Adakah lnformasi Yang Bebas

KOGNISI
Majaiah Ilmiah Psikologi
2000, Vol. 4, No. I (Hal. 39 sld 44)

ISSN :0854-2880

GENERASI SHINCIIAN
Yadi Purwanto*
Fakultas Psikologi UMS
Hiburan bagi anak-anak adalah sebuah kebutuhan. la dapat dijadikan sarana untuk
pendidikan, misalnya adalah film kartoon TV. Film adalah modeltayangan yang
bersifat multimedia, yang menempati bentuk hiburan yang disukai oleh anak-anak.
Kualitas film ditentukan isi dan jenis informasinya. Sebagai sebuah hasil peradaban
informasi yang dikemas dalam film tidak selalu bebas nilai. Perbedaan tujuan dari
produser dengan pasar cukup mempengaruhi hasil akhir film tersebut. Demikian
juga perbedaan budaya asal pembuatan film tersebut dengan budaya pemirsa
dapat menjadi sebab terjadinya perbenturan nilai, yang tidak jarang bertentangan
dengan nilai-nilai luhur yang dianut oleh komunitas lain. Film kartoon Shinchan
yang akhir-akhir ini mengundang komentar dan keprihatinan dipandang sebuah film
hasil peradaban yang ditengarai berisi persoalan desakralisasi nilai-nilai agama. Hal
ini terlihat misal dari kata-kata kotor, jorok, kasar dan asbun kepada orang tua.

Dalam makalah ini akan dikaji "Generasi Shinchan", berdasarkan data-data polling
Jawa Pos dengan pendekatan Cultivation analysis, yakni sebuah metode yang
dapat digunakan untuk menganalisis akibat-akibat ideologis dan kultural
dari informasi massal terhadap anak-anak

Pendahuluan

kepada konsumen anak-anak. Segmentasi

Film "corek" atau kartoon memang disukai oleh anak-anak. Bukan saja kese-

pasar anak-anak pada era sekarang ini tidak
semata untuk tujuan pendidikan tetapijuga

suaian karakter animasi yang menarik me-

tujuan komersialisasi. Sebuah konsekuensi dari sistem kapitalisme dalam dunia me-

lalui perpaduan wama tetapi juga rangkaian cerita. Banyak ragam cerita mulai
dari fiksi ilmiah hingga dunia ghaib. Dengan kata lain dunia film kartoon ingin


dia.

rnenggambarkan realitas dunia yang gegap

dampaknya pun tentu bukan persoalan satu
atau dua keluarga, melainkan sebuah generasi. Oleh sebab itu, mengkritisi informasi

gempita. Film kartoon menjadi menarik
karena ia mampu menggambarkan konsep
yang abstrak menjadi gambaran (visual)
dan juga suara (audio) yang menarik. Film
kartoon dapat menjembatani antara dunia
luar dengan dunia diri anak. Dalam teori
kornunikasi film adalah media yang dipilih
dengan mengemas pesan yang dimaksudkan. Film kartoon adalah media yang dipilih untuk menyampaikan pesan produser
+ Yacii Purwa,,o adalah stafpengajar pada Fakultas Psikologi
Universitas Muhanimadiyah Surakarta.

39


Dalam kemasan media massa yang luar
biasa meluas dan memasyarakat, maka

yang disajikan oleh televisi patut terus dilakukan oleh masyarakat. Tanpa sikap kritis, maka sama artinya kita menyerahkan
generasi kini untuk menjadi santapan kapi-

talisme informasi yang cenderung bebas
nilai.
Beberapa media tanah air mengangkat
tulisan khusus berkaitan khusus dengan
fenomena perilaku Shinchan. Solopos
mengangkat rubrik khusus, demikian juga
KOGI\I"ISI

YADT PURWANTO
dengan Jateng Pos mengangkat surat- surat dapat dihindari pula adanya pergeseran anp.,ribu.u dengan tema'iA,nikku Shinchan" tara nilai-nilai sosial budaya dengan.sasa-

yung ,ungat-diminati pembaca karena ran ekonomi-komersial. Lebih lanjut ia
..,igungfupkan penguiamun orang tua mencurigai pula adanya kepentingan apa

atau-keliarga tentanglkenakalan si kecil dan untuk siapa sebuah media massa didalam keseharian

mereka.

hadirkan.

