View of ANALISIS PENGARUH KOMITMEN AFEKTIF, KONTINYU DAN NORMATIF TERHADAP KINERJA DENGAN DISIPLIN KERJA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

ANALISIS PENGARUH KOMITMEN AFEKTIF, KONTINYU DAN NORMATIF TERHADAP KINERJA DENGAN DISIPLIN KERJA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

Titik Nurbiyati

Fakultas Ekonomi UII, email: titiknurbiyati@yahoo.co.id

Kunto Wibisono

Alumnus Fakultas Ekonomi UII, email: kuntowibisono25@yahoo.com

Abstract

This study aims to analyze the influence of organizational commitment indicated by the affective, normative and continuous commitment on employees performance, that is intervened by work discipline. Sampling methods uses census which results in 154 final samples. Instrument validity was measured using pearson product moment correlation, while its reliability was measured using cronbach alpha. Data were analyzed using multiple regression and path analysis. The results show that the affective, normative and continuous commitment positively affect employees’ performance and work discipline, either partially or simultaneously. Meanwhile, work discipline positively affect on employees’ performance. It is ultimately found that the indirect effect of commitment on the performance through the work discipline is greater than the direct effect of commitment on the performance.

Keywords: commitment (affective, normative, continuous), discipline and employee performance

PENDAHULUAN

Sumber daya manusia (SDM) merupakan mereka memberi kontribusi kepada organisasi tulang punggung dalam menjalankan roda

antara lain termasuk kuantitas output, kualitas kegiatan operasional suatu perusahaan. Masalah

output, jangka waktu output, kehadiran di tempat sumber daya manusia masih menjadi sorotan

kerja dan sikap kooperatif. Hasil penelitian utama bagi setiap perusahaan untuk tetap

Setyaningdyah et al.,(2013) menyatakan bahwa bertahan di era global. SDM mempunyai peran

disiplin dan komitmen berpengaruh signifikan utama dalam setiap kegiatan perusahaan, untuk

terhadap kinerja karyawan. Komitmen organisasi itu harus disiapkan secara m aksim al.

adalah tingkat sampai dimana seorang karyawan Kemampuan SDM yang telah dimiliki oleh

yakin dan menerima tujuan organisasional, serta perusahaan harus terus diasah melalui suatu

berkeinginan untuk tinggal bersama organisasi pelatihan, kompetensi dan disiplin agar dalam

tersebut. Berbagai studi penelitian menunjukkan perusahaan mempunyai komitmen untuk terus

bahwa orang-orang yang relatif puas dengan m eningkatkan kinerjanya dan m am pu

pekerjaannya akan sedikit lebih berkomitmen menciptakan kualitas. Mathis dan Jackson

terhadap organisasi. Komitmen menurut Mayer (2006) mengatakan bahwa kinerja karyawan

dan Allen (1997) dibagi menjadi tiga komponen, adalah yang mempengaruhi seberapa banyak

yaitu komitmen afektif, kontinyu dan normatif.

21

JURNAL KAJIAN BISNIS Vol. 22 No. 1 JANUARI 2014

-JU

22 JURNAL KAJIAN BISNIS Vol. 22 No. 1 JANUARI 2014

Kusum astuti dan Nurtjahjanti (2013) mengemukakan bahwa karyawan dengan komitmen afektif benar-benar ingin menjadi pegawai di perusahaan yang bersangkutan, sehingga memiliki rasa keinginan yang lebih tinggi untuk menggunakan usaha optimal demi tercapainya tujuan perusahaan. Oleh karena itu karyawan yang memiliki komitmen afektif terhadap organisasi menjadi sangat penting karena dengan komitmen afektif yang tinggi akan meningkatkan kinerja karyawan berdasarkan rasa cintanya terhadap perusahaan dan akan mempengaruhi perkembangan perusahaan. Karyawan yang memiliki komitmen kontinyu yang kuat dikarenakan mereka harus tinggal bersama organisasi karena kebutuhannya terhadap organisasi. Menurut Mayer dan Allen (1997) komitmen kontinyu berkaitan dengan kesadaran seorang karyawan bahwa m ereka akan m engalam i kerugian jika m eninggalkan organisasi. Komitmen normatif menggambarkan perasaan keterikatan untuk terus berada dalam organisasi. Karyawan dengan komitmen normatif yang tinggi akan terus menjadi anggota dalam organisasi karena merasa dirinya harus berada dalam organisasi tersebut.

Disiplin merupakan faktor yang sangat penting dalam mendorong pertumbuhan suatu perusahaan, dengan adanya disiplin akan m em otiv asi para karyawan untuk dapat mendisiplinkan diri sendiri untuk menyelesaikan tugas-tugasnya. Menurut Regina (2010) disiplin kerja harus dimiliki oleh setiap karyawan perusahaan dan harus dibudayakan di kalangan karyawan, sehingga dapat m endukung tercapainya tujuan organisasi karena merupakan wujud dari kepatuhan terhadap aturan kerja dan juga sebagai tanggung jawab diri terhadap perusahaan. Dalam penelitian sebelumnya Setyaningdyah et al., (2013) menyatakan bahwa disiplin kerja berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja karyawan. Hasibuan (2005) mengemukakan bahwa terdapat tiga pendekatan untuk meningkatkan disiplin yaitu disiplin perspektif, disiplin korektif, dan disiplin progresif. Disiplin perspektif adalah kegiatan untuk

mendorong karyawan menaati standar dan peraturan sehingga tidak terjadi pelanggaran. Disiplin korektif adalah tindakan yang dilakukan untuk mencegah supaya tidak terulang kembali, sehingga tidak terjadi pelanggaran pada hari-hari selanjutnya, sedangkan disiplin progresif adalah kesalahan yang sama akan mengakibatkan hukuman yang lebih berat. Menurut Naja (2013) disiplin korektif merupakan disiplin yang dimaksudkan untuk menangani pelanggaran terhadap aturan-aturan yang berlaku dan memperbaikinya untuk masa yang akan datang. Penelitian ini mengacu pada penelitian Memari et al., (2013) dengan judul “The Impact of Organizational Commitment on Employees Job Performance.” Perbedaan dengan penelitian Memari terletak pada variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah komitmen organisasi (komitmen afektif, komitmen kontinyu, dan komitmen normatif) dan disiplin (disiplin perspektif, disiplin korektif, disiplin progresif) sebagai variabel intervening. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah m engetahui dan menganalisis pengaruh komitmen (afektif, kontinyu dan normatif) terhadap kinerja dan juga terhadap disiplin kerja baik secara parsial maupun simultan, mengetahui dan menganalisis pengaruh disiplin kerja terhadap kinerja, mengetahui lebih besar mana pengaruh secara langsung komitmen organisasi yang terdiri dari komitmen afektif, komitmen kontinyu dan komitmen normatif terhadap kinerja karyawan dengan pengaruh tidak langsung komitmen (afektif, kontinyu dan normatif) terhadap kinerja melalui disiplin kerja.

