Contoh RENCANA PENELITIAN TINDAKAN KELAS SMP IPS

RENCANA PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Ditulis pada 30 Juni 2008 oleh Abdul Majid

A. Judul Penelitian
Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Ekonomi
Menggunakan Model Examples Non Examples Dengan Pendekatan SAVI di Kelas
VII B SMP Negeri 7 Pontianak.
B. Latar Belakang
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, pendidikan memiliki peranan
yang sangat penting, yaitu untuk menjamin kelangsungan kehidupan dan
perkembangan bangsa itu sendiri. Hal ini sebagaimana tercantum dalam UndangUndang Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (2003:3) pasal 1
yang berbunyi:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat bangsa dan negara.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal memerlukan guru dan murid
karena salah satu unsur dalam melaksanakan proses belajar mengajar yang
merupakan dua bentuk kegiatan yang tidak dapat dipisahkan antar satu dengan
lainnya.

Selain itu sekolah sebagai salah satu unsur dalam dunia pendidikan saat ini
sedang mengalami perhatian dari berbagai pihak, karena pendidikan sangat
diperlukan oleh masyarakat dalam menghadapi kehidupan yang sangat kompleks,

dimana pendidikan saat ini terus berbenah diri menemukan cara yang terbaik untuk
mencapai hasil yang sesuai dengan tuntutan masyarakat.
Untuk meningkatkan mutu dan hasil belajar dalam pengajaran seorang guru
dituntut supaya menguasai dan menerapkan berbagai metode pengajaran IPS
Ekonomi.
Pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas merupakan salah satu tugas
utama guru, dan pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang ditujukan
untuk membelajarkan siswa. Dalam proses pembelajaran masih sering ditemui
adanya kecenderungan meminimalkan keterlibatan siswa. Dominasi guru dalam
proses pembelajaran menyebabkan kecenderungan siswa lebih bersifat pasif
sehingga mereka lebih banyak menunggu sajian guru dari pada mencari dan
menemukan sendiri pengetahuan, ketrampilan atau sikap yang mereka butuhkan.
Selama ini proses pembelajaran ekonomi yang ditemui masih secara
konvensional, seperti ekspositori, drill atau bahkan ceramah. Proses ini hanya
menekankan pada pencapaian tuntutan kurikulum dan penyampaian tekstual semata
daripada mengembangkan kemampuan belajar dan membangun individu. Kondisi

seperti ini tidak akan menumbuhkembangkan aspek kemampuan dan aktivitas siswa
seperti yang diharapkan. Akibatnya nilai-nilai yang didapat tidak seperti yang
diharapkan.
Misalnya sering guru kecewa melihat hasil ulangan harian yang hanya
mendapat daya serap kurang dari 60% atau nilai rata-rata kelas kurang dari 5.
Kadang-kadang guru merasa prihatin dan ingin memperbaiki keadaan tersebut
dengan mencobakan suatu pembelajaran yang belum pernah dilaksanakan, yaitu
pendekatan pembelajaran yang akan membuat siswa dapat belajar secara efektif.
Pembelajaran yang efektif adalah yang berpusat pada siswa yaitu, siswa
sebagai subjek pembelajaran yang harus aktif kreatif dan mampu berfikir kritis,
dalam hal ini peran guru sebagai pembimbing dan fasilitator. Guru memiliki
peranan penting artinya selain sebagai pembimbing dan fasilitator bagi siswa, guru

juga harus bertindak secara profesional. Guru yang profesional adalah guru yang
memiliki kemampuan dasar (kompetensi) antara lain sebagai berikut:
Menguasai bahan, mengelola program belajar-mengajar, mengelola kelas,
menggunakan media atau sumber, menguasai landasan-landasan kependidikan,
mampu mengelola interaksi belajar mengajar, mampu menilai prestasi untuk
kepentingan pengajaran, mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan
dan penyuluhan, mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah,

memahami dan menafsirkan hasil-hasil penelitian guna keperluan pengajaran
(W. Gulo, 2002:37).
IPS Ekonomi merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan disekolah
menengah pertama. Di kalangan siswa terdapat kecenderungan, bahwa mata
pelajaran ini kurang diminati. Padahal mata pelajaran ini termasuk mata pelajaran
yang di-Ebtanaskan. Kurangnya minat siswa terhadap mata pelajaran ini,
dimungkinkan karena kurangnya upaya guru untuk mengingkatkan kreatifitas belajar
siswa. Kebanyakan guru masih dominan menggunakan metode ceramah dalam
mengajar sehingga tidak terciptanya proses pembelajaran yang menyenangkan dan
bervariasi, yang dapat menambah semangat belajar siswa. Akibatnya, kegiatan
belajar mengajar kurang menarik dan membosankan karena siswa tidak dirangsang
atau ditantang untuk belajar dan berfikir kreatif.
Dalam proses belajar mengajar, khususnya dalam upaya meningkatkan hasil
belajar para siswa, idealnya para guru IPS-Ekonomi dituntut untuk memiliki
kemampuan:
1. Memanfaatkan berbagai sumber belajar.
2. Memahami cara berpikir siswa.
3. Memahami cara siswa belajar.
4. Memilih dan menggunakan media secara tepat.
5. Memilih dan menggunakan metode secara tepat.

