lima bab yang secara sistematis dapat
dijabarkan sebagai berikut:
BAB I

: Pendahuluan
Pendahuluan memuat tentang latar belakang, fokus penelitian,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, metode
penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.

BAB II

: Kajian Pustaka
Kajian pustaka memuat pengertian remaja, pengertian putus
sekolah, pengertian harapan dan tantangan.

20

BAB III : Paparan Data dan Temuan Penelitian
Paparan data dan temuan penelitian memuat deskripsi dan
kondisi lokasi penelitian Desa Ngemplak Kecamatan Windusari
Kabupaten Magelang, dan penyajian data hasil penelitian.
BAB IV : Pembahasan
Pembahasan berisi data tentang remaja putus sekolah antara
harapan dan tantangan.
BAB V

: Penutup
Penutup memuat kesimpulan dan saran.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Remaja Putus Sekolah
1.

Remaja
a. Pengertian Remaja
1) Remaja secara etimologi adalah mulai dewasa, sudah sampai
umur untuk kawin, muda, dan pemuda (KBBI).
Remaja adalah suatu tingkat, di mana anak-anak tidak lagi
anak, akan tetapi belum dipandang dewasa. Jadi, remaja adalah
umur yang menjembatani antara umur anak-anak dan umur
dewasa (Daradjat, 1976:28). Remaja adalah periode transisi
antara masa anak-anak ke masa dewasa, atau masa usia belasan
tahun, atau jika seseorang menunjukkan tingkah laku tertentu

21

seperti susah diatur, mudah terangsang perasaannya dan
sebagainya (Sarwono, 1997:2).
Remaja adalah suatu masa dari umur manusia, yang paling
banyak mengalami perubahan, sehingga membawanya pindah
dari masa anak-anak menuju kepada masa dewasa. Perubahanperubahan yang terjadi itu, meliputi segala segi kehidupan
manusia, yaitu jasmani, rohani, pikiran, perasaan dan sosial.
Biasanya dimulai dengan perubahan jasmani yang menyangkut
segi-segi seksuil, biasanya terjadi pada umur antara 13 dan 14
tahun. Perubahan itu disertai atau diiringi oleh perubahanperubahan lain, yang berjalan sampai umur 20 tahun. Karena
itulah maka masa remaja itu dianggap terjadi antara umur 13 dan
20 tahun (Daradjat, 1978:35-36).
Remaja adalah waktu manusia berumur belasan tahun.
Masa remaja adalah masa peralihan manusia dari anak-anak
menuju dewasa. Remaja merupakan masa peralihan antara masa
anak dan masa dewasa yang berjalan antara umur 11 tahun
sampai 21 tahun. Pada masa remaja manusia tidak dapat disebut
sudah dewasa tetapi tidak dapat pula disebut anak-anak
(Wikipedia, 2014:1).
2) Istilah Remaja dalam berbagai cakupan
a) Pengertian Remaja Menurut WHO

22

Tahun

1974,

WHO

dalam

Sarwono

(1997:9)

memberikan definisi yang lebih bersifat konseptual mengenai
remaja. Dalam definisi ini mencakup tiga kriteria yaitu
biologis, psikologis, dan sosial ekonomi. Menurut WHO,
remaja merupakan suatu masa di mana:
(1) Individu

berkembang

dari

saat

pertama

kali

ia

menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai ia
mencapai kematangan seksual;
(2) Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola
identifikasi dari anak-anak menjadi dewasa; dan
(3) Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi
yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.
WHO menetapkan batasan usia konkritnya adalah
berkisar antara 10 sampai 20 tahun. Kemudian WHO
membagi kurun usia tersebut dalam dua bagian yaitu remaja
awal 10 sampai 14 tahun, dan remaja akhir 15 sampai 20
tahun (Sarwono, 1997:9).
b) Pengertian Remaja Menurut Hukum
Konsep remaja baru berkembang setelah abad kedua
puluh, maka dalam berbagai undang-undang yang ada di
berbagai negara di dunia tidak mengenal istilah remaja.
Begitu pula di Indonesia, konsep remaja tidak dikenal dalam
undang-undang

yang

23

berlaku.