KAJIAN PUSTAKA Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu terkait disajikan pada tabel 1.

ANALISIS PENGARUH KOMITMEN AFEKTIF, KONTINYU DAN NORMATIF TERHADAP KINERJA DENGAN DISIPLIN KERJA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

TITIK NURBIYATI & KUNTO WIBISONO

Tabel 1 Penelitian Terdahulu

Peneliti dan Judul

Variabel

Hasil

Indi Djastuti (2010)

Organizational Commitment has The Influence Of Job

Dependent: Job Satisfaction,

a significant positive effect on Characteristics On Job

Organizational Commitment And

employee performance Satisfaction,Organizational

Managerial Performance

Independent: Job Characteristics

Commitment And Managerial Performance Memari et al , (2013)

Organizational Commitment The impact of Organizational

Dependent: Employees Job

(Affective, Normative, Commitment on Employees

Perfomance Independent:

Continuance) has a significant Job Performance

Organizational Commitment,

Komitmen afektif, Normativ

positive effect on employee

performance. Febiningtyas and Ekaningtias

Commitment, Komitmen kontinyu

Work Discipline partially has (2014)

Dependent: Employees

significant effect on Employee The effect of leadership,

performance Independent:

Performance motivation, and work

leadership, motivation, and work

discipline

discipline on the employees’ performance of finance section in the regional working Unit in Tulungagung regency Widyaningrum (2011)

Organizational commitment Influence Of Motivation And

Dependent: Organizational

significantly influence the culture On Organizational

Commitment and

Commitmen And

performance of employees Performance ofemployee Of

Performanceofemployee

Independent: Motivation And

Medical Service

culture

Setyaningdyah et al, (2013)

Dependent: Work Discipline, Job

There is significant linear

relationship of organizational The Effects of Human

Satisfaction and

commitment and work discipline Resource Competence,

Employee’sPerformance

in influencing employee‟s Organisational Commitment

performance and Transactional Leadership

Independent: Organizationnal

Commitment and Transactional

on Work Discipline, Job

Leadership

Satisfaction and Employee’s Performance

Agung Prihantono (2012)

Dependen: Kinerja Sumber Daya

Displin dan komitmen

berpengaruh positif signifikan Peningkatan Kinerja Sumber

Manusia

Daya Manusia Melalui

terhadap kinerja Motivasi, Disiplin, Lingkungan

Independen: Motivasi, Disiplin,

Lingkungan Kerja, Dan

Kerja, Dan Komitmen

Komitmen

Komitmen organisasi (2013)

Muhammad Kurniawan

Dependen: Kinerja Organisasi

Publik

berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja organisasi

Pengaruh Komitmen

Independen: Komitmen

publik.

Organisasi, Budaya

Organisasi, Budaya Organisasi,

Organisasi, Dan Kepuasan

dan Kepusasan kerja

Kerja Terhadap Kinerja Organisasi Publik

Andi Setiawan (2011)

Dependen: Kinerja

Komitmen Afektif, kontinyu, dan normative berpengaruh positif

Analisis Pengaruh Komitmen

terhadap kinerja afektif, Komitmen kontinyu,

Independen: Komitmen Afektif,

Komitmen Kontinyu, dan

dan Normatif Terhadap

Komitmen Normatif

Kinerja

JURNAL KAJIAN BISNIS Vol. 22 No. 1 JANUARI 2014

-JU

ANALISIS PENGARUH KOMITMEN AFEKTIF, KONTINYU DAN NORMATIF TERHADAP KINERJA DENGAN DISIPLIN KERJA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

Andi Setiawan (2011)

Dependen: Kinerja

Komitmen Afektif, kontinyu, dan normative berpengaruh positif

Analisis Pengaruh Komitmen

terhadap kinerja afektif, Komitmen kontinyu,

Independen: Komitmen Afektif,

Komitmen Kontinyu, dan

dan Normatif Terhadap

Komitmen Normatif

Kinerja Armanu dan Madayanti

Komitmen Afektif memiliki (2012)

Dependen: Kinerja Pegawai

hubungan yang positif dan

signifikan terhadap Pengaruh Pemberdayaan

Independen: Pemberdayaan

Psikologis dan Komitmen Afektif

Psikologis dan Komitmen kinerja pegawai Afektif terhadap Kepuasan Kerja dan Kinerja Pegawai

Pengembangan Hipotesis

normatif, dan kontinyu) memiliki pengaruh positif

Komitmen (afektif, normatif dan kontinyu)

signifikan terhadap kinerja karyawan. Individu

berpengaruh positif terhadap kinerja

dengan komitmen kontinyu yang tinggi akan lebih

karyawan

bertahan dalam organisasi dibandingkan yang rendah Allen dan Meyer (1997). Berdasarkan

Komitmen organsisasi merupakan suatu uraian diatas, maka dapat disimpulkan hipotesis

kemampuan dan kemauan untuk menyelaraskan

sebagai berikut;

perilaku pribadi dengan kebutuhan, prioritas dan tujuan organisasi. Komitmen seseorang terhadap

H 1 : Diduga ada pengaruh positif dan signifikan organisasi atau perusahaan merupakan sesuatu

antara komitmen afektif terhadap kinerja yang sangat penting, karena tidak semua

karyawan

karyawan perusahaan dapat memahami arti

H 2 : Diduga ada pengaruh positif dan signifikan komitmen terhadap organisasinya. Prihantoro

antara komitmen kontinyu terhadap kinerja (2012) mengungkapkan bahwa kinerja karyawan

karyawan

dipengaruhi oleh komitmen organisasional.

H : Diduga ada pengaruh positif dan sifnifikan Karyawan yang mempunyai keterlibatan tinggi

antara komitmen normatif terhadap kinerja dalam bekerja tidak mempunyai keinginan untuk

karyawan

keluar dari perusahaan dan dalam hal ini merupakan modal dasar untuk mendorong

H 4 : Diduga ada pengaruh positif dan signifikan produktivitas yang tinggi. Komitmen afektif

secara simultan antara komitmen (afektif, merupakan sebuah kekuatan yang dimiliki

normatif dan kontinyu) terhadap kinerja karyawan untuk bekerja didalam sebuah

karyawan

organisasi, karena mereka bersedia dan memiliki

Komitmen (afektif, normatif dan kontinyu)

keinginan untuk melakukan pekerjaan tersebut

berpengaruh positif terhadap disiplin kerja

( Armanu dan Mandayanti, 2012). Komitmen afektif yang dimiliki seorang karyawan akan