6. Menguasai bahan/materi pelajaran yang disampaikan kepada para siswa,
(Depdikbud : 199

Seperti penjelasan di atas, yaitu di dalam pembelajaran mata pelajaran IPSEkonomi umumnya para guru lebih banyak menggunakan metode ceramah. Hal ini
menyebabkan siswa jadi pasif dan kemampuan berpikirnya tidak berkembang secara
baik.
Sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah menengah
pertama IPS Ekonomi memiliki tujuan. Adapun tujuan mata pelajaran IPS Ekonomi
di sekolah menengah pertama adalah sebagai berikut:
1. Mampu menghadapi fakta dan peristiwa ekonomi dilingkungannya.
2. Mampu berfikir kritis dan menggunakan atau menerapkan beberapa pengertian
ekonomi dalam kaitannya dengan kehidupan sehari-hari.
Untuk mencapai tujuan diatas, salah satu aspek yang perlu diperhatikan
adalah proses belajar mengajar yang terjadi dalam kelas. Belajar merupakan suatu
proses usaha yang dilakukan untuk memper suatu perubahan tingkah laku secara
keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya (Slameto, 2003:2).
Proses belajar dapat dirinci kedalam beberapa prinsip dasar. Dengan
memahami dan menerapkan prinsip-prinsip tersebut, kita akan dapat memiliki arah
dan pedoman yang jelas dan relalif mudah sehingga lebih cepat berhasil dalam

belajar serta akan menentukan metode belajar yang efektif.
Menurut Thursan Hakim (2000:2) adapun prinsip-prinsip belajar tersebut
sebagai berikut:
1. Belajar harus berorientasi pada tujuan yang jelas.
2. Proses belajar akan terjadi bila seseorang dihadapkan pada situasi problematis.
3. Belajar dengan pengertian akan lebih bermakna dari pada belajar dengan
hafalan.
4. Belajar merupakan proses yang kontinyu.
5. Belajar memerlukan kemauan yang kuat.
6. Keberhasilan belajar ditentukan oleh banyak faktor.
7. Belajar secara keseluruhan akan lebih berhasil dari pada belajar secara terbagibagi.
8. Proses belajar memerlukan metode yang tepat.

9. Belajar memerlukan adanya kesesuaian antara guru dan murid.
10. Belajar memerlukan kemampuan dalam menangkap intisari pelajaran itu sendiri.
Sedangkan mengajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh guru
dalam rangka penyampaian materi kepada para siswa agar siswa tersebut menjadi
tahu dan paham dengan menggunakan berbagai teknik dan pendekatan
pembelajaran. Agar proses dan pencapaian hasil belajar dapat efesien dalam
penggunaan waktu, terarah, tercapainya tujuan yang telah ditetapkan serta

terciptanya suasana pembelajaran yang menyenangkan.
Untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan melibatkan siswa
dalam belajar tersebut tidaklah mudah, khususnya mempersiapkan siswa agar dapat
menggunakan ekonomi dan pola pikir ekonomi dalam kehidupan sehari-hari. Untuk
membuat mereka terlibat secara langsung, dan membuat mereka merasakan
kegembiraan dalam belajar perlu diciptakan kondisi kelas yang mendukung, dengan
setting membuat mereka tetap dalam keadaan belajar. Hal itu dapat terlaksana jika
prinsip-prinsip dasar belajar dilaksanakan sepenuhnya.
Prinsip-prinsip dasar tersebut antara lain:
1. Belajar melibatkan seluruh pikiran dan tubuh.
2. Belajar adalah berkreasi, bukan mengonsumsi.
3. Kerja sama membantu proses belajar.
4. Pembelajaran berlangsung pada banyak tingkatan secara simultan.
5. Belajar berasal dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri (dengan umpan balik).
6. Emosi positif sangat membantu pembelajaran.
7. Otak-citra menyerap informasi secara langsung dan otomatis
(Meier, 2000:54-55).
Berdasarkan prinsip-prinsip dasar tersebut, diperlukan suatu pendekatan
dalam pembelajaran yang membuat siswa terlibat secara aktif sepenuhnya. Menurut
Meier (2000:90) Belajar Berdasar Aktivitas (BBA) berarti bergerak aktif secara fisik