Mc Luhan (dalam Rakhmat, 1996) menyatakan bahwa informasi melalui media
adalah pesan yang dikemas merupakan
antara
Shinchan
rakat terhadap perilaku
lain 63,Zo/otingkahlakunya lucu dan kon- kepanjangan alat indra: pidato adalah peryol; 22,5%o menggemaskan dan mence- panjangan suara, media cetak perpanjungmaskan (akibat); 7,loh tettarik karena an penglihatan, radio perpanjangan pendengaran, dan televisi perpanjangan alat
sLlaranya yang unik dan khas; 3,87o gambar
indra peraba. Masing-masing media bertamcrayonnya mencolok dan bentuknya
beda dalam memberikan pengaruh. Media
bun; dan 3,3o/o tertarik karena kejorokaniisan melahirkan ikatan sosial yang erat,
nya.(Jawa Pos, 2001)
media cetak menimbulkan indiv idualisme,
Terlepas dari pro-kontra masyarakat
dan televisi menyebabkan demokrasi koterhadap film tersebut, tulisan ini dimaklektif. Mc Luhan menegasakan bahwa mesudkan mengungkap secara kualitatif dammelahirkan global village,

pak dari saj'ian film (khususnya film diatelevisi akan
dimana orang-orang di seluruh dunia berShinchan sebagai studi kasus) bagi pembagi pengalaman dan gagasan secara serbentukkan generasi bangsa di masa depan.
entak. Televisi juga merangsang seluruh
Dengan sedikit hiperbolis mungkinkah
alat indra, mengubah persepsi dan akhirdampak fiim tersebut melahirkan generasi
nya mempengaruhi Perilaku audien.
Shinchan? Dalam konotasi Sinchan sebaInformasi selalu berhubungan dengan
gai anak kurang ajar dan bandel, tentu bertentangan dengan larangan mengatakan pranata sosial. Setiap masyarakat mem"up" (ah, dasar, euuh. uh, cis) daiam norma punyai serangkaian penjelasan tentang realitas, yan/3 merupakan gambaran terpadu
agama lslam (sebagaimana pula perintah
homogen tentang apa yang ada, apa
dan
Qs.31:14 Qs. l9:14; Qs.46:17).
yang penting, apa yang berhubungan dengan apa, dan apa Yang benar. SetiaP
Tinjauan Teoretis dan Faktual
masyarakat berusaha menanamkan sejenis
Adakah lnformasi Yang Bebas peraturan
yang menetapkan apa yang boNilai?
boleh. Inilah yang
dan
apayangtidak

leh
Mc Quail (1989), mengatakan bahwa
ideologi.
sebagai
disebut
komurnikasi massa merupakan lanjutan
Ideologi itu melahirkan dirinya dalam
pranata sosial baru. Pada era modern komunikasi membawa damPak normatif bentuk teks, pesan-pesan yang diproduksi
lembaga-lembaga sosial (termasuk produbaru. Ia mengungkapkan adanya pranata
teknologi baru sebagai ideologi. Padadera- ser film) dan tampak pada proses komunijat tertentu media massa membawa kebe- kasi. Distribusi pesan menciptakan lingkungan simbolis. Sebagaimana ditegaskan
basan publik untuk berpendapat, sekaligus
oleh Luc van Poecke (dalam Rakhmat,
j uga memberi kontrol publik. Namun tidak
Kesan awalyang dapat ditangkap adalah terjadinya kombinasi persepsi masya-