Disiplin kerja m erupakan alat bagi mencerminkan kekuatan individual yang akan

manajemen untuk menjalankan operasional menimbulkan kecenderungan untuk tetap bekerja

instansi agar selaras dengan kebijakan dan dalam organisasi atau perusahaan, karena

perangkat peraturan yang telah ditentukan. karyawan tersebut merasa sejalan dengan tujuan

Hasibuan (2005) mengungkapkan bahwa perusahaan serta merasa senang bekerja di

karyawan dalam berperilaku disiplin dituntut dalam perusahaan tersebut. Hasil penelitian

memiliki kesadaran dan kesediaan diri untuk Setiawan (2011) mengatakan bahwa komitmen

mematuhi segenap peraturan dan norma-norma afektif berpengaruh positif terhadap kinerja

sosial yang berlaku dimana ia berada, termasuk karyawan rumah sakit. Memari et al, (2013) juga

dalam instansi. Chan (2006) dalam penelitiannya mengatakan bahwa komitmen organisasi (afektif,

menemukan bahwa komitmen yang tinggi dari

24 JURNAL KAJIAN BISNIS Vol. 22 No. 1 JANUARI 2014

TITIK NURBIYATI & KUNTO WIBISONO

anggota kelompok akan memberikan energi dan disiplin merupakan salah satu faktor yang dapat memotivasi mereka untuk bekerja lebih baik.

memengaruhi besar kecilnya kinerja yang dimiliki Masalah pelangaran aturan seperti absensi

oleh seorang karyawan. Sarwanto (2007) hingga berujung pada pem ecatan dan

mengatakan apabila tidak ada disiplin kerja mengundurkan diri merupakan salah satu wujud

dalam pekerjaan, para karyawan akan merasa karyawan yang tidak puas dan tidak memiliki

tidak ada tanggung jawab yang dibebankan, komitmen terhadap perusahaan. Hasil penelitian

sehingga berakibat kinerja karyawan menjadi Setyaningdyah et al. (2013) menunjukkan bahwa

rendah. Sebaliknya dengan adanya disiplin kom itm en organisasi dan disiplin kerja

dalam pekerjaan, m aka karyawan akan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja

termotivasi dan akan memenuhi semua tanggung karyawan. Berdasarkan pendapat tersebut dapat

jawabnya untuk meningkatkan kinerja. Hal ini disimpulkan bahwa semakin besar komitmen

didukung oleh pendapat Prihantoro (2012) seseorang akan meningkatkan disiplin kerja

semakin tinggi tingkat kedisiplinan yang dimiliki mereka. Berdasarkan uraian diatas, maka

seorang pegawai maka akan semakin tinggi pula hipotesis penelitian ini adalah :

kinerja pegawai.

H 5 : Diduga ada pengaruh positif dan signifikan Hasibuan (2005) mengemukakan bahwa antara komitmen afektif terhadap disiplin

terdapat tiga pendekatan untuk meningkatkan kerja karyawan.

disiplin, yaitu disiplin perspektif, disiplin korektif,

H 6 : Diduga ada pengaruh positif dan signifikan dan disiplin progresif. Disiplin perspektif adalah antara komitmen kontinyu terhadap disiplin

kegiatan untuk mendorong karyawan menaati kerja karyawan

standar dan peraturan sehingga tidak terjadi

7 : Diduga ada pengaruh positif dan signifikan antara komitmen normatif terhadap disiplin

pelanggaran. Disiplin korektif adalah tindakan

yang dilakukan untuk mencegah supaya tidak kerja karyawan

terulang kem bali, sehingga tidak terjadi pelanggaran pada hari-hari selanjutnya,

H 8 : Diduga ada pengaruh positif dan signifikan sedangkan disiplin progresif adalah kesalahan secara simultan antara komitmen afektif, yang sama akan mengkibakan hukuman yang kontinyu dan normatif terhadap disiplin kerja lebih berat. Hasil penelitian Febiningtyas and karyawan Ekaningtias (2014) mengatakan bahwa work

discipline variable has significant effect on

Disiplin berpengaruh positif terhadap

em ployee performance. Hasil penelitian

kinerja dan pengaruh tidak langsung

Prihantoro (2012) juga menunjukkan bahwa

komitmen organisasi yang terdiri dari

disiplin mempunyai pengaruh positif terhadap

komitmen afektif, komitmen kontinyu dan

kinerja SDM, yang artinya semakin tinggi tingkat

komitmen normatif terhadap kinerja

disiplin karyawan kepada organisasi akan

karyawan melalui disiplin dengan pengaruh

meningkatkan kinerja SDM. Hasil penelitian

langsung komitmen organisasi terhadap

Setyaningdyah et.al. (2013) juga menunjukan

kinerja karyawan.

there is a significant effect of work discipline on Salah satu strategi perusahaan dalam

employee’s performance.Komitmen organisasi mendukung tercapainya kinerja karyawan adalah

dikemukakan oleh Meyer & Allen (1997) dengan dengan memperhatikan dan membalas kontribusi

tiga komponen organisasi, yang pertama jasa karyawan tersebut, salah satunya dengan

komitmen afektif, komitmen afektif berkaitan m eningkatkan disiplin kerja yang tinggi

dengan keterikatan emosional karyawan, (Fauziawati, 2013). Disiplin kerja merupakan

identifikasi karyawan pada, dan keterlibatan salah satu aspek kerja yang keberadaannya

karyawan pada organisasi. Kedua, komitmen perlu diperhatikan oleh setiap organisasi, karena

kontinyu, komitmen kontinyu menunjukkan

JURNAL KAJIAN BISNIS Vol. 22 No. 1 JANUARI 2014

-JU

ANALISIS PENGARUH KOMITMEN AFEKTIF, KONTINYU DAN NORMATIF TERHADAP KINERJA DENGAN DISIPLIN KERJA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

adanya pertimbangan untung rugi dalam diri

METODE PENELITIAN

karyawan berkaitan dengan keinginan untuk tetap Penelitian ini dilakukan di Balai Besar bekerja atau justru meninggalkan organisasi.