ketika belajar, dengan memanfaatkan indra sebanyak mungkin, dan membuat seluruh
tubuh/pikiran terlibat dalam proses belajar.
Pembelajaran tidak otomatis meningkat dengan menyuruh orang berdiri dan
bergerak kesana kemari. Akan tetapi, menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas
intelektual dan penggunaan semua indra dapat berpengaruh besar pada
pembelajaran. Pendekatan yang dapat digunakan disini adalah pendekatan SAVI.
Menurut Meier (2000:91) pembelajaran dengan pendekatan SAVI adalah
pembelajaran yang menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual dan
penggunaan semua indra yang dapat berpengaruh besar pada pembelajaran.
Unsur-unsur SAVI antara lain:
Somatis : Belajar dengan bergerak dan berbuat
Auditori : Belajar dengan berbicara dan mendengar
Visual : Belajar dengan mengamati
Intelektual : Belajar dengan memecahkan masalah dan berfikir.
Belajar bisa optimal jika keempat unsur SAVI ada dalam satu peristiwa
pembelajaran. Misalnya, seorang siswa dapat belajar sedikit dengan menyaksikan
presentasi (V), tetapi ia dapat belajar jauh lebih banyak jika dapat melakukan
sesuatu ketika presentasi sedang berlangsung (S), membicarakan apa yang mereka
pelajari (A), dan memikirkan cara menerapkan informasi dalam presentasi tersebut

untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ada (I).
Saat ini pelaksanaan pendidikan di sekolah-sekolah telah menggunakan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang mengacu pada (1) Permendiknas
RI No. 22 Tahun 2006 Tentang Standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan
menengah, dan (2) Permendiknas RI No. 23 Tahun 2006 Tentang Standar kompetensi
lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah. (Badan Standar Nasional
Pendidikan: 2006)

SMP Negeri 7 Pontianak merupakan salah satu diantara Sekolah Menengah
Pertama Negeri yang ada dikota Pontianak. Saat ini SMP Negeri 7 Pontianak telah
menggunakan KTSP khususnya dikelas VII. Dalam Kurikulum yang berlaku di SMP
Negeri 7 Pontianak, IPS Ekonomi merupakan salah satu mata pelajaran yang
diajarkan pada siswa kelas VII yang diajarkan satu jam pelajaran tiap pertemuan
perminggu.
Berdasarkan hasil ulangan harian mata pelajaran IPS Ekonomi Semester 1
Tahun Ajaran 2006/2007 kelas VII SMP Negeri 7 Pontianak menunjukkan nilai ratarata yang masih rendah, seperti yang terlihat pada tabel berikut ini:
Tabel 1: Nilai rata-rata Ulangan Harian Mata Pelajaran IPS Ekonomi kelas VII
Semester 1 SMP Negeri 7 Pontianak Tahun Ajaran 2006/2007.
Kelas
VII A


Jumlah Siswa
41 Orang

Jumlah Nilai
2.532

Nilai Rata-Rata
61.75

VII B

40 Orang

2.415

60.38

VII C


39 Orang

2.495

63.97

VII D

40 Orang

2.639

65.97

VII E

40 Orang

2.435


60.88

Sumber: Daftar Nilai Guru Mata Pelajaran IPS Ekonomi Kelas VII.
Berdasarkan Tabel 1, terlihat bahwa hasil belajar siswa kelas VII SMP
Negeri 7 Pontianak sebagian besar menunjukkan hasil yang masih rendah. Nilai
rata-rata tertinggi adalah 65.97, sedangkan nilai rata-rata terendah adalah 60.38.
Diantara kelas yang ada, kelas VII B adalah kelas yang nilai rata-rata ulangan
hariannya paling rendah. Dikarenakan oleh nilai rata-rata ulangan harian dan
prestasi belajar paling rendah dibandingkan dengan kelas lainnya, maka penelitian
tidakan kelas ini hanya dilakukan dikelas VII B SMP Negeri 7 Pontianak. Berikut
ditampilkan nilai ulangan harian mata pelajaran IPS Ekonomi kelas VII B SMP
Negeri 7 Pontianak Tahun Ajaran 2006/2007.