KOGNISI

40

1996) "Ideola


all ts consequ
dia and tbot
Televisiadala
ideal. Televi:
menjadi sant
keluarga dari
ia sedang tid
pada dasarnl

tersembunf i
yang terjadi. i
bagai kejadia
an-hubungan
tara kejadian-

Media int
levisimenjad:
anak, guru bar
pin spiritual 1

paikan nilai-n
lingkungan. I
fungsi menarl

TelevisiC
imitasi perilal

(penularan ku
penonton untl
ditayan_ekan-

terutama pada

rut teori
(I

mu

981 ) orang


r

informasi 1an
selalu mena\ E
nonton centler
lah perilaLu r:
rakat.

Denean de

masi sebagai
ngarai adanla
ngan kata laln

Dalam nrii

tode cultil'atw
yang mengaru
man ideolog:r c


dalam hal ini

4l

I

GENERASI SHINCHAN
".996)

"Ideologt develops mainly, andwith
-i!i ts consequences, through the mass me:iia and throug television in particular".
Televisi adalah mesin ideologi yang paling
ideal. Televisi memasuki setiap rumah,
menjadi santapan rutin semua anggota
keluarga dari mulai bangun tidur hingga
ia sedang tidur. Para produser informasi
pada dasarnya mempunyai'kurikulum'
tersembunyi yang menggambarkan apa
i'ang terjadi, apa yang penting dalam berbagai kejadian, dan menjelaskan hubungan-hubungan serta makna yang ada di antara kejadian-.kejadian itu.
Media informasi lainnya, terutama televisi menjadi orang tua kedua bagi anakanak, guru bagipenontonnya, dan pemimpin spiritual yang dengan halus menyampaikan nilai-nilai dan mitos-mitos tentang

lingkungan. Dalam hal ini ideologi berfungsi menanamkan ideologi.
Televisi dapat berperan sebagai media
imitasi perilaku. atau cultural contagion
(penularan kulutral), yaitu kecenderungan
penonton untuk meniru perilaku apa yang
ditayangkan, hal ini akan semakin besar
terutama pada "penonton maniak". Menurut teori mainstreaming dari Gerbner
( l98l ) orang akan semakin mengikuti arus
informasi yang disajikan. Apabila televisi
selalu menayangkan kekerasan maka penonton cenderung menganggap seperti itulah perilaku yang layak ada dalam masyarakat.
Dengan demikian hampir semua informasi sebagai hasil peradaban dapat ditengarai adanya nilai-nilai tertentu, atau dengan kata lain informasi tidak bebas nilai.

Dalam tuiisan ini akan digunakan melode cultivation analysis, yaitu pendekatan
yang menganalisis akibat-akibat penanaman ideologi dari sebuah sajian informasi,
dalam hal ini film Shinchan.

4l

Shinchan mendobrak Nilai
Bagaimanapun tayangan informasi
yang luas dan gegap gempita, apalagi dirancang unfuk memperoleh markzt share,
tentu dipublikasikan dengan perancangan
memenangkan persaingan. Jumlah penonton yang banyak menunjukkan gengsi sebuah media. Dalam upaya tersebut tidak
jarang pihak pengusaha tidak mengindahkan nilai atau moral, bahkan membiarkan
proses perubahan nilai masyarakat ke arah
yang semakin menguntungkan bisnis, yakni semakin konsumeris, semakin maniak
dan menjadi pemirsa-berat.
Dampak media massa dijelaskan oleh
Klapper ( I 990) dapat berupa: a) perubahan
yang diinginkan (konversi). b) perubahan
yang tidak diinginkan. c) perubahan kecil.
d) memperlancar perubahan. d) memperkuat apayang ada. e) mencegahperubahan.
Ia menegaskan bahwa perubahan-perubahantrsebut tidak lepas dari nilai dan ideologi yang dianut oleh pemegang media.