Kerajinan dan Batik (BBKB) Yogyakarta. Variabel Terakhir, komitmen normatif berkaitan dengan

independen m erupakan v ariabel yang perasaan wajib untuk tetap bekerja dalam

mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan organisasi. Hasibuan (2005) mengemukakan

atau timbulnya variabel dependen. Variabel bahwa disiplin adalah fungsi operatif dari

independen dalam penelitian ini adalah komitmen manajemen sumber daya manusia. Berdasarkan

organisasi (komitmen afektif, komitmen kontinyu, uraian diatas, maka hipotesis dalam penelitian

komitmen norm atif) dan disiplin (disiplin ini adalah;

perspektif, disiplin korektif, disiplin progresif)

H 9 : Diduga ada pengaruh positif dan signifikan sebagai variabel intervening. variabel dependen antara disiplin kerja dengan kinerja

merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang karyawan

m enjadi akibat karena adanya v ariabel

H 1o : Diduga pengaruh tidak langsung komitmen independen. variabel dependen dalam penelitian organisasi yang terdiri dari komitmen

ini adalah kinerja karyawan. (afektif, kontinyu dan normatif) terhadap kinerja karyawan melalui disiplin lebih besar

Jenis dan Sumber Data

dari pada pengaruh secara langsung Sumber data dalam penelitian ini adalah data komitmen organisasi yang terdiri dari

primer. Menurut Supangat (2008), data primer komitmen (afektif, kontinyu dan normatif)

yaitu data yang diperoleh melalui hasil penelitian terhadap kinerja karyawan.

secara langsung terhadap objek yang diteliti, baik dari objek individual (responden) maupun dari

Model Penelitian

suatu instansi yang mengelola data untuk Kerangka dalam penelitian ini disajikan pada

keperluan diri sendiri. Pengumpulan data dengan gambar 1.

menggunakan kuesioner. Kuesioner yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan

H8

Komitmen Afektif (X H1 (+) 1 )

Disiplin

H5 (+)

Kinerja (Y):

Kerja (Z)

Kualitas kerja, kuantitas kerja,

Komitmen

H6 (+)

- Perspektif

H9 (+)

ketepatan waktu, efektifitas

Kontinyu

H5 (+)

biaya, kebutuhan akan

-Korektif H2 (+)

pengawasan, hubunganantar

(X 2 )

perorangan.

-Progresif

H7 (+)

Mathis & Jackson (2006)

Komitmen

Hasibuan (2005)

Normatif

H3 (+)

(X 3 ) H10(+)

H4

Meyer dan Meyer (1997)

Gambar 1. Kerangka Penelitian

26 JURNAL KAJIAN BISNIS Vol. 22 No. 1 JANUARI 2014

JURNAL KAJIAN BISNIS Vol. 22 No. 1 JANUARI 2014

27

-JU

menyebarkan kuesioner atau daftar pertanyaan yang diberikan kepada masing-masing karyawan di Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) Yogyakarta.

Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut Ghozali (2005). Teknik yang digunakan untuk uji v aliditas adalah korelasi pearson product moment. Taraf signifikansi ditentukan 5%. Jika diperoleh hasil korelasi yang lebih besar dari r tabel pada taraf signifikansi 0,05 berarti butir pertanyaan tersebut valid.

Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuisioner yang mempunyai indikator dari v ariabel atau konstruk. Suatu kuisioner dinyatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu Ghozali (2005). Untuk mengetahui suatu alat ukur reliable atau tidak dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan Alpha Cronbach. Uji ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana alat ukur dapat memberikan hasil yang konsisten bila digunakan untuk mengukur obyek yang sama dengan alat ukur yang sama. Tehnik yang digunakan untuk menilai reliabilitas adalah alpha cronbach, dengan cara menyebarkan angket/kuisioner kepada responden penelitian. Suatu instrumen penelitian dikatakan reliabel (handal), jika nilai alpha lebih dari nilai kritis (0,60).

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan dan karyawati di Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) Yogyakarta yaitu berjumlah 154 orang karyawan, sedangkan metode penarikan sampel yang digunakan adalah sen- sus. Sensus adalah pengumpulan data dengan mengambil seluruh objek yang menjadi anggota populasi sebagai bahan kajian atau pengamatan. Untuk menguji validitas data digunakan uji v aliditas adalah korelasi pearson product

moment. Taraf signifikansi ditentukan 5%. Jika diperoleh hasil korelasi yang lebih besar dari r tabel pada taraf signifikansi 0,05 berarti butir pertanyaan tersebut valid. Untuk mengetahui suatu alat ukur reliable atau tidak dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan Alpha Cronbach. Suatu instrumen penelitian dikatakan reliabel, jika nilai alpha lebih dari nilai kritis (0,60).

Metode Analisis Data

Pengujian regresi linier berganda dapat dilakukan setelah model dari penelitian ini memenuhi syarat-syarat yaitu lolos dari asumsi klasik. Syarat-syarat yang harus di penuhi adalah data tersebut harus terdistribusikan secara

norm al,

tidak

m engandung multikoloniaritas, dan heterokidastisitas. Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah di dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas di dalam model regresi dapat dilihat dari nilai tolerance (tolerance value) dan nilai Variance Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel bebas manakah yang dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jika nilai tolerance > 0,10 dan VIF <10, maka dapat diartikan bahwa tidak terdapat multikolinearitas pada penelitian tersebut. Dan sebaliknya jika tolerance < 0,10 dan VIF > 10, maka terjadi gangguan multikolinieritas pada penelitian tersebut (Ghozali, 2005). Pengujian ini bertujuan apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas Ghozali (2005). Analisis data yang digunakan adalah Analisis regresi dan Analisis jalur.

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Uji Kualitas Data

Teknik yang digunakan untuk uji validitas adalah korelasi pearson product moment. Taraf signifikansi ditentukan 5%. Jika diperoleh hasil

TITIK NURBIYATI & KUNTO WIBISONO

ANALISIS PENGARUH KOMITMEN AFEKTIF, KONTINYU DAN NORMATIF TERHADAP KINERJA DENGAN DISIPLIN KERJA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

korelasi yang lebih besar dari r tabel pada taraf

Analisis Deskriptif Penelitian

signifikansi 0,05 berarti butir pertanyaan tersebut Analisis deskriptif dalam penelitian ini valid. Dan dari hasil analisis diperoleh hasil

menunggunakan karakteristik responden seperti korelasi yang lebih besar dari r tabel pada taraf

disajikan pada tabel 2.

signifikansi 0,05 berarti valid. Untuk mengetahui suatu alat ukur reliable atau tidak dalam

Berdasarkan tabel 2 diperoleh informasi penelitian ini diuji dengan menggunakan Alpha

bahwa dari 154 responden kebanyakan berjenis Cronbach. Suatu instrumen penelitian dikatakan

perempuan sebanyak 101 responden (66%), berusia 34-40 tahun sebanyak 83 responden atau

reliabel, jika nilai alpha lebih dari nilai kritis (0,60). Hasil uji reliabilitas data disajikan pada tabel 1.

54 persen, berpendidikan SMA sebanyak 110 or- ang atau 73 persen.

Tabel 1 Hasil Pengujian Reliabilitas

Variabel

Koef. Alpha Cronb.

Nilai Kritis

Keterangan

Reliabel Komitmen

Komitmen Afektif(X 1 )

Reliabel Kontinyu(X 2 )

Komitmen

Reliabel Normatif(X 3 )

Disiplin (Z)

Reliabel Kinerja (Y)

Reliabel

Berdasarkan hasil uji reliabilitas pada tabel Tabel 2.