Tabel 2: Nilai Ulangan Harian Mata Pelajaran IPS Ekonomi kelas VII B Semester
1 SMP Negeri 7 Pontianak Tahun Ajaran 2006/2007.
No
1. Agustina

Nama

Nilai
60

Keterangan
Tidak Tuntas

2. Angga Indrawan

50

Tidak Tuntas

3. Aradhea Systia .P

85

Tuntas

4. Arina Milati

60

Tidak Tuntas

5. Defi Hardianti

50

Tidak Tuntas

6. Dian Novita

90

Tuntas

7. Dianita Utami

75

Tuntas

8. Didi Ariyadi

65

Tuntas

9. Eko Saputra

70

Tuntas

10. Eliyani

70

Tuntas

11. Fahru Rozi

65

Tuntas

12. Faisal .P

65

Tuntas

13. Ferdi Nandus Joko

60

Tidak Tuntas

14. Ismaya Dwi .A

60

Tidak Tuntas

15. Jennie Ivana

70

Tuntas

16. Juliadi

40

Tidak Tuntas

17. Lukman Nilhakim

50

Tidak Tuntas

18. Mariana

65

Tuntas

19. Marlina

80

Tuntas

20. Meilina

75

Tuntas

21. M. Reza

40

Tidak Tuntas

22. M. Subhan

40

Tidak Tuntas

23. Myrna H.R

85

Tuntas

24. Nurhasanah

65

Tuntas

25. Nurul Ismia

50

Tidak Tuntas

26. Paril

60

Tidak Tuntas

27. Petrus Kutul

40

Tidak Tuntas

28. Rohmatika

50

Tidak Tuntas

29. Sarah Nur Fadlun

65

Tuntas

30. Sarah Sepmikarlia

40

Tidak Tuntas

31. Satrio Suryo Dwi

55

Tidak Tuntas

32. Septian

50

Tidak Tuntas

33. Shintikhe D.G

85

Tuntas

34. Siti Deviro

60

Tidak Tuntas

35. Susilawati

60

Tidak Tuntas

36. Saiful

40

Tidak Tuntas

37. Tri Hardianti

30

Tidak Tuntas

38. Uswantun Hasanah .O

50

Tidak Tuntas

39. Vivie Febriyanti

80

Tuntas

40. Yuda Rezki .P
Jumlah

65
60.38

Tuntas
Tidak Tundas

Sumber: Daftar Nilai Guru Mata Pelajaran IPS Ekonomi Kelas VII B.
Berdasarkan pada Tabel 2 dapat diketahui bahwa yang memperoleh nilai ≥
65 (Ketuntasan) berjumlah 18 orang atau mencapai 34.15% dan yang memperoleh
nilai ≤ 65 (Tidak Tuntas) berjumlah 22 orang atau mencapai 61,85%. Maka nilai
rata-rata kelas VII B adalah 60.38 dan belum mencapai ketuntasan
Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 5 Februari 2007 dengan guru
mata pelajaran IPS Ekonomi kelas VII B (Maskartini. S.pd) di SMP Negeri 7
Pontinak, rendahnya hasil belajar tersebut disebabkan oleh kurangnya konsentrasi
siswa dalam belajar, kurangnya minat terhadap bahan pelajaran, kurangnya
keaktifan siswa serta kurangnya media atau sumber pembelajaran berupa buku paket
sehingga menyebabkan siswa bergantung kepada guru sehingga siswa belum dapat
belajar secara mandiri dan yang disediakan hanyalah berupa LKS yang didalamnya
hanya tertera ringkasan materi dalam skala kecil. Serta dalam kegiatan mengajar
guru cenderung menggunakan metode ceramah. Hal ini menyebabkan siswa menjadi
kurang aktif dalam proses belajar.
Penggunaan pendekatan SAVI khususnya dalam mata pelajaran IPS
Ekonomi, diharapkan siswa dapat lebih berkonsentrasi dan belajar aktif dalam
proses pembelajaran, menambah minat siswa didalam belajar, meningkatkan
kreatifitas siswa, siswa mampu memahami fakta dan peristiwa ekonomi
dilingkungannya serta mampu berfikir kritis dan menggunakan atau menerapkan