Informasi memililiki peran yang besar
dalam membentuk kepribadian (Ge1bner,
1978). Sebagai misal penelitian perilaku
menonton film yang mengandung agresivitas ternyata memiliki pengaruh terhadap
perilaku penontonnya, semakin agresif
film yang ditonton semakin agresif pula
perilaku anak. Semakin sering menontonnya semakin tinggi pula frekuensi agresivitasnya. Meskipun penelitian tersebut dilakukan pada subyek remaja, namun dapat
diq iyaskanpada penonton anak-anak. Bila
remaja yang sudah memiliki akal untuk
mengolah informasi secara relatif sadar dapat dipengaruhi, tentu pada anak-anak pengaruh tersebut akan semakin besar. Hal
tersebut didukung dengan penelitian Baron dan Byrne (1979), bahwa hampir 90%
anak-anak yang menonton film bertema-

KOGhIISI

YADI PURWANTO
kan kekerasan akan meniru perilaku terse-

but.
Pementasan film kartoon pada anakanak tentu membawa dampak ikutan, seperti imitasi. Masyarakat tentu mengharapkan dampak positif yang diperoleh oleh
anak-anak mereka. Lantas bagaimana dengan film kartoon Shinchan? Sebuah polling media massa, menunjukkan bahwa
tingkat kekerasan film anak-anak Shinchan ternyata lebih tinggi dibandingkan
film laga untuk orang dewasa. Berdasarkan
polling (Jawa PosJ7lA4l200l ), menunjukkan fenomena kekerasan film Shinchan.

Persepsi penonoton menunjukkan film
yang dinilaipaling keras adegannya adalah
Shin Chan (20,0o ), menyusul Darah dan
Cinta (18,2o ), kemudian The X-files
(14,50 ) dan lainnya (47,3%)
Berdasarkan polling yang sama (Jawa
Pos, 2001) ternyata film Shinchan bukan
unt*k konsurnsi anak-anak balita sebagaimana diniatkan oleh penayang. Hal tersebut nampak dari hasil poliing, 52,2o/opem'
baca Jawa Pos menyatakan bahwa yang
pantas menjadi konsumen Shinchan adalah remaja, 23,3o menyatakan Shinchan
boleh ditonton oleh semua umur, 12,2o/o
mengatakan cocok untuk orang dewasa.
Hanya 3,3Yo yang menYatakan bahwa
Shinchan pantas ditonton oleh anak'anak.

Pembahasan
Dari apa yang diungkapkan oleh pemirsa yang diperoleh berdasarkan polling
pembaca Jawa Pos tersebut, dapat dinyatakan bahwa: pertama, tayangan Shinchan

dipersepsi sebagai mengandung kekerasan, atau setidaknya termasuk film dengan
muatan agresivitas dengan tingkat kualitas
yang cukup tinggi, hal ini justru dinilai
oleh pemirsa dewasa yang lebih dapat
membedakan perbuatan tersebut baik atau

KOGNISI

buruk. Kedua, tayangan Shinchan dianggap tidak cocok untuk anak-anak tetapi
untuk remaja ke atas. Artinya kualitas isi
dan pesan serta informasi yang disajikan
dalam tayangan Sinchan tidak sesuai dengan daya nalar anak-anak, atau telah terjadi ketidaksesuaian antara muatan film
dengan tujuan sasaran penonton. Hal ini
akan berakibat kesalahpahaman anak terhadap informasiyang disajikan dalam film
tersebut.