1, dapat diketahui bahwa nilai koefisien Alpha Karakteristik Responden Cronbach pada seluruh variabel lebih besar dari

Frekuensi Persentase nilai kritis (0,60), maka hasilnya dinyatakan

Keterangan

Jenis Kelamin

reliabel (handal).

53 34 Uji Asumsi Klasik • Perempuan

• Laki-laki

Usia

0 0 dengan metode VIF, dari hasil analisis didapat

Uji multikolinearitas dalam penelitian ini

• < 20 tahun

27 18 bahwa semua variabel bebas tidak terjadi

21 sampai 30 tahun

83 54 multikolinearitas, sehingga tidak membiaskan

31 sampai 40 tahun

44 28 interprestasi hasil analisis regresi. Adapun untuk

• > 40 tahun

Pendidikan

73 penelitian ini dengan menggunakan glejser, dan

uji heteroskedastisitas yang dilakukan dalam

• SMA

2 1 dari hasil analisis didapat bahwa semua model

• Diloma 3

38 25 yang diestimasi bebas dari heteroskedastisitas.

• Strata 1

• Strata 2

• Doktor

28 JURNAL KAJIAN BISNIS Vol. 22 No. 1 JANUARI 2014

TITIK NURBIYATI & KUNTO WIBISONO

Pengujian Hipotesis

H 1 : Diduga ada pengaruh signifikan antara Pengujian hipotesis satu, dua, tiga, lima,

komitmen afektif dengan kinerja karyawan enam, tujuh dan sembilan dengan menggunakan

Berdasarkan tabel 3, variabel komitmen uji t ditunjukan dalam tabel 3, sedangkan untuk

afektif diperoleh t hitung sebesar 4,931 dan sig-t hipotesis em pat dan delapan dengan

(0,000). Berdasarkan tabel t diketahui nilai t tabel menggunakan uji F ditunjukkan pada tabel 4.

dengan dk = n-k (154-3 = 151) dan taraf

Tabel 3. Hasil Pengujian Hipotesis dengan Uji t

Std.

Hipotesis

B Beta

Sig. Keterangan

Error

H a Diterima KKà Kinerja

KA à Kinerja

H a Diterima

KN à Kinerja

H a Diterima

KAà Disiplin

H a Diterima

H a Diterima KN à Disiplin

KK à Disiplin

H a Diterima Disiplin à kinerja

H a Diterima

Tabel 4. Hasil analisis uji F

Model

Sum of

Df Mean

F Sig.

Squares

Square

Regression b 20,521 3 6,840 187,352 ,000

1 Residual

Total

a. Dependent Variable: KNJ

b. Predictors: (Constant), KN, KA, KK Model

Sum of

Df Mean

F Sig.

Squares

Square

Regression b 19,766 3 6,589 95,085 ,000

1 Residual

Total

a. Dependent Variable: DK

b. Predictors: (Constant), KN, KA, KK

JURNAL KAJIAN BISNIS Vol. 22 No. 1 JANUARI 2014

-JU

ANALISIS PENGARUH KOMITMEN AFEKTIF, KONTINYU DAN NORMATIF TERHADAP KINERJA DENGAN DISIPLIN KERJA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

kesalahan α = 5%, sebesar 1,98. Oleh karena (0,030). Berdasarkan tabel t diketahui nilai t tabel nilai t hitung >t tabel (4,931> 1,98) dan nilai sig t (0,000)

dengan dk = n-k (154-3 = 151) dan taraf <0,05, maka dapat disimpulkan H o ditolak yang

kesalahan α = 5%, sebesar 1,98. Oleh karena berarti terdapat pengaruh secara signifikan antara

nilai t hitung >t tabel (2,184> 1,98) dan nilai sig t (0,000) komitmen afektif terhadap kinerja karyawan.

<0,05, maka dapat disimpulkan H o ditolak yang berarti terdapat pengaruh secara signifikan antara

H 2 : Diduga ada pengaruh signifikan antara komitmen afektif terhadap disiplin kerja karyawan. komitmen kontinyu dengan kinerja karyawan

H 6 : Diduga ada pengaruh signifikan antara kontinyu diperoleh t hitung sebesar 6,875 dan sig-t

Berdasarkan tabel 3 variabel komitmen

komitmen kontinyu terhadap disiplin kerja (0,006). Berdasarkan tabel t diketahui nilai t tabel

Berdasarkan tabel 3 variabel komitmen dengan dk = n-k (154-3 = 151) dan taraf

kontinyu diperoleh t hitung sebesar 6,848 dan sig-t kesalahan α = 5%, sebesar 1,98. Oleh karena

(0,006). Berdasarkan tabel t diketahui nilai t tabel nilai t hitung >t tabel (6,875 > 1,98) dan nilai sig t (0,000)

dengan dk = n-k (154-3 = 151) dan taraf <0,05, maka dapat disimpulkan H o ditolak yang

kesalahan α = 5%, sebesar 1,98. Oleh karena berarti terdapat pengaruh secara signifikan antara

nilai t hitung >t tabel (6,848> 1,98) dan nilai sig t (0,000) komitmen kontinyu terhadap kinerja karyawan.

<0,05, maka dapat disimpulkan H o ditolak yang berarti terdapat pengaruh secara signifikan

H 3 : Diduga ada pengaruh signifikan antara komitmen kontinyu terhadap disiplin kerja komitmen normatif dengan kinerja karyawan

karyawan.

Berdasarkan hasil analisis v ariabel komitmen normatif diperoleh t hitung sebesar 5,763

H 7 : Diduga ada pengaruh signifikan antara dan sig-t (0,000). Berdasarkan tabel t diketahui

komitmen normatif terhadap disiplin kerja nilai t tabel dengan dk = n-k (154-3 = 151) dan taraf

Berdasarkan tabel 3 variabel komitmen kesalahan α = 5%, sebesar 1,98. Oleh karena

normatif diperoleh t hitung sebesar 2,992 dan sig-t nilai t hitung >t tabel (5,763> 1,98) dan nilai sig t (0,000)

(0,003). Berdasarkan tabel t diketahui nilai t tabel <0,05, maka dapat disimpulkan Ho ditolak yang

dengan dk = n-k (154-3 = 151) dan taraf berarti terdapat pengaruh secara signifikan antara

kesalahan α = 5%, sebesar 1,98. Oleh karena komitmen normatif terhadap kinerja karyawan.

nilai t hitung >t tabel (2,992> 1,98) dan nilai sig t (0,000)

H : Diduga ada pengaruh signifikan secara <0,05, maka dapat disimpulkan H o ditolak yang

berarti terdapat pengaruh secara signifikan simultan antara komitmen afektif , kontinyu

dan normatif terhadap kinerja karyawan komitmen normatif terhadap disiplin kerja karyawan.