Dalam

hukum

perdata

memberikan batas usia 21 tahun (atau kurang asalkan sudah
menikah) untuk menyatakan kedewasaan seseorang. Bagi
seseorang yang berusia di bawah 21 tahun dan belum
menikah masih memerlukan wali dalam melakukan tindakan
hukum perdata. Pada hukum pidana, usia 18 tahun (atau
kurang, asalkan sudah menikah) merupakan batasan usia
dewasa seseorang. Anak-anak yang kurang dari 18 tahun
masih menjadi tanggung jawab orang tuanya jika melanggar
hukum pidana. Tingkah laku yang melaanggar hukum pun
tidak disebut sebagai kriminalitas, namun disebut sebagai
kenakalan.

Namun

jika

kenakalan

remaja

sudah

membahayakaan masyarakat dan patut dijatuhi hukuman oleh
negara, sedangkan orang tuanya tidak mampu mendidik
remaja tersebut, maka remaja tersebut menjadi tanggung
jawab

negara,

dan

dimasukkan

ke

dalam

lembaga

pemasyarakatan khusus anak-anak atau dimasukkan ke
lembaga rehabilitasi lainnya (Sarwono, 1997: 4).
Undang-undang lainnya juga tidak mengenal konsep
remaja, misalnya pada undang-undang kesejahteraan anak
(UU No. 4/1979), menganggaap semua orang yang berusia di
bawah 21 tahun dan belum menikah dianggap sebagai anakanak dan memiliki hak yang sama dengan anak-anak yang
lainnya (dalam hal perlindungan, pendidikan dan lain

24

sebagainya). Pada undang-undang lalu lintas menetapkan
batas 18 tahun untuk mendapatkan SIM A, 21 tahun untuk
mendapatkan SIM B1, dan 16 tahun untuk mendapatkan SIM
C. Undng-undang ini tidak memberikan perlakuan khusus
bagi mereka yang sudah menikah maupun yang belum
menikah. Pada undang-undang perkawinan, memberi batasan
usia minimal melakukan pernikahan yaitu untuk wanita 16
tahun, dan untuk laki-laki 19 tahun (pasal 7 UU No. 1/1974
tentang perkawinan). Meskipun demikian, jika usia remaja
belum 21 tahun, masih diperlukan ijin orang tua untuk
menikahkan orang tersebut (Sarwono, 1997: 5-6).

c) Pengertian Remaja Menurut Perkembangan Fisik
Seseorang dikatakan remaja jika ia sudah mengalami
perubahan biologis pubertas. Perubahan ini merupakan tanda
akhir masa anak-anak, yang berakibat pada peningkatan
pertumbuhan berat dan tinggi badan, perubahan dalam
proporsi dan bentuk tubuh, dan pencapaian kematangan
seksual. Pubertas dimulai dengan peningkatan tajam pada
hormon seks. Perubahan fisik ini mempengaruhi emosi yang
semakin sensitif dan suasana hati yang cepat berubah
(Sarwono, 1997:6-7).

25

Sarwono (1997:7) menyatakan bahwa, remaja dikenal
sebagai suatu tahap perkembangan fisik dimana alat kelamin
manusia mencapai kematangannya. Masa pematangan fisik
remaja wanita dimulai dengan haid pertama (menarche) yang
biasanya terjadi pada usia 11 sampai 15 tahun sedangkan pada
laki-laki saat pertama kali mengalami mimpi basah yaitu pada
usia 12 sampai 16 tahun.
d) Pengertian Remaja Menurut Psikologi Sosial
Csikzentimihalyi
(1997:10-11)

dan

menyatakan

Larson

dalam

bahwa,

remaja

Sarwono
adalah

restrukturisasi kesadaran. Artinya masa remaja merupakan
masa penyempurnaan dari perkembangan pada tahap-tahap
sebelumnya. Puncak perkembangan jiwa tersebut ditandai
dengan adanya proses dari kondisi entropy ke kondisi
negentropy. Entropy adalah keadaan di mana kesadaran
manusia belum tersusun rapi. Meskipun seseorang telah
memiliki banyak pengetahuan, perasaan dan lain-lain, namun
hal tersebut belum saling terkait dengan baik. Negentropy
adalah keadaan dimana isi kesadaran tersusun dengan baik,
sehingga pengetahuan yang dimiliki seseorang saling
berkaitan,

yang

akhirnya

mengakibatkan

orang

yang

bersangkutan merasa dirinya sebagai kesatuan yang utuh dan
bisa bertindak dengan tujuan yang jelas, sehingga bisa