beberapa pengertian ekonomi dalam kaitannya dengan kehidupan sehari-hari sesuai
dengan tujuan mata pelajaran IPS Ekonomi untuk Sekolah Menengah Pertama.
Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk melaksanakan
penelitian tindakan kelas mengenai ” Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Pada
Mata Pelajaran IPS Ekonomi Menggunakan Model Examples Non Examples Dengan
Pendekatan SAVI di Kelas VII B SMP Negeri 7 Pontianak”.
C. Masalah Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang, maka yang menjadi masalah umum
dalam penelitian ini adalah ”Apakah dengan menggunakan pendekatan SAVI hasil
belajar siswa pada mata pelajaran IPS Ekonomi pada siswa kelas VII B SMP Negeri
7 Pontianak dapat ditingkatkan?”.
Adapun sub-sub masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kurangnya konsentrasi siswa dalam belajar.
2. Kurangnya minat dan motivasi siswa dalam belajar.
3. Kurangnya keaktifan siswa dalam belajar.
4. Kurangnya media atau sumber pembelajaran berupa buku paket.
5. Guru cenderung menggunakan metode ceramah dalam proses pembelajaran.
D. Cara Pemecahan Masalah
Sebagai upaya meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VII SMP Negeri 7
Pontianak dalam pembelajaran IPS Ekonomi adalah peneliti memilih beberapa
alternatif antara lain:
1. Dengan melakukan penelitian tindakan kelas melalui pendekatan SAVI.

2. Menyarankan kepada siswa untuk melengkapi buku pelajaran yang diperlukan.
3. Dengan memberikan motivasi, membantu siswa yang kesulitan untuk memahami
materi pelajaran dan membantu siswa yang memiliki kesadaran masih rendah
dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.
4. Memberikan variasi model pembelajaran yang digunakan oleh guru.
Usaha untuk memecahkan masalah tersebut diatas dalam penelitian tindakan
kelas ini adalah dengan melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Kolaborasi : Peneliti secara bersama-sama melakukan kegiatan mendiskuksikan
hal-hal yang akan dilakukan, utamanya untuk mendalami dan
memahami pendekatan SAVI dalam rangka menyiapkan strategi
pembelajaran IPS yang sesuai dengan setting kelas yang akan
diberi tindakan.
2. Brainstorming : Anggota tim melakukan musyawarah untuk menyusun skenario
tindakan yang perlu disiapkan dalam proses pembelajaran
dikelas.
3. Observing : Anggota tim peneliti melakukan kegiatan pengamatan terhadap
jalannya pemberian tindakan yang dilakukan oleh guru
berdasarkan skenario yang telah disiapkan. Kegiatan ini
dimaksudkan

untuk

memperoleh

informasi

keberhasilan

maupun kegagalan dan penyebabnya.
4. Refleksi : Anggota tim peneliti melakukan diskusi bersama untuk membahas hasil
pengamatan. Hasil kegiatan ini akan memberikan manfaat yang
berguna dalam menentukan cara pemecahan masalah yang
dihadapi dan sekaligus menjadi bahan pertimbangan untuk
menyusun rencana tidakan berikutnya.
E. Tujuan Penelitian

Setiap aktivitas atau kegiatan yang dilakukan tentunya harus memiliki tujuan
yang hendak dicapai. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah:
1. Supaya siswa dapat lebih berkonsentrasi dalam proses pembelajaran.
2. Meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa.
3. Meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:
1. Bagi Siswa.
a. Dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam pembelajaran ekonomi.
b. Dapat memotivasi siswa untuk belajar lebih giat khususnya dalam
pembelajaran ekonomi.
2. Bagi Guru.
a. Dapat melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
SAVI dalam pembelajaran ekonomi.
b. Mampu melakukan penilaian terhadap media yang akan atau yang telah
digunakan.
3. Bagi Penulis.
a. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan di bidang pendidikan.
b. Jika penulis menjadi seorang guru nantinya, penulis akan lebih mengetahui
bahwa dengan menggunakan pendekatan SAVI akan dapat meningkatkan
hasil belajar siswa.

4. Bagi Lembaga atau Sekolah.
a. Memberikan sumbangan pemikiran yang baik dalam usaha meningkatkan
kualitas pembelajaran di sekolah dan upaya meningkatkan hasil belajar
siswa.
b. Untuk meningkatkan keterampilan guru dalam menerapkan pendekatan SAVI
dalam kegiatan belajar mengajar.
G. Defenisi Operasional
Agar tidak terjadi penafsiran yang berbeda terhadap istilah yang digunakan
dalam penelitian tindakan kelas ini, maka perlu dibuat penjelasan istilah atau
devinisi-devinisi yang di pakai dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Aktivitas Belajar Siswa.
Aktivitas Belajar Siswa adalah Gerakan yang dilakukan untuk sama-sama
aktif ketika belajar dengan memanfaatkan sebanyak mungkin.
2. Mata Pelajaran IPS Ekonomi.
Mata Pelajaran IPS Ekonomi dalam pelaksanaan pembelajarannya lebih
menekankan pada cara belajar berfikir sistematis statistik untuk menyusun dan
menarik kesimpulan suatu fenomena ekonomi yang data atau faktanya sudah
dikumpulkan sebelumnya sebagaimana tercatat dalam Kurikulum Pendidikan
Dasar 1994. Mata Pelajaran IPS Ekonomi untuk SLTP dengan tujuan umum
sebagai berikut:
a. Mampu memahami fakta dan peristiwa ekonomi dilingkungannya.
b. Mampu berfikir kritis dan menggunakan atau menerapkan beberapa
pengertian ekonomi dalam kaitannya dengan kehidupan sehari-hari.
Selanjutnya Nasution (1978:1) menyatakan:

”Tiap-tiap mata pelajaran atau disiplin ilmu mempunyai struktur tertentu,
struktur tersebut terdiri atas konsep-konsep pokok, bila struktur itu dikuasai
maka banyak hal lain yang berhubungan dengan itu dapat dipahami
maknanya, memahami struktur akan mempengaruhi cara berfikir seseorang
sepanjang hidupnya karena ditransfer ke hal-hal lain”.
Sedangkan menurut N. Daljoeni (1999:97) Ekonomi didefinisikan sebagai
”Study pengetahuan yang membahas bagaimana manusia memproduksi,
menukarkan dan mendistribusikan sebagai barang dan jasa yang di butuhkan”.
Adapun isi mata pelajaran IPS Ekonomi di SLTP dan Petunjuk Teknis
Depdikbud (1994:90) meliputi bahan kajian sebagai berikut:
a. Faktor dan kenyataan keadaan dan peristiwa ekonomi, misalnya kekayaan
alam Indonesia dan jumlah penduduk yang besar yang menguntungkan dan
dapat merugikan.
b. Pengenalan fakta dan peristiwa ekonomi yang disajikan dengan teori-teori
sederhana.
c. Masalah-masalah ekonomi didalam masyarakat yang dikaitkan dengan usaha
meningkatkan taraf hidup semua warga negara Indonesia.
d. Tujuan, proses dan hasil pembangunan nasional.
Bahan kajian mata pelajaran IPS Ekonomi tersebut dilakukan secara
terpadu dan bertolak dari pemilihan pendekatan, metode media, dan sumbersumber belajar serta alokasi waktu yang tersedia. Hal diatas sesuai dengan
pendapat yang dikemukakan Muhammad Ali (1989:29-37) yang menyatakan
bahwa: proses pengajaran itu merupakan suatu rangkaian kegiatan yang
bertujuan, yakni bertujuan dalam suasana yang menyenangkan peserta didik dan
mewujudkan pencapaian hasil belajar yang tinggi.
3. Pendekatan SAVI.
Menurut Meier (2000:91) pembelajaran dengan pendekatan SAVI adalah
pembelajaran yang menggabungkan gerakan fisik dengan Aktifitas Intelektual

dan penggunaan

semua indra yang dapat

berpengaruh besar

pada

pembelajaran.
H. Kerangka Teori dan Hipotesis Tindakan
1. Kerangka Teori.
a. Penelitian Tindakan Kelas
1) Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) disebut dengan classroom action
research. Penelitian Tindakan Kelas dapat didepenisikan sebagai suatu entuk
kajian yang bersifat refleksi oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk
meningkatkan kemantapan rasional dan tindakan-tindakan mereka dlam
melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan
yang dilakukannya itu serta memperbaiki kondisi dimana praktek-praktek
pembelajaran dilaksanakan (Stephen Kemmis: 1993:44)
Selain itu menurut Rustam Mundilarto, Penelitian Tindakan Kelas
adalah sebuah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri
dengan jalan merancang, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara
kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya
sebagai guru sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. PTK memiliki
karakteristik sebagai berikut:
a) Masalah berawal dari guru.
b) Tujuannya memperbaiki pembelajaran.
c) Metode utama adalah refleksi diri dengan tetap mengikuti kaidah-kaidah
penelitian.
d) Fokus penelitian berupa kegiatan pembelajaran.
e) Guru bertindak sebagai pengajar dan peneliti.