Berdasarkan tabel 4 diketahui nilai F tabel sebesar 2,14 (df= 3 : 148). Oleh karena nilai

H 8 : Diduga ada pengaruh signifikan secara

F hitung > F tabel (187,352> 2,14) dan p<0,05, simultan antara komitmen afektif , kontinyu

dan normatif terhadap disiplin kerja menolak H o . Ini menunjukkan bahwa antara

berdasarkan hasil tersebut maka H a diterima dan

komitmen afektif, kontinyu dan normatif Berdasarkan uji F pada tabel 4, diketahui nilai berpengaruh secara simultan terhadap kinerja

F tabel sebesar 2,14 (df= 3 : 148). Oleh karena nilai karyawan.

F hitung > F tabel (146,517> 2,14) dan p<0,05, berdasarkan hasil tersebut maka H a diterima dan

H 5 : Diduga ada pengaruh signifikan antara menolak H o . Ini menunjukkan bahwa komitmen komitmen afektif terhadap disiplin kerja

organisasi berpengaruh secara simultan terhadap disiplin kerja karyawan.

Berdasarkan tabel 3 variabel komitmen afektif diperoleh t hitung sebesar 2,184 dan sig-t

30 JURNAL KAJIAN BISNIS Vol. 22 No. 1 JANUARI 2014

TITIK NURBIYATI & KUNTO WIBISONO

H 9 : Diduga ada pengaruh signifikan antara Tabel 5. disiplin kerja terhadap kinerja karyawan

Perhitungan Koefisien Jalur Berdasarkan tabel 3, variabel komitmen

Pengaruh

Langsung Tidak langsung Total

melalui (Z) afektif diperoleh t hitung sebesar 21,503 dan sig-t

variabel

0 0,151 (0,000). Berdasarkan tabel t diketahui nilai t tabel

X 1 →Z = 0,151 0,151

0 0,529 dengan dk = n-k (154-1 = 153) dan taraf

X 2 →Z= 0,529 0,529

X 3 →Z= 0,210 0,210

0 0,210

X 1 kesalahan α = 5%, sebesar 1,98. Oleh karena →Y= 0,267

0,267

0 0,267

0 0,529 nilai t hitung >t tabel (21,503> 1,98) dan nilai sig t (0,000)

X 2 →Y= 0,529

0,529

0 0,210 <0,05, maka dapat disimpulkan H o ditolak yang

X 3 →Y= 0,210 0,210

0 0,868 berarti terdapat pengaruh secara signifikan

Z→Y= 0,868 0,868

0,131068 0,398068 disiplin kerja terhadap kinerja karyawan.

X 1 →Y= 0,267

0,267

X 2 →Y= 0,529

0,529

0,459172 0,988172

X 3 →Y= 0,210

0,210

0,18228 0,39228

H 10 : Diduga ada pengaruh tidak langsung Berdasar data tabel 5, variabel komitmen (komitmen organisasi yang terdiri dari

organisasi yang terdiri dari komitmen afektif (X 1 ), komitmen afektif, komitmen kontinyu dan

komitmen kontinyu (X 2 ) dan komitmen normatif komitmen normatif) terhadap kinerja melalui

(X 3 ) terhadap kinerja (Y) melalui disiplin (Z) disiplin lebih besar daripada pengaruh

sebesar X 1 → Z → Y= (0,267+0,131068) = langsung (komitmen organisasi yang terdiri

0,398068, pengaruh variabel komitmen kontinyu dari komitmen afektif, komitmen kontinyu

terhadap kinerja melalui disiplin sebesar dan komitmen normatif) terhadap kinerja

X 2 → Z → Y=(0,529+ 0,459172) = 0,988172,

0,267

Komitmen Afektif (X 1 )

0,151

Komitmen Kinerja (Y):

Disiplin

0,529

0,868

Kerja (Z)

Kontinyu (X 2 )

0,210

Komitmen

0,316

Normatif

0,415

(X 3 )

Gambar 2 Analisis Jalur

Rangkuman dari koefisien jalur, pengaruh pengaruh variabel komitmen normatif terhadap langsung, pengaruh tidak langsung, dan total dari

kinerja melalui disiplin sebesar X 3 → Z → Y=(0,210+

0,18228) = 0,39228, sedangkan pengaruh kontinyu (X ), komitmen normatif (X ), dan (Z)

pengaruh komitmen afektif (X 1 ), komitmen

langsung variabel komitmen afektif terhadap

disiplin terhadap kinerja (Y). kinerja sebesar X 1 → Y= 0,267, pengaruh komitmen kontinyu terhadap kinerja sebesar

31

JURNAL KAJIAN BISNIS Vol. 22 No. 1 JANUARI 2014

-JU

32 JURNAL KAJIAN BISNIS Vol. 22 No. 1 JANUARI 2014

X 2 → Y= 0,529 dan pengaruh variabel komitmen

normatif terhadap kinerja sebesar X 3 → Y= 0,210.

Artinya hipotesis ke sepuluh diduga ada pengaruh tidak langsung (komitmen organisasi yang terdiri dari komitmen afektif, komitmen kontinyu dan komitmen normatif) terhadap kinerja melalui disiplin lebih besar daripada pengaruh langsung (komitmen organisasi yang terdiri dari komitmen afektif, komitmen kontinyu dan komitmen normatif) terhadap kinerja terbukti.

Pembahasan Hasil Penelitian Pengaruh Komitmen Afektif, Kontinyu dan

Normatif Terhadap kinerja Karyawan

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa komitmen afektif mampu berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan. Semakin baik komitmen afektif akan meningkatkan kinerja karyawan. Komitmen organsisasi merupakan suatu kem am puan dan kem auan untuk m enyelaraskan perilaku pribadi dengan kebutuhan, prioritas dan tujuan organisasi. Komitmen seseorang terhadap organisasi atau perusahaan merupakan sesuatu yang sangat penting, karena tidak sem ua karyawan perusahaan dapat memahami arti komitmen terhadap organisasinya. Prihantoro (2012) mengungkapkan bahwa kinerja karyawan dipengaruhi oleh komitmen organisasional. Karyawan yang mempunyai keterlibatan tinggi dalam bekerja tidak mempunyai keinginan untuk keluar dari perusahaan dan dalam hal ini merupakan modal dasar untuk mendorong produktivitas yang tinggi.