Akhirnya, dapat disimpulkan bahwa
dalam film Shinchan tersebut terdapat:
a) Pertentangan nilai antara nilai-nilai
tradisional masyarakaVkeluarga Indonesia dalam mengasuh anak, yakni seperti sopan santun, hormat anak pada
orang tua. Nilai-nilai tersebut secara
mendasar telah menjadi bagian dari nilai immanen masyarakat Indonesia.
b) Sikap moderasi terhadap gejala "kekurangsopan&n" anak dengan argumentasi, hal tersebut sebagai perbuatan
Shinchan yang wajar sebagai anak ke-

cil, kelucuan dan juga kreativitas.
nilai yang dianut
Dengan kata
keluarga.
sebagian
oleh
lama keperubahan
nilai
lain te'dapat
juga
dengan
pada nilai baru, demikian
pola asuh khususnya dalam pendidikan
moral. Perubahan tersebut tidak berarti
dariburuk ke baik, melainkan juga bisa
terjadi perubahan dari baik ke buruk.
d) Proses transfer pengetahuan melalui
film tersebut, tentang realitas baru dunia anak pada dekade terakhir di

c) Proses perubahan

masyarakat, ryalaupaun film Sinchan
tidak sepenuhnya mewakili karakteristik anak Indonesia, usia balita. dengan
adanya informasi tersebut, keluarga
dapat membandingkan sejauh mana
"keshinchanan" anaknya.

e)

Fenomen
sebut seh

gi

sebagii

dapi pem
menghad:

katkan ke
Sebagai i

0

kan perilr
ukur bagi
Shinchan

Orang tua
memang kura

kesempatan

pingan anak.
Tugas selelu
tugas LSF iL,

peranan telse

nuhnya dilak
mentari oleh I
Lembaga Kc
persoalan bur
penayan_ean

f

ran para da'i-

pemerhatipel
las murahan. t
hiburan daripi
mimpi dan rn

Dari kepn
terselubung i
ideologi kapi
man dan tala

rung materiaj
sumerisme. I
lam produbi
batas moral
manusia r a::r
Denean,Jr

nah bebas sar
laupun dibut
kan:

l)

Produser
nah lepas
pandanear

a

43

,

-\

GENERASI SHINCHAN

:

ieiumena telah dijadikannya film ters.ei ur sebagai

referensi atau contoh bag: sebagidn orang tua untuk mengha-

alam dan kehidupan. Cara pandang
yang salah tentang ketiganyajuga akan

melahirkan pemikiran, buah karya
yang keliru. Demikian yang dinyatakan oleh Annabhani (2000). Dalam beberapa kasus ada kesengajaan ideologi
: Sebagai hiburan keluarga dan dijaditertentu untuk melakukan upaya deiskan perilaku Shinchan sebagai tolok
lamisasi dalam segi moral dan juga
ukur bagi anaknya: agarjangan seperti
pemikiran kepada komunitas ideologi
Shinchan" dalam kenakalannya.
lain.
Orang tua di Indonesia pada umumnya
2) Terdapat perbenturan peradaban, yang
::emang kurang memiliki kemampuan dan
mau tidak mau ideologi tetap berperan
resempatan untuk melakukan pendambesar dalam upaya memenangkan per:ingan anak-anaknya ketika menonton.
saingan peradaban di era milenium.
Tugas seleksi film sebenarnya menjadi
Dalam hal ini budaya tertentu coba ditugas LSF (Lembaga Sensor film), namun
tawarkan dan diadopsi oleh peradaban
reranan tersebut nampaknya belum sepelain. Baik dengan motivasi kapitalisme
ruhnya dilakukan. Hal itu pernah dikoataupun sekedar ingin unggul dalam
mentari oleh berbagaipihak seperti halnya
konstalasi budaya secara internas ional.
Lembaga Konsumen Indonesia. Bahkan
Dalam hal ini Budaya Jepang atau
persoalan buruknya kualitas perfilman dan
China dihadapkan dengan Kapitalisme
penayangan film kita sering menjadi cibiBarat (Hutington (1997) sebagaimana
ran para da'i, guru, orang tua atau bahkan
disinyalir oleh Marzu q (1997) sebagai
pemerhati pefilaku ditanah air sebagai keghazwul filcri (perang pemikiran).
las murahan, terlalu hedonis, terlalu berbau
3) Terdapat kesenjangan budaya. Meskihiburan daripada pendidikan, menawarkan
pun sekarang ini telah memasuki era
mimpi dan merusak moral.
globalisasi, tetapi terdapat perbedaan
nilai-nilai budaya yang cukup signifiDari keprihatinan tersebut sebenamya
kan. Dalam hal ini Film dan kisah Shinterselubung betapa dahsyatnya peranan
chan merniliki budaya lokal tertentu
ideologi kapitalisme dalam dunia perfilyang berbeda dengan budaya dan moman dan tayangan film kita yang cenderal orang Indonesia. Karenanya film
rung materialisme, hedonis dan juga konatau cerita Shinchan tidak lepas dari
sumerisme. Tujuan+ujuan ekonomis daadanya kontradiksi antar budaya. Bahlam produksi film telah melampaui bataskan dapat dikategorikan akulturasi bubatas moral dan pembentukan generasi
daya untuk menghindari istilah intermanusia yang lebih beradab.
vensi budaya.
Dengan demikian informasi, tidak per4)
Sebagai konsekuensi logis dari era kenah bebas dari kepentingan ideologi, wabebasan
infromasi yang tidak lagi diIaupun dibuat senetral mungkin, dikarenabatasi
oleh
sekedar aturan ataupun
kan:
himbauan moral. Melalui mekanisme
l) Produser atau penulis cerita tidak perpasar bebas dan juga opened slq,t mennah lepas dari latar belakang budaya,
jadikan niscaya masuknya informasi
pandangan hidupnya tentang manusia,
baik atau buruk. Dalam hal ini kecuri-