26

mempunyai tanggung jawab dan semangat kerja yang tinggi.
Konflik dalam diri remaja yang sering kali menimbulkan
masalah

pada

remaja

tergantung

pada

lingkungan

masyarakatnya. Tekanan dan tuntutan dari masyarakatlah
yang dapat menimbulkan konflik dalam diri remaja, dan pada
akhirnya dapat menimbulkan krisis, maka masa remaja sering
disebut sebagai masa storm and stress (badai dan tekanan).
b. Usia Remaja
Sarwono (1997:14-15) menyatakan bahwa batasan usia remaja
di Indonesia tidak mudah dilakukan, karena Indonesia memiliki
banyak suku, budaya, dan tingkat ekonomi sosial yang beragam.
Namun sebagai pedoman umum, remaja dapat dibatasi dengan
batasan usia 11 sampai 24 tahun dan belum menikah dengan
pertimbangan sebagai berikut:
1) Usia 11 tahun
Pada usia 11 tahun, merupakan usia di mana pada
umumnya tanda-tanda seksual sekunder mulai nampak (kriteria
fisik). Usia 11 tahun dianggap telah akil baligh, baik menurut adat
maupun agama, sehingga masyarakat tidak memperlakukan
mereka sebagai anak-anak (kriteria sosial). Mulai adanya tandatanda penyempurnaan perkembangan jiwa seperti tercapainya
identitas diri, tercapainya fase genital dari perkembangan

27

psikoseksual, dan te

Dokumen yang terkait

Kehamilan Diluar Nikah dan Putus Sekolah di Kalangan Remaja Putri di Desa Patumbak 1 (Studi Kasus Pada Remaja Putri Desa Patumbak 1 Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang)

2 150 117

Pengembangan Karakter Kepribadian Anak Usia Dini (Studi Pada PAUD Islam Terpadu Di Kabupaten Magelang Tahun 2015)

0 1 22

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pembentukan Konsep Diri Remaja - Kehamilan Diluar Nikah dan Putus Sekolah di Kalangan Remaja Putri di Desa Patumbak 1 (Studi Kasus Pada Remaja Putri Desa Patumbak 1 Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang)

0 0 19

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Kehamilan Diluar Nikah dan Putus Sekolah di Kalangan Remaja Putri di Desa Patumbak 1 (Studi Kasus Pada Remaja Putri Desa Patumbak 1 Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang)

0 0 16

Kehamilan Diluar Nikah dan Putus Sekolah di Kalangan Remaja Putri di Desa Patumbak 1 (Studi Kasus Pada Remaja Putri Desa Patumbak 1 Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang)

0 0 9

PENGARUH KEHARMONISAN KELUARGA TERHADAP AKHLAK REMAJA (Studi Kasus pada Remaja Desa Glawan Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang Tahun 2010) - Test Repository

0 1 109

PELAKSANAAN KHUTBAH JUM’AT DI SEKOLAH DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBENTUKAN KESADARAN BERIBADAH (Studi Kasus di Sekolah Menengah Pertama Muhammadiyah 13 Wonosegoro Kabupaten Boyolali Tahun 2015) - Test Repository

0 0 105

Peningkatan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Materi Drama Melalui Strategi Pembelajaran Role-Playing Pada Kelas V SDN Windusari 2, Kecamatan Windusari, Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2015/2016 - Test Repository

0 1 132

PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN (Studi Kasus di Sekolah Menengah Assalihiyah, Thungphla, Khokpho, Pattani, Thailand Selatan Tahun 2015) - Test Repository

0 0 202

Pendidikan Agama Islam Pada Remaja Putus Sekolah di Dusun Ampelgading Desa Kenteng Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang - Test Repository

0 0 113