Berdasarkan defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian
tindakan kelas adalah suatu bentuk penelitian yang dilakukan oleh guru
didalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, bertujuan untuk memperbaiki
kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa meningkat untuk
mewujudkan tujuan-tujuan tersebut. PTK itu dilaksanakan berupa proses
pengkajian berdaur (cyclical) yang terdiri dari 4 tahap.
Secara singkat dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Merencanakan Melakukan Tindakan

Mengamati Merefleksi

Gambar 1: Kajian Berdaur A Tahap PTK.
PTK dimulai dengan adanya masalah yang dirasakan sendiri oleh guru
dalam pembelajaran. Masalah tersebut dapat berupa masalah yang
berhubungan dengan proses dan hasil belajar siswa yang tidak sesuai dengan
harapan guru atau hal-hal lain yang berkaitan dengan perilaku mengajar
guru dan perilaku belajar siswa. Langkah menemukan masalah dilanjutkan
dengan menganalisis dan merumuskan masalah, kemudian merencanakan
PTK dalam bentuk tindakan perbaikan, mengamati, dan melakukan refleksi.
Keempat langkah utama dalam PTK yaitu merencanakan, melakukan
tindakan perbaikan, mengamati, dan refleksi merupakan satu siklus dan
dalam PTK siklus selalu berulang. Setelah satu siklus selesai, barangkali
guru akan menemukan masalah baru atau masalah lama yang belum tuntas

dipecahkan, dilanjutkan ke siklus kedua dengan langkah yang sama seperti
pada siklus pertama. Dengan demikian, berdasarkan hasil tindakan atau
pengalaman pada siklus pertama guru akan kembali mengikuti langkah
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi pada siklus kedua.
Keempat langkah dalam setiap siklus dapat digambarkan sebagai berikut.
GAMBAR SIKLUS PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)
R1
L1
L2
M1
L2
R2
M3
R3
M2
Keterangan:
M = Merencanakan
L = Melaksanakan
R = Refleksi

Sumber: Rustam Mundilarto Tahun 2004

Gambar 2: Alur Pelaksanaan Tindakan Kelas
Berdasarkan

gambar

diatas

menunjukkan

bahwa

sebelum

melaksanakan tindakan peneliti terlebih dahulu harus merencanakan secara
bersama jenis tindakan yang akan dilakukan, setelah rencana disusun secara
matang barulah tindakan dilakukan, bersamaan dengan dilaksanakannya
tindakan, peneliti mengamati proses penelitian dan berdasarkan hasil,
penelilti kemudian melakukan refleksi atas tindakan yang dilakukan.
2) Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
Prosedur Kerja Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini terdiri dari
beberapa tahap. Tahap-tahap yang ditempuh dalam kegiatan ini terdiri atas:
a) Monitoring proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).
b) Identifikasi temuan masalah.
c) Mendiskusikan cara-cara pemecahan masalah dan menentukan langkah
tindakan mengatasinya.
d) Rencana tindakan.
e) Melakukan observasi pelaksanaan tindakan dan refleksi.
Berdasarkan konsep diatas, maka dapat disimpulkan bahwa metode
penelitian tindakan kelas adalah suatu metode yang bertujuan melakukan
tindakan perbaikan, peningkatan dan juga melakukan suatu perubahan kearah
yang lebih baik dari sebelumnya agar suatu permasalahan dapat diatasi.
b. Metode Examples Non Examples
1) Pengertian Model Examples Non Examples

Examples Non Examples adalah metode belajar yang menggunakan contohcontoh. Contoh-contoh dapat dari kasus atau gambar yang relevan dengan
KD.
2) Langkah-Langkah Model Examples Non Examples
a).

Guru

mempersiapkan

gambar-gambar

sesuai

dengan

tujuan

pembelajaran.
b). Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan lewat OHP.
c). Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk
memperhatikan atau menganalisa gambar.
d). Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dan analisa
gambar tersebut dicatat pada kertas.
e). Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.
f). Mulai dari komentar atau hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan
materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.
g). Kesimpulan.
3) Kebaikan dan Kekurangan Model Examples Non Examples
a). Kebaikan Model Examples Non Examples
- Siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar.
- Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar.
- Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.
b). Kekurangan Model Examples Non Examples

- Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.
- Memakan waktu yang lama.
c. Pendekatan SAVI.
1) Pengertian Pendekatan SAVI.
Menurut Meier (2000:91) pembelajaran dengan pendekatan SAVI
adalah pembelajaran yang menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas
intelektual dan penggunaan semua indra yang dapat berpengaruh besar pada
pembelajaran.
Unsur-unsur SAVI, yaitu:
Somatis : Belajar dengan bergerak dan berbuat.
Auditori : Belajar dengan berbicara dan mendengar.
Visual : Belajar dengan melihat dan mengamati.
Intelektual : Belajar dengan memecahkan masalah dan berfikir.
a) Belajar Somatis
”Somatis” berasal dari bahasa Yunani yang berarti tubuh-soma.
Menurut Meier (2000:92), belajar somatis berarti belajar dengan indra
peraba, kinestetis, praktis-melibatkan fisik dan menggunakan serta
menggerakkan tubuh sewaktu belajar.
Namun, dalam pembelajaran di sekolah terdapat pemisahan antara
tubuh dan pikiran, sehingga yang berlakuu adalah ”duduk manis, jangan
bergerak, dan tutup mulut”, karena menurutnya belajar hanya melibatkan
otak saja. Kini, pemisahan tubuh dan pikiran dalam belajar mengalami
tantangan serius, karena penelitian neurologi menemukan bahwa ”Pikiran