iapi

permasalahan serupa, seperti trik
n"ienghadapi kenakalan, atau meningkatkan kesabaran para orang tua.

43

KOGhrlSI

YADI PURWANTO
didahidup
perlukan sebuah kecerdasan
iam memasuki dunia cYberworld.

gaan ideologi menjadi nisbi, karena

Penutup
Sebuah karya media masa, aPalagi

PE

Mujtaia Al IslamiYah' Be\rut:

film

bukan saja sebagai buah karya kreativitas
melainkan juga tak terlepas dari nilai-nilai
budaya, kepentingan bisnis bahkan ideo-

logi dari para keator, produser, distributor
dan penayangnya.
Pemutaran film Shinchan ataupun penuiisan melalui komiknya membawa perubahan nilai para pemirsa khususnya
anak-anak. Tanpa pendampingan yang
memadai akan melahirkan generasi shinchan dalam makna yang negatif, yakni:
kurang ajar, berani pada orang tua, jahat
pada orang lain, nakal dan agresif. Sedangkan nilai-nilai kreatif, lucu, berani, spontan, cerdik, inisiatif akan terkubur dalam
kemasan cerita yang bercampur aduk'
Orang dewasa yang menonton mungkin
meraiu Iucu dan terhibur, seperti layaknya
mengenang masa kecil mereka, tetapi hal
tersebut akan dimaknakan lain oleh anak
kecil yang lebih besar sifat imitasinya'
Pendampingan orang tua menjadi penting'
Akan tetapi, melihat budaya pemirsa orang
tua di lndoensia rasanya masih jauh dari
kesadaran pendamPingan.

tugas Lembaga sensor
film, Lembaga konsumery televisi. penayang dan jr"rga masyarakat luas untuk terus
melikukan kritisi terhadap setiap sajian
informasi. Semoga "generasi Shinchan"
yang berkonotasi buruk bukanlah kenyataan masa depan anak cucu kita.
SLrdah n-renjadi

Daftar Pustaka

Assuyuti Jalaluddin, tth- Al-Qt4r'anulkarim. Beirut : Dar-el fkiri.
Annabhani Taqiyuddin. 1987. Nidzamul

DarulUmmah.
Baron, R. A. & D. Byrne. 1979' Soc-t-al
Psychologt: (Jnderstonding Human Inteiacflor. Boston: Allyr-r an

Dernasa,:

Bacon, Inc.