Komitmen afektif yang dimiliki seorang karyawan akan memberikan hasrat, kemauan, serta ikatan emosional terhadap perusahaannya sehingga karyawan terlibat secara langsung terhadap kegiatan yang dijalankan perusahaan untuk terus m eningkatkan produktiv itas perusahaan, karena karyawan tersebut tidak memiliki keinginan untuk keluar dari perusahaan dan faktor tersebut akan sangat mendorong tercapainya tujuan perusahaan. Seorang karyawan dengan komitmen afektif yang tinggi

akan memiliki kedekatan emosional terhadap organisasi atau perusahaannya, hal ini menandakan bahwa karyawan tersebut akan memiliki sebuah motivasi untuk memberikan kontribusi yang besar kepada perusahaan atau organisasi dibandingkan dengan karyawan yang memiliki komitmen afektifyang rendah. Armanu dan Mandayanti (2012) mengemukakan bahwa komitmen afektif merupakan sebuah kekuatan yang dimiliki karyawan untuk bekerja didalam sebuah organisasi, karena mereka bersedia dan memiliki keinginan untuk melakukan pekerjaan tersebut. Komitmen afektif yang dimiliki seorang karyawan akan mencerminkan kekuatan indi- vidual yang akan menimbulkan kecenderungan untuk tetap bekerja dalam organisasi atau perusahaan, karena karyawan tersebut merasa sejalan dengan tujuan perusahaan serta merasa senang bekerja di dalam perusahaan tersebut. Hasil ini sesuai Hasil penelitian Setiawan (2011), Mem ari et al, (2013) bahwa kom itm en berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan. Individu dengan continuance commitment yang tinggi akan bertahan dalam organisasi, bukan karena alasan emosional, tapi karena adanya kesadaran dalam individu tersebut akan kerugian besar yang dialami jika meninggalkan organisasi. Berkaitan dengan hal ini, maka individu tersebut tidak dapat diharapkan untuk memiliki keinginan yang kuat untuk berkontribusi pada organisasi. Jika individu tersebut tetap bertahan dalam organisasi, maka pada tahap selanjutnya individu tersebut dapat merasakan putus asa dan frustasi yang dapat menyebabkan kinerja yang buruk. Individu dengan continuance commitment yang tinggi akan lebih bertahan dalam organisasi dibandingkan yang rendah Meyer dan Allen (1997).

Karyawan dengan komitmen normatif akan mempunyai kewajiban untuk memberikan balasan atas apa yang pernah diterimanya dari organisasi. Karyawan yang memiliki komitmen normatif tinggi akan terus menjadi anggota dalam organisasi karena merasa dirinya harus berada dalam organisasi tersebut. Individu dengan komitmen normatif yang tinggi akan tetap

ANALISIS PENGARUH KOMITMEN AFEKTIF, KONTINYU DAN NORMATIF TERHADAP KINERJA DENGAN DISIPLIN KERJA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

JURNAL KAJIAN BISNIS Vol. 22 No. 1 JANUARI 2014

33

-JU

bertahan dalam organisasi karena merasa adanya suatu kewajiban atau tugas, kewajiban tersebut akan memotivasi karyawan untuk bertingkah laku dengan baik dan melakukan tindakan yang tepat bagi organisasi/ perusahaannya. Namun, dengan adanya kom itm en norm atif diharapkan m emiliki hubungan yang positif dengan tingkah laku dalam pekerjaan untuk meningkatkan kinerja karyawan. Hasil ini sesuai hasil penelitian Setiawan (2011) m engatakan bahwa kom itm en norm atif berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan. Semakin baik komitmen organisasi akan meningkatkan kinerja karyawan. Komitmen organsisasi merupakan suatu kemampuan dan kemauan untuk menyelaraskan perilaku pribadi dengan kebutuhan, prioritas dan tujuan organisasi. Komitmen seseorang terhadap organisasi atau perusahaan merupakan sesuatu yang sangat penting, karena tidak semua karyawan perusahaan dapat memahami arti komitmen terhadap organisasinya.

Pengaruh Komitmen Afektif, Kontinyu dan Normatif Terhadap Disiplin Kerja Karyawan

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa komitmen afektif mampu berpengaruh positif terhadap disiplin kerja karyawan. Semakin baik komitmen afektif akan meningkatkan disiplin kerja karyawan. Komitmen afektif adalah tingkat seberapa jauh seorang karyawan secara emosi terikat, mengenal, dan terlibat dalam organisasi Meyer dan Allen (1997). Individu dengan komitmen afektif yang tinggi memiliki kedekatan emosional yang erat terhadap organisasi, hal ini berarti bahwa individu tersebut akan memotivasi dan keinginan untuk berkontribusi secara berarti terhadap organisasi dibandingkan dengan komitmen afektif yang lebih rendah. Chan (2006), dalam penelitiannya m enemukan bahwa komitmen yang tinggi dari anggota kelompok akan memberikan energi dan memotivasi mereka untuk bekerja lebih baik. Masalah pelangaran aturan seperti absensi hingga berujung pada pemecatan dan mengundurkan diri merupakan

salah satu wujud karyawan yang tidak puas dan tidak memiliki komitmen terhadap perusahaan. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin besar komitmen afektif seseorang akan meningkatkan disiplin kerja mereka.

Semakin baik komitmen kontinyu akan m eningkatkan disiplin kerja karyawan. Komitmen kontinyu adalah nilai ekonomi yang dirasa bertahan dengan sebuahorganisasi bila dibandingkan denganmeninggalkan organisasi tersebut Meyer dan Allen (1997). Individu dengan komitmen kontinyu yang tinggi akan bertahan dalam organisasi, bukan karena alasan emosional, tapi karena adanya kesadaran dalam individu tersebut akan kerugian besar yang dialami jika meninggalkan organisasi. Berkaitan dengan hal tersebut, maka indvidu tersebut tidak dapat diharapkan untuk memiliki keinginan kuat untuk berkontribusi terhadap organisasi. Jika individu tersebut tetap bertahan dalam organisasi, maka pada tahap selanjutnya individu tersebut dapat merasakan putus asa dan frustasi yang menyebabkan kinerja yang buruk. Individu dengan komitmen kontinyu yang tinggi akan lebih bertahan dalam organisasi dibandingkan dengan komitmen kontinyu yang rendah. Komitmen juga berhubungan dengan bagaimana anggota organisasi merespon ketidakpuasannya dengan kejadian-kejadian dalam pekerjaan. Komitmen kontinyu tidak berhubungan dengan kecen- derungan seseorang untuk mengembangkan suatu situasi yang tidak berhasil ataupun menerima suatu instansi apa adanya. Mereka yang mempunyai komitmen kontinyu yang tinggi akan tetap berada dalam organisasi karena mereka merasa memerlukannya. Seseorang komitmen yang mempunyai komitmen terhadap organisasi, memaknai kerja dengan hal yang luhur mengindikasikan bahwasanya mereka dekat dengan disiplin kerja yang akan dicapai dan dekat dengan perasaan puas terhadap pekerjaan yang dicapainya. Keberhasilan sebuah pekerjaan salah satunya dapat diukur dengan kedisiplinan pegawai dalam suatu instansi. Disiplin kerja merupakan alat bagi manajemen

TITIK NURBIYATI & KUNTO WIBISONO

34 JURNAL KAJIAN BISNIS Vol. 22 No. 1 JANUARI 2014

untuk menjalankan operasional instansi agar selaras dengan kebijakan dan perangkat peraturan yang telah ditentukan. Karyawan dalam berperilaku disiplin dituntut memiliki kesadaran dan kesediaan diri untuk mematuhi segenap peraturan dan norma-norma sosial yang berlaku dimana ia berada, termasuk dalam instansi ( Hasibuan, 2005).