tersebar di seluruh tubuh” atau pada intinya, tubuh adalah pikiran, dan
pikiran adalah tubuh. (Meier,2000:93). Jadi, dengan menghalangi
pembelajar somatis menggunakan tubuh mereka sepenuhnya dalam
belajar, kita menghalangi fungsi pikiran mereka sepenuhnya.
b) Belajar Auditori
Pikiran auditori kita lebih kuat daripada yang kita sadari. Telinga
kita terus menerus menangkap dan menyimpan informasi auditori, bahkan
tanpa disadari. Ketika kita membuat suara sendiri dengan berbicara,
beberapa area penting di otak kita menjadi aktif.
Dalam merancang pembelajaran yang menarik bagi saluran
auditori yang kuat dalam pikiran pmbelajar, dapat dilakukan dengan cara
mengajak mereka membicarakan apa yang sedang mereka pelajari. Guru
dapat menyuruh siswa menerjemahkan pengalaman mereka dengan suara,
membaca dengan keras atau secara dramatis jika mereka mau, ajak
mereka berbicara saat mereka memecahkan masalah, membuat model,
mengumpulkan

informasi,

membuat

rencana

kerja,

menguasai

keterampilan, membuat tinjauan pengalaman belajar, atau menciptakan
makna-makna pribadi bagi diri mereka sendiri.
c) Belajar Visual
Ketajaman visual, meskipun lebih menonjol pada sebagian orang,
sangat kuat dalam diri setiap orang. Alasannya adalah bahwa di dalam
otak terdapat lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual
daripada semua indra yang lain. (Meier,2000:97). Setiap orang (terutama
pembelajar visual) lebih mudah belajar jika dapat melihat apa yang
sedang dibicarakan. Pembelajar visual belajar paling baik jika mereka
dapat melihat contoh dari dunia nyata, diagram, peta gagasan, ikon,
gambar, dan gambaran dari segala macam hal ketika sedang belajar. Dan
kadang-kadang mereka dapat belajar lebih baik lagi jika mereka

menciptakan peta gagasan, diagram, ikon, dan citra mereka sendiri dari
hal yang sedang dipelajari. Teknik lain yang bisa dilakukan semua orang,
terutama orang-orang dengan keterampilan visual yang kuat, adalah
meminta mereka mengamati situasi dunia nyata lalu memikirkan serta
membicarakan situasi itu, menggambarkan proses, prinsip, atau makna
yang dicontohkan.
d) Belajar Intelektual
Yang dimaksud dengan Intelektual bukanlah pendekatan belajar
yang tanpa emosi, tidak berhubungan, rasionalitas, akademis, dan
terkotak-kotak. (Meier,2000:99). Intelektual menunjukkan apa yang
dilakukan pembelajar dalam pikiran mereka secara internal ketika mereka
menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman dan
menciptakan hubungan, makna, rencana, dan nilai dari pengalaman
tersebut. Intelektual adalah bagaian dari yang merenung, mencipta,
memecahkan masalah, dan membangun makna.
Intelektual adalah pencipta makna dalam pikiran; sarana yang
digunakan manusia untuk berfikir, menyatukan pengalaman, menciptakan
jaringan saraf baru, dan belajar.
S-A-V-I : Satukanlah
Belajar bisa optimal jika keempat unsur SAVI dalam satu peristiwa
pembelajaran. Misalnya, orang dapat belajar sedikit dengan menyaksikan
presentasi (V), tetapi mereka dapat belajar jauh lebih banyak jika mereka
dapat melakukan sesuatu ketika presentasi sedang berlangsung (S),
membicarakan apa yang sedang mereka pelajari (A), dan memikirkan cara
menerapkan informasi dalam presentasi tersebut pada pekerjaan mereka
(I). Atau, mereka dapat memecahakan masalah (I) jika mereka secara
simultan menggerakkan sesuatu (S) untuk menghasilkan pictogram atau

pajangan tiga dimensi (V) sambil membicarakan apa yang sedang mereka
kerjakan.