QOFrrntfl2,

tJie:

Mc Quail Dennis. 1989. Mass Communication Theory. Second edition
(Teori Komunikasi Massa: terjemahan Agus Dharma, Aminudin
Ram). SurabaYa: Erlangga'
Gerbner, George. 1978. Cultural indicators: Violence Profile. Journal of
CommunicationNo. 9.
Samuael, P. 1997 . Clash .of
Hutington,
- Civilizatioz.
New York: Prentice
Hall
Klapper, J. 1990. The Effects-o{ lvlass
Comunication. New York: Free
Press

Marzuq Abdul Shabur. 1997 ' Al

Ghazwatul Filcri- Cairo: Rabithah
al 'alam al Islami
Rakhmat Jalaluddin. 1996. Psikologi
Kt munikasi. Edisi KesePuluh'
Bandung: Rosda Karya
Solopos, Edisi 4 Maret 2001.

Jawa Pos, Edisi 15 APril2001'
Www. Jawapos.com. Cari: tulisan "Shinchani' edisi 01-01-2001 hingga

M^'

rng.|.,f,e-

(J:a-J-..
\Jr,

Selain i'
a(an :er-(E

:

t:asi

!

Pendahult
Peinb

i;:

menda*:k,
remaia:e:,*
Iuk rner::,:Ciker.ai ;e:

\lanus:.: S.
'i;:e::-

nr ak

\lanusra::.-

ka:: r;: :.:Ulli*r l]r3I i

...^.--...-

.rl. Li.-^=-\C J
-t.^-------d.A..ir !.1-i." r.
\n-

20-04-2001

Www.tcp.c oml 1ly I crayon/shinchan'htm'

;=.=

iinca( :

?i

-

bali rnenu:nl inrp,'anl :
kolah. Ter-a

"

kerasan

tr-r

nuhal. u:-a
rapa Llknun
'\arr\ P:.:rrra

Ulll\3ts::e5 l.'J-a
meng3j::: , :(':.!3-t

KOGNISI

44

{5

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Lama Pemeraman Terhadap Mutu Fisik, Mutu Fisiologi, dan Mutu Biokimia Kecambah Kedelai (Glycine max [L.] Merill) Varietas Argomulyo dan Dena 1 Yang Telah Mengalami Kemunduran

0 0 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Respon Tanaman Cabai Terhadap Pupuk Npk Majemuk Yang Diaplikasikan Secara Langsung Melalui Tanaman

0 0 8

40 BAB III HUBUNGAN HUKUM YANG TERJADI DALAM SITUS TOKOPEDIA A.Hubungan Hukum Yang terjadi Di Dalam Situs Tokopedia

0 0 23

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Distribusi Maloklusi Skeletal Klas I, II dan III Berdasarkan Index of Orthodontic Treatment Need Pada Pasien Periode Gigi Permanen Yang Dirawat di Klinik PPDGS Ortodonti RSGMP FKG USU

0 0 19

1. Pengadaan alat tulis - Profil Kuman dan Resistensi Antimikroba Pada Flora Cavum Nasi Petugas Laboratorium RSUP Haji Adam Malik Yang Bekerja Ke Bangsal Dan Yang Tidak Ke Bangsal

0 0 35

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Kesejahteraan - Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesejahteraan Petani Padi di Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat

0 1 12

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Kerja Tenaga Kerja Terdidik Pada Dunia Perbankan (Studi Kasus : PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk Kantor Unit di Kota Kabanjahe)

0 0 19

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Kerja Tenaga Kerja Terdidik Pada Dunia Perbankan (Studi Kasus : PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk Kantor Unit di Kota Kabanjahe)

0 1 10

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Kerja Tenaga Kerja Terdidik Pada Dunia Perbankan (Studi Kasus : PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk Kantor Unit di Kota Kabanjahe)

0 0 10

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Preferensi Konsumen Terhadap Teh di Kabupaten Klaten

2 2 80