Komitmen normatif (normative commitment) adalah komitmen untuk bertahan dengan organisasi untuk alasan-alasan moral atau etis (Robbins & Judge, 2008). Individu dengan komitmen normatif yang tinggi akan tetap bertahan dalam organisasi karena merasa adanya suatu kewajiban atau tugas. Meyer dan Allen (1997) menyatakan bahwa perusahaan semacam itu akan menyatakan bahwa perasaan semacam itu akan termotivasi individu untuk bertingkah laku secara baik dan melakukan tindakan yang tepat bagi oganisasi. Komitmen normatif akan berdampak terhadap suasana pada pekerjaan dan berhubungan tidak ketidakhadiran. Kom itm en m erupakan suatu keputusan seseorang dengan dirinya sendiri, apakah ia akan melakukan atau tidak melakukan suatu kegiatan. Maka seseorang yang telah memiliki suatu komitmen maka mereka tidak akan ragu-ragu dalam menentukan sikap dan bertanggung jawab terhadap keputusan yang diambil tersebut. Seseorang yang memiliki komitmen yang tinggi terhadap tugasnya akan mampu bekerja keras. Hal ini dilakukan bukan hanya terhadap dirinya sendiri tapi juga pada orang lain. Semakin baik komitmen organisasi akan meningkatkan disiplin kerja karyawan. Seseorang yang telah memiliki suatu komitmen maka mereka tidak akan ragu- ragu dalam menentukan sikap dan bertanggung jawab terhadap keputusan yang diambil tersebut. Karyawan dalam berperilaku disiplin dituntut memiliki kesadaran dan kesediaan diri untuk mematuhi segenap peraturan dan norma-norma sosial yang berlaku dimana ia berada, termasuk dalam instansi (Hasibuan, 2005).

Pengaruh Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan dan Lebih Besar Pengaruh Tidak Langsung daripada Pengaruh Langsung

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa disiplin kerja mampu berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan. Semakin baik disiplin kerja akan meningkatkan kinerja karyawan. Dalam penelitian ini disiplin kerja terdiri dari 3 bagian yaitu disiplin perspektif, disiplin korektif, dan disiplin progresif . Fauziawati (2013) mengemukakan bahwa salah satu strategi perusahaan dalam mendukung tercapainya kinerja karyawan adalah dengan memperhatikan dan membalas kontribusi jasa karyawan tersebut, salah satunya dengan meningkatkan disiplin kerja yang tinggi. Disiplin kerja merupakan salah satu aspek kerja yang keberadaannya perlu diperhatikan oleh setiap organisasi atau perusahaan, karena disiplin merupakan salah satu faktor yang dapat memengaruhi besar kecilnya kinerja yang dimiliki oleh seorang karyawan. Sarwanto (2007) mengatakan apabila tidak ada disiplin kerja dalam pekerjaan, para karyawan akan merasa tidak ada tanggung jawab yang dibebankan, sehingga berakibat kinerja karyawan menjadi rendah. Sebaliknya dengan adanya disiplin dalam pekerjaan, maka karyawan akan termotivasi dan akan memenuhi semua tanggung jawabnya untuk meningkatkan kinerja. Prihantoro (2012) mengemukakan semakin tinggi tingkat kedisiplinan yang dimiliki seorang pegawai maka akan semakin tinggi pula kinerja pegawai.

Disiplin merupakan hal yang terpenting karena semakin baik disiplin karyawan, akan m em engaruhi kinerja karyawan untuk menghasilkan prestasi bagi perusahaan. Tanpa disiplin karyawan yang baik, sulit bagi organisasi untuk mencapai hasil yang optimal. Disiplin merupakan faktor yang sangat penting dalam mendorong pertumbuhan, perusahaan tidak akan tumbuh berkembang tanpa dukungan kinerja karyawan yang baik. Sehingga dengan adanya

ANALISIS PENGARUH KOMITMEN AFEKTIF, KONTINYU DAN NORMATIF TERHADAP KINERJA DENGAN DISIPLIN KERJA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

JURNAL KAJIAN BISNIS Vol. 22 No. 1 JANUARI 2014

35

-JU

disiplin akan memotivasi para karyawan untuk dapat m endisiplinkan diri sendiri untuk menyelesaikan tugas-tugasnya. Disiplin apabila sudah tertanam dalam diri karyawan, maka segala bentuk peraturan maupun tugas-tugas yang dibebankan tidak lagi dirasakan sebagai beban. Hasibuan (2005) mengemukakan bahwa terdapat tiga pendekatan untuk meningkatkan disiplin, yaitu disiplin perspektif, disiplin korektif, dan disiplin progresif. Disiplin perspektif adalah kegiatan untuk mendorong karyawan menaati standar dan peraturan sehingga tidak terjadi pelanggaran. Disiplin korektif adalah tindakan yang dilakukan untuk mencegah supaya tidak terulang kem bali, sehingga tidak terjadi pelanggaran pada hari-hari selanjutnya, sedangkan disiplin progresif adalah kesalahan yang sama akan mengkibakan hukuman yang lebih berat. Hasil ini sesuai penelitian Febiningtyas and Ekaningtias (2014) mengatakan bahwa work discipline variable has significant effect on employee performance.

Komitmen terhadap organisasi sebagai sifat hubungan seorang individu dengan organisasi yang memungkinkan seorang yang mempunyai ikatan yang tinggi memperlihatkan kesediaannya untuk berusaha sebaik m ungkin dem i kepentingan organisasi tersebut (Porter dan Smith dalam Steers, 1998). Komitmen juga merupakan elemen penting dalam menentukan hubungan antara sumberdaya dengan kapabilitas organisasi, khususnya kapabilitas dalam mencapai kerja sama dan koordinasi di dalam team kerja yang ada (Grant R.M., 1991). Komitmen karyawan terhadap organisasi sangat penting dalam rangka meningkatkan kinerja, Gibson et al. (2000), Komitmen organisasi merupakan identifikasi, loyalitas dan keterlibatan yang dinyatakan oleh karyawan untuk organisasi atau unit dari suatu organisasi. Karyawan yang memiliki komitmen tinggi akan membawa keberhasilan bagi organisasi, seperti tumbuhnya saling percaya, komunikasi menjadi terbuka,

menonjolkan sikap kebersamaan, mempercepat pengambilan keputusan serta terselesaikan konflik sehingga meningkatkan kinerja (Robin, 1996)

SIMPULAN DAN SARAN